Anda di halaman 1dari 26

Mata Kuliah : Sanitasi Rumah Sakit

Dosen : Andi Ruhban, S.ST.,M.Kes

MAKALAH
TATA LAKSANA SANITASI RUANGAN PASIEN COVID-19
DI RUMAH SAKIT

OLEH :
WAFIQ AZIZAH AN IBRAHIM
PO713221181.049
D.III / 2.A

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PRODI D.III
2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh…

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.

Penyusun mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat


sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penyusun
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas Sanitasi Rumah
Sakit. Penyusun tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.
Untuk itu, penyusun mengharapkan kritik serta saran membangun dari pembaca
untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang
lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah
ini, penyusun mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Terima kasih.

Makassar, 02 Mei 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ..............................................................................................i

Daftar Isi .......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .........................................................................1


B. Tujuan .......................................................................................3
C. Manfaat .....................................................................................3

BAB II SANITASI RUANGAN DI RUMAH SAKIT

A. Penyehatan Ruang Bangunan dan Halaman Rumah Sakit.........4

BAB III SANITASI RUANGAN PASIEN COVID-19 DI RUMAH SAKIT

A. Sistem pengawasan Pasien Covid-19.......................................15


B. Sarana dan Prasarana................................................................18
C. Tata Laksana Pasien di Rumah Sakit Rujukan..........................19

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................22
B. Saran..........................................................................................22

Daftar Pustaka

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah sakit (RS) adalah sebagai sarana pelayanan kesehatan,
tempat berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat, atau dapat menjadi
tempat penularan penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran
lingkungan dan gangguan kesehatan (Depkes RI, 2004).
Rumah Sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan yang di
dalamnya terdapat bangunan, peralatan, manusia (petugas, pasien dan
pengunjung) dan kegiatan pelayanan kesehatan, selain dapat menghasilkan
dampak positif berupa produk pelayanan kesehatan yang baik terhadap
pasien dan memberikan keuntungan retribusi bagi pemerintah dan lembaga
pelayanan itu sendiri, rumah sakit juga dapat menimbulkan dampak
negatif berupa pengaruh buruk kepada manusia, seperti sampah dan
limbah rumah sakit yang dapat menyebabkan pencemaran lingkungan,
sumber penularan penyakit dan menghambat proses penyembuhan serta
pemulihan penderita.
Coronavirus adalah keluarga besar virus yang menyebabkan
penyakit mulai dari gejala ringan sampai berat. Ada setidaknya dua jenis
coronavirus yang diketahui menyebabkan penyakit yang dapat
menimbulkan gejala berat seperti Middle East Respiratory Syndrome
(MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Coronavirus
Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit jenis baru yang belum pernah
diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Virus penyebab COVID-19 ini
dinamakan Sars-CoV-2. Virus corona adalah zoonosis (ditularkan antara
hewan dan manusia). Penelitian menyebutkan bahwa SARS ditransmisikan
dari kucing luwak (civet cats) ke manusia dan MERS dari unta ke
manusia. Adapun, hewan yang menjadi sumber penularan COVID-19 ini
sampai saat ini masih belum diketahui.
Berdasarkan bukti ilmiah, COVID-19 dapat menular dari manusia
ke manusia melalui kontak erat dan droplet, tidak melalui udara. Orang

1
yang paling berisiko tertular penyakit ini adalah orang yang kontak erat
dengan pasien COVID-19 termasuk yang merawat pasien COVID-19.
Rekomendasi standar untuk mencegah penyebaran infeksi adalah melalui
cuci tangan secara teratur, menerapkan etika batuk dan bersin,
menghindari kontak secara langsung dengan ternak dan hewan liar serta
menghindari kontak dekat dengan siapa pun yang menunjukkan gejala
penyakit pernapasan seperti batuk dan bersin. Selain itu menerapkan
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) saat berada di fasilitas
kesehatan terutama unit gawat darurat.
Sebagai langkah dalam upaya mencegah kemungkinan timbulnya
penyebaran penyakit serta untuk mencegah timbulnya kerugian sosial dan
ekonomi yang tidak diharapkan.     
Dalam pelaksanaannya sanitasi RS seringkali ditafsirkan secara
sempit, yakni hanya aspek kerumahtanggaan (housekeeping) seperti
kebersihan gedung, kamar mandi dan WC, pelayanan makanan minuman.
Ada juga kalangan yang menganggap bahwa sanitasi RS hanyalah
merupakan upaya pemborosan dan tidak berkaitan langsung dengan
pelayanan kesehatan di RS. Sehingga seringkali dengan dalih kurangnya
dana pembangunan dan pemeliharaan, ada RS yang tidak memiliki sarana
pemeliharaan sanitasi, bahkan cenderung mengabaikan masalah sanitasi.
Mereka lebih mengutamakan kelengkapan alat-alat kedokteran dan
ketenagaan yang spesialistik. Di lain pihak dengan masuknya modal asing
dan swasta dalam bidang perumahsakitan kini banyak RS berlomba-lomba
untuk menampilkan citranya melalui kementerengan gedung, kecanggihan
peralatan kedokteran serta tenaga dokter spesialis yang qualified, tetapi
kurang memperhatikan aspek sanitasi. Dari berbagai penelitian diketahui
bahwa kejadian infeksi di RS ada hubungannya dengan kondisi RS yang
tidak saniter. Untuk itu apabila RS akan menjadi lembaga swadana, aspek
sanitasi perlu diperhatikan. Karena di samping dapat mencegah terjadinya
pengaruh buruk terhadap lingkungan, juga secara ekonomis dapat

2
menguntungkan. Sungguh ironis bila RS sebagai tempat penyembuhan,
justru menjadi sumber penularan penyakit dan pencemar lingkungan.
Oleh sebab itu, dalam makalah ini kami akan membahas mengenai
pentingnya Sanitasi Rumah Sakit, yang akan menjadi landasan dalam
penyelenggaraan Sanitasi di Rumah Sakit, baik dalam hukum maupun
kebijaksanaan nya yang menjadi tujuan dan kebijaksanaan peranan sanitasi
Rumah Sakit.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui teori sanitasi ruangan di rumah sakit
2. Untuk mengetahui tata laksana ruang khusus pasien covid-19 di rumah
sakit
C. Manfaat
1. Mahasiswa mampu mengetahui teori sanitasi ruangan di rumah sakit
2. Untuk mengetahui tata laksana ruang khusus pasien covid-19 di rumah
sakit

3
BAB II

SANITASI RUANGAN DI RUMAH SAKIT

A. Penyehatan Ruang Bangunan dan Halaman Rumah Sakit


Kegiatan Penyehatan Ruang Bangunan dan Halaman merupakan
kegiatan perencanaan, pengawasan dan pemantauan suatu keadaan atau
kondisi ruang bangunan dan halaman yang bebas dari bahaya atau risiko
minimal untuk terjadinya infeksi nosokomial dan masalah kesehatan
keselamatan kerja. kegiatan Penyehatan Ruang Bangunan dan Halaman
tersebut, antara lain:

1. Inspeksi fisik ruang, bangunan dan halaman, meliputi:


o Kebersihan ruang, bangunan dan halaman
o Konstruksi ruang, bangunan dan halaman
o Penataan ruangan
o Kualitas udara ruangan 
o Pencahayaan, 
o Penghawaan (suhu, kelembaban, tekanan udara)
o Kebisingan
o Fasilitas sanitasi rumah sakit
2. Membuat SPO pengambilan sampel kimia-gas udara
3. Membuat SPO pengambilan sampel mikrobiologi (swab) ruangan
4. Review prosedur yang terkait dengan penyehatan ruang bangunan dan
halaman
5. Evaluasi pelaksanaan penyehatan ruang bangunan

Adapun persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit berdasarkan


Permenkes No. 1204/Menkes/SK/X/2004 adalah meliputi : sanitasi
pengendalian berbagai faktor lingkungan fisik, kimiawi, biologi, dan sosial
psikologi di rumah sakit. Program sanitasi di rumah sakit terdiri dari
penyehatan bangunan dan ruangan, penyehatan makanan dan minuman,

4
penyehatan air, penyehatan tempat pencucian umum termasuk tempat
pencucian linen, pengendalian serangga dan tikus, sterilisasi/desinfeksi,
perlindungan radiasi, penyuluhan kesehatan lingkungan, pengendalian
infeksi nosokomial, dan pengelolaan sampah/limbah (Depkes RI, 2004).

1. Ruang bangunan dan halaman rumah sakit adalah semua ruang/unit


dan halaman yang ada di dalam batas pagar rumah sakit (bangunan
fisik dan kelengkapannya) yang dipergunakan untuk berbagai
keperluan dan kegiatan rumah sakit.
2. Pencahayaan di dalam ruang bangunan rumah sakit adalah intensitas
penyinaran pada suatu bidang kerja yang ada di dalam ruang bangunan
rumah sakit yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara
efektif
3. Pengawasan ruang bangunan adalah aliran udara di dalam ruang
bangunan yang memadai untuk menjamin kesehatan penghuni
ruangan.
4. Kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki sehingga
mengganggu dan/atau membahayakan kesehatan.
5. Kebersihan ruang bangunan dan halaman adalah suatu keadaan atau
kondisi ruang bangunan dan halaman bebas dari bahaya dan risiko
minimal untuk terjadinya infeksi silang, dan masalah kesehatan dan
keselamatan kerja.

Persyaratan yang harus dipenuhi oleh instalasi penyehatan bangunan,


ruangan, dan halaman, antara lain:
a. Lingkungan Bangunan Rumah Sakit
1. Lingkungan bangunan rumah sakit harus mempunyai batas yang
jelas, dilengkapi dengan pagar yang kuat dan tidak memungkinkan
orang atau binatang peliharaan keluar masuk dengan bebas.

5
2. Luas lahan bangunan dan halaman harus disesuaikan dengan luas
lahan keseluruhan, sehingga tersedia tempat parkir yang memadai
dan dilengkapi dengan rambu parkir.
3. Lingkungan bangunan rumah sakit harus bebas dari banjir. Jika
berlokasi di daerah banjir harus menyediakan fasilitas/teknologi
untuk mengatasinya.
4. Lingkungan rumah sakit harus merupakan kawasan bebas rokok.
5. Lingkungan bangunan rumah sakit harus dilengkapi penerangan
dengan intensitas cahaya yang cukup.
6. Lingkungan rumah sakit harus tidak berdebu, tidak becek atau tidak
terdapat genangan air dan dibuat landai menuju ke saluran terbuka
atau tertutup, tersedia lubang penerima air masuk dan disesuaikan
dengan luas halaman.
7. Saluran air limbah domestik dan limbah medis harus tertutup dan
terpisah, masing-masing dihubungkan langsung dengan instalasi
pengolahan air limbah.
8. Di tempat parkir, halaman, ruang tunggu dan tempat-tempat
tertentu yang menghasilkan sampah harus disediakan tempat
sampah.
9. Lingkungan, ruang, dan bangunan rumah sakit harus selalu dalam
keadaan bersih dan tersedia fasilitas sanitasi secara kualitas dan
kuantitas yang memenuhi persyaratan kesehatan, sehingga tidak
memungkinkan sebagai tempat bersarang dan berkembangbiaknya
serangga, binatang pengerat, dan binatang pengganggu lainnya.

b. Konstruksi Bangunan Rumah Sakit


1. Lantai
 Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, kedap air,
permukaan rata, tidak licin, warna terang, dan mudah
dibersihkan.

6
 Lantai yang selalu kontak dengan air harus mempunyai
kemiringan yang cukup ke arah saluran pembuangan air
limbah.
 Pertemuan lantai dengan dinding harus berbentuk
konus/lengkung agar mudah dibersihkan.
2. Dinding, yakni Permukaan dinding harus kuat, rata, berwarna
terang dan menggunakan cat yang tidak luntur serta tidak
menggunakan cat yang mengandung logam berat.
3. Ventilasi
 Ventilasi alamiah harus dapat menjamin aliran udara di dalam
kamar/ruang dengan baik.
 Luas ventilasi alamiah minimum 15% dari luas lantai.
 Bila ventilasi alamiah tidak dapat menjamin adanya pergantian
udara dengan baik, kamar atau ruang harus dilengkapi dengan
penghawaan buatan/mekanis.
 Penggunaan ventilasi buatan/mekanis harus disesuaikan dengan
peruntukan ruangan.
4. Atap
 Atap harus kuat, tidak bocor, dan tidak menjadi tempat
perindukan serangga, tikus, dan binatang penganggu lainnya.
 Atap yang lebih tinggi dari 10 meter harus dilengkapi
penangkal petir.
5. Langit-langit
 Langit-langit harus kuat, berwarna terang, dan mudah
dibersihkan.
 Langit-langit tingginya minimal 2,70 meter dari lantai.
 Kerangka langit-langit harus kuat dan bila terbuat dari kayu
harus anti rayap.

7
6. Konstruksi, yakni Balkon, beranda dan talang harus sedemikian
sehingga tidak terjadi genangan air yang dapat menjadi tempat
perindukan nyamuk Aedes.
7. Pintu, yakni Pintu harus kuat, cukup tinggi, cukup lebar, dan dapat
mencegah masuknya serangga, tikus, dan binatang pengganggu
lainnya.
8. Jaringan Instalasi
 Pemasangan jaringan instalasi air minum, air bersih, air limbah,
gas, listrik, sistem penghawaan, sarana komunikasi dan lain-
lain harus memenuhi persyaratan teknis kesehatan agar aman
digunakan untuk tujuan pelayanan kesehatan.
 Pemasangan pipa air minum tidak boleh bersilangan dengan
pipa air limbah dan tidak boleh bertekanan negatif untuk
menghindari pencemaran air minum.
9. Lalu Lintas Antar Ruangan
 Pembagian ruangan dan lalu lintas antar ruangan harus didisain
sedemikian rupa dan dilengkapi dengan petunjuk letak ruangan,
sehingga memudahkan hubungan dan komunikasi antar
ruangan serta menghindari risiko terjadinya kecelakaan dan
kontaminasi.
 Penggunaan tangga atau elevator dan lift harus dilengkapi
dengan sarana pencegahan kecelakaan seperti alarm suara dan
petunjuk penggunaan yang mudah dipahami oleh pemakainya,
atau untuk lift 4 (empat) lantai harus dilengkapi
ARD (Automatic Reserve Divided) yaitu alat yang dapat
mencari lantai terdekat bila listrik mati.
 Dilengkapi dengan pintu darurat yang dapat dijangkau dengan
mudah bila terjadi kebakaran atau kejadian darurat lainnya dan
dilengkapi ram untuk brankar

8
10. Fasilitas Pemadam Kebakaran, yakni Bangunan rumah sakit
dilengkapi dengan fasilitas pemadam kebakaran sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
c. Ruang bangunan
Penyehatan ruang bangunan dan halaman dimaksudkan untuk
menciptakan suatu kondisi yang nyaman, bersih, dan sehat di
lingkungan rumah sakit agar tidak menimbulkan dampak negatif yang
berupa terjadinya infeksi nosokomial baik terhadap pasien,
pengunjung, dan juga karyawan rumah sakit. Kondisi ruang bangunan
ini, sangat dipengaruhi oleh kualitas udara, keadaan bangunan dan
pengaturan pengisian atau penggunaan ruang itu sendiri. Ruang
bangunan dan halaman rumah sakit adalah semua ruang/unit dan
halaman yang ada di dalam batas pagar rumah sakit (bangunan fisik
dan kelengkapannya) yang dipergunakan untuk berbagai keperluan dan
kegiatan rumah sakit, yang dikelompokkan berdasarkan tingkat resiko
terjadinya penularan penyakit, yaitu :
1. Zona dengan resiko rendah meliputi : ruang administrasi, ruang
komputer, ruang pertemuan, ruang perpustakaan, ruang resepsionis,
dan ruang pendidikan/pelatihan.
a) Permukaan dinding harus rata dan berwarna terang.
b) Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, mudah dibersihkan,
kedap air, berwarna terang, dan pertemuan antara lantai dengan
dinding harus berbentuk konus.
c) Langit-langit harus terbuat dari bahan multipleks atau bahan
yang kuat, warna terang, mudah dibersihkan, kerangka harus
kuat, dan tinggi minimal 2,70 meter dari lantai.
d) Lebar pintu minimal 1,20 meter dan tinggi minimal 2,10 meter,
dan ambang bawah jendela minimal 1,00 meter dari lantai.
e) Ventilasi alamiah harus dapat menjamin aliran udara di dalam
kamar/ruang dengan baik, bila ventilasi alamiah tidak

9
menjamin adanya pergantian udara dengan baik, harus
dilengkapi dengan penghawaan mekanis (exhauster).
f) Semua stop kontak dan saklar dipasang pada ketinggian
minimal 1,40 meter dari lantai.
2. Zona dengan resiko sedang meliputi ruang rawat inap bukan
penyakit menular, rawat jalan, ruang ganti pakaian, dan ruang
tunggu pasien. Persyaratan bangunan pada zona dengan risiko
sedang sama dengan persyaratan pada zona risiko rendah.
3. Zona dengan resiko tinggi meliputi : ruang isolasi, ruang perawatan
intensif, laboratorium, ruang penginderaan medis (medical
imaging), ruang bedah mayat (autopsy), dan ruang jenazah.
Dengan ketentuan sebagai berikut :
a) Dinding permukaan harus rata dan berwarna terang.
b) Dinding ruang laboratorium dibuat dari porselin atau keramik
setinggi 1,50 meter dari lantai dan sisanya dicat warna terang.
c) Dinding ruang penginderaan medis harus berwarna gelap,
dengan ketentuan dinding disesuaikan dengan pancaran sinar
yang dihasilkan dari peralatan yang dipasang di ruangan
tersebut, tembok pembatas antara ruang Sinar X dengan kamar
gelap dilengkapi dengan transfer cassette.
d) Lantai terbuat dari bahan yang kuat, mudah dibersihkan, kedap
air, berwarna terang, dan pertemuan antara lantai dengan
dinding harus berbentuk konus.
e) Langit-langit terbuat dari bahan multipleks atau bahan yang
kuat, warna terang, mudah dibersihkan, kerangka harus kuat,
dan tinggi minimal 2,70 meter dari lantai.
f) Lebar pintu minimal 1,20 meter dan tinggi minimal 2,10 meter,
dan ambang bawah jendela minimal 1,00 meter dari lantai.
g) Semua stop kontak dan saklar dipasang pada ketinggian
minimal 1,40 meter dari lantai.

10
4. Zona dengan resiko sangat tinggi meliputi : ruang operasi, ruang
bedah mulut, ruang perawatan gigi, ruang gawat darurat, ruang
bersalin, dan ruang patologi, dengan ketentuan sebagai berikut :
a) Dinding terbuat dari bahan porselin atau vinyl setinggi langit-
langit atau dicat dengan cat tembok yang tidak luntur dan
aman, berwarna terang.
b) Langit-langit terbuat dari bahan yang kuat dan aman, dan tinggi
minimal 2,70 meter dari lantai.
c) Lebar pintu minimal 1,20 meter dan tinggi minimal 2,10 meter,
dan semua pintu kamar harus selalu dalam keadaan tertutup.
d) Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, mudah
dibersihkan dan berwarna terang.
e) Khusus ruang operasi, harus disediakan gelagar (gantungan)
lampu bedah dengan profil baja double INP 20 yang dipasang
sebelum pemasangan langit-langit.
f) Tersedia rak dan lemari untuk menyimpan reagensia siap pakai.
g) Ventilasi atau penghawaan sebaiknya digunakan AC tersendiri
yang dilengkapi filter bakteri, untuk setiap ruang operasi yang
terpisah dengan ruang lainnya. Pemasangan AC minimal 2
meter dari lantai dan aliran udara bersih yang masuk ke dalam
kamar operasi berasal dari atas ke bawah. Khusus untuk ruang
bedah ortopedi atau transplantasi organ harus menggunakan
pengaturan udara UCA (Ultra Clean Air) System.
h) Tidak dibenarkan terdapat hubungan langsung dengan udara
luar, untuk itu harus dibuat ruang antara.
i) Hubungan dengan ruang scrub-up untuk melihat ke dalam
ruang operasi perlu dipasang jendela kaca mati, hubungan ke
ruang steril dari bagian cleaning cukup dengan sebuah loket
yang dapat dibuka dan ditutup.
j) Pemasangan gas medis secara sentral diusahakan melalui
bawah lantai atau di atas langit-langit.

11
k) Dilengkapi dengan sarana pengumpulan limbah medis.
d. Kualitas udara ruang
1. Tidak berbau (terutana bebas dari H2S dan Amoniak
2. Kadar debu (particulate matter) berdiameter kurang dari 10 micron
dengan rata-rata pengukuran 8 jam atau 24 jam tidak   melebihi 150
μg/m3, dan tidak mengandung debu asbes.
e. Penghawaan
Persyaratan penghawaan untuk masing-masing ruang atau unit
seperti berikut :
1. Ruang-ruang tertentu seperti ruang operasi, perawatan bayi,
laboratorium, perlu mendapat perhatian yang khusus karena sifat
pekerjaan yang terjadi di ruang-ruang tersebut.
2. Ventilasi ruang operasi harus dijaga pada tekanan lebih positif
sedikit (minimum 0,10 mbar) dibandingkan ruang-ruang lain di
rumah sakit.
3. Sistem suhu dan kelembaban hendaknya didesain sedemikian rupa
sehingga dapat menyediakan suhu dan kelembaban (sesuai tabel 1.4)
4. Ruangan yang tidak menggunakan AC, sistem sirkulasi udara segar
dalam ruangan harus cukup (mengikuti pedoman teknis yang
berlaku).
f. Fasilitas Sanitasi Rumah Sakit
Perbandingan jumlah tempat tidur pasien dengan jumlah toilet dan
jumlah kamar mandi seperti pada tabel berikut :
Indeks Perbandingan Jumlah Tempat Tidur, Toilet, dan Jumlah
Kamar Mandi
No. Jumlah Tempat Jumlah Toilet Jumlah Kamar
Tidur Mandi

1 s/d 10 1 1
2 s/d 20 2 2
3 s/d 30 3 3
4 s/d 40 4 4
Setiap penambahan 10 T.T harus ditambah 1 toilet & 1 kamar

12
mandi

Indeks Perbandingan Jumlah Karyawan Dengan Jumlah Toilet dan


Jumlah Kamar Mandi
No. Jumlah Jumlah toilet Jumlah kamar
Karyawan mandi
1 s/d 20 1 1
2 s/d 40 2 2
3 s/d 60 3 3
4 s/d 80 4 4
5 s/d 100 5 5
Setiap penambahan 20 karyawan harus di tambah 1 toilet dan 1
kamar mandi

g. Jumlah Tempat Tidur


Perbandingan jumlah tempat tidur dengan luas lantai untuk kamar
perawatan dan kamar isolasi sebagai berikut:
1. Ruang bayi:
a) Ruang perawatan minimal 2 m2/tempat tidur.
b) Ruang isolasi minimal 3,5 m2/tempat tidur.
2. Ruang dewasa:
a) Ruang perawatan minimal 4,5 m2/tempat tidur.
b) Ruang isolasi minimal 6 m2/tempat tidur.

h. Lantai dan dan Dinding


Lantai dan dinding harus bersih, dengan tingkat kebersihan sebagai
berikut:
1. Ruang operasi : 0 – 5 CFU/cm2 dan bebas patogen dan gas
gangren
2. Ruang perawatan : 5 – 10 CFU/cm2
3. Ruang isolasi : 0 – 5 CFU/cm2
4. Ruang UGD : 5 – 10 CFU/cm2
i. Tata Laksana Penyehatan Ruang Bangunan Dan Halaman

13
1. Pemeliharaan kebersihan ruang bangunan dan halaman ini,
dilakukan oleh pihak ke tiga/outshorsing setiap hari.
2. Pemantauan dan pengawasan harian dilakukan oleh HouseKeeping.
3. Pelaksanaan Inspeksi Sanitasi Ruangan berdasarkan zona resiko
dilakukan setiap bulan oleh petugas sanitasi.

14
BAB III

SANITASI RUANGAN PASIEN COVID-19 DI RUMAH SAKIT

A. Sistem Pengawasan Pasien Covid-19


Secara umum kegiatan penemuan kasus COVID-19 di pintu masuk
negara diawali dengan penemuan pasien demam disertai gangguan
pernanapasan yang berasal dari negara/wilayah terjangkit. Berikut kegiatan
pengawasan kedatangan orang:
1. Meningkatkan pengawasan terhadap pelaku perjalanan (awak/personel,
penumpang) khususnya yang berasal dari wilayah/negara terjangkit,
melalui pengamatan suhu dengan thermal scanner maupun thermometer
infrared, dan pengamatan visual.
2. Melakukan pemeriksaan dokumen kesehatan pada orang.
3. Jika ditemukan pelaku perjalanan yang terdeteksi demam dan
menunjukkan gejala-gejala pneumonia di atas alat angkut, petugas KK
melakukan pemeriksaan dan penanganan ke atas alat angkut dengan
menggunakan APD yang sesuai (lampiran 11).
4. Pengawasan kedatangan orang dilakukan melalui pengamatan suhu tubu
dengan menggunakan alat pemindai suhu massal (thermal scanner)
ataupun thermometer infrared, serta melalui pengamatan visual terhadap
pelaku perjalanan yang menunjukkan ciri-ciri penderita COVID-19.
5. Jika ditemukan pelaku perjalanan yang terdeteksi demam melalui thermal
scanner/thermometer infrared maka pisahkan dan lakukan wawancara dan
evaluasi lebih lanjut.

Jika memenuhi kriteria pasien dalam pengawasan maka dilakukan:


1. Tatalaksana sesuai kondisi pasien termasuk disinfeksi pasien dan merujuk
ke RS rujukan (lihat Kepmenkes Nomor 414/Menkes/SK/IV/2007 tentang
Penetapan RS Rujukan Penanggulangan Flu Burung/Avian Influenza)

15
dengan menggunakan ambulans penyakit infeksi dengan menerapkan
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) berbasis kontak, droplet, dan
airborne.
2. Melakukan tindakan penyehatan terhadap barang dan alat angkut
3. Mengidentifikasi penumpang lain yang berisiko (kontak erat)
4. Terhadap kontak erat (dua baris depan belakang kanan kiri) dilakukan
observasi menggunakan formulir
5. Melakukan pemantauan terhadap petugas yang kontak dengan pasien.
Pencacatan pemantauan menggunakan formulir terlampir Pemberian
HAC dan komunikasi risiko

Selama proses pemantauan, pasien harus selalu proaktif berkomunikasi


denganm petugas kesehatan. Petugas kesehatan yang melakukan pemantauan
menggunakan APD minimal berupa masker. Berikut rekomendasi prosedur
pencegahan dan pengendalian infeksi untuk isolasi di rumah:
1. Tempatkan pasien/orang dalam ruangan tersendiri yang memiliki ventilasi
yang baik (memiliki jendela terbuka, atau pintu terbuka)
2. Batasi pergerakan dan minimalkan berbagi ruangan yang sama. Pastikan
ruangan bersama (seperti dapur, kamar mandi) memiliki ventilasi yang
baik.
3. Anggota keluarga yang lain sebaiknya tidur di kamar yang berbeda, dan
jika tidak memungkinkan maka jaga jarak minimal 1 meter dari pasien
(tidur di tempat tidur berbeda)
4. Batasi jumlah orang yang merawat pasien. Idelanya satu orang yang benar-
benar sehat tanpa memiliki gangguan kesehatan lain atau gangguan
kekebalan. Pengunjung/penjenguk tidak diizinkan sampai pasien benar-
benar sehat dan tidak bergejala.
5. Lakukan hand hygiene (cuci tangan) segera setiap ada kontak dengan
pasien atau lingkungan pasien. Lakukan cuci tangan sebelum dan setelah
menyiapkan makanan, sebelum makan, setelah dari kamar mandi, dan
kapanpun tangan kelihatan kotor. Jika tangan tidak tampak kotor dapat

16
menggunakan hand sanitizer, dan untuk tangan yang kelihatan kotor
menggunakan air dan sabun.
6. Jika mencuci tangan menggunakan air dan sabun, handuk kertas sekali
pakai direkomendasikan. Jika tidak tersedia bisa menggunakan handuk
bersih dan segera ganti jika sudah basah.
7. Untuk mencegah penularan melalui droplet, masker bedah (masker datar)
diberikan kepada pasien untuk dipakai sesering mungkin.
8. Orang yang memberikan perawatan sebaiknya menggunakan masker
bedah terutama jika berada dalam satu ruangan dengan pasien. Masker
tidak boleh dipegang selama digunakan.Jika masker kotor atau basah
segera ganti dengan yang baru. Buang masker dengan cara yang benar
(jangan disentuh bagian depan, tapi mulai dari bagian belakang). Buang
segera dan segera cuci tangan.
9. Hindari kontak langsung dengan cairan tubuh terutama cairan mulut atau
pernapasan (dahak, ingus dll) dan tinja. Gunakan sarung tangan dan
masker jika harus memberikan perawatan mulut atau saluran nafas dan
ketika memegang tinja, air kencing dan kotoran lain. Cuci tangan sebelum
dan sesudah membuang sarung tangan dan masker.
10. Jangan gunakan masker atau sarung tangan yang telah terpakai.
11. Sediakan sprei dan alat makan khusus untuk pasien (cuci dengan sabun
dan air setelah dipakai dan dapat digunakan kembali)
12. Bersihkan permukaan di sekitar pasien termasuk toilet dan kamar mandi
secara teratur. Sabun atau detergen rumah tangga dapat digunakan,
kemudian larutan NaOCl 0.5% (setara dengan 1 bagian larutan pemutih
dan 9 bagian air).
13. Bersihkan pakaian pasien, sprei, handuk dll menggunakan sabun cuci
rumah tangga dan air atau menggunakan mesin cuci denga suhu air 60-
90C dengan detergen dan keringkan. Tempatkan pada kantong khusus dan
jangan digoyang-goyang, dan hindari kontak langsung kulit dan pakaian
dengan bahan-bahan yang terkontaminasi.

17
14. Sarung tangan dan apron plastic sebaiknya digunakan saat membersihkan
permukaan pasien, baju, atau bahan-bahan lain yang terkena cairan tubuh
pasien. Sarung tangan (yang bukan sekali pakai) dapat digunakan kembali
setelah dicuci menggunakan sabun dan air dan didekontaminasi dengan
larutan NaOCl 0.5%. Cuci tangan sebelum dan setelah menggunakan
sarung tangan.
15. Sarung tangan, masker dan bahan-bahan sisa lain selama perawatan harus
dibuang di tempat sampah di dalam ruangan pasien yang kemudian ditutup
rapat sebelum dibuang sebagai kotoran infeksius.
16. Hindari kontak dengan barang-barang terkontaminasi lainya seperti sikat
gigi, alat makan-minum, handuk, pakaian dan sprei)
17. Ketika petugas kesehatan memberikan pelayanan kesehatan rumah, maka
selalu perhatikan APD dan ikut rekomendasi pencegahan penularan
penyakit melalui droplet

B. Sarana dan Prasarana


1. Tersedianya ruang wawancara, ruang observasi, dan ruang karantina
untuk tatalaksana penumpang. Jika tidak tersedia maka menyiapkan ruang
yang dapat dimodifikasi dengan cepat untuk melakukan tatalaksana
penumpang sakit yang sifatnya sementara.
2. Memastikan alat transportasi (ambulans) penyakit menular ataupun
peralatan khusus utk merujuk penyakit menular yang dapat difungsikan
setiap saat untuk mengangkut ke RS rujukan. Apabila tidak tersedia
ambulans khusus penyakit menular, perujukan dapat dilaksanaka dengan
prinsip-prinsip pencegahan infeksi (menggunakan Alat Pelindung Diri/
APD lengkap dan penerapan disinfeksi)
3. Memastikan fungsi alat deteksi dini (thermal scanner) dan alat
penyehatan serta ketersediaan bahan pendukung.
4. Memastikan ketersediaan dan fungsi alat komunikasi untuk koordinasi
dengan unit-unit terkait.
5. Menyiapkan logistik penunjang pelayanan kesehatan yang dibutuhkan

18
6. antara lain obat-obat suportif (life-saving), alat kesehatan, APD, Health
Alert Card (HAC), dan melengkapi logistik lain, jika masih ada
kekurangan.
7. Menyiapkan media komunikasi risiko atau bahan Komunikasi, Informasi,
dan Edukasi (KIE) dan menempatkan bahan KIE tersebut di lokasi yang
tepat.
8. Ketersediaan pedoman kesiapsiagaan menghadapi COVID-19 untuk
petugas kesehatan, termasuk mekanisme atau prosedur tata laksana dan
rujukan pasien.
C. Tata Laksana Pasien di Rumah Sakit Rujukan
1. Terapi Suportif Dini dan Pemantauan
a. Berikan terapi suplementasi oksigen segera pada pasien ISPA berat
dan distress pernapasan, hipoksemia, atau syok.
b. Terapi oksigen dimulai dengan pemberian 5 L/menit dengan nasal
kanul dan titrasi untuk mencapai target SpO2 ≥90% pada anak dan
orang dewasa yang tidak hamil serta SpO2 ≥ 92%-95% pada pasien
hamil.
c. Pada anak dengan tanda kegawatdaruratan (obstruksi napas atau
apneu, distres pernapasan berat, sianosis sentral, syok, koma, atau
kejang) harus diberikan terapi oksigen selama resusitasi untuk
mencapai target SpO2
d. Semua pasien dengan ISPA berat dipantau menggunakan pulse
oksimetri dan sistem oksigen harus berfungsi dengan baik, dan semua
alat-alat untuk menghantarkan oksigen (nasal kanul, sungkup muka
sederhana, sungkup dengan kantong reservoir) harus digunakan sekali
pakai.
e. Terapkan kewaspadaan kontak saat memegang alat-alat untuk
menghantarkan oksigen (nasal kanul, sungkup muka sederhana,
sungkup dengan kantong reservoir) yang terkontaminasi dalam
pengawasan atau terbukti COVID-19.

19
2. Gunakan manajemen cairan konservatif pada pasien dengan ISPA berat
tanpa syok. Pasien dengan ISPA berat harus hati-hati dalam pemberian
cairan intravena, karena resusitasi cairan yang agresif dapat memperburuk
oksigenasi, terutama dalam kondisi keterbatasan ketersediaan ventilasi
mekanik.
3. Pemberian antibiotik empirik berdasarkan kemungkinan etiologi. Pada
kasus sepsis (termasuk dalam pengawasan COVID-19) berikan antibiotik
empirik yang tepat secepatnya dalam waktu 1 jam. Pengobatan antibiotik
empirik berdasarkan diagnosis klinis (pneumonia komunitas, pneumonia
nosokomial atau sepsis), epidemiologi dan peta kuman, serta pedoman
pengobatan. Terapi empirik harus di de-ekskalasi apabila sudah
didapatkan hasil pemeriksaan mikrobiologis dan penilaian klinis.
4. Jangan memberikan kortikosteroid sistemik secara rutin untuk pengobatan
pneumonia karena virus atau ARDS di luar uji klinis kecuali terdapat
alasan lain. Penggunaan jangka panjang sistemik kortikosteroid dosis
tinggi dapat menyebabkan efek samping yang serius pada pasien dengan
ISPA berat/SARI, termasuk infeksi oportunistik, nekrosis avaskular,
infeksi baru bakteri dan replikasi virus mungkin berkepanjangan. Oleh
karena itu, kortikosteroid harus dihindari kecuali diindikasikan untuk
alasan lain.
5. Lakukan pemantauan ketat pasien dengan gejala klinis yang mengalami
perburukan seperti gagal napas, sepsis dan lakukan intervensi perawatan
suportif secepat mungkin.
6. Pahami pasien yang memiliki komorbid untuk menyesuaikan pengobatan
dan penilaian prognosisnya. Perlu menentukan terapi mana yang harus
dilanjutkan dan terapi mana yang harus dihentikan sementara.
Berkomunikasi secara proaktif dengan pasien dan keluarga dengan
memberikan dukungan dan informasi prognostik.
7. Tatalaksana pada pasien hamil, dilakukan terapi suportif dan penyesuaian
dengan fisiologi kehamilan. Persalinan darurat dan terminasi kehamilan
menjadi tantangan dan perlu kehati-hatian serta mempertimbangkan

20
beberapa faktor seperti usia kehamilan, kondisi ibu dan janin. Perlu
dikonsultasikan ke dokter kandungan,

21
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Kegiatan Penyehatan Ruang Bangunan dan Halaman merupakan kegiatan
perencanaan, pengawasan dan pemantauan suatu keadaan atau kondisi
ruang bangunan dan halaman yang bebas dari bahaya atau risiko minimal
untuk terjadinya infeksi nosokomial dan masalah kesehatan keselamatan
kerja. Untuk perlu adanya pengawasan dalam upaya mencegah terjadinya
pengaruh buruk terhadap pasien, petugas maupun pengunjung rumah sakit
itu sendiri.
2. Coronavirus adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit
mulai dari gejala ringan sampai berat. Berdasarkan bukti ilmiah, COVID-
19 dapat menular dari manusia ke manusia melalui kontak erat dan
droplet, tidak melalui udara. Orang yang paling berisiko tertular penyakit
ini adalah orang yang kontak erat dengan pasien COVID-19 termasuk
yang merawat pasien COVID-19.Selain itu menerapkan Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi (PPI) saat berada di fasilitas kesehatan terutama unit
gawat darurat. Untuk itu sangat perlu diperhatikan sanitasi ruangan
khusus penderita covid-19 baik dari faktor fisik, kimia dan biologis yang
ada dalam ruangan penderita.
B. Saran
Sebaiknya dilakukan sosialisasi baik itu kepada petugas kesehatan
maupun masyarakat mengenai saitasi ruangan rumah sakit baik itu untuk
penderita covid-19 maupun bukan untuk mencegah terjadinya infeksi maupun
tertularnya penyakut-penyakit menular khususnya covid-19.

22
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2020. Ini Syarat Bagi Rumah Sakit Rujukan yang Tangani Pasien
Covid-19. PT. Kompas Cyber Media. https://www.google.com/amp/s/amp
.kompas.com/nasional/read/2020/03/18/15014751/ini-syarat-bagi-rumah-
sakit-rujukan-yang-tangani-pasien-covid-19. (Diakses pada 23 April 2020).

Endradita, Galih. 2017. Persyaratan Sanitasi Lingkungan Rumah Sakit Di


Indonesia/Dr.Galih Endradita M.
https://www.google.com/amp/s/galihendradita.wordpress.com/2017/04/07/65
6/amp/. (Diakses pada 23 April 2020)

Kemkes. 2020. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian-Kementerian


Kesehatan. https://www.kemkes.go.id>2...PDF. (Diakses pada 23 April
2020).

Kemendagri. 2020. Buku Pedoman COVID-19-Kemendagri.


https://www.kemendagri.go.id>...PDF . (Diakses pada 23 April 2020).

Nurjanah. 2013. Manajemen Rumah Sakit.


Nurjanahmatkul.blogspot.com/2013/12/sanitasi-rs.html?m=1. (Diakses pada
23 April 2020).

Suryaden. 2020. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi COVID-19.


https://www.google.com/amp/s/www.joglobang.com/komunitas/pencegahan-
pengendalian-infeksi-covid-19%3fan. (Diakses pada 23 April 2020).

WHO. 2020. Air, Sanitasi, Higiene, dan Pengelolaan Limbah-World Health


Organization. https://www.who.int>covid19PDF. (Diakses pada 23 April
2020).

23

Anda mungkin juga menyukai