Anda di halaman 1dari 133

KARAKTERISTIK DAN PERILAKU PETUGAS CLEANING SERVICE

MENGENAI PENGELOLAAN LIMBAH PADAT MEDIS


TERHADAP RISIKO KECELAKAAN KERJA
DI RSU PERMATA BUNDA MEDAN
TAHUN 2014

TESIS

Oleh

RENI PERMATA
127032165/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2014

Universitas Sumatera Utara


KARAKTERISTIK DAN PERILAKU PETUGAS CLEANING SERVICE
MENGENAI PENGELOLAAN LIMBAH PADAT MEDIS
TERHADAP RISIKO KECELAKAAN KERJA
DI RSU PERMATA BUNDA MEDAN
TAHUN 2014

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes)
dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi Administrasi Rumah Sakit
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara

Oleh

RENI PERMATA
127032165/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2014

Universitas Sumatera Utara


Judul Tesis : KARAKTERISTIK DAN PERILAKU PETUGAS
CLEANING SERVICE MENGENAI
PENGELOLAAN LIMBAH PADAT MEDIS
TERHADAP RISIKO KECELAKAAN KERJA
DI RSU PERMATA BUNDA MEDAN TAHUN
2014.
Nama Mahasiswa : Reni Permata
Nomor Induk Masahiswa : 127032165
Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi : Administrasi Rumah Sakit

Menyetujui
Komisi Pembimbing

(Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M) (Siti Saidah NST, S.Kep, M.Kep, SP.Mat)
Ketua Anggota

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)

Tanggal Lulus : 21 Agustus 2014

Universitas Sumatera Utara


Telah diuji
Pada Tanggal: 21 Agustus 2014

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Drs. R.Kintoko Rochadi, M.K.M


Anggota : 1. Siti Saidah Nasution, SKep, MKep, Sp. Mat
2. Ir. Indra Cahaya, M.Si
3. dr. Taufik Ashar, M.K.M

Universitas Sumatera Utara


PERNYATAAN

KARAKTERISTIK DAN PERILAKU PETUGAS CLEANING SERVICE


MENGENAI PENGELOLAAN LIMBAH PADAT MEDIS
TERHADAP RISIKO KECELAKAAN KERJA
DI RSU PERMATA BUNDA MEDAN
TAHUN 2014

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Agustus 2014

Reni Permata
127032165/IKM

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Kegiatan pelayanan yang dilakukan di RSU Permata Bunda Medan selalu


menghasilkan limbah medis yang bersifat infeksius. Pengelolaan limbah padat medis
yang dilakukan oleh petugas cleaning service masih belum sesuai dengan peraturan
Kepmenkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004, karakteristik dan perilaku terdiri dari:
umur, pendidikan, lama bekerja, shift kerja, pengetahuan, sikap dan tindakan yang
kurang baik dapat menimbulkan risiko kecelakaan saat bekerja.
Jenis penelitian analitik dengan desain crossectional. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan Maret 2014 - Juli 2014. Populasi penelitian adalah seluruh
petugas cleaning service sebanyak 45 orang dan seluruhnya di jadikan sampel. Data
diperoleh dengan kuisioner dan observasi, dianalisis dengan uji pearson chi square
dan uji regresi logistik berganda pada tingkat kepercayaan 95%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel karakteristik (umur,
pendidikan, lama bekerja, shift kerja) tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap risiko kecelakaan kerja sedangkan variabel perilaku (pengetahuan, sikap dan
tindakan) berpengaruh signifikan terhadap risiko kecelakaan kerja. Tindakan
merupakan faktor risiko paling berpengaruh menyebabkan terjadinya risiko
kecelakaan kerja (Rasio Prevalen = 0,121).
Disarankan kepada: RSU Permata Bunda Medan untuk melengkapi sarana
dan prasarana pengelolaan limbah padat medis seperti penambahan tempat sampah
medis pada tiap ruang rawatan dan melengkapi alat pelindung diri (APD) seperti baju
khusus, kacamata, topi, celemek dan sepatu boat pada petugas cleaning service.

Kata Kunci : Karaktersistik dan Perilaku, Limbah Padat Rumah Sakit, Risiko
Kecelakaan Kerja

i
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT

The service activities which are performed at RSU Permata Bunda usually
prodece infecting waste. The management of medical solid waste done by cleaning
service employees is still not in line with the regulation in Kepmenkes RI No.
1204/Menkes/SK/X/2004. The characteristics and behavior consist of age, education,
length of service. Work shift, knowledge and attitude, bad action can cause the risk of
getting job accidence.
The research was analytic with cross sectional design. It was conducted from
March to July, 2014. The population was 45 cleaning service employees, and all of
them were used as the samples. The data were gathered by distributing
questionnaires and conducting observation and analyzed by using Pearson chi
square test and multiple logistic regression test at the reliability level 95%.
The result of the research showed that the variable of characteristic (age,
education, length of service and work shift) did not have any significant influence on
the risk of getting job accidence (Prevalence Ratio = 0.121).
Its is recommanded that the management of RSU Permata Bunda equip the
facility and infrastrukture of managing medical solid waste by adding medical
transhcans in each ward and provide APD )Personal Protective Device) such as
habiliments, glasses, hat napkins, and boots for cleaning service employees.

Key words: Characteristics and Behavior, Hospotal Solid Waste, Risk of Job
Accidence

ii
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR

Penulis panjatkan puji dan syukur yang tiada henti dan tak terhingga kepada

Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat serta pertolongan-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan judul “Karakteristik dan

Perilaku Petugas Cleaning Service Mengenai Pengelolaan Limbah Padat Medis

Terhadap Risiko Kecelakaan Kerja di RSU Permata Bunda Medan Tahun

2014”.

Penyusunan tesis ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Kesehatan (M.Kes) pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Administrasi Rumah Sakit Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara. Proses penulisan tesis dapat terwujud berkat dukungan, bimbingan,

arahan serta bantuan moral maupun material dari banyak pihak. Untuk itu izinkan

penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM),Sp.A(K), selaku Rektor

Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si, selaku Sekertaris Program Studi S2 Ilmu

Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara.

iii
Universitas Sumatera Utara
4. Dr. Drs. R .Kintoko Rochadi, M.K.M, selaku ketua komisi pembimbing yang

dengan penuh perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan

meluangkan waktu untuk membimbing penulis sejak awal hingga

terselesaikannya tesis ini.

5. Siti Saidah NST, S.Kep, M.Kep, SP.Mat selaku anggota komisi pembimbing

yang dengan penuh perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan

meluangkan waktu untuk membimbing penulis sejak awal hingga

terselesaikannya tesis ini.

6. Ir. Indra Cahaya, M.Si selaku komisi penguji yang telah banyak memberikan

arahan dan masukan demi kesempurnaan penulisan tesis ini.

7. Dr. Taufik Ashar, M.K.M selaku komisi penguji yang telah banyak

memberikan arahan dan masukan demi kesempurnaan penulisan tesis ini.

8. dr.H. Syaiful Sitompul selaku direktur RSU Permata Bunda Medan beserta

jajarannya yang telah berkenan memberikan izin penelitian kepada penulis

untuk melakukan penelitian di RSU Permata Bunda Medan.

9. Terimakasih kepada keponakanku Gewa Hadyaksa Putri & Suci Salsabilla

yang telah mendukung dan menghibur penulis dalam suka maupun duka

sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan ini.

10. Teristimewa ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada Sertu Andi Prasetio

yang telah turut memberikan doa, cinta, dukungan dan motivasi serta sabar

menemani penulis dalam menyelesaikan pendidikan ini.

iv
Universitas Sumatera Utara
11. Kepada seluruh teman-teman Administrasi Rumah Sakit kelas A yang tidak

bisa disebutkan satu persatu terimakasih yang tak terhingga atas dukungan,

perhatian serta motivasi yang diberikan terhadap penulis.

12. Kepada suluruh rekan-rekan kerja Zamrud 1 RSU Permata Bunda Medan

yang tidak bisa disebutkan satu persatu terimakasih atas doa, dukungan serta

bantuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan ini.

Dalam kesempatan yang berbahagia ini penulis mengucapkan terima kasih

yang tak terhingga serta rasa hormat yang setinggi-tingginya kepada Ayahanda (Alm.

H. Iran) & Ibunda (Hj. Asih) tercinta atas restunya yang telah menjadikan penulis

berhasil dalam menyelesaikan pendidikan tinggi seperti harapan dan keinginan kedua

orang tua, yang tiada henti memberikan motivasi, nasihat, cinta, perhatian dan kasih

sayang serta doa yang tak bisa penulis balas dalam bentuk apapun. Hanya doa yang

tulus buat ayahanda dan ibunda yang bisa penulis panjatkan, semoga Allah SWT

memberikan tempat yang terindah untukmu ayah dan berikanlah ketabahan serta

keikhlasan untuk ibunda tercinta.

Penulis menyadari atas segala keterbatasan, untuk itu saran dan kritik yang

membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini dengan harapan

semoga tesis ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan di bidang kesehatan dan

pembangunan ilmu pengetahuan bagi penelitian selanjutnya.

Medan, Oktober 2014


Penulis

Reni Permata
127032165/IKM

v
Universitas Sumatera Utara
RIWAYAT HIDUP

Reni Permata, lahir di Perbaungan pada tanggal 04 Maret 1988, anak tunggal

dari pasangan Alm. H. Iran dan Hj. Asih.

Pendidikan formal penulis, dimulai dari pendidikan Taman Kanak-kanak di

Tunas Bangsa Medan selesai pada tahun 1993, pendidikan Sekolah Dasar Swasta di

PAB 15 Klambir V Medan selesai pada tahun 1999, pendidikan Sekolah Lanjutan

Tingkat Pertama Swasta di Kartika 1-2 Medan selesai pada tahun 2002, pendidikan

Sekolah Menengah Atas Swasta di Kemala Bhayangkari 1 Medan selesai pada tahun

2005, pendidikan Diploma III di Akademi Kebidanan Sehat Medan selesai pada

tahun 2008, Pendidikan Sarjana di fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara selesai pada tahun 2011, dan pendidikan Pascasarjana di Program

Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi Rumah Sakit Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara pada tahun 2012 s/d sekarang.

Mulai bekerja di RSIA Salam Medan Tahun 2008 sampai tahun 2009, tahun

2009 hingga saat ini bekerja di RSU Permata Bunda Medan.

vi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRAK ........................................................................................................... i
ABSTRACT .......................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xii

BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................. 1


1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Permasalahan .............................................................................. 7
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................ 8
1.4 Hipotesis...................................................................................... 8
1.5 Manfaat Penelitian ...................................................................... 8

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 10


2.1 Pengertian Perilaku ..................................................................... 10
2.1.1 Pengetahuan (Knowledge).................................................. 10
2.1.2 Sikap (Attitude) .................................................................. 12
2.1.3 Tindakan (Practice) ........................................................... 13
2.2 Faktor-faktor yang Memengaruhi Perilaku dalam Pengelolaan
Limbah Padat Medis .................................................................. 14
2.2.1. Faktor Predisposisi (Predisposing Factor) ....................... 15
2.2.2. Faktor Pendukung (Enabling Factor) ............................... 22
2.2.3. Faktor Pendorong (Reinforcing Factor) ........................... 22
2.3 Pengertian Rumah Sakit .............................................................. 24
2.3.1 Pelayanan Rumah Sakit...................................................... 25
2.3.2 Sumber Daya Pengelolaan Limbah di Rumah Sakit .......... 25
2.4 Konsep Limbah Padat Medis di Rumah Sakit ............................ 28
2.4.1 Pengertian Limbah Padat Medis ........................................ 28
2.5 Persyaratan Pengelolaan Limbah Padat Medis di Rumah Sakit . 31
2.6 Tata Cara Pelaksanaan Membuang Limbah Padat Medis
Berdasarkan Masing-masing Fungsinya di Rumah Sakit ........... 49
2.7 Pengaruh Limbah Rumah Sakit terhadap Lingkungan dan
Kesehatan .................................................................................... 50
2.7.1 Risiko Kesehatan terhadap Petugas Pengelola Limbah
Medis di Rumah Sakit ..................................................... 52
2.8 Kerangka Konsep ........................................................................ 56

vii
Universitas Sumatera Utara
BAB 3. METODE PENELITIAN................................................................. 57
3.1 Jenis Penelitian ........................................................................... 57
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................... 57
3.2.1 Lokasi Penelitian ................................................................ 57
3.2.2 Waktu Penelitian ................................................................ 57
3.3 Populasi dan Sampel .................................................................... 58
3.4 Instrumen Penelitian .................................................................... 58
3.5 Metode Pengumpulan Data .......................................................... 58
3.5.1 Jenis Data ........................................................................... 58
3.5.2 Uji Validitas dan Reliabilitas ............................................. 59
3.6 Variabel dan Definisi Operasional ............................................... 60
3.7 Metode Pengukuran ..................................................................... 61
3.8 Metode Analisis Data ................................................................... 62

BAB 4. HASIL PENELITIAN ...................................................................... 64


4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................ 64
4.1.1 Sejarah Perkembangan Rumah Sakit Umum Permata
Bunda Medan ..................................................................... 64
4.2 Analisis Univariat ........................................................................ 65
4.2.1 Karakteristik Responden .................................................... 65
4.2.2 Perilaku Responden ............................................................ 66
4.3 Analisis Bivariat........................................................................... 71
4.3.1 Hubungan Pengetahuan Responden dengan Risiko
Kecelakaan Kerja ............................................................... 71
4.4 Analisis Multivariat ..................................................................... 73
4.4.1 Metode Keseluruhan Model ............................................... 74
4.4.2 Pengujian Hipotesis ........................................................... 74

BAB 5. PEMBAHASAN ................................................................................ 76


5.1 Perilaku Petugas Cleaning Service Mengenai Pengelolaan
Limbah Padat Medis terhadap Risiko Kecelakaan Kerja ........... 76
5.1.1 Pengaruh Pengetahuan Petugas Cleaning Service
terhadap Risiko Kecelakaan Kerja ..................................... 76
5.1.2 Pengaruh Sikap Petugas Cleaning Service terhadap
Risiko kecelakaan Kerja ..................................................... 79
5.1.3 Pengaruh Tindakan Petugas Cleaning Service terhadap
Risiko Kecelakaan Kerja .................................................... 83
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 86
6.1 Kesimpulan .................................................................................. 86
6.2 Saran ............................................................................................ 86

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 64


LAMPIRAN

viii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

2.1 Klasifikasi Limbah Padat Medis Yang Berasal dari Rumah Sakit .............. 29

2.2 Jenis Wadah dan Label Limbah Medis Padat Sesuai Kategori ................... 33

3.1 Metode Pengukuran .................................................................................... 61

4.1 Distribusi Karakteristik Responden Mengenai Pengelolaan Limbah Padat


Medis terhadap Risiko Kecelakaan Kerja di RSU Permata Bunda Medan
Tahun 2014 .................................................................................................. 64

4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Mengenai Pengelolaan


Limbah Padat Medis terhadap Risiko Kecelakaan Kerja di RSU Permata
Bunda Medan Tahun 2014 .......................................................................... 67

4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap.................................................... 68

4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Mengenai Pengelolaan Limbah


Padat Medis terhadap Risiko Kecelakaan Kerja di RSU Permata Bunda
Medan Tahun 2014 ...................................................................................... 68

4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan.............................................. 69

4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Mengenai Pengelolaan


Limbah Padat Medis terhadap Risiko Kecelakaan Kerja di RSU Permata
Bunda Medan Tahun 2014 .......................................................................... 70

4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Risiko Kecelakaan Kerja ..................... 70

4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Risiko Kecelakaan Kerja terhadap


Pengelolaan Limbah Padat Medis di RSU Permata Bunda Medan Tahun
2014 ............................................................................................................ 71

4.10 Hubungan Pengetahuan Responden Mengenai Pengelolaan Limbah Padat


Medis dengan Risiko Kecelakaan Kerja .................................................... 72

4.11 Distribusi Sikap Responden Mengenai Pengelolaan Limbah Padat Medis


Menurut Risiko Kecelakaan Kerja .............................................................. 72

ix
Universitas Sumatera Utara
4.12 Distribusi Tindakan Responden Mengenai Pengelolaan Limbah Padat
Medis Menurut Risiko Kecelakaan Kerja ................................................. 73

4.13 Hasil Uji Multivariat Regresi Logistik ........................................................ 74

4.14 Model Summary .......................................................................................... 74

x
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

2.1 Contoh Wadah Limbah Padat Medis ............................................................ 34

2.2 Contoh Wadah Limbah Padat Non Medis ...................................................... 34

2.3 Kerangka Konsep Penelitian ........................................................................... 56

xi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian ................................................................................... 91

2. Master Data.................................................................................................. 99

3. Hasil SPSS ................................................................................................... 100

4. Surat Ijin Penelitian ..................................................................................... 114

5. Surat Balasan Penelitian .............................................................................. 115

xii
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK

Kegiatan pelayanan yang dilakukan di RSU Permata Bunda Medan selalu


menghasilkan limbah medis yang bersifat infeksius. Pengelolaan limbah padat medis
yang dilakukan oleh petugas cleaning service masih belum sesuai dengan peraturan
Kepmenkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004, karakteristik dan perilaku terdiri dari:
umur, pendidikan, lama bekerja, shift kerja, pengetahuan, sikap dan tindakan yang
kurang baik dapat menimbulkan risiko kecelakaan saat bekerja.
Jenis penelitian analitik dengan desain crossectional. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan Maret 2014 - Juli 2014. Populasi penelitian adalah seluruh
petugas cleaning service sebanyak 45 orang dan seluruhnya di jadikan sampel. Data
diperoleh dengan kuisioner dan observasi, dianalisis dengan uji pearson chi square
dan uji regresi logistik berganda pada tingkat kepercayaan 95%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel karakteristik (umur,
pendidikan, lama bekerja, shift kerja) tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap risiko kecelakaan kerja sedangkan variabel perilaku (pengetahuan, sikap dan
tindakan) berpengaruh signifikan terhadap risiko kecelakaan kerja. Tindakan
merupakan faktor risiko paling berpengaruh menyebabkan terjadinya risiko
kecelakaan kerja (Rasio Prevalen = 0,121).
Disarankan kepada: RSU Permata Bunda Medan untuk melengkapi sarana
dan prasarana pengelolaan limbah padat medis seperti penambahan tempat sampah
medis pada tiap ruang rawatan dan melengkapi alat pelindung diri (APD) seperti baju
khusus, kacamata, topi, celemek dan sepatu boat pada petugas cleaning service.

Kata Kunci : Karaktersistik dan Perilaku, Limbah Padat Rumah Sakit, Risiko
Kecelakaan Kerja

i
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT

The service activities which are performed at RSU Permata Bunda usually
prodece infecting waste. The management of medical solid waste done by cleaning
service employees is still not in line with the regulation in Kepmenkes RI No.
1204/Menkes/SK/X/2004. The characteristics and behavior consist of age, education,
length of service. Work shift, knowledge and attitude, bad action can cause the risk of
getting job accidence.
The research was analytic with cross sectional design. It was conducted from
March to July, 2014. The population was 45 cleaning service employees, and all of
them were used as the samples. The data were gathered by distributing
questionnaires and conducting observation and analyzed by using Pearson chi
square test and multiple logistic regression test at the reliability level 95%.
The result of the research showed that the variable of characteristic (age,
education, length of service and work shift) did not have any significant influence on
the risk of getting job accidence (Prevalence Ratio = 0.121).
Its is recommanded that the management of RSU Permata Bunda equip the
facility and infrastrukture of managing medical solid waste by adding medical
transhcans in each ward and provide APD )Personal Protective Device) such as
habiliments, glasses, hat napkins, and boots for cleaning service employees.

Key words: Characteristics and Behavior, Hospotal Solid Waste, Risk of Job
Accidence

ii
Universitas Sumatera Utara
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tujuan pembangunan kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran,

kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan

yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh

penduduknya yang hidup dengan perilaku dan dalam lingkungan yang sehat,

memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara

adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang optimal di seluruh wilayah

Indonesia (Soejitno, 2002).

Rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan serta sebagai tempat

berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat, dapat menjadi tempat penularan

penyakit dan memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan

kesehatan. Terkait hal tersebut, untuk menghindari risiko dan gangguan kesehatan

sebagaimana yang dimaksud sebelumnya maka penyelenggara pelayanan kesehatan

seperti rumah sakit harus memperhatikan faktor kesehatan lingkungan rumah sakit

sesuai dengan persyaratan kesehatan (Depkes RI, 2004).

Sebagai penyedia jasa pelayanan kesehatan, setiap kegaitan yang dilaksanakan

akan mengahasilkan produksi limbah yang sangat kompleks. Dimana limbah yang

dihasilkan setiap harinya sangat banyak dan seringkali bersifat toksik, terutama

Universitas Sumatera Utara


limbah padat, baik itu limbah padat medis maupun limbah padat non medis (Soejitno,

2002).

Limbah padat medis ialah limbah yang berasal dari pelayanan medis,

perawatan gigi, laboratorium, farmasi atau yang sejenis, penelitian, perawatan,

pendidikan yang menggunakan bahan beracun, infeksius atau bahan berbahaya

memiliki sifat infeksius dan toksik. Sedangkan limbah padat non medis berasal dari

dapur, kantor rumah sakit, halaman, ruang - ruang perawatan, radiologi atau hasil

kegiatan lain yang tidak mengandung bahan infeksius, beracun atau bahan berbahaya

(Arifin, M. 2005).

Unit-unit rumah sakit yang menghasilkan limbah padat medis diantaranya

ruang ICU, ICCU, ruang perawatan/ rawat inap, IGD, laboratorium, instalasi farmasi,

poliklinik dan ruang bersalin. Fasilitas pelayanan kesehatan tersebut tentunya

menghasilkan limbah seperti jarum suntik, kassa verban, ampul, infus set, obat

kadaluarsa, sisa bungkus obat, pot urine, jaringan tubuh, sarung tangan dan masih

banyak lagi lainnya (Kepmenkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004).

Pengumpulan limbah padat medis dipisahkan antara limbah padat medis

dengan limbah padat non medis, termasuk pemisahan dan pengumpulan limbah padat

medis berdasarkan karakteristik. Pemisahan limbah padat medis sejak dari ruangan

merupakan langkah awal memperkecil kontaminasi terhadap petugas kesehatan,

petugas kebersihan lingkungan, pasien maupun tamu yang berkunjung (Depkes RI,

2004).

Universitas Sumatera Utara


Persyaratan pengelolaan limbah padat medis pada layanan kesehatan sesuai

International Commite of The Red Cross dan keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia No. 1204/Menkes/SK/X/2004 bahwa setiap pelayanan kesehatan harus

melakukan: minimisasi limbah padat, Pemilahan, pewadahan dan penanganan

(handling), Pengumpulan dan penyimpanan, Transportasi, Pengolahan, pemusnahan

dan pembuangan akhir limbah padat medis.

Dalam profil kesehatan Indonesia, Departemen Kesehatan 1997, diungkapkan

seluruh rumah sakit di Indonesia berjumlah 1090 dengan 121.996 tempat tidur.

Diperkirakan secara nasional produksi sampah rumah sakit sebesar 376.089 ton/hari.

Dari gambaran tersebut dapat dibayangkan betapa besar potensi rumah sakit untuk

mencemari lingkungan dan kemungkinannya menimbulkan kecelakaan serta

penularan penyakit terhadap petugas yang bekerja di rumah sakit maupun masyarakat

yang berada di sekitar rumah sakit (Direktorat Jenderal PPM & PL dan Direktorat

Jenderal Pelayanan Medik Depkes RI. 2002).

Data dari Badan Lingkungan Hidup dan Energi Sumber Daya Mineral (LH-

ESDM) Kota Medan mencatat sebanyak 82 rumah sakit yang ada di Medan, hanya 36

rumah sakit memiliki dokumen Upaya Kelestarian Lingkungan (UKL) dan Upaya

Pengelolaan Lingkungan (UPL), selebihnya sebanyak 46 rumah sakit memiliki

dokumen Upaya Kelestarian Lingkungan (UKL) dan Upaya Pengelolaan Lingkungan

(UPL) tapi tidak memaksimalkannya dengan baik.

Pengaruh limbah rumah sakit terhadap lingkungan dan kesehatan jika tidak

dikelola dengan baik, maka akan menimbulkan berbagai masalah seperti gangguan

Universitas Sumatera Utara


kenyamanan dan estetika, kerusakan harta benda, gangguan kerusakan tanaman dan

binatang, gangguan terhadap kesehatan manusia serta gangguan genetik dan

reproduksi (Depkes RI, 2004).

Dalam mencegah timbulnya risiko dan penularan penyakit terhadap petugas

pengelolaan limbah padat medis di rumah sakit, faktor perilaku seperti faktor

pendukung (enabling factor) terdiri dari: kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana

pengelolaan limbah di rumah sakit dan faktor pendorong (reinforcing factor) terdiri

dari: pengawasan pimpinan, peraturan rumah sakit dan sistem informasi pengelolaan

limbah sangat memengaruhi perilaku petugas (Sani, 2012).

Risiko kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dapat terjadi terhadap

petugas, jika petugas tidak melakukan pengelolaan limbah sesuai dengan persyaratan

yang telah diatur dalam kepmenkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004. Risiko tersebut

seperti terjadinya gangguan kesehatan yang terjadi karena terkontaminasinya limbah

padat medis yang mengandung berbagai macam bahan kimia beracun dan buangan

yang terkena benda-benda tajam terhadap petugas pengelola limbah padat medis di

rumah sakit. Penyakit yang dapat timbul seperti penyakit HIV/AIDS, hepatitis B dan

C, Dermatitis Iritan Kronik serta gangguan pernafasan (Kepmenkes

No.1087/MENKES/SK/VIII/2010).

WHO menyebutkan jumlah keseluruhan pekerja kesehatan sebanyak 35 juta

pekerja, 3 juta diantaranya terpajan patogen darah (2 juta pekerja terpajan virus HBV,

0.9 juta pekerja terpajan virus HBC dan 170.000 pekerja terpajan virus HIV/AIDS.

Dimana jumlah kematian akibat penyakit menular yang berhubungan dengan

Universitas Sumatera Utara


pekerjaan untuk laki-laki sebanyak 108.256 jiwa dan perempuan sebanyak 517,404

jiwa.

Di luar negeri seperti USA (per tahun) terdapat 5000 petugas kesehatan

terinfeksi Hepatitis B dan 47 orang positif terkena penyakit HIV dan setiap tahunnya

dilaporkan 600.000 – 1.000.000 pekerja terkena luka tususk jarum (diperkirakan lebih

dari 60% tidak dilaporkan). Dan di Indonesia (1998) mencatat kecelakaan akibat

kerja yang disebabkan karena tertusuk jarum suntik sekitar 41%, terdapat 65.4%

petugas pembersih rumah sakit (cleaning service) menderita Dermatitis Kontak Iritan

Kronik Tangan.

Terkait dengan pengelolaan limbah medis rumah sakit maka penting

diperhatikan beberapa penelitian yang menyebutkan pengelolaan limbah medis rumah

sakit sangat memengaruhi eksistensi rumah sakit tersebut dalam melakukan

pelayanan kepada pengguna jasa pelayanan kesehatan. Misalnya penelitian yang

dilakukan oleh Risca (2008), dimana diketahui bahwa pengelolaan limbah padat

sangat berhubungan dengan kualitas pengelolaan lingkungan rumah sakit. Selain itu

dalam penelitian ini juga diketahui bahwa perilaku yang baik dari petugas

pengelolaan rumah sakit berkaitan erat dengan upaya pengelolaan limbah rumah sakit

yang baik. Hasil penelitian Tarigan (2008), menjelaskan bahwa variabel kebijakan

rumah sakit dengan limbah padat medis merupakan faktor yang dominan berpengaruh

terhadap tindakan perawat dalam membuang limbah padat medis di RSU Dr. Pirngadi

Kota Medan.

Universitas Sumatera Utara


Penelitian lain yang dilakukan oleh Maimunah (2002), menunjukkan bahwa

sistem pengelolaan sampah medis rumah sakit tersebut belum memenuhi syarat. Hal

ini terjadi selain disebabkan karena kurang tersediannya sarana dan prasarana

pendukung upaya pengelolaan limbah sampah medis, juga disebabkan oleh perilaku

petugas yang kurang mendukung upaya penanggulangan sampah medis tersebut.

Hanya 36,5% petugas pengelolaan sampah medis yang menunjukkan perilaku yang

baik dalam upaya penanggulangan sampah medis.

Dengan melihat keadaan diatas maka perlu dilakukan pengelolaan limbah

padat medis yang baik, dimulai dari sumber hingga pengelolaan, yang meliputi

pengolahan, pengemasan, pengumpulan, pengangkutan, penampungan dan

penyimpanan, pemusnahan dan pengawasan, serta pencatatan dan pelaporan. Alur

untuk mengangkut limbah padat medis baik medis maupun non medis tidak boleh

sama dengan alur petugas diet dan pasien termasuk penggunaan lift juga tidak

diperbolehkan berada dalam satu lift.

Rumah sakit umum Permata Bunda Medan merupakan rumah sakit swasta.

Memiliki visi yaitu melakukan pelayanan yang ramah dan bermutu. Dari survei

pendahuluan yang dilakukan peneliti di RSU Permata Bunda Medan, bahwa

pengelolaan limbah padat medis mulai dari pemilahan hingga pengangkutan ke

tempat limbah sementara dilakukan oleh cleaning servis dan untuk pengelolaan

limbah padat medis bekerjasama dengan pihak ketiga yaitu PT. ARA yang berada di

Jl. Air Bersih SM Raja Medan, kemudian pemusnahan limbah dengan incinerator

dilakukan PT. ARA di daerah Tj. Morawa Deli Serdang Sumatera Utara. Pengelolaan

Universitas Sumatera Utara


limbah medis RSU Permata Bunda sudah cukup memadai namun masih ditemukan

permasalahan-permasalahan terkait pengelolaan limbah padat medis.

Hasil pengamatan peneliti terhadap kegiatan pengelolaan limbah padat medis

yang dilakukan oleh cleaning servis yaitu masih didapati limbah padat medis

bercampur dengan limbah padat non medis, masih terdapat petugas cleaning servis

yang tidak menggunakan alat pelindung diri lengkap saat mengangkut sampah seperti

tidak menggunakan masker, tutup kepala, pelindung mata, sarung tangan khusus dan

tidak menggunakan baju khusus. Sehingga risiko kecelakaan kerja yang terjadi yaitu

masih terdapat cleaning service yang tertusuk jarum suntik sebanyak 18 orang

(40,0%) dari 45 petugas cleaning service saat melakukan pengangkutan limbah padat

ke tempat penampungan limbah sementara, hingga mengalami alergi pada kulit.

Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, maka penulis tertarik melakukan

penelitian tentang perilaku petugas cleaning servis mengenai pengelolaan limbah

padat medis terhadap risiko kecelakaan kerja di RSU Permata Bunda Medan tahun

2014. Untuk mengetahui bagaimana perilaku petugas cleaning servis dalam

mengelola limbah padat medis mulai dari sumber hingga pengolahan akhir yang

dilakukan oleh petugas rumah sakit terhadap limbah padat medis.

1.2 Permasalahan

Berdasarkan latar belakang dan survei pendahuluan dapat diketahui bahwa

permasalahan dalam penelitian ini adalah perilaku petugas cleaning service yang

kurang baik dalam pengelolaan limbah padat medis di RSU Permata Bunda Medan.

Universitas Sumatera Utara


Hal ini berdampak tidak baik bagi keselamatan serta keamanan petugas, untuk itu

dalam meminimalkan risiko kecelakaan dan penularan penyakit terhadap petugas

maka setiap petugas harus mengetahui prosedur pengelolaab limbah padat medis

yang sesuai standar di RSU Permata Bunda Medan tahun 2014.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik dan perilaku

petugas cleaning servis terhadap pengelolaan limbah padat medis terhadap risiko

kecelakaan kerja di RSU Permata Bunda Medan Tahun 2014.

1.4 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh antara karakteristik dan

perilaku petugas cleaning servis mengenai pengelolaan limbah padat medis terhadap

risiko kecelakaan kerja di RSU Permata Bunda Medan Tahun 2014.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

Menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang kesehatan lingkungan yang

telah diperoleh di bangku perkuliahan terutama mengenai pengelolaan limbah

padat medis.

1.5.2 Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan

masukan bagi Badan Lingkungan Hidup Kota Medan dalam menentukan

Universitas Sumatera Utara


kebijaan yang berkaitan dengan manajemen pengelolaan limbah padat medis

di RSU Permata Bunda Medan. Selain itu, dapat dimanfaatkan sebagai data

sekunder sebagai pedoman awal untuk pengembangan penelitian yang terkait

dimasa yang akan datang.

1.5.3 Manfaat Bagi Rumah Sakit

Sebagai masukan bagi pihak manajemen RSU Permata Bunda Medan dalam

melakukan pengelolaan limbah padat medis terhadap risiko kecelakaan kerja

di rumah sakit.

Universitas Sumatera Utara


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Perilaku

Menurut Ensiklopedia amerika yang dikutip oleh Notoadmodjo (1993),

perilaku diartikan sebagai suatu aksi reaksi organisme terhadap lingkungannya.

Perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang di perlukan untuk menimbulkan reaksi

yang disebut rangsangan. Dengan demikian maka suatu rangsangan tertentu akan

menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu.

Perilaku dapat dikelompokkan menjadi 3 (Kuswadi, 1994):

1. Perilaku dalam bentuk pengetahuan, yakni dengan mengetahui situasi atau

rangsangan dari luar.

2. Perilaku dalam bentuk sikap, yakni tanggapan batin terhadap keadaan atau

rangsangan dari luar subjek. Walaupun sangat sukar diketahui tetapi sikap

merupakan hal yang penting dalam menentukan corak perilaku selanjutnya.

3. Perilaku dalam bentuk tindakan, yakni perilaku yang berbentuk perbuatan

(action) terhadap situasi atau rangsangan dari luar.

2.1.1 Pengetahuan (Knowledge)

Menurut Notoatmodjo (1993), pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu

dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indra penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia

10
Universitas Sumatera Utara
diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan domain yang sangat

penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.

Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh

pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh

pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) yang di kutip Notoatmodjo (1993),

mengungkapkan sebelum orang berperilaku baru didalam diri orang tersebut terjadi

proses yang berurutan yakni:

1. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti pengetahuan

terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

2. Interest (merasa tertarik), dimana orang mulai tertarik kepada stimulus.

3. Evaluation (menimbang-nimbang), terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut

bagi dirinya. Hal ini berarti sikap respon sudah lebih baik lagi.

4. Trial (mencoba), dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru.

5. Adoption (mengadopsi), dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus, tetapi Rogers

menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap

tersebut.

Tingkat Pengetahuan mempunyai 6 tingkatan, yakni tahu (know), memahami

(comprehension), aplikasi (application), analisis (analysis), sintesis (Synthetis) dan

evaluasi (evaluation).

Menurut Notoatmodjo (1993), yang mengutip pendapat Rogers (1974),

pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang

Universitas Sumatera Utara


menanyakan tentang isi materi yang ingin di ukur dari subjek penelitian atau

responden. Kedalaman pengetahuan pengetahuan yang ingin di ketahui dapat

disesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut diatas.

2.1.2 Sikap (Attitude)

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup terhadap suatu

stimulus atau objek. Pengertian sikap menurut New Comb, salah seorang ahli

psykologi sosial yang dikutip oleh Notoatmodjo (1993), mengatakan bahwa sikap

merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan

pelaksanaan motif tertentu.

Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi adalah

predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup bukan

reaksi terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek

dilingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo, 1993)

Menurut Allport (1954) yang dikutip oleh Notoatmodjo menjelaskan bahwa

sikap mempunyai tiga komponen pokok yaitu: kepercayaan, ide dan konsep terhadap

suatu objek, kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek serta

kecenderungan untuk bertindak.

Seperti halnya pengetahuan, sikap terdiri dari empat tingkatan:

1. Menerima (reciving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek manusia) dan memerhatikan stimulus

yang di berikan (objek).

Universitas Sumatera Utara


2. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas

yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

3. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah

adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

4. Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala

resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

2.1.3 Tindakan (Practice)

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Untuk

terwujudnya suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi

yang memungkinkan antara lain dalah fasilitas, disamping faktor fasilitas juga

diperlukan faktor dukungan (support) dari pihak lain.

Menurut Notoatmodjo (1993), tindakan mempunyai beberapa tingkatan yaitu:

1. Persepsi (perseption) yaitu mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan

dengan tindakan yang akan diambil.

2. Respon terpimpin (guided respone), bila seseorang dapat melakukan sesuatu

dengan urutan yang benar.

3. Mekanisme (mecanisme), bila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan

benar secara otomatis.

Universitas Sumatera Utara


Adaptasi (adaptation ) merupakan suatu praktek atau tindakan yang sudah

berkembang dengan baik, diantaranya tindakan itu sudah dimodifikasinya tanpa

mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

Pengukuran tindakan dilakukan secara langsung dengan cara observasi

tindakan atau kegiatan yang dilakukan, sedangkan secara tidak langsung melalui

wawancara dengan menggunakan kuisioner.

2.2 Faktor-faktor yang Memengaruhi Perilaku dalam Pengelolaan Limbah


Padat Medis

Menurut Arifin (2009), limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah

yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya. Menurut

Permenkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004, limbah rumah sakit yaitu semua limbah

yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit dalam bentuk padat, cair dan gas. Dalam

upaya pengelolaan limbah rumah sakit, diperlukan peran serta petugas pengelolaan

limbah yaitu perawat dan cleaning servis serta peralatan-peralatan yang memadai dari

segi kuantitas dan kualitas. Namun, hal yang paling utama adalah bagaimana perilaku

petugas pengelolaan limbah tersebut dalam memproses limbah medis rumah sakit

agar tidak membahayakan lingkungan.

Menurut Notoatmodjo (2003) perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas

manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh

pihak luar. Perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat

diamati bahkan dapat dipelajari. Menurut Ensiklopedia Amerika perilaku diartikan

sebagai suatu aksi dan reaksi organisme terhadap lingkungannya. Skiner dalam

Universitas Sumatera Utara


Robbins (2002) merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi

seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar), namun dalam memberikan

respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang

bersangkutan. Faktor-faktor yang membedakan respons terhadap stimulus yang

berbeda disebut determinan perilaku.

Menurut Green yang dikutip dari oleh Notoadmodjo (2007), yang mendasari

timbulnya perilaku dapat dikelompokkan menjadi faktor predisposisi (predisposing

factor), faktor pendukung (enabling factor) dan faktor pendorong (reinfocing factor).

Faktor-faktor yang tergolong sebagai faktor predisposisi (predisposing factor) antara

lain pengetahuan, sikap, jenis kelamin, pendidikan, umur dan lama bekerja, faktor

pendukung (enabling factor) antara lain mencakup ketersediaan sarana dan prasarana

dalam hal ini peralatan ataupun perlengkapan pengelolaan limbah padat medis rumah

sakit yang meliputi kualitas dan kuantitas alat. Sedangkan faktor pendorong

(reinfocing factor) mencakup tidak langsung yang memengaruhi perilaku petugas

(perawat dan cleaning servis) di rumah sakit yang meliputi peran kepala perawatan

atau pengawas instalasi pengelolaan limbah medis serta peraturan-peraturan dari

rumah sakit tentang pengelolaan limbah juga mengenai sistem informasi tata cara

pengelolaan limbah rumah sakit.

2.2.1. Faktor Predisposisi (Predisposing Factor)

Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap petugas pengelolaan limbah padat

medis serta faktor-faktor karakteristik individu petugas pengelolaan limbah padat

Universitas Sumatera Utara


medis yang berperan dalam tindakan petugas tersebut dalam upaya pengelolaan

limbah padat medis.

1. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan ranah yang sangat penting bagi terbentuknya

perilaku. Perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan cenderung tidak bersifat

langgeng atau berlangsung lama (Notoatmodjo, 2007). Selanjutnyamenurut soekidjo

pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra

manusia, yaitu indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian

besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan yang di cakup dalam ranah pengetahuan mempunyai enam

tingkatan, yaitu:

a. Tahu (know), tahu diartikan pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali

(recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau

dirangsang yang telah diterima. Oleh karena itu “tahu” ini adalah merupakan

tingkat pengetahuan yang paling rendah.

b. Memahami (comprehension), memahami diartikan sebagai suatu kemampuan

menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat

menginterpretasikan materi harus dapat menjelaskan, menyebut contoh,

menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari.

c. Aplikasi (apllication), penerapan diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada suatu kondisi nyata (sebenarnya).

Universitas Sumatera Utara


Aplikasi disini dapat diartikan penggunaan metode, rumus, prinsip dan

sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (analysis), analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

atau suatu obyek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu

struktur tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (synthesis), sintesis menunjukkan pada kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian-bagian didalam bentuk keseluruhan yang baru.

Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi-

formulasi yang ada.

f. Evaluasi (evaluation), evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek.

2. Sikap

Sikap individu tidak terlepas dari perilaku, sebab proses terjadinya perilaku

seseorang berlangsung karena adanya sikap orang terhadap obyek. Menurut

Berkowitz dalam kutipan Azwar (1987) sikap seseorang terhadap suatu obyek adalah

perasaan mendukung atau memihak (favourable), maupun perasaan tidak mendukung

atau memihak (unfavourable), pada obyek tersebut.

Pengertian yang kurang lebih sama dikemukakan oleh Purwanto bahwa sikap

sebenarnya sudah mengandung unsur penilaian suka atau tidak suka, positif atau

negatif, yang disebut subyek atau obyek. Kalau sesseorang bersikap positif terhadap

sesuatu hal, subyek akan mendekati, memakai, menganut atau mengadopsi obyek

Universitas Sumatera Utara


tersebut. Sebaliknya kalau orang bersikap negatif terhadap suatu obyek, orang

tersebut akan menjauhi, menolak, menggagalkan atau menghindari obyek tersebut.

Sedangkan Edgley yang dikutip Azwar (1987), mendefenisikan sikap sebagai

suatu pola prilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk

menyesuaikan diri dalam situasi sosial yang telah terkondisikan. Hal yang sama juga

dikemukakan oleh Notoatmojo (2007) bahwa sikap belum merupakan suatu perilaku

tertentu. Dari bahan-bahan di atas dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu

tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu. Dalam diri

individu sebenarnya terdapat suatu dorongan yang didasarkan pada kebutuhan,

perasaan, perhatian dan kemampuan untuk mengambil suatu keputusan pada suatu

saat terhadap suatu perubahan atau stimulus. Proses dalam tahapan ini sesungguhnya

masih bersifat tertutup, tetapi sudah merupakan keadaan yang disebut sikap. Bila

terus menerus diarahkan, maka pada suatu saat akan meningkatkan menjadi lebih

terbuka dan berwujud pada suatu reaksi yang berupa perilaku (Notoatmodjo, 2007).

3. Jenis Kelamin

Sejak awal 1970 an semakin banyak kaum wanita yang bergerak memasuki

karier organisasi. Sebagai hasil dari perkembangan ini, timbul pertanyaan berikut:

adakah perbedaan agresivitas, kecenderungan menempuh resiko, keikatan dan etika

kerja antara pria dan wanita. Yang diperlukan adalah pengkajian ilmiah tentang pria,

wanita dan lain-lain yang melakukan pekerjaan dan bukan manajerial dalam

organisasi, untuk itu dibutuhkan data untuk mengkaji dan mengetahui perbedaan gaya

dan karakteristik apabila perbedaan itu memang ada (Fathoni, 2006).

Universitas Sumatera Utara


Tidak ada perbedaan yang konsisten antara pria dan wanita dalam

kemampuan memecahkan masalah, keterampilan analisis, dorongan kompetitif,

motivasi, sosiabilitas atau kemampuan belajar. Namun studi-studi psikologis telah

menemukan bahwa wanita lebih bersedia untuk memenuhi wewenang, dan pria lebih

agresif dan lebih besar kemungkinannya dari pada wanita dalam memiliki

pengharapan untuk sukses. Bukti yang konsisten juga menyatakan bahwa wanita

mempunyai tingkat kemangkiran yang lebih tinggi dari pada pria (Robbins, 2002).

4. Pendidikan

Pendidikan seseorang memengaruhi cara berfikir dalam menghadapi

pekerjaan. Santis dikutip oleh Notoatmojo (2003) dimana dalam penelitiannya

membuktikan bahwa pendidikan adalah salah satu faktor yang memengaruhi

pendapatan dan cara kerja seseorang.

Faktor pendidikan adalah salah satu hal yang sangat besar pengaruhnya

terhadap peningkatan produktivitas kerja yang dilakukan. Semakin tinggi tingkat

pendidikan maka semakin besar kemungkinan tenaga kerja dapat bekerja dan

melaksanakan pekerjaannya. Makin tinggi pendidikan makin mudah menerima

informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Pendidikan

diperlukan untuk mendapatkan informasi misalnya hal-hal yang menunjang

kesehatan, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Pendidikan dapat

memengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama

dalam memotivasi untuk siap berperan serta dalam pembangunan kesehatan. Makin

tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin tinggi pendidikan makin mudah

Universitas Sumatera Utara


menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki.

Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi misalnya hal-hal yang

menunjang kesehatan, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Pendidikan dapat

memengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama

dalam memotivasi untuk siap berperan serta dalam pembangunan kesehatan. Makin

tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin mudah menerima informasi sehingga

makin bnayak pula pengetahuan yang dimiliki, sebaliknya pendidikan yang kurang

akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru

diperkenalkan. Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti di dalam

pendidikan itu dan terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau berubah ke arah

yang lebih dewasa, lebih baik dan matang pada diri individu, kelompok atau

masyarakat.

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka akan memengaruhi pola

fikir yang nantinya akan berdampaka apda tingkat kepuasan kerja. Pendapat lain juga

dikemukakan oleh Robbins (2002), bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan, maka

tuntutan-tuntutan terhadap aspek-aspek kepuasan kerja di tempat kerjanya akan

semakin meningkat.

5. Umur

Menurut Elisabeth yang di kutip Nurusalam (2008), usia adalah umur individu

yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Sedangkan menurut

Huclok (1999) semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang

akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat

Universitas Sumatera Utara


seseorang lebih dewasa lebih dapat dipercaya dari orang yang belum tinggi tingkat

kedewasaannya. Hal ini merupakan bagian dari pengalaman dan kematangan jiwa.

Umur seseorang memengaruhi kematangan berfikir seseorang dalam

berprilaku. Semakin tinggi umur, maka akan tercipta kematangan berfikir, sehingga

cenderung berprilaku yang baik. Begitu pula sebaliknya, bila umur masih tergolong

belia maka perilakunya masih perlu dilakukan sedikit pertimbangan atau cenderung

sesuka hatinya. Dalam pengelolaan limbah padat medis di rumah sakit, umur

berpengaruh terhadap upaya tersebut. Penjelasannya sama dengan penjelasan pada

kalimat sebelumnya.

Umur memengaruhi produktivitas, alasannya adanya keyakinan yang meluas

bahwa produktivitas merosot dengan meningkatnya umur seseorang. Sering

diandaikan bahwa keterampilan individu terutama kecepatan, kecekatan, kekuatan

dan koordinasi menurun seiring berjalannya waktu, dan bahwa kebosanan pekerjaan

yang berlarut-larut dan kurangnya rangsangan intelektual semuanya berhubungan

dengan berkurangnya produktivitas. Pada karyawan yang berumur juga dianggap

kurang luwes dan menolak teknologi baru. Namun di lain pihak ada sejumlah kualitas

positif yang ada pada karyawan yang lebih tua, meliputi: pengalaman, pertimbangan,

etika kerja yang kuat dan komitmen terhadap mutu. (Sani , 2012).

6. Lama Bekerja

Lama bekerja atau masa kerja seseorang akan menentukan prestasi individu

yang merupakan dasar prestasi dan kinerja organisasi. Semakin lama seseorang

bekerja di suatu organisasi, maka tingkat prestasi individu akan semakin meningkat

Universitas Sumatera Utara


yang dibuktikan dengan tingginya tingkat penjualan dan akan berdampak kepada

kinerja dan keuntungan yang menjadi lebih baik, sehingga memungkinkan untuk

mendapatkan promosi atau kenaikan jabatan (Gibson, 2000).

2.2.2. Faktor Pendukung (Enabling Factor)

Faktor pendukung perilaku adalah fasilitas, sarana ataupun prasarana yang

mendukung atau yang memfasilitasi terjadinya perilaku seseorang ataupun

masyarakat. Pengetahuan dan sikap saja belum menjamin terjadinya perubahan

perilaku, maka masih diperlukan sarana atau fasilitas untuk memungkinkan atau

mendukung perilaku tersebut. Dari segi pengelolaan limbah padat rumah sakit, perlu

adanya ketersediaan alat-alat tersebut. Jadi, dalam hal ini terpenuhi syarat kuantitas

dan kualitas peralatan pengelolaan limbah padat medis di rumah sakit.

Dibutuhkan pedoman tertentu tentang penempatan fasilitas dan

penanganannya, disamping untuk memenuhi kebutuhan jabatan seseorang, azas

keserasian juga tetap untuk meningkatkan efisiensi kerja pegawai. Keserasian

perbandingan antara manusia dengan alat kerja sehingga turut menjamin adanya

suasana kerja yang menggairahkan. Peralatan dan perlengkapan harus tepat guna

yang diadakan sesuai dengan tingkat kebutuhan (Fathoni, 2006).

2.2.3. Faktor Pendorong (Reinforcing Factor)

Faktor-faktor pendorong (factor reinforcing) terwujud dalam sikap dan

perilaku dari petugas kesehatan dan petugas lainnya serta kebijakan yang ada seperti

peraturan, sanksi dan penghargaan. Pengetahuan, sikap dan fasilitas yang tersedia

kadang-kadang belum menjamin terjadinya perubahan perilaku sesorang ataupun

Universitas Sumatera Utara


masyarakat. Faktor reinforcing adalah konsekuensi dari determinan perilaku, dimana

masyarakat menerima feedback dan setelah itu ada dukungan sosial. Faktor

reinforcing meliputi dukungan sosial, pengaruh dan informasi serta feedback oleh

tenaga lainnya.

Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama,

sikap dan perilaku para petugas kesehatan. Termasuk juga undang-undang, peraturan-

peraturan, baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan.

Robbins (2008), mengemukakan bahwa salah satu tugas pimpinan adalah melakukan

supervisi terhadap evalusi pelaksanaan kegiatan dalam upaya pencapaian tujuan.

Evaluasi yang digunakan berdasarkan efektivitas dan efisiensi. Adanya dua kategori

evaluasi yaitu kesesuaian (appropriateness) yang dihubungkan dengan kebutuhan

memenuhi tujuan program dan prioritas pilihan dan nilai-nilai yabg tersedia, dan

kecukupan (adequency) yang berhubungan dengan masalah dapat terselesaikan

melalui kegiatan yang telah diprogramkan. Fathono (2006), menyimpulkan bahwa

supervisi yang baik dilakukan sebanyak enam kali dalam satu tahun. Ada hubungan

yang bermakna antara supervisi dengan kinerja bidan dimana bidan yang kurang

mendapat supervisi mempunyai resiko sebanyak 9,2 kali untuk berkinerja kurang.

Dalam pengelolaan limbah padat medis, faktor yang terkait sebagai faktor

reinforcing adalah peran kepala pengelolaan instansi limbah rumah sakit, peraturan-

peraturan dari rumah sakit tentang pengelolaan limbah, serta sistem informasi

mengenai tata cara pengelolaan limbah padat rumah sakit (Sani, 2012).

Universitas Sumatera Utara


2.3 Pengertian Rumah Sakit

Menurut UU RI No. 44s Tahun 2009 tentang Kesehatan, rumah sakit adalah

institusi yang fungsi utamanya memberikan pelayanan kepada pasien, diagnostik dan

teraupetik untuk berbagai penyakit dan masalah kesehatan, baik yang bersifat bedah

maupun non bedah. Rumah sakit harus di bangun dan dilengkapi, serta dipelihara

dengan baik untuk menjamin pelayanan kesehatan, keselamatan pasien serta harus

menyediakan fasilitas yang lapang , tidak berdesak-desakan dan terjamin sanitasinya

yang bertujuan untuk kesembuhan pasiennya.

Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No.983/Menkes /SK/XI/1992 tanggal

12 November tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit yang menyebutkan bahwa

rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan yang

bersifat dasar, spesialistik dan sub spesialistik. Rumah sakit ini mempunyai misi

memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat

dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Tugasnya adalah

melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan

mengutamakan upaya penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi

dan terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan penyakit serta penyulluhan

kesehatan bagi masyarakat sekitarnya.

Peran rumah sakit sejalan dengan tujuan kesehatan adalah tercapainya

kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat

kesehatan masyarakat yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dan

tujuan pembangunan nasional. Peran rumah sakit pada saat ini sudah bertambah dari

Universitas Sumatera Utara


sarana pelayanan rujukan yang semula hanya melaksanakan upaya peningkatan dan

pencegahan secara terpadu dan berkesinambungan (Soejitno, 2002).

2.3.1 Pelayanan Rumah Sakit

Rumah sakit merupakan suatu sub sistem dari pelayanan kesehatan, juga

merupakan suatu industri jasa yang berfungsi untuk memenuhi salah satu kebutuhan

primer manusia, baik sebagai individu, masyarakat atau bangsa secara keseluruhan

untuk meningkatkan hajat hidup yang utama yaitu kesehatan. Dalam upaya

menghasilkan masukan, proses dan keluaran pelayanan yang bermutu, efektif, efisien

yang berorientasi kepada kepentingan pasien. Departemen Kesehatan RI telah

menyusun kriteria-kriteria penting mengenai jenis disiplin pelayanan yang berkaitan

terutama dengan struktur dan proses pelayanan rumah sakit. Kroteria tersebut

terutama dalam bentuk “standar pelayanan rumah sakit”, sebagai salah satu nilai atau

modul yang dijadikan sebagai dasar perbandingan yang harus dipakai oleh pengelola

rumah sakit dalam melaksanakan pelayanan yang didasari ilmu pengetahuan dan

keterampilan manajemen rumah sakit yang memadai dengan dijiwai oleh etika

profesi (Depkes RI, 2002).

2.3.2 Sumber Daya Pengelolaan Limbah di Rumah Sakit

Sumber daya pengelolaan limbah sangat diperlukan dalam mencapai tujuan

pengelolaan limbah di rumah sakit. Untuk mencapai tujuan yang telah di tentukan

diperlukan sumber daya manusia sebagai sumber daya aktif. Harold Koonts dan

Cyrill O. Donnel dalam bukunya yang berjudul prinsiple of management yang dikutip

oleh Marsum dan Siti Fauziah (2007) menjelaskan bahwa sumber daya manusia

Universitas Sumatera Utara


adalah hal yang paling sangat menentukan dalam hal melakukan proses untuk

mencapai suatu tujuan. Sumber daya manusia di rumah sakit terdiri dari sumber daya

non medis (cleaning servis dan bagian administrasi) serta sumber daya medis (dokter

dan perawat). Tanpa adanya sumber daya baik medis dan non medis maka tidak akan

ada proses kerja, sebab pada dasarnya sumber daya manusia adalah makhluk kerja.

Manajemen di rumah sakit tidak terlepas dari sumber daya manusia (sumber

daya aktif), koordinasi antar manusia yang dikendalikan untuk mencapai tujuan

adalah merupakan proses manajemen yang meliputi 4 (empat) elemen dasar sumber

daya manusia:

1. Kegiatan sumber daya untuk mencapai tujuan

2. Proses dilakukan secara rasional melalui manusia lain

3. Menggunakan metode dan teknik tertentu

4. Dan dalam lingkungan organisasi tertentu.

Prinsip-prinsip umum manajemen yang berkaitan dengan sumber daya

manusia, sebagai berikut:

1. Adanya pembagian kerja, kualitas anggota perlu di perhatikan baik fisik, mental,

pendidikan, pengalaman dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang maha Esa.

2. Disiplin merupakan ketaatan, kepatuhan untuk mengikuti aturan yang menjadi

tanggung jawabnya.

3. Kewenangan dan tanggung jawab setiap pekerja untuk melaksanakan

pekerjaannya sesuai pembagian tugas yang di berikan kepadanya.

4. Memberi perioritas kepada kepentingan umum.

Universitas Sumatera Utara


5. Penggajian pegawai dan karyawan sangat menentukan dalam kelancaran tugas.

6. Pusat kewenangan yang berdampak kepada perumusan pertanggungjawaban

dalam rangka mencapai tujuan.

7. Mekanisme kerja dalam organisasi sehingga anggota tahu siapa yang menjadi

atasan dan bertanggung jawab kepada siapa dan sebaliknya.

8. Inovasi pengembangan serta inisiatif dari pekerja agar berkembang kearah

perubahan kemajuan.

9. Semangat bekerja sama, yaitu hubungan manajemen dengan sumber daya

manusia merupakan proses usaha pencapaian tujuan melalui kerjasama dengan

orang lain untuk mencapai tujuan (Marsum dkk. 2009).

Pengorganisasian usaha sanitasi rumah sakit harus mencerminkan fungsi

dinamis dengan wadah kegiatan terdiri dari unsur:

1. Pimpinan layanan sanitasi rumah sakit

2. Teknis sanitasi

3. Penunjang layanan sanitasi

Adapun tugas-tugas dalam sanitasi rumah sakit yaitu:

1. Mengembangkan prosedur rutin untuk pelaksanaannya.

2. Melatih dan mengawasi petugas pengelolaan limbah dimulai dari perawat,

cleaning servis hingga petugas khusus yang melakukan pengelolaan limbah padat

medis.

3. Membagi tugas dan tanggung jawab.

Universitas Sumatera Utara


Petugas yang berwenang dalam pelaksanaan usaha sanitasi di rumah sakit

yang termasuk didalamnya adalah perawat dan cleaning servis merupakan kunci

dalam panitia atau komite keamanan dan harus melaksanakan tugasnya dalam

pengawasan infeksi. Petugas harus melakukan suatu pengamatan (surveilence)

sanitasi yang efektif dan melaporkan pelaksanaan program yang telah dibuat kepada

pimpinan rumah sakit. Petugas khususnya perawat sebagai pemberi layanan kepada

penderita dapat memengaruhi proses pengobatan. Hubungan psikobiososial penderita

dengan petugas maupun dengan pengunjung dapat memengaruhi hasil penyembuhan,

lebih-lebih apabila interaksi faktor biopsikososial ini berproses dalam suasana

lingkungan yang bersih, nyaman dan asri (Hapsari, 2010).

2.4 Konsep Limbah Padat Medis di Rumah Sakit

2.4.1 Pengertian Limbah Padat Medis

Limbah padat medis adalah limbah yang langsung dihasilkan dari tindakan

diagnosis dan tindakan medis terhadap pasien. Limbah padat medis terdiri dari

limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam. Limbah farmasi, limbah

sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif dan limbah kontainer bertekanan dan

limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi (Depkes RI, 2004).

Menurut Chandra (2007), limbah padat medis adalah limbah yang langsung

dihasilkan dari tindakan diagnosis dan tindakan medis terhadap pasien. Termasuk

kegiatan medis di ruang poliklinik, ruang perawatan, ruang bedah, ruang kebidanan,

ruang otopsi dan ruang laboratorium seperti perban. Kasa, alat injeksi, ampul dan

botol bekas obat injeksi, kateter, swab, plaster, masker, plasenta, jaringan organ,

sediaan dan media sampel untuk pemeriksaan laboratorium.

Universitas Sumatera Utara


Limbah padat non medis artinya limbah yang dihasilkan dari kegaiatan di luar

medis yang berasal dari dapur, perkantoran, taman dan halaman yang dapat

dimanfaatkan kembali apabila ada teknologinya. Limbah padat non medis meliputi

kertas-kertas pembungkus atau kantong dan plastik yang tidak berkaitan dengan

cairan tubuh. Pewadahan limbah padat non medis dipisahkan dari limbah padat medis

dan ditampung dalam kantong plastik warna hitam khusus untuk limbah padat non

medis (Depkes RI, 2004).

Tabel 2.1 Klasifikasi Limbah Padat Medis yang Berasal dari Rumah Sakit

Kategori Contoh Limbah yang


No Definisi
Limbah Dihasilkan
1 Infeksius Limbah yang terkontaminasi Kultur laboratorium,
organisme patogen (bakteri, virus, limbah dari bangsal
parasit atau jamur) yang tidak isolasi, kapas, materi atau
secara rutin ada di lingkungan dan peralatan yang tersentuh
oeganisme tersebut dalam jumlah pasien terinfeksi.
dan virulensi yang cukup untuk
menularkan penyakit pada
manusia rentan.
2 Patologis Limbah berasal dari pembiakan Bagian tubuh manusia
dan stock bahan yang sangat dan hewan (limbah
infeksius, otopsi, organ binatang anatomis), darah dan
percobaan dan bahan lain yang cairan tubuh yang lain,
telah diinokulasi, terinfeksi atau janin.
kontak dengan bahan yang sangat
infeksius.
3 Sitotoksis Limbah yang berasal dari bahan Dari materi yang
yang terkontaminasi dari terkontaminasi pada saat
persiapan dan pemberian obat persiapan dan pemberian
sitotoksis untuk kemoterapi obat, misalnya spuit,
kanker yang mempunyai ampul, kemasan, obat
kemampuan untuk membunuh kadaluarsa, larutan sisa,
atau menghambat pertumbuha sel urine, tinja, muntahan
hidup. pasien yang mengandung
obat sitotosksik.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.1 (Lanjutan)

Kategori Contoh Limbah yang


No Definisi
Limbah Dihasilkan
4 Benda tajam Merupakan materi yang dapat Jarum suntik, skalpel,
menyebabkan luka iris atau luka piasu bedah, peralatan
tusuk. Semua benda tajam ini infus, gergaji bedah dan
memiliki potensi bahaya dan pecahan kaca.
dapat menyebabkan cedera
melalui sobekan atau tususkan.
Benda-benda tajam yang terbuang
mungkin terkontaminasi oleh
darah, cairan tubuh, bahan
mikrobiologi, bahan beracun atau
radioaktif.
5 Farmasi Limbah farmasi mencakup Obat-obatan, vaksin, dan
produksi farmasi. Kategori ini serum yang sudah
juga mencakup barang yang akan kadaluarsa, tidak
dibuang setelah digunakan untuk digunakan, tumpah dan
menangani produk farmasi, terkontaminasi, yang tidak
misalnya botol atau kotak yang perlu lagi.
berisi residu, sarung tangan,
masker, selang penghubung
(tranfusi set) darah atau cairan
( infus set) dan ampul obat.
6 Kimia Mengandung zat kimia yang Reagent di laboratorium,
berbentuk padat, cair, maupun gas film untuk rontgen,
yang berasal dari aktivitas desinfektan yang
diagnostik dan eksperimen serta kadaluarsa atau sudah
dari pemeliharaan kebersihan tidak di perlukan lagi,
rumah sakit dengan menggunakan solven.
desinfektan.
7 Radioaktif Bahan yang terkontaminasi Cairan yang tidak terpakai
dengan radioisotop yang berasal dari radioaktif atau riset
dari penggunaan medis atau riset laboratorium, peralatan
radio nukleida . kaca, kertas absorben
Limbah ini dapat berasal dari yang terkontaminasi,
antara lain: tindakan kedokteran urine dan ekskreta dari
nuklir, radio-imunoassay dan pasien yang diobati atau
bakteriologis, dapat berbentuk diuji dengan radionuklida
padat, cair atau gas. yang terbuka.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.1 (Lanjutan)

Kategori Contoh Limbah yang


No Definisi
Limbah Dihasilkan
8 Logam yang Limbah yang mengandung logam Thermometer, alat
bertekanan berat dalam konsentrasi tinggi pengukur tekanan darah,
tinggi/berat termasuk dalam sub kategori residu dari ruang
limbah kimia bernahaya dan pemeriksaan gigi, dan
biasanya sangat toksik. sebagainya.
Contohnya adalah limbah merkuri
yang berasal dari bocoran
peralatan kedokteran yang rusak.
9 Kontainer Limbah yang berasal dari Tabung gas, kaleng,
bertekanan berbagai jenis gas yang digunakan aerosol yang mengandung
di rumah sakit. residu, gas catridge.
(Sumber: Pengelolaan Aman Limbah Layanan Kesehatan, 2005).

2.5 Persyaratan Pengelolaan Limbah Padat Medis di Rumah Sakit

Persyaratan pengelolaan limbah padat medis pada layanan kesehatan sesuai

International Commite of The Red Cross dan keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia No. 1204/Menkes/SK/X/2004:

a. Minimisasi Limbah Padat

Minimasi limbah padat medis, ataupun proses daur ulang dilakukan dengan

tindakan sebagai berikut:

1. Setiap rumah sakit harus melakukan reduksi limbah dimulai dari sumbernya.

2. Setiap rumah sakit harus memilih produk yang menghasilkan limbah paling

sedikit atau lebih sedikit, misalnya tidak menggunakan pembungkus materi

tertentu.

3. Setiap rumah sakit harus memilih produk yang dapat diisi ulang.

Universitas Sumatera Utara


4. Setiap rumah sakit harus mencegah pemborosan pemakaian alat atau produk

tertentu.

5. Setiap rumah sakit harus memilih peralatan yang dapat dipakai kembalai seperti

peralatan makan yang dapat dicuci kembali untuk digunakan dari pada yang

sekali pakai.

6. Setiap rumah sakit harus dapat mengelola dan mengawasi penggunaan bahan

kimia yang berbahaya dan beracun.

7. Limbah yang akan dimanfaatkan kembali harus dipisahkan dari limbah yang

tidak dimanfaatkan kembali.

b. Pemilahan, Pewadahan dan Penanganan (Handling)

Pemilahan limbah padat medis adalah proses pengidentifikasian berbagai jenis

limbah padat medis dan bagaimana limbah tersebut dikumpulkan secara terpisah. Ada

dua prinsip penting dalam proses pemilahan, yaitu:

1. Pemilahan sampah harus selalu menjadi tanggung jawab bagian yang

memproduksi mereka. Hal ini harus dilakukan sedekat mungkin dengan tempat

dimana limbah dihasilkan. Misalnya perawat harus membuang benda tajam di

wadah jarum suntik untuk menghindari pemakaian kembali. Perawat juga harus

memasangkan penutup jarum suntik sebelum meletakkannya di wadah limbah

yang tergolong tajam.

Tidak perlu dilakukan pemilahan limbah padat medis yang mengalami proses

dalam pengobatan, kecuali limbah padat medis yang tajam, yang harus selalu

dipisahkan dengan limbah lainnya. Pemilahan merupakan tahapan penting dalam

Universitas Sumatera Utara


pengelolaan limbah rumah sakit, dimana semua staf rumah sakit harus

berpartisipasi dalam pelaksanaannya. Pelatihan dan pemeriksaan rutin adalah hal

penting.

Cara termudah untuk memilah berbagai jenis limbah adalah dengan

mendorong orang untuk menyortir limbah atau untuk mengumpulkan berbagai jenis

limbah di wadah terpisah atau kantong plastik dengan warna dan ditandai dengan

simbol. Rekomendasi warna dan simbol internasional dapat kita lihat pada tabel

berikut ini:

Tabel 2.2 Jenis Wadah dan Label Limbah Medis Padat Sesuai Kategori

(Sumber: Kepmenkes No. 1204/Menkes/SK/X/2004)

Universitas Sumatera Utara


Sampah rumah tangga di rumah sakit diletakkan di wadah plastik berwarna

hitam yang selanjutnya diperlakukan sesuai dengan limbah rumah tangga biasa.

Tetapi sebelum diangkut, maka sebaiknya dilakukan pemilahan sampah organik dan

anorganik. Harus ada persediaan wadah limbah padat medis yang cukup di rumah

sakit. Ini adalah tanggung jawab manajemen limbah di suatu rumah sakit.

Berikut ini gambar wadah limbah padat medis dengan kantong plastik

berwarna kuning dan wadah limbah padat non medis dengan kantong plastik

berwarna hitam.:

Gambar 2.1 Contoh Wadah Limbah Gambar 2.2 Contoh Wadah Limbah
Padat Medis Padat Non Medis

2. Pewadahan limbah padat medis menurut Kepmenkes RI No. 1204/Menkes/SK/X

2004 harus memenuhi persyaratan yaitu:

a. Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air dan

mempunyai permukaan yang halus pada bagian dalamnya, misalnya

fiberglass.

Universitas Sumatera Utara


b. Di setiap sumber penghasil limbah padat medis harus tersedia tempat

pewadahan yang terpisah dengan limbah limbah padat nonmedis.

c. Kantong plastik diangkat setiap hari atau kurang sehari apabila bagian telah

terisi limbah.

d. Untuk benda-benda tajam hendaknya ditampung pada tempat khusus (safety

box) seperti botol atau karton yang aman.

e. Tempat pewadahan limbah padat medis padat infeksius dan sitotoksik yang

tidak langsung dengan limbah harus segera dibersihkan dengan larutan

desinfektan apabila akan dipergunakan kembali, sedangkan untuk kantong

plastik yang telah di pakai dan kontak langsung dengan limbah tersebut tidak

boleh digunakan lagi.

3. Penanganan (Handling)

Dalam hal penangan limbah padat medis dapat dilakukan dengan cara jarum

dan syringes harus dipisahkan sehingga tidak dapat digunakan kembali. Limbah

padat medis yang akan dimanfaatkan kembali harus melalui proses strerilisasi. Untuk

menguji efektivitas sterilisasi panas harus dilakukan tes Bacilus stearothermophilus

dan untuk sterilisasi kimia harus dilakukan tes Basilus subtilis.

Metode sterilisasi terdiri dari:

a. Sterilisasi termal, ada dua yaitu sterilisasi kering dalam oven “poupinel” dengan

suhu 160ºC selama 120 menit atau 170ºC selama 60 menit, dan sterilisasi basah

dalam autoklaf dengan suhu 121ºC selama 30 menit.

Universitas Sumatera Utara


b. Sterilisasi kimia dengan ethylene oxide (gas) dengan suhu 50ºC-60ºC selama 3-8

jam atau glutaraldehyde (cair) selama 30 menit.

Limbah jarum hipodermik tidak dianjurkan untuk dimanfaatkan kembali.

Apabila fasilitas layanan kesehatan tidak mempunyai jarum yang sekali pakai

(dispossible), limbah jarum hipodermik dapat dimanfaatkan kembali setelah melalui

proses salah satu metode sterlilisasi.

c. Pengumpulan dan Penyimpanan

Limbah harus dikumpulkan secara teratur, setidaknya sekali sehari. Limbah

tidak boleh dibiarkan menumpuk dimana limbah diproduksi. Pengumpulan limbah

padat medis dari tempat produksinya direncanakan dengan baik, setiap jenis limbah

harus dikumpulkan dan di simpan secara terpisah. Limbah infeksius tidak boleh

disimpan dalam tempat-tempat yang terbuka untuk umum. Petugas yang bertugas

mengumpulkan dan mengangkut limbah harus diberitahu untuk mengumpulkan

hanya wadah berwarna kuning dan wadah khusus benda tajam yang telah ditutup dan

petugas juga harus memakai sarung tangan. Kantong-kantong yang telah

dikumpulkan harus segera diganti dengan tas baru.

Dalam tempat penampunagn sementara, pengumpulan limbah padat medis

dari setiap ruangan menghasilkan limbah menggunakan troli khusus yang tertutup.

Penyimpanan limbah padat medis juga harus sesuai dengan iklim tropis yaitu pada

musim hujan paling lama 48 jam dan musim kemarau paling lama 24 jam. Lokasi

penampungan sementara untuk limbah layanan kesehatan harus dirancang agar

Universitas Sumatera Utara


berada di dalam wilayah instansi layanan kesehatan. Lokasi penampungan sementara

tidak boleh berada di dekat lokasi penyimpanan dan penyiapan makanan.

Tempat atau daerah khusus untuk penyimpanan limbah padat medis harus

memenuhi kriteria berikut:

1. Harus tertutup dan hanya petugas saja yang dapat masuk.

2. Harus terpisah dengan tempat penyediaan makanan.

3. Harus tertutup dan terlindungi dari sinar matahari.

4. Lantai harus kedap air dan dengan drainase yang baik.

5. Mudah dibersihkan.

6. Harus terlindungi dari gangguan hewan seperti tikus.

7. Harus ada akses mudah untuk keluar masuk transfortasi.

8. Pengaturan udara dan penerangan yang baik.

9. Harus ada pembatasan antar jenis limbah.

10. Dekat dengan lokasi insenerator.

11. Harus ada tempat pencucian di dekatnya.

12. Pintu masuk ditandai dengan “hanya petugas yang boleh masuk”.

d. Transportasi

Transportasi limbah padat medis adalah bagaimana limbah diangkut dengan

cara atau alat tertentu. Terkait transportasi, berbagai jenis limbah sebaiknya memiliki

alat pengangkutan yang berbeda pula. Alat angkut limbah harus memenuhi

persyaratan berikut:

1. Harus mudah untuk memuat dan membongkar limbah.

Universitas Sumatera Utara


2. Kantong limbah padat medis sebelum dimasukkan ke kendaraan pengangkut

harus diletakkan dalam kontainer yang kuat dan tertutup.

3. Kantong limbah padat medis harus aman dari jangkauan manusia maupun

binatang.

4. Tidak boleh memiliki sudut yang tajam atau tepi yang mungkin merobek kantong

atau merusak wadah.

5. Harus mudah dibersihkan (dengan klor aktif 5%) setiap harinya.

6. Harus ditandai dengan jelas.

7. Petugas yang menangani limbah (cleaning servis), harus menggunakan alat

pelindung diri yang terdiri dari:

a. Topi

b. Masker

c. Pelindung mata

d. pakaian panjang (coverall)

e. apron untuk industri

f. pelindung kaki/sepatu boat, dan

g. sarung tangan khusus (dispossable gloves atau heavy duty gloves).

e. Pengolahan, Pemusnahan dan Pembuangan Akhir Limbah Padat Medis

Limbah padat medis tidak diperbolehkan dibuang langsung ke tempat

pembuangan akhir limbah domestik sebelum aman bagi kesehatan. Cara dan

teknologi pengolahan atau pemusnahan limbah padat medis disesuaikan dengan

kemampuan rumah sakit dan jenis limbah padat medis yang ada dengan pemanasan

Universitas Sumatera Utara


menggunakan autoklaf atau dengan pembakaran menggunakan insenerator. Adapun

cara pengolahan, pemusnahan dan pembuangan akhir limbah padat medis sebagai

berikut:

1. Limbah infeksius dan benda tajam

a. Limbah yang sangat infeksius seperti biakan dan persediaan agen infeksius

dari laboratorium harus disterilisasi dengan pengolahan panas dan basah

seperti dalam autoclav sedini mungkin. Untuk limbah infeksius yang lain

cukup dengan cara desinfeksi.

b. Benda tajam harus diolah dengan insenerator bila memungkinkan dana dapat

diolah bersama dengan limbah infeksius lainnya. Kapsulisasi juga cocok

untuk benda tajam.

c. Setelah insenerasi atau desinfeksi, residunya dapat dibuang ke tempat

penampungan B3 atau dibuang ke landfill jika residunya sudah aman.

2. Limbah farmasi

Limbah farmasi dalam jumlah kecil dapat diolah dengan insenerator pirolitik

(pyrolitik incenerator), rotary klin, dikubur secara aman, sanitary landfill dibuang ke

sarana air limbah atau insenerasi. Tetapi dalam jumlah besar harus menggunakan

fasilitas pengolahan yang khusus seperti kapsulisasi dalam drum logam dan

insenerasi. Limbah padat dalam jumlah besar harus dikembalikan kepada distributor,

sedangkan bila dalam jumlah sedikit dan tidak memungkinkan dikembalikan supaya

dimusnahkan melalui insenerator pada suhu di atas 1000ºC.

Universitas Sumatera Utara


3. Limbah sitotoksik

a. Limbah sitotoksik sangat berbahaya dan tidak boleh dibuang dengan

penimbunan (landfill) atau saluran limbah umum.

b. Pembuangan yang dianjurkan adalah dikembalikan keperusahaan penghasil

atau distributornya, insenerator pada suhu tinggi dan degredasi kimia, bahan

yang belum dipakai dan kemasannya masih utuh karena kadaluarsa harus

dikembalikan ke distributor apabila tidak ada insenerator dan diberi

keterangan bahwa obat tersebut sudah kadaluarsa atau tidak dipakai lagi.

c. Insenerasi pada suhu tinggi sekitar 1200ºC dibutuhkan untuk menghancurkan

semua bahan sitotoksik. Insenerasi pada suhu rendah dapat menghasilkan uap

sitotoksik yang berbahaya ke udara. Insenerator pirolitik dengan 2 (dua)

tungku pembakaran pada suhu 1200ºC dengan minimum waktu tinggal 2 detik

atau suhu 1000ºC dengan waktu tinggal 5 detik di tungku kedua sangat cocok

untuk bahan ini dan dilengkapi dengan penyaring debu. Insenerator juga harus

dilengkapi dengan peralatan pembersih gas, insenerasi jika memungkinkan

dengan rotary kiln yang didesain untuk dekomposisi panas limbah kimiawi

yang beroperasi dengan baik pada suhu diatas 850ºC. Insenerator dengan 1

tungku atau pembakaran terbuka tidak tepat untuk pembuangan limbah

sitotoksik.

d. Apabila cara insenerasi maupun degredasi kimia tidak tersedia, kapsulisasi

atau insenerasi dapat di pertimbangkan sebagai cara yang dapat dipilih.

Universitas Sumatera Utara


e. Cara kimia relatif mudah dan aman meliputi oksidasi oleh kalium

permanganat (KMNO4) atau asam sulfat (H2SO4), penghilang nitrogen dengan

asam bromida atau reduksi nikel dan alumunium.

f. Insenerasi maupun degredasi kimia tidak merupakan solusi yang sempurna

untuk pengolahan limbah, tumpahan atau cairan biologis yang terkontaminasi

agen antineoplastik. Oleh karena itu rumah sakit harus berhati-hati dalam

menangani obat sitotoksik.

g. Apabila cara insenerasi maupun degradasi kimia tidak tersedia, kapsulisasi

atau insenerasi dapat dipertimbangkan sebagai cara yang dapat dipilih.

4. Limbah bahan kimiawi

a. Pembuangan limbah kimia biasa

Limbah biasa yang tidak bisa daur ulang seperti asam amino, garam dan gula

tertentu dapat dibuang kesaluran air kotor. Namun pembuangan tersebut

harus memenuhi persyaratan konsentrasi bahan pencemar yang ada seperti

bahan melayang, suhu dan pH.

b. Pembuangan limbah kimia berbahaya dalam jumlah kecil

Limbah bahan berbahaya dalam jumlah kecil seperti residu yang terdapat

dalam kemasan sebaiknya dibuang dengan insenerator pirolitik, kapsulisasi

atau ditimbun (landfill).

c. Pembuangan limbah kimia berbahaya dalam jumlah besar.

Tidak ada cara pembuangan yang aman dan sekaligus murah untuk limbah

berbahaya, pembuangannya lebih ditentukan kepada sifat bahaya yang

Universitas Sumatera Utara


dikandung oleh limbah tersebut, limbah tertentu bisa dibakar seperti bahan

pelarut dapat diinsenerasi, namun bahan pelarut dalam jumlah besar seperti

pelarut halogenida yang mengandung klorin atau florin tidak boleh

diinsenerasi, kecuali inseneratornya dilengkapi dengan alat pembersih gas.

d. Cara lain adalah dengan mengembalikan bahan kimia berbahaya tersebut ke

distributornya yang akan menanganinya dengan aman atau dikirim ke negara

lain yang mempunyai peralatan yang cocok untuk mengolahnya. Beberapa

hal yang perlu diperhatikan dalam penangann limbah kimia berbahaya adalah

sebagai berikut:

1) Limbah berbahaya yang komposisinya berbeda harus dipisahkan untuk

menghindari reaksi kimia yang tidak diinginkan.

2) Limbah kimia berbahaya dalam jumlah besar tidak boleh ditimbun karena

dapat mencaemari air tanah.

3) Limbah kimia didesinfektan dalam jumlah besar tidak boleh dikapsulisasi

karena sifatnya yang korosif dan mudah terbakar.

4) Limbah padat bahan kimia berbahaya cara pembuangannya harus

dikonsultasikan terlebih dahulu kepada instansi yang berwenang.

5. Limbah dengan kandungan logam berat tinggi

Limbah dengan kandungan mercuri atau kadmium tidak boleh dibakar atau di

insenerasi karena beresiko mencemari udara dengan uap beracun dan tidak boleh

dibuang landfill karena dapat mencemari air tanah. Adapun cara yang disarankan

adalah dengan cara dikirim ke negara yang memiliki fasilitas pengelolahan

Universitas Sumatera Utara


limbah dengan kandungan logam berat tinggi,bila tidak memungkinkan limbah

dibuang ke tempat penyimpanan yang aman sebagai pembuangan akhir untuk

limbah industri yang berbahaya. Cara lain yang paling sedeerhana adalah dengan

kapsulisasi kemudian dilanjutkan dengan landfill, bila hanya dalam jumlah kecil

dapat dibuang dengan limbah biasa.

6. Kontainer bertekanan

a. Cara yang terbaik untuk menangani limbah kontainer bertekanan adalah

dengan daur ulang atau penggunaan kembali. Apabila masih dalam kondisi

utuh dapat dikembalikan ke distributor untuk pengisian ulang gas. Agen

halogenida dalam bentuk cair dan dikemas dalam botol harus diperlakukan

sebagai limbah bahan kimia berbahaya untuk pembuangannya.

b. Cara pembuangan yang tidak diperbolehkan dalam pembakaran atau

insenerasi karena dapat meledak adalah:

1) Kontainer yang masih utuh

Kontainer-kontainer yang harus dikembalikan ke penjualnya adalah

sebagai berikut:

a) Tabung atau silinder etilen oksida yang biasanya disatukan dengan

peralatan anastesi.

b) Tabung atau silinder etilen oksida yang biasanya disatukan dengan

peralatan sterilisasi.

Universitas Sumatera Utara


c) Tabung bertekanan untuk gas lain seperti oksigen, nitrogen, karbon

dioksida, udara bertekanan, siklopropana, hidrogen, gas elpiji dan

asetelin.

2) Kontainer yang sudah rusak

Kontainer yang rusak tidak dapat diisi ulang harus dihancurkan setelah

dikosongkan kemudian baru dibuang ke landfill.

3) Kaleng aerosol

Kaleng aerosol kecil harus dikumpulkan dan dibuang bersama dengan

limbah biasa dalam kantong plastik dan tidak untuk dibakar atau

diinsenerasi. Limbah ini tidak boleh dimasukkan ke dalam kantong

kuning karena akan dikirim ke insenerator, kaleng aerosol dalam jumlah

banyak sebaiknya dikembalikan kepenjualnya atau keinstalasi daur ulang

bila ada.

7. Limbah radioaktif

a. Pengelolaan limbah radioaktif yang aman harus diatur dalam kebijakan dan

strategi nasional yang menyangkut peraturan, infrastruktur, organisassi

pelaksana dan tenaga yang terlatih.

b. Setiap rumah sakit yang menggunakan sumber radio aktif yang terbuka untuk

keperluan diagnosis, terapi atau penelitian harus menyiapkan tenaga khusus

yang terlatih khusus di bibdang radiasi.

c. Tenaga tersebut bertanggung jawab dalam pemakaian bahan radioaktif yang

aman dan melakukan pencatatan.

Universitas Sumatera Utara


d. Instrumen kalibrasi yang tepat harus tersedia untuk monitoring dosis dan

kontaminasi. Sistem pencatatan yang baik akan menjamin pelacakan limbah

radioaktif dalam pengiriman maupun pembuangannya dan selalu diperbaharui

datanya setiap waktu.

e. Limbah radioaktif harus dikategorikan dan dipilah berdasarkan ketersediaan

pilihan cara pengolahan, pengondisian, penyimpanan dan pembuanagn dan

kategori yang memungkinkan yaitu:

1) Umur paruh (half-life), seperti umur pendek (short-lived), misalnya umur

paruh < 100 hari, cocok untuk penyimpanan pelapukan.

2) Aktivitas dan kandungan radionuklida.

3) Bentuk fisika dan kimia.

4) Cair, berair dan organik.

5) Tidak homogrn (seperti mengandung lumpur atau padatan yang

melayang).

6) Padat: mudah terbakar/tidak mudah terbakar (bila ada) dan dapat

dipadatkan/tidak mudah dipadatkan (bila ada).

7) Sumber tertutup atau terbuka seperti sumber tertutup yang dihabiskan.

8) Kandungan limbah seperti limbah yang mengandung bahan berbahaya

(patogen, infeksius, beracun).

f. Setelah pemilahan, setiap kategori harus disimpan terpisah dalam kontainer

dan kontainer tersebut harus:

1) secara jelas diidentifikasi.

Universitas Sumatera Utara


2) Ada simbol radioaktif ketika sedang digunakan.

3) Sesuai denga kandunga limbah.

4) Dapat diisi dan di kosongkan dengan aman.

5) Kuat dan saniter.

g. Informasi yang dicatat pada setiap kontainer limbah adalah:

1) Nomor identifikasi.

2) Radionuklida.

3) Aktivitas (jika diukur atau diperkirakan) dan tanggal pengukuran.

4) Asal limbah (ruangan, laboratorium atau temapt lain).

5) Angka dosis permukaan dan tanggal pengukuran.

6) Orang yang bertanggung jawab.

h. Kontainer untuk limbah padat medis harus dibungkus dengan kantong plastik

transparan yang dapat ditutup dengan isolasi plastik.

i. Limbah padat radioaktif dibuang sesuai dengan persyaratan teknis dan

peraturan perundang-undangan yang berlaku (PP Nomor 27 Tahun 2002) dan

kemudian diserahkan untuk penangan lebih lanjut atau dikembalikan kepada

negara distributor, semua jenis limbah medis termasuk limbah radioaktif tidak

boleh dibuang ke tempat pembuangan akhir sampah domestik (landfill)

sebelum dilakukan pengolahan terlebih dahulu sampai memenuhi persyaratan

(Permenkes RI No.1204/Menkes/SK/X/2004, Depkes RI, 2004).

Sementara menurut pendapat Nainggolan, 2008. Untuk memudahkan

mengenal jenis limbah yang akan dimusnahkan, perlu dilakukan penggolongan,

Universitas Sumatera Utara


pemisahan dan penampungan limbah. Dalam kaitan dengan pengelolaan, limbah

medis dikategorikan menjadi 5 golongan sebagai berikut:

1. Golongan A

Terdiri dari: a. Dressing bedah, swab dan semua limbah terkontaminasi dari

kamar bedah.

b. Bahan-bahan kimia dari kasus penyakit infeksi.

c. Seluruh jaringan tubuh manusia (terinfeksi maupun tidak),

bangkai/jaringan hewan dari laboratorium dan hal-hal yang

berkaitan dengan swab dan dreesing.

Dimana Dressing bedah yang kotor, swab dan limbah lain yang

terkontaminasi dari ruang pengobatan hendaknya ditampung dalam bak

penampungan limbah padat medis yang mudah dijangkau bak sampah yang

dilengkapi denga pelapis pada tempat produksi sampah. Kantong plastik tersebut

hendaknya diambil paling sedikit satu hari sekali atau bila sudah mencapai tiga

perempat penuh. Kemudian diikat kuat sebelum diangkut dan ditampung sementara di

bak sampah klinis.

Bak sampah tersebut juga hendaknya diikat dengan kuat bila mencapai tiga

perempat penuh atau sebelum jadwal pengumpulan sampah. Sampah tersebut

kemudian dibuang dengan cara sebagai berikut:

a. Sampah dari haemodialisis

Universitas Sumatera Utara


Sampah hendaknya dimasukkan dengan incinerator. Bisa juga digunakan

autoclaving, tetapi kantong harus dibuka dan dibuat sedemikian rupa sehingga

uap panas bisa menembus secara efektif.

b. Limbah dari unit lain

Limbah hendaknya dimusnahkan dengan incinerator. Bila tidak mungkin bisa

menggunakan cara lain, misalnya dengan membuat sumur dalam yang aman.

Semua jaringan tubuh, plasenta dan lain-lain hendaknya ditampung pada bak

limbah padat medis atau kantong lain yang tepat kemudian dimusnahkan

dengan incinerator. Perkakas laboratorium yang terinfeksi hendaknya

dimusnahkan dengan incinerator. Incinerator harus dioperasikan di bawah

pengawasan bagian sanitasi atau bagian laboratorium.

2. Golongan B

Terdiri dari: Syringe bekas, jarum, cartridge, pecahan gelas dan benda-benda

tajam lainnya.

Dimana syringe, jarum dan cartridges hendaknya dibuang dengan keadaan

tertutup. Sampah ini hendaknya ditampung dalam bak tahan benda tajam yang

bilamana penuh (atau dengan interval maksimal tidak lebih dari satu minggu)

hendaknya diikat dan ditampung di dalam bak sampah klinis sebelum diangkut dan

dimasukkan dengan incinerator.

3. Golongan C

Terdiri dari: Limbah dari ruang laboratorium dan postpartum kecuali yang

termasuk dalam golongan A.

Universitas Sumatera Utara


4. Golongan D

Terdiri dari: Limbah bahan kimia dan bahan-bahan farmsi tertentu.

5. Golongan E

Terdiri dari: Pelapis Bed-pan Disposable, urinoir, incontinence-pad dan

stomach

2.6 Tata Cara Pelaksanaan Membuang Limbah Padat Medis Berdasarkan


Masing-masing Fungsinya di Rumah Sakit

Kering (spuit, dsb) incenerator


a. Laboratorium
Cair Infection Autoclav
Penapungan setempat UPL

UPL ( Unit Pengelolahan Limbah ) merupakan saran untuk mengolah limbah

cair dari limbah kotor yang kemudian diproses sampai menjadi cukup bersih dan

diusahakan untuk dibawah baku mutu yang ditetapkan pemerintah.

Kering (spuit, dsb) incenerator

Basah (sisa makanan, dsb) Bak penampungan Luar RS

b. OK Cair bak penampungan UPL sungai

Sisa organ tubuh pathology incenerator

c. Radiologi cair bak penampungan khusus

colbalt ex Reexport

Universitas Sumatera Utara


bak penampungan UPL

d. Unit rawat jalan Cair

Septik tank Luar Rs

Medis incenerator

Sampah padat

Non medis bak Luar RS

e. Unit rawat inap Kering (spuit, perban) incenerator

Basah (sisa makanan) Bak penampungan

luar RS

Septic tank luar RS

Cair

(westafel dsb) UPL

f. Laundry/catering UPL

(Sumber: Manajemen Rumah Sakit, 2003)

2.7 Pengaruh Limbah Rumah Sakit terhadap Lingkungan dan Kesehatan

Depkes RI (2001), pengaruh limbah medis rumah sakit terhadap kualitas

lingkungan dan kesehatan dapat menimbulkan berbagai maslah seperti:

a. Gangguan kenyamanan dan estetika

Pengelolaan limbah medis yang kurang baik dapat menyebabkan estetika

lingkungan yang kurang sedap dipandang sehingga mengganggu kenyamanan

Universitas Sumatera Utara


pasien, petugas, pengunjung serta masyarakat sekitar. Ini berupa warna yang

berasal dari larutan bahan kimia dan bau phenol.

b. Kerusakan harta benda

Dapat disebabkan oleh bahan-bahan kimia yang terlarut (korosif, reaktf, yang

dapat menimbulkan karat), air yang berlumpur dan sebagainya yang dapat

menurunkan kualitas bangunan di sekitar lingkungan layanan kesehatan maupun

masyarakat luar.

c. Gangguan/kerusakan tanaman dan binatang

Ini dapat disebabkan olh residu bahan farmasi yang mengandung antibiotik dan

antiseptik, zat kimia seperti fenol, logam berat seperti merkuri dan lain-lain.

d. Gangguan terhadap kesehatan manusia

Limbah medis yang mengandung berbagai macam bahan kimia beracun, buangan

yang terkena kontaminasi serta benda-benda tajam dapat menimbulkan gangguan

kesehatan berupa kecelakaan akibat kerja atau penyakit akibat kerja. Penyakit

HIV/AIDS dan Hepatitis B dan C terjadi melalui cidera akibat jarum suntik yang

terkontaminasi dengan darah manusia. Bahan-bahan kimia yang berbahaya, gas-

gas anastesi dapat menimbulkan penyakit akibat kerja dan kecelakaan akibat

kerja (peledakan, cidera) yang mengancam jiwa bagi tenaga kesehatan (Depkes

RI, 2006). Limbah medis dapat menjadi wahana penyebaran mikroorganisme

pembawa penyakit melalui proses infeksi silang, dari petugas ke pasien ataupun

dari pasien ke petugas, yang dikenal dengan nama infeksi nosokomial. Ini dapat

disebabkan oleh berbagai jenis bakteri, virus, senyawa-senyawa kimia, senyawa

Universitas Sumatera Utara


logam seperti hydrargyrum (Hg). Cadmium (cd), dan plumbum (Pb) yang berasal

dari bagian kedokteran gigi. Keracunan air raksa atau hydrargyrum (Hg)

menimbulkan gejala susunan syaraf pusat seperti tremor, konvulsi, pikun,

insomnis, gangguan pencernaan dan kulit seperti dermatitis dan ulcer. Keracunan

cadmiium (Cd) akut akan menyebabkan gejala pencernaan, penyakit ginjal dan

fase lanjut menyebabkan pelunakan tulang dan patah (fraktur) tulang punggung.

Keracunan plumbum (Pb) atau timbal menyebabkan gangguan pencernaan dan

susunan saraf pusat. Bahan radioaktif seperti radium mempunyai sifat kimia

seperti kalsium, oleh karena itu mempunyai kecenderungan untuk terabsorbsi ke

dalam tulang jika masuk ke dalam tubuh sehingga dapat mengganggu kesehatan.

e. Gangguan genetik dan reproduksi

Meskipun mekanisme gangguan belum sepenuhnya diketahui secara pasti,

namun beberapa senyawa dapat menyebabkan gangguan atau kerusakan genetik

dan sistem reproduksi manusia misalnya pestisida dan bahan radioaktf (Depkes

RI, 2004).

2.7.1 Risiko Kesehatan terhadap Petugas Pengelola Limbah Medis di Rumah


Sakit

1. Risiko limbah infeksius dan benda tajam

Limbah infeksius dapat mengandung berbagai macam mikroorganisme

patogen. Patogen tersebut dapat memasuki tubuh manusia beberapa jalur, yaitu dari:

a. Luka akibat tususkan, lecet atau luka dikulit.

b. Melalui membran mukosa.

Universitas Sumatera Utara


c. Melalui pernafasan.

d. Melalui ingesti.

Di fasilitas kesehatan, keberadaan bakteri yang resisten terhadap antibiotik

dan desinfektan kimia juga dapat memperbesar bahaya yang muncul akibat limbah

layanan kesehatan yang buruk pengelolaannya. Contoh, plasmid dari strain

laboratorium yang terkadang dalam limbah layanan kesehatan ternyata dapat

berpindah kedalam bakteri di alam melalui sistem pembuangan limbah. Selain itu,

kultur patogen yang pekat dan benda tajam yang terkontaminasi (terutama jarum

suntik) mungkin merupakan jenis limbah yang potensial bahayanya paling akut bagi

kesehatan.

Benda tajam tidak hanya dapat menyebabkan luka gores maupun luka tusuk

tetapi juga dapat menginfeksi lika jika benda tajam ini terkontaminasi patogen.

Karena resiko ganda inilah (cedera dan penularan penyakit), benda tajam termasuk ke

dalam kelompok limbah yang sangat berbahaya. Kekhawatiran pokok yang muncul

adalah bahwa limbah infeksius yang ditularkan melalui subkutan dapat menyebabkan

masuknya agen penyebab penyakit.

2. Dampak limbah kimia dan farmasi

Bahaya zat kimia dan bahan farmasi berbahaya digunakan dalam layanan

kesehatan (misalnya: zat yang bersifat toksik, genotoksik, korosif, mudah terbakar,

reaktif, mudah meledak, atau sensitif terhadap guncangan). Kuantitas limbah yang

besar umumnya ditemukan jika instansi membuang zat kimia atau bahan farmasi

yang sudah tidak terpakai lagi atau kadaluarsa. Kandungan zat kimia di dalam limbah

Universitas Sumatera Utara


dapat menyebabkan intoksikasi atau keracunan, baik akibat pajanan secara akut

maupun kronis dan cedera, termasuk luka bakar. Intoksikasi dapat terjadi akibat

diabsorbsinya zat kimia atau bahan farmasi melalui kulit atau membran mukosa atau

melalui pernafasan juga pencernaan. Zat kimia yang mudah terbakar, korosif atau

reaktif (misalnya: formaldehid atau zat volatil yang mudah menguap) jika mengenai

kulit, mata atau membran mukosa saluran pernafasan dapat menyebabkan cedera

(luka bakar).

Desinfektan merupakan anggota penting dalam kelompok ini karena

digunakan dalam jumlah besar dan seringkali bersifat korosif. Perlu kita perhatikan

bahwa zat kimia yang reaktif dapat membentuk senyawa sekunder yang sangat

toksik.

Pestisida kadaluarsa yang disimpan di dalam drum atau kantong-kantong

kemasan secara langsung maupun tidak langsung dapat memengaruhi siapa saja yang

kontak dengan bahan tersebut. Ketika hujan lebat, kontainer yang bocor dapat

menyebabkan pestisida meresap ke dalam tanah dan mencemari tanah. Keracunan

dapat terjadi akibat kontak langsung dengan produk, menghirup uapnya dan

meminum air yang terkontaminasi serta memakan makanan yang terkontaminasi.

Selain itu, cara pembuangan yang tidak tepat misalnya dibakar atau dikubur juga

dapat memperbesar potensi munculnya bahaya kebakaran dan kontaminasi.

Residu zat kimia yang dibuang ke dalam saluran air kotor dapat menimbulkan

efek merugikan pada pengoperasian pabrik pengelolaan limbah biologis dan efek

toksik pada ekosistem lingkungan yang menampung air tersebut. Masalah yang sama

Universitas Sumatera Utara


juga dapat disebabkan oleh residu bahan farmasi yang mungkin mengandung

antibiotik serta obat lainnya, logam berat seperti merkuri, fenol dan turunannya serta

desinfektan dan antiseptik.

3. Dampak limbah radio aktif

Jenis penyakit yang disebabkan oleh limbah radioaktif bergantung pada jenis

intensitas pajanan. Kesakitan yang muncul dapat berupa sakit kepala, pusing dan

muntah sampai masalah lain yang lebih serius. Karena limbah radioaktif, seperti

halnya limbah bahan farmasi bersifat genotoksik, maka efeknya juga dapat mengenai

sumber tertutup dalam instrumen diagnostik, dapat menyebabkan cedera yang jauh

lebih parah (misalnya: kerusakan jaringan, keharusan untuk mengamputasi bagian

tubuh) dan karenanya harus dilakukan dengan sangat hati-hati. Bahaya yang

ditimbulkan limbah dengan aktivitas rendah mungkin terjadi karena kontaminasi

permukaan luar kontainer atau karena cara-cara serta durasi penyimpanan limbah

yang tidak layak. Tenaga layanan kesehatan atau tenaga kebersihan dan penanganan

limbah yang terpajan radioaktif merupakan kelompok yang berisiko (Suma’mur, PK.

1996).

Universitas Sumatera Utara


2.8 Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini menggunakan konsep perilaku dapat

dilihat pada Gambar 2.5 berikut ini:

Variabel Independen Variabel Dependen

Karakteristik Responden:

- Umur
- Pendidikan
- Lama bekerja
- Shift kerja

Perilaku petugas cleaning service


mengenai pengelolaan limbah padat
medis : Risiko kecelakaan
kerja
- Pengetahuan
- Sikap
- Tindakan

Pengelolaan limbah padat medis :

- Pemilahan limbah pada medis


- Pengumpulan dan penyimpanan
- Transportasi
- Pengolahan dan pembuangan akhir
limbah padat medis

Gambar 2.3 Kerangka Konsep Penelitian

Keterangan : garis putus-putus hanya di observasi

Universitas Sumatera Utara


BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat analitik dengan desain crossectional yang bertujuan

untuk menjelaskan karakteristik dan perilaku antar variabel-variabel independen

terhadap dependen melalui pengujian hipotesis. Ditinjau dari aspek pengumpulan

data, penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional (pengamatan). Karena

peneliti hanya mengamati tanpa memberikan perlakuan. Dengan menggunakan

kuisioner untuk mengetahui karakteristik dan perilaku petugas yang berisikan daftar

pertanyaan yang dijawab oleh responden dan menggunakan check list untuk

mengetahui pengelolaan limbah medis terhadap risiko kecelakaan kerja di RSU

Permata Bunda Medan (Chandra, 2008).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini di lakukan di RSU Permata Bunda Medan. Alasan pemilihan

lokasi karena berdasarkan survei pendahuluan terlihat bahwa masih belum terkelola

dengan baiknya limbah padat medis. Hal ini terlihat dari tindakan pengelolaan limbah

padat medis yang dilakukan oleh petugas cleaning service di RSU Permata Bunda

Medan belum sesuai dengan standar yang di atur dalam Kepmenkes

No.1204/Menkes/SK/X/2004.

57
Universitas Sumatera Utara
3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian mulai dilakukan pada bulan Maret sampai dengan Juli 2014.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petugas cleaning service yang

bekerja di RSU Permata Bunda Medan dengan jumlah petugas sebanyak 45 orang.

Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara total sampling, dimana seluruh

unit populasi dijadikan sampel penelitian. Jadi sampel penelitian ini adalah seluruh

petugas yang bekerja dalam pengelolaan limbah padat medis di RSU Permata Bunda

Medan yang berjumlah sebanyak 45 orang.

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat pada waktu peneliti menggunakan suatu metode atau

teknik pengumpulan data (Arikunto, 2006), instrumen dalam penelitian ini

menggunakan kuisisoner dan diobservasi secara langsung.

3.5 Metode Pengumpulan Data

3.5.1 Jenis Data

Data dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder.

1. Data primer adalah data yang diperoleh dari responden (petugas cleaning service

di RSU Permata Bunda Medan) diperoleh melalui kuisioner, dan data pengelolaan

limbah padat medis di peroleh melalui observasi langsung terhadap petugas

cleaning service yang melakukan pengelolaan limbah padat medis.

Universitas Sumatera Utara


2. Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui pencatatan dari dokumen RSU

Permata Bunda Medan, khususnya instalasi pengelolaan limbah padat medis. Data

tentang jumlah keseluruhan petugas cleaning service pengelolaan limbah, shift

kerja serta uraian tugas dan proses pengelolaan limbah padat medis di RSU

Permata Bunda Medan.

3.5.2 Uji Validitas dan Reliabilitas

Kuisioner tentang karakteristik dan perilaku petugas cleaning service

mengenai pengelolaan limbah padat medis terhadap risiko kecelakaan kerja yang

telah disusun terlebih dahulu dan dilakukan uji coba sebelum dijadikan sebagai alat

ukur penelitian yang bertujuan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas alat ukur.

Uji coba kuisioner telah dilakukan terhadap 30 petugas di RSU Martha Friska Brayan

Medan.

Uji validitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana suatu ukuran atau nilai

yang menunjukkan tingkat kehandalan suatu alat ukur dengan cara mengukur korelasi

antara variabel atau item dengan skor total variabel menggunakan rumus teknik

korelasi perason product moment (r), dengan ketentuan jika nilai r- hitung > r-tabel,

maka dinyatakan valid dan sebaliknya. Nilai r-tabel untuk 30 responden yang di uji

coba adalah sebesar 0,361. Ketentuan kuisioner dikatakan valid pada penelitian ini,

jika:

1. Nilai r-hitung variabel ≥ 0,361 dikatakan valid.

2. Nilai r-hitung variabel < 0,361 dikatakan tidak valid.

Universitas Sumatera Utara


Reliabilitas dapat merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu

alat pengukur dapat menunjukkan ketepatan dan dapat dipercaya dengan

menggunakan metode Cronbach’ Alpha, yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari

satu kali pengukuran, dengan ketentuan jika nilai r-Alpha > r-tabel, maka dinyatakan

reliabel. Nilai r- Alpha untuk penentuan reliabilitas adalah:

1. Nilai r-alpha crobanch ≥ r-tabel maka dikatakan reliabel.

2. Nilai r-alpha variabel <r-tabel maka dikatakan tidak reliabel.

3.6 Variabel dan Definisi Operasional

1. karakteristik responden adalah gambaran keadaan responden yang terdiri atas

umur, pendidikan, lama bekerja dan shift kerja.

a. Umur adalah lamanya hidup responden dalam tahunan, yang dihitung sejak

dilahirkan hingga saat responden di wawancarai.

b. Pendidikan adalah tingkat pendidikan formal yang telah diselesaikan atau di

tamatkan responden.

c. Lama bekerja adalah mulai responden bekerja menjadi cleaning service sampai

diadakan penelitian yang di hitung dalam bulan.

d. Shift kerja adalah waktu kerja responden yang dibagi secara bergilir.

2. Perilaku petugas cleaning service mengenai pengelolaan limbah padat medis

adalah suatu aksi/reaksi dari petugas terhadap pengolaan limbah yang di lakukan

di rumah sakit.

a. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh responden tentang

pengelolaan limbah padat di rumah sakit.

Universitas Sumatera Utara


b. Sikap adalah tanggapan responen tentang pengelolaan limbah padat medis di

rumah sakit.

c. Tindakan adalah perbuatan responden terhadap pengelolaan limbah padat

medis di rumah sakit.

3. Pengelolaan limbah padat medis adalah tata cara yang dilakukan petugas baik

perawat maupun petugas cleaning service dalam mengelolah limbah padat di

rumah sakit.

a. Pemilahan limbah padat medis adalah proses yang dilakukan petugas dengan

cara mengidentifikasi limbah yang ada dan meletakkannya sesuai dengan yang

telah di tetapkan.

b. Pengumpulan dan penyimpanan ialah mengumpulkan seluruh limbah padat

yang telah dipilah baik limbah padat medis maupun limbah padat non medis

dan kemudian di simpan pada tempat limbah padat yang telah disediakan

sebelum di buang ke pembuangan akhir limbah.

c. Transportasi adalah alat yang digunakan untuk mengangkut limbah padat

medis ke pembuangan akhir llimbah.

d. Pengolahan dan pembuangan akhir limbah padat medis adalah proses

pemusnahan limbah padat yang dilakukan oleh pihak rumah sakit sebelum

sampah tersebut di buang ke tempat pembuangan akhir.

3. Risiko kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak diduga, tidak

dikehendaki dan dapat menyebabkan kerugian baik jiwa maupun harta benda.

Universitas Sumatera Utara


3.7 Metode Pengukuran

Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah kuisioner dan nilai

akan disesuaikan sesuai dengan skor yang ada. Pengukuran variabel indepenen dan

dipenden dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 3.1 Metode Pengukuran

Jumlah Alternatif Bobot Sakal


No Variabel Kategori
Pertanyaan Jawaban Nilai Ukur
Karakteristik
1
responden
a. 19-29 tahun
a. Umur
b. 30-40 tahun
a. SMP
b. Pendidikan b. SMA
c. D3
a. 0-60 bulan
c. Lama Bekerja
b. > 60 bulan
a. Malam
d. Shift Kerja b. Pagi
c. Sore
2 Perilaku Petugas Cleaning Service
a. Pengetahuan 12 a. Benar 3 Baik Ordinal
b. Salah 2 Sedang
c. Tidak Tahu 1 Kurang
b. Sikap 11 a. Setuju 3 Baik Ordinal
b. Tidak setuju 2 Sedang
c. Ragu-ragu 1 Kurang
c. Tindakan 10 a. Ya 3 Baik ordinal
b. Tidak pernah 2 Sedang
c. Kadang- 1 Kurang
kadang
3 Pengelolaan limbah padat medis
a. Pemilahan limbah Observasi
padat medis
b. Pengumpulan dan Observasi
penyimpanan
c. Transpotasi Observasi
d. Pengolahan dan Observasi
pembuangan akhir
limbah padat medis
4. Risiko Kecelakaan 6 a. Ada risiko 2 Risiko Ordinal
Kerja b. Tidak ada 1 Tidak
risiko risiko

Universitas Sumatera Utara


3.8 Metode Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini mencakup:

1. Analisis univariat, yaitu analisis yang menggambarkan secara tunggal variabel-

variabel independen dalam bentuk distribusi frekuensi .

2. Analisis bivariat, yaitu analisis yang digunakan untuk melihat ada tidaknya

karakteristik dan perilaku petugas mengenai pengelolaan limbah padat medis

terhadap risiko kecelakaan kerja di RSU Permata Bunda Medan dengan

menggunakan uji chi square, dengan pertimbangan kategori masing-masing

variabel yang akan di uji. Nilai p dari masing-masing variabel independen yang

diujikan menggunakan uji pearson chi square menentukan apakah variabel

tersebut masuk ke dalam model regresi berganda, dimana hanya variabel dengan

nilai p < 0,25 yang dapat masuk ke dalam model regresi logistik berganda pada

analisis bivariat.

3. Analisis multivariat, yaitu analisis yang digunakan untuk mengetahui pengaruh

dari variabel independen (pengetahuan, sikap dan tindakan) terhadap variabel

dependen risiko kecelakaan kerja di RSU Permata Bunda Medan, dilakukan

dengan menggunakan uji regresi logistik berganda pada tingkat kepercayaan

95%.

Universitas Sumatera Utara


BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Sejarah Perkembangan Rumah Sakit Umum Permata Bunda Medan

Rumah Sakit Umum Permata Bunda (RSPB) dibangun pada bulan Juli tahun

1987 dan selesai pada bulan Juli 1988 dengan luas area 2.931 m². Terletak di jalan

Sisingamangaraja No. 7 Medan di inti kota. Peresmian sekaligus mulai

operasionalnya Rumah Sakit Umum Permata Bunda Medan oleh Gubernur Sumatera

Utara Bapak raja Inal Siregar pada tanggal 9 Juli 1988.

Sesuai dengan fungsi rumah sakit pada umumnya, Rumah Sakit Umum

Permata Bunda Medan mempunyai tujuan, visi dan misi serta mutu pelayanan

kesehatan yang meliputi: pembinaan (promotif), pencegahan (preventif), pengobatan

(kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif), serta memberikan pelayanan yang paripurna

dengan peralatan yang memadai dan di dukung tenaga ahli yang berdedikasi tinggi

serta di tunjang oleh tenaga para medis yang terampil, profesional, etis dan

berwawasan nasional diharapkan memberikan persepsi dan penampilan rumah sakit

yang bermutu, efisien dan efektif.

Salah satu upaya antisipasi yang sudah mulai dilaksanakan dan akan terus di

kembangkan adalah melakukan peran rumah sakit dalam pembangunan kesehatan di

Sumatera Utara pada khususnya dan di Indonesia pada Umumnya, sehingga

pencapaian derajat kesehatan masyarakat dapat lebih cepat terwujud.

64
Universitas Sumatera Utara
Pada saat ini jumlah karyawan Rumah Sakit Umum Permata Bunda Medan

terdiri dari para medis yang berjumlah sebanyak 193 orang dan non para medis

berjumlah sebanyak 170 orang. Dengan jumlah tempat tidur sebanyak 200 tempat

tidur.

4.2 Analisis Univariat

4.2.1 Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini berjumlah 45 orang, sesuai dengan rencana

penelitian. Karakteristik responden meliputi: umur, jenis kelamin, pendidikan, lama

bekerja dan shift kerja.

Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden Mengenai Pengelolaan Limbah


Padat Medis terhadap Risiko Kecelakaan Kerja di RSU Permata
Bunda Medan Tahun 2014

No Karakteristik Responden n %
1 Umur
19 – 29 tahun 28 62,2
30 – 40 tahun 17 37,8
Jumlah 45 100,0
2 Jenis Kelamin
Laki-laki 45 100,0
Jumlah 45 100,0
3 Pendidikan
Rendah (SMP) 10 22,2
Sedang (SMA) 28 62,2
Tinggi (D3) 7 15,6
Jumlah 45 100,0
4 Lama Bekerja
0 – 60 bulan 33 73,3
>60 bulan 12 26,7
Jumlah 45 100,0
5 Shift Kerja
Malam 16 35,6
Pagi 15 33,3
Sore 14 31,1
Jumlah 45 100,0

Universitas Sumatera Utara


Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase tertinggi responden berusia

antara 19 – 29 tahun, jenis kelamin keseluruhan laki-laki, tingkat pendidikan sedang

(SMA) serta lama bekerja 0 – 60 bulan dengan shift kerja Malam, pagi dan sore. Hal

ini menunjukkan bahwa petugas cleaning service berusia produktif dengan tingkat

pendidikan sedang (SMA) dan lama bekerja 0-60 bulan serta memiliki shift kerja

malam, pagi dan sore.

4.2.2 Perilaku Responden

Perilaku responden dalam penelitian ini meliputi: pengetahuan, sikap dan

tindakan, dengan hasil penelitian sebagai berikut:

a. Pengetahuan

Hasil penelitian berdasarkan pertanyaan pengetahuan responden terhadap

pengelolaan limbah padat medis di RSU Permata Bunda Medan dapat dilihat pada

Tabel 4.2 di bawah ini:

Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan

No Pengetahuan Benar Salah Tidak Tahu


n % n % n %
1 Apakah yang dimaksud dengan limbah 12 26.7 17 37.8 16 35.6
medis
2 Manakah yang termasuk limbah medis 24 53.3 8 17.8 13 28.9
3 warna tempat sampah limbah padat 15 33.3 18 40.0 12 26.7
medis
4 warna tempat tong sampah limbah padat 12 26.7 19 42.2 14 31.1
5 limbah padat medis perlu dilakukan 16 35.6 6 13.3 23 51.1
pengelolaan khusus
6 bagaimana baiknya penampungan 5 11.1 17 37.8 23 51.1
limbah padat medis di tiap ruangan
rumah sakit
7 Kemana limbah medis di buang 14 31.1 15 33.3 16 35.6
8 Sampah medis dapat menyebabkan penyakit 11 24.4 14 31.1 20 44.5
9 Penyakit yang disebabkan karena limbah 11 24.4 16 35.6 18 40.0

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.2 (Lanjutan)

No Pengetahuan Benar Salah Tidak Tahu


n % n % n %
padat medis
10 Peraturan khusus pengelolaan limbah 14 31.1 11 24.4 20 44.4
padat Medis
11 Pengangkutan limbah padat medis 15 15 33.3 15 33.3
dipisahkan dengan limbah non medis 33.3
12 Alat yang digunakan mengangkut libah 16 35.6 11 24.4 18 40.0
tersebut

Hasil pengukuran pengetahuan responden kemudian di kategorikan.

Pengetahuan responden pada kategori kurang sebanyak 18 orang (40.0%) dan

kategori sedang sebanyak 18 orang (40.0%). Distribusi berdasarkan kategori disajikan

pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Mengenai


Pengelolaan Limbah Padat Medis terhadap Risiko Kecelakaan Kerja
di RSU Permata Bunda Medan Tahun 2014

No Pengetahuan n %
1 Baik 9 20,0
2 Sedang 18 40,0
3 Kurang 18 40,0
Jumlah 45 100.0

b. Sikap Responden

Hasil penelitian berdasarkan pertanyaan sikap responden terhadap

pengelolaan limbah padat medis di RSU Permata Bunda Medan dapat dilihat pada

Tabel 4.4 di bawah ini:

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap

No Sikap Setuju Tidak Ragu-


Setuju Ragu
n % n % n %
1 Petugas dalam bekerja harus 8 17.8 13 28.9 24 53.3
menggunakan alat pelindung
2 Penyebaran bahaya yang 19 42.2 25 55.6 1 2.2
disebabkan sampah medis perlu di
desinfeksi
3 Jika setuju, apa alasannya 19 42.2 14 31.1 12 26.7
4 Jika tidak setuju, apa alasannya 15 33.3 4 8.9 26 57.8
5 Kebiasaan membuang limbah 6 13.3 12 26.7 27 60.0
6 Penggunaan kantong plastik 13 28.9 5 11.1 27 60.0
7 Limbah padat medis bercampur 13 2 28.9 8 17.8 24 53.3
dengan limbah padat non medis
8 Saudara mencuci tangan setelah 14 31.1 12 26.7 19 42.2
mengangkut limbah padat medis
9 Penampungan limbah padat medis 7 15.6 14 31.1 24 53.3
perlu dibersihkan
10 Pernah diberikan pelatihan khusus 10 22.2 5 11.1 30 66.7
tentang pengelolaan limbah padat
medis
11 Penanganan limbah perlu instruksi 11 24.4 10 22.2 24 53.3
dari atasan

Hasil pengukuran sikap responden kemudian di kategorikan. Sikap responden

pada kategori sedang sebanyak 20 orang (44.4%). Distribusi berdasarkan kategori

disajikan pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Mengenai Pengelolaan


Limbah Padat Medis terhadap Risiko Kecelakaan Kerja di RSU
Permata Bunda Medan Tahun 2014

No Sikap n %
1. Baik 6 13,3
2 Sedang 20 44,4
3 Kurang 19 42,2
Jumlah 45 100.0

Universitas Sumatera Utara


c. Tindakan Responden

Hasil penelitian berdasarkan pertanyaan tindakan responden terhadap

pengelolaan limbah padat medis di RSU Permata Bunda Medan dapat dilihat pada

Tabel 4.6 di bawah ini:

Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan

No Tindakan Ya Tidak Kadang-


Kadang
n % n % n %
1 M emisahkan limbah padat medis dan 6 13.3 35 77.8 4 8.9
non medis
2 Mencuci tangan setelah melakukan 11 24.4 21 46.7 13 28.9
pengelolaan limbah
3 Pernah mengalami cidera saat 10 22.2 19 42.2 16 35.6
melakukan pengelolaan limbah
4 Menggunakan APD saat pengelolaan 11 24.4 13 28.9 21 46.7
limbah
5 Aktif mengikuti penyuluhan tentang 10 22.2 11 24.4 24 53.3
pengelolaan limbah
6 Pernah mendapat teguran dari atasan 11 24.4 8 17.8 26 57.8
7 Pimpinan terapkan peraturan tentang 7 15.6 10 22.2 28 62.2
penanganan limbah
8 Setiap ruangan memiliki tempat sampah 6 13.3 5 11.1 34 75.6
medis
9 Adakah petugas khusus yang 10 22.2 12 26.7 23 51.1
menangani limbah padat medis
10 Kapan limbah padat medis di buang 5 11.1 18 40.0 22 48.9

Hasil pengukuran tindakan responden kemudian di kategorikan. Tindakan

responden pada kategori sedang sebanyak 23 orang (51.1%). Distribusi berdasarkan

kategori disajikan pada Tabel 4.7.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Mengenai Pengelolaan
Limbah Padat Medis terhadap Risiko Kecelakaan Kerja di RSU
Permata Bunda Medan Tahun 2014

No Tindakan n %
1 Baik 4 8,9
2 Sedang 18 40,0
3 Kurang 23 51,1
Jumlah 45 100.0

d. Risiko Kecelakaan Kerja

Hasil penelitian berdasarkan pertanyaan risiko kecelakaan kerja responden

terhadap pengelolaan limbah padat medis di RSU Permata Bunda Medan dapat dilihat

pada Tabel 4.8 di bawah ini:

Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Risiko Kecelakaan Kerja

No Risiko Kecelakaan Kerja Ada Risiko Tidak Risiko Tidak Tahu


n % n % n %
1 Terdapat risiko jika pengelolaan 7 15.6 19 42.2 19 42.2
limbah tidak dilakukan sesuai
prosedur seharusnya
2 Terdapat risiko jika tidak 7 15.6 16 35.6 22 48.9
menggunakan APD
3 Terdapat risiko jika melakukan 5 11.1 7 15.6 33 73.3
pemilahan limbah padat medis
4 Pernah terjadi risiko terhadap 25 55.6 5 11.1 15 33.3
saudara
5 Risiko yang pernah saudara alami 3 6.7 4 8.9 38 84.4

Hasil pengukuran risiko kecelakaan kerja responden kemudian di kategorikan.

Risiko kecelakaan kerja responden pada kategori risiko sebanyak 28 orang (62.2%).

Distribusi berdasarkan kategori disajikan pada Tabel 4.9.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.9 . Distribusi Responden Berdasarkan Risiko Kecelakaan Kerja
terhadap Pengelolaan Limbah Padat Medis di RSU Permata Bunda
Medan Tahun 2014

No Risiko n %
1. Risiko 28 62,2
2 Tidak Berisiko 17 37,8
Jumlah 45 100.0

4.3 Analisis Bivariat

Hubungan masing-masing variabel bebas, yaitu variabel karakteristik dan

perilaku petugas cleaning servis mengenai pengelolaan limbah padat medis terdiri

dari umur, pendidikan, lama bekerja, shift kerja, pengetahuan, sikap dan tindakan

dengan risiko kecelakaan kerja dilakukan uji bivariat statistik chi-square. Hasil uji

masing-masing variabel disajikan sebagai berikut:

4.3.1 Hubungan Umur Responden dengan Risiko Kecelakaan Kerja

Berdasarkan umur responden diketahui bahwa dari 28 orang responden yang

memiliki risiko kecelakaan kerja ialah umur (19-29 tahun) sebanyak 16 orang

memiliki risiko dan 12 orang tidak berisiko. Berdasarkan uji statistik chi square

diperoleh nilai x² = 814; p <0.367 p< 0.05, artinya tidak ada hubungan yang

signifikan antara umur dengan risiko kecelakaan kerja. Hasil uji secara statistik

disajikan pada Tabel 4.10.

Tabel 4.10 Hubungan Umur Responden Mengenai Pengelolaan Limbah Padat


Medis terhadap Risiko Kecelakaan Kerja
Umur Risiko kecelakaan Kerja Total x² P
Risiko Tidak Risiko Value
19-29 tahun 16 12 28
30-40 tahun 12 5 17 814 0,367
Total 28 17 45

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan pendidikan responden yang terdiri dari pendidikan SMP, SMA

dan D3 diketahui bahwa dari 28 orang responden dengan pendidikan SMA yang

memiliki risiko kecelakaan kerja ialah sebanyak 15 orang dan yang tidak berisiko

sebanyak 13 orang. Berdasarkan uji statistik chi square diperoleh nilai x² = ; p <0.076

p< 0.05, artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan risiko

kecelakaan kerja. Hasil uji secara statistik disajikan pada Tabel 4.11.

Tabel 4.11 Hubungan Pendidikan Responden Mengenai Pengelolaan Limbah


Padat Medis terhadap Risiko Kecelakaan Kerja

Risiko kecelakaan Kerja P


Pendidikan Total x²
Risiko Tidak Risiko Value
SMP 6 4 10
SMA 15 13 28
0,076 5,162
D3 7 0 7
Total 28 17 45

Berdasarkan lama bekerja responden yang terdiri dari 0-60 bulan hingga >60

bulan diketahui bahwa dari 23 orang responden dengan lama bekerja 0-60 bulan

yang memiliki risiko kecelakaan kerja ialah sebanyak 23 orang dan yang tidak

berisiko sebanyak 10 orang. Berdasarkan uji statistik chi square diperoleh nilai x² = ;

p <0.086 p< 0.05, artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara lama bekerja

dengan risiko kecelakaan kerja. Hasil uji secara statistik disajikan pada Tabel 4.12.

Tabel 4.12 Hubungan Lama Bekerja Responden Mengenai Pengelolaan Limbah


Padat Medis terhadap Risiko Kecelakaan Kerja

Lama Risiko kecelakaan Kerja P


Total x²
Bekerja Risiko Tidak Risiko Value
0-60 bulan 23 10 33
>60 bulan 5 7 12 0,086 2,941
Total 28 17 45

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan shift kerja responden yang terdiri dari shift pagi, sore dan malam

diketahui bahwa dari 16 orang responden dengan shift kerja malam yang memiliki

risiko kecelakaan kerja ialah sebanyak 11 orang dan yang tidak berisiko sebanyak 5

orang. Berdasarkan uji statistik chi square diperoleh nilai x² = ; p <0.521 p< 0.05,

artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara shift kerja dengan risiko

kecelakaan kerja. Hasil uji secara statistik disajikan pada Tabel 4.12.

Tabel 4.12 Hubungan Shift Kerja Responden Mengenai Pengelolaan Limbah


Padat Medis terhadap Risiko Kecelakaan Kerja

Risiko kecelakaan Kerja P


Shift Kerja Total x²
Risiko Tidak Risiko Value
Pagi 10 5 15
Sore 7 7 14
0,521 1,306
Malam 11 5 16
Total 28 17 45

4.3.2 Hubungan Pengetahuan Responden dengan Risiko Kecelakaan Kerja

Berdasarkan pengetahuan responden diketahui bahwa dari 18 orang responden

yang menyatakan pengetahun kurang terhadap risiko kecelakaan kerja sebanyak 17

orang (94.4%) dan tidak berisiko sebanyak 1 orang (5.6%). Dan ada responden

dengan pengetahuan baik dan sedang. Berdasarkan uji statistik chi square diperoleh

nilai x² = 15.221; p <0.000<p=0.05, artinya ada hubungan yang signifikan antara

pengetahuan dengan risiko kecelakaan kerja. Hasil uji secara statistik disajikan pada

Tabel 4.13.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.13 Hubungan Pengetahuan Responden Mengenai Pengelolaan Limbah
Padat Medis terhadap Risiko Kecelakaan Kerja

Risiko Kecelakaan Kerja Total P


Pengetahuan Risiko Tidak Berisiko x²
n % N % n % Value
Baik 2 22.2 7 77.8 9 100.0
Sedang 9 50.0 9 50.0 18 100.0 15.221 0,000
Kurang 17 94.4 1 5.6 18 100.0
Total 28 62.2 17 37.8 45 100.0

Berdasarkan sikap responden diketahui bahwa dari 20 orang responden yang

memiliki sikap sedang tidak berisiko kecelakaan kerja sebanyak 11 orang (55.0%)

dan yang memiliki resiko kecelakaan kerja sebanyak 9 orang (45.0%). Ada responden

dengan sikap baik dan kurang. Berdasarkan uji statistik chi square diperoleh nilai x²

= 16.366; p <0.000<p=0.05, artinya ada hubungan yang signifikan antara sikap

dengan risiko kecelakaan kerja. Hasil uji secara statistik disajikan pada Tabel 4.14.

Tabel 4.14 Distribusi Sikap Responden Mengenai Pengelolaan Limbah Padat


Medis terhadap Risiko Kecelakaan Kerja

Risiko Kecelakaan Kerja Total P


Sikap Risiko Tidak Berisiko x² value
n % n % n %
Baik 1 16.7 5 83.3 6 100.0
Sedang 9 45.0 11 55.0 20 100.0 16.366 0,000
Kurang 18 94.7 1 5.3 19 100.0
Total 28 62.2 17 37.8 45 100.0

Berdasarkan tindakan responden diketahui bahwa dari 23 orang responden

memiliki sikap kurang dengan risiko kecelakaan kerja sebanyak 21 orang (91.3%)

dan yang tidak berisiko kecelakaan kerja sebanyak 2 orang (8.7%). Ada responden

dengan tindakan baik dan sedang. Berdasarkan uji statistik chi square diperoleh nilai

Universitas Sumatera Utara


x² = 17.024; p <0.000<p=0.05, artinya ada hubungan yang signifikan antara tindakan

dengan risiko kecelakaan kerja. Hasil uji secara statistik disajikan pada Tabel 4.15.

Tabel 4.15 Distribusi Tindakan Responden Mengenai Pengelolaan Limbah


Padat Medis terhadap Risiko Kecelakaan Kerja

Risiko Kecelakaan Kerja


Total P
Tindakan Risiko Tidak Berisiko
x² Value
n % n % n %
Baik 1 25.0 3 75.0 4 100.0
Sedang 6 33.3 12 66.7 18 100.0 17.024 0,001
Kurang 21 91.3 2 8.7 23 100.0
Total 28 62.2 17 37.8 45 100.0

4.4 Analisis Multivariat

Untuk karakteristik petugas cleaning servis mengenai pengelolaan limbah

padat medis terhadap risiko kecelakaan kerja di RSU Permata Bunda Medan tidak

dapat menggunakan uji regresi logistik berganda (multiple logistic regression) karena

variabel umur, pendidikan, lama bekerja dan shift kerja tidak memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap risiko kecelakaan kerja sehingga untuk pengujiannya hanya

sampai uji bivariat saja.

Sedangkan perilaku petugas cleaning servis mengenai pengelolaan limbah

padat medis terhadap risiko kecelakaan kerja di RSU Permata Bunda Medan

digunakan uji regresi logistik berganda (multiple logistic regression).

Analisis multivariat dalam penelitian ini menggunakan uji regresi logistik

berganda yaitu salah satu pendekatan model matematis untuk menganalisis pengaruh

beberapa variabel independen terhadap variabel dependen kategorik yang bersifat

Universitas Sumatera Utara


dikotom. Variabel yang dimasukkan dalam model prediksi regresi logistik berganda

metode enter adalah variabel yang mempunyai nilai p<0,25 pada analisis bivariatnya.

Berdasarkan analisis dalam uji multivariat menggunakan uji regresi logistik

berganda seperti pada Tabel 4.16 di bawah ini.

Tabel 4.16 Hasil Uji Multivariat Regresi Logistik

B SE Wald df sig Exp (B)


Pengetahuan -2.391 1.054 5.143 1 0.023 0.092
Sikap -2.421 1.003 5.824 1 0.016 0.089
Tindakan -2.111 0.937 5.077 1 0.121 0.121
constant 14.478 4.617 9.832 1 0.002 0.002

4.4.1 Metode Keseluruhan Model

Langkah ini bertujuan untuk menguji model secara keseluruhan melalui uji

Nagelkerke R Square. Berdasarkan koefisien Nagelkerke R Square diperoleh bahwa

ketiga (indikator variabel pengetahuan, sikap dan tindakan) mampu menjelaskan

sebesar 76,0% risiko kecelakaan kerja dan sisanya sebesar 24,0% dijelaskan oleh

faktor lain di luar model. Hasil pengujian overall model fit disajikan pada Tabel 4.17.

Tabel 4.17 Model Summary

Step -2Log likelihood Cox & Snell R Nagelkerke R


Square Square
1 22.895ª 0.558 0.760

4.4.2 Pengujian Hipotesis

Analisis multivariat model regresi logistik berganda harus memenuhi

persyaratan hasil pengujian. Persyaratan yang dimaksud yaitu indikator variabel

Universitas Sumatera Utara


independen yang disertakan kedalam uji multivariat harus memiliki nilai uji statistik

p<0,25 pada uji bivariat (Tabel 4.13), (Tabel 4.14), (Tabel 4.15).

Berdasarkan hasil uji bivariat dengan motode chi-square seluruh variabel

bebas memiliki nilai p<0,25, karena nilai p<0,25 sehingga seluruh indikator variabel

bebas yaitu perilaku petugas cleaning service mengenai pengelolaan limbah padat

medis terdiri dari pengetahuan, sikap dan tindakan disertakan dalam uji regresi

logistik berganda.

Hasil uji regresi logistik berganda menggunakan metode enter diketahui

bahwa indikator perilaku petugas cleaning service mengenai pengelolaan limbah

padat medis terdiri dari pengetahuan, sikap dan tindakan berpengaruh signifikan

terhadap risiko kecelakaan kerja (p<0,05) (tabel 4.13), dan tindakan adalah yang

sangat berpengaruh untuk terjadinya kecelakaan kerja. dengan demikian hipotesis

yang berbunyi “perilaku petugas cleaning service mengenai pengelolaan limbah padat

medis di RSU Permata Bunda Medan terhadap risiko kecelakaan kerja” diterima.

Hasil pengujian dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Pengetahuan petugas mempunyai Exp (B) sebesar 0,092 atau Rasio Prevalen

(RP) <1, artinya responden yang memiliki pengetahuan pengelolaan limbah

padat medis yang kurang akan mengalami risiko kecelakaan saat bekerja.

b. Sikap petugas mempunyai Exp (B) sebesar 0,089 atau Rasio Prevalen (RP) <1,

artinya responden yang memiliki sikap pengelolaan limbah padat medis yang

kurang akan mengalami risiko kecelakaan saat bekerja.

Universitas Sumatera Utara


c. Tindakan petugas mempunyai Exp (B) sebesar 0,121 atau Rasio Prevalen (RP)

<1, artinya responden yang memiliki tindakan pengelolaan limbah padat medis

yang kurang akan mengalami risiko kecelakaan saat bekerja.

4.4.2 Hasil Observasi Pengelolaan Limbah Padat Medis di RSU Permata Bunda
Medan

Pengelolaan limbah padat medis di RSU Permata Bunda Medan dalam

penelitian ini dilakukan dengan cara observasi, yang terdiri dari:

a. Pemilahan Limbah Padat Medis

Pemilahan limbah padat medis adalah proses pengidentifikasian berbagai jenis

limbah padat medis dan bagaimana limbah tersebut dikumpulkan secara terpisah.

Pemilahan sampah harus selalu menjadi tanggung jawab bagian yang memproduksi.

Hal ini harus dilakukan sedekat mungkin dengan tempat dimana limbah dihasilkan.

Misalnya perawat harus membuang benda tajam di wadah jarum suntik untuk

menghindari pemakaian kembali. Perawat juga harus memasangkan penutup jarum

suntik sebelum meletakkannya di wadah limbah yang tergolong tajam.

Tidak perlu dilakukan pemilahan limbah padat medis yang mengalami proses dalam

pengobatan, kecuali limbah padat medis yang tajam, yang harus selalu dipisahkan

dengan limbah lainnya. Pemilahan merupakan tahapan penting dalam pengelolaan

limbah rumah sakit, dimana semua staf rumah sakit harus berpartisipasi dalam

pelaksanaannya. Pelatihan dan pemeriksaan rutin adalah hal penting. Hasil observasi

terdapat perawat yang tidak melakukan pemilahan limbah padat medis yaitu masih

terdapat perawat yang membuang jarum suntik pada tempat sampah non medis.

Universitas Sumatera Utara


b. Pengumpulan dan Penyimpanan

Hasil dari observasi yaitu Limbah dikumpulkan dua hari sekali. Petugas yang

bertugas mengumpulkan dan mengangkut limbah tahu jikalimbah yang dikumpulkan

hanya wadah berwarna kuning dan wadah khusus benda tajam yang telah ditutup,

akan tetapi petugas masih terdapat petugas tidak memakai sarung tangan saat

melakukan pemilahan limbah.

c. Transportasi

Hasil observasi peneliti mengenai transportasi pengelolaan limbah padat

medis yaitu alat angkut limbah medis dengan limbah non medis sama.tidak ada tanda

yang jelas pada alat pengangkut limbah padat medis, petugas tidak menggunakan alat

pelindung diri lengkap seperti: tidak menggunakan topi, pelindung mata, masker,

pakaian panjang (coverall), celemek, terkadang tidak menggunakan sarung tangan.

d. Pengolahan dan Pembuangan Akhir Sampah

Hasil observasi peneliti mengenai pengolahan dan pembuangan akhir limbah

yaitu RSU Permata Bunda Medan tidak memiliki incinerator sehingga dalam

pengelolaan menggunakan pihak ke tiga yaitu bekerjasama dengan PT. ARA yang

beralamat di jl. Air Bersih Medan dengan mesin incinerator berada di Tj. Morawa

Deli Serdang.

Universitas Sumatera Utara


BAB 5

PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Petugas Cleaning Service Mengenai Pengelolaan Limbah


Padat Medis terhadap Risiko Kecelakaan Kerja

Karakteristik petugas cleaning service mengenai pengelolaan limbah padat

medis terhadap risiko kecelakaan kerja dalam penelitian ini terdiri dari indikator

(umur, pendidikan, lama bekerja dan shift kerja). Dalam penelitian ini karakteristik

hanya di uji menggunakan uji univariat dan bivariat saja dikarenakan umur,

pendidikan, lama bekerja dan shift kerja tidak dapat di tabulasi pada uji multivariat.

5.2 Perilaku Petugas Cleaning Service Mengenai Pengelolaan Limbah Padat


Medis terhadap Risiko Kecelakaan Kerja

Perilaku petugas cleaning service mengenai pengelolaan limbah padat medis

terhadap risiko kecelakaan kerja dalam penelitian ini terdiri dari indikator

(pengetahuan, sikap dan tindakan). Pembahasan masing-masing indikator sebagai

berikut :

5.1.1 Hubungan Pengetahuan Petugas Cleaning Service terhadap Risiko


Kecelakaan Kerja

Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan petugas cleaning service sedang

sebanyak 40,0 % dan kurang sebanyak 40,0%. Hal ini memberikan gambaran bahwa

pengetahuan petugas cleaning service masih kurang dalam melakukan pengelolaan

limbah padat medis sehingga untuk terjadi risiko kecelakaan kerja sangat besar.

80
Universitas Sumatera Utara
Asumsi peneliti tentang pengetahuan petugas cleaning service yang masih

kurang dalam pengelolaan limbah padat medis karena kurangnya pengetahuan

cleaning service mengenai pengelolaan limbah padat medis yang benar sehingga

dalam melaksanakan pekerjaannya cleaning service tidak memiliki pedoman kerja,

hal ini terjadi karena cleaning service tidak pernah diberikan pembelajaran tentang

pengelolaan limbah padat medis.

Hasil observasi menunjukkan bahwa sebagian besar pengetahuan petugas

cleaning service kurang memahami pengelolaan limbah padat medis yang benar

sesuai dengan Kepmenkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004 seperti minimisasi

limbah, pemilahan limbah padat medis, pengumpulan dan penyimpanan, transportasi

serta pengolahan dan pembuangan akhir limbah. Dari hasil observasi rumah sakit

melakukan minimisasi limbah yang dimulai dari sumbernya seperti rumah sakit

memilih peralatan yang dapat dipakai kembali seperti peralatan makan yang dapat

dicuci kembali untuk digunakan daripada yang sekali pakai, akan tetapi petugas tidak

pernah melakukan pemilahan limbah padat medis dengan limbah padat non medis

sebelum limbah padat yang berasal dari ruangan dibuang ke tempat pembuangan

akhir limbah. Hal ini terjadi karena kurangnya pengetahuan petugas cleaning service

terhadap risiko kerja yang terjadi dari pekerjaan mengelola limbah padat medis.

Pengetahuan merupakan hasil dari pencapaian seseorang setelah melakukan

proses penginderaan terhadap objek tertentu. Pengetahuan petugas yang baik dalam

melakukan pengelolaan limbah padat medis sangat diperlukan untuk meminimalkan

terjadinya risiko kecelakaan kerja. Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa

Universitas Sumatera Utara


perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang

tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Reason 1997 dalam (Erwin, 2004) menyatakan bahwa pendorong

utama terjadinya seseorang melakukan kecerobohan dalam bekerja adalah

pengetahuan.

Hal ini sejalan dengan penelitian Karina (2010) yang mengungkapkan seorang

pekerja kebersihan di pabrik yang melakukan tindakan tidak aman (unsafe action)

memiliki latar belakang pengetahuan yang kurang. Dimana pengetahuan merupakan

faktor dasar (predisposing factor) yang terdapat dalam diri setiap individu.

Dalam penelitian Yusran (2008) yaitu tingkat pengetahuan perawat terhadap

kepatuhan dalam membuang sampah medis di RSUD Abdoel Moelok Bandar

Lampung Sebannyak 67,5% masuk dalam kriteria pengetahuan kurang baik. Ini

terjadi karena tingkat pengetahuan perawat yang masih rendah di tunjukkan dengan

perawat tidak pernah memilah sampah medis dan non medis sebelum membuangnya

ke tempat sampah dikarenakan tidak adanya pembedaan tempat sampah medis dan

tempat sampah non medis , perawat tidak pernah mendapat pelatihan tentang bahaya

yang diakibatkan oleh sampah medis, perawat tidak pernah memakai APD (alat

pelindung diri) saat melakukan tindakan terhadap pasien dan saat memilah-milah

limbah padat seperti: spuit dll.

Jasmawati (2005) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa praktik yang baik

dalam mengumpul limbah medis umumnya dilakukan oleh petugas yang memiliki

pengetahuan baik. Pengetahuan dikatakan baik bila sama dengan (91,2%)

Universitas Sumatera Utara


dibandingkan dengan petugas yang berpengetahuan cukup (72,7%). Hasil penelitian

ada hubungan antara praktik petugas dengan pengetahuan.

Notoatmodjo (2003), mengatakan pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi

oleh beberapa faktor, salah satunya tingkat keyakinan, biasanya keyakinan diperoleh

secara turun temurun dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu. Keyakinan ini

bisa memengaruhi pengetahuan seseorang baik keyakinan itu sifatnya positif atau

negatif. Dalam kaitan dengan perilaku hidup bersih dan sehat diyakini bahwa didalam

lingkungan yang bersih akan lebih terjamin untuk hidup sehat seperti pepatah yang

mengatakan didalam diri yang sehat terdapat jiwa yang kuat.

5.1.2 Hubungan Sikap Petugas Cleaning Service terhadap Risiko kecelakaan


Kerja

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimmulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat

tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku tertutup.

Menurut Newcomb (dalam Notoatmodjo: 2013 :124) sikap merupakan

kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif

tertentu. Sikap bukan merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan

predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap masih merupakan perilaku tertutup bukan

merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk

bereaksi terhadap objek dari lingkungannya tertentu sebagai suatu penghayatan

terhadap objek.

Universitas Sumatera Utara


Dengan melihat pendapat diatas maka dapat dikemukakan bahwa sikap itu

adalah keadaan dalam diri manusia yang menggerakkan untuk bertindak, menyertai

manusia dalam keadaan-keadaan tertentu dalam menghadapi objek dan terbentuk

berdasarkan pengalaman.

Hasil penelitian menunjukkan sikap petugas cleaning service sedang sebanyak

44,4 %. Hal ini memberikan gambaran bahwa sikap petugas cleaning service masih

kurang dalam melakukan pengelolaan limbah padat medis sehingga untuk terjadi

risiko kecelakaan kerja masih sangat besar. secara umum sikap manusia dirumuskan

sebagai kecenderungan untuk merespon (secara positif dan negatif) terhadap objek

atau situasi tertentu. Dimana sikap yang kurang baik akan selalu menghasilkan suatu

tindakan yang kurang baik pula.

Hasil uji statistik secara multivariat menunjukkan variabel sikap petugas

cleaning service dalam melakukan pengelolaan limbah padat medis berpengaruh

positif dan signifikan terhadap risiko kecelakaan kerja dengan nilai probabilitas

p<0.000<p=0.05 dan nilai Exp (B) sebesar 0,089, artinya ada hubungan yang

signifikan antara sikap dengan risiko kecelakaan kerja.

Asumsi peneliti tentang sikap kurang pada petugas cleaning service dalam

pengelolaan limbah padat medis karena masih kurangnya sarana dan prasarana yang

memadai seperti masih kurangnya tempat sampah medis di ruang perawatan, dimana

rumah sakit hanya menyediakan tempat sampah non medis saja pada ruang perawatan

sehingga sampah medis dan sampah non medis bercampur jadi satu. Hal ini di

dukung dengan sikap dari petugas cleaning service yang belum memiliki kesadaran

Universitas Sumatera Utara


dalam melakukan pemeliharaan peralatan pegelolaan limbah padat seperti tempat

sampah yang terdapat di ruang perawatan serta troli pengangkut limbah padat ke

tempat penampungan sementara tidak pernah di cuci dan di bersihkan.

Hasil observasi menunjukkan bahwa sebagian besar sikap petugas cleaning

service kurang dalam melakukan pengelolaan limbah padat medis dimana petugas

cleaning service tidak melakukan pengelolaan limbah padat medis sesuai dengan

peraturan yang telah di tetapkan oleh Kepmenkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004

dan rumah sakit. Seperti petugas cleaning service tahu bahwa limbah padat medis dan

limbah non medis harus dipilah terlebih dahulu sebelum masuk ke proses pengelolaan

limbah padat medis selanjutnya, tetapi petugas cleaning service tidak pernah

melakukan pemilahan limbah dikarenakan petugas malas untuk melakukannya dan

dalam melakukan pengelolaan limbah petugas cleaning service tahu bahwa saat

bekerja harus menggunakan alat pelindung diri (APD) lengkap seperti (topi, kaca

mata, baju khusus, celemek, sepatu boat, masker dan handscoon), tetapi petugas

cleaning service tidak menggunakan alat pelindung diri karena petugas cleaning

service merasa tidak nyaman untuk menggunakan APD dan rumah sakit hanya

menyediakan masker serta sarung tangan saja.

Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Notoatmodjo (1993) dalam

bukunya bahwa sikap merupakan suatu tindakan atau aktivitas yang merupakan

predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap merupakan reaksi tertutup, dan bukan

merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku terbuka. Jadi dapat diambil satu

Universitas Sumatera Utara


kesimpulan bahwa sikap yang kurang baik tentu akan berpengaruh terhadap tindakan

yang kurang baik pula.

Notoatmodjo (2005) mengungkapkan bahwa struktur sikap seseorang terdiri

dari komponen yang saling menunjang, yaitu komponen kognitif, afektif dan

psikomotorik. Namun ketiga komponen tersebut tidak selalu saling berinteraksi untuk

membentuk sikap yang utuh (total attitude). Jika individu hanya mempunyai satu atau

dua komponen saja, maka sikap untuk menghasilkan perilaku yang diharapkan belum

terbentuk. Hal ini menunjukkan bahwa sikap petugas kesehatan dalam melayani

pasien masih perlu ditingkatkan.

Fishbein dan Ajzen (1988) berdasarkan teori tindakan beralasan (theory of

reasond), menyatakan bahwa sikap memengaruhi perilaku lewat suatu proses

pengambilan keputusan yang diteliti dan beralasan dan dampaknya terbatas pada tiga

hal, yaitu: pertama, perilaku tidak banyak ditentukan oleh sikap umu tetapi oleh sikap

spesifik terhadap sesuatu. Kedua, perilaku tidak hanya dipengaruhi oleh sikap

spesifik tetapi oleh juga norma-norma subjektif yaitu keyakinan seseorang terhadap

yang diinginkan orang lain agar ia berperilaku. Ketiga, sikap terhadap suatu perilaku

bersama norma-norma subjektif membentuk suatu intensi atau niat untuk berperilaku

tertentu.

Salah satu faktor penyebab belum optimalnya sikap petugas cleaning service

dalam melakukan pengelolaan limbah padat medis terhadap risiko kecelakaan kerja di

RSU Permata Bunda Medan didukung oleh teori Green dalam Notoatmodjo (2005),

yang menyatakan bahwa faktor predisposisi yang terwujud dalam pengetahuan,

Universitas Sumatera Utara


kepercayaan, sikap, persepsi dan keyakinan merupakan salah satu faktor yang

mendukung petugas dalam melakukan pengelolaan limbah padat medis yang baik.

Dalam penelitian Yella (2010) yaitu hubungan pengetahuan, sikap dan

tindakan perawat dalam membuang sampah medis terhadap kesehatan lingkungan

sebanyak 55,5% masuk dalam kriteria sikap yang kurang baik. Sikap juga menjadi

faktor yang berperan dalam menentukan kepatuhan perawat dalam hal membuang

sampah medis sesuai dengan tempat sampah medis. Berdasarkan penelitian ini

perawat yang memiliki sikap baik akan lebih patuh dalam membuang sampah medis

pada tempat sampah yang seharusnya.

Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian kusmiyati (2009)

menyimpulkan faktor yang sering menyebabkan kecelakaan kerja terhadap petugas

kebersihan di rumah sakit ialah rendahnya perilaku petugas dalam pengetahuan, sikap

dan tindakan serta ketersediaan alat-alat dan prasarana yang disediakan.

5.1.3 Hubungan Tindakan Petugas Cleaning Service terhadap Risiko Kecelakaan


Kerja

Notoatmodjo (2005), menyatakan bahwa sikap belum tentu terwujud dalam

bentuk tindakan, sebab untuk mewujudkan tindakan perlu faktor lain, yaitu adanya

fasilitas atau sarana dan prasarana sebagai mediator agar sikap dapat meningkat

menjadi tindakan.

Hasil penelitian menunjukkan tindakan petugas cleaning service kurang

sebanyak 51,1 %. Hal ini memberikan gambaran bahwa tindakan petugas cleaning

Universitas Sumatera Utara


service masih kurang dalam melakukan pengelolaan limbah padat medis sehingga

untuk terjadi risiko kecelakaan kerja masih sangat besar.

Hasil uji statistik secara multivariat menunjukkan variabel tindakan petugas

cleaning service dalam melakukan pengelolaan limbah padat medis berpengaruh

positif dan signifikan terhadap risiko kecelakaan kerja dengan nilai probabilitas

p<0.000<p=0.05 dan nilai Exp (B) sebesar 0,121, artinya ada hubungan yang

signifikan antara sikap dengan risiko kecelakaan kerja.

Asumsi peneliti tentang tindakan petugas cleaning service yang masih kurang

dalam pengelolaan limbah padat medis dimulai dari perawat yang tidak pernah

membedakan limbah padat medis dengan limbah padat non medis, tidak adanya

tempat sampah medis pada tiap ruang perawatan sehingga petugas cleaning service

yang bertugas mengangkut limbah padat dari ruang perawatan sering mengalami

cidera seperti tertusuk jarum suntik.

Hasil observasi menunjukkan bahwa tindakan adalah yang paling berisiko

daripada pengetahuan dan sikap untuk terjadinya kecelakaan terhadap petugas

cleaning service dalam melakukan pengelolaan limbah padat. Pada penelitian ini

pengetahuan petugas cleaning service masih kurang dalam melakukan pengelolaan

limbah padat medis dimana petugas cleaning service tidak melakukan pengelolaan

limbah padat medis sesuai dengan peraturan yang telah di tetapkan oleh Kepmenkes

RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004 dan rumah sakit seperti saat pemilahan limbah padat

medis, petugas cleaning service tidak pernah melakukan pemilahan pada limbah

padat medis dan limbah padat non medis yang terkumpul jadi satu di tempat sampah

Universitas Sumatera Utara


oleh karena rumah sakit hanya menyediakan satu tempat sampah di depan ruang

perawatan hal ini yang menyebabkan petugas cleaning service sering tertusuk jarum

suntik, dan untuk pengumpulan serta penyimpanan yaitu limbah padat dikumpulkan

menjadi satu dengan limbah padat non medis dan diangkut dua hari sekali untuk

disimpan pada tempat penyimpanan dimana pada tempat penyimpanan tidak di beri

label yang jelas, juga pada saat transportasi petugas tidak menggunakan alat

pelindung diri lengkap (APD) hanya menggunakan sarung tangan saja dan alur

pengangkutan limbah padat tidak dibedakan dengan alur petugas dalam mengantar

makanan untuk pasien, dalam hal pengolahan dan pembuangan akhir limbah RSU

Permata Bunda bekerja sama dengan PT.ARA karena tidak memiliki alat incenerator

dan untuk limbah kimia yang berasal dari laboratorium tidak pernah di timbun

melainkan dibuang jadi satu dengan limbah padat non medis.

Hasil ini di dukung juga oleh veronika dengan penelitian yang dilakukan di

rumah sakit tahun 2001 yang menyatakan tindakan petugas kebersihan dalam

mengelola sampah medis tergolong masih sangat kurang. Dari 15 petugas kebersihan

8 orang (54%) tertusuk jarum suntik yakni pada kategori kurang sebanyak.

Penelitian Walgito (2004), mengatakan bahwa dari 10 perawat di ruang rawat

inap RSUP Dr. Kariadi Semarang, sebanyak 7 orang (70%) perawat tidak melakukan

pemisahan sampah padat medis dan sampah padat non medis. hal ini menunjukkan

bahwa tindakan perawat dalam hal mencegah infeksi nosokomial masih belum

maksimal dimana keadaan ini membahayakan keselamatan petugas dalam

mengangkut sampah medis.

Universitas Sumatera Utara


BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarakan latar belakang penulisan, tujuan dan hipotesis maka sebagai

kesimpulan penelitian sebagai berikut:

1. Karakteristik petugas cleaning service berdasarkan umur, pendidikan, lama

bekerja dan shift kerja tidak signifikan terhadap risiko kecelakaan kerja di RSU

Permata Bunda Medan.

2. Perilaku petugas cleaning service berdasarkan pengetahuan, sikap dan tindakan

signifikan terhadap risiko kecelakaan kerja di RSU Permata Bunda Medan.

Tindakan merupakan faktor risiko paling berpengaruh menyebabkan terjadinya

risiko terjadinya risiko kecelakaan kerja.

6.2 Saran

Dalam rangka memperbaiki perilaku petugas cleaning service, maka

disarankan kepada manajemen RSU Permata Bunda Medan:

1. Perlu melengkapi sarana dan prasarana pengelolaan limbah padat medis seperti

penambahan tempat sampah medis pada tiap ruang rawatan dan melengkapi alat

pelindung diri (APD) seperti baju khusus, kacamata, topi, celemek dan sepatu

boat pada petugas cleaning service

90
Universitas Sumatera Utara
2. Perlu mengadakan pelatihan bagi petugas cleaning service dan perawat dalam

rangka meningkatkan perilaku yang baik dalam hal pengelolaan limbah padat

medis.

3. Perlu mengupayakan pembinaan terhadap perawat mengenai cara pemilahan

limbah padat medis yang benar sesuai dengan Kepmenkes RI No.

1204/Menkes/SK/X/2004.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Adisasmito, W. 2007. Sistem Manajemen Lingkungan Rumah Sakit. PT. Raja


Grafindo Persada. Jakarta.

Anies. 2006. Manajemen Berbasis Lingkungan Solusi Mencegah dan Menanggulangi


Penyakit Menular. Elex Media Komputindo. Jakarta.

Ariawan, Iwan. 1998. Besaran dan Metode Sampel pada Penelitian Kesehatan.
Depok. Jurusan Biostatistik dan Kependudukan FKM UI.

Arifin, M. 2009. Sanitasi lingkungan. Diakses dari:http://inspeksisanitasi.


blogspot.com/2009/07/sanitasi-lingkungan.html.

Azwar, A.1987. Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. PT.


Bina Rupa Aksara. Jakarta.

Buku Pembelajaran Akademi Kesehatan Lingkungan. 1990. Kabupaten Karo Medan.

Chandra, B.2007. Pengantar Kesehatan. EGC. Jakarta.

Departemen Kesehatan.1997. Profil Kesehatan Indonesia.

Depkes RI. 1993. Pedoman Pemeliharaan Instalasi Pengelolaan Limbah Cair Rumah
Sakit. Bakti Husada. Jakarta.

_________ . 2002. Pedoman Sanitasi RS di Indonesia, Bakti Husada. Jakarta.

_________ . 2004. Kepmenkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004 Tentang Persyaratan


Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. Jakarta.

_________ . 2006. Pedoman Penatalaksanaan Pengelolaan Limbah Padat dan Cair di


Rumah Sakit. Bakti Husada. Jakarta.

_________. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 Tentang


Kesehatan. Jakarta.

Direktorat Jenderal PPM & PL dan Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. 2002.
Depkes RI.

Dinas Lingkungan Hidup dan Energi Sumber Daya Mineral (LH-ESDM). 2012. Kota
Medan.

92
Universitas Sumatera Utara
Fathoni, A. 2006. Organisasi dan Manajemen Sumber Daya Manusia. Rineka Cipta.
Jakarta.

Hurlock, E. 1999. Perkembangan Anak. Jilid 1. Erlangga. Jakarta.

Jasmawati. 2005. Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Ketersediaan Fasilitas dengan


Praktik Petugas Pengumpul Limbah Medis di RSUD Abdul Wahab
Sjahrani Samarinda : Universitas Hasanuddin.

Karina. 2010. Hubungan antara Pengetahuan dan Sikap Pekerja Kebersihan Pabrik
terhadap Keselamatan dan Keamanan Pekerja di Jawa Timur :
Universitas Banyuwangi.

Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1204/Menkes/SK/X/2004. Persyaratan


Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. 2004.

______________________________No.983/Menkes/SK/XI/1992. Pedoman
Organisasi Rumah Sakit.1992.

Maimunah. 2002. Gambaran Perilaku Petugas Rumah Sakit terhadap Sistem


Pengelolaan Sampah Medis di Rumah Sakit Kusta Sicangang Belawan
Tahun 2002. Skripsi FKM USU.

Manajemen Rumah Sakit. 2003. Tentang Tata Cara Pelaksanaan Membuang Limbah
Padat Medis Berdasarkan Masing-Masing Fungsinya.

Marsum, dkk, 2007. Manajemen Stewarding. Yogyakarta.

Nainggolan, R, Elsa, Musadad. 2008. Kajian Pengelolaan Limbah Padat Medis


Rumah Sakit. Jakarta.

Notoadmodjo,S. 1993. Pengantar Perilaku Manusia dan Ilmu Perilaku Kesehatan.


Yogyakarta.

_____________. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta.

_____________. 2007. Promosi Kesehatan, Teori dan Aplikasi. Cetakan Pertama, PT


Rineka Cipta. Jakarta.

Nursalam, 2008.Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan,


Salemba Medika. Jakarta.

Universitas Sumatera Utara


Panitia K3RS. 2003. Prosedur Penanggulangan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3),
Medistra. Jakarta.

Permenkes No. 340 Tahun 2010 Tentang Klasifikasi Rumah Sakit. Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.

Risca, faradila. 2008. Hubungan Pengelolaan Limbah Padat terhadap kualitas


Lingkungan Rumah Sakit di RSU Dr. R.M Djoelham Binjai.

Said, I.N.1999. Seminar Teknologi Pengelolaan Limbah II, PTP, Limbah Radioaktif
BTN. Jakarta.

Sani, Fahmi. 2012. Pengaruh Tindakan Pengelolaan Limbah Padat Medis di Rumah
Sakit Umum Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2012. Tesis FKM
USU.

Soejitno, S.2002. reformasi Perumah Sakitan Indonesia. Jakarta. PT. Grasindo.

Suma’mur, PK. 1996. Hygiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja. Gunung Agung.
Jakarta.

Tarigan, I.K. 2008. Determinan Tindakan Perawat Dalam Membuang Limbah Medis
Padat di RSU Dr. Pirngadi Kota Medan. Tesis S2 IKM FKM USU.

UU No. 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik.

UU No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit.

Vincent, J.L. 2003. Nosocomial Infection in Adult Intensive Care Units, The Lancet,
volume 361, pp 2068-2077.

Walgito. 2004. Kajian Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Perawat
Ruangan di RSUP dr. Karyadi Semarang : Universitas Diponegoro

Wicaksono, S. 2001. Karakteristik Limbah Rumah Sakit dan Pengaruhnya Terhadap


Kesehatan Lingkungan, Cermin Dunia Kedokteran No. 130, Diakses 19
November 2009; http://www.kalbe.co.id/files.cdk/17.

Yella Olivia. 2010. Hubungan Pengetahuan, Sikap, Tindakan Perawat dalam


Membuang Sampah Medis terhadap Kesehatan Lingkungan di RSU M
Djamil Padang : Universitas Andalas.

Universitas Sumatera Utara


Yusran, 2008. Analisis Tingkat Pengetahuan Perawatan terhadap Kepatuhan dalam
Membuang Sampah Medis di RSUD Abdoel Moelok, Bandar Lampung :
Universitas Malahayati.

Universitas Sumatera Utara


KUESIONER PENELITIAN

KARAKTERISTIK DAN PERILAKU PETUGAS CLEANING SERVIS


MENGENAI PENGELOLAAN LIMBAH PADAT MEDIS
TERHADAP RISIKO KECELAKAAN KERJA
DI RSU PERMATA BUNDA MEDAN
TAHUN 2014

1. Pilihlah salah satu jawaban yang dianggap paling tepat dan sesuai dengan
pendapat anda dengan memberi tanda silang ( x ) pada jawaban yang tersedia.
2. Informasi yang anda berikan hanya digunakan untuk tujuan akademik semata
sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan studi di Program Studi S2 Ilmu
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

A. Faktor Predisposisi (predisposing factor)

1. Karakteristik Responden

a. Nama :
b. Umur :
c. Jenis Kelamin : a. Laki-laki
b. perempuan

d. Pendidikan : a. Rendah (SD dan SMP)


b. Sedang (SMA)
c. Tinggi (DIII dan PT) :

e. Lama Bekerja :

f. Shift Kerja :

I. Perilaku Petugas Cleaning Servis


a. Pengetahuan
1. Benarkah sampah yang berasal dari pelayanan medis, perawatan gigi dan
farmasi?
a. Benar

Universitas Sumatera Utara


b. Salah
c. Tidak tahu
2. Benarkah jarum suntik, perban dan pembalut bekas pasien termasuk sampah
medis?
a. Benar
b. Salah
c. Tidak tahu
3. Benarkah warna tempat tong sampah limbah padat medis berwarna kuning?
a. Benar
b. Salah
c. Tidak tahu
4. Benarkah warna tempat tong sampah non medis berwarna hitam?
a. Benar
b. Salah
c. Tidak tahu
5. Benarkah limbah padat medis perlu dilakukan pengelolaan khusus?
a. Benar
b. Salah
c. Tidak tahu
6. Benarkah tempat sampah yang dilapisi kantong plastik khusus merupakan
tempat limbah padat medis?
a. Benar
b. Salah
c. Tidak tahu
7. Benarkah limbah medis dimusnahkan di insinerator?
a. Benar
b. Salah
c. Tidak tahu
8. Benarkah limbah padat medis menyebabkan penyakit?
a. Benar
b. Salah
c. Tidak tahu
9. Benarkah penyakit yang dapat disebabkan limbah medis adalah penyakit
infeksi nosokomial?
a. Benar
b. Salah
c. Tidak tahu

Universitas Sumatera Utara


10. Benarkah terdapat peraturan khusus untuk pengelolaan limbah padat medis di
rumah sakit?
a. Benar
b. Salah
c. Tidak tahu
11. Benarkah pengangkutan limbah medis di pisahkan antara limbah padat medis
dengan limbah padat non medis?
a. Benar
b. Salah
c. Tidak tahu
12. Benarkah Troli tertutup digunakan untuk mengangkut limbah tersebut?
a. Benar
b. Salah
c. Tidak tahu

b. Sikap
1. Setiap petugas yang langsung menangani limbah padat medis dalam bekerja
harus menggunakan pakaian pelindung?
a. Setuju
b. Tidak setuju
c. Ragu-ragu
2. Untuk mengurangi penyebaran bahaya yang disebabkan oleh sampah medis
khususnya bekas jarum suntik, botol bekas, obat-obatan, bekas selang infus
dan lain-lain perlu di desinfeksi sebelum di musnahkan?
a. Setuju
b. Tidak setuju
c. Ragu-ragu
3. Jika setuju apa alasannya?
a. Mengurangi bahaya infeksi terhadap orang yang secara tidak langsung
terkena cidera akibat sampah klinis.
b. Agar dapat di gunakan kembali
c. Menghilangkan kuman-kuman yang ada di limbah medis tersebut
4. Jika tidak setuju karena?
a. Pemborosan bahan desinfektan
b. Merepotkan
c. Tidak diharuskan

Universitas Sumatera Utara


5. Kebiasaan membuang limbah medis di sembarang tempat bukanlah kebiasaan
yang baik dan harus ada upaya untuk menghentikan kebiasaan tersebut?
a. Setuju
b. Tidak setuju
c. Ragu-ragu
6. Penggunaan kantong plastik untuk penampungan limbah padat medis
sangatlah memudahkan petugas dalam pemeliharaan tempat penampungan
l;imbah?
a. Setuju
b. Tidak setuju
c. Ragu-ragu
7. Limbah padat medis yang bercampur baur pada tempat penampungan limbah
padat non medis akan menimbulkan penyakit?
a. Setuju
b. Tidak setuju
c. Ragu-ragu
8. Setelah menangani limbah padat medis hendaknya mencuci tangan dengan
menggunakan sabun desinfektan?
a. Setuju
b. Tidak setuju
c. Ragu-ragu
9. Setiap kali pengosongan tempat sampah penampungan limbah medis
teermasuk penampungan sementara (TPS) perlu di lakukan pembersihan atau
pencucian?
a. Setuju
b. Tidak setuju
c. Ragu-ragu
10. Petugas cleaning servis yang langsung mengelolah limbah medis perlu di
berikan pelatihan khusus mengenai pengelolaan limbah padat medis yang
sehat?
a. Setuju
b. Tidak setuju
c. Ragu-ragu
11. Dalam penanganan limbah padat medis di rumah sakit diperlukan instruksi
dari atasan?
a. Setuju
b. Tidak setuju
c. Ragu-ragu

Universitas Sumatera Utara


c. Tindakan
1. Apakah saudara pernah memisahkan limbah padat medis dan limbah padat
non medis?
a. Ya
b. Tidak
c. Kadang-kadang
2. Setelah menangani limbah padat medis apakah saudara selalu mencuci tangan
dengan sabun?
a. Ya
b. Tidak
c. Kadang-kadang
3. Apakah saudara pernah mengalami cidera akibat menangani pengelolaan
limbah padat medis?
a. Ya
b. Tidak
c. Kadang-kadang
4. Apakah saudara dalam menangani limbah padat medis menggunakan alat
pelindung diri?
a. Ya
b. Tidak
c. Kadang-kadang
5. Apakah saudara aktif mengikuti penyuluhan dan bimbiungan dalam
penanganan pengelolaan limbah padat medis?
a. Ya
b. Tidak
c. Kadang-kadang
6. Apakah saudara pernah mendapat teguran dari atasan/pimpinan pada saat
melakukan kesalahan dalam penanganan limbah medis?
a. Ya
b. Tidak
c. Kadang-kadang
7. Apakah atasan/pimpinan ada menerapkan peraturan-peraturan tentang
penanganan limbah padat medis di rumah sakit?
a. Ya
b. Tidak
c. Kadang-kadang

Universitas Sumatera Utara


8. Apakah setiap ruangan memiliki tempah sampah medis?
a. Ya
b. Tidak
c. Kadang-kadang
9. Apakah ada petugas khusus yang menangani limbah padat medis tersebut?
a. Ya
b. Tidak
c. Kadang-kadang
10. Kapankan limbah padat medis yang ada di ruang perawatan di angkut oleh
petugas?
a. Setiap hari
b. 2 hari sekali
c. Seminggu sekali

II. Risiko Kecelakaan Kerja


1. Adakah risiko yang terjadi jika saudara melakukan tindakan pengelolaan limbah
padat medis tidak sesuai dengan prosedur yang seharusnya?
a. Ada risiko
b. Tidak ada risiko
c. Tidak tahu
2. Adakah risiko yang terjadi jika pengelolaan limbah padat medis tidak
menggunakan alat pelindung diri?
a. Ada risiko
b. Tidak ada risiko
c. Tidak tahu
3. Adakah risiko yang terjadi saat saudara melakukan pemilahan limbah padat
medis?
a. Ada risiko
b. Tidak ada risiko
c. Tidak tahu
4. Selama saudara bekerja sebagai petugas pengelola limbah adakah risiko yang
pernah terjadi
a. Ada risiko
b. Tidak ada risiko
c. Tidak tahu
5. Manakah risiko dibawah ini yang pernah saudara alami:
a. Tertusuk jarum suntuk
b. Mengalami gangguan pernafasan
c. Alergi pada kulit

Universitas Sumatera Utara


FORM OBSERVASI TINDAKAN PETUGAS CLEANING SERVIS
MENGENAI PENGELOLAAN LIMBAH PADAT MEDIS TERHADAP
RISIKO KECELAKAAN KERJA DI RSU PERMATA BUNDA MEDAN
TAHUN 2014

No Tindakan Ya Tidak
I. Pengelolahan Limbah Padat Medis
a. Minimasi limbah
1. Rumah sakit melakukan pengelolaan limbah yang
dimulai dari sumbernya?
2. Rumah sakit selalu menyeleksi bahan-bahan yang
kurang menghasilkan limbah sebelum menggunakannya
untuk kegiatan di rumah sakit?
3. Rumah sakit memilih peralatan yang dapat dipakai
kembali seperti peralatan makan yang dapat di cuci
kembali untuk digunakan dari pada yang sekali pakai,
dengan tujuan meminimalkan limbah yang akan
dihasilkan?
4. limbah yang dapat di daur ulang selalu dipisahkan
dengan limbah yang tidak dapat di daur ulang?
b. Pemilahan limbah padat medis
1. Petugas cleaning servis selalu melakukan pemilahan
sampah sebelum membuangnya ke tempat sampah?
2. Petugas cleaning servis dapat membedakan tempat
sampah medis dan tempat sampah non medis?
4. Tempat sampah yang ada sudah di bedakan sesuai
dengan warna seperti tempat sampah medis diletakkan
pada tempat sampah warna kuning sedangkan tempat
sampah non medis di letakkan pada tempat sampah
warna hitam?
5. Petugas cleaning servis tahu bahwa limbah padat yang
diambil dari ruang perawatan harus dipilah terlebih
dahulu sebelum masuk ke proses pengelolaan limbah
padat medis selanjutnya?
6. Sebelum diletakkan di wadah penampungan limbah
padat medis, sebelumnya dilakukan pemisahan antara
limbah padat infeksius (seperti underpad, jarum suntik,
botol infus dll) dan limbah padat non infeksius (seperti
plastik air minum, kertas dll)?
7. Petugas cleaning servis menggunakan alat pelindung diri
saat mengangkut limbah?

Universitas Sumatera Utara


c. Pengumpul dan penyimpanan
1. limbah padat di kumpulkan ke tempat penyimpanan
setidaknya satu hari sekali?
2. Tempat sampah yang disediakan adalah tempat sampah
yang tertutup?
3. kantong plastik yang melapisi tempat sampah selalu di
ganti sesuai dengan warna yang seharusnya (kuning
untuk tempat sampah infeksius dan hitam untuk tempat
sampah yang infeksius)?
d. Transportasi
1. Transportasi limbah di rumah sakit sudah sesuai dengan
standar (memudahkan petugas dalam memuat dan
membongkar limbah, tertutup,tidak mudah robek,
mudah di bersihkan, memiliki tanda yang jelas?
2. Dalam mengangkut limbah padat Petugas cleaning
servis selalu menggunakan alat pelindung diri?
3. Alur pengangkutan limbah padat medis dibedakan
dengan alur pasien dan petugas dapur diet?
4. Lift yang digunakan untuk mengangkut limbah padat
medis adalah lift yang sama dengan lift yang digunakan
untuk pasien dan untuk mengantar makanan?
e. Pengolahan dan pembuangan akhir limbah
1. limbah yang berasal dari rumah sakit di buang langsung
ke tempat pembuangan akhir limbah domestik?

2. Pembuangan limbah kimia (yang berasal dari


laboratorium dan farmasi) yang sangat berbahaya dalam
jumlah yang besar dibuang dengan cara di timbun?
3. rumah sakit memiliki alat insenerator untuk mengelolah
limbah padat medisnya?

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Frequencies
[DataSet1] E:\ \Hasil Kuesioner.sav

Statistics

Jenis
Umur Kelamin Pendidikan Lama Bekerja Shift Kerja Pengetahuan Sikap Tindakan Risiko
Responden Responden Responden Responden Responden Responden Responden Responden Tindakan
N Valid 45 45 45 45 45 45 45 45 45
Missing 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Frequency Table

Umur Responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid (19-29 Tahun) 28 62,2 62,2 62,2
(30-40 Tahun) 17 37,8 37,8 100,0
Total 45 100,0 100,0

Jenis Kelamin Responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-laki 45 100,0 100,0 100,0

Pe ndi dika n Re sponde n

Cumulative
Frequency Percent Valid P ercent Percent
Valid D3 7 15,6 15,6 15,6
SMA 28 62,2 62,2 77,8
SMP 10 22,2 22,2 100,0
Total 45 100,0 100,0

Universitas Sumatera Utara


Lama Bekerja Responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0-60 Bulan 33 73,3 73,3 73,3
> 60 Bulan 12 26,7 26,7 100,0
Total 45 100,0 100,0

Shift Kerja Re sponde n

Cumulative
Frequency Percent Valid P erc ent Percent
Valid Malam 16 35,6 35,6 35,6
Pagi 15 33,3 33,3 68,9
Sore 14 31,1 31,1 100,0
Total 45 100,0 100,0

Pe nge tahuan Responden

Cumulative
Frequency Percent Valid P erc ent Percent
Valid Baik 18 40,0 40,0 40,0
Sedang 18 40,0 40,0 80,0
Kurang 9 20,0 20,0 100,0
Total 45 100,0 100,0

Si kap Responden

Cumulative
Frequency Percent Valid P erc ent Percent
Valid Baik 19 42,2 42,2 42,2
Sedang 20 44,4 44,4 86,7
Kurang 6 13,3 13,3 100,0
Total 45 100,0 100,0

Universitas Sumatera Utara


Ti nda kan Re sponden

Cumulative
Frequency Percent Valid P erc ent Percent
Valid Baik 23 51,1 51,1 51,1
Sedang 18 40,0 40,0 91,1
Kurang 4 8,9 8,9 100,0
Total 45 100,0 100,0

Risiko Tindakan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ris iko 28 62,2 62,2 62,2
Tidak Beris iko 17 37,8 37,8 100,0
Total 45 100,0 100,0

Crosstabs
[DataSet1] E:\ \Hasil Kuesioner.sav

Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pengetahuan Responden
45 100,0% 0 ,0% 45 100,0%
* Risiko Tindakan

Universitas Sumatera Utara


Pengetahuan Responden * Risiko Tindakan Crosstabulation

Risiko Tindakan
Risiko Tidak Beris iko Total
Pengetahuan Baik Count 17 1 18
Responden % within Pengetahuan
94,4% 5,6% 100,0%
Responden
% within Risiko Tindakan 60,7% 5,9% 40,0%
% of Total 37,8% 2,2% 40,0%
Sedang Count 9 9 18
% within Pengetahuan
50,0% 50,0% 100,0%
Responden
% within Risiko Tindakan 32,1% 52,9% 40,0%
% of Total 20,0% 20,0% 40,0%
Kurang Count 2 7 9
% within Pengetahuan
22,2% 77,8% 100,0%
Responden
% within Risiko Tindakan 7,1% 41,2% 20,0%
% of Total 4,4% 15,6% 20,0%
Total Count 28 17 45
% within Pengetahuan
62,2% 37,8% 100,0%
Responden
% within Risiko Tindakan 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 62,2% 37,8% 100,0%

Chi-Square Te sts

As ymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-S quare 15,221a 2 ,000
Lik elihood Ratio 17,455 2 ,000
Linear-by-Linear
14,585 1 ,000
As soc iation
N of V alid Cases 45
a. 1 c ells (16,7%) have ex pec ted c ount les s than 5. The
minimum expected count is 3,40.

Universitas Sumatera Utara


Crosstabs
[DataSet1] E:\ \Hasil Kuesioner.sav

Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Sikap Responden
45 100,0% 0 ,0% 45 100,0%
* Risiko Tindakan

Sikap Responden * Risiko Tindakan Crosstabulation

Risiko Tindakan
Risiko Tidak Beris iko Total
Sikap Responden Baik Count 18 1 19
% within Sikap
94,7% 5,3% 100,0%
Responden
% within Risiko Tindakan 64,3% 5,9% 42,2%
% of Total 40,0% 2,2% 42,2%
Sedang Count 9 11 20
% within Sikap
45,0% 55,0% 100,0%
Responden
% within Risiko Tindakan 32,1% 64,7% 44,4%
% of Total 20,0% 24,4% 44,4%
Kurang Count 1 5 6
% within Sikap
16,7% 83,3% 100,0%
Responden
% within Risiko Tindakan 3,6% 29,4% 13,3%
% of Total 2,2% 11,1% 13,3%
Total Count 28 17 45
% within Sikap
62,2% 37,8% 100,0%
Responden
% within Risiko Tindakan 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 62,2% 37,8% 100,0%

Universitas Sumatera Utara


Chi-Square Te sts

As ymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-S quare 16,366a 2 ,000
Lik elihood Ratio 18,899 2 ,000
Linear-by-Linear
15,548 1 ,000
As soc iation
N of V alid Cases 45
a. 2 c ells (33,3%) have ex pec ted c ount les s than 5. The
minimum expected count is 2,27.

Crosstabs
[DataSet1] E:\ \Hasil Kuesioner.sav

Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Tindakan Responden
45 100,0% 0 ,0% 45 100,0%
* Risiko Tindakan

Universitas Sumatera Utara


Tindakan Responden * Risiko Tindakan Crosstabulation

Ris iko Tindakan


Ris iko Tidak Beris iko Total
Tindakan Baik Count 21 2 23
Responden % within Tindakan
91,3% 8,7% 100,0%
Responden
% within Risiko Tindakan 75,0% 11,8% 51,1%
% of Total 46,7% 4,4% 51,1%
Sedang Count 6 12 18
% within Tindakan
33,3% 66,7% 100,0%
Responden
% within Risiko Tindakan 21,4% 70,6% 40,0%
% of Total 13,3% 26,7% 40,0%
Kurang Count 1 3 4
% within Tindakan
25,0% 75,0% 100,0%
Responden
% within Risiko Tindakan 3,6% 17,6% 8,9%
% of Total 2,2% 6,7% 8,9%
Total Count 28 17 45
% within Tindakan
62,2% 37,8% 100,0%
Responden
% within Risiko Tindakan 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 62,2% 37,8% 100,0%

Chi-Square Te sts

As ymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-S quare 17,024a 2 ,000
Lik elihood Ratio 18,664 2 ,000
Linear-by-Linear
14,658 1 ,000
As soc iation
N of V alid Cases 45
a. 2 c ells (33,3%) have ex pec ted c ount les s than 5. The
minimum expected count is 1,51.

Universitas Sumatera Utara


Logistic Regression
[DataSet1] E:\ \Hasil Kuesioner.sav

Case Processing Summary


a
Unweighted Cases N Percent
Selected Cases Included in Analysis 45 100,0
Mis sing Cases 0 ,0
Total 45 100,0
Unselected Cas es 0 ,0
Total 45 100,0
a. If weight is in effect, s ee class ification table for the total
number of cases.

De pendent V aria ble Encodi ng

Original Value Int ernal Value


Risiko 0
Tidak Berisiko 1

Block 0: Beginning Block

Classification Table a,b

Predicted

Risiko Tindakan Percentage


Observed Risiko Tidak Beris iko Correct
Step 0 Risiko Tindakan Risiko 28 0 100,0
Tidak Beris iko 17 0 ,0
Overall Percentage 62,2
a. Constant is included in the model.
b. The cut value is ,500

Va riables in the Equa tion

B S. E. W ald df Sig. Ex p(B )


St ep 0 Constant -,499 ,307 2,634 1 ,105 ,607

Universitas Sumatera Utara


Variables not in the Equation

Score df Sig.
Step Variables Pengetahuan 14,917 1 ,000
0 Sikap 15,901 1 ,000
Tindakan 14,991 1 ,000
Overall Statistics 27,329 3 ,000

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.
Step 1 Step 36,772 3 ,000
Block 36,772 3 ,000
Model 36,772 3 ,000

Model Summary

-2 Log Cox & Snell Nagelkerke


Step likelihood R Square R Square
1 22,895 a ,558 ,760
a. Es timation terminated at iteration number 7 because
parameter estimates changed by les s than ,001.

Classification Table a

Predicted

Risiko Tindakan Percentage


Observed Risiko Tidak Beris iko Correct
Step 1 Risiko Tindakan Risiko 25 3 89,3
Tidak Beris iko 1 16 94,1
Overall Percentage 91,1
a. The cut value is ,500

Universitas Sumatera Utara


Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)


Step
a Pengetahuan 2,391 1,054 5,143 1 ,023 10,927
1 Sikap 2,421 1,003 5,824 1 ,016 11,257
Tindakan 2,111 ,937 5,077 1 ,024 8,254
Constant -13,214 4,242 9,704 1 ,002 ,000
a. Variable(s) entered on s tep 1: Pengetahuan, Sikap, Tindakan.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai