Anda di halaman 1dari 63

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT

Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit


Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 7 tahun 2019 tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
Jakarta, 28 Oktober 2019

dr. Imran Agus Nurali, Sp.KO


Direktur Kesehatan Lingkungan
RUMAH SAKIT DI INDONESIA
Perkembangan Jumlah RS di Indonesia
2799 2818 2808

2600
2.808
2487
2408
RumahSakit
TAHUN 2019

2014 2015 2016 2017 2018 2019

RS Awal Bros RS Awal Bros


Eka Hospital
RSUPN dr. Ciptomangunkusumo
727 922
2.004 RSUP dr. M. Hoesin RSJPD Harapan Kita
RSUP Fatmawati RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo

RSPAD Gatot Subroto

46
RumahSakit RSUP dr. Hasan Sadikin
RSUP dr. Kariadi
RS Premier
176 RS Awal Bros RSUP dr. Sardjito
133 Tersertifikasi
Akreditasi Nasional
Eka Hospital
RS Siloam Lippo Village
RS Premier Bintaro
RS Premier Jatinegara
RS Pondok Indah
RSUP Sanglah
RS Siloam 26
PERDANA DASAR MADYA
RS Siloam Kebon Jeruk RS Puri Indah
RS Mata Kedoya JEC RumahSakit
RS Awal Bros Bekasi

UTAMA PARIPURNA Tersertifikasi


RS Swasta Kemenkes TNI
Akreditasi Internasional
PRIORITAS PENGELOLAAN KESEHATAN
LINGKUNGAN RUMAH SAKIT

1. Pemenuhan tuntutan 2. Pemenuhan standar 3. Pemenuhan standar


masyarakat atas quality and Akreditasi KARS/JCI Green Hospital
safety pada pelayanan RS
berbasis Kesling (Sehat,
nyaman dan selamat serta
ramah lingkungan)

4. Mendukung pencapaian PROPER (?) 5. Mendukung penilaian Kab/Kota Sehat


Rancangan Strategi Pembangunan Kesehatan 2020-2024

Peningkatan kesehatan Percepatan Peningkatan pengendalian Penguatan Gerakan Peningkatan


ibu, anak KB, dan perbaikan gizi penyakit Masyarakat Hidup Sehat pelayanan kesehatan
kesehatan reproduksi masyarakat (Germas) Baseline 2024
dan pengawasan
obat dan makanan

Meningkatnya kinerja 2. Fasilitas kesehatan tingkat pertama


sistem kesehatan &
40 85
terakreditasi (%) (Kemkes, 2018)
Meningkatnya pemerataan
akses pelayanan kesehatan 3. RS terakreditasi (%) 63 95
(Kemkes, 2018)
berkualitas

Pengelolaan limbah menjadi prasyarat dan aspek penilaian akreditasi faskes

4
PROGRAM KESEHATAN LINGKUNGAN
RUMAH SAKIT
Umum
 Kegiatan pencegahan
Untuk mendukung upaya peningkatan pelayanan
dan pengendalian
rumah sakit berbasis kesehatan lingkungan
berbagai faktor
Khusus
lingkungan di rumah sakit
• Melindungi lingkungan hidup dari pencemaran
yang dapat menimbulkan
• Mencegah terjadinya infeksi rumah sakit
masalah pencemaran dan
• Mecegah terjadinya gangguan kesehatan dan
kontaminasi lingkungan, TUJUAN keselamatan kerja
infeksi serta kesehatan
• Meningkatkan estetika dan kenyamanan
dan kecelakaan kerja,
lingkungan
serta menurunkan
• Memelihara umur hidup fasilitas dan
kualitas pelayanan di
infrastruktur
rumah sakit
• Memenuhi aspek legal bidang kesehatan dan
lingkungan hidup
Lingkup Penyehatan Air
Penyehatan Udara
Pelayanan Kesehatan Lingkungan Penyehatan Pangan Siap Saji
Rumah Sakit Penyehatan Sarana dan Bangunan
Pengendalian Vektor dan Binatang Pembawa
Penyakit
Pengamanan Limbah Padat B3 dan Limbah
Non B3
Pengamanan Limbah Cair
Pengamanan Limbah Gas
Pengamanan Radiasi
Pengawasan Linen
Pengawasan Dekontaminasi melalui Disinfeksi
dan Sterilisasi
Pengawasan Pekerjaan Konstruksi Rumah
Sakit
Pengawasan Rumah Sakit Hijau dan Sehat
Pengawasan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Fasilitas Kesehatan Lingkungan
Promosi Kesehatan Lingkungan
Peraturan Menteri Kesehatan No. 7 tahun 2019 tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit

Penyelenggaraan Basis: Rumah Sakit Ramah Lingkungan


Kesehatan Lingkungan (Green Hospital)
Rumah Sakit

Penyehatan Pengamanan Pengendalian Pengawasan

Air,
Udara, Vektor Linen,
1.Limbah
Tanah, Binatang Pembawa Dekontaminasi,
2.Radiasi
Pangan, Penyakit Konstruksi/Renovasi
Sarana Prasarana
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 7 TAHUN 2019
TENTANG
KESEHATAN LINGKUNGAN RUMAH SAKIT

ISI
STANDAR BAKU MUTU PERSYARATAN KESEHATAN LINGKUNGAN
1. PANGAN SIAP SAJI
1. AIR 2. SARANA BANGUNAN
2. UDARA 3. VEKTOR DAN BINATANG PEMBAWA PENYAKIT
3. TANAH 4. LIMBAH
5. RADIASI
6. LINEN
7. KONSTRUKSI DAN RENOVASI BANGUNAN

PENYELENGGARAAN
KESEHATAN LINGKUNGAN
TUJUAN

a. mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat bagi


rumah sakit baik dari aspek fisik, kimia, biologi,
radioaktivitas maupun sosial;
b. melindungi sumber daya manusia rumah sakit,
pasien, pengunjung dan masyarakat di sekitar rumah
sakit dari faktor risiko lingkungan; dan
c. mewujudkan rumah sakit ramah lingkungan.
STANDAR BAKU MUTU DAN PERSYARATAN KESEHATAN
PENYEHATAN AIR

Standar Baku Mutu Air


1. Standar baku mutu air untuk minum (sesuai Peraturan Menteri Kesehatan No.
492/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum)
2. Standar baku mutu air untuk keperluan higiene sanitasi (sesuai Peraturan Menteri
Kesehatan No. 32/2017 tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan
Persyaratan Kesehatan Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per
Aqua, dan Pemandian Umum)
3. Standar baku mutu air untuk hemodialisis dan kegiatan laboratorium
4. Air yang digunakan untuk menunjang operasional kegiatan pelayanan rumah sakit
harus memenuhi standar baku mutu air yang telah ditentukan, antara lain untuk:
Ruang Operasi, Ruang Hemodialisis, Ruang Farmasi, Boiler, Cooling Tower
STANDAR BAKU MUTU DAN PERSYARATAN KESEHATAN
PENYEHATAN AIR
Standar Baku Mutu Air
Standar Kebutuhan Air Menurut Kelas Rumah Sakit Standar Baku Mutu Kualitas Biologi Air
dan Jenis Rawat untuk Hemodialisis
STANDAR BAKU MUTU DAN PERSYARATAN KESEHATAN
PENYEHATAN AIR

Persyaratan Penyehatan Air

1. Air untuk keperluan air minum, higiene sanitasi, dan keperluan khusus harus
memberikan jaminan perlindungan kesehatan dan keselamatan pemakainya
2. Rumah sakit harus menyediakan air minum minimum 5 lilter/Tempat
Tidur/hari, dibedakan antara rumah sakit kelas A dan B dengan rumah sakit
kelas C dan D, karena perbedaan jenis layanan kesehatan
3. Rumah sakit harus mempunyai cadangan sumber air untuk mengatasi
kebutuhan air dalam keadaan darurat
4. Dilakukan Pemeriksaan air untuk parameter kimia dilaksanakan setiap 6 (enam)
bulan sekali dan untuk parameter biologi setiap 1 (satu) bulan sekali
PENYELENGGARAAN
Penyehatan Air
Upaya penanganan kualitas dan kuantitas air di
rumah sakit yang terdiri dari air untuk keperluan:
• higiene sanitasi
• air minum
• air untuk pemakaian khusus (HD, Lab)
1. Pipa air untuk keperluan higiene dan sanitasi dan fasilitas pendukungnya 
bahan yang tidak menimbulkan korosif pada air dan tanpa timbal (ramah
lingkungan).
2. Tangki penampungan air untuk keperluan higiene dan sanitasi  kedap air,
terlindungi dari serangga dan binatang pembawa penyakit dan dilengkapi
dengan fasilitas pengaman/proteksi.
3. Melakukan pengawasan kualitas air ; IKL, Uji laboratorium dan anaisis
risiko.
4. Melakukan pembersihan, pengurasan, pembilasan menggunakan
desinfektan pada tangki penampungan air setiap 6 (enam) bulan.
STANDAR BAKU MUTU DAN PERSYARATAN KESEHATAN
PENYEHATAN UDARA

Standar Baku Mutu Udara

1. Baku mutu parameter mikrobiologi udara  angka kuman untuk


setiap ruang/unit
2. Baku mutu parameter fisik  laju ventilasi, suhu, kelembaban,
tekanan, pencahayaan, kebisingan, dan partikulat sesuai dengan
jenis ruangan
3. Baku mutu parameter kimia udara menjamin kualitas udara
dengan konsentrasi gas dalam udara ruangan
STANDAR BAKU MUTU DAN PERSYARATAN KESEHATAN
PENYEHATAN UDARA
Standar Baku Mutu Udara
Standar Baku Mutu Mikrobiologi Udara Standar Baku Mutu Partikulat Udara
STANDAR BAKU MUTU DAN PERSYARATAN KESEHATAN
PENYEHATAN UDARA
Standar Baku Mutu Udara

Standar Baku Mutu Kualitas Kimia Bahan Pencemar Udara


Ruang
STANDAR BAKU MUTU DAN PERSYARATAN KESEHATAN
PENYEHATAN UDARA

Persyaratan Penyehatan Udara

1. Pemeliharaan kualitas udara ruangan rumah sakit untuk


menjamin agar udara tidak berbau (terutama bebas dari
H2S dan amoniak) dan tidak mengandung debu asbes.
2. Persyaratan pencahayaan, suhu udara ruang, dan
kebisingan
PENYELENGGARAAN
Penyehatan Udara

1. Kualitas udara ruangan harus selalu dipelihara agar tidak


berbau, tidak mengandung debu dan gas, termasuk debu
asbes yang melebihi ketentuan.
2. Seluruh ruangan di rumah sakit didisain agar memenuhi
ketentuan penghawaan ruangan
STANDAR BAKU MUTU DAN PERSYARATAN KESEHATAN
PENYEHATAN TANAH

Standar Baku Mutu Tanah

1. Baku mutu kimia tanah yang berkaitan dengan


kesehatan masyarakat
2. Baku mutu radioaktivitas tanah secara internasional
belum ditetapkan
STANDAR BAKU MUTU DAN PERSYARATAN KESEHATAN
PENYEHATAN TANAH

Persyaratan Penyehatan Tanah

1. RS sebaiknya dibangun di atas tanah yang tidak tercemar


oleh kontaminan biologi, kimia dan radioaktivitas
2. RS yang akan dibangun di tanah yang tercemar, maka
tanah tersebut harus melalui proses dekontaminasi/
pemulihan kembali sesuai dengan ketentuan peraturan
penundang-undangan.
PENYELENGGARAAN
Penyehatan Tanah

Melakukan upaya pencegahan penurunan kualitas


tanah, dengan menjaga kondisi tanah dengan tidak
membuang kontaminan limbah yang menyebabkan
kontaminasi biologi, kimia dan radioaktivitas, seperti
lindi, abu insinerator dan lumpur IPAL
STANDAR BAKU MUTU DAN PERSYARATAN KESEHATAN
PENYEHATAN PANGAN SIAP SAJI
Standar Baku Mutu Pangan Siap Saji

Standar baku mutu dan persyaratan kesehatan untuk


pangan siap saji sesuai dengan ketentuan Peraturan
Menteri Kesehatan yang mengatur mengenai standar
baku
(Permenkes No. 1096 Tahun 2011 ttg Higiene
Sanitasi Jasa Boga)
STANDAR BAKU MUTU DAN PERSYARATAN KESEHATAN
PENYEHATAN PANGAN SIAP SAJI
Persyaratan Penyehatan Pangan Siap Saji

1. Pengelolaan pangan siap saji di RS merupakan pengelolaan jasa boga


golongan B  RS, asrama jemaah haji, asrama transito, pengeboran
lepas pantai, perusahaan serta angkutan umum dalam negeri.

2. Rumah makan/restoran dan kantin yang berada di dalam lingkungan


rumah sakit harus mengikuti ketentuan mengenai standar baku mutu
dan persyaratan kesehatan untuk pangan siap saji.
PENYELENGGARAAN
Penyehatan Pangan Siap Saji

Upaya pengawasan, pelindungan, dan peningkatan kualitas


higiene dan sanitasi pangan siap saji agar mewujudkan
kualitas pengelolaan pangan yang sehat, aman dan
selamat
1. Tempat Pengolahan Pangan
2. Peralatan masak
3. Penjamah Pangan
4. Kualitas Pangan
5. Pengangkutan Pangan
6. Penyajian Pangan
7. Pengawasan Higiene dan Sanitasi Pangan
STANDAR BAKU MUTU DAN PERSYARATAN KESEHATAN
PENYEHATAN SARANA BANGUNAN
Persyaratan Penyehatan Sarana Bangunan
1. Standar baku mutu dan persyaratan kesehatan sarana dan bangunan sesuai dengan
ketentuan Peraturan Menteri Kesehatan yang mengatur mengenai persyaratan
teknis bangunan dan prasarana rumah sakit (Permenkes No. 24 Tahun 2016 ttg
Persyaratan Teknis Bangunan dan Prasarana RS)
2. Persyaratan fasilitas toilet dan kamar mandi yaitu:
1. Terpelihara serta dalam keadaan bersih
2. Lantai kuat, kedap air, tidak licin, berwarna terang, mudah dibersihkan dan tidak boleh menyebabkan genangan
3. Setiap unit ruangan harus tersedia toilet (jamban, peturasan dan tempat cuci tangan) tersendiri.
4. Pembuangan air limbah dari toilet dan kamar mandi dilengapi dengan penahan bau (water seal)
5. Letak toilet dan kamar mandi tidak berhubungan langsung dengan dapur, kamar operasi, dan ruang khusus
lainnya
6. Lubang penghawaan harus berhubungan langsung dengan udara luar
7. Dan seterusnya
PENYELENGGARAAN
Penyehatan Sarana dan Bangunan

1. Pembersihan ruangan
2. Pengaturan kebisingan (pengendalian sumber
bising, pengaturan tata letak ruangan)
3. Pengaturan kecahayaan di setiap ruangan
4. Fasilitas sanitasi (air, sampah)
STANDAR BAKU MUTU DAN PERSYARATAN KESEHATAN
PENGAMANAN LIMBAH
Standar baku mutu dan persyaratan kesehatan pengamanan limbah sesuai
dengan ketentuan Peraturan Perundangan yang berlaku terkait:

Limbah Limbah B3
Limbah Cair Limbah Gas
Domestik Fasyankes
STANDAR BAKU MUTU DAN PERSYARATAN KESEHATAN
PENGAMANAN RADIASI

Standar baku mutu dan persyaratan kesehatan pengamanan radiasi sesuai


dengan ketentuan Peraturan Perundangan yang berlaku terkait:

1. Pemanfaatan peralatan pemajanan radiasi dan penggunaan zat radioaktif


2. Pembatasan Dosis Penerimaan dosis radiasi terhadap pekerja atau
masyarakat
3. Penerapan sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja terhadap
Pemanfaatan Radiasi Pengion.
PENYELENGGARAAN
Pengamanan Radiasi

1. Rumah sakit yang memanfaatkan peralatan dengan memajankan


radiasi dan menggunakan zat radioaktif  memperoleh izin dari
Badan Pengawas Tenaga Nuklir
2. Sistem Pembatasan Dosis Penerimaan dosis radiasi terhadap
pekerja atau masyarakat tidak boleh melebihi nilai batas dosis yang
ditetapkan oleh Badan Pengawas Tenaga Nuklir
3. Menerapkan sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja
terhadap Pemanfaatan Radiasi Pengion.
STANDAR BAKU MUTU DAN PERSYARATAN KESEHATAN
PENGENDALIAN VEKTOR DAN BINATANG PEMBAWA PENYAKIT

Standar baku mutu dan persyaratan kesehatan vektor dan


binatang pembawa penyakit sesuai dengan ketentuan
Peraturan Menteri Kesehatan yang mengatur mengenai
standar baku mutu dan persyaratan kesehatan vektor dan
binatang pembawa penyakit
(Permenkes No. 374 Tahun 2010 tentang Pengendalian
Vektor)
PENYELENGGARAAN
Pengendalian Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit

1. Upaya untuk mencegah dan mengendalikan populasi


serangga, tikus, dan binatang pembawa penyakit lainnya
sehingga keberadaannya tidak menjadi media penularan
penyakit.
2. Upaya pengendalian vektor dan binatang pembawa
penyakit diselenggarakan sesuai dengan ketentuan
Peraturan Menteri
PENYELENGGARAAN
Pengawasan Linen (Laundry)

1. Suhu air untuk pencucian 70°C dalam waktu 25 menit atau


95°C dalam waktu 10 menit.
2. Penggunaan jenis deterjen dan disinfektan untuk proses
pencucian dilengkapi Informasi Data Keamanan Bahan
(MSDS)
3. Pencucian dapat bekerjasama dengan pihak lain yang
memenuhi persyaratan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan, serta dilakukan pengawasan
penyelenggaraan linen secara rutin oleh pihak rumah sakit
PENYELENGGARAAN
Pengawasan Dekontaminasi Melalui Disinfeksi dan Sterilisasi Linen (Laundry)

1. Disinfeksi  upaya untuk mengurangi/menghilangkan jumlah


mikroorganisme patogen penyebab penyakit (tidak termasuk
spora) dengan cara fisik dan kimiawi.
2. Sterilisasi adalah upaya untuk menghilangkan semua
mikroorganisme dengan cara fisik dan kimiawi.
3. Sterilisasi untuk ruang operasi dan ruang isolasi harus bebas
dari mikroorganisme hidup
4. Kamar/ruang operasi yang telah dipakai harus dilakukan
disinfeksi dan disterilisasi sampai aman untuk dipakai pada
operasi berikutnya.
PENYELENGGARAAN
Pengawasan Kegiatan Konstruksi/Renovasi Bangunan

1. Upaya pencegahan, pengendalian dan pengawasan berbagai sumber


pengotoran, pencemaran dan penularan penyakit pada area kegiatan
konstruksi dan/atau renovasi bangunan di rumah sakit
2. Penanganan sampah, air limbah di bedeng pekerja dan area proyek
3. Pengelolaan lingkungan lokasi proyek konstruksi/renovasi bangunan
dan bedeng pekerja
4. Kewajiban persyaratan kesehatan lingkungan dalam dokumen
kontrak
PENYELENGGARAAN
Pengamanan Limbah
LIMBAH
Limbah Padat
Limbah B3 Limbah Cair Limbah Gas
Domestik

Pengurangan Identifikasi Sistem Pemantauan


dan Pemilahan limbah Penyaluran dan Pelaporan

Penyediaan Pengurangan Pengelolaan


Memiliki IPAL
Fasilitas dan Pemilahan sesuai standar

Penanganan Pewadahan dan Pemantauan Penyediaan


Vektor pengangkutan dan Pelaporan Fasilitas

Penyimpanan Baku Mutu

Pengolahan
Jenis Limbah Fasyankes Berdasarkan Karakteristiknya

Limbah tajam Termometer &


1% tabung rusak
1%

Limbah kimia &


farmasi
3%

Limbah infeksius
& patologi Limbah domestik
15% 80%

Limbah domestik Limbah infeksius & patologi Limbah kimia & farmasi
PERMEN LHK Nomor: P.56/MenLHK-
Sekjen/2015 PP No. 47 tahun 2016 tentang
Tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis
Pengelolaan Limbah B3 dari FASYANKES
Fasyankes :
• Mengatur Terhadap Fasilitas Pelayanan Jenis Fasilitas Pelayanan Kesehatan sebagaimana
Kesehatan Meliputi: dimaksud dalam Pasal 3 terdiri atas:
a. Pusat Kesehatan Masyarakat;  Tempat praktik mandiri Tenaga Kesehatan;
b. Klinik Pelayanan Kesehatan Atau Sejenis;  Pusat kesehatan masyarakat;
Dan  Klinik;
c. Rumah Sakit  Rumah Sakit;
 Apotek;
• Limbah B3 Yang Diatur Meliputi Limbah:  Unit Transfusi Darah;
Dengan Karakteristik Infeksius; Benda Tajam,  Laboratorium Kesehatan;
Patologis, Bahan Kimia Kedaluwarsa,  Optikal;
Tumpahan, Atau Sisa Kemasan, Radioaktif,  Fasilitas Pelayanan Kedokteran untuk
Farmasi, Sitotoksik, Peralatan Medis Yang kepentingan hukum; dan
Memiliki Kandungan Logam Berat Tinggi; Dan  Fasilitas Pelayanan Kesehatan tradisional.
Tabung Gas Atau Kontainer Bertekanan.
Ada SELISIH antara
DISTRIBUSI Lokasi FASYANKES TIMBULAN LIMBAH dengan
Pengolah Swasta TIDAK  Rumah sakit (2820)  Optikal KAPASITAS PENGOLAHAN
MERATA  Puskesmas (9825)  Fasilitas Pelayanan
 Klinik (7641) Kedokteran untuk
 Laboratorium Kesehatan kepentingan hukum
 Apotek (26.418)  Fasyankes tradisional
 Unit Transfusi Darah  Tempat Praktek Mandiri -
- Incinerator Fasyankes Berizin
Pengolahan oleh Perusahaan TIMBULAN LIMBAH
(87 RS)
Pengolah Limbah B3 untuk 294,66 ton/hari ++ - Izin Autoclav 2 RS
Limbah Medis (10 Perusahaan  - Proses Insenerator 18 RS
7 di P. Jawa, 1 di P. Kalimantan, 1 - Proses Autoclav 2 RS
di Sumatera, 1 di Sulawesi) Data KLHK per Juli 2019
Data Feb 2019 SELISIH:
70,432 ton/hari ─ ─

KAPASITAS: KAPASITAS:
171,108 ton/hari ++ 53,12 ton/hari ++
Data Limbah Terolah tahun 2018

Limbah Timbulan Limbah MedisTerolah


Medis yang Limbah Jasa Pihak Kiln Semen RS
Dihasilkan Medis Ketiga (tonase) berizin
(tonase) (tonase) (tonase)
Satu hari 294,66 115,68 - 54,20

Satu tahun 107.550,9 42.223,2 485,73 19.783,00

Persentase terolah 58,10%

*Pengolahan limbah B3 adalah proses untuk mengurangi dan/atau menghilangkan sifat bahaya dan/atau sifat
racun (PP 101 Tahun 2014)

Sumber data: KLHK, 2019


RUMAH SAKIT YANG MENGELOLA LIMBAH MEDIS
SESUAI ATURAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2019
TRIWULAN II 2019
100.00%
96.86%

94.95%

90.00%
77.27%

76.00%

80.00%
70.10%

69.57%

70.00% 69.23%

56.14%

55.56%

55.17%

53.33%

52.20%
60.00%

50.00%

45.28%

42.73%
50.00%

40.59%

39.70%
Target sampai akhir 2019 diharapkan dapat

36.36%
40.00%
mencapai : 50%

29.41%

27.50%

21.88%
30.00%

20.69%

20.45%

17.50%

16.95%

15.58%

13.44%

12.33%

12.00%

11.54%
20.00%

10.67%

7.14%

5.71%

2.22%
10.00%

1.59%
0.00%
Peta Sebaran Kapasitas RS mengolah limbah medis
dengan Insenerator berizin
s/d Oktober 2018

Sumatera Utara
Kapasitas: 2.680 Kg/ Hari
Kalimantan Timur
Kapasitas: 2.680 Kg/ Hari
Riau
Kapasitas: 240 Kg/ Hari
Jambi
Kapasitas: 2.000 Sulawesi Tengah
Kg/ Hari Bangka Belitung Kapasitas: 2.160 Kg/ Hari
Kalimantan Selatan
Kapasitas: 320 Kapasitas: 3.720 Kg/ Hari
Kg/Hari
Sumatera Selatan
Kapasitas: 3.400 DKI Jakarta
Kg/ Hari Kapasitas: 5.200
Kg/ Hari Kalimantan Tengah Sulawesi Selatan
Kapasitas: 1.600 Kg/ Kapasitas: 3.680 Kg/ Hari
Banten Hari
Kapasitas: 400 Kg/Hari Nusa Tenggara Barat
Kapasitas: 800 Kg/ Hari
Jawa Barat
Kapasitas: 3.400 Kg/Hari Jawa Tengah Nusa Tenggara Timur
Kapasitas: 3.120 Kg/Hari Jawa Timur Kapasitas: 400 Kg/ Hari
Kapasitas: 17.320 Kg/ Hari

Sumber: KLHK, 2018 Jumlah Insinerator RS Berizin: 63 RS


Kapasitas Total: 53,12 Ton/ Hari
Peta Sebaran Kapasitas Pengolah limbah medis
swasta yang berizin
s/d Februari 2019

Kalimantan Timur (1)


Kapasitas: 21,60 Ton/ Hari
Batam (1)
Kapasitas : 16,2 Ton/Hari

Jawa Tengah )1)


Banten (2) Kapasitas : 17,28 Ton/Hari
Kapasitas : 43,308 Ton/Hari
Sulawesi Selatan (1*)
DKI Jakarta (1) Kapasitas : 2,4 Ton/Hari
Kapasitas : 15,12 Ton/Hari

Jawa Barat (2) Jawa Timur (1)


Kapasitas : 43,2 Ton/Hari Kapasitas : 14,40 Ton/Hari

Jumlah Insinerator Jasa Berizin: 10 perusahaan


Kapasitas Total: 171,108 Ton/ Hari
Sumber: KLHK, 2019
Surat Edaran Dirjen Farmalkes
Nomor HK.02.02/V/0720/2018
Tentang Penetapan Masa
Berlaku Izin Edar dan Peredaran
Alat Kesehatan yang
Mengandung Merkuri
Setiap Fasyankes WAJIB:
• Memiliki Tempat Penyimpanan
Sementara (TPS) Limbah B3
• Mengurus Izin TPS Limbah B3 di
Kabupaten/Kota masing-masing
• Mentaati persyaratan teknis TPS
Limbah B3
• Tidak melakukan pembelian dan
menghentikan pemakaian alkes
mengandung merkuri
• Melakukan pengumpulan alkes
mengandung merkuri di TPS
Limbah B3
Surat Edaran Dirjen Yankes
Nomor HK.02.02/I/2899/2019
tentang Penghapusan dan
Penarikan Alat Kesehatan
Bermerkuri
Surat Edaran Dirjen Farmalkes
Nomor HK.02.02/VI/1455/2019
Tentang Penarikan dan
Penghapusan Alat Kesehatan
Mengandung Merkuri
PERMENKES NO. 41 TAHUN 2019
TENTANG
PENGHAPUSAN DAN PENARIKAN
ALAT KESEHATAN BERMERKURI DI
FASYANKES
PENGELOLAAN LIMBAH B3 FASYANKES
MEKANISME PENGATURAN
Berdasarkan Permenlhk No. P-56/2015 Berdasarkan Permenlhk No. P-56/2015

LANGKAH 1 • Pengurangan dan Pemilahan Kewajiban Penghasil

Izin Penyimpanan diterbitkan oleh


LANGKAH 2 • Pewadahan & Penyimpanan Kab/kota

LANGKAH 3 • Pengangkutan Persetujuan oleh Dinas LH kab/kota

LANGKAH 4 • Pengolahan Izin Pengolahan diterbitkan oleh KLHK

Persetujuan oleh Dinas LH kab/kota


LANGKAH 5 • Penguburan

Persetujuan oleh Dinas LH kab/kota


LANGKAH 6 • Penimbunan
DISINFEKSI LB3 menjadi Limbah Non B3

49
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
TAHAPAN PENANGANAN LIMBAH Kehutanan No. P.56/Menlhk-Sekjen/2015
dengan DISINFEKSI KIMIA tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis
Pengelolaan Limbah B3 dari FASYANKES

PENGOSONGAN

Kemasan bekas B3
PEMBERSIHAN
Spuit bekas Residu/
Pihak ke-3 Pengepul
Limbah Non
Bahan Daur Ulang
Botol infus bekas B3
DISINFEKSI
Bekas kemasan HD

PENGHANCURAN/ Sanitary Landfill/


PENCACAHAN
Controlled Landfill

CONTOH PENGOSONGAN
PROSES DAUR ULANG CUCI + BILAS DISINFEKSI KHLORIN 0,5%
Botol INFUS dan
JERIGEN HD
(PermenLHK p.56 tahun
2015) SURAT
JALAN

PACKING
ANGKUT KE PABRIK POTONG/CACAH
PEMILAHAN LIMBAH PADAT
DARI UNIT PELAYANAN RSUP DR. SARDJITO
medis Infeksius non-
Benda tajam/Botol tajam non-medis Botol infus ,
Jerigen HD

INFEKSIUS SITOTOKSIS

CONTOH
JERIGEN HD
TAJAM Botol Infus
NON MEDIS

TPS B3

Insenerator
INCENERATOR/ KOMPOS 3R
PIHAK ke 3 TPA
METODE LAIN BANK SAMPAH
BUKU
KEUNTUNGAN BANK SAMPAH TABUNGAN BANK
BUKU SAMPAH
TABUNGAN
Reduksi sampah
Perbaikan sistem (data base limbah
dan pengelolaan satu pintu)
Efisiensi Biaya RS
Mencegah pencemaran
Mencegah penularan penyakit/infeksi
Aspek hukum dan sosial
Ekonomi bagi nasabah dan pengelola
Nasabah Nasabah
Percontohan bagi RS lain (Sebagai lokasi Perorangan Unit
Kunjungan/Studi Banding)
53
SKENARIO PENGOLAHAN LIMBAH
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
PENGOLAHAN
LIMBAH
FASYANKES

 Recycle
Non Insenerator berizin  Non Insenerator
Insenerator berizin
Off-site berizin On-site
 Insenerator berizin
/ pihak ke 3

Pihak ke-3
Fasyankes Pemda (BUMD) RS Mandiri
(swasta)
KONDISI IDEAL : PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS FASYANKES BERBASIS WILAYAH

SUMBER LIMBAH
Recycle Pengumpul

• Pengurangan limbah RS Limbah plastik


(non Insenerasi)
• Pemilahan : plastik, tajam, PENGOLAHAN
pathologis
EXTERNAL
PUSKESMAS DGN INSENERATOR
• Limbah plastic : Non
insenerasi  recycle Limbah BERIZIN ABU
pathologis (BUMD/UPT/ SWASTA)
• Limbah infeksius KLINIK
pathologis : ke pengolah
Solidifikasi/
Insenerator berizin Depo
inertisasi
Penyimpanan
• Limbah tajam, botol kaca : FASYANKES
tidak utuh dan disinfeksi LAIN Limbah tajam, botol Sanitari Landfil
(non Insenerasi)

PENGOLAHAN INTERNAL
(Pra-pengolahan) PENGOLAHAN EXTERNAL
PENGURANGAN DALAM FASYANKES
(INTERNAL)

PEMILAHAN

PEWADAHAN

TAHAPAN PENGELOLAAN PENGANGKUTAN INTERNAL


LIMBAH MEDIS dan
PEMBAGIAN PERAN PENYIMPANAN SEMENTARA
(RS, PUSKESMAS, KLINIK PERJANJIAN
DAN FASYANKES LAIN) KERJASAMA
PENGANGKUTAN EKSTERNAL

PUSAT DAUR ULANG DEPO PEMINDAHAN

PENGOLAHAN OFF-SITE
LUAR FASYANKES
(EXTERNAL)
PENIMBUNAN
COOL STORAGE
DI PUSKESMAS
COOL
STORAGE
DI DEPO
PEMINDAHAN
Off-site Central treatment – Tersedia pengolahan limbah
terpadu dari fasyankes sebagai fasilitas perkotaan

Central Plant
MANFAAT
• Berkurangnya volume limbah medis yang perlu dikerjasamakan dengan
pengolah limbah sebagai pihak ke-3
• Mencegah terjadinya dampak pencemaran lingkungan baik di lingkungan
RS maupun masyarakat di luar RS
• Mencegah terjadinya infeksi dan keselamatan terhadap petugas
Fasyankes
• Mencegah terjadinya penyalahgunaan konsep reuse, reduce dan recycle
limbah, yang berpotensi menjadi kasus hukum
• Bagi Pemerintah daerah yang melakukan pengelolaan limbah medisnya
dengan benar dan sistematis, sehingga dapat dilakukan secara efisien dan
efektif serta dapat memberikan nilai tambah secara ekonomi bagi
wilayahnya.
EFISIENSI BIAYA PENGELOLAAN LIMBAH
DENGAN DAUR ULANG DI RSUP DR. SARDJITO
EFISIENSI
JENIS LIMBAH TIMBULAN
(Rp/tahun) (%)
Medis (botol infus, 1,696 ton/bulan
360.398.500
jerigen HD) 20,35 ton/tahun 7,62

Domestik 8,07 Ton/bulan


249.802.000 53,38
96,84 Ton/tahun
Kebijakan
tertuliis dan
komitmen
1. Penilaian internal oleh RS
pimpinan
2. Penilaian eksternal dengan
mekanisme Akreditasi, PROPER Penilaian Perencanaan
kesehatan dan
lingkungan organisasi
PENDUKUNG
PENYELENGGARAAN
KESEHATAN
LINGKUNGAN 1. Tenaga kesehatan lingkungan
Pencatatan 2. Peralatan kesehatan lingkungan
dan Sumber daya
pelaporan

1. Pencatatan dengan IKL dan formulir Pelatihan


oleh unit kerja kesling kesehatan
2. Pelaporan kepada pimpinan RS dan lingkungan 1. Kurikulum terakreditasi Kemenkes
instansi pemerintah sesuai peraturan 2. Diselenggarakan oleh Pemerintah, Pemda, Lembaga
pelatihan terakreditasi
Arahan:
1. Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota menjalankan
fungsi dan peran Pengawasan dengan acuan Permenkes No. 7
tahun 2019 tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit beserta
instrumen Inspeksi Kesehatan Lingkungan yang hasilnya dapat
dijadikan sebagai acuan untuk Pembinaan

2. Rumah Sakit menggunakan Permenkes No. 7 tahun 2019 tentang


Kesehatan Lingkungan sebagai acuan dalam menyelenggarakan
upaya kesehatan lingkungan yang mendukung pelayanan Rumah
Sakit, akreditasi dan program lainnya yang diikuti oleh Rumah
Sakit

terima kasih

Anda mungkin juga menyukai