TESIS
Oleh
RENI PERMATA
127032165/IKM
TESIS
Oleh
RENI PERMATA
127032165/IKM
Menyetujui
Komisi Pembimbing
(Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M) (Siti Saidah NST, S.Kep, M.Kep, SP.Mat)
Ketua Anggota
Dekan
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Reni Permata
127032165/IKM
Kata Kunci : Karaktersistik dan Perilaku, Limbah Padat Rumah Sakit, Risiko
Kecelakaan Kerja
i
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
The service activities which are performed at RSU Permata Bunda usually
prodece infecting waste. The management of medical solid waste done by cleaning
service employees is still not in line with the regulation in Kepmenkes RI No.
1204/Menkes/SK/X/2004. The characteristics and behavior consist of age, education,
length of service. Work shift, knowledge and attitude, bad action can cause the risk of
getting job accidence.
The research was analytic with cross sectional design. It was conducted from
March to July, 2014. The population was 45 cleaning service employees, and all of
them were used as the samples. The data were gathered by distributing
questionnaires and conducting observation and analyzed by using Pearson chi
square test and multiple logistic regression test at the reliability level 95%.
The result of the research showed that the variable of characteristic (age,
education, length of service and work shift) did not have any significant influence on
the risk of getting job accidence (Prevalence Ratio = 0.121).
Its is recommanded that the management of RSU Permata Bunda equip the
facility and infrastrukture of managing medical solid waste by adding medical
transhcans in each ward and provide APD )Personal Protective Device) such as
habiliments, glasses, hat napkins, and boots for cleaning service employees.
Key words: Characteristics and Behavior, Hospotal Solid Waste, Risk of Job
Accidence
ii
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Penulis panjatkan puji dan syukur yang tiada henti dan tak terhingga kepada
Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat serta pertolongan-Nya sehingga
2014”.
Penyusunan tesis ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sumatera Utara. Proses penulisan tesis dapat terwujud berkat dukungan, bimbingan,
arahan serta bantuan moral maupun material dari banyak pihak. Untuk itu izinkan
1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM),Sp.A(K), selaku Rektor
2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
3. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si, selaku Sekertaris Program Studi S2 Ilmu
Utara.
iii
Universitas Sumatera Utara
4. Dr. Drs. R .Kintoko Rochadi, M.K.M, selaku ketua komisi pembimbing yang
5. Siti Saidah NST, S.Kep, M.Kep, SP.Mat selaku anggota komisi pembimbing
6. Ir. Indra Cahaya, M.Si selaku komisi penguji yang telah banyak memberikan
7. Dr. Taufik Ashar, M.K.M selaku komisi penguji yang telah banyak
8. dr.H. Syaiful Sitompul selaku direktur RSU Permata Bunda Medan beserta
yang telah mendukung dan menghibur penulis dalam suka maupun duka
10. Teristimewa ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada Sertu Andi Prasetio
yang telah turut memberikan doa, cinta, dukungan dan motivasi serta sabar
iv
Universitas Sumatera Utara
11. Kepada seluruh teman-teman Administrasi Rumah Sakit kelas A yang tidak
bisa disebutkan satu persatu terimakasih yang tak terhingga atas dukungan,
12. Kepada suluruh rekan-rekan kerja Zamrud 1 RSU Permata Bunda Medan
yang tidak bisa disebutkan satu persatu terimakasih atas doa, dukungan serta
yang tak terhingga serta rasa hormat yang setinggi-tingginya kepada Ayahanda (Alm.
H. Iran) & Ibunda (Hj. Asih) tercinta atas restunya yang telah menjadikan penulis
berhasil dalam menyelesaikan pendidikan tinggi seperti harapan dan keinginan kedua
orang tua, yang tiada henti memberikan motivasi, nasihat, cinta, perhatian dan kasih
sayang serta doa yang tak bisa penulis balas dalam bentuk apapun. Hanya doa yang
tulus buat ayahanda dan ibunda yang bisa penulis panjatkan, semoga Allah SWT
memberikan tempat yang terindah untukmu ayah dan berikanlah ketabahan serta
Penulis menyadari atas segala keterbatasan, untuk itu saran dan kritik yang
membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini dengan harapan
semoga tesis ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan di bidang kesehatan dan
Reni Permata
127032165/IKM
v
Universitas Sumatera Utara
RIWAYAT HIDUP
Reni Permata, lahir di Perbaungan pada tanggal 04 Maret 1988, anak tunggal
Tunas Bangsa Medan selesai pada tahun 1993, pendidikan Sekolah Dasar Swasta di
PAB 15 Klambir V Medan selesai pada tahun 1999, pendidikan Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama Swasta di Kartika 1-2 Medan selesai pada tahun 2002, pendidikan
Sekolah Menengah Atas Swasta di Kemala Bhayangkari 1 Medan selesai pada tahun
2005, pendidikan Diploma III di Akademi Kebidanan Sehat Medan selesai pada
Sumatera Utara selesai pada tahun 2011, dan pendidikan Pascasarjana di Program
Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi Rumah Sakit Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara pada tahun 2012 s/d sekarang.
Mulai bekerja di RSIA Salam Medan Tahun 2008 sampai tahun 2009, tahun
vi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ........................................................................................................... i
ABSTRACT .......................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xii
vii
Universitas Sumatera Utara
BAB 3. METODE PENELITIAN................................................................. 57
3.1 Jenis Penelitian ........................................................................... 57
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................... 57
3.2.1 Lokasi Penelitian ................................................................ 57
3.2.2 Waktu Penelitian ................................................................ 57
3.3 Populasi dan Sampel .................................................................... 58
3.4 Instrumen Penelitian .................................................................... 58
3.5 Metode Pengumpulan Data .......................................................... 58
3.5.1 Jenis Data ........................................................................... 58
3.5.2 Uji Validitas dan Reliabilitas ............................................. 59
3.6 Variabel dan Definisi Operasional ............................................... 60
3.7 Metode Pengukuran ..................................................................... 61
3.8 Metode Analisis Data ................................................................... 62
viii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
2.1 Klasifikasi Limbah Padat Medis Yang Berasal dari Rumah Sakit .............. 29
2.2 Jenis Wadah dan Label Limbah Medis Padat Sesuai Kategori ................... 33
ix
Universitas Sumatera Utara
4.12 Distribusi Tindakan Responden Mengenai Pengelolaan Limbah Padat
Medis Menurut Risiko Kecelakaan Kerja ................................................. 73
x
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
xi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
2. Master Data.................................................................................................. 99
xii
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Kata Kunci : Karaktersistik dan Perilaku, Limbah Padat Rumah Sakit, Risiko
Kecelakaan Kerja
i
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
The service activities which are performed at RSU Permata Bunda usually
prodece infecting waste. The management of medical solid waste done by cleaning
service employees is still not in line with the regulation in Kepmenkes RI No.
1204/Menkes/SK/X/2004. The characteristics and behavior consist of age, education,
length of service. Work shift, knowledge and attitude, bad action can cause the risk of
getting job accidence.
The research was analytic with cross sectional design. It was conducted from
March to July, 2014. The population was 45 cleaning service employees, and all of
them were used as the samples. The data were gathered by distributing
questionnaires and conducting observation and analyzed by using Pearson chi
square test and multiple logistic regression test at the reliability level 95%.
The result of the research showed that the variable of characteristic (age,
education, length of service and work shift) did not have any significant influence on
the risk of getting job accidence (Prevalence Ratio = 0.121).
Its is recommanded that the management of RSU Permata Bunda equip the
facility and infrastrukture of managing medical solid waste by adding medical
transhcans in each ward and provide APD )Personal Protective Device) such as
habiliments, glasses, hat napkins, and boots for cleaning service employees.
Key words: Characteristics and Behavior, Hospotal Solid Waste, Risk of Job
Accidence
ii
Universitas Sumatera Utara
BAB 1
PENDAHULUAN
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan
yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh
penduduknya yang hidup dengan perilaku dan dalam lingkungan yang sehat,
adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang optimal di seluruh wilayah
berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat, dapat menjadi tempat penularan
kesehatan. Terkait hal tersebut, untuk menghindari risiko dan gangguan kesehatan
seperti rumah sakit harus memperhatikan faktor kesehatan lingkungan rumah sakit
akan mengahasilkan produksi limbah yang sangat kompleks. Dimana limbah yang
dihasilkan setiap harinya sangat banyak dan seringkali bersifat toksik, terutama
2002).
Limbah padat medis ialah limbah yang berasal dari pelayanan medis,
memiliki sifat infeksius dan toksik. Sedangkan limbah padat non medis berasal dari
dapur, kantor rumah sakit, halaman, ruang - ruang perawatan, radiologi atau hasil
kegiatan lain yang tidak mengandung bahan infeksius, beracun atau bahan berbahaya
(Arifin, M. 2005).
ruang ICU, ICCU, ruang perawatan/ rawat inap, IGD, laboratorium, instalasi farmasi,
menghasilkan limbah seperti jarum suntik, kassa verban, ampul, infus set, obat
kadaluarsa, sisa bungkus obat, pot urine, jaringan tubuh, sarung tangan dan masih
dengan limbah padat non medis, termasuk pemisahan dan pengumpulan limbah padat
medis berdasarkan karakteristik. Pemisahan limbah padat medis sejak dari ruangan
petugas kebersihan lingkungan, pasien maupun tamu yang berkunjung (Depkes RI,
2004).
International Commite of The Red Cross dan keputusan Menteri Kesehatan Republik
seluruh rumah sakit di Indonesia berjumlah 1090 dengan 121.996 tempat tidur.
Diperkirakan secara nasional produksi sampah rumah sakit sebesar 376.089 ton/hari.
Dari gambaran tersebut dapat dibayangkan betapa besar potensi rumah sakit untuk
penularan penyakit terhadap petugas yang bekerja di rumah sakit maupun masyarakat
yang berada di sekitar rumah sakit (Direktorat Jenderal PPM & PL dan Direktorat
Data dari Badan Lingkungan Hidup dan Energi Sumber Daya Mineral (LH-
ESDM) Kota Medan mencatat sebanyak 82 rumah sakit yang ada di Medan, hanya 36
rumah sakit memiliki dokumen Upaya Kelestarian Lingkungan (UKL) dan Upaya
Pengaruh limbah rumah sakit terhadap lingkungan dan kesehatan jika tidak
dikelola dengan baik, maka akan menimbulkan berbagai masalah seperti gangguan
pengelolaan limbah padat medis di rumah sakit, faktor perilaku seperti faktor
pendukung (enabling factor) terdiri dari: kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana
pengelolaan limbah di rumah sakit dan faktor pendorong (reinforcing factor) terdiri
dari: pengawasan pimpinan, peraturan rumah sakit dan sistem informasi pengelolaan
Risiko kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dapat terjadi terhadap
petugas, jika petugas tidak melakukan pengelolaan limbah sesuai dengan persyaratan
padat medis yang mengandung berbagai macam bahan kimia beracun dan buangan
yang terkena benda-benda tajam terhadap petugas pengelola limbah padat medis di
rumah sakit. Penyakit yang dapat timbul seperti penyakit HIV/AIDS, hepatitis B dan
No.1087/MENKES/SK/VIII/2010).
pekerja, 3 juta diantaranya terpajan patogen darah (2 juta pekerja terpajan virus HBV,
0.9 juta pekerja terpajan virus HBC dan 170.000 pekerja terpajan virus HIV/AIDS.
jiwa.
Di luar negeri seperti USA (per tahun) terdapat 5000 petugas kesehatan
terinfeksi Hepatitis B dan 47 orang positif terkena penyakit HIV dan setiap tahunnya
dilaporkan 600.000 – 1.000.000 pekerja terkena luka tususk jarum (diperkirakan lebih
dari 60% tidak dilaporkan). Dan di Indonesia (1998) mencatat kecelakaan akibat
kerja yang disebabkan karena tertusuk jarum suntik sekitar 41%, terdapat 65.4%
petugas pembersih rumah sakit (cleaning service) menderita Dermatitis Kontak Iritan
Kronik Tangan.
dilakukan oleh Risca (2008), dimana diketahui bahwa pengelolaan limbah padat
sangat berhubungan dengan kualitas pengelolaan lingkungan rumah sakit. Selain itu
dalam penelitian ini juga diketahui bahwa perilaku yang baik dari petugas
pengelolaan rumah sakit berkaitan erat dengan upaya pengelolaan limbah rumah sakit
yang baik. Hasil penelitian Tarigan (2008), menjelaskan bahwa variabel kebijakan
rumah sakit dengan limbah padat medis merupakan faktor yang dominan berpengaruh
terhadap tindakan perawat dalam membuang limbah padat medis di RSU Dr. Pirngadi
Kota Medan.
sistem pengelolaan sampah medis rumah sakit tersebut belum memenuhi syarat. Hal
ini terjadi selain disebabkan karena kurang tersediannya sarana dan prasarana
pendukung upaya pengelolaan limbah sampah medis, juga disebabkan oleh perilaku
Hanya 36,5% petugas pengelolaan sampah medis yang menunjukkan perilaku yang
padat medis yang baik, dimulai dari sumber hingga pengelolaan, yang meliputi
untuk mengangkut limbah padat medis baik medis maupun non medis tidak boleh
sama dengan alur petugas diet dan pasien termasuk penggunaan lift juga tidak
Rumah sakit umum Permata Bunda Medan merupakan rumah sakit swasta.
Memiliki visi yaitu melakukan pelayanan yang ramah dan bermutu. Dari survei
tempat limbah sementara dilakukan oleh cleaning servis dan untuk pengelolaan
limbah padat medis bekerjasama dengan pihak ketiga yaitu PT. ARA yang berada di
Jl. Air Bersih SM Raja Medan, kemudian pemusnahan limbah dengan incinerator
dilakukan PT. ARA di daerah Tj. Morawa Deli Serdang Sumatera Utara. Pengelolaan
yang dilakukan oleh cleaning servis yaitu masih didapati limbah padat medis
bercampur dengan limbah padat non medis, masih terdapat petugas cleaning servis
yang tidak menggunakan alat pelindung diri lengkap saat mengangkut sampah seperti
tidak menggunakan masker, tutup kepala, pelindung mata, sarung tangan khusus dan
tidak menggunakan baju khusus. Sehingga risiko kecelakaan kerja yang terjadi yaitu
masih terdapat cleaning service yang tertusuk jarum suntik sebanyak 18 orang
(40,0%) dari 45 petugas cleaning service saat melakukan pengangkutan limbah padat
padat medis terhadap risiko kecelakaan kerja di RSU Permata Bunda Medan tahun
mengelola limbah padat medis mulai dari sumber hingga pengolahan akhir yang
1.2 Permasalahan
permasalahan dalam penelitian ini adalah perilaku petugas cleaning service yang
kurang baik dalam pengelolaan limbah padat medis di RSU Permata Bunda Medan.
maka setiap petugas harus mengetahui prosedur pengelolaab limbah padat medis
petugas cleaning servis terhadap pengelolaan limbah padat medis terhadap risiko
1.4 Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh antara karakteristik dan
perilaku petugas cleaning servis mengenai pengelolaan limbah padat medis terhadap
padat medis.
di RSU Permata Bunda Medan. Selain itu, dapat dimanfaatkan sebagai data
Sebagai masukan bagi pihak manajemen RSU Permata Bunda Medan dalam
di rumah sakit.
TINJAUAN PUSTAKA
Perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang di perlukan untuk menimbulkan reaksi
yang disebut rangsangan. Dengan demikian maka suatu rangsangan tertentu akan
2. Perilaku dalam bentuk sikap, yakni tanggapan batin terhadap keadaan atau
rangsangan dari luar subjek. Walaupun sangat sukar diketahui tetapi sikap
dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu.
10
Universitas Sumatera Utara
diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan domain yang sangat
Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh
mengungkapkan sebelum orang berperilaku baru didalam diri orang tersebut terjadi
bagi dirinya. Hal ini berarti sikap respon sudah lebih baik lagi.
tersebut.
evaluasi (evaluation).
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup terhadap suatu
stimulus atau objek. Pengertian sikap menurut New Comb, salah seorang ahli
psykologi sosial yang dikutip oleh Notoatmodjo (1993), mengatakan bahwa sikap
Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi adalah
predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup bukan
sikap mempunyai tiga komponen pokok yaitu: kepercayaan, ide dan konsep terhadap
suatu objek, kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek serta
1. Menerima (reciving)
3. Menghargai (valuing)
4. Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala
terwujudnya suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi
yang memungkinkan antara lain dalah fasilitas, disamping faktor fasilitas juga
tindakan atau kegiatan yang dilakukan, sedangkan secara tidak langsung melalui
Menurut Arifin (2009), limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah
yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya. Menurut
yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit dalam bentuk padat, cair dan gas. Dalam
upaya pengelolaan limbah rumah sakit, diperlukan peran serta petugas pengelolaan
limbah yaitu perawat dan cleaning servis serta peralatan-peralatan yang memadai dari
segi kuantitas dan kualitas. Namun, hal yang paling utama adalah bagaimana perilaku
petugas pengelolaan limbah tersebut dalam memproses limbah medis rumah sakit
manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh
pihak luar. Perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat
sebagai suatu aksi dan reaksi organisme terhadap lingkungannya. Skiner dalam
respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang
Menurut Green yang dikutip dari oleh Notoadmodjo (2007), yang mendasari
factor), faktor pendukung (enabling factor) dan faktor pendorong (reinfocing factor).
lain pengetahuan, sikap, jenis kelamin, pendidikan, umur dan lama bekerja, faktor
pendukung (enabling factor) antara lain mencakup ketersediaan sarana dan prasarana
dalam hal ini peralatan ataupun perlengkapan pengelolaan limbah padat medis rumah
sakit yang meliputi kualitas dan kuantitas alat. Sedangkan faktor pendorong
(perawat dan cleaning servis) di rumah sakit yang meliputi peran kepala perawatan
rumah sakit tentang pengelolaan limbah juga mengenai sistem informasi tata cara
Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap petugas pengelolaan limbah padat
1. Pengetahuan
perilaku. Perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan cenderung tidak bersifat
pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra
manusia, yaitu indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian
tingkatan, yaitu:
a. Tahu (know), tahu diartikan pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali
(recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
dirangsang yang telah diterima. Oleh karena itu “tahu” ini adalah merupakan
menggunakan materi yang telah dipelajari pada suatu kondisi nyata (sebenarnya).
Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi-
2. Sikap
Sikap individu tidak terlepas dari perilaku, sebab proses terjadinya perilaku
Berkowitz dalam kutipan Azwar (1987) sikap seseorang terhadap suatu obyek adalah
Pengertian yang kurang lebih sama dikemukakan oleh Purwanto bahwa sikap
sebenarnya sudah mengandung unsur penilaian suka atau tidak suka, positif atau
negatif, yang disebut subyek atau obyek. Kalau sesseorang bersikap positif terhadap
sesuatu hal, subyek akan mendekati, memakai, menganut atau mengadopsi obyek
menyesuaikan diri dalam situasi sosial yang telah terkondisikan. Hal yang sama juga
dikemukakan oleh Notoatmojo (2007) bahwa sikap belum merupakan suatu perilaku
tertentu. Dari bahan-bahan di atas dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu
tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu. Dalam diri
perasaan, perhatian dan kemampuan untuk mengambil suatu keputusan pada suatu
saat terhadap suatu perubahan atau stimulus. Proses dalam tahapan ini sesungguhnya
masih bersifat tertutup, tetapi sudah merupakan keadaan yang disebut sikap. Bila
terus menerus diarahkan, maka pada suatu saat akan meningkatkan menjadi lebih
terbuka dan berwujud pada suatu reaksi yang berupa perilaku (Notoatmodjo, 2007).
3. Jenis Kelamin
Sejak awal 1970 an semakin banyak kaum wanita yang bergerak memasuki
karier organisasi. Sebagai hasil dari perkembangan ini, timbul pertanyaan berikut:
kerja antara pria dan wanita. Yang diperlukan adalah pengkajian ilmiah tentang pria,
wanita dan lain-lain yang melakukan pekerjaan dan bukan manajerial dalam
organisasi, untuk itu dibutuhkan data untuk mengkaji dan mengetahui perbedaan gaya
menemukan bahwa wanita lebih bersedia untuk memenuhi wewenang, dan pria lebih
agresif dan lebih besar kemungkinannya dari pada wanita dalam memiliki
pengharapan untuk sukses. Bukti yang konsisten juga menyatakan bahwa wanita
mempunyai tingkat kemangkiran yang lebih tinggi dari pada pria (Robbins, 2002).
4. Pendidikan
Faktor pendidikan adalah salah satu hal yang sangat besar pengaruhnya
pendidikan maka semakin besar kemungkinan tenaga kerja dapat bekerja dan
memengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama
dalam memotivasi untuk siap berperan serta dalam pembangunan kesehatan. Makin
memengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama
dalam memotivasi untuk siap berperan serta dalam pembangunan kesehatan. Makin
makin bnayak pula pengetahuan yang dimiliki, sebaliknya pendidikan yang kurang
pendidikan itu dan terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau berubah ke arah
yang lebih dewasa, lebih baik dan matang pada diri individu, kelompok atau
masyarakat.
fikir yang nantinya akan berdampaka apda tingkat kepuasan kerja. Pendapat lain juga
dikemukakan oleh Robbins (2002), bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan, maka
semakin meningkat.
5. Umur
Menurut Elisabeth yang di kutip Nurusalam (2008), usia adalah umur individu
yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Sedangkan menurut
Huclok (1999) semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang
akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat
kedewasaannya. Hal ini merupakan bagian dari pengalaman dan kematangan jiwa.
berprilaku. Semakin tinggi umur, maka akan tercipta kematangan berfikir, sehingga
cenderung berprilaku yang baik. Begitu pula sebaliknya, bila umur masih tergolong
belia maka perilakunya masih perlu dilakukan sedikit pertimbangan atau cenderung
sesuka hatinya. Dalam pengelolaan limbah padat medis di rumah sakit, umur
kalimat sebelumnya.
dan koordinasi menurun seiring berjalannya waktu, dan bahwa kebosanan pekerjaan
kurang luwes dan menolak teknologi baru. Namun di lain pihak ada sejumlah kualitas
positif yang ada pada karyawan yang lebih tua, meliputi: pengalaman, pertimbangan,
etika kerja yang kuat dan komitmen terhadap mutu. (Sani , 2012).
6. Lama Bekerja
Lama bekerja atau masa kerja seseorang akan menentukan prestasi individu
yang merupakan dasar prestasi dan kinerja organisasi. Semakin lama seseorang
bekerja di suatu organisasi, maka tingkat prestasi individu akan semakin meningkat
kinerja dan keuntungan yang menjadi lebih baik, sehingga memungkinkan untuk
perilaku, maka masih diperlukan sarana atau fasilitas untuk memungkinkan atau
mendukung perilaku tersebut. Dari segi pengelolaan limbah padat rumah sakit, perlu
adanya ketersediaan alat-alat tersebut. Jadi, dalam hal ini terpenuhi syarat kuantitas
perbandingan antara manusia dengan alat kerja sehingga turut menjamin adanya
suasana kerja yang menggairahkan. Peralatan dan perlengkapan harus tepat guna
perilaku dari petugas kesehatan dan petugas lainnya serta kebijakan yang ada seperti
peraturan, sanksi dan penghargaan. Pengetahuan, sikap dan fasilitas yang tersedia
masyarakat menerima feedback dan setelah itu ada dukungan sosial. Faktor
reinforcing meliputi dukungan sosial, pengaruh dan informasi serta feedback oleh
tenaga lainnya.
Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama,
sikap dan perilaku para petugas kesehatan. Termasuk juga undang-undang, peraturan-
peraturan, baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan.
Robbins (2008), mengemukakan bahwa salah satu tugas pimpinan adalah melakukan
Evaluasi yang digunakan berdasarkan efektivitas dan efisiensi. Adanya dua kategori
memenuhi tujuan program dan prioritas pilihan dan nilai-nilai yabg tersedia, dan
supervisi yang baik dilakukan sebanyak enam kali dalam satu tahun. Ada hubungan
yang bermakna antara supervisi dengan kinerja bidan dimana bidan yang kurang
mendapat supervisi mempunyai resiko sebanyak 9,2 kali untuk berkinerja kurang.
Dalam pengelolaan limbah padat medis, faktor yang terkait sebagai faktor
reinforcing adalah peran kepala pengelolaan instansi limbah rumah sakit, peraturan-
peraturan dari rumah sakit tentang pengelolaan limbah, serta sistem informasi
mengenai tata cara pengelolaan limbah padat rumah sakit (Sani, 2012).
Menurut UU RI No. 44s Tahun 2009 tentang Kesehatan, rumah sakit adalah
institusi yang fungsi utamanya memberikan pelayanan kepada pasien, diagnostik dan
teraupetik untuk berbagai penyakit dan masalah kesehatan, baik yang bersifat bedah
maupun non bedah. Rumah sakit harus di bangun dan dilengkapi, serta dipelihara
dengan baik untuk menjamin pelayanan kesehatan, keselamatan pasien serta harus
rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan yang
bersifat dasar, spesialistik dan sub spesialistik. Rumah sakit ini mempunyai misi
melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan
dan terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan penyakit serta penyulluhan
kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat
kesehatan masyarakat yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dan
tujuan pembangunan nasional. Peran rumah sakit pada saat ini sudah bertambah dari
Rumah sakit merupakan suatu sub sistem dari pelayanan kesehatan, juga
merupakan suatu industri jasa yang berfungsi untuk memenuhi salah satu kebutuhan
primer manusia, baik sebagai individu, masyarakat atau bangsa secara keseluruhan
untuk meningkatkan hajat hidup yang utama yaitu kesehatan. Dalam upaya
menghasilkan masukan, proses dan keluaran pelayanan yang bermutu, efektif, efisien
terutama dengan struktur dan proses pelayanan rumah sakit. Kroteria tersebut
terutama dalam bentuk “standar pelayanan rumah sakit”, sebagai salah satu nilai atau
modul yang dijadikan sebagai dasar perbandingan yang harus dipakai oleh pengelola
rumah sakit dalam melaksanakan pelayanan yang didasari ilmu pengetahuan dan
keterampilan manajemen rumah sakit yang memadai dengan dijiwai oleh etika
pengelolaan limbah di rumah sakit. Untuk mencapai tujuan yang telah di tentukan
diperlukan sumber daya manusia sebagai sumber daya aktif. Harold Koonts dan
Cyrill O. Donnel dalam bukunya yang berjudul prinsiple of management yang dikutip
oleh Marsum dan Siti Fauziah (2007) menjelaskan bahwa sumber daya manusia
mencapai suatu tujuan. Sumber daya manusia di rumah sakit terdiri dari sumber daya
non medis (cleaning servis dan bagian administrasi) serta sumber daya medis (dokter
dan perawat). Tanpa adanya sumber daya baik medis dan non medis maka tidak akan
ada proses kerja, sebab pada dasarnya sumber daya manusia adalah makhluk kerja.
Manajemen di rumah sakit tidak terlepas dari sumber daya manusia (sumber
daya aktif), koordinasi antar manusia yang dikendalikan untuk mencapai tujuan
adalah merupakan proses manajemen yang meliputi 4 (empat) elemen dasar sumber
daya manusia:
1. Adanya pembagian kerja, kualitas anggota perlu di perhatikan baik fisik, mental,
tanggung jawabnya.
7. Mekanisme kerja dalam organisasi sehingga anggota tahu siapa yang menjadi
perubahan kemajuan.
2. Teknis sanitasi
cleaning servis hingga petugas khusus yang melakukan pengelolaan limbah padat
medis.
yang termasuk didalamnya adalah perawat dan cleaning servis merupakan kunci
dalam panitia atau komite keamanan dan harus melaksanakan tugasnya dalam
sanitasi yang efektif dan melaporkan pelaksanaan program yang telah dibuat kepada
pimpinan rumah sakit. Petugas khususnya perawat sebagai pemberi layanan kepada
Limbah padat medis adalah limbah yang langsung dihasilkan dari tindakan
diagnosis dan tindakan medis terhadap pasien. Limbah padat medis terdiri dari
limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam. Limbah farmasi, limbah
sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif dan limbah kontainer bertekanan dan
limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi (Depkes RI, 2004).
Menurut Chandra (2007), limbah padat medis adalah limbah yang langsung
dihasilkan dari tindakan diagnosis dan tindakan medis terhadap pasien. Termasuk
kegiatan medis di ruang poliklinik, ruang perawatan, ruang bedah, ruang kebidanan,
ruang otopsi dan ruang laboratorium seperti perban. Kasa, alat injeksi, ampul dan
botol bekas obat injeksi, kateter, swab, plaster, masker, plasenta, jaringan organ,
medis yang berasal dari dapur, perkantoran, taman dan halaman yang dapat
dimanfaatkan kembali apabila ada teknologinya. Limbah padat non medis meliputi
kertas-kertas pembungkus atau kantong dan plastik yang tidak berkaitan dengan
cairan tubuh. Pewadahan limbah padat non medis dipisahkan dari limbah padat medis
dan ditampung dalam kantong plastik warna hitam khusus untuk limbah padat non
Tabel 2.1 Klasifikasi Limbah Padat Medis yang Berasal dari Rumah Sakit
International Commite of The Red Cross dan keputusan Menteri Kesehatan Republik
Minimasi limbah padat medis, ataupun proses daur ulang dilakukan dengan
1. Setiap rumah sakit harus melakukan reduksi limbah dimulai dari sumbernya.
2. Setiap rumah sakit harus memilih produk yang menghasilkan limbah paling
tertentu.
3. Setiap rumah sakit harus memilih produk yang dapat diisi ulang.
tertentu.
5. Setiap rumah sakit harus memilih peralatan yang dapat dipakai kembalai seperti
peralatan makan yang dapat dicuci kembali untuk digunakan dari pada yang
sekali pakai.
6. Setiap rumah sakit harus dapat mengelola dan mengawasi penggunaan bahan
7. Limbah yang akan dimanfaatkan kembali harus dipisahkan dari limbah yang
limbah padat medis dan bagaimana limbah tersebut dikumpulkan secara terpisah. Ada
memproduksi mereka. Hal ini harus dilakukan sedekat mungkin dengan tempat
wadah jarum suntik untuk menghindari pemakaian kembali. Perawat juga harus
Tidak perlu dilakukan pemilahan limbah padat medis yang mengalami proses
dalam pengobatan, kecuali limbah padat medis yang tajam, yang harus selalu
penting.
mendorong orang untuk menyortir limbah atau untuk mengumpulkan berbagai jenis
limbah di wadah terpisah atau kantong plastik dengan warna dan ditandai dengan
simbol. Rekomendasi warna dan simbol internasional dapat kita lihat pada tabel
berikut ini:
Tabel 2.2 Jenis Wadah dan Label Limbah Medis Padat Sesuai Kategori
hitam yang selanjutnya diperlakukan sesuai dengan limbah rumah tangga biasa.
Tetapi sebelum diangkut, maka sebaiknya dilakukan pemilahan sampah organik dan
anorganik. Harus ada persediaan wadah limbah padat medis yang cukup di rumah
sakit. Ini adalah tanggung jawab manajemen limbah di suatu rumah sakit.
Berikut ini gambar wadah limbah padat medis dengan kantong plastik
berwarna kuning dan wadah limbah padat non medis dengan kantong plastik
berwarna hitam.:
Gambar 2.1 Contoh Wadah Limbah Gambar 2.2 Contoh Wadah Limbah
Padat Medis Padat Non Medis
a. Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air dan
fiberglass.
c. Kantong plastik diangkat setiap hari atau kurang sehari apabila bagian telah
terisi limbah.
e. Tempat pewadahan limbah padat medis padat infeksius dan sitotoksik yang
plastik yang telah di pakai dan kontak langsung dengan limbah tersebut tidak
3. Penanganan (Handling)
Dalam hal penangan limbah padat medis dapat dilakukan dengan cara jarum
dan syringes harus dipisahkan sehingga tidak dapat digunakan kembali. Limbah
padat medis yang akan dimanfaatkan kembali harus melalui proses strerilisasi. Untuk
a. Sterilisasi termal, ada dua yaitu sterilisasi kering dalam oven “poupinel” dengan
suhu 160ºC selama 120 menit atau 170ºC selama 60 menit, dan sterilisasi basah
Apabila fasilitas layanan kesehatan tidak mempunyai jarum yang sekali pakai
padat medis dari tempat produksinya direncanakan dengan baik, setiap jenis limbah
harus dikumpulkan dan di simpan secara terpisah. Limbah infeksius tidak boleh
disimpan dalam tempat-tempat yang terbuka untuk umum. Petugas yang bertugas
hanya wadah berwarna kuning dan wadah khusus benda tajam yang telah ditutup dan
dari setiap ruangan menghasilkan limbah menggunakan troli khusus yang tertutup.
Penyimpanan limbah padat medis juga harus sesuai dengan iklim tropis yaitu pada
musim hujan paling lama 48 jam dan musim kemarau paling lama 24 jam. Lokasi
Tempat atau daerah khusus untuk penyimpanan limbah padat medis harus
5. Mudah dibersihkan.
12. Pintu masuk ditandai dengan “hanya petugas yang boleh masuk”.
d. Transportasi
cara atau alat tertentu. Terkait transportasi, berbagai jenis limbah sebaiknya memiliki
alat pengangkutan yang berbeda pula. Alat angkut limbah harus memenuhi
persyaratan berikut:
3. Kantong limbah padat medis harus aman dari jangkauan manusia maupun
binatang.
4. Tidak boleh memiliki sudut yang tajam atau tepi yang mungkin merobek kantong
a. Topi
b. Masker
c. Pelindung mata
pembuangan akhir limbah domestik sebelum aman bagi kesehatan. Cara dan
kemampuan rumah sakit dan jenis limbah padat medis yang ada dengan pemanasan
cara pengolahan, pemusnahan dan pembuangan akhir limbah padat medis sebagai
berikut:
a. Limbah yang sangat infeksius seperti biakan dan persediaan agen infeksius
seperti dalam autoclav sedini mungkin. Untuk limbah infeksius yang lain
b. Benda tajam harus diolah dengan insenerator bila memungkinkan dana dapat
2. Limbah farmasi
Limbah farmasi dalam jumlah kecil dapat diolah dengan insenerator pirolitik
(pyrolitik incenerator), rotary klin, dikubur secara aman, sanitary landfill dibuang ke
sarana air limbah atau insenerasi. Tetapi dalam jumlah besar harus menggunakan
fasilitas pengolahan yang khusus seperti kapsulisasi dalam drum logam dan
insenerasi. Limbah padat dalam jumlah besar harus dikembalikan kepada distributor,
sedangkan bila dalam jumlah sedikit dan tidak memungkinkan dikembalikan supaya
atau distributornya, insenerator pada suhu tinggi dan degredasi kimia, bahan
yang belum dipakai dan kemasannya masih utuh karena kadaluarsa harus
keterangan bahwa obat tersebut sudah kadaluarsa atau tidak dipakai lagi.
semua bahan sitotoksik. Insenerasi pada suhu rendah dapat menghasilkan uap
tungku pembakaran pada suhu 1200ºC dengan minimum waktu tinggal 2 detik
atau suhu 1000ºC dengan waktu tinggal 5 detik di tungku kedua sangat cocok
untuk bahan ini dan dilengkapi dengan penyaring debu. Insenerator juga harus
dengan rotary kiln yang didesain untuk dekomposisi panas limbah kimiawi
yang beroperasi dengan baik pada suhu diatas 850ºC. Insenerator dengan 1
sitotoksik.
agen antineoplastik. Oleh karena itu rumah sakit harus berhati-hati dalam
Limbah biasa yang tidak bisa daur ulang seperti asam amino, garam dan gula
Limbah bahan berbahaya dalam jumlah kecil seperti residu yang terdapat
Tidak ada cara pembuangan yang aman dan sekaligus murah untuk limbah
pelarut dapat diinsenerasi, namun bahan pelarut dalam jumlah besar seperti
hal yang perlu diperhatikan dalam penangann limbah kimia berbahaya adalah
sebagai berikut:
2) Limbah kimia berbahaya dalam jumlah besar tidak boleh ditimbun karena
Limbah dengan kandungan mercuri atau kadmium tidak boleh dibakar atau di
insenerasi karena beresiko mencemari udara dengan uap beracun dan tidak boleh
dibuang landfill karena dapat mencemari air tanah. Adapun cara yang disarankan
limbah industri yang berbahaya. Cara lain yang paling sedeerhana adalah dengan
kapsulisasi kemudian dilanjutkan dengan landfill, bila hanya dalam jumlah kecil
6. Kontainer bertekanan
dengan daur ulang atau penggunaan kembali. Apabila masih dalam kondisi
halogenida dalam bentuk cair dan dikemas dalam botol harus diperlakukan
sebagai berikut:
peralatan anastesi.
peralatan sterilisasi.
asetelin.
Kontainer yang rusak tidak dapat diisi ulang harus dihancurkan setelah
3) Kaleng aerosol
limbah biasa dalam kantong plastik dan tidak untuk dibakar atau
bila ada.
7. Limbah radioaktif
a. Pengelolaan limbah radioaktif yang aman harus diatur dalam kebijakan dan
b. Setiap rumah sakit yang menggunakan sumber radio aktif yang terbuka untuk
melayang).
1) Nomor identifikasi.
2) Radionuklida.
h. Kontainer untuk limbah padat medis harus dibungkus dengan kantong plastik
negara distributor, semua jenis limbah medis termasuk limbah radioaktif tidak
1. Golongan A
Terdiri dari: a. Dressing bedah, swab dan semua limbah terkontaminasi dari
kamar bedah.
Dimana Dressing bedah yang kotor, swab dan limbah lain yang
penampungan limbah padat medis yang mudah dijangkau bak sampah yang
dilengkapi denga pelapis pada tempat produksi sampah. Kantong plastik tersebut
hendaknya diambil paling sedikit satu hari sekali atau bila sudah mencapai tiga
perempat penuh. Kemudian diikat kuat sebelum diangkut dan ditampung sementara di
Bak sampah tersebut juga hendaknya diikat dengan kuat bila mencapai tiga
autoclaving, tetapi kantong harus dibuka dan dibuat sedemikian rupa sehingga
menggunakan cara lain, misalnya dengan membuat sumur dalam yang aman.
Semua jaringan tubuh, plasenta dan lain-lain hendaknya ditampung pada bak
limbah padat medis atau kantong lain yang tepat kemudian dimusnahkan
2. Golongan B
Terdiri dari: Syringe bekas, jarum, cartridge, pecahan gelas dan benda-benda
tajam lainnya.
tertutup. Sampah ini hendaknya ditampung dalam bak tahan benda tajam yang
bilamana penuh (atau dengan interval maksimal tidak lebih dari satu minggu)
hendaknya diikat dan ditampung di dalam bak sampah klinis sebelum diangkut dan
3. Golongan C
Terdiri dari: Limbah dari ruang laboratorium dan postpartum kecuali yang
5. Golongan E
stomach
cair dari limbah kotor yang kemudian diproses sampai menjadi cukup bersih dan
colbalt ex Reexport
Medis incenerator
Sampah padat
luar RS
Cair
f. Laundry/catering UPL
Dapat disebabkan oleh bahan-bahan kimia yang terlarut (korosif, reaktf, yang
dapat menimbulkan karat), air yang berlumpur dan sebagainya yang dapat
masyarakat luar.
Ini dapat disebabkan olh residu bahan farmasi yang mengandung antibiotik dan
antiseptik, zat kimia seperti fenol, logam berat seperti merkuri dan lain-lain.
Limbah medis yang mengandung berbagai macam bahan kimia beracun, buangan
kesehatan berupa kecelakaan akibat kerja atau penyakit akibat kerja. Penyakit
HIV/AIDS dan Hepatitis B dan C terjadi melalui cidera akibat jarum suntik yang
gas anastesi dapat menimbulkan penyakit akibat kerja dan kecelakaan akibat
kerja (peledakan, cidera) yang mengancam jiwa bagi tenaga kesehatan (Depkes
pembawa penyakit melalui proses infeksi silang, dari petugas ke pasien ataupun
dari pasien ke petugas, yang dikenal dengan nama infeksi nosokomial. Ini dapat
dari bagian kedokteran gigi. Keracunan air raksa atau hydrargyrum (Hg)
insomnis, gangguan pencernaan dan kulit seperti dermatitis dan ulcer. Keracunan
cadmiium (Cd) akut akan menyebabkan gejala pencernaan, penyakit ginjal dan
fase lanjut menyebabkan pelunakan tulang dan patah (fraktur) tulang punggung.
susunan saraf pusat. Bahan radioaktif seperti radium mempunyai sifat kimia
dalam tulang jika masuk ke dalam tubuh sehingga dapat mengganggu kesehatan.
dan sistem reproduksi manusia misalnya pestisida dan bahan radioaktf (Depkes
RI, 2004).
patogen. Patogen tersebut dapat memasuki tubuh manusia beberapa jalur, yaitu dari:
d. Melalui ingesti.
dan desinfektan kimia juga dapat memperbesar bahaya yang muncul akibat limbah
berpindah kedalam bakteri di alam melalui sistem pembuangan limbah. Selain itu,
kultur patogen yang pekat dan benda tajam yang terkontaminasi (terutama jarum
suntik) mungkin merupakan jenis limbah yang potensial bahayanya paling akut bagi
kesehatan.
Benda tajam tidak hanya dapat menyebabkan luka gores maupun luka tusuk
tetapi juga dapat menginfeksi lika jika benda tajam ini terkontaminasi patogen.
Karena resiko ganda inilah (cedera dan penularan penyakit), benda tajam termasuk ke
dalam kelompok limbah yang sangat berbahaya. Kekhawatiran pokok yang muncul
adalah bahwa limbah infeksius yang ditularkan melalui subkutan dapat menyebabkan
Bahaya zat kimia dan bahan farmasi berbahaya digunakan dalam layanan
kesehatan (misalnya: zat yang bersifat toksik, genotoksik, korosif, mudah terbakar,
reaktif, mudah meledak, atau sensitif terhadap guncangan). Kuantitas limbah yang
besar umumnya ditemukan jika instansi membuang zat kimia atau bahan farmasi
yang sudah tidak terpakai lagi atau kadaluarsa. Kandungan zat kimia di dalam limbah
maupun kronis dan cedera, termasuk luka bakar. Intoksikasi dapat terjadi akibat
diabsorbsinya zat kimia atau bahan farmasi melalui kulit atau membran mukosa atau
melalui pernafasan juga pencernaan. Zat kimia yang mudah terbakar, korosif atau
reaktif (misalnya: formaldehid atau zat volatil yang mudah menguap) jika mengenai
kulit, mata atau membran mukosa saluran pernafasan dapat menyebabkan cedera
(luka bakar).
digunakan dalam jumlah besar dan seringkali bersifat korosif. Perlu kita perhatikan
bahwa zat kimia yang reaktif dapat membentuk senyawa sekunder yang sangat
toksik.
kemasan secara langsung maupun tidak langsung dapat memengaruhi siapa saja yang
kontak dengan bahan tersebut. Ketika hujan lebat, kontainer yang bocor dapat
dapat terjadi akibat kontak langsung dengan produk, menghirup uapnya dan
Selain itu, cara pembuangan yang tidak tepat misalnya dibakar atau dikubur juga
Residu zat kimia yang dibuang ke dalam saluran air kotor dapat menimbulkan
efek merugikan pada pengoperasian pabrik pengelolaan limbah biologis dan efek
toksik pada ekosistem lingkungan yang menampung air tersebut. Masalah yang sama
antibiotik serta obat lainnya, logam berat seperti merkuri, fenol dan turunannya serta
Jenis penyakit yang disebabkan oleh limbah radioaktif bergantung pada jenis
intensitas pajanan. Kesakitan yang muncul dapat berupa sakit kepala, pusing dan
muntah sampai masalah lain yang lebih serius. Karena limbah radioaktif, seperti
halnya limbah bahan farmasi bersifat genotoksik, maka efeknya juga dapat mengenai
sumber tertutup dalam instrumen diagnostik, dapat menyebabkan cedera yang jauh
tubuh) dan karenanya harus dilakukan dengan sangat hati-hati. Bahaya yang
permukaan luar kontainer atau karena cara-cara serta durasi penyimpanan limbah
yang tidak layak. Tenaga layanan kesehatan atau tenaga kebersihan dan penanganan
limbah yang terpajan radioaktif merupakan kelompok yang berisiko (Suma’mur, PK.
1996).
Karakteristik Responden:
- Umur
- Pendidikan
- Lama bekerja
- Shift kerja
METODE PENELITIAN
kuisioner untuk mengetahui karakteristik dan perilaku petugas yang berisikan daftar
pertanyaan yang dijawab oleh responden dan menggunakan check list untuk
lokasi karena berdasarkan survei pendahuluan terlihat bahwa masih belum terkelola
dengan baiknya limbah padat medis. Hal ini terlihat dari tindakan pengelolaan limbah
padat medis yang dilakukan oleh petugas cleaning service di RSU Permata Bunda
No.1204/Menkes/SK/X/2004.
57
Universitas Sumatera Utara
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian mulai dilakukan pada bulan Maret sampai dengan Juli 2014.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petugas cleaning service yang
bekerja di RSU Permata Bunda Medan dengan jumlah petugas sebanyak 45 orang.
Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara total sampling, dimana seluruh
unit populasi dijadikan sampel penelitian. Jadi sampel penelitian ini adalah seluruh
petugas yang bekerja dalam pengelolaan limbah padat medis di RSU Permata Bunda
Instrumen adalah alat pada waktu peneliti menggunakan suatu metode atau
Data dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder.
1. Data primer adalah data yang diperoleh dari responden (petugas cleaning service
di RSU Permata Bunda Medan) diperoleh melalui kuisioner, dan data pengelolaan
Permata Bunda Medan, khususnya instalasi pengelolaan limbah padat medis. Data
kerja serta uraian tugas dan proses pengelolaan limbah padat medis di RSU
mengenai pengelolaan limbah padat medis terhadap risiko kecelakaan kerja yang
telah disusun terlebih dahulu dan dilakukan uji coba sebelum dijadikan sebagai alat
ukur penelitian yang bertujuan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas alat ukur.
Uji coba kuisioner telah dilakukan terhadap 30 petugas di RSU Martha Friska Brayan
Medan.
Uji validitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana suatu ukuran atau nilai
yang menunjukkan tingkat kehandalan suatu alat ukur dengan cara mengukur korelasi
antara variabel atau item dengan skor total variabel menggunakan rumus teknik
korelasi perason product moment (r), dengan ketentuan jika nilai r- hitung > r-tabel,
maka dinyatakan valid dan sebaliknya. Nilai r-tabel untuk 30 responden yang di uji
coba adalah sebesar 0,361. Ketentuan kuisioner dikatakan valid pada penelitian ini,
jika:
menggunakan metode Cronbach’ Alpha, yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari
satu kali pengukuran, dengan ketentuan jika nilai r-Alpha > r-tabel, maka dinyatakan
a. Umur adalah lamanya hidup responden dalam tahunan, yang dihitung sejak
tamatkan responden.
c. Lama bekerja adalah mulai responden bekerja menjadi cleaning service sampai
d. Shift kerja adalah waktu kerja responden yang dibagi secara bergilir.
adalah suatu aksi/reaksi dari petugas terhadap pengolaan limbah yang di lakukan
di rumah sakit.
rumah sakit.
3. Pengelolaan limbah padat medis adalah tata cara yang dilakukan petugas baik
rumah sakit.
a. Pemilahan limbah padat medis adalah proses yang dilakukan petugas dengan
cara mengidentifikasi limbah yang ada dan meletakkannya sesuai dengan yang
telah di tetapkan.
yang telah dipilah baik limbah padat medis maupun limbah padat non medis
dan kemudian di simpan pada tempat limbah padat yang telah disediakan
pemusnahan limbah padat yang dilakukan oleh pihak rumah sakit sebelum
3. Risiko kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak diduga, tidak
dikehendaki dan dapat menyebabkan kerugian baik jiwa maupun harta benda.
Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah kuisioner dan nilai
akan disesuaikan sesuai dengan skor yang ada. Pengukuran variabel indepenen dan
2. Analisis bivariat, yaitu analisis yang digunakan untuk melihat ada tidaknya
variabel yang akan di uji. Nilai p dari masing-masing variabel independen yang
tersebut masuk ke dalam model regresi berganda, dimana hanya variabel dengan
nilai p < 0,25 yang dapat masuk ke dalam model regresi logistik berganda pada
analisis bivariat.
95%.
HASIL PENELITIAN
Rumah Sakit Umum Permata Bunda (RSPB) dibangun pada bulan Juli tahun
1987 dan selesai pada bulan Juli 1988 dengan luas area 2.931 m². Terletak di jalan
operasionalnya Rumah Sakit Umum Permata Bunda Medan oleh Gubernur Sumatera
Sesuai dengan fungsi rumah sakit pada umumnya, Rumah Sakit Umum
Permata Bunda Medan mempunyai tujuan, visi dan misi serta mutu pelayanan
dengan peralatan yang memadai dan di dukung tenaga ahli yang berdedikasi tinggi
serta di tunjang oleh tenaga para medis yang terampil, profesional, etis dan
Salah satu upaya antisipasi yang sudah mulai dilaksanakan dan akan terus di
64
Universitas Sumatera Utara
Pada saat ini jumlah karyawan Rumah Sakit Umum Permata Bunda Medan
terdiri dari para medis yang berjumlah sebanyak 193 orang dan non para medis
berjumlah sebanyak 170 orang. Dengan jumlah tempat tidur sebanyak 200 tempat
tidur.
No Karakteristik Responden n %
1 Umur
19 – 29 tahun 28 62,2
30 – 40 tahun 17 37,8
Jumlah 45 100,0
2 Jenis Kelamin
Laki-laki 45 100,0
Jumlah 45 100,0
3 Pendidikan
Rendah (SMP) 10 22,2
Sedang (SMA) 28 62,2
Tinggi (D3) 7 15,6
Jumlah 45 100,0
4 Lama Bekerja
0 – 60 bulan 33 73,3
>60 bulan 12 26,7
Jumlah 45 100,0
5 Shift Kerja
Malam 16 35,6
Pagi 15 33,3
Sore 14 31,1
Jumlah 45 100,0
(SMA) serta lama bekerja 0 – 60 bulan dengan shift kerja Malam, pagi dan sore. Hal
ini menunjukkan bahwa petugas cleaning service berusia produktif dengan tingkat
pendidikan sedang (SMA) dan lama bekerja 0-60 bulan serta memiliki shift kerja
a. Pengetahuan
pengelolaan limbah padat medis di RSU Permata Bunda Medan dapat dilihat pada
No Pengetahuan n %
1 Baik 9 20,0
2 Sedang 18 40,0
3 Kurang 18 40,0
Jumlah 45 100.0
b. Sikap Responden
pengelolaan limbah padat medis di RSU Permata Bunda Medan dapat dilihat pada
No Sikap n %
1. Baik 6 13,3
2 Sedang 20 44,4
3 Kurang 19 42,2
Jumlah 45 100.0
pengelolaan limbah padat medis di RSU Permata Bunda Medan dapat dilihat pada
No Tindakan n %
1 Baik 4 8,9
2 Sedang 18 40,0
3 Kurang 23 51,1
Jumlah 45 100.0
terhadap pengelolaan limbah padat medis di RSU Permata Bunda Medan dapat dilihat
Risiko kecelakaan kerja responden pada kategori risiko sebanyak 28 orang (62.2%).
No Risiko n %
1. Risiko 28 62,2
2 Tidak Berisiko 17 37,8
Jumlah 45 100.0
perilaku petugas cleaning servis mengenai pengelolaan limbah padat medis terdiri
dari umur, pendidikan, lama bekerja, shift kerja, pengetahuan, sikap dan tindakan
dengan risiko kecelakaan kerja dilakukan uji bivariat statistik chi-square. Hasil uji
memiliki risiko kecelakaan kerja ialah umur (19-29 tahun) sebanyak 16 orang
memiliki risiko dan 12 orang tidak berisiko. Berdasarkan uji statistik chi square
diperoleh nilai x² = 814; p <0.367 p< 0.05, artinya tidak ada hubungan yang
signifikan antara umur dengan risiko kecelakaan kerja. Hasil uji secara statistik
dan D3 diketahui bahwa dari 28 orang responden dengan pendidikan SMA yang
memiliki risiko kecelakaan kerja ialah sebanyak 15 orang dan yang tidak berisiko
sebanyak 13 orang. Berdasarkan uji statistik chi square diperoleh nilai x² = ; p <0.076
p< 0.05, artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan risiko
kecelakaan kerja. Hasil uji secara statistik disajikan pada Tabel 4.11.
Berdasarkan lama bekerja responden yang terdiri dari 0-60 bulan hingga >60
bulan diketahui bahwa dari 23 orang responden dengan lama bekerja 0-60 bulan
yang memiliki risiko kecelakaan kerja ialah sebanyak 23 orang dan yang tidak
berisiko sebanyak 10 orang. Berdasarkan uji statistik chi square diperoleh nilai x² = ;
p <0.086 p< 0.05, artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara lama bekerja
dengan risiko kecelakaan kerja. Hasil uji secara statistik disajikan pada Tabel 4.12.
diketahui bahwa dari 16 orang responden dengan shift kerja malam yang memiliki
risiko kecelakaan kerja ialah sebanyak 11 orang dan yang tidak berisiko sebanyak 5
orang. Berdasarkan uji statistik chi square diperoleh nilai x² = ; p <0.521 p< 0.05,
artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara shift kerja dengan risiko
kecelakaan kerja. Hasil uji secara statistik disajikan pada Tabel 4.12.
orang (94.4%) dan tidak berisiko sebanyak 1 orang (5.6%). Dan ada responden
dengan pengetahuan baik dan sedang. Berdasarkan uji statistik chi square diperoleh
pengetahuan dengan risiko kecelakaan kerja. Hasil uji secara statistik disajikan pada
Tabel 4.13.
memiliki sikap sedang tidak berisiko kecelakaan kerja sebanyak 11 orang (55.0%)
dan yang memiliki resiko kecelakaan kerja sebanyak 9 orang (45.0%). Ada responden
dengan sikap baik dan kurang. Berdasarkan uji statistik chi square diperoleh nilai x²
dengan risiko kecelakaan kerja. Hasil uji secara statistik disajikan pada Tabel 4.14.
memiliki sikap kurang dengan risiko kecelakaan kerja sebanyak 21 orang (91.3%)
dan yang tidak berisiko kecelakaan kerja sebanyak 2 orang (8.7%). Ada responden
dengan tindakan baik dan sedang. Berdasarkan uji statistik chi square diperoleh nilai
dengan risiko kecelakaan kerja. Hasil uji secara statistik disajikan pada Tabel 4.15.
padat medis terhadap risiko kecelakaan kerja di RSU Permata Bunda Medan tidak
dapat menggunakan uji regresi logistik berganda (multiple logistic regression) karena
variabel umur, pendidikan, lama bekerja dan shift kerja tidak memiliki pengaruh yang
padat medis terhadap risiko kecelakaan kerja di RSU Permata Bunda Medan
berganda yaitu salah satu pendekatan model matematis untuk menganalisis pengaruh
metode enter adalah variabel yang mempunyai nilai p<0,25 pada analisis bivariatnya.
Langkah ini bertujuan untuk menguji model secara keseluruhan melalui uji
sebesar 76,0% risiko kecelakaan kerja dan sisanya sebesar 24,0% dijelaskan oleh
faktor lain di luar model. Hasil pengujian overall model fit disajikan pada Tabel 4.17.
p<0,25 pada uji bivariat (Tabel 4.13), (Tabel 4.14), (Tabel 4.15).
bebas memiliki nilai p<0,25, karena nilai p<0,25 sehingga seluruh indikator variabel
bebas yaitu perilaku petugas cleaning service mengenai pengelolaan limbah padat
medis terdiri dari pengetahuan, sikap dan tindakan disertakan dalam uji regresi
logistik berganda.
padat medis terdiri dari pengetahuan, sikap dan tindakan berpengaruh signifikan
terhadap risiko kecelakaan kerja (p<0,05) (tabel 4.13), dan tindakan adalah yang
yang berbunyi “perilaku petugas cleaning service mengenai pengelolaan limbah padat
medis di RSU Permata Bunda Medan terhadap risiko kecelakaan kerja” diterima.
a. Pengetahuan petugas mempunyai Exp (B) sebesar 0,092 atau Rasio Prevalen
padat medis yang kurang akan mengalami risiko kecelakaan saat bekerja.
b. Sikap petugas mempunyai Exp (B) sebesar 0,089 atau Rasio Prevalen (RP) <1,
artinya responden yang memiliki sikap pengelolaan limbah padat medis yang
<1, artinya responden yang memiliki tindakan pengelolaan limbah padat medis
4.4.2 Hasil Observasi Pengelolaan Limbah Padat Medis di RSU Permata Bunda
Medan
limbah padat medis dan bagaimana limbah tersebut dikumpulkan secara terpisah.
Pemilahan sampah harus selalu menjadi tanggung jawab bagian yang memproduksi.
Hal ini harus dilakukan sedekat mungkin dengan tempat dimana limbah dihasilkan.
Misalnya perawat harus membuang benda tajam di wadah jarum suntik untuk
Tidak perlu dilakukan pemilahan limbah padat medis yang mengalami proses dalam
pengobatan, kecuali limbah padat medis yang tajam, yang harus selalu dipisahkan
limbah rumah sakit, dimana semua staf rumah sakit harus berpartisipasi dalam
pelaksanaannya. Pelatihan dan pemeriksaan rutin adalah hal penting. Hasil observasi
terdapat perawat yang tidak melakukan pemilahan limbah padat medis yaitu masih
terdapat perawat yang membuang jarum suntik pada tempat sampah non medis.
Hasil dari observasi yaitu Limbah dikumpulkan dua hari sekali. Petugas yang
hanya wadah berwarna kuning dan wadah khusus benda tajam yang telah ditutup,
akan tetapi petugas masih terdapat petugas tidak memakai sarung tangan saat
c. Transportasi
medis yaitu alat angkut limbah medis dengan limbah non medis sama.tidak ada tanda
yang jelas pada alat pengangkut limbah padat medis, petugas tidak menggunakan alat
pelindung diri lengkap seperti: tidak menggunakan topi, pelindung mata, masker,
yaitu RSU Permata Bunda Medan tidak memiliki incinerator sehingga dalam
pengelolaan menggunakan pihak ke tiga yaitu bekerjasama dengan PT. ARA yang
beralamat di jl. Air Bersih Medan dengan mesin incinerator berada di Tj. Morawa
Deli Serdang.
PEMBAHASAN
medis terhadap risiko kecelakaan kerja dalam penelitian ini terdiri dari indikator
(umur, pendidikan, lama bekerja dan shift kerja). Dalam penelitian ini karakteristik
hanya di uji menggunakan uji univariat dan bivariat saja dikarenakan umur,
pendidikan, lama bekerja dan shift kerja tidak dapat di tabulasi pada uji multivariat.
terhadap risiko kecelakaan kerja dalam penelitian ini terdiri dari indikator
berikut :
sebanyak 40,0 % dan kurang sebanyak 40,0%. Hal ini memberikan gambaran bahwa
limbah padat medis sehingga untuk terjadi risiko kecelakaan kerja sangat besar.
80
Universitas Sumatera Utara
Asumsi peneliti tentang pengetahuan petugas cleaning service yang masih
cleaning service mengenai pengelolaan limbah padat medis yang benar sehingga
hal ini terjadi karena cleaning service tidak pernah diberikan pembelajaran tentang
cleaning service kurang memahami pengelolaan limbah padat medis yang benar
serta pengolahan dan pembuangan akhir limbah. Dari hasil observasi rumah sakit
melakukan minimisasi limbah yang dimulai dari sumbernya seperti rumah sakit
memilih peralatan yang dapat dipakai kembali seperti peralatan makan yang dapat
dicuci kembali untuk digunakan daripada yang sekali pakai, akan tetapi petugas tidak
pernah melakukan pemilahan limbah padat medis dengan limbah padat non medis
sebelum limbah padat yang berasal dari ruangan dibuang ke tempat pembuangan
akhir limbah. Hal ini terjadi karena kurangnya pengetahuan petugas cleaning service
terhadap risiko kerja yang terjadi dari pekerjaan mengelola limbah padat medis.
proses penginderaan terhadap objek tertentu. Pengetahuan petugas yang baik dalam
terjadinya risiko kecelakaan kerja. Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa
pengetahuan.
Hal ini sejalan dengan penelitian Karina (2010) yang mengungkapkan seorang
pekerja kebersihan di pabrik yang melakukan tindakan tidak aman (unsafe action)
faktor dasar (predisposing factor) yang terdapat dalam diri setiap individu.
Lampung Sebannyak 67,5% masuk dalam kriteria pengetahuan kurang baik. Ini
terjadi karena tingkat pengetahuan perawat yang masih rendah di tunjukkan dengan
perawat tidak pernah memilah sampah medis dan non medis sebelum membuangnya
ke tempat sampah dikarenakan tidak adanya pembedaan tempat sampah medis dan
tempat sampah non medis , perawat tidak pernah mendapat pelatihan tentang bahaya
yang diakibatkan oleh sampah medis, perawat tidak pernah memakai APD (alat
pelindung diri) saat melakukan tindakan terhadap pasien dan saat memilah-milah
dalam mengumpul limbah medis umumnya dilakukan oleh petugas yang memiliki
oleh beberapa faktor, salah satunya tingkat keyakinan, biasanya keyakinan diperoleh
secara turun temurun dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu. Keyakinan ini
bisa memengaruhi pengetahuan seseorang baik keyakinan itu sifatnya positif atau
negatif. Dalam kaitan dengan perilaku hidup bersih dan sehat diyakini bahwa didalam
lingkungan yang bersih akan lebih terjamin untuk hidup sehat seperti pepatah yang
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimmulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat
kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif
tertentu. Sikap bukan merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan
predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap masih merupakan perilaku tertutup bukan
merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk
terhadap objek.
adalah keadaan dalam diri manusia yang menggerakkan untuk bertindak, menyertai
berdasarkan pengalaman.
44,4 %. Hal ini memberikan gambaran bahwa sikap petugas cleaning service masih
kurang dalam melakukan pengelolaan limbah padat medis sehingga untuk terjadi
risiko kecelakaan kerja masih sangat besar. secara umum sikap manusia dirumuskan
sebagai kecenderungan untuk merespon (secara positif dan negatif) terhadap objek
atau situasi tertentu. Dimana sikap yang kurang baik akan selalu menghasilkan suatu
positif dan signifikan terhadap risiko kecelakaan kerja dengan nilai probabilitas
p<0.000<p=0.05 dan nilai Exp (B) sebesar 0,089, artinya ada hubungan yang
Asumsi peneliti tentang sikap kurang pada petugas cleaning service dalam
pengelolaan limbah padat medis karena masih kurangnya sarana dan prasarana yang
memadai seperti masih kurangnya tempat sampah medis di ruang perawatan, dimana
rumah sakit hanya menyediakan tempat sampah non medis saja pada ruang perawatan
sehingga sampah medis dan sampah non medis bercampur jadi satu. Hal ini di
dukung dengan sikap dari petugas cleaning service yang belum memiliki kesadaran
sampah yang terdapat di ruang perawatan serta troli pengangkut limbah padat ke
service kurang dalam melakukan pengelolaan limbah padat medis dimana petugas
cleaning service tidak melakukan pengelolaan limbah padat medis sesuai dengan
dan rumah sakit. Seperti petugas cleaning service tahu bahwa limbah padat medis dan
limbah non medis harus dipilah terlebih dahulu sebelum masuk ke proses pengelolaan
limbah padat medis selanjutnya, tetapi petugas cleaning service tidak pernah
dalam melakukan pengelolaan limbah petugas cleaning service tahu bahwa saat
bekerja harus menggunakan alat pelindung diri (APD) lengkap seperti (topi, kaca
mata, baju khusus, celemek, sepatu boat, masker dan handscoon), tetapi petugas
cleaning service tidak menggunakan alat pelindung diri karena petugas cleaning
service merasa tidak nyaman untuk menggunakan APD dan rumah sakit hanya
bukunya bahwa sikap merupakan suatu tindakan atau aktivitas yang merupakan
predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap merupakan reaksi tertutup, dan bukan
merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku terbuka. Jadi dapat diambil satu
dari komponen yang saling menunjang, yaitu komponen kognitif, afektif dan
psikomotorik. Namun ketiga komponen tersebut tidak selalu saling berinteraksi untuk
membentuk sikap yang utuh (total attitude). Jika individu hanya mempunyai satu atau
dua komponen saja, maka sikap untuk menghasilkan perilaku yang diharapkan belum
terbentuk. Hal ini menunjukkan bahwa sikap petugas kesehatan dalam melayani
pengambilan keputusan yang diteliti dan beralasan dan dampaknya terbatas pada tiga
hal, yaitu: pertama, perilaku tidak banyak ditentukan oleh sikap umu tetapi oleh sikap
spesifik terhadap sesuatu. Kedua, perilaku tidak hanya dipengaruhi oleh sikap
spesifik tetapi oleh juga norma-norma subjektif yaitu keyakinan seseorang terhadap
yang diinginkan orang lain agar ia berperilaku. Ketiga, sikap terhadap suatu perilaku
bersama norma-norma subjektif membentuk suatu intensi atau niat untuk berperilaku
tertentu.
Salah satu faktor penyebab belum optimalnya sikap petugas cleaning service
dalam melakukan pengelolaan limbah padat medis terhadap risiko kecelakaan kerja di
RSU Permata Bunda Medan didukung oleh teori Green dalam Notoatmodjo (2005),
mendukung petugas dalam melakukan pengelolaan limbah padat medis yang baik.
sebanyak 55,5% masuk dalam kriteria sikap yang kurang baik. Sikap juga menjadi
faktor yang berperan dalam menentukan kepatuhan perawat dalam hal membuang
sampah medis sesuai dengan tempat sampah medis. Berdasarkan penelitian ini
perawat yang memiliki sikap baik akan lebih patuh dalam membuang sampah medis
kebersihan di rumah sakit ialah rendahnya perilaku petugas dalam pengetahuan, sikap
bentuk tindakan, sebab untuk mewujudkan tindakan perlu faktor lain, yaitu adanya
fasilitas atau sarana dan prasarana sebagai mediator agar sikap dapat meningkat
menjadi tindakan.
sebanyak 51,1 %. Hal ini memberikan gambaran bahwa tindakan petugas cleaning
positif dan signifikan terhadap risiko kecelakaan kerja dengan nilai probabilitas
p<0.000<p=0.05 dan nilai Exp (B) sebesar 0,121, artinya ada hubungan yang
Asumsi peneliti tentang tindakan petugas cleaning service yang masih kurang
dalam pengelolaan limbah padat medis dimulai dari perawat yang tidak pernah
membedakan limbah padat medis dengan limbah padat non medis, tidak adanya
tempat sampah medis pada tiap ruang perawatan sehingga petugas cleaning service
yang bertugas mengangkut limbah padat dari ruang perawatan sering mengalami
cleaning service dalam melakukan pengelolaan limbah padat. Pada penelitian ini
limbah padat medis dimana petugas cleaning service tidak melakukan pengelolaan
limbah padat medis sesuai dengan peraturan yang telah di tetapkan oleh Kepmenkes
RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004 dan rumah sakit seperti saat pemilahan limbah padat
medis, petugas cleaning service tidak pernah melakukan pemilahan pada limbah
padat medis dan limbah padat non medis yang terkumpul jadi satu di tempat sampah
perawatan hal ini yang menyebabkan petugas cleaning service sering tertusuk jarum
suntik, dan untuk pengumpulan serta penyimpanan yaitu limbah padat dikumpulkan
menjadi satu dengan limbah padat non medis dan diangkut dua hari sekali untuk
disimpan pada tempat penyimpanan dimana pada tempat penyimpanan tidak di beri
label yang jelas, juga pada saat transportasi petugas tidak menggunakan alat
pelindung diri lengkap (APD) hanya menggunakan sarung tangan saja dan alur
pengangkutan limbah padat tidak dibedakan dengan alur petugas dalam mengantar
makanan untuk pasien, dalam hal pengolahan dan pembuangan akhir limbah RSU
Permata Bunda bekerja sama dengan PT.ARA karena tidak memiliki alat incenerator
dan untuk limbah kimia yang berasal dari laboratorium tidak pernah di timbun
Hasil ini di dukung juga oleh veronika dengan penelitian yang dilakukan di
rumah sakit tahun 2001 yang menyatakan tindakan petugas kebersihan dalam
mengelola sampah medis tergolong masih sangat kurang. Dari 15 petugas kebersihan
8 orang (54%) tertusuk jarum suntik yakni pada kategori kurang sebanyak.
inap RSUP Dr. Kariadi Semarang, sebanyak 7 orang (70%) perawat tidak melakukan
pemisahan sampah padat medis dan sampah padat non medis. hal ini menunjukkan
bahwa tindakan perawat dalam hal mencegah infeksi nosokomial masih belum
6.1 Kesimpulan
bekerja dan shift kerja tidak signifikan terhadap risiko kecelakaan kerja di RSU
6.2 Saran
1. Perlu melengkapi sarana dan prasarana pengelolaan limbah padat medis seperti
penambahan tempat sampah medis pada tiap ruang rawatan dan melengkapi alat
pelindung diri (APD) seperti baju khusus, kacamata, topi, celemek dan sepatu
90
Universitas Sumatera Utara
2. Perlu mengadakan pelatihan bagi petugas cleaning service dan perawat dalam
rangka meningkatkan perilaku yang baik dalam hal pengelolaan limbah padat
medis.
1204/Menkes/SK/X/2004.
Ariawan, Iwan. 1998. Besaran dan Metode Sampel pada Penelitian Kesehatan.
Depok. Jurusan Biostatistik dan Kependudukan FKM UI.
Depkes RI. 1993. Pedoman Pemeliharaan Instalasi Pengelolaan Limbah Cair Rumah
Sakit. Bakti Husada. Jakarta.
Direktorat Jenderal PPM & PL dan Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. 2002.
Depkes RI.
Dinas Lingkungan Hidup dan Energi Sumber Daya Mineral (LH-ESDM). 2012. Kota
Medan.
92
Universitas Sumatera Utara
Fathoni, A. 2006. Organisasi dan Manajemen Sumber Daya Manusia. Rineka Cipta.
Jakarta.
Karina. 2010. Hubungan antara Pengetahuan dan Sikap Pekerja Kebersihan Pabrik
terhadap Keselamatan dan Keamanan Pekerja di Jawa Timur :
Universitas Banyuwangi.
______________________________No.983/Menkes/SK/XI/1992. Pedoman
Organisasi Rumah Sakit.1992.
Manajemen Rumah Sakit. 2003. Tentang Tata Cara Pelaksanaan Membuang Limbah
Padat Medis Berdasarkan Masing-Masing Fungsinya.
Permenkes No. 340 Tahun 2010 Tentang Klasifikasi Rumah Sakit. Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
Said, I.N.1999. Seminar Teknologi Pengelolaan Limbah II, PTP, Limbah Radioaktif
BTN. Jakarta.
Sani, Fahmi. 2012. Pengaruh Tindakan Pengelolaan Limbah Padat Medis di Rumah
Sakit Umum Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2012. Tesis FKM
USU.
Suma’mur, PK. 1996. Hygiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja. Gunung Agung.
Jakarta.
Tarigan, I.K. 2008. Determinan Tindakan Perawat Dalam Membuang Limbah Medis
Padat di RSU Dr. Pirngadi Kota Medan. Tesis S2 IKM FKM USU.
Vincent, J.L. 2003. Nosocomial Infection in Adult Intensive Care Units, The Lancet,
volume 361, pp 2068-2077.
Walgito. 2004. Kajian Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Perawat
Ruangan di RSUP dr. Karyadi Semarang : Universitas Diponegoro
1. Pilihlah salah satu jawaban yang dianggap paling tepat dan sesuai dengan
pendapat anda dengan memberi tanda silang ( x ) pada jawaban yang tersedia.
2. Informasi yang anda berikan hanya digunakan untuk tujuan akademik semata
sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan studi di Program Studi S2 Ilmu
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
1. Karakteristik Responden
a. Nama :
b. Umur :
c. Jenis Kelamin : a. Laki-laki
b. perempuan
e. Lama Bekerja :
f. Shift Kerja :
b. Sikap
1. Setiap petugas yang langsung menangani limbah padat medis dalam bekerja
harus menggunakan pakaian pelindung?
a. Setuju
b. Tidak setuju
c. Ragu-ragu
2. Untuk mengurangi penyebaran bahaya yang disebabkan oleh sampah medis
khususnya bekas jarum suntik, botol bekas, obat-obatan, bekas selang infus
dan lain-lain perlu di desinfeksi sebelum di musnahkan?
a. Setuju
b. Tidak setuju
c. Ragu-ragu
3. Jika setuju apa alasannya?
a. Mengurangi bahaya infeksi terhadap orang yang secara tidak langsung
terkena cidera akibat sampah klinis.
b. Agar dapat di gunakan kembali
c. Menghilangkan kuman-kuman yang ada di limbah medis tersebut
4. Jika tidak setuju karena?
a. Pemborosan bahan desinfektan
b. Merepotkan
c. Tidak diharuskan
No Tindakan Ya Tidak
I. Pengelolahan Limbah Padat Medis
a. Minimasi limbah
1. Rumah sakit melakukan pengelolaan limbah yang
dimulai dari sumbernya?
2. Rumah sakit selalu menyeleksi bahan-bahan yang
kurang menghasilkan limbah sebelum menggunakannya
untuk kegiatan di rumah sakit?
3. Rumah sakit memilih peralatan yang dapat dipakai
kembali seperti peralatan makan yang dapat di cuci
kembali untuk digunakan dari pada yang sekali pakai,
dengan tujuan meminimalkan limbah yang akan
dihasilkan?
4. limbah yang dapat di daur ulang selalu dipisahkan
dengan limbah yang tidak dapat di daur ulang?
b. Pemilahan limbah padat medis
1. Petugas cleaning servis selalu melakukan pemilahan
sampah sebelum membuangnya ke tempat sampah?
2. Petugas cleaning servis dapat membedakan tempat
sampah medis dan tempat sampah non medis?
4. Tempat sampah yang ada sudah di bedakan sesuai
dengan warna seperti tempat sampah medis diletakkan
pada tempat sampah warna kuning sedangkan tempat
sampah non medis di letakkan pada tempat sampah
warna hitam?
5. Petugas cleaning servis tahu bahwa limbah padat yang
diambil dari ruang perawatan harus dipilah terlebih
dahulu sebelum masuk ke proses pengelolaan limbah
padat medis selanjutnya?
6. Sebelum diletakkan di wadah penampungan limbah
padat medis, sebelumnya dilakukan pemisahan antara
limbah padat infeksius (seperti underpad, jarum suntik,
botol infus dll) dan limbah padat non infeksius (seperti
plastik air minum, kertas dll)?
7. Petugas cleaning servis menggunakan alat pelindung diri
saat mengangkut limbah?
Statistics
Jenis
Umur Kelamin Pendidikan Lama Bekerja Shift Kerja Pengetahuan Sikap Tindakan Risiko
Responden Responden Responden Responden Responden Responden Responden Responden Tindakan
N Valid 45 45 45 45 45 45 45 45 45
Missing 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Frequency Table
Umur Responden
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid (19-29 Tahun) 28 62,2 62,2 62,2
(30-40 Tahun) 17 37,8 37,8 100,0
Total 45 100,0 100,0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-laki 45 100,0 100,0 100,0
Cumulative
Frequency Percent Valid P ercent Percent
Valid D3 7 15,6 15,6 15,6
SMA 28 62,2 62,2 77,8
SMP 10 22,2 22,2 100,0
Total 45 100,0 100,0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0-60 Bulan 33 73,3 73,3 73,3
> 60 Bulan 12 26,7 26,7 100,0
Total 45 100,0 100,0
Cumulative
Frequency Percent Valid P erc ent Percent
Valid Malam 16 35,6 35,6 35,6
Pagi 15 33,3 33,3 68,9
Sore 14 31,1 31,1 100,0
Total 45 100,0 100,0
Cumulative
Frequency Percent Valid P erc ent Percent
Valid Baik 18 40,0 40,0 40,0
Sedang 18 40,0 40,0 80,0
Kurang 9 20,0 20,0 100,0
Total 45 100,0 100,0
Si kap Responden
Cumulative
Frequency Percent Valid P erc ent Percent
Valid Baik 19 42,2 42,2 42,2
Sedang 20 44,4 44,4 86,7
Kurang 6 13,3 13,3 100,0
Total 45 100,0 100,0
Cumulative
Frequency Percent Valid P erc ent Percent
Valid Baik 23 51,1 51,1 51,1
Sedang 18 40,0 40,0 91,1
Kurang 4 8,9 8,9 100,0
Total 45 100,0 100,0
Risiko Tindakan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ris iko 28 62,2 62,2 62,2
Tidak Beris iko 17 37,8 37,8 100,0
Total 45 100,0 100,0
Crosstabs
[DataSet1] E:\ \Hasil Kuesioner.sav
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pengetahuan Responden
45 100,0% 0 ,0% 45 100,0%
* Risiko Tindakan
Risiko Tindakan
Risiko Tidak Beris iko Total
Pengetahuan Baik Count 17 1 18
Responden % within Pengetahuan
94,4% 5,6% 100,0%
Responden
% within Risiko Tindakan 60,7% 5,9% 40,0%
% of Total 37,8% 2,2% 40,0%
Sedang Count 9 9 18
% within Pengetahuan
50,0% 50,0% 100,0%
Responden
% within Risiko Tindakan 32,1% 52,9% 40,0%
% of Total 20,0% 20,0% 40,0%
Kurang Count 2 7 9
% within Pengetahuan
22,2% 77,8% 100,0%
Responden
% within Risiko Tindakan 7,1% 41,2% 20,0%
% of Total 4,4% 15,6% 20,0%
Total Count 28 17 45
% within Pengetahuan
62,2% 37,8% 100,0%
Responden
% within Risiko Tindakan 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 62,2% 37,8% 100,0%
Chi-Square Te sts
As ymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-S quare 15,221a 2 ,000
Lik elihood Ratio 17,455 2 ,000
Linear-by-Linear
14,585 1 ,000
As soc iation
N of V alid Cases 45
a. 1 c ells (16,7%) have ex pec ted c ount les s than 5. The
minimum expected count is 3,40.
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Sikap Responden
45 100,0% 0 ,0% 45 100,0%
* Risiko Tindakan
Risiko Tindakan
Risiko Tidak Beris iko Total
Sikap Responden Baik Count 18 1 19
% within Sikap
94,7% 5,3% 100,0%
Responden
% within Risiko Tindakan 64,3% 5,9% 42,2%
% of Total 40,0% 2,2% 42,2%
Sedang Count 9 11 20
% within Sikap
45,0% 55,0% 100,0%
Responden
% within Risiko Tindakan 32,1% 64,7% 44,4%
% of Total 20,0% 24,4% 44,4%
Kurang Count 1 5 6
% within Sikap
16,7% 83,3% 100,0%
Responden
% within Risiko Tindakan 3,6% 29,4% 13,3%
% of Total 2,2% 11,1% 13,3%
Total Count 28 17 45
% within Sikap
62,2% 37,8% 100,0%
Responden
% within Risiko Tindakan 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 62,2% 37,8% 100,0%
As ymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-S quare 16,366a 2 ,000
Lik elihood Ratio 18,899 2 ,000
Linear-by-Linear
15,548 1 ,000
As soc iation
N of V alid Cases 45
a. 2 c ells (33,3%) have ex pec ted c ount les s than 5. The
minimum expected count is 2,27.
Crosstabs
[DataSet1] E:\ \Hasil Kuesioner.sav
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Tindakan Responden
45 100,0% 0 ,0% 45 100,0%
* Risiko Tindakan
Chi-Square Te sts
As ymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-S quare 17,024a 2 ,000
Lik elihood Ratio 18,664 2 ,000
Linear-by-Linear
14,658 1 ,000
As soc iation
N of V alid Cases 45
a. 2 c ells (33,3%) have ex pec ted c ount les s than 5. The
minimum expected count is 1,51.
Predicted
Score df Sig.
Step Variables Pengetahuan 14,917 1 ,000
0 Sikap 15,901 1 ,000
Tindakan 14,991 1 ,000
Overall Statistics 27,329 3 ,000
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 36,772 3 ,000
Block 36,772 3 ,000
Model 36,772 3 ,000
Model Summary
Classification Table a
Predicted