MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
KESATU : Pedoman Pelayanan Instalasi Sanitasi Rumah Sakit Umum
Daerah Wonosari sebagaimana tercantum dalam lampiran
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan
ini.
KEDUA : Kepala Instalasi Sanitasi bertangungjawab terhadap
pengelolaan kesehatan lingkungan rumah sakit di RSUD
Wonosari.
KETIGA : Kepala Instalasi Sanitasi membuat Laporan Pengelolaan
Kesehatan Lingkungan RSUD Wonosari kepada Direktur
KEEMPAT : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan
Ditetapkan di Wonosari
Pada tanggal,
DIREKTUR,
HERU SULISTYOWATI
LAMPIRAN
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH WONOSARI
NOMOR /KPTS/2018
TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN
INSTALASI SANITASI
PEDOMAN PELAYANAN
INSTALASI SANITASI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WONOSARI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan, tempat
berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat, atau dapat menjadi
tempat penularan serta memungkinkan terjadinya pencemaran
lingkungan dan gangguan kesehatan (Depkes RI, 2004).
Rumah Sakit selain untuk mencari kesembuhan, juga merupakan
depot bagi berbagai macam penyakit yang berasal dari penderita maupun
dari pengunjung yang berstatus karier. Kuman penyakit ini dapat hidup
dan berkembang di lingkungan Rumah Sakit seperti udara, air, lantai,
makanan dan benda-benda peralatan medis maupun non medis. Dari
lingkungan, kuman dapat sampai ke tenaga kerja, penderita baru. Ini
disebut Infeksi Nosokomial
Rumah sakit merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang bertujuan
untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat sekitar
sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan. Dalam pelaksanaannya
rumah sakit harus memiliki lingkungan yang sehat dan bebas dari segala
faktor yang dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan gangguan
kesehatan baik untuk pasien, pengunjung, pegawai dan masyarakatan
sekitar.
Kesehatan lingkungan rumah sakit diartikan sebagai upaya
penyehatan dan pengawasan lingkungan rumah sakit yang mungkin
berisiko menimbulkan penyakit dan atau gangguan kesehatan bagi
masyarakat sehingga terciptanya derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya (Depkes RI, 2009). Upaya kesehatan lingkungan rumah
sakit meliputi kegiatan-kegiatan yang komplek sehingga memerlukan
penanganan secara lintas program dan lintas sektor serta berdimensi
multi disiplin, untuk itu diperlukan tanaga dan prasarana yang memadai
dalam pengawasan kesehatan lingkungan rumah sakit (Depkes RI, 2004).
Penyelenggaraan sanitasi di rumah sakit melibatkan input, proses dan
output. Input meliputi dana/ biaya, sarana prasarana, tenaga kerja,
metode yang dipakai serta peralatan. Proses meliputi perencanaan
anggaran belanja peralatan kebersihan dan bahan pembersih,
perhitungan kebutuhan bahan dan peralatan kebersihan, pembelian
bahan dan alat pembersih, teknik pemakaian alat.
Instalasi Sanitasi adalah suatu bagian pelayanan penunjang non
medis yang ada di rumah sakit untuk memberikan pelayanan sanitasi
dan kesehatan lingkungan pada seluruh unit pelayanan dan lingkungan
rumah sakit yang bertujuan memelihara dan memperbaiki masalah
sanitasi dan kesehatan lingkungan di rumah sakit.
Instalasi Sanitasi selalu berusaha mengembangkan diri dan
menyesuaikan dengan perkembangan ilmu sanitasi dan kesehatan
lingkungan dengan cara meningkatkan sumber daya manusia dan
melengkapi sarana prasarana sesuai dengan kebutuhan, sehingga tujuan
di atas dapat tercapai dengan maksimal.
B. Tujuan Pedoman
1. Tujuan Umum:
Untuk meningkatkan mutu pelayanan sanitasi dan kesehatan
lingkungan guna menekan kejadian infeksi di rumah sakit.
2. Tujuan Khusus:
a. Sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan sanitasi dan
kesehatan lingkungan di rumah sakit.
b. Untuk mengadakan dan pengawasan terhadap mutu pelayanan
sanitasi dan kesehatan lingkungan di rumah sakit.
c. Sebagai sebuah panduan kerja bagi tenaga pelaksana dalam
memberikan pelayanan sanitasi dan kesehatan lingkungan.
C. Ruang Lingkup Pelayanan
Ruang lingkup kegiatan pokok pelayanan sanitasi di RSUD Wonosari ini
terdiri dari :
1. Penyehatan ruang bangunan dan halaman rumah sakit
2. Persyaratan hygiene dan sanitasi makanan dan minuman
3. Penyehatan air
4. Pengelolaan limbah
5. Pengelolaan tempat pencucian linen (laundry)
6. Pengendalian serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya
7. Dekontaminasi melalui desinfeksi dan sterilisasi
8. Persyaratan pengamanan radiasi
D. Batasan Operasional
Untuk membantu mengarahkan pemahaman tentang isi buku ini,
perlu dibuat batasan istilah penting yang terkait dengan kerangka
pelayanan sanitasi dan kesehatan lingkungan di rumah sakit. Batasan
operasional di bawah ini merupakan batasan istilah, baik dari sumber
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit,
maupun dari sumber-sumber lain yang dipandang sesuai dengan
kerangka konsep pelayanan yang terurai dalam buku ini.
1. Standar Pelayanan Minimal Sanitasi adalah suatu kemampuan
minimal yang harus dimiliki Instalasi Sanitasi yang meliputi
penyehatan ruang bangunan dan halaman rumah sakit, persyaratan
hygiene dan sanitasi makanan dan minuman, penyehatan air,
pengelolaan limbah, pengelolaan tempat pencucian linen (Laundry),
pengendalian serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya,
dekontaminasi melalui desinfeksi dan sterilisasi dan persyaratan
pengamanan radiasi.
2. Ruang bangunan dan halaman rumah sakit adalah semua ruang/unit
dan halaman yang ada di dalam batas pagar rumah sakit (bangunan
fisik dan kelengkapannya) yang dipergunakan untuk berbagai
keperluan dan kegiatan rumah sakit.
3. Pencahayaan di dalam ruang bangunan rumah sakit adalah intensitas
penyinaran pada suatu bidang kerja yang ada di dalam ruang
bangunan rumah sakit yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan
secara efektif.
4. Penghawaan ruang bangunan adalah aliran udara segar di dalam
ruang bangunan yang memadai untuk menjamin kesehatan penghuni
ruangan.
5. Kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki sehingga
mengganggu dan atau membahayakan kesehatan.
6. Kebersihan ruang bangunan dan halaman adalah suatu keadaan atau
kondisi ruang bangunan dan halaman bebas dari bahaya dan risiko
minimal untuk terjadinya infeksi silang, dan masalah kesehatan dan
keselamatan kerja.
7. Makanan dan minuman di rumah sakit adalah semua makanan dan
minuman yang disajikan dari dapur rumah sakit untuk pasien dan
karyawan, makanan dan minuman yang dijual di dalam lingkungan
rumah sakit atau dibawa dari luar rumah sakit,
8. Higine adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan
melindungi kebersihan individu. Misalnya, mencuci tangan, mencuci
piring, membuang bagian makanan yang rusak.
9. Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan
melindungi kebersihan lingkungan. Misalnya, menyediakan air bersih,
menyediakan tempat sampah dan lain-lain.
10. Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa
proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat
langsung diminum.
11. Sumber penyediaan air minum dan untuk keperluan rumah sakit
berasal dari Perusahaan Air Minum, air yang didistribusikan melalui
tangki air, air kemasan dan harus memenuhi syarat kualitas air
minum.
12. Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari
kegiatan rumah sakit dalam bentuk padat, cair dan gas.
13. Limbah padat rumah sakit adalah semua limbah rumah sakit yang
berbentuk padat sebagai akibat kegiatan rumah sakit yang terdiri dari
limbah medis padat dan non medis.
14. Limbah medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari limbah
infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi,
limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah container
bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi.
15. Limbah padat non medis adalah limbah padat yang dihasilkan dari
kegiatan di rumah sakit di luar medis yang berasal dari dapur,
perkantoran, taman dan halaman yang dapat dimanfaatkan kembali
apabila ada teknologinya,
16. Limbah cair adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal
dari kegiatan rumah sakit yang kemungkinan mengandung
mikroorganisme, bahan kimia beracun dan radioaktif yang berbahaya
bagi kesehatan.
17. Limbah gas adalah semua limbah yang berbentuk gas yang berasal
dari kegiatan rumah sakit seperti incinerator, dapur, perlengkapan
generator, anastesi dan pembuatan obat citotoksik.
18. Limbah infeksius adalah limbah yang terkontaminasi organisme
pathogen yang tidak secara rutin ada di lingkungan dan organisme
tersebut dalam jumlah dan virulen yang cukup untuk menularkan
penyakit pada manusia rentan.
19. Limbah sangat infeksius adalah limbah berasal dari pembiakan dan
stock bahan sangat infeksius, otopsi, organ binatang percobaan dan
bahan lain yang telah diinokulasi, terinfeksi atau kontak dengan
bahan yang sangat infeksius.
20. Limbah sitotoksis adalah limbah dari bahan yang terkontaminasi dari
persiapan dan pemberian obat sitotoksis untuk kemoterapi kanker
yang mempunyai kemampuan untuk membunuh atau menghambat
pertumbuhan sel hidup.
21. Minimisasi limbah adalah upaya yang dilakukan rumah sakit untuk
mengurangi bahan (reduce) menggunakan kembali limbah (reuse) dan
daur ulang limbah (recycle).
22. Laundry rumah sakit adalah tempat pencucian linen yang dilengkapi
dengan saran penunjangnya berupa mesin cuci, alat dan disinfektan,
mesin uap (steam boiler), pengering, meja dan mesin setrika.
23. Pengendalian serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya adalah
upaya untuk mengurangi populasi serangga, tikus dan binatang
pengganggu lainnya sehingga keberadaannya tidak menjadi vector
penularan penyakit.
24. Dekontaminasi adalah upaya mengurangi dan atau menghilangkan
kontaminasi oleh mikroorganisme pada orang, peralatan, bahan, dan
ruang melalui disinfeksi dan sterilisasi dengan cara fisik dan kimiawi.
25. Desinfeksi adalah upaya untuk mengurangi/menghilangkan jumlah
mikroorganisme pathogen penyebab penyakit (tidak termasuk spora)
dengan cara fisik dan kimiawi.
26. Sterilisasi adalah upaya untuk menghilangkan semua mikroorganisme
dengan cara fisik dan kimiawi
27. Radiasi adalah emisi dan penyebaran energi melalui ruang (media)
dalam bentuk gelombang elektromagnetik atau partikel-partikel atau
elementer dengan kinetik yang sangat tinggi yang dilepaskan dari
bahan atau alat radiasi yang digunakan oleh instalasi di rumah sakit.
28. Pengamanan dampak radiasi adalah upaya perlindungan kesehatan
masyarakat dari dampak radiasi melalui promosi dan pencegahan
risiko atas bahaya radiasi, dengan kegiatan pemantauan, investigasi
dan mitigasi pada sumber, media lingkungan dan manusia yang
terpajan atau alat yang mengandung radiasi.
29. Promosi hygiene dan sanitasi adalah penyampaian pesan tentang
hygiene dan sanitasi rumah sakit kepada pasien/keluarga pasien dan
pengunjung, karyawan terutama karyawan baru serta masyarakat
sekitarnya agar mengetahui, memahami, menyadari dan mau
membiasakan diri berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) serta
dapat memanfaatkan fasilitas sanitasi rumah sakit dengan benar.
30. Promosi kesehatan lingkungan adalah penyampaian pesan tentang
yang berkaitan dengan PHBS yang sasarannya ditujukan kepada
karyawan.
E. Landasan Hukum
1. Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang nomor 9
tahun 2015;
2. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup;
3. Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan;
4. Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tentang pengelolaan
kualitas air dan pengendalian pencemaran air
6. Peraturan Pemerintah Nomor 66 tahun 2014 tentang Kesehatan
Lingkungan;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 101 tahun 2014 tentang Pengelolaan
Limbah Berbahaya dan Beracun;
8. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 5
tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah;
9. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik
Indonesia Nomor P.56/Menlhk-Setjen/2015 tentang Tata Cara dan
Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan;
10. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
907/Menkes/SK/VII/2002 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan
Kualitas Air Minum;
11. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004
tentang Penyehatan Lingkungan Rumah Sakit;
12. Peraturan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 7 tahun 2016
tentang Baku Mutu Air Limbah
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
TOTAL 13 7 Kurang
2. Sanitarian
a. Di Instalasi Sanitasi, terdapat 1 orang sanitarian yang
bertanggung jawab dalam pelayanan sanitasi.
b. Pendidikan Sanitarian di RSUD Wonosari yaitu D3 Kesehatan
Lingkungan.
c. Masa Kerja di RSUD Wonosari selama 12 Tahun.
B. Distribusi Ketenagaan
Kepala Instalasi Sanitasi membawahi Sanitarian dan staf sanitasi
termasuk Cleaning Service. Instalasi Sanitasi terdiri dari 7 (tujuh) orang
sesuai dengan struktur organisasi. Dalam hal ini kebutuhan tenaga
masih kurang 2 (dua) orang untuk staf sanitasi, sanitarian kurang 3
(orang) orang, sementara untuk administrasi kurang 1 (satu ) orang.
C. Pengaturan Jaga
Pengaturan tenaga kerja di Instalasi Sanitasi RSU Pelita Husada ini
berdasarkan shift dan non shift. Tenaga Kerja yang non shift terdiri dari
ka. Instalasi Sanitasi, Sanitarian, staf sanitasi, petugas kebun dan
poliklinik. Sementara tenaga kerja yang shift adalah tenaga cleaning
service yang berjumlah 9 orang yang terdiri dari 2 shif yaitu shift pagi dan
siang hari dengan komposisi sebagai berikut :
1. Shift Pagi
Yang bertugas minimal 50 orang tenaga kerja, termasuk petugas
kebersihan/ CS (Cleaning service).
a. 1 Orang Kepala Instalasi Sanitasi
b. 1 Orang sanitarian
c. 2 orang tenaga administrasi
d. 1 Orang Tenaga Sterilisasi Ruangan
e. 6 Orang tenaga kebersihan kebun
f. 1 Orang tenaga pertamanan dan pengelolaan kompos
g. 1 Orang CS Pengangkutan sampah domestik
h. 1 Orang CS pengangkut sampah medis
i. 2 Orang CS di Ruang Kantor Terpadu
j. 5 Orang CS di Poli Terpadu
k. 1 Orang CS di Farmasi
l. 1 Orang CS di Masjid dan IPSRS, Aset
m. 1 Orang CS di Ruang Dahlia atas dan Kamar Jenazah
n. 1 Orang CS di Bangsal Dahlia bawah
o. 2 Orang CS di Bangsal Anggrek I
p. 2 Orang CS di bangsal Anggrek II
q. 1 Orang CS di Unit Laundry, kasir dan CSSD
r. 1 Orang di Instalasi Gizi
s. 1 Orang CS di Ruang Bersalin
t. 1 Orang CS di Bangsal Kana
u. 1 Orang CS di Bangsal Cempaka
v. 1 Orang CS di Bangsal Perinatal
w. 1 Orang CS di Instalasi Radiologi
x. 1 Orang CS di Unit HD
y. 2 Orang CS di IGD
z. 1 Orang CS di Bangsal Bakung
aa. 2 Orang di Bangsal Mawar
bb. 1 Orang di Instalasi Laboratorum dan penjaminan
cc. 2 Orang selasar
2. Shift Siang
Yang bertugas 4 orang tenaga kerja (CS).
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
Ruangan Instalasi Sanitasi terintegrasi dengan bangsal perawatan dan ruang
pelayanan lainnya di RSUD Wonosari.
B. Standar Fasilitas
No Fasilitas Jumlah
A Fisik /bangunan
B Peralatan
Meja 9
Kursi 8
Laptop 2
Komputer 2
Meja Komputer 2
printer 2
LAN internet 2
Almari kaca 2
Almari kayu 4
Rak Buku 2
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
A. Pelayanan pada Unit Pengolahan Air Limbah yang ada di RSU Pelita
Husada Wonosari
Unit pengolahan air limbah RSU Pelita Husada Wonosari berada di
sebelah Utara UGD. Sistem pengolahan air limbah RSU Pelita Husada
Wonosari menggunakan sistem Aerobik dimana dalam proses
pengolahannya melalui bak-bak yang sesuai dengan fungsinya, antara
lain :
1. Bak Saringan kasar
2. Bak Sedimentasi awal
3. Bak Aerasi
4. Bak Sedimentasi kedua
5. Bak Koagulasi
6. Bak Sarang tawon
7. Bak Pengendapan akhir
8. Bak Filtrasi
9. Bak
10. Bak Desinfeksi
A. Perencanaan Barang
1. Barang rutin :
a. Kertas HVS, tinta printer, bolpoin, buku tulis, dll
b. Bahan dan alat kebersihan rutin
c. Bahan desinfektan
d. Plastik medis dan non medis
e. Tes kit pemeriksaan sisa chlor
2. Barang tidak rutin :
a. Bahan bakar untuk mesin potong rumput
b. Selang air untuk kegiatan menyirami tanaman
c. Pompa air untuk air bersih dan air limbah
d. Mesin pemotong rumput
e. Desinfektan ruang isolasi/air borne deassese
f. Bak sampah
B. Permintaan Barang.
1. Barang rutin dan non rutin disediakan sendiri oleh instalasi sanitasi.
2. Alat dan bahan kimia disampaikan kepada pejabat yang berwenang
mengadakan.
C. Pendistribusian
Barang didistribusikan kepada unit-unit sesuai dengan keperluan tiap
unit tersebut
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
Departemen Kesehatan RI, 2008, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
129/Menkes/SK/II/2008, tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit, Jakarta.
Departemen Kesehatan RI, 2010, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
340/MENKES/PER/III/2010, tentang Klasifikasi Rumah Sakit, Jakarta.
Lindawati, 2010, Partikulat (PM10) Udara Rumah Tinggal yang Mempengaruhi Kejadian
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Pada Balita (Penelitian di Kecamatan
Mampang Prapatan, Jakarta Selatan Tahun 2009-2010)-[TESIS]. Jakarta: FKM
Universitas Indonesia.
Utamihardja, 2006, Toksikologi Lingkungan (Buku I). Jakarta: Program Ilmu Studi
Lingkungan Universitas Indonesia;
Rahman A, 2007, Bahan Ajar Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (Program
Intensif Tingkat Dasar). Depok: Pusat Kajian Kesehatan Lingkungan & Industri
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia;
Direktoral Jendral PP dan PL Kementerian Kesehatan RI. 2012, Pedoman Analisis Risiko
Kesehatan Lingkungan (ARKL)-[BUKU].
Rahman A. 2007, Public Health Assesment: Model Kajian Prediktif Dampak Lingkungan
dan Aplikasinya untuk Manajemen Risiko Kesehatan. Jakarta: Pusat Kajian
Kesehatan Lingkungan dan Industri Universitas Indonesia.
. Resi AY. 2016, Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan Pajanan Total Suspended
Particulate (TSP) pada Karyawan di Departemen Produksi II/III PT Semen Padang
Tahun 2016-[SKRIPSI]. Padang: FKM Unand;.
Mutiara S. 2016 Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan Paparan S02 dan NO2 pada
Pedagang Kaki Lima Pasar Raya Padang tahun 2016-[SKRIPSI]. Padang: FKM
Unand;