Anda di halaman 1dari 55

Pedoman Kesehatan Lingkungan

BAB I
PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG

Rumah sakit adalah salah satu industri jasa dimana terdapat banyak sekali
bahaya dan resikonya, meliputi bahaya fisik, kimia, biologi, ergonomik dan
psikososial yang harus dikelola dengan baik sehingga fasilitas dan
lingkungan kerjanya aman, sehat dan nyaman bagi masyarakat rumah
sakit.
Adanya bahaya atau resiko yang melekat pada pekerjaan tersebut akan
memberikan dampak : cidera, cacat, kematian, penyakit akut, penyakit
kronis, kanker dan lain sebagainya.
Hasil dari pemeriksaan uji kualitas lingkungan tahun 2011 di Rumahsakit
Jasa Kartini ternyata ada beberapa hasil pemeriksaan tidak memenuhi
syarat.
Oleh sebab itu pengukuran parameter kualitas ligkungan rumah sakit
sebagai bagian dari upaya pengawasan dan pengendalian dapat
memberikan indikasi untuk menetapkan besaran karakteristik resiko yang
terjadi, sehingga dapat diketahui upaya rencana pengelolaan lingkungan
dan rencana pemantauan lingkungan rumah sakit.
Faktor-faktor yang mempunyai peran penting dalam upaya
penyelenggaraan kesehatan di lingkungan Rumahsakit adalah penyehatan
ruang bangunan dan halaman rumahsakit, hygiene dan sanitasi makanan
dan minuman, penyehatan air, pengelolaan limbah, pengelolaan tempat
pencucian linen, pengendalian serangga, tikus dan binatang pengganggu
lainnya, desinfeksi dan sterilisasi, pengamanan radiasi, upaya promosi
kesehatan dari aspek kesehatan lingkungan.
Berangkat dari sembilan upaya pengelolaan yang mestinya dilakukan
dalam rangka menciptakan suatu lingkungan Rumahsakit yang sehat,
bersih, aman dan nyaman bagi masyarakat di dalam lingkungan, maka
disusunlah suatu program kerja Penyehatan Lingkungan Rumahsakit Jasa
Kartini yang berpedoman kepada Buku Pedoman Kerja Pengelolaan
Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan yang mengacu kepada Surat
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1204/MENKES/SK/X/2004 dan SK Dirjen PPM & PLP No. HK.
00.06.0.64/1993 beserta lampirannya.

II. TUJUAN
1. Tujuan Umum :
Tercapainya kondisi lingkungan rumahsakit yang memenuhi syarat
kesehatan, sehingga dapat mencegah kejadian penyakit atau

RUMAH SAKIT JASA KARTINI TASIKMALAYA Halaman 1 dari 55


Pedoman Kesehatan Lingkungan

gangguan kesehatan akibat terpajan oleh agent atau faktor - faktor


resiko yang berada dalam lingkungan rumah sakit.
2. Tujuan Khusus :
a) Terpeliharanya kebersihan ruangan dan bangunan Rumahsakit
sehingga terhindar dari sumber-sumber penularan penyakit.
b) Terpeliharanya peralatan dan sarana sanitasi dengan baik
sehingga dapat berdaya guna dan berhasil guna maksimal dalam
menunjang kegiatan operasional Rumahsakit.
c) Terlaksananya upaya pengelolaan makanan dan minuman serta air
bersih sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
d) Terciptaya suatu sistem pengamanan terhadap pasien dan
pengunjung serta karyawan dari kemungkinan bahaya yang
ditimbulkan dari dampak lingkungan.

III. SASARAN

Adapun target atau sasaran yang ingin dicapai dalam rangka upaya
penyehatan lingkungan Rumah sakit adalah :
1. Tidak terjadinya kasus penularan penyakit akibat dari kondisi sanitasi
lingkungan atau tidak terjadinya kasus infeksi silang/infeksi
nosokomial di lingkungan Rumah sakit.
2. Terjadinya peningkatan derajat kesehatan masyarakat di lingkungan
Rumah sakit maupun masyarakat disekitar/di luar Rumah sakit.

IV. RUANG LINGKUP

1. Pemegang peran dan lingkungan rumah sakit.


2. Masyarakat sekitar rumah sakit.

RUMAH SAKIT JASA KARTINI TASIKMALAYA Halaman 2 dari 55


Pedoman Kesehatan Lingkungan

BAB II
KETENTUAN – KETENTUAN UMUM
I. PENGERTIAN
a) Rumah Sakit adalah sebuah institusi perawatan kesehatan professional
yang pelayanannya disediakan oleh Dokter, Perawat dan Tenaga
kesehatan lainnya.
b) Kesehatan Lingkungan menurut WHO adalah keadaan yang meliputi
keadaan fisik, mental,dan social yang tidak hanya berarti suatu keadaan
yang bebas dari penyakit dan kecacatan.
c) Sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin
terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan
d) Ruang bangunan rumah sakit adalah semua ruang atau unit dan
halaman yang ada dalam batas pagar rumah sakit bangunan fisik dan
kelengkapannya ) yang dipergunakan untuk berbagai keperluan dan
kegiatan rumah sakit.
e) Makanan dan minuman di rumahsakit adalah semua makanan dan
minuman yang disajikan dari dapur rumah sakit untuk pasien dan
karyawan; makanan dan minuman yang dijual di dalam lingkungan
rumah sakit atau dibawa dari luar rumah sakit.
f) Air minum adalah air yang memenuhi syarat kesehatan air minum
sesuai dengan Permenkes No. 416/Menkes/Per/IX/1990 dan dengan
terbitnya Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
907/MENKES/SK/VII/2002 Tanggal 29 Juli 2002 tentang syarat-syarat
dan pengawasan Kualitas Air Minum.
g) Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang
kualitasnya memenuhi syarat kesehatan air bersih sesuai dengan
Permenkes No. 416/Menkes/Per/IX//1990.
h) Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik
Industri maupun domestic ( rumah tangga ).
i) Dekontaminasi adalah proses awal pembersihan terhadap intrumen –
instrumen yang digunakan dalam tindakan medis, yang memiliki kontak
secara langsung dengan pasien.
j) Radiasi adalah setiap proses dimana energi bergerak melalui media
atau melalui ruang, dan akhirnya diserap oleh benda lain.
k) Promosi kesehatan adalahilmu dan seni membantu masyarakat
menjadikan gaya hidup mereka sehat optimal.

RUMAH SAKIT JASA KARTINI TASIKMALAYA Halaman 3 dari 55


Pedoman Kesehatan Lingkungan

BAB III
PROGRAM PENYEHATAN RUANG BANGUNAN RUMAH SAKIT

I. PARAMETER
1. Lingkungan Bangunan Rumah Sakit

a. Lingkungan bangunan rumah sakit harus mempunyai batas yang jelas,


dilengkapi dengan pagar yang kuat dan tidak memungkinkan orang atau
binatang peliharaan keluar masuk dengan bebas.
b. Luas lahan bangunan dan halaman harus disesuaikan dengan luas lahan
keseluruhan sehingga tersedia tempat parkir yang memadai dan
dilengkapi rambu – rambu parkir.
c. Lingkungan bangunan rumah sakit harus bebas dari banjir, jika berlokasi
di daerah banjir harus menyediakan fasilitas/teknologi untuk
mengatasinya.
d. Lingkungan rumah sakit harus merupakan kawasan bebas rokok.
e. Lingkungan bangunan rumah sakit harus dilengkapi penerangan dengan
intensitas cahaya yang cukup.
f. Lingkungan rumah sakit harus tidak berdebu, tidak becek atau tidak
terdapat genangan air dan dibuat landai menuju ke saluran terbuka atau
tertutup, tersedia lubang penerima air masuk dan disesuaikan dengan
luas halaman.
g. Saluran air limbah domestik dan limbah medis harus tertutup dan
terpisah, masing – masing dihubungkan langsung dengan instalasi
pengolahan air limbah.
h. Di tempat parkir, halaman, ruang tunggu dan tempat – tempat tertentu
yang menghasilkan sampah harus disediakan tempat sampah.
i. Lingkungan, ruang, dan bangunan rumah sakit harus selalu dalam
keadaan bersih dan tersedia fasilitas sanitasi secara kualitas dan
kuantitas yang memenuhi syarat kesehatan, sehingga tidak
memungkinkan sebagai tempat bersarang dan berkembangbiaknya
serangga, binatang pengerat, dan binatang pengganggu lainnnya.

2. Konstruksi Bangunan Rumah Sakit.


a. Lantai

1) Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan
rata, tidak licin, warna terang, dan mudah dibersihkan.
2) Lantai yang selalu kontak dengan air harus mempunyai kemiringan
yang cukup kearah saluran pembuangan air limbah.
3) Pertemuan lantai dengan dinding harus berbentuk konus/lengkung
agar mudah dibersihkan.
b. Dinding

RUMAH SAKIT JASA KARTINI TASIKMALAYA Halaman 4 dari 55


Pedoman Kesehatan Lingkungan

Permukaan dinding harus kuat, rata, berwarna terang dan menggunakan


cat yang tidak luntur serta tidak menggunakan cat yang mengandung
logam berat.
c. Ventilasi
1) Ventilasi alamiah harus dapat menjamin aliran udara didalam
kamar/ruang dengan baik.
2) Luas ventilasi alamiah minimum 15% dari luas lantai.
3) Bila ventilasi alamiah tidak dapat menjamin adanya pergantian udara
dengan baik, kamar atau ruang harus dilengkapi dengan penghawaan
buatan/mekanis.
4) Penggunaan ventilasi buatan/mekanis harus disesuaikan dengan
peruntukan ruangan.
d. Atap
1) Atap harus kuat, tidak bocor dan tidak menjadi tempat perindukan
serangga, tikus, dan binatang pengganggu lainnya.
2) Atap yang lebih tinggi dari 10 meter harus dilengkapi penangkal
petir.
e. Langit – langit
1) Langit – langit harus kuat, berwarna terang, dan mudah dibersihkan.
2) Langit –langit tingginya minimal 2,70 meter dari lantai.
3) Kerangka langit – langit harus kuat dan bila terbuat dari kayu harus
anti rayap.
f. Konstruksi
Balkon, beranda dan talang harus sedemikian sehingga tidak terjadi
genangan air yang dapat menjadi tempat perindukan nyamuk aedes.
g. Pintu
Pintu harus kuat, cukup tinggi, cukup lebar, dan dapat mencegah
masuknya serangga, tikus, dan binatang pengganggu lainnya.
h. Jaringan instalasi
1) Pemasangan jaringan instalasi air minum, air bersih, air limbah, gas,
listrik, sistem penghawaan, sarana komunikasi dan lain – lain harus
memenuhi persyaratan teknis kesehatan agar aman digunakan untuk
tujuan pelayanan kesehatan.
2) Pemasangan pipa air minum tidak boleh bersilangan dengan pipa air
limbah dan tidak boleh bertekanan negatif untuk menghindari
pencemaran air minum.
i. Lalu lintas antar ruangan
1) Pembagian ruangan dan lalu lintas antar ruangan harus didesain
sedemikian rupa dan dilengkapi dengan petunjuk letak ruangan,
sehingga memudahkan hubungan dan komunikasi antar ruangan
serta menghindari risiko terjadinya kecelakaan dan kontaminasi.

RUMAH SAKIT JASA KARTINI TASIKMALAYA Halaman 5 dari 55


Pedoman Kesehatan Lingkungan

2) Penggunaan tangga atau elevator dan lift harus dilengkapi dengan


sarana pencegahan kecelakaan seperti alarm suara dan petunjuk
penggunaan yang mudah dipahami oleh pemakainya, atau untuk lift
4 lantai harus dilengkapi dengan ARD ( Automatic Reserve Divided )
yaitu alat yang dapat mencari lantai terdekat bila listrik mati.
3) Dilengkapi dengan pintu darurat yang dapat dijangkau dengan
mudah bila terjadi kebakaran atau kejadian darurat lainnnya dan
dilengkapi ram untuk blankar.
j. Fasilitas pemadam kebakaran
Bangunan rumah sakit dilengkapi dengan fasilitas pemadam kebakaran
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

3. Ruang Bangunan
Penataan ruang bangunan dan penggunaannya harus sesuai dengan fungsi
Serta memenuhi persyaratan kesehatan yaitu dengan mengelompokan
ruangan berdasarkan tingkat resiko terjadinya penularan penyakit sebagai
berikut :
a. Zona dengan resiko rendah
Zona resiko rendah meliputi : ruang administrasi, ruang komputer,
ruang pertemuan, ruang perpustakaan, ruang resepsionis, dan ruang
pelatihan dan pendidikan.
1) Permukaan dinding harus rata dan berwarna terang.
2) Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, mudah dibersihkan,
kedap air, berwarna terang, dan pertemuan antara lantai dengan
dinding harus berbentuk konus.
3) Langit – langit harus terbuat dari bahan multipleks atau bahan yang
kuat, warna terang mudah dibersihkan, kerangka harus kuat, dan
tinggi minimal 2,70 meter dari lantai.
4) Lebar pintu minimal 1.20 meter dan tinggi minimal 2,10 meter, dan
ambang bawah jendela minimal 1,00 meter dari lantai.
5) Ventilasi alamiah harus dapat menjamin aliran udara di dalam
kamar/ruang dengan baik, bila ventilasi alamiah tidak menjamin
adanya pergantian udara dengan baik, harus dilengkapi dengan
penghawaan mekanis (ekshaust ).
6) Semua stop kontak dan saklar dipasang pada ketinggian minimal
1,40 meter dari lantai.
b. Zona dengan risiko sedang
Zona risiko sedang meliputi; ruang rawat inap bukan penyakit menular,
rawat jalan, ruang ganti pakaian, dan ruang tunggu pasien. Persyaratan

RUMAH SAKIT JASA KARTINI TASIKMALAYA Halaman 6 dari 55


Pedoman Kesehatan Lingkungan

bangunan pada zona dengan risiko sedang sama dengan persyaratan


pada zona risiko rendah.
c. Zona dengan risiko tinggi
Zona risiko tinggi meliputi; ruang isolasi, ruang perawatan intensif,
laboratorium, ruang penginderaan medis (medical imaging), ruang
bedah mayat (autopsy), dan ruang jenazah dengan ketentuan sebagai
berikut :
1) Dinding permukaan harus rata dan berwarna terang.
a) Dinding ruang laboratorium dibuat dari porselin atau keramik
setinggi 1,50 meter dari lantai dan sisanya dicat warna terang.
b) Dinding ruang penginderaan medis harus berwarna gelap,
dengan ketentuan dinding disesuaikan dengan pancaran sinar
yang dihasilkan dari peralatan yang dipasang di ruangan
tersebut, tembik pembatas antara ruang sinar X dengan kamar
gelap dilengkapi dengan transfer cassette.
2) Lantai terbuat dari bahan yang kuat, mudah dibersihkan, kedap air,
berwarna terang, dan pertemuan antara lantai dengan dinding harus
berbentuk konus.
3) Langit – langit terbuat dari bahan multipleks atau bahan yang kuat,
warna terang, mudah dibersihkan, kerangka harus kuat, dan tinggi
minimal 2,70 meter dari lantai.
4) Lebar pintu minimal 1,20 meter dan tinggi minimal 2,10 meter, dan
ambang bawah jendela minimal 1,00 meter dari lantai.
5) Semua stop kontak dan saklar dipasang pada ketinggian minimal
1,40 meter dari lantai.
d. Zona dengan risiko sangat tinggi
Zona risiko sangat tinggi meliputi; ruang operasi, ruang bedah mulut,
ruang perawatan gigi, ruang gawat darurat, ruang bersalin dan ruang
patologi dengan ketentuan sebagai berikut :
1) Dinding terbuat dari bahan porselin atau vinyl setinggi langit – langit
atau dicat dengan cat tembok yang tidak luntur dan aman, berwarna
terang.
2) Langit – langit terbuat dari bahan yang kuat dan aman, dan tinggi
minimal 2,70 meter dari lantai.
3) Lebar pintu minimal 1,20 meter dan tinggiminimal 2,10 meter dan
semua pintu kamar harus selalu dalam keadaan tertutup.
4) Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, mudah dibersihkan
dan berwarna terang.
5) Khusus ruang operasi, harus disediakan gelagar (gantungan) lampu
bedah dengan profil baja double INP 20 yang dipasang sebelum
pemasangan langit – langit.

RUMAH SAKIT JASA KARTINI TASIKMALAYA Halaman 7 dari 55


Pedoman Kesehatan Lingkungan

6) Tersedia rak dan lemari untuk menyimpan reagenisa siap pakai.


7) Ventilasi atau penghawaan diguanakan AC tersendiri yang dilengkapi
filter bakteri, untuk setiap ruang operasi yang etrpisah dengan ruang
lainnya. Pemasangan AC minimal 2 meter dari lantai dan aliran udara
bersih yang masuk kedalam kamar operasi berasal dari atas ke
bawah. Khusus untuk ruang bedah ortopedi atau transplantasi organ
harus menggunakan pengaturan udara UCA (Ultra Clean Air) System.
8) Tidak dibenarkan terdapat hubungan langsung dengan udara luar
untuk itu harus dibuat ruang antara.
9) Hubungan dengan ruang scrub-up untuk melihat kedalam ruang
operasi perlu dipasang jendela kaca mati, hubungan ke ruang steril
dari bagian cleaning cukup dengan sebuah loket yang dapat dibuka
dan ditutup.
10)Pemasangan gas medis secara sentral diusahakan melalui bawah
lantai atau diatas langit – langit.
11)Dilengkapi dengan sarana pengumpulan limbah medis.
4. Kualitas Udara Ruang
a. Tidak berbau (terutama bebas dari H2S dan Amoniak)
b. Kadar debu (particulate matter) berdiameter kurang dari 10 micron
rata – rata pengukuran 8 jam atau 24 jam tidak melebihi 150 mg/m
dan tidak mengandung debu asbes.
Tabel 2.1
Indeks angka kuman untuk setiap ruang/unit
No Ruang atau Unit Konsentrasi maksimum
Mikro-organisme per m3
(CFU/m3)
1 Operasi 10
2 Bersalin 200
3 Pemulihan/perawatan 200-500
4 Observasi bayi 200
5 Perawatan bayi 200
6 Perawatan Prematur 200
7 ICU 200
8 Jenazah/Autopsi 200-500
9 Penginderaan medis 200
10 Laboratorium 200-500
11 Radiologi 200-500
12 Sterilisasi 200
13 Dapur 200-500
14 Gawat darurat 200
15 Administrasi,pertemuan 200-500

RUMAH SAKIT JASA KARTINI TASIKMALAYA Halaman 8 dari 55


Pedoman Kesehatan Lingkungan

16 Ruang luka bakar 200

Tabel 2.2
Konsentrasi gas dalam udara
No Parameter Kimiawi Rata – rata Konsentrasi
waktu Maksimal
pengukuran sebagai
Standar
1 Karbon Monoksida (CO) 8 jam 10000mg/m3
2 Karbin dioksida (CO2) 8 jam 1 ppm
3 Timbal (pb) 1 tahun 0,5mg/m3
4 Nitrogen dioksida (NO2) 1 jam 200mg/m3
5 Radon (Rn) - 4pci/liter
6 Sulfur Dioksida (SO2) 24 jam 125mg/m3
7 Formaldehida (HCHO) 30 menit 100 g/m3
8 Total senyawa organik - 1 ppm
yang mudah menguap
(T.VOC)

5. Pencahayaan
Pencahayaan, penerangan dan intensitasnya di ruangumum dan khusus
harus sesuai dengan peruntukannnya seperti dalam tabel 2.3 berikut:

Tabel 2.3
Indeks Pencahayaan Menurut Jenis Ruangan atau Unit
No Ruangan atau Unit Intensitas Keterangan
Cahaya (Lux)
1 Ruang pasien
- saat tidak tidur 100-200 Warna cahaya
sedang
- saat tidur maksimal 50
2 R. operasi umum 300-500
3 Meja Operasi 10.000-20.000 Warna cahaya
sejuk atau sedang
tanpa bayangan
4 Anestesi,pemulihan 300-500
5 Endoscopy,Lab 75-100
6 Sinar-x Minimal 60
7 Koridor Minimal 100
8 Tangga Minimal 100 Malam hari

RUMAH SAKIT JASA KARTINI TASIKMALAYA Halaman 9 dari 55


Pedoman Kesehatan Lingkungan

9 Administrasi/kantor Minimal 100


10 Ruang alat/gudang Minimal 200
11 Farmasi Minimal 200
12 Dapur Minimal 200
13 Ruang cuci Minimal 100
14 Toilet Minimal 100
15 Ruang isolasi khusus 0.1-0.5 Warna cahaya biru
penyakit tetanus
16 Ruang luka bakar 100-200
6. Penghawaan
Persyaratan penghawaan untuk masing – masing ruang atau unit
Seperti berikut:
a. Ruang – ruang tertentu seperti ruang operasi, perawatan
bayi, laboratorium, perlu mendapatperhatian yang khusus
karena sifat pekerjaan yang etrjadi di ruang – ruang tersebut.
b. Ventilasi ruang operasi harus dijaga pada tekanan lebih positif
sedikit (minimum 0.10 mbar) dibandingkan dengan ruang –
ruang lain di rumah sakit.
c. Sistem suhu dam kelembaban hendaknya didesain sedemikian
rupa sehingga dapat menyediakan suhu dan kelembaban
seperti dalam tabel berikut.

Tabel 2.4
Standar Suhu, Kelembaban, dan Tekanan Udara menurut
Ruang atau Unit.
No Ruang atau Unit Suhu Kelembaban Tekanan
(˚C ) (%)
1 Operasi 19- 45-60 Positif
24
2 Bersalin 24- 45-60 Positif
26
3 Pemulihan/perawatan 22- 45-60 Seimbang
24
4 Observasi bayi 21- 45-60 Seimbang
24
5 Perawatan bayi 22- 35-60 Seimbang
26
6 Perawatan prematur 24- 35-60 Positif
26
7 ICU 22- 35-60 Positif
23

RUMAH SAKIT JASA KARTINI TASIKMALAYA Halaman 10 dari 55


Pedoman Kesehatan Lingkungan

8 Jenazah/Autopsi 21- - Negatif


24
9 Penginderaan medis 19- 45-60 Seimbang
24
10 Labortaorium 22- 35-60 Negatif
26
11 Radiologi 22- 45-60 Seimbang
26
12 Sterilisasi 22- 35-60 Negatif
30
13 Dapur 22- 35-60 Seimbang
30
14 Gawat darurat 19- 45-60 Positif
24
15 Administrasi,pertemuan 21- - Seimbang
24
16 Ruang luka bakar 24- 35-60 Positif
26

d. Ruangan yang tidak menggunakan AC, sistem sirkulasi udara


Segar dalam ruangan harus cukup (mengikuti pedoman teknis
yang berlaku).
7. Kebisingan
Persyaratan kebisingan untuk masing – masing ruangan atau unit seperti
tabel berikut:
Tabel 2.5
Indeks Kebisingan Menurut Ruangan atau Unit
No Ruangan atau Unit Maksimum kebisisngan
(waktu pemaparan 8 jam dan
satuan Dba)
1 Ruang Pasien
- saat tidak tidur 45
- saat tidur 40
2 Ruang Operasi,umum 45
3 Anestesi, Pemulihan 45
4 Endoskopi, laboratorium 65
5 Sinar x 40
6 Koridor 40
7 Tangga 45
8 Kantor/loby 45
9 Ruang alat/gudang 45

RUMAH SAKIT JASA KARTINI TASIKMALAYA Halaman 11 dari 55


Pedoman Kesehatan Lingkungan

10 Farmasi 45
11 Dapur 78
12 Ruang cuci 78
13 Ruang Isolasi 40
14 Ruang poli gigi 80

8. Fasilitas sanitasi rumah sakit


Perbandingan jumlah tempat tidur pasien dengan jumlah toilet dan
jumlah kamar mandi seperti pada tabel berikut.
Tabel 2.6
Indeks Perbandingan Jumlah Tempat tidur,
toilet, dan jumlah kamar mandi
No Jumlah tempat Tidur Jumlah Toilet Jumlah Kamar Mandi
1 s/d 10 1 1
2 s/d 20 2 2
3 s/d 30 3 3
4 s/d 40 4 4
Setiap penambahan 10 tempat tidur harus ditambah 1 toilet dan
1 kamar mandi.

Tabel 2.7
Indeks perbandingan Jumlah karyawan Dengan Jumlah Toilet dan Jumlah Kamar
Mandi.
No Jumlah Karyawan Jumlah Toilet Jumlah kamar mandi
1 s/d 20 1 1
2 s/d 40 2 2
3 s/d 60 3 3
4 s/d 80 4 4
5 s/d 100 5 5
Setiap penambahan 20 karyawan harus ditambah 1 toilet & 1
kamar mandi.

9. Jumlah Tempat Tidur


Perbandingan jumlah tempat tidur dengan luas lantai untuk kamar
perawatan dan kamar isolasi sebagai berikut:
a) Ruang bayi:
1) Ruang perawatan minimal 2 m2/ tempat tidur.
2) Ruang isolasi minimal 3.5 m2/ tempat tidur.
b) Ruang dewasa
1) Ruang perawatan minimal 4,5 m2/tempat tidur.

RUMAH SAKIT JASA KARTINI TASIKMALAYA Halaman 12 dari 55


Pedoman Kesehatan Lingkungan

2) Ruang isolasi minimal 6 m2/tempat tidur.

10.Lantai dan dinding


Lantai dan Dinding harus bersih, dengan tingkat kebersihan sebagai
berikut:
- Ruang operasi : 0 – 5 CFU/cm2 dan bebas patogen
dan gas ganggren.
- Ruang perawatan : 5 – 10 CFU/cm2
- Ruang Isolasi : 0 – 5 CFU/cm2
- Ruang UGD : 5 – 10 CFU/cm2

II. PEMANTAUAN, PENGELOLAAN, EVALUASI

1. Pemantauan dilakukan dengan cara


Pemeriksaan laboratorium untuk :
Kualitas Udara Ruang, Pencahayaan, Penghawaan, Kebisingan, dan
Angka kuman Lantai dan Dinding setiap 6 bulan sekali.
2. Pengelolaan dilakukan dengan cara
a. Pengelolaan Ruang dan Bangunan
1) Kegiatan pembersihan ruang minimal dilakukan pagi dan
sore hari.
2) Pembersihan lantai di ruang perawatan pasien dilakukan
setelah pembenahan/merapikan tempat tidur pasien, jam
makan, jam kunjungan dokter, kunjungan keluarga, dan
sewaktu – waktu bilamana diperlukan.
3) Cara – cara pembersihan yang dapat menebarkan debu
harus dihindari.
4) Harus menggunakan cara pembersihan dengan
perlengkapan pembersih (pel) yang memenuhi syarat dan
bahan anti septik yang tepat.
5) Pada masing – masing ruang supaya disediakan
perlengkapan pel tersendiri.
6) Pembersihan dinding dilakukan secara periodik minimal 2
(dua) kali setahun dan di cat ulang apabila sudah kotor
atau cat sudah pudar.
7) Setiap percikan ludah, darah atau eksudat luka pada
dinding harus segera dibersihkan dengan menggunakan
antiseptik.

RUMAH SAKIT JASA KARTINI TASIKMALAYA Halaman 13 dari 55


Pedoman Kesehatan Lingkungan

b. Pencahayaan
1) Lingkungan rumah sakit baik dalam maupun luar ruangan
harus mendapat cahaya dengan intensitas yang cukup
berdasarkan fungsinya.
2) Semua ruang yang digunakan baik untuk bekerja ataupun
untuk menyimpan barang/peralatan perlu diberikan
penerangan.
3) Ruang pasien/bangsal harus disedikan penerangan umum
dan penerangan untuk malam hari dan disediakan saklar
dekat pintu masuk, saklar individu ditempatkan pada titik
yang mudah dijangkau dan tidak menimbulkan berisik.

c. Penghawaan (ventilasi) dan Pengaturan Udara.


1) Penghawaan atau ventilasi di rumah sakit harus mendapat
pehatian yang khusus. Bila menggunakan sistem
pendingingan, hendaknya dipelihara dan dioperasikan
sesuai buku petunjuk. Sehingga dapat menghasilkan suh,
aliran udara, dan kelembaban nyaman bagi pasien dan
karyawan. Untuk rumah sakit yang menggunakan
pengatur udara (AC) sentral harus diperhatikan cooling
tower-nya agar tidak menjadi perindukan bakteri
legionella dan untuk untuk AHU (Air Handling Unit) Filter
udara harus dibersihkan dari debu dan bakteri atau jamur.
2) Supali udara dan Ekshaust hendaknya digerakan secara
mekanis, dan ekshaust fan hendaknya diletakan pada
ujung sistem ventilasi.
3) Ruangan dengan volume 100 m3 sekurang – kurangnya 1
(satu) fan dengan diameter 50 cm dengan debit udara 0,5
m3/detik, dan frekuensi pergantian udara perjam adalah 2
(dua) sampai dengan 12 kali.
4) Pengambilan suplay udara dari luar, kecuali unit
individual, hendaknya diletakan sejauh mungkin, minimal
7,50 meter dari exhauster atau perlengkapan
pembakaran.
5) Tinggi intake minimal 0,9 meter dari atap.
6) Sistem hendaknya dibuat keseimbangan tekanan.
7) Suplai untuk daerah sensitif: ruang operasi, perawatan
bayi, diambil dekat langit – langit dan ekshaust dekat
lantai, hendaknya disediakn 2 (dua) buah exhaust fan dan
diletakan minimal 7,50 cm dari lantai.
8) Suplai udara diatas lantai.

RUMAH SAKIT JASA KARTINI TASIKMALAYA Halaman 14 dari 55


Pedoman Kesehatan Lingkungan

9) Suplai udara koridor atau buangan exhaust fan dari tiap


ruang hendaknya tidak digunakan sebagai suplai udara
kecuali untuk suplai udara ke WC, toilet, gudang.
10) Ventilasi ruang – ruang sensitif hendaknya dilengkapi
dengan saringan 2 beds. Saringan I pasang di bagian
penerimaan udara dari luar dengan efisiensi 30% dan
saringan II (filter bakteri) dipasang 90%. Untuk
memepelajari sistem ventilasi sentral dalam gedung
hendaknya memepelajari khusus central air conditioning
system.
11) Penghawaan alamiah, lubang ventilasi diupayakan sistem
silang (cross ventilation) dan dijaga agar aliran udra tidak
terhalang.
12) Penghawaan ruang operasi harus dijaga agar tekanannya
lebih tinggi dibandingkan ruang-ruang lain dan
menggunakan cara mekanis (air conditioner)
13) Penghawaan mekanis dengan menggunakan exhaust fan
atau air conditioner dipasang pada ketinggian minimum
2,00 meter diatas lantai atau minimum 0,20 meter dari
langit – langit.
14) Untuk mengurangi kadar kuman dalam udara ruang
(indoor) 1 (satu) kali sebulan harus didesinfeksi dengan
menggunakan aerosol (resorcinol trietylin glikol), atau
disaring dengan electron presipitator atau menggunakan
penyinaran ultra violet.

d. Kebisingan
1) Pengaturan dan tata letak ruangan harus sedemikian
rupa sehingga kamar dan ruangan yang memerlukan
suasana tenang terhindar dari kebisingan.
2) Sumber – sumber bising yang berasal dari rumah sakit
dan sekitarnya agar diupayakan untuk dikendalikan
antara lain dengan cara :
- Pada sumber bising di rumah sakit: peredam,
penyekatan, pemindahan, pemeliharaan mesin –
mesin yang menjadi sumber bising.
- Pada sumber bising dari luar rumah sakit:
penyekatan/penyerapan bising dengan penanaman
pohon (green belt), meninggikan tembok, dan
meninggikan tanah (bukit buatan).

RUMAH SAKIT JASA KARTINI TASIKMALAYA Halaman 15 dari 55


Pedoman Kesehatan Lingkungan

e. Fasilitas Sanitasi
a. Fasilitas Penyediaan Air minum dan Air Bersih
1) Harus tersedia air minum sesuai dengan kebutuhan.
2) Tersedia air bersih minimum 500 lt/tempat
tidur/hari.
3) Air minum dan air bersih tersedia pada setiap
tempat kegiatan yang membutuhkan secara
berkesinambungan.
4) Distribusi air minum dan air bersih di setiap
ruangan/kamar harus menggunakan jaringan
perpipaan yang mengalir dengan tekanan positif.
5) Persyaratan penyehatan air termasuk kualitas air
minum dan kualitas air bersih sebagaimana
tercantum dalam bagian III tentang penyehatan Air.

b. Fasilitas Toilet dan Kamar Mandi.


1) Harus tersedia dan selalu terpelihara serta dalam
keadaan bersih.
2) Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, tidak
licin, berwarna terang dan mudah dibersihkan.
3) Pada setiap unit ruangan harus tersedia toilet
(jamban, peturasan dan tempat cuci tangan)
tersendiri, khususnya untuk unit rawat inap dan
kamar karyawan harus tersedi kamar mandi.
4) Pembuangan air limbah dari toilet dan kamar mandi
dilengkapi dengan penahan bau (water seal).
5) Letak toilet dan kamar mandi tidak berhubungan
langsung dengan dapur, kamar operasi, dan ruang
khusus lainnnya.
6) Lubang penghawaan harus berhubungan langsung
dengan udara luar.
7) Toilet dan kamar mandi harus terpisah antara pria
dan wanita, unit rawat inap dan karyawan, karyawan
dan toilet pengunjung.
8) Toilet pengunjung harus terletak ditempat yang
mudah dijangkau dan ada petunjuk arah, dan toilet
untuk pengunjung dengan perbandingan 1 (satu)
toilet untuk pengunjung dengan perbandingan satu
toilet untuk 1- 20 pengunjung wanita, satu toilet
untuk 1 – 30 pengunjung pria.

RUMAH SAKIT JASA KARTINI TASIKMALAYA Halaman 16 dari 55


Pedoman Kesehatan Lingkungan

9) Harus dilengkapi dengan slogan atau peringatan


untuk memelihara kebersihan.
10) Tidak terdapat tempat penampungan atau genangan
air yang dapat menjadi tempat perindukan nyamuk.
c. Fasilitas Pembuangan Sampah.
Penyediaan tempat sampah medis, non medis dan rumah
tangga sesuai dengan jumlah ruangan.

3. Evaluasi dilakukan dengan cara :


1. Pemeriksaan parameter kualitas udara ruang dibanding
standar.
2. Pencahayaan dan Kebisingan dibanding dengan standar.
3. Kondisi bangunan.
4. Tingkat kebersihan dievaluasi dengan pengamatan oleh
penanggungjawab dan pengukuran angka kuman pada lantai
dan dinding.
5. Keserasian tata letak.

III. TENAGA PENGELOLA

1. Pelaksana dengan kualifikasi pendidikan SLTA dan latihan khusus.


2. Pengawasan oleh pengelola dengan kualifikasi pendidikan minimal
D3.

IV. FASILITAS DAN PERALATAN

1. Adanya fasilitas penyehatan udara dan suhu di ruangan di rumahsakit


adalah Air Conditioner dengan dilengkapi filter bakteri, lubang
ventilasi, fan, taman Rumahsakit.
2. Alat ukur Tingkat kebisingan ( Sound Level Meter ).
3. Alat ukur pencahayaan (Lux Meter).
4. Alat – alat kebersihan.
5. Antiseptik.
6. Pemadam kebakaran.
7. Termometer ruangan dilengkapi dengan kelembaban dan tekanan
udara.
8. Sinar Ultraviolet.

V. PEMBIAYAAN

Sumber dana dalam pengelolaan udara, suhu, pencahayaan dan


kebisingan :

RUMAH SAKIT JASA KARTINI TASIKMALAYA Halaman 17 dari 55


Pedoman Kesehatan Lingkungan

1. Pengadaan sarana dan prasarana serta pengembangan dalam


pengelolaan udara, suhu, pencahayaan dan kebisingan sebagai
investasi dibebankan kepada PT Karsa Abdi Husada.
2. Pengelolaan, pemantauan, pengadaan alat dan barang rutin,
pemeliharaan rutin dan perbaikan alat ringan dibebankan kepada
biaya operasional Rumahsakit Jasa Kartini.
Perbaikan alat berat dilakukan dengan kesepakatan antara Rumahsakit
Jasa Kartini dengan PT Karsa Abdi Husada.

BAB IV
PROGRAM PENGELOLAAN HYGIENE DAN SANITASI MAKANAN
MINUMAN

I. PARAMETER

1. Angka kuman E. Coli pada makanan jadi harus 0/gr sampel makanan
dan pada minuman angka kuman E. Coli harus 0/100ml sampel air.
2. Kebersihan peralatan masak ditentukan dengan angka total kuman
sebanyak – banyaknya 100/cm permukaan dan tidak ada kuman E.
Coli.
3. Peralatan makan ditentukan dengan angka total kuman E. Coli 0/cm2
permukaan.
4. Makanan yang mudah membusuk disimpan dalam suhu panas lebih
dari 65,5◦C atau dalam suhu dingin kurang dari 4◦C. Untuk makanan
yang disajikan lebih dari 6 jam disimpan dalam suhu -5◦C sampai -1◦C.
5. Makanan kemasan tertutup sebaiknya disimpan dalam suhu ±10◦C.
6. Penyimpanan bahan mentah dilakukan dalam suhu sebagai berikut ;

Tabel 3.1
Suhu Penyimpanan Menurut Jenis Bahan Makanan
Jenis Bahan Digunakan untuk
Makanan 3 hari atau 1 Minggu atau 1 Minggu atau
Kurang kurang lebih
Daging, ikan, -5◦C sampai 0ºC -10◦C sampai 0ºC Kurang dari
udang, dan -10◦C
olahannya
Telur, susu dan -5◦C sampai 7◦C -5◦C sampai 0ºC Kurang dari
olahannnya -5◦C

RUMAH SAKIT JASA KARTINI TASIKMALAYA Halaman 18 dari 55


Pedoman Kesehatan Lingkungan

Sayur, buah dan 10◦C 10◦C 10◦C


minuman
Tepung dan biji 25◦C 25◦C 25◦C

7. Kelembaban penyimpanan dalam ruangan: 80-90 %.


8. Cara penyimpanan bahan makanan tidak menempel pada lantai,
dinding atau langit – langit dengan ketentuan sebagai berikut.
a. Jarak bahan makanan dengan lantai 15 cm
b. Jarak bahan makanan dengan dinding 5 cm
c. Jarak bahan makanan dengan langit – langit 60 cm

II. PEMANTAUAN, PENGELOLAAN dan EVALUASI

1. PEMANTAUAN DILAKUKAN DENGAN CARA


a. Pemeriksaan Fisik dan Laboratorium bahan makanan dan
makanan jadi dari Gizi.
b. Pemeriksaan kesehatan penjamah makanan oleh dokter yang
berwenang minimal 2 kali setahun.
2. PENGELOLAAN DILAKUKAN DENGAN CARA
1) Bahan Makanan dan Makanan Jadi
a. Pembelian bahan sebaiknya ditempat yang resmi dan
berkualitas baik.
b. Makanan jadi yang dibawa oleh keluarga pasien dan
berasal dari sumber lain harus selalu diperiksa kondisi
fisiknya sebelum dihidangkan.
c. Bahan makanan kemasan (terolah) harus mempunyai
label dan merek serta dalam keadaan baik.
2) Bahan Makanan Tambahan
Bahan makanan tambahan (bahan pewarna, pengawet,
pemanis Buatan) harus sesuai dengan ketentuan.
3) Penyimpanan Bahan Makanan dan Makanan Jadi
Tempat penyimpanan bahan makanan harus selalu
terpelihara dan dan dalam keadaan bersih, terlindung dari
debu, bahan kimia berbahaya, serangga dan hewan lain.
a. Bahan Makanan Kering
1) Semua gudang bahan makanan hendaknya berada di bagian
yang tinggi.
2) Bahan makanan tidak diletakan di bawah saluran/pipa air
(air bersih atau air limbah) untuk menghindarai terkena
bocoran.
3) Tidak ada drainase di sekitar gudang makanana.

RUMAH SAKIT JASA KARTINI TASIKMALAYA Halaman 19 dari 55


Pedoman Kesehatan Lingkungan

4) Semua bahan makanan hendaknya di simpan pada rak – rak


dengan ketinggian rak terbawah 15cm – 25 cm.
5) Suhu gudang bahan makanan kering dan kaleng dijaga
kurang dari 22º C.
6) Gudang harus di buat anti tikus dan serangga.
7) Penempatan bahan makanan harus rapi dan ditata tidak
padat untuk menjaga sirkulasi udara.
b. Bahan makanan basah/mudah Membusuk dan Minuman
1) Bahan makanan seperti buah, sayuran dan minuman,
disimpan pada suhu penyimpanan sejuk (cooling) 10ºC -
15ºC.
2) Bahan makanan berprotein yang akan segera diolah kembali
disimpan pada suhu penyimpanan dingin (chilling) 4ºC -
10ºC.
3) Bahan makanan berprotein yang mudah rusak untuk jangka
waktu sampai 24 jam disimpan pada penyimpanan dingin
sekali (frezzer) dengan suhu 0ºC-4ºC.
4) Bahan makanan berprotein yang mudah rusak untuk jangka
kurang dari 24 jam disimpan pada penyimpanan beku
(frozen) dengan suhu < 0ºC.
5) Pintu tidak boleh sering dibuka karena akan meningkatkan
suhu.
6) Makanan yang berbau tajam (udang, ikan, dan lain – lain)
harus tertutup.
7) Pengambilan dengan cara First In First Out (FIFO), yaitu
yang disimpan lebih dahulu digunakan dahulu, agar tidak
ada makanan yang busuk.
c. Makanan Jadi
1) Makanan jadi harus memenuhi persyaratan bakteriologi
berdasarkan ketentuan yang berlaku. Jumlah kandungan
logam berat dan residu pestisida, tidak boleh melebihi
ambang batas yang diperkenankan menurut yang berlaku.
2) Makanan jadi yang siap disajikan harus diwadahi atau
dikemas dan tertutup serta segera disajikan.
4. Pengolahan Makanan
a. Tempat pengolahan makanan
Perlu disediakan tempat pengolahan makanan (dapur) sesuai
dengan persyaratan konstruksi, bangunan dan ruang
dapur.
Sebelum dan sesudah kegiatan pengolahan makanan selalu
dibersihkan dengan antiseptik.

RUMAH SAKIT JASA KARTINI TASIKMALAYA Halaman 20 dari 55


Pedoman Kesehatan Lingkungan

Asap dikeluarkan melalui cerobong yang dilengkapi dengan


sungkup asap.
Intensitas cahaya diusahakan tidak kurang dari 200 lux.
b. Peralatan masak
1) Peralatan masak tidak boleh melepaskan zat beracun
kepada makanan.
2) Peralatan masak tidak boleh potong dan kotor.
3) Lapisan permukaaan tidak terlarut dalam asam/basa atau
garam – garam yang lazim dijumpai dalam makanan.
4) Peraltan agar dicuci segera sesudah digunakan,
selanjutnya didesinfeksi dan dikeringkan.
5) Peralatan yang sudah bersih harus disimpan dalam
keadaan kering dan disimpan pada rak terlindung dari
vektor.
c. Penjamah makanan
1) Harus sehat dan bebas dari penyakit menular.
2) Harus menggunakan pakaian kerja dan perlengkapan
pelindung pengolahan makanan dapur.
3) Selalu mencuci tangan sebelum bekerja dan setelah keluar
dari kamar kecil.
d. Pengangkutan makanan
1) Makanan diangkut dengan menggunakan kereta dorong
yang tertututp dan bersih.
2) Pengisian kereta dorong tidak sampai penuh, agar masih
tersedia untuk ruang gerak.
3) Perlu diperhatika jalur khusus yang terpisah dengan jalur
untuk mengangkut bahan / barang kotor.
e. Penyajian makanan
1) Cara penyajian makanan harus terhindar dari pencemaran
dan peralatan yang dipakai harus bersih.
2) Makanan jadi yang siap disajikan harus diwadahi dan
tertutup.
3) Makanan jadi yang disajikan dalam keadaan hangat
ditempatkan pada fasilitas penghangat makanan dengan
sushu minimal 60ºC dan 4ºC untuk makanan dingin.
4) Penyajian dilakukan dengan perilaku penyaji yang sehat
dan berpakaian bersih.
5) Makanan jadi harus segera disajikan.
6) Makanan jadi yang sudah menginap tidak boleh disajikan
kepada pasien.

RUMAH SAKIT JASA KARTINI TASIKMALAYA Halaman 21 dari 55


Pedoman Kesehatan Lingkungan

III. EVALUASI
1. Pengambilan sampel makanan untuk diuji ada tidaknya kontaminasi.
2. Pengambilan sampel alat untuk di uji ada tidaknya kontaminasi.
3. Mengadakan pertemuan rutin dengan pelaksana kegiatan secara
berkala dan terjadwal.
4. Menelaah laporan rutin.
5. Catatan kesehatan penjamah makanan.

IV. PELAKSANAAN PROGRAM


a. Waktu pelaksanaan
Dilakukan penjadwalan sedemikian rupa agar tidak menggangu
kegiatan operasional.
b. Tempat pelaksanaan Kegiatan dilakukan di Unit Gizi.

V. PENGAWASAN
Pengawasan dilakukan dengan cara menggunakan pencatatan dan
pelaporan seperti lembar kerja pemeliharaan preventif, catatan data
teknis, hasil pengukuran peralatan dll, disamping pengawasan langsung di
lapangan.

VI. PELAKSANA KEGIATAN


- Tenaga pelaksana Unit Gizi.
- Tenaga pengawas : tenaga sanitasi minimal D3.

VII. FASILITAS DAN PERALATAN


- Gudang adalah fasilitas dan peralatan yang digunakan untuk
penyimpanan bahan makanan yang di simpan dalam satu ruangan.
- Lemari Es/Freezer adalah tempat penyimpanan sementara
bahan makanan dan minuman.
- Wastafel dapur yang berbeda fungsi.
- Rak piring.
- Alat pengolah makanan.
- Ruangan penyimpanan makanan jadi.
- Troly distribusi dari stainless.
- Pakaian kerja petugas dapur terdiri dari: celemek, tutup
kepala, masker.
- Bangunan dapur yang memenuhi persyaratan konstruksi,
bangunan dan ruangan dapur.
- Antiseptik.
- Penghangat makanan untuk distribusi makanan jadi.

RUMAH SAKIT JASA KARTINI TASIKMALAYA Halaman 22 dari 55


Pedoman Kesehatan Lingkungan

VIII.PEMBIAYAAN
Sumber dana untuk pengelolaan penyehatan makanan dan minuman :
1. Pengadaan sarana dan prasarana serta pengembangan pengelolaan
penyehatan makanan dan minuman sebagai investasi dibebankan
kepada PT Karsa Abdi Husada.
2. Pengelolaan, pemantauan, pengadaan alat dan barang rutin,
pemeliharaan rutin dan perbaikan alat ringan dibebankan kepada
biaya operasional Rumahsakit Jasa Kartini.
3. Perbaikan alat berat dilakukan dengan kesepakatan antara Rumahsakit
Jasa Kartini dengan PT Karsa Abdi Husada.

RUMAH SAKIT JASA KARTINI TASIKMALAYA Halaman 23 dari 55


Pedoman Kesehatan Lingkungan

BAB V
PROGRAM PENYEHATAN AIR

I. PERSYARATAN AIR BERSIH DAN AIR MINUM


1. Air minum adalah air yang memenuhi syarat kesehatan air minum
sesuai dengan Permenkes No. 416/Menkes/Per/IX/1990 dan
dengan terbitnya Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
907/MENKES/SK/VII/2002 Tanggal 29 Juli 2002 tentang syarat-
syarat dan pengawasan Kualitas Air Minum.
2. Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari
yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan air bersih sesuai
dengan Permenkes No. 416/Menkes/Per/IX//1990.
Tabel 4.1
Persyaratan Air bersih

No Parameter Tolok Ukur Angka Normal


1 Fisika Suhu Suhu udara 3˚C
Zat padat terlarut 1500 mg/l
Warna 50 TCU
Bau Tidak berbau
Kekeruhan 25

2 Kimia Air raksa 0,001mg/l


Arsen 0,050mg/l
Besi 1,000mg/l
Flourida 1,500mg/l
Kadmium 0,005mg/l
Klorida 600mg/l
Krom hexavalen 0,050mg/l
Mangan 0,500mg/l
Nitrat 10,000mg/l
Nitrit 1,000mg/l
Ph 6-9
Selenium 0,010mg/l
Seng 15,000mg/l
Sianaida 0,100mg/l
Sulfat 400mg/l
Timbal 0,050mg/l
Surfaktan 0,500mg/l
Minyak/lemak -
Fenol 0,010mg/l

RUMAH SAKIT JASA KARTINI TASIKMALAYA Halaman 24 dari 55


Pedoman Kesehatan Lingkungan

Zat organik 10,000mg/l


3 Mikrobiologi Total Coliform tinja JPT/100 ml = 10
Total Coliform MPN/100ml = 50
Tabel 4.2
Persyaratan Air Minum

No Parameter Tolok ukur Angka Normal


1 Fisika Bau Tidak berbau
TDS 1000mg/l
Kekeruhan 5 NTU
Rasa Tidak berasa
Suhu Suhu udara 3˚C
Warna 15 TCU
2 Kimia Air raksa 0,001mg/l
Alumunium 0,2mg/l
Arsen 0,050mg/l
Barium 1,0mg/l
Besi 0,3mg/l
Flourida 1,500mg/l
Kadmium 0,005mg/l
Kesadahan 500mg/l
Klorida 250mg/l
Kronium 0,05mg/l
Mangan 0,1mg/l
Natrium 200mg/l
Nitrat 10,000mg/l
Nitrit 1,000mg/l
Perak 0,05mg/l
PH 6,5-8,5

3 Mikrobiologik Coliform tinja per 100ml = 0


Total Coliform 0
4 Radioaktivitas Aktivitas alfa 0,1 Bg/l
Aktivitas beta 1,0 Bg/l

II. PENGELOLAAN, PEMANTAUAN DAN EVALUASI


1. PENGELOLAAN
1. Kebutuhan Air
- Kebutuhan air bersih didasarkan pada jumlah tempat tidur
antara 500 – 900 liter per tempat tidur per hari.

RUMAH SAKIT JASA KARTINI TASIKMALAYA Halaman 25 dari 55


Pedoman Kesehatan Lingkungan

- Kebutuhan air minum untuk pasien, pengunjung dan karyawan


adalah harus tersedia setiap saat pada setiap ruang yang ada
kegiatan.
2. Sumber air
- Sumber air bersih antara lain sungai, danau, mata air, air
tanah dapat digunakan untuk kepentingan kegiatan rumah
sakit dengan ketentuan harus memenuhi persyaratan
konstruksi sarana, pengolahan, pemeliharaan, pengawasan
kualitas dan kuantitas.
- Sebaiknya rumah sakit mengambil air dari PDAM, bila tidak
memungkinkan pilihan kedua adalah air tanah.

3. Pengolahan Air bersih


- Penyimpanan air sumber dalam suatau reservoir bersekat.
- Pemberian bahan koagulasi untuk mengurangi kekeruhan dan
warna.
- Sedimentasi terhadap partikel hasil koagulasi guna
meringankan beban penjernihan selanjutnya.
- Penyaringan kejernihan melalui saringan pasir dan kerikil guna
menurunkan kekeruhan dan mikroba.
- Desinfeksi air dengan menggunakan bahan kimia atau fisika
guna menghilangkan bakteri patogen.
4. Sistem Distribusi Air Dalam bangunan Rumah sakit.
A.Jenis Sistem Distribusi
Air dalam rumah sakit didistribusikan secara horizontal
dan vertikal. Kran biasanya dipasang pada tiap dasar
sambungan vertikal atau sambungan horizontal sehingga
saluran bisa ditutup bila sedang diadakan perbaikan.
- Sambungan langsung dari Sumber
- Sambungan langsung dari booster
- Sistem reservoir
- Sistem tangki bertekanan
- Sistem air panas
B.Jumlah
Jumlah kebutuhan air panas untuk setiap rumah sakit
bervariasi namun disarankan sekitar 80 – 100 gal per
tempat tidur.
C. Persyaratan Suhu
Untuk Bath tube dan Shower sekitar 110˚C - 140˚
dan harus disediakan kran pengendali.
D. Persyaratan Untuk Laundry

RUMAH SAKIT JASA KARTINI TASIKMALAYA Halaman 26 dari 55


Pedoman Kesehatan Lingkungan

Laundry rumah sakit menggunakan air 5 gal per pound


cucian.

5. Ukuran Pipa Dalam Sistem


- Ukuran pipa
Langkah pertama untukmenetapkan ukuran pipa adalah
dengan menentukan pemakaian serentak, hal ini
dilakukan dengan mencatat produksi tiap pasangan
plambing kemudian dijumlahkan untuk menentukan
perkiraan aliran rata – rata maksimal.
- Bahan pipa
Hal – hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan
bahan pipa hendaknya memperhatikan biaya,
tersedianya bahan dipasaran setempat, kemampuan pipa
untuk menahan beban dari luar, tidak dapat
menimbulkan kontaminasi dalam air, kemampuan bahan
untuk menahan gangguan dari luar (panas, beban,
keratan tikus), tahan karat.
- Kontaminasi dalam pipa
Kontaminasibisa terjadi karena kelarutan bahan pipa
oleh bahan kimia tertentu sehingga dapat menimbulkan
gangguan kesehatan.

6. Pertumbuhan Mikroba dalam saluran Air.


Beberapa efek yang ditimbulkan dari pertumbuhan bakteri
dalam saluran air antara lain : mengurangi kapasitas saluran
akibat dari kerak residu organic, menimbulkan rasa dan bau,
merubah warna air, dan menyebabkan korosi. Salah satunya
adalah Actinomycetes yang merupakan stadium antara bakteri
dan jamur, pertumbuhan bakteri ini terjadi pada malam
minggu dimana air banyak yang berhenti mengalir.
Untuk menghancurkan pertumbuhan bakteri dalam
saluran dapat menggunakan residu klorin bebas 0.5 mg/l. Jika
banyak terjadi pertumbuhan organisme dapat digunakan
khlorin dengan dosis lebih tinggi untuk beberapa saat. Khusus
untuk Actinomycetes dapat dibunuh denga chlorine 6.0 – 7.0
mg/l selama satu hari.

7. Desinfeksi Sistem saluran Air


Desinfeksi akan lebih efektif bila dilakukan upaya untuk
mencegah kontaminasi permukaan dalam pipa sebelum dan

RUMAH SAKIT JASA KARTINI TASIKMALAYA Halaman 27 dari 55


Pedoman Kesehatan Lingkungan

selama dipasang pipa hendaknya disimpan ditempat bersih,


dan tiap ujung hendaknya ditutup. Sistem harus diglontor
keseluruhan sebelum didesinfeksi.
Metoda penambahan larutan chlorine terus menerus
merupakan cara terbaik utuk sistem perpipaan. Ketika air
mengalir ke dalam sistem ditambahkan larutan klorin terus
menerus hingga mencapai konsentrasi minimum 50 mg/l.
Kran kran dibuka untuk mengetahui bahwa air semua saluran
telah terisi dengan air yang mengandung chlorin. Air chlorine
ditahan dalam pipa selama 24 jam, setelah itu dilakukan test
untuk melihat bahwa masih terdapat sisa chlorine dengan
dosis 25 mg/l. Sitem kemudian di glontor sehingga residu
chlorine bebas tinggal 1 mg/l.

Tabel 4.3
Jumlah Kalsium Hipoklorit
Per 1000 galon larutan desinfeksi
Dosis Kalsium hipoklorit granula
Klorine 70 % 15 % 7% 5%
diinginkan
(ppm)
50 0,6 0,33 0,72 1,00
100 1,2 0,67 1,43 2,00
150 1,8 1,00 2,15 3,00
200 2,4 1,33 2,85 4,00
300 3,6 2,00 4,30 6,00
400 4,8 2,67 5,72 8,00

2. PEMANTAUAN DILAKUKAN DENGAN CARA


1. Inspeksi sanitasi
 Membuat peta/maping saluran distribusi air bersih yang
terdapat dalam bangunan Rumahsakit.
 Melakukan pengawasan dan menentukan titik-titik rawan
pada jaringan distribusi yang diperkirakan air dalam pipa
mudah terkontaminasi.
2. Pengambilan sampel
 Pengambilan sampel air pada sran penyediaan air bersih
dan air minum rumah sakit tercantum dalam tabel di bawah
ini :

Tabel 4.4

RUMAH SAKIT JASA KARTINI TASIKMALAYA Halaman 28 dari 55


Pedoman Kesehatan Lingkungan

Jumlah sampel Air untuk Pemeriksaan Mikrobiologik


Menurut Jumlah Tempat Tidur

Jumlah Jumlah Minimum Sampel Air perbulan untuk


Tempat Tidur Pemeriksaan Mikrobiologik
Air Minum Air Bersih
25 – 100 4 4
101 – 400 6 6
401 – 1000 8 8
> 1000 10 10
 Titik pengambilan sampel air untuk pemeriksaan
mikrobiologik terutama pada air kran dari ruang dapur,
ruang operasi, kamar bersalin, kamar bayi, dan ruang
makan, tempat penampungan (reservoir), secara acak pada
kran – kran sepanjang sisitem distribusi, pada sumber air,
dan titik titik lain yang rawan pencemaran.
 Setiap 24 jam sekali rumah sakit harus melakukan
pemeriksaan kualitas air untuk pengukuran sisa khlor bila
menggunakna desinfektan kaporit, Ph dan kekeruhan air
minum atau air bersih ayang berasal dari sistem perpipaan.

III. EVALUASI
 Mutu air sesuai dengan persyaratan.
 Kuantitas sesuai dengan kebutuhan.
 Frekuensi pemeriksaan.

IV. SASARAN
Pengelolaan Air bersih dan Air Minum.

V. PELAKSANA KEGIATAN
Pelaksana kegiatan adalah petugas pada Unit Pemeliharaan Sarana
Rumahsakit seminimalnya seseorang lulusan Sekolah Menengah Umum
(SMU) dengan pelatihan khusus.

VI. FASILITAS DAN PERALATAN


1. Fasilitas penyehatan air adalah sarana air bersih yang
menghasilkan air dalam kuantitas yang cukup (setiap saat
diperlukan ada) dan kualitas memenuhi syarat kesehatan yang
dilengkapi reservoir.

RUMAH SAKIT JASA KARTINI TASIKMALAYA Halaman 29 dari 55


Pedoman Kesehatan Lingkungan

2. Tersedia peralatan desinfeksi air bersih yang dapat menghasilkan


air bersih yang memenuhi syarat apabila kualitas tidak memenuhi
syarat bakteriologis.
3. Tersedia kran khusus di OK, Dapur, Ruang bersalin, Kamar bayi.
4. Ada peralatan water test kit sederhana, minimal dapat mengetes
sisa khlor dan PH.

VII. PEMBIAYAAN
Pembiayaan pengelolaan air bersih :
1. Pengadaan sarana dan prasarana serta pengembangan sarana air
bersih sebagai investasi dibebankan kepada PT Karsa Abdi Husada.
2. Pengelolaan, pengadaan alat dan barang rutin, pemeliharaan rutin
dan perbaikan alat ringan dibebankan kepada biaya operasional
Rumahsakit Jasa Kartini.
3. Perbaikan alat berat dilakukan dengan kesepakatan antara
Rumahsakit Jasa Kartini dengan PT Karsa Abdi Husada.

RUMAH SAKIT JASA KARTINI TASIKMALAYA Halaman 30 dari 55


Pedoman Kesehatan Lingkungan

BAB VI
PROGRAM PENGELOLAAN LIMBAH

I. PERSYARATAN / PARAMETER
1. Limbah Padat Medis
a. Minimisasi Limbah
1) Setiap rumah sakit harus melakukan reduksi limbah dimulai
dari sumber.
2) Setiap rumah sakit harus mengelola dan mengawasi
penggunaan bahan kimia yang berbahaya dan beracun.
3) Setiap rumah sakit harus melakukan pengelolaan stok bahan
kimia dan farmasi.
4) Setiap peralatan yang digunakan dalam pengelolaan limbah
medis mulai dari pengumpulan, pengangkutan, dan
pemusnahan harus melalui sertifikasi dari pihak yang
berwenang.
b. Pemilahan, pewadahan, Pemanfaatan Kembali dan Daur Ulang.
1) Pemilahan limbah harus dilakukan mulai dari sumber yang
menghasilkan limbah.
2) Limbah yang akan dimanfaatkan kembali harus dipisahkan
dari limbah yang tidak dimanfaatkan kembali.
3) Limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah
tanpa memperhatikan terkontaminasi atau tidaknya. Wadah
tersebut harus anti bocor, anti tusuk dan tidak mudah untuk
dibuka sehingga orang yang tidak berkepentingan tidak
dapat membukanya.
4) Jarum dan Syringes harus dipisahkan sehingga tidak dapat
digunakan kembali.
5) Limbah medis padat yang akan dimanfaatkan kembali harus
melalui proses sterilisasi sesuai Tabel dibawah ini.

Tabel 5.1
Metode Sterilisasi Untuk Limbah yang Dimanfaatkan
Kembali

Metode Sterilisasi Suhu Waktu Kontak


Sterilsasi dengan
- Sterilisasi kering 160ºC 120 menit
dalam oven
poupinel. 170ºC 60 menit
- Sterilisasi basah 121ºC 30 menit
dalam otoklaf.

RUMAH SAKIT JASA KARTINI TASIKMALAYA Halaman 31 dari 55


Pedoman Kesehatan Lingkungan

Sterilisasi dengan bahan


kimia
- Ethylene oxide
(gas) 50ºC - 60ºC
- Glutaraldehyde 3 – 8 jam
(cair) -
30 menit
6) Limbah jarum hipodemik tidak dianjurkan untuk
dimanfaatkan kembali. Apabila rumah sakit tidak mempunyai
jarum yang sekali pakai (dispossible), limbah jarum
hipodermik dapat dimanfaatkan kembali setelah melalui
proses saklah satu metode sterilisasi pada tabel 5.1
7) Pewadahan limbah medis padat harus memenuhi persyartan
dengan penggunaan wadah dan label seperti pada tabel 5.2
Tabel 5.2
Jenis wadah dan label Limbah Medis padat Sesuai
Kategorinya

No Kategori Warna Lambang Keterangan


Kontainer/Kanton
g plastik
1 Radioaktif Merah Kantong
boks timbal
dengan
simbol
radioaktif
2 Sangat Kuning Kantong
Infeksius plastik
kuat,anti
bocor,atau
kontainerya
ng dapat
disterilisasi
dengan
otoklaf.
3 Limbah Kuning Kontainer
Infeksius,p plastik kuat
atologi dan dan anti
anatomi bocor.
4 Sitotoksis Ungu Kontainer
plastik kuat

RUMAH SAKIT JASA KARTINI TASIKMALAYA Halaman 32 dari 55


Pedoman Kesehatan Lingkungan

dan anti
bocor.
5 Limbah Coklat Kantong
kimia dan plastik atau
farmasi kontainer.

8) Daur ulang tidak bisa dilakukan oleh rumah sakit kecuali


untuk pemulihan perak yang dihasilkan dari proses film sinar
X.
9) Limbah sitotoksis dikumpulkan dalam wadah yang kuat, anti
bocor, dan diberi label bertuliskan Limbah sitotoksis.

c. Pengumpulan, pengangkutan, dan Penyimpanan limbah medis


padat di lingkungan rumah sakit.
1) Pengumpulan limbah padat medis dari setiap ruangan
penghasil limbah menggunakan troli khusus yang tertutup.
2) Penyimpanan limbah medis padat harus sesuai iklim tropis
yaitu musim hujan paling lama 48 jam dan musim kemarau
paling lama 24 jam.

d. Pengumpulan, Pengemasan dan pengangkutan ke luar rumah


sakit.
1) Pengelola harus mengumpulkan dan mengemas pada tempat
yang kuat.
2) Pengangkutan limbah ke luar rumah sakit menggunakan
kendaraan khusus.

e. Pengolahan dan Pemusnahan.


1) Limbah medis padat tidak diperbolehkan membuang langsung
ke tempat pembuangan akhir limbah domestik sebelum aman
bagi kesehatan.
2) Cara dan teknologi pengolahan atau pemusnahan limbah
medis padat disesuaikan dengan kemampuan rumah sakit dan
jenis limbah medis padat yang ada, dengan pemanasan
menggunakan otoklaf atau dengan pembakaran menggunakan
insinerator.

2. Limbah Padat Non Medis


a. Pemilahan dan Pewadahan

RUMAH SAKIT JASA KARTINI TASIKMALAYA Halaman 33 dari 55


Pedoman Kesehatan Lingkungan

1) Pewadahan limbah padat non medis harus dipisahkan dari


limbah medis padat dan ditampung dalam kantong plastik
warna hitam.
2) Tempat pewadahan
a) Setiap tempat pewadahan limbah padat harus dilapisi
kantong plastik warna hitam sebagai pembungkus limbah
padat dengan lambang domestik warna putih.
b) Bila kepadatan lalat disekitar tempat limbah padat
melebihi 2 ekor per blok grill, perlu dilakukan
pengendalian lalat.
b. Pengumpulan, Penyimpanan dan Pengangkutan
1) Bila di tempat pengumpulan sementara tingkat kepadatan
lalat lebih dari 20 ekor per blok grill atau tikus terlihat pada
siang hari, harus dilakukan pengendalian.
2) Dalam keadaan normal harus dilakukan pengendalian
serangga dan binatang pengganggu yanglain minimal satu
bulan sekali.
c. Pengolahan dan Pemusnahan
Pengolahan dan pemusnahan limbah padat non medis harus
dilakukan sesuai persyaratan kesehatan.

3. Limbah Cair
Kualitas limbah (effluent) rumah sakit yang akan di buang ke badan
air atau lingkungan harus memenuhi persyaratan baku mutu effluent
sesuai keputusan Menteri Lingkungan hidup Nomor
Kep-58/MENLH/12/1995 seperti dalam tabel berikut ini :

Tabel 5.3
Persyaratan Kualitas Limbah Cair Rumah sakit

PARAMETER TOLOK UKUR NILAI NORMAL


Fisika Suhu 30ºC
Kimia Ph 6-9
BODs 30mg/l
COD 80mg/l
TSS 30mg/l
NH3 0,1mg/l
PO4 2mg/l
Mikrobiologi MPN-Kuman golongan 10000
Koli/100ml

RUMAH SAKIT JASA KARTINI TASIKMALAYA Halaman 34 dari 55


Pedoman Kesehatan Lingkungan

4. Limbah gas
Standar limbah gas (emisi) dari pengolahan pemusnah limbah medis
padat dengan insenerator mengacu pada keputusan Menteri
Lingkungan Hidup Nomor Kep-13/Men LH/3/1995 tentang Baku Mutu
Emisi Sumber Tidak bergerak seperti pada tabel 5.4 dibawah ini :
II. PENGELOLAAN, PEMANTAUAN, EVALUASI
1. PENGELOLAAN DILAKUKAN DENGAN CARA :
a. Limbah padat Medis
i. Minimalimasi limbah
1) Menyeleksi bahan – bahan yang kurang menghasilkan
yang kurang limbah sebelum membelinya.
2) Menggunakan sedikit mungklin bahan –bahan kimia.
3) Mengutamakan metode pembersihan secara fisik dari
pada secara kimiawi.
4) Mencegah bahan – bahan yang dapat menjadi limbah
seperti dalam kegiatan perawatan dan kebersihan.
5) Memonitor alur penggunaan bahan kimia dari bahan
baku sampai menjadi limbah bahan berbahaya dan
beracun.
6) Memesan bahan –bahan sesuai kebutuhan.
7) Menggunakan bahan –bahan yang diproduksi lebih
awal untuk menghindari kadaluarsa.
8) Menghabiskan bahan dari setiap kemasan.
9) Mengecek tanggal kadaluarsa bahan –bahan pada saat
diantar oleh distributor.
b. Pemilahan, Pewadahan, Pemanfaatan dan daur ulang
1) Dilakukan pemilahan jenis limbah medis padat mulai
dari sumber yang terdiridari limbah infeksius, limbah
patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah
sitotoksis, limbah kimiai, limbah radioaktif, limbah
kontainer bertekanan, dan limbah dengan kandungan
logam berat yang tinggi.
2) Tempat pewadahan limbah padat medis :
3) Bahan atau alat yang dapat dimanfaatkan kembali
setelah melalui sterilisasi meliputi pisau bedah
(scapel), jarum hipodermik, syrynges, botol gelas, da
kontainer.
4) Alat alat lain yang dapat dimanfaatkan kembali setelah
melalui sterilisasi adalah radionukleida, yang telah
diatur tahan lama untuk radioterapi seperti pins,
needles, atau seeds.

RUMAH SAKIT JASA KARTINI TASIKMALAYA Halaman 35 dari 55


Pedoman Kesehatan Lingkungan

5) Apabila sterilisasi yang dilakukan adalah sterilisasi


dengan ethyleneoxide, maka tanki reaktor harus
dikeringkan sebelum dilakukan injeksi ethylene oxide.
6) Upaya khusus harus dilakukan apabila terbukti ada
kasus pencemaran spongiform enchepalopathies.
c. Tempat penampungan Sementara
1) Bagi rumah sakit yang mempunyai insenerator di
lingkungannnya harus membakar limbahnya selambat
– lambatnya 24 jam.
2) Bagi rumah sakit yang tidak mempunyai insenerator,
maka limbah padat medis nya harus dimusnahkan
melalui kerjasama denga rumah sakit lain atau pihak
lain yang mempunyai insenerator untuk dilakukan
pemusnahan selambat – lambatnya 24 jam apabila
disimpan pada suhu ruang.
d. Transportasi
1) Kantong limbah medis padat sebelum dimasukan ke
kendaraan pengangkut khusus harus diletakan dalam
kontainer yang kuat dan tertutup.
2) Kantong limbah medis padat harus aman dari
jangkauan manusia maupun binatang.
3) Petugas yang menangani limbah, harus menggunakan
alat pelindung diri yang terdiri dari ;
a) Topi/helm
b) Masker
c) Pelindung mata
d) Pakaian panjang (coverall)
e) Apron untuk industri
f) Pelindung kaki/sepatu boot
g) Sarung tangan khusus
e. Pengolahan, pemusnahan dan Pembuangan Limbah padat
1) Limbah Infeksius dan Benda Tajam
a) Limbah yang sangat infeksius seperi biakan dan
persediaan agen infeksius dari laboratorium harus
disterilisasi dengan pengolahan panas dan basah
seperti dalam autoclave sedini mungkin. Untuk limbah
infeksius yang lain cukup dengan cara deinfeksi.
b) Benda tajam harus diolah dengan insenertaor bila
memungkinkan, dan dapat diolah bersama dengan
limbah infeksius lainnya.

RUMAH SAKIT JASA KARTINI TASIKMALAYA Halaman 36 dari 55


Pedoman Kesehatan Lingkungan

c) Setelah insenerasi atau desinfeksi, residunya dapat


dibuang ke landfill jika residunya sudah aman.
2) Limbah Farmasi
a) Limbah farmasi dalam jumlah kecil dapat diolah
dengan insenerator pirolitik pada suhu diatas 1000 ºC,
rotary clean, dikubur secara aman, sanitary land fill,
dibuang kesaran air limbah. Tetapi dalam jumlah besar
harus menggunakan kapsulisasi dalam drum atau
dikembalikan pada distributor.
3) Limbah sitotoksis
a) Limbah sitotoksis sangat berbahaya dan tidak boleh
dibuang dengan penimbunan (landfill) atau kesaluran
limbah umum.
b) Pembuangan dianjurkan dikembalikan ke perusahaan
penghasil atau distributornya,Insenerasi pada suhu
tinggi sekitar 1200 ºC. Atau dengan metode degradasi
kimia meliputi oksidasi Kalium pemanganat (KmnO4)
atau Asam Sulfat (H2SO4).
4) Limbah bahan kimiawi
a) Pembuangan limbah kimia biasa yang tidak dapat di
daur ulang dapat dibuang ke saluran air kotor.
b) Pembuangan Limbah kimia berbahaya dalam jumlah
kecil dibuang dengan cara insenerasi pirolitik.
c) Pembuangan limbah berbahaya dalam umlah besar
dapat dibuang dengan cara insenerasi yang dilengkapi
alat pembersih gas atau dengan mengembalikan
bahan kimia berbahaya tersebut ke distributornya.
5) Limbah dengan Kandungan Logam Berat Tinggi
a) Dalam jumlah besar limbah dengan kandungan logam
berat tinggi disarankan dikirim ke negara yang
mempunyai fasilitas pengolah limbah dengan
kandungan loga berat tinggi.
b) Bila dalam jumlah kecil dapat di buang dengan limbah
biasa.
6) Kontainer Bertekanan
a) Kontainer yang masih utuh harus dikembalikan ke
penjualnya.
b) Kontainer yang sudah rusak dihancurkan setelah
kosong dibuang ke landfill.
c) Kaleng aerosol kecil harus dibuang bersama dengan
limbah biasa dalam kantong plastik hitam.

RUMAH SAKIT JASA KARTINI TASIKMALAYA Halaman 37 dari 55


Pedoman Kesehatan Lingkungan

Cara pembuangan yang tidak dibolehkan adalah


pembakaran atau insenerasi karena dapat meledak.
7) Limbah Radioaktif
a) Harus ada petugas khusus yang bertanggung jawab
dalam pemakaian bahan radioaktif yang aman dan
melakukan pencatatan.
b) Instrumen kalibrasi yang tepat harus tersedia untuk
monitoring dosis dan kontaminasi.
c) Harus adanya pengkategorian limbah radioaktif.
d) Setelah pemilahan / pengkategorian setiap kategori
harus disimpan terpisah dalam kontainer.
e) Pemberian Informasi kategori limbah radioaktiof dalam
kontainer.
f) Kontainer untuk limbah padat harus dibungkus dengan
kantong plastik transparan yang ditutup dengan isolasi
plastik, kemudian diserahkan kepada BATAN untuk di
kembalikan ke distributornya.

2. Limbah Padat Non Medis


a. Pemilahan Limbah Padat Non medis
1) Pemilahan limbah padat non medis antara limbah yang
dapat dimanfaatkan dengan limbah yang tidak dapat
dimanfaatkan kembali.
2) Dilakukan pemilahan limbah padat non medis anatar
limbah basah dan kering.
b. Tempat pewadahan Limbah Padat Non Medis
1) Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat,
kedap air, dan mempunyai permukaan yang mudah
dibersihkan pada bagian dalamnya, misalnya fiberglass.
2) Mempunyai tutup yang mudah dibuka dan ditutup tanpa
mengotori tangan.
3) Terdapat minimal 1 buah untuk setiap kamar atau sesuai
dengan kebutuhan.
4) Limbah tidak boleh dibiarkan dalam wadahnya melebihi 3
x 24 jam atau apabila 2/3 bagian kantong sudah terisi oleh
limbah.
c. Pengangkutan
Pengangkutan Limbah padat domestik dari setiap ruangan
Ke tempat penampungan sementara menggunakan
troli tertutup.
d. Tempat Penampungan Limbah Padat non medis Sementara

RUMAH SAKIT JASA KARTINI TASIKMALAYA Halaman 38 dari 55


Pedoman Kesehatan Lingkungan

1) Penampungan limbah padat non medis sementara


dilengkapi dengan saluran untuk cairan lindi.
2) Harus selalu tertutup dan dikosongkan dan dibersihkan
sekurang – kurangnya 1 x 24 jam.
e. Pengolahan Limbah Padat
Untuk mengurangi volume, merubah bentuk atau
memusnahkannnya dilakukan pada sumbernya atau pada
limbah yang bisa dimanfaatkan biasa di buat pupuk.
f. Lokasi Pembuangan Limbah padat Akhir
Limbah padat dibuang ke lokasi pembuangan akhir yang
dikelola oleh pemerintah.

3. Limbah cair
a. Pengolahan limbah cair harus menggunakan sisitem saluran
tertutup, kedap air, limbah harus mengalir dengan lancar, serta
terpisah dengan air hujan.
b. Limbah cair diukur untuk mengetahui debit harian limbah yang
dihasilkan.

4. Limbah Gas
a. Monitoring limbah gas minimal satu tahun sekali.
b. Suhu pembakaran minimum 1000 ºC
c. Dilengkapi alat untuk mengurangi emisi gas dan debu.
d. Penghijauan dengan menanam pohon yang banyak memproduksi
gas oksigen dan dapat menyerap debu.

B. PEMANTAUAN DILAKUKAN DENGAN CARA


a. Limbah padat medis
Pemantauan dilakukan dengan cara observasi tiap hari ke lapangan
mengenai pemilahan , pengangkutan, pembakaran dan kapasitas
setiap hari.
b. Limbah padat Non medis
Pemantaun dilakukan dengan cara mengetahui kapasitas setiap hari.
c. Limbah cair
Pemeriksaan Kualitas limbah cair terolah (effluent) setiap satu bulan
sekali untuk swapantau dan minimal 3 bulan sekali untuk uji petik.
d. Limbah gas
Monitoring limbah gas berupa NO2, SO2, Logam berat, dan dioksin
minimal satu tahun sekali.

C. EVALUASI

RUMAH SAKIT JASA KARTINI TASIKMALAYA Halaman 39 dari 55


Pedoman Kesehatan Lingkungan

a. Limbah padat
Pengelolaan sesuai dengan prosedur dan persyaratan.
b. Limbah cair
Parameter Air limbah memenuhi baku mutu.
c. Limbah Gas
Parameter limbah gas memenuhi baku mutu.

III. IMUNISASI TERHADAP PETUGAS


Petugas yang terkait langsung dengan penanganan limbah perlu mendapat
imunisasi HBV, HBSAg dan yang diprioritaskan adalah :
- Petugas pengangkutan limbah dari sumber penghasil ke pusat
pengolahan akhir.
- Petugas pemusnahan (incinerator).
- Petugas IPAL.

IV. SASARAN PROGRAM


Tidak adanya pencemaran lingkungan disekitar rumah sakit yang
membahayakan masyarakat sekitar rumahsakit.

V. FASILITAS DAN PERALATAN


1. Alat angkut (troly) yang digunakan untuk transportasi sampah
padat baik medis maupu non medis harus didesain dan dipilih
dari bahan
- Mudah dibersihkan, dikeringkan dan tahan korosif
- Permukaan licin dan rata dan tidak mudah tembus benda
tajam
- Limbah tidak menempel pada alat angkut
- Tidak mudah dipakai tempat bersarang serangga
2. Alat pelindung diri petugas pengelola limbah antara lain :
- Wear pack pakaian khusus lapangan
- Sarung tangan tahan gores
- Masker
- Sepatu kedap air dan tahan tusuk benda tajam
- Pelindung mata
- Apron untuk industri
3. Incenerator yang berfungsi dengan baik sehingga residu emisi
< 3%.
4. Tempat Penampungan Sementara (TPS) untuk limbah padat
non medis

RUMAH SAKIT JASA KARTINI TASIKMALAYA Halaman 40 dari 55


Pedoman Kesehatan Lingkungan

5. Ruang penyimpanan limbah padat medis disimpan sebelum


dimusnahkan.

VI. PEMBIAYAAN
Sumber dana dalam pengelolaan limbah :
1. Pengadaan sarana dan prasarana serta pengembangan
pengelolaan sampah padat sebagai investasi dibebankan kepada
PT Karsa Abdi Husada.
2. Pengelolaan, pemantauan, pengadaan alat dan barang rutin,
pemeliharaan rutin dan perbaikan alat ringan dibebankan kepada
biaya operasional Rumahsakit Jasa Kartini.
Perbaikan alat berat dilakukan dengan kesepakatan antara
Rumahsakit Jasa Kartini dengan PT Karsa Abdi Husada.

BAB VII
PROGRAM PENGELOLAAN TEMPAT PENCUCIAN (LAUNDRY)

I. PARAMETER / PERSYARATAN
1. Suhu Air panas untuk pencucian 70 ºC dalam waktu 25 menit atau
95 ºC dalam waktu 10 menit.
2. Penggunaan jenis detergen dan desinfektan untuk proses pencucian
yang ramah lingkungan agar limbah cair yang dihasilkan mudah
terurai oleh lingkungan.
3. Standar kuman bagi linen bersih setelah keluar dari proses tidak
mengandung 6 x 10³ spora spesiae Bacillus per inchi persegi.

II. PENGELOLAAN, PEMANTAUAN DAN EVALUASI


A. PENGELOLAAN
1. Ditempat Laundry tersedia kran air bersih dengan kualitas dan
tekanan aliran yang memadai, air panas untuk desinfeksi dan
tersedia desinfektan.
2. Peralatan cuci dipasang permanent dan diletakan dekat
dengan saluran pembuangan air limbah serta tersedia mesin
cuci yang dapat mencuci yang dapat mencuci jenis – jenis
linen yang berbeda.
3. Tersedia ruangan dan mesin cuci yang terpisah untuk linen
infeksius dan non infeksius.
4. Laundry harus dilengkapi saluran air limbah tertutup yang
dilengkapi dengan pengolahan awal sebelum dialirkan ke IPAL.

RUMAH SAKIT JASA KARTINI TASIKMALAYA Halaman 41 dari 55


Pedoman Kesehatan Lingkungan

5. Laundry harus disediakan ruang – ruang terpisah sesuai


kegunaanya yaitu ruang linen kotor, ruang linen bersih, rung
untuk perlengkapan kebersihan, ruang perlengkap[an cuci,
ruang kereta linen, kamar mandi dan ruang peniris atau
pengering untuk alat –alat termasuk linen.
6. Perlakuan terhadap linen
a. Pengumpulan dilakukan
1) Pemilahan anatara linen infeksius dan non –
infeksius dimulai dari sumber dan memasukan linen
ke dalam kantong plastik sesuai jenisnya serta diberi
label.
2) Menghitung dan mencatat linen di ruangan.
b. Penerimaan
1) Mencatat linen yang diterima dan telah terpilah
antara infeksius dan non infeksius.
2) Linen dipilah berdasarkan tingkat kekotorannya.
c. Pencucian
1) Menimbang berat linen untuk menyesuaikan dengan
kapasitas mesin cuci dan kebutuhan detergen dan
desinfektan.
2) Membersihakan linen kotor dari tinja, urine, darah,
dan muntahan kemudian merendamnya dengan
menggunakan desinfektan.
3) Mencuci dikelompokan berdasarkan tingkat
kekotorannya.
4) Pembilasan pertama
Guyuran air dingin biasa dipakai sebagai pembilasan
pertama untuk menghilangkan noda – noda,
terutama noda darah.
5) Tahap pembunuhan mikroba
Disarankan untuk menggunakan air panas antara
65ºC-77ºC selama 30 menit. Kemudian di
tambahkan bahan bleacing yang umum digunakan
adalah chlorine (100ppm) yang mampu
menghancurkan bakteri vegetatip.
6) Tahap penyabunan
Tahap pencucian pokok terjadi pada
tahapini,sabun yang digunakan bervariasi.
7) Tahap pembilasan akhir
Biasanya menggunakan air panas dengan suhu
antara 74°C. Dan penambahan asam lemah seperti

RUMAH SAKIT JASA KARTINI TASIKMALAYA Halaman 42 dari 55


Pedoman Kesehatan Lingkungan

asam asetic atau sodium metasilikat yang akan


mampu menurunkan kontaminasi.
d. Pengeringan
Proses pengeringan biasanya bekerja pada suhu 70°C
untuk waktu 20- 30 menit.
e. Penyetrikaan
Penyetrikaan bekerja pada suhu 165°C pada bidang
kontak
f. Penyimpanan
1) Linen harus dipisahkan sesuai jenisnya.
2) Linen yang baru diterima ditempatkan di lemari
bagian bawah.
3) Pintu lemari selalu tertutup.
g. Distribusi
Distribusi dilakukan berdasarkan kartu tanda terima dari
petugas penerima, kemudian petugas menyerahkan linen
bersih kepada petugas ruangan sesuai kartu tanda
terima.
h. Pengangkutan
1) Kantong untuk membungkus linen bersih harus
dibedakan dengan kantong yang digunakan untuk
membugkus linen kotor.
2) Menggunakan kereta dorong yang berbeda dan
tertutup antar linen bersih dan kotor. Kereta dorong
harus dicuci dengan desinfektan setelah digunakan
mengangkut linen kotor.
3) Waktu pengangkutan linen bersih dan kotor tidak
boleh dilakukan bersamaan.
4) Linen bersih diangkut dengan kereta dorong yang
berbeda warna.
7. Petugas yang bekerja dalam pengelolaan laundry linen harus
menggunakan pakaian kerja khusus, alat pelindug diri dan
dilakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala, serta
dianjurkan memeperoleh imunisasi hepatitis B.

III. PEMANTAUAN
Pemeriksaan angka kuman linen setiab 6 bulan sekali.

IV. EVALUASI
1) Laporan rutin yang berisi jumlah linen yang dicuci dan peralatan /
bahan yang dipakai.

RUMAH SAKIT JASA KARTINI TASIKMALAYA Halaman 43 dari 55


Pedoman Kesehatan Lingkungan

2) Pengamatan langsung secara uji petik dari proses pengelolaan linen.


3) Analisa cost output/input.
4) Standar angka kuman sesuai denagn baku mutu.

V. TENAGA DAN PENGELOLA


- Petugas pengambil linen kotor ke tiap ruang perawatan atau unit
lainnya, dengan menggunakan kereta dorong yang tertutup dan
petugas menggunakan masker.
- Petugas pencuci, diwajibkan menggunakan sarung tangan, masker
celemek,dan sepatu plastic.
- Petugas setrika dan penyimpanan, diharuskan menggunakan pakaian
bersih.
- Distribusi linen bersih meggunakan kereta dorong yang bersih.
- Pengawas pengelolaan linen diawasi oleh tenaga sanitasi dengan
kualifikasi D1 dan latihan khusus.

VI. PEMBIAYAAN
Sumber dana program pengelolaan linen :
1. Pengadaan sarana dan prasarana serta pengembangan program
pengelolaan linen sebagai investasi dibebankan kepada PT Karsa
Abdi Husada.
2. Pengelolaan, pengadaan alat dan barang rutin, pemeliharaan rutin
dan perbaikan alat ringan dibebankan kepada biaya operasional
Rumahsakit Jasa Kartini.
3. Perbaikan alat berat dilakukan dengan kesepakatan antara
Rumahsakit Jasa Kartini dengan PT Karsa Abdi Husada.

VII. FASILITAS DAN PERALATAN


- Ruangan
- Mesin cuci
- Desinfektan
- Air panas
- Sepatu bot
- Sarung tangan
- Setrikaan
- Troly untuk linen kotor dan bersih
- Timbangan
- Pengering

RUMAH SAKIT JASA KARTINI TASIKMALAYA Halaman 44 dari 55


Pedoman Kesehatan Lingkungan

BAB VIII
PROGRAM PENGELOLAAN PENGENDALIAN VEKTOR DAN BINATANG
PENGGANGGU

I. PERSYARATAN / PARAMETER
1. Kepadatan jentik Aedes sp. Yang diamati melalui indeks container harus
0 (nol).
2. Tidak ditemukannnya lubang tanpa kawat kasa yang memungkinkan
nyamuk masuk kedalam ruangan, terutama di ruangan perawatan.
3. Semua ruang di rumah sakit harus bebas dari kecoa, terutama pada
dapur, gudang makanan, dan ruangan steril.
4. Tidak ditemukannnya tanda – tanda keberadaan tikus terutama pada
daerah bangunan tertututp (core) rumah sakit.
5. Tidak ditemukan lalat di dalam bangunan tertutup (core) di rumah
sakit.
6. Dilingkungan rumah sakit harus bebas kucing dan anjing.

II. SASARAN
Populasi vector yang ada di lingkungan rumahsakit.

III. PENGELOLAAN, PEMANTAUAN DAN EVALUASI


A. PENGELOLAAN
1. Surveilans
a. Nyamuk
1) Pengamatan jentik
Pengamatan jentik aedes sp. Dilakukan secara berkala dis
etiap sarana penampungan air, sekurang – kurangnya setiap
1 (satu) minggu untuk mengetahui adanya atau keadaan
populasi jentik nyamuk, dilakukan secara teratur. Selain itu
dilakukan juga pengamatan jentik nyamuk spesies lainnya
ditempat –tempat yang potensial sebagai tempat perindukan
vector penyakit malaria di sekitar rumah sakit seperti saluran
pembuangan air limbah.
2) Pengamatan lubang dengan kawat kasa.
Setiap lubang di dinding harus ditutup dengan kawat kasa
untuk mencegah nyamuk masuk.
3) Konstruksi pintu harus membuka kearah luar.
b. Tikus
Mengamati/memantau secara berkala setiap dua (2) bulan
ditempat tempat yang biasanya menjadi tempat
perkembangbiakan tikus yang ditandai dengan adanya
keberadaaan tikus antara lain : kotoran, bekas gigitan, bekas

RUMAH SAKIT JASA KARTINI TASIKMALAYA Halaman 45 dari 55


Pedoman Kesehatan Lingkungan

jalan, dan tikus hidup. Ruang – ruang tersebut antara lain di


daerah bangunan tertutup (core) rumah sakit antara lain :
dapur, ruang perawatan, laboratorium, ICU, radiologi, UGD,
ruang operasi, ruang genset, ruang administrasi, kantin, ruang
bersalin, dan ruang lainnya.
c. Kecoa
1) Mengamati keberadaan kecoa yang ditandai dengan adanya
kotoran, telur kecoa, dan kecoa hidup atau mati di setiap
ruangan.
2) Pengamatan dilakukan secara visual dengan bantuan senter,
setiap 2 (dua) minggu.
3) Bila ditemukan tanda – tanda keberadaan kecoa maka
segera dilakukan upaya pemberantasan.
d. Lalat
Mengukur kepadatan lalat secara berkala dengan menggunakan
fly grill pada daerah core dan pada daerah yang biasa dihinggapi
lalat, terutama ditempat yang diduga sebagai tempat
perindukan lalat seperti tempat sampah, saluran pembuangan
limbah padat dan cair, kantin rumah sakit, dan dapur.
e. Binatang pengganggu lainnya
Mengamati/memantau secara berkala kucing dan anjing.

2. Pencegahan
a. Nyamuk
1) Melakukan Pembersihan Sarang Nyamuk (PSN) dengan
mengubur, menguras, menutup.
2) Pengaturan aliran pembuangan air limbah dan saluran dalam
keadaan tertutup.
3) Pembersihan tanaman sekitar rumah sakit secara berkala
yang menjadi tempat perindukan.
4) Pemasangan kawat kasa di seluruh ruangan dan penggunaan
kelambu di ruang perawatan anak.
b. Kecoa
1) Menyimpan bahan makanan dan minuman siap saji pada
tempat tertutup.
2) Pengelolaan sampah yang memenuhi syarat kesehatan.
3) Menutup lubang – lubang atau celah – celah agar kecoa tidak
masuk ke dalam ruangan.
c. Tikus
1) Melakukan penutupan saluran terbuka, lubang – lubang di
dinding, plafon, pintu, dan jendela.

RUMAH SAKIT JASA KARTINI TASIKMALAYA Halaman 46 dari 55


Pedoman Kesehatan Lingkungan

2) Melakukan pengelolaan sampah yang memenuhi syarat


kesehatan.
d. Lalat
Melakukan pengelolaan sampah/limbah yang memenuhi syarat.
e. Binatang pengganggu lainnya
Melakukan pengelolaan makanan dan sampah yang memenuhi
syarat.

3. Pemberantasan
a. Nyamuk
1) Pemberantasan dilakukan apabila larva atau jentik nyamuk
aedes sp. > 0 dengan cara abatisasi.
2) Melakukan pemberantasan larva/jentik dengan
menggunakan predator.
3) Melakukan oilling untuk memberantas larva/jentik culex.
4) Bila diduga ada kasus demam berdarah yang tertular di
rumah sakit, maka perlu dilakukan pengasapan (fogging) di
rumah sakit.

b. Kecoa
1) Pembersihan telur kecoa dengan cara mekanis, yaitu
membersihkan telur yang terdapat pada celah – celah
dinding, lemari, peralatan dan telur kecoa dimusnahkan
dengan di bakar/dihancurkan.
2) Pemberantasan kecoa
3) Pemberantasan kecoa dapt dilakukan secara fisik dan
kimiawi.
a) Secara Fisik atau mekanis
- Membunuh langsung kecoa dengan alat pemukul.
- Menyiram tempat perindukan dengan air panas.
- Menutup celah – celah dinding.
b) Secara kimiawi dengan menggunakan insektisida dengan
pengasapan, buuk, semprotan, dan umpan.
c. Tikus
Melakukan pengendalian tikus secara fisik dengan pemasangan
perangkap, pemukulan sebagai alternatif terakhir dapat
dilakukan secara kimia dengan menggunakan umpan beracun.
d. Lalat
Bila kepadatan lalat dis ekitar tempat sampah (perindukan)
melebihi 2 ekor per blok grill maka dilakukan pengendalian lalat
secara fisik, biologik, dan kimia.

RUMAH SAKIT JASA KARTINI TASIKMALAYA Halaman 47 dari 55


Pedoman Kesehatan Lingkungan

e. Binatang pengganggu lainnya


Bila terdapat kucing atau anjing, maka perlu dilakukan :
1) Penangkapan, kemudian dibuang jauh dari rumah sakit.
2) Bekerja sama denagn dinas peternakan setempat untuk
menangkap kucing dan anjing.

IV. PEMANTAUAN
Dilakukan setiap 2 kali sebulan.

V. EVALUASI
1. Indeks larva, kepadatan lalat, man biting ratio, jumlah kecoa mati oleh
kegiatan fogging.
2. Frekuensi tindakan dan cakupan.
3. Jumlah sarana pengendali serangga dan tikus per jumlah area.
4. pertemuan rutin dengan petugas pengelola.
5. Penelaahan laporan kerja setiap bulan.

VI. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN


Pengendalian vector dan binatang penggangu dilakukan dilingkungan
Rumahsakit yang dilaksanakan setaip 1 Minggu dan 2 Minggu sekali
dengan mempertimbangkan kondisi lokasi pengendalian.

VII. TENAGA PENGELOLA


Pelaksana pengendali vector oleh tenaga minimal D1 dan latihan khusus.
Pengawasan pengendalian vector oleh tenaga sanitasi minimal D3.

VIII. FASILITAS DAN PERALATAN


- Perangkap tikus.
- Kawat kassa.
- Alat penyemprot.
- Insect trap (lampu penangkap serangga).
- Insektisida chlordane 2,5 % atau lidane 1 %.
- Kelambu untuk ruangan tertentu.
- Wind screen.
- Pestisida anti koagulan seperti warfarin, fumarin dan pivol.
- Pengusir tikus elktrik.

IX. PEMBIAYAAN
Sumber dana untuk pengelolaan pengendalian vektor dan binatang
pengganggu :

RUMAH SAKIT JASA KARTINI TASIKMALAYA Halaman 48 dari 55


Pedoman Kesehatan Lingkungan

1. Pengadaan sarana dan prasarana serta pengembangan


pengelolaan pengendalian vektor dan binatang pengganggu
sebagai investasi dibebankan kepada PT Karsa Abdi Husada.
2. Pengelolaan, pengadaan alat dan barang rutin, pemeliharaan rutin
dan perbaikan alat ringan dibebankan kepada biaya operasional
Rumahsakit Jasa Kartini.
3. Perbaikan alat berat dilakukan dengan kesepakatan antara
Rumahsakit Jasa Kartini dengan PT Karsa Abdi Husada.

BAB IX
PROGRAM DEKONTAMINASI MELALUI DISINFEKSI DAN STERILISASI

I. PARAMETER/PERSYARATAN
1. Suhu pada desinfeksi secar fisik dengan air panas untuk peralatan
sanitasi 80ºC dalam waktu 40 – 60 detik, sedangkan untuk
peralatan memasak 80ºC dalam waktu 1 menit.
2. Disinfektan harus memenuhi kriteria tidak merusak peralatan
maupun orang, desinfektan mempunyai efek sebagai detergen dan
efektif dalam waktu yang relative singkat, tidak terpengaruh oleh
kesadahan air atau keberadaan sabun dan protein yang mungkin
ada.
3. Penggunaan desinfektan harus mengikuti petunjuk pabrik.
4. Pada akhir proses desinfektan terhadap ruang pelayanan medis
(ruang operasi dan ruang isolasi) tingkat kepadatan kuman pada
lantai dan dinding 0 -5 CFU/cm2, bebas mikroorganisme patogen
dan gas ganggren. Untuk ruang penunjang medis (ruang rawat
inap, ruang ICU,/ICCU, kamar bayi, kamar bersalin, ruang
perawatan luka bakar,dan laundry) sebesar 5 – 10 CFU/cm2.
5. Sterilisasi peralatan yang berkaitan dengan perawatan pasien
secara fisik dengan pemanasan pada suhu ± 121 ºC selama 30
menit atau pada suhu 134 ºC selama 13 menit dan harus mengacu
pada petunjuk penggunaaan alat sterilisasi yang digunakan.
6. Sterilisasi harus menggunakan desinfektan yang ramah
lingkungan.
7. Petugas sterilisasi harus menggunakan alat pelindung diri dan
menguasai prosedur sterilisasi yang aman.
8. Hasil akhir proses sterilisasi untuk ruang operasi dan ruang isolasi
harus bebas dari mikroorganisme hidup.

II. PENGELOLAAN, PEMANTAUAN DAN EVALUASI.

RUMAH SAKIT JASA KARTINI TASIKMALAYA Halaman 49 dari 55


Pedoman Kesehatan Lingkungan

1. PENGELOLAAN
1. Kamar atau ruang operasi yang telah dipakai harus dilakukan
desinfektan dan sterilisasi sampai aman untuk dipakai pada
operasi berikutnya.
2. Instrumen dan bahan medis yang dilakukan sterilisasi harus
melalui persiapan, meliputi :
a. Persiapan sterilisasi bahan dan alat sekali pakai.
Penataan – Pengemasan – Pelabelan - sterilisasi
b. Persiapan sterilisasi instrumen baru Penataan dilengkapi
dengan sarana pengikat (bila diperlukan) – Pelabelan –
Sterilisasi.
c. Persiapan sterilisasi instrumen dan bahan lama Disinfeksi
– pencucian (dekontaminasi) – pengerinagn (pelipatan
bila perlu ) – penataan – pelabelan – sterilisasi.
3. Indikasi kuat untuk tindakan desinfeksi/sterilisasi :
a. Semua perlatan medik atau peralatan perawatan pasien
yang dimasukan ke dalam jaringan tubuh, sistem
vaskuler atau melalui saluran darah harus dalam
keadaan steril sebelum digunakan.
b. Semua pralatan yang menyentuh selaput lendir seperti
endoskopi, pipa endotracheal harus
disterilkan/didisinfeksi dahulu sebelum digunakan.
c. Semua peraltan operasi setelah dibersihkan dari
jaringan tubuh, darah atau sekresi harus selalu dalam
keadaan steril sebelum digunakan.
4. Semua benda atau lat yang akan disterilkan/didisenfeksi
harus terlebih dahulu dibersihkan secara seksama untuk
menghilangkan semua bahan organik (drah dan jaringan
tubuh) dan sisa bahan linennya.
5. Sterilisasi (132ºC selama 3 menit pada gravity displacement
steam sterillzier) tidak dianjurkan untuk implant.
6. Setiap alat yang berubah kondisi fisiknya karena dibersihkan,
disterilkan atau didisinfeksi tidak boleh dipergunakan lagi.
Oleh karena itu hindari proses ulang yang dapat
mengakibatkan keadaan toxin atau mengganggu keamanan
dan efektivitas peralatan.
7. Jangan menggunakan bahan seperti linen, dan lainnya yang
tidak tahan terhjadap sterilisasi, karena akan mengakibatkan
kerusakan seperi kemasannya rusak atau berlubang,
bahannnya mudah sobek, basah, dan sebagainya.

RUMAH SAKIT JASA KARTINI TASIKMALAYA Halaman 50 dari 55


Pedoman Kesehatan Lingkungan

8. Penyimpanan peralatan yang telah disterilkjan harus


ditempatkan pada tempat (lemari) khusus setelah dikemas
steril pada ruangan :
a. Dengan suhu 18ºC - 22ºC dan kelembaban 35% - 75%,
ventilasi menggunakan sisitem tekanan positif dengan
efisiensi partikular antara 90% - 95%.
b. Diding dan ruangan terbuat dari bahan yang halus, kuat
dan mudah dibersihkan.
c. Barang yang steril disimpan pada jarak 19 cm – 24 cm.
d. Lantai minimum 43 cm dari langit – langit dan 5 cm dari
dinding serta diupayakan untuk menghindari terjadinya
penempelan debu kemasan.
9. Pemeliharaan dan cara penggunaaan peraltan sterilisasi
harus memeperhatikan petunjuk dari pabriknya dan harus
dikaliobrasi minimal 1 kali setahun.
10. Peralatan operasi yang telah steril jalur masuk keruangan
harus terpisah dengan peralatan yang telah terpakai.
11. Sterilisasi dan disinfeksi terhadap ruang pelayanan medis
dan peraltana medis dilakukan sesuai permintaan dari
kesatuan kerja pelayanan medis dan penunjang medis.

III. PEMANTAUAN
1.Pemeriksaan Angka kuman Ruangan setiap 6 bulan sekali.
2.pemeriksaan Angka kuman alat medis dan bahan medis setiap 6 bulan
sekali.

IV. EVALUASI
Hasil pemantauan sesuai dengan standar/persyaratan.

V. FASILITAS DAN PERALATAN


Sterilisasi ruangan, sterilisasi alat yang befungsi, fasilitas sanitasi
umum, Pakaian khusus untuk petugas sterilisasi, bahan desinfektan.
VI. TENAGA PENGELOLA
Tenaga pelaksana adalah petugas sanitasi.
VII. PEMBIAYAAN
Sumber dana untuk pengelolaan dekontaminasi :
1. Pengadaan sarana dan prasarana serta pengembangan
pengelolaan infeksi nosokomial sebagai investasi dibebankan
kepada PT Karsa Abdi Husada.
2. Pengelolaan, pengadaan alat dan barang rutin, pemeliharaan rutin
dan perbaikan alat ringan dibebankan kepada biaya operasional
Rumahsakit Jasa Kartini.

RUMAH SAKIT JASA KARTINI TASIKMALAYA Halaman 51 dari 55


Pedoman Kesehatan Lingkungan

3. Perbaikan alat berat dilakukan dengan kesepakatan antara


Rumahsakit Jasa Kartini dengan PT Karsa Abdi Husada.

BAB X
PROGRAM PENGAMANAN RADIASI

I. PARAMETER / PERSYARATAN
Persyaratan sesuai dengan keputusan Badan pengawas Tenaga Nuklir
Nomor 01 Tahun 1999, tentang ketentuan Keselamatan Kerja terhadap
radiasi adalah :
1. Nilai Batas Dosis (NDB) bagi pekerja yang terpajan radiasi sebesar 50
mSv (mili sievert) dalam satu tahun.
2. NDB bagi masyarakat yang terpajan sebesar 5 mSv dalam 1 tahun.

II. PENGELOLAAN
1. Perizinan
Setiap rumah sakit yang memanfaatkan peralatan yang memajankan
radiasi dan menggunakan zat radioaktof, harus memperoleh izin adri
badan pengawas Tenaga Nuklir (sesuai Nomor 64 Tahun 2000 tentang
perizinan Pemanfaatan Tenaga Nuklir, pasal 2 ayat 1).
2. Sistem pembatasan dosis
Penerimaan dosis radiasi terhadap pekerja atau masyarakat tidak boleh
melebihi nilai batas yang ditetepkan oleh badan pengawas.
3. Sistem manajemen kesehatan dan Keselamatan Kerja terhadap
pemanfaatan radiasi pengion.
a. Organisasi
Rumah sakit harus mempunyai organisasi proteksi radisi da
mempunyai izin.
b. Pemeriksaan kesehatan
Rumah sakit harus menyelenggarakan pemeriksaan awal dan
berkala terhadap pekerja radiasi.
c. Penyimpanan dokumentasi
Pengelola rumah sakit harus menyimpan dokumen yang memuat
catatan dosis hasil pemantauan daerah kerja, lingkungan dan kartu
kesehatan pekerja selama 30 tahun.
d. Jaminan kualitas
Pengelola rumahs akit harus membuat program jaminan kualitas
bagi instalasi yang mempunyai potensial dampak radiasi.
e. Pendidikan dan pelatihan

RUMAH SAKIT JASA KARTINI TASIKMALAYA Halaman 52 dari 55


Pedoman Kesehatan Lingkungan

Setiap pekerja memperoleh pendidikan dan pelatihan tentang


keselamatan kerja terhadap radisi.
4. Kalibrasi
Mengkalibrasi alat ukur radiasi secara berkala sekurang – kurangnya 1
(satu) tahun sekali.
Mengkalibrasi keluaran radiasi (out put) peralatan radioterapi secara
berkala sekurang – kurangnya 2 (dua) tahun sekali.
5. Penanggulangan Kecelakaan Radiasi
Pengelola rumah sakit harus melakukan upaya pencegahan terjadinya
kecelakaan radiasi.
Lokasi tempat kejadian khusus harus diisolasi dengan memberi tanda
khusus seperti pagar, barang atau bahan yang terkena pancaran radiasi
segera diisolasi kemudian didekontaminasi.
6. Pengelolaan Limbah Radioaktif
Penghasil limbah radioaktif tingkat rendah da tingkat sedang wajib
mengumpulkan, mengelompokan, atau mengolah dan menyimpan
sementara limbah radioaktif sebelum diserahkan kepada BADAN
Pelaksana.

III. PERALATAN/FASILITAS
- Instalasi yang yang memenuhi persyaratan
- Monitoring perorangan
- Survei meter
- Alat untuk mengangkat dan mengangkut, pakaian kerja
- Dekontaminasi kt
- Alat –alat pemeriksa tanda – tanda radiasi.
IV. PEMANTAUAN
- Pemeriksaan pekerja radiasi setiap 1 tahun sekali.

V. PELAKSANA
Pengelola Rumah sakit

VI. PEMBIAYAAN
Sumber dana program penyuluhan :
1) Pengadaan sarana dan prasarana serta pengembangan
program penyuluhan sebagai investasi dibebankan kepada PT Karsa
Abdi Husada.
2) Pengelolaan, pengadaan alat dan barang rutin,
pemeliharaan rutin dan perbaikan alat ringan dibebankan kepada biaya
operasional Rumahsakit Jasa Kartini.

RUMAH SAKIT JASA KARTINI TASIKMALAYA Halaman 53 dari 55


Pedoman Kesehatan Lingkungan

3) Perbaikan alat berat dilakukan dengan kesepakatan antara


Rumahsakit Jasa Kartini dengan PT Karsa Abdi Husada.

VII. EVALUASI
- Laporan hasil pemantauan dosis perorangan.
- Catatan dosis hasil pemantauan daerah kerja, lingkungan dan kartu
kesehatan pekerja.
-

BAB XI
PROGRAM UPAYA PROMOSI KESEHATAN LINGKUNGAN

I. TATA LAKSANA
Promosi higiene dan sanitasi dapat dilaksanakan dengan menggunakan cara
langsung, media cetak, maupun media elektronik.
- Secara lansung : Konseling, diskusi, ceramah,
demonstrasi,partisipasi, pameran, melalui
pengeras suara dan lain – lain.
- Media Cetak : penyebaran leaflet, pemasangan poster,
gambar, spanduk, tata tertib, pengumuman
secara tertulis, pemasangan petunjuk.
- Media elektronik : Radio, televisi.

II. FASILITAS
Fasilitas adalah fasilitas yang digunakan untuk menunjang pelaksanaan
penyuluhan kesehatan lingkungan di rumah sakit (ruangan, kursi, TV, Video,
speaker, OHP, Wareless, media penyuluhan).

III. PELAKSANA
Semua karyawan rumah sakit dibawah koordinasi petugas Kesling Rumah
sakit.

IV. PEMBIAYAAN
Sumber dana program penyuluhan :
a) Pengadaan sarana dan prasarana serta pengembangan program
penyuluhan sebagai investasi dibebankan kepada PT Karsa Abdi
Husada.
b) Pengelolaan, pengadaan alat dan barang rutin, pemeliharaan rutin dan
perbaikan alat ringan dibebankan kepada biaya operasional
Rumahsakit Jasa Kartini.

RUMAH SAKIT JASA KARTINI TASIKMALAYA Halaman 54 dari 55


Pedoman Kesehatan Lingkungan

c) Perbaikan alat berat dilakukan dengan kesepakatan antara Rumahsakit


Jasa Kartini dengan PT Karsa Abdi Husada.

V. EVALUASI
- Tersedianya fasilitas dan peralatan dalam kegiatan penyuluhan
kesehatan rumahsakit Laporan kegiatan pelaksanaan penyuluhan.

BAB XII
MONITORING DAN EVALUASI

I. RUMAH SAKIT
a) Pimpinan rumah sakit secara berkala melakukan monitoring dan evaluasi
program penyehatan lingkunganyang dilaksanakan oleh Instalasi Sanitasi
Rumah Sakit Jasa Kartini
b) Instalasi Sanitasi Rumah Sakit Jasa Kartini secara berkala (paling lama 2
tahun) melakukan evaluasi pedoman, kebijakan dan prosedur penyehatan
lingkungan yang dipergunakan di rumah sakit
c) Instalasi Sanitasi Rumah Sakit Jasa Kartini melakukan evaluasi kegiatan
setiap triwulan dan membuat tindak lanjutnya.

BAB XIII
PENUTUP

Dengan semakin meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap pelayanan di


rumah sakit maka pelaksanaan kegiatan penyehatan lingkungan sangatlah penting.
Melaui kegiatan ini diharapkan terjadi peningkatan lingkungan rumah sakit yang
aman nyaman dan sehat sehingga dapat lebih meningkatkan kepercayaan
masyarakat terhadap rumah sakit Jasa kartini. Program penyehatan lingkungan
proses yang tak pernah berakhir , karena itu diperlukan motivasiyang cukup tinggi
untuk bersedia melaksanakan program penyehatan lingkungan secara
berkesinambungan dan berkelanjutan.

RUMAH SAKIT JASA KARTINI TASIKMALAYA Halaman 55 dari 55

Anda mungkin juga menyukai