BAB I
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Rumah sakit adalah salah satu industri jasa dimana terdapat banyak sekali
bahaya dan resikonya, meliputi bahaya fisik, kimia, biologi, ergonomik dan
psikososial yang harus dikelola dengan baik sehingga fasilitas dan
lingkungan kerjanya aman, sehat dan nyaman bagi masyarakat rumah
sakit.
Adanya bahaya atau resiko yang melekat pada pekerjaan tersebut akan
memberikan dampak : cidera, cacat, kematian, penyakit akut, penyakit
kronis, kanker dan lain sebagainya.
Hasil dari pemeriksaan uji kualitas lingkungan tahun 2011 di Rumahsakit
Jasa Kartini ternyata ada beberapa hasil pemeriksaan tidak memenuhi
syarat.
Oleh sebab itu pengukuran parameter kualitas ligkungan rumah sakit
sebagai bagian dari upaya pengawasan dan pengendalian dapat
memberikan indikasi untuk menetapkan besaran karakteristik resiko yang
terjadi, sehingga dapat diketahui upaya rencana pengelolaan lingkungan
dan rencana pemantauan lingkungan rumah sakit.
Faktor-faktor yang mempunyai peran penting dalam upaya
penyelenggaraan kesehatan di lingkungan Rumahsakit adalah penyehatan
ruang bangunan dan halaman rumahsakit, hygiene dan sanitasi makanan
dan minuman, penyehatan air, pengelolaan limbah, pengelolaan tempat
pencucian linen, pengendalian serangga, tikus dan binatang pengganggu
lainnya, desinfeksi dan sterilisasi, pengamanan radiasi, upaya promosi
kesehatan dari aspek kesehatan lingkungan.
Berangkat dari sembilan upaya pengelolaan yang mestinya dilakukan
dalam rangka menciptakan suatu lingkungan Rumahsakit yang sehat,
bersih, aman dan nyaman bagi masyarakat di dalam lingkungan, maka
disusunlah suatu program kerja Penyehatan Lingkungan Rumahsakit Jasa
Kartini yang berpedoman kepada Buku Pedoman Kerja Pengelolaan
Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan yang mengacu kepada Surat
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1204/MENKES/SK/X/2004 dan SK Dirjen PPM & PLP No. HK.
00.06.0.64/1993 beserta lampirannya.
II. TUJUAN
1. Tujuan Umum :
Tercapainya kondisi lingkungan rumahsakit yang memenuhi syarat
kesehatan, sehingga dapat mencegah kejadian penyakit atau
III. SASARAN
Adapun target atau sasaran yang ingin dicapai dalam rangka upaya
penyehatan lingkungan Rumah sakit adalah :
1. Tidak terjadinya kasus penularan penyakit akibat dari kondisi sanitasi
lingkungan atau tidak terjadinya kasus infeksi silang/infeksi
nosokomial di lingkungan Rumah sakit.
2. Terjadinya peningkatan derajat kesehatan masyarakat di lingkungan
Rumah sakit maupun masyarakat disekitar/di luar Rumah sakit.
BAB II
KETENTUAN – KETENTUAN UMUM
I. PENGERTIAN
a) Rumah Sakit adalah sebuah institusi perawatan kesehatan professional
yang pelayanannya disediakan oleh Dokter, Perawat dan Tenaga
kesehatan lainnya.
b) Kesehatan Lingkungan menurut WHO adalah keadaan yang meliputi
keadaan fisik, mental,dan social yang tidak hanya berarti suatu keadaan
yang bebas dari penyakit dan kecacatan.
c) Sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin
terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan
d) Ruang bangunan rumah sakit adalah semua ruang atau unit dan
halaman yang ada dalam batas pagar rumah sakit bangunan fisik dan
kelengkapannya ) yang dipergunakan untuk berbagai keperluan dan
kegiatan rumah sakit.
e) Makanan dan minuman di rumahsakit adalah semua makanan dan
minuman yang disajikan dari dapur rumah sakit untuk pasien dan
karyawan; makanan dan minuman yang dijual di dalam lingkungan
rumah sakit atau dibawa dari luar rumah sakit.
f) Air minum adalah air yang memenuhi syarat kesehatan air minum
sesuai dengan Permenkes No. 416/Menkes/Per/IX/1990 dan dengan
terbitnya Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
907/MENKES/SK/VII/2002 Tanggal 29 Juli 2002 tentang syarat-syarat
dan pengawasan Kualitas Air Minum.
g) Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang
kualitasnya memenuhi syarat kesehatan air bersih sesuai dengan
Permenkes No. 416/Menkes/Per/IX//1990.
h) Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik
Industri maupun domestic ( rumah tangga ).
i) Dekontaminasi adalah proses awal pembersihan terhadap intrumen –
instrumen yang digunakan dalam tindakan medis, yang memiliki kontak
secara langsung dengan pasien.
j) Radiasi adalah setiap proses dimana energi bergerak melalui media
atau melalui ruang, dan akhirnya diserap oleh benda lain.
k) Promosi kesehatan adalahilmu dan seni membantu masyarakat
menjadikan gaya hidup mereka sehat optimal.
BAB III
PROGRAM PENYEHATAN RUANG BANGUNAN RUMAH SAKIT
I. PARAMETER
1. Lingkungan Bangunan Rumah Sakit
1) Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan
rata, tidak licin, warna terang, dan mudah dibersihkan.
2) Lantai yang selalu kontak dengan air harus mempunyai kemiringan
yang cukup kearah saluran pembuangan air limbah.
3) Pertemuan lantai dengan dinding harus berbentuk konus/lengkung
agar mudah dibersihkan.
b. Dinding
3. Ruang Bangunan
Penataan ruang bangunan dan penggunaannya harus sesuai dengan fungsi
Serta memenuhi persyaratan kesehatan yaitu dengan mengelompokan
ruangan berdasarkan tingkat resiko terjadinya penularan penyakit sebagai
berikut :
a. Zona dengan resiko rendah
Zona resiko rendah meliputi : ruang administrasi, ruang komputer,
ruang pertemuan, ruang perpustakaan, ruang resepsionis, dan ruang
pelatihan dan pendidikan.
1) Permukaan dinding harus rata dan berwarna terang.
2) Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, mudah dibersihkan,
kedap air, berwarna terang, dan pertemuan antara lantai dengan
dinding harus berbentuk konus.
3) Langit – langit harus terbuat dari bahan multipleks atau bahan yang
kuat, warna terang mudah dibersihkan, kerangka harus kuat, dan
tinggi minimal 2,70 meter dari lantai.
4) Lebar pintu minimal 1.20 meter dan tinggi minimal 2,10 meter, dan
ambang bawah jendela minimal 1,00 meter dari lantai.
5) Ventilasi alamiah harus dapat menjamin aliran udara di dalam
kamar/ruang dengan baik, bila ventilasi alamiah tidak menjamin
adanya pergantian udara dengan baik, harus dilengkapi dengan
penghawaan mekanis (ekshaust ).
6) Semua stop kontak dan saklar dipasang pada ketinggian minimal
1,40 meter dari lantai.
b. Zona dengan risiko sedang
Zona risiko sedang meliputi; ruang rawat inap bukan penyakit menular,
rawat jalan, ruang ganti pakaian, dan ruang tunggu pasien. Persyaratan
Tabel 2.2
Konsentrasi gas dalam udara
No Parameter Kimiawi Rata – rata Konsentrasi
waktu Maksimal
pengukuran sebagai
Standar
1 Karbon Monoksida (CO) 8 jam 10000mg/m3
2 Karbin dioksida (CO2) 8 jam 1 ppm
3 Timbal (pb) 1 tahun 0,5mg/m3
4 Nitrogen dioksida (NO2) 1 jam 200mg/m3
5 Radon (Rn) - 4pci/liter
6 Sulfur Dioksida (SO2) 24 jam 125mg/m3
7 Formaldehida (HCHO) 30 menit 100 g/m3
8 Total senyawa organik - 1 ppm
yang mudah menguap
(T.VOC)
5. Pencahayaan
Pencahayaan, penerangan dan intensitasnya di ruangumum dan khusus
harus sesuai dengan peruntukannnya seperti dalam tabel 2.3 berikut:
Tabel 2.3
Indeks Pencahayaan Menurut Jenis Ruangan atau Unit
No Ruangan atau Unit Intensitas Keterangan
Cahaya (Lux)
1 Ruang pasien
- saat tidak tidur 100-200 Warna cahaya
sedang
- saat tidur maksimal 50
2 R. operasi umum 300-500
3 Meja Operasi 10.000-20.000 Warna cahaya
sejuk atau sedang
tanpa bayangan
4 Anestesi,pemulihan 300-500
5 Endoscopy,Lab 75-100
6 Sinar-x Minimal 60
7 Koridor Minimal 100
8 Tangga Minimal 100 Malam hari
Tabel 2.4
Standar Suhu, Kelembaban, dan Tekanan Udara menurut
Ruang atau Unit.
No Ruang atau Unit Suhu Kelembaban Tekanan
(˚C ) (%)
1 Operasi 19- 45-60 Positif
24
2 Bersalin 24- 45-60 Positif
26
3 Pemulihan/perawatan 22- 45-60 Seimbang
24
4 Observasi bayi 21- 45-60 Seimbang
24
5 Perawatan bayi 22- 35-60 Seimbang
26
6 Perawatan prematur 24- 35-60 Positif
26
7 ICU 22- 35-60 Positif
23
10 Farmasi 45
11 Dapur 78
12 Ruang cuci 78
13 Ruang Isolasi 40
14 Ruang poli gigi 80
Tabel 2.7
Indeks perbandingan Jumlah karyawan Dengan Jumlah Toilet dan Jumlah Kamar
Mandi.
No Jumlah Karyawan Jumlah Toilet Jumlah kamar mandi
1 s/d 20 1 1
2 s/d 40 2 2
3 s/d 60 3 3
4 s/d 80 4 4
5 s/d 100 5 5
Setiap penambahan 20 karyawan harus ditambah 1 toilet & 1
kamar mandi.
b. Pencahayaan
1) Lingkungan rumah sakit baik dalam maupun luar ruangan
harus mendapat cahaya dengan intensitas yang cukup
berdasarkan fungsinya.
2) Semua ruang yang digunakan baik untuk bekerja ataupun
untuk menyimpan barang/peralatan perlu diberikan
penerangan.
3) Ruang pasien/bangsal harus disedikan penerangan umum
dan penerangan untuk malam hari dan disediakan saklar
dekat pintu masuk, saklar individu ditempatkan pada titik
yang mudah dijangkau dan tidak menimbulkan berisik.
d. Kebisingan
1) Pengaturan dan tata letak ruangan harus sedemikian
rupa sehingga kamar dan ruangan yang memerlukan
suasana tenang terhindar dari kebisingan.
2) Sumber – sumber bising yang berasal dari rumah sakit
dan sekitarnya agar diupayakan untuk dikendalikan
antara lain dengan cara :
- Pada sumber bising di rumah sakit: peredam,
penyekatan, pemindahan, pemeliharaan mesin –
mesin yang menjadi sumber bising.
- Pada sumber bising dari luar rumah sakit:
penyekatan/penyerapan bising dengan penanaman
pohon (green belt), meninggikan tembok, dan
meninggikan tanah (bukit buatan).
e. Fasilitas Sanitasi
a. Fasilitas Penyediaan Air minum dan Air Bersih
1) Harus tersedia air minum sesuai dengan kebutuhan.
2) Tersedia air bersih minimum 500 lt/tempat
tidur/hari.
3) Air minum dan air bersih tersedia pada setiap
tempat kegiatan yang membutuhkan secara
berkesinambungan.
4) Distribusi air minum dan air bersih di setiap
ruangan/kamar harus menggunakan jaringan
perpipaan yang mengalir dengan tekanan positif.
5) Persyaratan penyehatan air termasuk kualitas air
minum dan kualitas air bersih sebagaimana
tercantum dalam bagian III tentang penyehatan Air.
V. PEMBIAYAAN
BAB IV
PROGRAM PENGELOLAAN HYGIENE DAN SANITASI MAKANAN
MINUMAN
I. PARAMETER
1. Angka kuman E. Coli pada makanan jadi harus 0/gr sampel makanan
dan pada minuman angka kuman E. Coli harus 0/100ml sampel air.
2. Kebersihan peralatan masak ditentukan dengan angka total kuman
sebanyak – banyaknya 100/cm permukaan dan tidak ada kuman E.
Coli.
3. Peralatan makan ditentukan dengan angka total kuman E. Coli 0/cm2
permukaan.
4. Makanan yang mudah membusuk disimpan dalam suhu panas lebih
dari 65,5◦C atau dalam suhu dingin kurang dari 4◦C. Untuk makanan
yang disajikan lebih dari 6 jam disimpan dalam suhu -5◦C sampai -1◦C.
5. Makanan kemasan tertutup sebaiknya disimpan dalam suhu ±10◦C.
6. Penyimpanan bahan mentah dilakukan dalam suhu sebagai berikut ;
Tabel 3.1
Suhu Penyimpanan Menurut Jenis Bahan Makanan
Jenis Bahan Digunakan untuk
Makanan 3 hari atau 1 Minggu atau 1 Minggu atau
Kurang kurang lebih
Daging, ikan, -5◦C sampai 0ºC -10◦C sampai 0ºC Kurang dari
udang, dan -10◦C
olahannya
Telur, susu dan -5◦C sampai 7◦C -5◦C sampai 0ºC Kurang dari
olahannnya -5◦C
III. EVALUASI
1. Pengambilan sampel makanan untuk diuji ada tidaknya kontaminasi.
2. Pengambilan sampel alat untuk di uji ada tidaknya kontaminasi.
3. Mengadakan pertemuan rutin dengan pelaksana kegiatan secara
berkala dan terjadwal.
4. Menelaah laporan rutin.
5. Catatan kesehatan penjamah makanan.
V. PENGAWASAN
Pengawasan dilakukan dengan cara menggunakan pencatatan dan
pelaporan seperti lembar kerja pemeliharaan preventif, catatan data
teknis, hasil pengukuran peralatan dll, disamping pengawasan langsung di
lapangan.
VIII.PEMBIAYAAN
Sumber dana untuk pengelolaan penyehatan makanan dan minuman :
1. Pengadaan sarana dan prasarana serta pengembangan pengelolaan
penyehatan makanan dan minuman sebagai investasi dibebankan
kepada PT Karsa Abdi Husada.
2. Pengelolaan, pemantauan, pengadaan alat dan barang rutin,
pemeliharaan rutin dan perbaikan alat ringan dibebankan kepada
biaya operasional Rumahsakit Jasa Kartini.
3. Perbaikan alat berat dilakukan dengan kesepakatan antara Rumahsakit
Jasa Kartini dengan PT Karsa Abdi Husada.
BAB V
PROGRAM PENYEHATAN AIR
Tabel 4.3
Jumlah Kalsium Hipoklorit
Per 1000 galon larutan desinfeksi
Dosis Kalsium hipoklorit granula
Klorine 70 % 15 % 7% 5%
diinginkan
(ppm)
50 0,6 0,33 0,72 1,00
100 1,2 0,67 1,43 2,00
150 1,8 1,00 2,15 3,00
200 2,4 1,33 2,85 4,00
300 3,6 2,00 4,30 6,00
400 4,8 2,67 5,72 8,00
Tabel 4.4
III. EVALUASI
Mutu air sesuai dengan persyaratan.
Kuantitas sesuai dengan kebutuhan.
Frekuensi pemeriksaan.
IV. SASARAN
Pengelolaan Air bersih dan Air Minum.
V. PELAKSANA KEGIATAN
Pelaksana kegiatan adalah petugas pada Unit Pemeliharaan Sarana
Rumahsakit seminimalnya seseorang lulusan Sekolah Menengah Umum
(SMU) dengan pelatihan khusus.
VII. PEMBIAYAAN
Pembiayaan pengelolaan air bersih :
1. Pengadaan sarana dan prasarana serta pengembangan sarana air
bersih sebagai investasi dibebankan kepada PT Karsa Abdi Husada.
2. Pengelolaan, pengadaan alat dan barang rutin, pemeliharaan rutin
dan perbaikan alat ringan dibebankan kepada biaya operasional
Rumahsakit Jasa Kartini.
3. Perbaikan alat berat dilakukan dengan kesepakatan antara
Rumahsakit Jasa Kartini dengan PT Karsa Abdi Husada.
BAB VI
PROGRAM PENGELOLAAN LIMBAH
I. PERSYARATAN / PARAMETER
1. Limbah Padat Medis
a. Minimisasi Limbah
1) Setiap rumah sakit harus melakukan reduksi limbah dimulai
dari sumber.
2) Setiap rumah sakit harus mengelola dan mengawasi
penggunaan bahan kimia yang berbahaya dan beracun.
3) Setiap rumah sakit harus melakukan pengelolaan stok bahan
kimia dan farmasi.
4) Setiap peralatan yang digunakan dalam pengelolaan limbah
medis mulai dari pengumpulan, pengangkutan, dan
pemusnahan harus melalui sertifikasi dari pihak yang
berwenang.
b. Pemilahan, pewadahan, Pemanfaatan Kembali dan Daur Ulang.
1) Pemilahan limbah harus dilakukan mulai dari sumber yang
menghasilkan limbah.
2) Limbah yang akan dimanfaatkan kembali harus dipisahkan
dari limbah yang tidak dimanfaatkan kembali.
3) Limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah
tanpa memperhatikan terkontaminasi atau tidaknya. Wadah
tersebut harus anti bocor, anti tusuk dan tidak mudah untuk
dibuka sehingga orang yang tidak berkepentingan tidak
dapat membukanya.
4) Jarum dan Syringes harus dipisahkan sehingga tidak dapat
digunakan kembali.
5) Limbah medis padat yang akan dimanfaatkan kembali harus
melalui proses sterilisasi sesuai Tabel dibawah ini.
Tabel 5.1
Metode Sterilisasi Untuk Limbah yang Dimanfaatkan
Kembali
dan anti
bocor.
5 Limbah Coklat Kantong
kimia dan plastik atau
farmasi kontainer.
3. Limbah Cair
Kualitas limbah (effluent) rumah sakit yang akan di buang ke badan
air atau lingkungan harus memenuhi persyaratan baku mutu effluent
sesuai keputusan Menteri Lingkungan hidup Nomor
Kep-58/MENLH/12/1995 seperti dalam tabel berikut ini :
Tabel 5.3
Persyaratan Kualitas Limbah Cair Rumah sakit
4. Limbah gas
Standar limbah gas (emisi) dari pengolahan pemusnah limbah medis
padat dengan insenerator mengacu pada keputusan Menteri
Lingkungan Hidup Nomor Kep-13/Men LH/3/1995 tentang Baku Mutu
Emisi Sumber Tidak bergerak seperti pada tabel 5.4 dibawah ini :
II. PENGELOLAAN, PEMANTAUAN, EVALUASI
1. PENGELOLAAN DILAKUKAN DENGAN CARA :
a. Limbah padat Medis
i. Minimalimasi limbah
1) Menyeleksi bahan – bahan yang kurang menghasilkan
yang kurang limbah sebelum membelinya.
2) Menggunakan sedikit mungklin bahan –bahan kimia.
3) Mengutamakan metode pembersihan secara fisik dari
pada secara kimiawi.
4) Mencegah bahan – bahan yang dapat menjadi limbah
seperti dalam kegiatan perawatan dan kebersihan.
5) Memonitor alur penggunaan bahan kimia dari bahan
baku sampai menjadi limbah bahan berbahaya dan
beracun.
6) Memesan bahan –bahan sesuai kebutuhan.
7) Menggunakan bahan –bahan yang diproduksi lebih
awal untuk menghindari kadaluarsa.
8) Menghabiskan bahan dari setiap kemasan.
9) Mengecek tanggal kadaluarsa bahan –bahan pada saat
diantar oleh distributor.
b. Pemilahan, Pewadahan, Pemanfaatan dan daur ulang
1) Dilakukan pemilahan jenis limbah medis padat mulai
dari sumber yang terdiridari limbah infeksius, limbah
patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah
sitotoksis, limbah kimiai, limbah radioaktif, limbah
kontainer bertekanan, dan limbah dengan kandungan
logam berat yang tinggi.
2) Tempat pewadahan limbah padat medis :
3) Bahan atau alat yang dapat dimanfaatkan kembali
setelah melalui sterilisasi meliputi pisau bedah
(scapel), jarum hipodermik, syrynges, botol gelas, da
kontainer.
4) Alat alat lain yang dapat dimanfaatkan kembali setelah
melalui sterilisasi adalah radionukleida, yang telah
diatur tahan lama untuk radioterapi seperti pins,
needles, atau seeds.
3. Limbah cair
a. Pengolahan limbah cair harus menggunakan sisitem saluran
tertutup, kedap air, limbah harus mengalir dengan lancar, serta
terpisah dengan air hujan.
b. Limbah cair diukur untuk mengetahui debit harian limbah yang
dihasilkan.
4. Limbah Gas
a. Monitoring limbah gas minimal satu tahun sekali.
b. Suhu pembakaran minimum 1000 ºC
c. Dilengkapi alat untuk mengurangi emisi gas dan debu.
d. Penghijauan dengan menanam pohon yang banyak memproduksi
gas oksigen dan dapat menyerap debu.
C. EVALUASI
a. Limbah padat
Pengelolaan sesuai dengan prosedur dan persyaratan.
b. Limbah cair
Parameter Air limbah memenuhi baku mutu.
c. Limbah Gas
Parameter limbah gas memenuhi baku mutu.
VI. PEMBIAYAAN
Sumber dana dalam pengelolaan limbah :
1. Pengadaan sarana dan prasarana serta pengembangan
pengelolaan sampah padat sebagai investasi dibebankan kepada
PT Karsa Abdi Husada.
2. Pengelolaan, pemantauan, pengadaan alat dan barang rutin,
pemeliharaan rutin dan perbaikan alat ringan dibebankan kepada
biaya operasional Rumahsakit Jasa Kartini.
Perbaikan alat berat dilakukan dengan kesepakatan antara
Rumahsakit Jasa Kartini dengan PT Karsa Abdi Husada.
BAB VII
PROGRAM PENGELOLAAN TEMPAT PENCUCIAN (LAUNDRY)
I. PARAMETER / PERSYARATAN
1. Suhu Air panas untuk pencucian 70 ºC dalam waktu 25 menit atau
95 ºC dalam waktu 10 menit.
2. Penggunaan jenis detergen dan desinfektan untuk proses pencucian
yang ramah lingkungan agar limbah cair yang dihasilkan mudah
terurai oleh lingkungan.
3. Standar kuman bagi linen bersih setelah keluar dari proses tidak
mengandung 6 x 10³ spora spesiae Bacillus per inchi persegi.
III. PEMANTAUAN
Pemeriksaan angka kuman linen setiab 6 bulan sekali.
IV. EVALUASI
1) Laporan rutin yang berisi jumlah linen yang dicuci dan peralatan /
bahan yang dipakai.
VI. PEMBIAYAAN
Sumber dana program pengelolaan linen :
1. Pengadaan sarana dan prasarana serta pengembangan program
pengelolaan linen sebagai investasi dibebankan kepada PT Karsa
Abdi Husada.
2. Pengelolaan, pengadaan alat dan barang rutin, pemeliharaan rutin
dan perbaikan alat ringan dibebankan kepada biaya operasional
Rumahsakit Jasa Kartini.
3. Perbaikan alat berat dilakukan dengan kesepakatan antara
Rumahsakit Jasa Kartini dengan PT Karsa Abdi Husada.
BAB VIII
PROGRAM PENGELOLAAN PENGENDALIAN VEKTOR DAN BINATANG
PENGGANGGU
I. PERSYARATAN / PARAMETER
1. Kepadatan jentik Aedes sp. Yang diamati melalui indeks container harus
0 (nol).
2. Tidak ditemukannnya lubang tanpa kawat kasa yang memungkinkan
nyamuk masuk kedalam ruangan, terutama di ruangan perawatan.
3. Semua ruang di rumah sakit harus bebas dari kecoa, terutama pada
dapur, gudang makanan, dan ruangan steril.
4. Tidak ditemukannnya tanda – tanda keberadaan tikus terutama pada
daerah bangunan tertututp (core) rumah sakit.
5. Tidak ditemukan lalat di dalam bangunan tertutup (core) di rumah
sakit.
6. Dilingkungan rumah sakit harus bebas kucing dan anjing.
II. SASARAN
Populasi vector yang ada di lingkungan rumahsakit.
2. Pencegahan
a. Nyamuk
1) Melakukan Pembersihan Sarang Nyamuk (PSN) dengan
mengubur, menguras, menutup.
2) Pengaturan aliran pembuangan air limbah dan saluran dalam
keadaan tertutup.
3) Pembersihan tanaman sekitar rumah sakit secara berkala
yang menjadi tempat perindukan.
4) Pemasangan kawat kasa di seluruh ruangan dan penggunaan
kelambu di ruang perawatan anak.
b. Kecoa
1) Menyimpan bahan makanan dan minuman siap saji pada
tempat tertutup.
2) Pengelolaan sampah yang memenuhi syarat kesehatan.
3) Menutup lubang – lubang atau celah – celah agar kecoa tidak
masuk ke dalam ruangan.
c. Tikus
1) Melakukan penutupan saluran terbuka, lubang – lubang di
dinding, plafon, pintu, dan jendela.
3. Pemberantasan
a. Nyamuk
1) Pemberantasan dilakukan apabila larva atau jentik nyamuk
aedes sp. > 0 dengan cara abatisasi.
2) Melakukan pemberantasan larva/jentik dengan
menggunakan predator.
3) Melakukan oilling untuk memberantas larva/jentik culex.
4) Bila diduga ada kasus demam berdarah yang tertular di
rumah sakit, maka perlu dilakukan pengasapan (fogging) di
rumah sakit.
b. Kecoa
1) Pembersihan telur kecoa dengan cara mekanis, yaitu
membersihkan telur yang terdapat pada celah – celah
dinding, lemari, peralatan dan telur kecoa dimusnahkan
dengan di bakar/dihancurkan.
2) Pemberantasan kecoa
3) Pemberantasan kecoa dapt dilakukan secara fisik dan
kimiawi.
a) Secara Fisik atau mekanis
- Membunuh langsung kecoa dengan alat pemukul.
- Menyiram tempat perindukan dengan air panas.
- Menutup celah – celah dinding.
b) Secara kimiawi dengan menggunakan insektisida dengan
pengasapan, buuk, semprotan, dan umpan.
c. Tikus
Melakukan pengendalian tikus secara fisik dengan pemasangan
perangkap, pemukulan sebagai alternatif terakhir dapat
dilakukan secara kimia dengan menggunakan umpan beracun.
d. Lalat
Bila kepadatan lalat dis ekitar tempat sampah (perindukan)
melebihi 2 ekor per blok grill maka dilakukan pengendalian lalat
secara fisik, biologik, dan kimia.
IV. PEMANTAUAN
Dilakukan setiap 2 kali sebulan.
V. EVALUASI
1. Indeks larva, kepadatan lalat, man biting ratio, jumlah kecoa mati oleh
kegiatan fogging.
2. Frekuensi tindakan dan cakupan.
3. Jumlah sarana pengendali serangga dan tikus per jumlah area.
4. pertemuan rutin dengan petugas pengelola.
5. Penelaahan laporan kerja setiap bulan.
IX. PEMBIAYAAN
Sumber dana untuk pengelolaan pengendalian vektor dan binatang
pengganggu :
BAB IX
PROGRAM DEKONTAMINASI MELALUI DISINFEKSI DAN STERILISASI
I. PARAMETER/PERSYARATAN
1. Suhu pada desinfeksi secar fisik dengan air panas untuk peralatan
sanitasi 80ºC dalam waktu 40 – 60 detik, sedangkan untuk
peralatan memasak 80ºC dalam waktu 1 menit.
2. Disinfektan harus memenuhi kriteria tidak merusak peralatan
maupun orang, desinfektan mempunyai efek sebagai detergen dan
efektif dalam waktu yang relative singkat, tidak terpengaruh oleh
kesadahan air atau keberadaan sabun dan protein yang mungkin
ada.
3. Penggunaan desinfektan harus mengikuti petunjuk pabrik.
4. Pada akhir proses desinfektan terhadap ruang pelayanan medis
(ruang operasi dan ruang isolasi) tingkat kepadatan kuman pada
lantai dan dinding 0 -5 CFU/cm2, bebas mikroorganisme patogen
dan gas ganggren. Untuk ruang penunjang medis (ruang rawat
inap, ruang ICU,/ICCU, kamar bayi, kamar bersalin, ruang
perawatan luka bakar,dan laundry) sebesar 5 – 10 CFU/cm2.
5. Sterilisasi peralatan yang berkaitan dengan perawatan pasien
secara fisik dengan pemanasan pada suhu ± 121 ºC selama 30
menit atau pada suhu 134 ºC selama 13 menit dan harus mengacu
pada petunjuk penggunaaan alat sterilisasi yang digunakan.
6. Sterilisasi harus menggunakan desinfektan yang ramah
lingkungan.
7. Petugas sterilisasi harus menggunakan alat pelindung diri dan
menguasai prosedur sterilisasi yang aman.
8. Hasil akhir proses sterilisasi untuk ruang operasi dan ruang isolasi
harus bebas dari mikroorganisme hidup.
1. PENGELOLAAN
1. Kamar atau ruang operasi yang telah dipakai harus dilakukan
desinfektan dan sterilisasi sampai aman untuk dipakai pada
operasi berikutnya.
2. Instrumen dan bahan medis yang dilakukan sterilisasi harus
melalui persiapan, meliputi :
a. Persiapan sterilisasi bahan dan alat sekali pakai.
Penataan – Pengemasan – Pelabelan - sterilisasi
b. Persiapan sterilisasi instrumen baru Penataan dilengkapi
dengan sarana pengikat (bila diperlukan) – Pelabelan –
Sterilisasi.
c. Persiapan sterilisasi instrumen dan bahan lama Disinfeksi
– pencucian (dekontaminasi) – pengerinagn (pelipatan
bila perlu ) – penataan – pelabelan – sterilisasi.
3. Indikasi kuat untuk tindakan desinfeksi/sterilisasi :
a. Semua perlatan medik atau peralatan perawatan pasien
yang dimasukan ke dalam jaringan tubuh, sistem
vaskuler atau melalui saluran darah harus dalam
keadaan steril sebelum digunakan.
b. Semua pralatan yang menyentuh selaput lendir seperti
endoskopi, pipa endotracheal harus
disterilkan/didisinfeksi dahulu sebelum digunakan.
c. Semua peraltan operasi setelah dibersihkan dari
jaringan tubuh, darah atau sekresi harus selalu dalam
keadaan steril sebelum digunakan.
4. Semua benda atau lat yang akan disterilkan/didisenfeksi
harus terlebih dahulu dibersihkan secara seksama untuk
menghilangkan semua bahan organik (drah dan jaringan
tubuh) dan sisa bahan linennya.
5. Sterilisasi (132ºC selama 3 menit pada gravity displacement
steam sterillzier) tidak dianjurkan untuk implant.
6. Setiap alat yang berubah kondisi fisiknya karena dibersihkan,
disterilkan atau didisinfeksi tidak boleh dipergunakan lagi.
Oleh karena itu hindari proses ulang yang dapat
mengakibatkan keadaan toxin atau mengganggu keamanan
dan efektivitas peralatan.
7. Jangan menggunakan bahan seperti linen, dan lainnya yang
tidak tahan terhjadap sterilisasi, karena akan mengakibatkan
kerusakan seperi kemasannya rusak atau berlubang,
bahannnya mudah sobek, basah, dan sebagainya.
III. PEMANTAUAN
1.Pemeriksaan Angka kuman Ruangan setiap 6 bulan sekali.
2.pemeriksaan Angka kuman alat medis dan bahan medis setiap 6 bulan
sekali.
IV. EVALUASI
Hasil pemantauan sesuai dengan standar/persyaratan.
BAB X
PROGRAM PENGAMANAN RADIASI
I. PARAMETER / PERSYARATAN
Persyaratan sesuai dengan keputusan Badan pengawas Tenaga Nuklir
Nomor 01 Tahun 1999, tentang ketentuan Keselamatan Kerja terhadap
radiasi adalah :
1. Nilai Batas Dosis (NDB) bagi pekerja yang terpajan radiasi sebesar 50
mSv (mili sievert) dalam satu tahun.
2. NDB bagi masyarakat yang terpajan sebesar 5 mSv dalam 1 tahun.
II. PENGELOLAAN
1. Perizinan
Setiap rumah sakit yang memanfaatkan peralatan yang memajankan
radiasi dan menggunakan zat radioaktof, harus memperoleh izin adri
badan pengawas Tenaga Nuklir (sesuai Nomor 64 Tahun 2000 tentang
perizinan Pemanfaatan Tenaga Nuklir, pasal 2 ayat 1).
2. Sistem pembatasan dosis
Penerimaan dosis radiasi terhadap pekerja atau masyarakat tidak boleh
melebihi nilai batas yang ditetepkan oleh badan pengawas.
3. Sistem manajemen kesehatan dan Keselamatan Kerja terhadap
pemanfaatan radiasi pengion.
a. Organisasi
Rumah sakit harus mempunyai organisasi proteksi radisi da
mempunyai izin.
b. Pemeriksaan kesehatan
Rumah sakit harus menyelenggarakan pemeriksaan awal dan
berkala terhadap pekerja radiasi.
c. Penyimpanan dokumentasi
Pengelola rumah sakit harus menyimpan dokumen yang memuat
catatan dosis hasil pemantauan daerah kerja, lingkungan dan kartu
kesehatan pekerja selama 30 tahun.
d. Jaminan kualitas
Pengelola rumahs akit harus membuat program jaminan kualitas
bagi instalasi yang mempunyai potensial dampak radiasi.
e. Pendidikan dan pelatihan
III. PERALATAN/FASILITAS
- Instalasi yang yang memenuhi persyaratan
- Monitoring perorangan
- Survei meter
- Alat untuk mengangkat dan mengangkut, pakaian kerja
- Dekontaminasi kt
- Alat –alat pemeriksa tanda – tanda radiasi.
IV. PEMANTAUAN
- Pemeriksaan pekerja radiasi setiap 1 tahun sekali.
V. PELAKSANA
Pengelola Rumah sakit
VI. PEMBIAYAAN
Sumber dana program penyuluhan :
1) Pengadaan sarana dan prasarana serta pengembangan
program penyuluhan sebagai investasi dibebankan kepada PT Karsa
Abdi Husada.
2) Pengelolaan, pengadaan alat dan barang rutin,
pemeliharaan rutin dan perbaikan alat ringan dibebankan kepada biaya
operasional Rumahsakit Jasa Kartini.
VII. EVALUASI
- Laporan hasil pemantauan dosis perorangan.
- Catatan dosis hasil pemantauan daerah kerja, lingkungan dan kartu
kesehatan pekerja.
-
BAB XI
PROGRAM UPAYA PROMOSI KESEHATAN LINGKUNGAN
I. TATA LAKSANA
Promosi higiene dan sanitasi dapat dilaksanakan dengan menggunakan cara
langsung, media cetak, maupun media elektronik.
- Secara lansung : Konseling, diskusi, ceramah,
demonstrasi,partisipasi, pameran, melalui
pengeras suara dan lain – lain.
- Media Cetak : penyebaran leaflet, pemasangan poster,
gambar, spanduk, tata tertib, pengumuman
secara tertulis, pemasangan petunjuk.
- Media elektronik : Radio, televisi.
II. FASILITAS
Fasilitas adalah fasilitas yang digunakan untuk menunjang pelaksanaan
penyuluhan kesehatan lingkungan di rumah sakit (ruangan, kursi, TV, Video,
speaker, OHP, Wareless, media penyuluhan).
III. PELAKSANA
Semua karyawan rumah sakit dibawah koordinasi petugas Kesling Rumah
sakit.
IV. PEMBIAYAAN
Sumber dana program penyuluhan :
a) Pengadaan sarana dan prasarana serta pengembangan program
penyuluhan sebagai investasi dibebankan kepada PT Karsa Abdi
Husada.
b) Pengelolaan, pengadaan alat dan barang rutin, pemeliharaan rutin dan
perbaikan alat ringan dibebankan kepada biaya operasional
Rumahsakit Jasa Kartini.
V. EVALUASI
- Tersedianya fasilitas dan peralatan dalam kegiatan penyuluhan
kesehatan rumahsakit Laporan kegiatan pelaksanaan penyuluhan.
BAB XII
MONITORING DAN EVALUASI
I. RUMAH SAKIT
a) Pimpinan rumah sakit secara berkala melakukan monitoring dan evaluasi
program penyehatan lingkunganyang dilaksanakan oleh Instalasi Sanitasi
Rumah Sakit Jasa Kartini
b) Instalasi Sanitasi Rumah Sakit Jasa Kartini secara berkala (paling lama 2
tahun) melakukan evaluasi pedoman, kebijakan dan prosedur penyehatan
lingkungan yang dipergunakan di rumah sakit
c) Instalasi Sanitasi Rumah Sakit Jasa Kartini melakukan evaluasi kegiatan
setiap triwulan dan membuat tindak lanjutnya.
BAB XIII
PENUTUP