2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
taufiq, dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah Kesehatan Lingkungan tentang “Pengendalian Vektor dengan Pestisida
Space Spraying)” ini kami susun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah APBL.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan
memerlukan banyak perbaikan. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun untuk penyempurnaan makalah ini.
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu drg.
WILIA NOVITA EKA RINI, M.Kes selaku dosen pembimbing dalam
pembuatan makalah ini, serta teman-teman yang telah memberikan bantuan
dan partisipasinya baik dalam bentuk moril maupun materil untuk
keberhasilan dalam penyusunan makalah ini. Kami berharap semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I.............................................................................................................................1
PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................2
C. Tujuan.................................................................................................................2
D. Manfaat...............................................................................................................2
BAB II...........................................................................................................................6
PEMBAHASAN............................................................................................................6
A. Faktor lingkungan KAT yang mempengaruhi kesehatan...................................6
B. Pengelolaan Kesling...........................................................................................7
sBAB III.......................................................................................................................13
PENUTUP...................................................................................................................13
A. Kesimpulan.........................................................................................................13
B. Saran....................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................14
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keterpencilan secara geografis membawa konsekuensi pada terbatasnya akses
bagi komunitas adat terpencil atas berbagai layanan sosial, ekonomi dan layanan
dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar mereka. Dengan keterpencilan secara
geografis, maka komunitas ini mengalami keterbatasan untuk menjangkau wilayah
lain dalam mendapatkan pemenuhan kebutuhannya. Selain jaraknya yang jauh dan
keterbatasan sarana transportasi, maka komunitas ini memerlukan tenaga ekstra agar
mampu memenuhi kebutuhannya, selain kebutuhan yang tersedia di wilayahnya.
Untuk pemenuhan kebutuhan dasar kategori fisik, dari kebutuhan pangan, sandang
serta kebutuhan harian lainnya, mereka harus menempuh perjalanan dengan jalan
kaki atau menggunakan sarana transportasi yang sederhana dan memerlukan waktu
lama untuk sampai di tempat yang tersedia kebutuhan dasar itu. Demikian juga
pemenuhan kebutuhan dasar psikis, komunitas ini harus melalui akses yang tidak
seperti komunitas di wilayah lain yang lebih mudah menjangkau sumber yang ada,
sedangkan untuk pemenuhan sosial dan spiritual, mungkin komunitas ini dapat
memenuhinya di wilayahnya, yang tentu saja juga masih terbatas, komunitas itu
dinamakan Komunitas Adat Terpencl (KAT).
4
sehat. Perilaku hidup sehat masyarakat sangat ditentukan oleh sejauhmana
pemahaman masyarakat tentang perilaku hidup sehat dan manfaatnya. Pola hidup
bersih dan sehat dalam masyarakat merupakan hasil dari proses imitasi secara turun
temurun. Gagasan imitasi pola hidup bersih dan sehat sebagai pendekatan dari
bawah, bottom up, hendak mengatakan bahwa pada setiap masyarakat budaya ada
nilai-nilai substansi yang menjadi kekuatan sehingga masyarakat dapat bertahan
hidup secara turun temurun. Nilai-nilai tersebut dalam perspektif tafsir budaya dapat
dikatakan sebagai kearifan lokal (local wisdom) masyarakat budaya yang berfungsi
untuk memelihara kelangsungan dan pertumbuhan hidup mereka (Gunarsa,2020).
Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya pola hidup bersih dan sehat KAT
ini, menurut pendapat penulis adalah bahwa itu semua berpusat pada kurang factor
lingkungan KAT yang mempengaruhi kesehatan dan pengelolaan lingkungan
(Suyanto,2015).
B. Rumusan Masalah
Apa saja Faktor Lingkungan KAT yang mempengaruhi kesehatan dan
pengelolaan kesehatan lingkungan?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui Faktor
Lingkungan KAT yang mempengaruhi kesehatan dan pengelolaan
kesehatan lingkungan
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui Faktor Lingkungan KAT yang mempengaruhi
kesehatan
b. Untk mengetahui Pengelolaan kesehatan Lingkungan
5
D. Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa dapat memahami
tentang Faktor Lingkungan KAT yang mempengaruhi kesehatan dan pengelolaan
kesehatan lingkungan
6
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut WHO (1981 dalam Maulana, 2014), sehat sebagai suatu keadaan sempurna
baik jasmani, rohani, maupun kesejahteraan sosial seseorang. Undang-Undang No. 36
tentang kesehatan (2009), menyatakan bahwa kesehatan adalah sehat, baik secara fisik,
mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif
secara sosial dan ekonomis.
Sehat dalam pengertian yang paling luas adalah suatu keadaan yang dinamis dimana
individu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan internal dan eksternal
untuk mempertahankan keadaan kesehatannya. Lingkungan internal terdiri dari beberapa
faktor psikologis, dimensi intelektual, spiritual, serta proses penyakit, dan lingkungan
eksternal terdiri dari variabel lingkungan fisik, hubungan sosial dan ekonomi (Potter &
Perry, 2005).
Menurut Hendrik Bloom, ada 4 faktor yang mempengaruhi status kesehatan seseorang,
yaitu perilaku, lingkungan, keturunan (herediter), dan pelayanan kesehatan (Effendy &
Nasrul, 1998).
a. Perilaku
Perilaku dari pandangan biologis adalah suatu kegiatan atau aktivitas organism yang
bersangkutan. Jadi perilaku manusia pada hakikatnya adalah suatu aktivitas daripada
7
manusia itu sendiri. Perilaku manusia itu mempunyai bentengan yang sangat luas,
mencakup berjalan, berbicara, berpakaian, dan sebagainya.Bahkan kegiatan internal sperti
berpikir, persepsi, dan emosi juga merupakan perilaku manusia (Effendy & Nasrul, 1998).
Penerapan perilaku hidup bersih, seperti mencuci tangan sebelum makan dengan air
dan sabun, menyajikan makan dalam keadaan yang tertutup agar tidak dihinggapi serangga,
hidup bersih, seperti mencuci tangan sebelum makan dengan air bersih dan sabun
menyajikan makanan dalam keadaan selalu tertutup agar tidak dihinggapi serangga/lalat,
memasak dengan suhu yang tepat agar kuman mati, mencuci sayur dan buah hingga bersih,
serta menjaga makanan dan minuman agar tidak tercemr oleh logam berat. Penerapan pola
hidup bersih berkaitan dengan bagaimana hygiene sanitasi penyelengaraan makanan
keluarga (Kurniasih et al, 2010).
8
Higiene personal pada saat mengolah makanan sangat diperlukan agar
menghasilkan makanan yang terhindar dari kuman dan terhindar dari efek fatal yaitu
keracunan makanan, seperti:
e) Menjaga makanan dan minuman agar tidak tercemar oleh logam berat.
b. Lingkungan
Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang
optimum sehingga berpengaruh positif pada terwujudnya status kesehatan yang optimal
pula. Ruang lingkup kesehatan lingkungan tersebut antara lain mencakup: perumahan,
pembuangan kotoran manusia, penyediaan air bersih, pembuangan sampah, pembuangan
air kotor (limbah). Adapun yang dimaksud dengan usaha kesehatan lingkungan adalah
9
suatu usaha untuk memperbaiki atau mengoptimumkan lingkungan hidup manusia yang
merupakan media yang baik agar terwujudnya kesehatan yang optimum bagi manusia yang
hidup didalamnya.
Berbicara mengenai lingkungan yang sering kali kita meninjau dari kondisi fisik.
Lingkungan yang memiliki kondisi sanitasi buruk dapat menjadi sumber berkembangnya
penyakit. Terjadi penumpukan sampah yang tidak dikelola dengan baik, polusi udara, air
dan tanah juga dapat menjadi penyebab (Effendy & Nasrul, 1998).
Lingkungan adalah agregat dari seluruh kondisi dan pengaruh luar yang mempengaruhi
kehidupan dan perkembangan suatu organism (Asmadi. 2008).
2) Lingkungan non fisik, yaitu lingkungan yang muncul akibat adanya interaksi
antarmanusia. Lingkungan non fisik ini meliputi sosial-budaya, norma, nilai, adat istiadat,
dan lain-lain.
10
makanan terbentuk dari kebiasaan makan yang terdapat dalam keluarga. Lingkungan
sekolah termasuk di dalamnya para guru, teman sebaya, dan keberadaan tempat jajan sangat
mempengaruhi terbentuknya pola makan, khususnya bagi siswa sekolah. Anak-anak yang
mendapatkan informasi yang tepat tentang makanan sehat dari para gurunya didukung oleh
tersedianya kantin dan tempat jajan yang menjual makanan yang sehat akan membentuk
pola makan yang baik pada anak. Sekolah diluar negeri menerapkan kegiatan makan siang
bersama di sekolah. Hal ini akan membentuk pola makan yang positif pada anak, karena
akan dibiasakan memiliki pola makan yang teratur, memenuhi kebutuhan biologis
pencernaan dengan mengkonsumsi makanan bergizi, tidak hanya asal kenyang dengan
jajanan.
c. Keturunan
Secara sederhana, penyakit manusia dapat dibagi ke dalam beberapa kategori, salah satunya
adalah penyakit yang disebabkan oleh faktor gen. Penyakit ini disebut juga sebagai
penyakit herediter atau keturunan (Asmadi. 2008). Factor yang menjadi KAT selalu tetap
seperti itu yaitu keturunan mereka yang sudah dari nenek moyang mereka susah untuk
dirubah.
d. Pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan (health care service) merupakan hak setiap orang yang dijamin
dalam Undang Undang Dasar 1945 untuk melakukan upaya peningkatkan derajat kesehatan
baik perseorangan, maupun kelompok atau masyarakat secara keseluruhan. Defenisi
Pelayanan kesehatan menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2009
(Depkes RI) yang tertuang dalam Undang-Undang Kesehatan tentang kesehatan ialah setiap
upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan, perorangan, keluarga, kelompok ataupun masyarakat.
Pelayanan yang harus diberikan kepada KAT harus sama dengan pelayanan
masyarakat yang lainnya walaupun mereka termasuk komunitas tertentu tapi harus tetap
pendapatkan pelayanan yang sama dari tenaga kesehatann yang diselenggaran oleh
11
pemerintah. Pemerintah harus lebih peduli terhadap pelayanan yang diberikan kepada
Komunitas Adat Terpencil.
12
tentang lingkungan setempat. Teknologi yang berwawawasan lingkungan, dalam
pengembangannya akan lebih baik jika melibatkan masyarakat setempat agar sesuai
dengan kebutuhan dan kondisi setempat, serta memperhatikan peran jender sehingga
efisien, efektif, bemanfa-at, dan perawatannya dapat dilakukan sendiri.
13
masyarakat dilaksanakan atas dasar strategi yang dikembangkan dalam bentuk
tindakan nyata. Masyarakat seyogyanya dilibatkan dalam semua tahapan kegiatan
lingkungan, mulai dari penyusunan sasaran kegiatan sampai kepada pelaksanaan
serta evaluasi keberhasilan kegiatan. Pendekatan dengan cara ini ditujukan agar
semua masukan dari berbagai pihak, termasuk di dalamnya tata nilai, dapat
dipertimbangkan secara adil dalam segala keputusan.
Keenam, menyediakan dukungan keuangan dan teknik untuk kegiatan-kegiatan
lingkungan yang dilakukan oleh masyarakat. Penyediaan dana dapat dilakukan oleh
kelompok swadaya masyarakat, perusahaan yang berada di lingkungan tempat
tinggal, organisasi non-pemerintah, dan lembaga pelestarian lingkungan hidup.
Perangkat ekonomi dan peraturan seperti konsesi pajak, subsidi, dan jasa produksi
dapat merangsang perbaikan lingkungan. Harga produk yang dibuat dari, atau
menggunakan, sumber daya alam, harus mencerminkan nilai sumber daya
bersangkutan sepenuhnya, dan memberikan imbalan yang wajar kepada masyarakat.
Insentif ekonomi dapat memberikan motivasi kepada masyarakat untuk
menggunakan sumber daya alam secara berkelanjutan dan menjamin bahwa mereka
memperoleh imbalan yang layak.
BAB III
PENUTUP
3.1 kesimpulan
3.2 saran
14
DAFTAR PUSTAKA
Suyanto, B. Mujiyadi. 2015. Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil Melalui Pelayaan Terpadu
Dirote Ndao, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Hal. 15-37.
Sagrim Marthen, dkk. 2015. Kearifan Lokal Komunitas Adat Terpencil Suku Taburta Dalam
Prilaku Hidup Bersih Dan Sehat Berbasis Rumah Tangga. Jurnal MKMI, hal. 218-227.
15