Anda di halaman 1dari 73

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Derajat kesehatan masyarakat pada dasarnya merupakan hasil interaksi
antara empat faktor yaitu, faktor lingkungan, faktor perilaku, faktor pelayanan
kesehatan, dan faktor keturunan. Diantara faktor tersebut, faktor yang paling
berpengaruh adalah faktor lingkungan.

Rumah sakit (RS) adalah sarana pelayanan kesehatan, tempat


berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat, atau dapat menjadi tempat
penularan penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan
dan gangguan kesehatan (Depkes RI, 2004). Rumah sakit merupakan instansi
pelayanan kesehatan dengan inti kegiatan promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif. Kegiatan tersebut akan menimbulkan dampak positif maupun
negatif. Dampak positif dari kegiatan rumah sakit adalah meningkatkan
derajat kesehatan manusia, sedangkan dampak negatif adalah sampah dari
kegiatan medis dan non medis yang dapat menimbulkan penyakit dan
pencemaran lingkungan yang perlu perhatian khusus.
Pencemaran dapat terjadi karena di rumah sakit terdapat polutan
baik dalam bentuk fisik, kimia maupun bakteriologis. Bentuk pencemaran
fisik bersumber dari tempat antara lain bau limbah yang dihasilkan dan dari
hasil pembakaran limbah medis dari incenerator. Pencemaran kimia
bersumber dari laboratorium dan laundry. Sedangkan pencemaran
mikrobiologi bersumber dari mikroba pathogen sepertiio Chollera,
Pneumonia, dan lain-lain. mikroba tersebut merupakan mikroba yang
berbahaya bagi manusia. Selain dapat menimbulkan pencemaran lingkungan,
rumah sakit dapat pula menjadi tempat penularan penyakit. Penularan
penyakit dapat terjadiapabila pengunjung atau pasien yang masuk rumah sakit
untuk pengobatan suatu penyakit tertentu, terinfeksi oleh kuman yang

1
terdapat di lingkungan rumah sakit. Infeksi yang terjadi di rumah sakit
disebut Infeksi Nosokomial.

. Untuk menghindari hal ini tidak terjadi, maka lingkungan, sarana, dan
prasana Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan kesehatan. Sehingga perlu
dilakukan upaya penyehatan lingkungan yang merupakan suatu usaha untuk
melakukan pengawasan dan pemantauan agar tidak terjadinya permasalahan
dalam suatu lingkungan.

Dalam mengelola penyehatan lingkungan suatu Rumah Sakit,


Departemen Kesehatan RI telah menyusun suatu kebijakan, pedoman dan
syarat-syarat kesehatan lingkungan bagi suatu Rumah Sakit serta petunjuk
teknis dan tata cara pelaksanaannya (Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
1204/MENKES/SK/X/2004, tanggal 19 Oktober 2004 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit).

Sanitasi lingkungan merupakan hal yang sangat penting untuk


diperhatikan sehingga dapat mencegah terjadinya perkembang biakkan
vektor penyakit menular. Pada sanitasi lingkungan ini, banyak faktor – faktor
yang mempengaruhinya.

Dalam lingkup rumah sakit upaya penyehatan lingkungan yang dilakukan


antara lain :
1. Penyehatan bangunan dan ruangan, termasuk pencahayaan, kebisingan,
penghawaan, serta kelembaban
2. Penyehatan makanan dan minuman
3. Penyediaan air bersih
4. Pengelolaan limbah padat dan cair
5. Penyehatan tempat pencucian umum termasuk pengelolaan linen
6. Pengendalian serangga dan binatang pengganggu

Untuk mencegah penyakit yang disebabkan oleh kondisi lingkungan


rumah sakit karena kurang memenuhi syarat kesehatan ataupun terjadinya

2
pencemaran lingkungan, maka perlu dilakukan pemeriksaan pengawasan
sanitasi lingkungan Rumah Sakit khususnya RSUD M. Zein Painan.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui keadaan sanitasi RSUD M. Zein Painan.

1.2.2 Tujuan Khusus


1. Untuk mengetahui kesehatan lingkungan RSUD M. Zein Painan.
2. Untuk mengetahui ruang bangunan RSUD M. Zein Painan.
3. Untuk mengetahui penyehatan makanan dan minuman RSUD M.
Zein Painan
4. Untuk mengetahui penyehatan air RSUD M. Zein Painan
5. Untuk mengetahui pengolahan limbah RSUD M. Zein Painan
6. Untuk mengetahui tempat pencucian linen RSUD M. Zein Painan
7. Untuk mengetahui pengendalian serangga dan tikus di RSUD M.
Zein Painan
8. Untuk mengetahui dekontaminasi melalui desinfeksi dan sterilisasi di
RSUD M. Zein Painan
9. Untuk mengetahui pengamanan radiasi RSUD M. Zein Painan
10. Untuk mengetahui penyuluhan kesehatan lingkungan RSUD M. Zein
Painan
11. Untuk mengetahui unit atau instansi sanitasi RSUD M. Zein Painan

1.3 Ruang Lingkup


1. Fasilitas sanitasi ( penyediaan air bersih, saluran air limbah, toilet, tempat
sampah, dll ).
2. Pemeriksaan kebisingan, pencahayaan, suhu, kelembaban pada ruang –
ruang tertentu.
3. Lokasi dan bangunan ( lantai, ventilasi, pembagian ruangan, dinding, pintu
dan atap).
1.4 Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan informasi dan masukan bagi pihak pengelola Rumah Sakit.
2. Sebagai bahan masukan bagi Instansi terkait dalam meningkatkan
pelaksanaan pengawasan.

3
3. Sebagai penerapan ilmu yang didapat dibangku perkuliahan dan menambah
pengalaman bagi mahasiswa.

BAB II
LANDASAN TEORITIS

2.1 Pengertian

4
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No1204/Menkes/SK/X/2004
tentang persyaratan kesehatan lingkungan Rumah Sakit, yang dimaksud
dengan Rumah Sakit adalah :“Sarana pelayanan kesehatan, tempat
berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat atau dapat menjadi tempat
penularan penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan
dan gangguan kesehatan”

Sanitasi Rumah Sakit adalah segala usaha pengawasan yang diarahkan


untuk pemeliharaan kondisi lingkungan Rumah Sakit menjadi lebih indah dan
aman bagi pasien, pengunjung, dan karyawan serta mencegah terjadinya
penularan penyakit.

Ruang bangunan dan halaman runah Sakit adalah semua ruang/unit dan
halaman yang ada di dalam batas pagar Rumah Sakit (bangunan fisik dan
kelengkapannya) yang dipergunakan untuk berbagai keperluan dan kegiatan
Rumah Sakit.

Pencahayaan di dalam ruang bangunan Rumah Sakit adalah intensitas


penyinaran pada suatu bidang kerja yang ada di dalam ruang bangunan
Rumah Sakit yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif.
Penghawaan ruang bangunan adalah aliran udara segar di dalam ruang
bangunan yang memadai untuk menjamin kesehatan penghuni ruangan.

Kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki sehingga


menggangu dan atau membahayakan kesehatan.

Kebersihan ruangan bangunan dan halaman adalah suatu kegiatan atau


kondisi ruangan bangunan dan halaman bebas dari bahaya dan resiko minimal
untuk terjadinya infeksi silang, dan masalah kesehatan dan keselamatan kerja.

2.2 Persyaratan kesehatan lingkungan Rumah Sakit


Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
1204/MENKES/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan
Rumah Sakit, meliputi :

5
2.2.1 Persyaratan ruang bangunan dan halaman Rumah Sakit
1. Lingkungan bangunan Rumah Sakit
a. Lingkungan bangunan Rumah Sakit harus mempunyai batas yang
jelas, dilengkapi dengan pagar yang kuat dan tidak memungkinkan
orang atau binatang peliharaan keluar masuk dengan bebas.
b. Luas lahan bangunan dan halaman harus disesuaikan dengan luas
lahan keseluruhan, sehingga tersedia tempat parkir yang memadai
dan dilengkapi dengan rambu parkir.
c. Lingkungan bangunan Rumah Sakit harus bebas dari banjir, jika
berlokasi di daerah banjir harus menyediakan fasilitas atau teknologi
untuk mengatasinya.
d. Lingkungan Rumah Sakit harus merupakan kawasan bebas asap
rokok.
e. Lingkungan bangunan Rumah Sakit harus dilengkapi penerangan
dengan intensitas pencahayaan cukup.
f. Lingkungan Rumah Sakit harus tidak berdebu, tidak becek atau tidak
terdapat genangan air dan dibuat landai menuju ke saluran terbuka
atau tertutup, tersedia lubang penerima air masuk dan disesuaikan
dengan luas halaman.
g. Saluran air limbah domestik dan limbah medis harus tertutup dan
terpisah, masing-masing dihubungkan langsung dengan instalasi
poengolahan air limbah.
h. Di tempat parkir, halaman, ruang tunggu dan tempat-tempat tertentu
yang menghasilkan sampah harus disediakan tempat sampah.
i. Lingkungan, ruangan, dan bangunan Rumah Sakit harus selalu
dalam keadaan bersih dan tersedia fasilitas sanitasi secara kualitas
dan kuantitas yang memenuhi persyaratan kesehatan, sehingga tidak
memungkinkan tempat bersarang dan berkembangbiaknya serangga,
binatang pengerat, daan binatang pengganggu lainnya.

2. Konstruksi Bangunan Rumah Sakit

6
a. Lantai
1. Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan
rata, tidak licin, warna terang, dan mudah dibersihkan.
2. Lantai yang selalu kontak dengan air harus mempunyai
kemiringan yang cukup ke arah saluran pembuangan air limbah.
3. Pertemuan lantai dengan dinding harus berbentuk konus/lengkung
agar mudah dibersihkan
b. Dinding
Permukaan dinding harus kuat, kedap air, permukaan rata, tidak
licin, warna terang dan menggunakan cat yang tidak nudah luntur serta
tidak menggunakan cat yang mengandung logam berat.

c. Ventilasi
1. Ventilasi alamiah harus dapat menjamin aliran udara di dalam
kamar/ ruang dengan baik
2. Luas ventilasi alamiah ninimum 15% dari luas lantai
3. Bila ventilasi alamiah tidak dapat menjamin adanya pergantian
udara dengan baik, kamar atau ruang harus dilengkapi dengan
penghawaan buatan/mekanis
4. Penggunaan ventilasi buatan/mekanis harus disesuaikan dengan
peruntukan ruangan.
d. Atap
1. Atap harus kuat, tidak bocor, dan tidak menjadi tempat
perindukan serangga, tikus, dan binatang pengganggu lainnya.
2. Atap yang lebih tinggi dari 10 m harus dilengkapi penangkal petir

e. Langit - Langit
1. Langit-langit harus kuat, bewarna terang dan mudah dibersihkan
2. Langit-langit tingginya minimal 2,7 m dari lantai
3. Kerangka langit-langit harus kuat dan bila terbuat dari kayu harus
anti rayap

7
f. Konstruksi
Balkon, beranda dan talang harus sedemikian rupa sehingga tidak
menjadi tempat perindukan nyamuk aides.

g. Pintu
Pintu harus kuat, cukup tinggi, cukup lebar dan dapat mencegah
masuknya serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya.

h. Jaringan Instalasi
1. Pemasangan jaringan instalasi air minum, air bersih, air limbah,
gas, listrik, sistem penghawaan, sarana komunikasi dan lain-lain
harus memenuhi persyaratan teknis kesehatan agar aman
digunakan untuk tujuan pelayanan dan kesehatan.
2. Pemasangan air minum tidak boleh bersilangan dengan pipa air
limbah dan tidak boleh bertekanan negative untuk menghindari
pencemaran air minum.
i. Lalu Lintas Antar Ruangan
1. Pembagian ruangan dan lalu lintas antar ruangan harus didisain
sedemikian rupa dan dilengkapi dengan petunjuk letak ruangan,
sehingga memudahkan hubungan dan komunikasi antar ruangan
serta menghindari resiko terjadinya kecelakaan dan kontaminasi.
2. Penggunaan tangga atau elevator dan lift harus dilengkapi dengan
sarana pencegahan kecelakaan seperti alarm suara dan petunjuk
penggunaan yang mudah dipahami oleh pemakainya atau untuk
lift 4 (empat) lantai harus dilengkapi ARD (Automatic Reserve
Divided) yaitu alat yang dapat mencari lantai terdekat bila listrik
mati.
3. Dilengkapi dengan pintu darurat yang dapat dijangkau dengan
mudah bila terjadi kebakaran atau kejadiaan darurat lainya dan
dilengkapi ram untuk brankar.
j. Fasilitas Pemadam Kebakaran

8
Bangunan Rumah Sakit dilengkapi dengan fasilitas pemadam
kebakaran sesuai dengan ketentuan yang berlaku

3. Ruangan Bangunan
Penataan ruang bangunan dan penggunaannya harus sesuai dengan
fungsi serta memenuhi persyaratan kesehatan yaitu dengan
mengelompokan ruangan berdasarkan tingkat resiko terjadinya penularan
penyakit sebagai berikut :

a. Zona dengan risiko rendah


Zona risiko rendah meliputi : ruang administrasi, ruang komputer,
ruang pertemuan, ruang perpustakaan, ruang resepsionis dan ruang
pendidikan/ pelatihan.

1. Permukaan dinding harus rata dan bewarna terang


2. Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, mudah dibersihkan,
kedap air,bewarna terang, dan pertemuan antara lantai dengan
dinding ada konus (berbentuk lengkung)
3. Langit-langit harus terbuat dari bahan multipleks atau bahan
yang kuat, warna terang, mudah dibersihkan, kerangka harus kuat
dan tinggi minimal 2,70 m dari lantai
4. Lebar pintu minimal 1,20 m dan tinggi minimal 2,10 m dan
ambang bawah jendela minimal 1,00 m dari lantai
5. Ventilasi alamiah harus dapat menjamin aliran udara didalam
kamar/ ruang dengan baik bila ventilasi alamih tidak menjamin
adanya pergantian udara dengan baik, harus dilengkapi dengan
penghawaan mekanis (exhauster)
6. Semua stop kontak dan saklar dipasang pada ketinggian
minimal 1,40 m dari lantai
b. Zona dengan risiko sedang
Zona resiko sedang meliputi : ruang rawat inap bukan penyakit
menular, rawat jalan, ruamg ganti pakaian, dan ruang tunggu pasien.

9
Persyaratan bangunan pada zona dengan risiko sedang sama dengan
persyaratan risiko rendah.

c. Zona dengan risiko tinggi


Zona dengan risiko tinggi meliputi : ruang isolasi, ruang perawatan
intensif, laboratorium, ruang penginderaan medis (medical imaging),
ruang bedah mayat (autopsy) dan ruang jenazah dengan ketentuan
sebagai berikut :

1. Dinding permukaan harus rata dan bewarna terang.


a. Dinding ruang laboratorium dibuat dari porselin atau keramik
setinggi 1,50 m dari lantai dan sisanya dengan dicat warna terang
b. Dinding ruang penginderaan medis harus berwarna gelap dengan
ketentuan dinding disesuaikan dengan pancaraan sinar yang
dihasilkan dari peralatan yang dipasang diruangan tersebut,
tembok pembatas antara ruang sinar X dengan kamar gelap
dilengkapi dengan tansfer cassetle
2. Lantai terbuat dari bahan yang kuat, mudah dibersihkan, kedap air,
bewarna terang dan pertemuan antar lantai dengan dinding harus
berbentuk konus
3. Langit-langit terbuat dari bahan multipleks atau bahan yang kuat,
warna terang, mudah dibersihkan, kerangka harus kuat dan tinggi
minimal 2,70 m dari lantai
4. Lebar pintu minimal 1,20 m dan tinggi minimal 2,10 m dan ambang
bawah jendela minimal 1,00 m dari lantai
5. Semua stop kontak dipasang pada ketinggian minimal 1,4 m dari
lantai
d. Zona dengan risiko sangat tinggi
Zona risiko sangat tinggi meliputi : ruang operasi, ruang bedah
mulut, ruang perawatan gigi, ruang gawat darurat, ruang bersalin dan
ruang patologi dengan ketentuan sebagai berikut :

10
1. Dinding terbuat dari bahan porselin atau vinyl setinggi langit-langit
atau dicat dengan cat tembok yang tidak luntur dan aman, bewarna
terang
2. Langit-langit terbuat dari bahan yang kuat dan aman, dan tinggi
minimal 2,70 m dari lantai.
3. Lebar pintu minimal 1,20 m dan tinggi minimal 2,10 m dan semua
pintu kamar harus selalu dalam keadaan tertutup
4. Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, mudah dibersihkan
dan bewarna terang.
5. Khusus ruang operasi, harus disediakan gelagar (gantungan) lampu
bedah dengan profil baja double inp 20 yang dipasang sebelum
pemasangan langit-langit.
6. Tersedia rak dan lemari untuk menyimpan reagensia siap pakai.
7. Ventilasi atau penghawaan sebaiknya menggunakan ac tersendiri
yang dilengkapi filter bakteri, untuk setiap ruang operasi yang
terpisah dengan ruang lainnya. Pemasangan ac minimal 2 m dari
lantai dan aliran udara bersih yang masuk kedalam kamar operasi
berasal dari atas kebawah. Khusus untuk ruang bedah ortopedi atau
transplantasi organ harus menggunakan pengaturan udara UCA
(ultra clean air) system.
8. Tidak dibenarkan terdapat hubungan langsung dengan udara luar,
untuk itu harus dibuat ruang perantara
9. Hubungan dengan ruang scrub-up untuk melihat kedalam ruang
operasi perlu dipasang jendela kaca mati, hubungan keruang steril
dari bagian cleaning cukup dengan sebuah loket yang dapat dibuka
dan ditutup.
10. Pemasangan gas medis secara sentral diusahakan melalui bawah
lantai atau diatas langit-langit.
11. Dilengkapi dengan sarana pengumpulan limbah medis

3.1 Kualitas Udara Ruang

11
a. Tidak berbau (terutama bebas dari H2S dan amoniak)
b. Kadar debu (particulate matter) berdiameter kurang dari 10 micron
dengan rata-rata pengukuran 8 jam atau 24 jam tidak melebihi 150
µg/m3, dan tidak mengandung debu asbes.
Indeks angka kuman untuk setiap ruang/unit seperti tabel berikut :

Tabel 1.1
Indeks Angka Kuman Menurut Fungsi Ruang atau Unit
Konsentrasi Maksimum Mikro-organisme
No Ruang atau Unit per m3 Udara (CFU/m3)
1 Operasi 10
2 Bersalin 300
3 Pemulihan/perawatan 200-500
4 Observasi bayi 200
5 Perawatan bayi 200
6 Perawatan premature 200
7 ICU 200
8 Jenazah/autopsi 200-500
9 Penginderaan medis 200
10 Laboratorium 200-500
11 Radiologi 200-500
12 Sterilisasi 200
13 Dapur 200-500
14 Gawat darurat 200
15 Administrasi, pertemuan 200-500

3.2 Pencahayaan
Pencahayaan, penerangan dan intensitasnya diruang umum dan
khusus harus sesuai dengan peruntukannya seperti dalam tabel berikut

Tabel 1.2
Indeks Pencahayaan Menurut Jenis Ruangan atau Unit
No Ruang atau Unit Intensitas Cahaya Keterangan
(lux)
1 Ruang pasien
- saat tidak tidur 100-200 Warna cahaya sedang
- saat tidur Maksimal 50

12
2 Ruang operasi umum 300-500
3 Meja operasi 10.000-20.000 Warna cahaya sejuk
atau sedang tanpa
bayangan
4 Anestesi, pemulihan 300-500
5 Endoscopy lab 75-100
6 Sinar X Minimal 60
7 Koridor Minimal 100
8 Tangga Minimal 100 Malam hari
9 Administrasi/kantor Minimal 100
10 Ruang alat/gudang Minimal 200
11 Farmasi Minimal 200
12 Dapur Minimal 200
13 Ruang cuci Minimal 100
14 Toilet Minimal 100
15 Ruang isolasi khusus 0,1-0,5 Warna cahaya biru
penyakit tetanus
16 Ruang luka bakar 100-200

3.3 Penghawaan
Persyaratan penghawaan untuk masing-masing ruang atau unit seperti
berikut :

a. Ruang-ruang tertentu seperti ruang operasi, perawatan bayi,


laboratorium, perlu mendapat perhatian yang khusus karena sifat
pekerjaan yang terjadi diruang-ruang tersebut
b. Ventilasi ruang operasi harus dijaga pada tekanan lebih positif sedikit
(minimum 0,10 bar) dibandingkan dengan ruang-ruang lain di Rumah
Sakit.
c. Sistem suhu dan kelembaban hendaknya didesain sedemikian rupa
sehingga dapat menyediakan suhu dan kelembapan seperti dalam tabel
berikut :
Tabel 1.3
Standar Suhu, Kelembaban, dan Tekanan Udara Menurut Fungsi Ruang
atau Unit
No Ruang atau Unit Suhu (0C) Kelembaban(%) Tekanan
1 Operasi 19-24 45-60 Positif

13
2 Bersalin 24-26 45-60 Positif
3 Pemulihan/perawatan 22-24 45-60 Seimbang
4 Observasi bayi 21-24 45-60 Seimbang
5 Perawatan bayi 22-26 35-60 Seimbang
6 Perawatan prematur 24-26 35-60 Positif
7 ICU 22-23 35-60 Positif
8 Jenazah atau autopsi 21-24 - Negative
9 Penginderaan medis 19-24 45-60 Seimbang
10 Laboratorium 22-26 35-60 Negative
11 Radiologi 22-26 45-60 Seimbang
12 Sterilisasi 22-30 35-60 Negative
13 Dapur 22-30 35-60 Seimbang
14 Gawat darurat 19-24 45-60 Positif
15 Administrasi, pertemuan 21-24 - Seimbang
16 Ruang luka bakar 24-26 35-60 Positif

d. Ruangan yang tidak menggunakan AC, sistem sirkulasi udara segar


dalam ruangan harus cukup (mengikuti pedoman teknis yang berlaku).

3.4 Kebisingan
Persyaratan kebisingan untuk masing-masing ruangan atau unit
seperti tabel berikut :

Tabel 1.4
Indeks Kebisingan Menurut Ruangan atau Unit

No Ruang atau Unit Maksimum Kebisingan (waktu


pemaparan 8 jam dan satuan

14
dBA)
1 Ruang pasien
- saat tidak tidur 45
- saat tidur 40
2 Ruang Operasi, umum 45
3 Anestesi, pemulihan 45
4 Endoskopi, laboratorium 65
5 Sinar X 40
6 Koridor 40
7 Tangga 45
8 Kantor/loby 45
9 Ruang alat/gudang 45
10 Farmasi 45
11 Dapur 78
12 Ruang cuci 78
13 Ruang isolasi 40
14 Ruang poli gigi 80

3.5 Fasilitas Sanitasi Rumah Sakit

Perbandingan jumlah tempat tidur pasien dengan jumlah toilet dan


jumlah kamar mandi seperti pada tabel berikut :

Tabel 1.5
Indeks Perbandingan Jumlah Tempat Tidur, Toilet, dan Jumlah Kamar
Mandi
No Jumlah Tempat Tidur Jumlah Toilet Jumlah Kamar Mandi
1 s/d 10 1 1
2 s/d 20 2 2
3 s/d 30 3 3
4 s/d 40 4 4
Setiap penambahan 10 tempat tidur harus ditambah 1 toilet dan 1 kamar mandi

Tabel 1.6
Indeks Perbandingan Jumlah Karyawan dengan Jumlah Toilet, dan Kamar
Mandi
No Jumlah Tempat Tidur Jumlah Toilet Jumlah Kamar Mandi
1 s/d 20 1 1
2 s/d 40 2 2

15
3 s/d 60 3 3
4 s/d 80 4 4
5 s/d 100 5 5
Setiap penambahan 20 karyawan harus ditambah 1 toilet dan 1 kamar mandi

3.6 Jumlah Tempat Tidur


Perbandingan jumlah tempat tidur dengan luas lantai untuk kamar
perawatan dan kamar isolasi sebagai berikut :

a. Ruang bayi :
1. Ruang perawatan minimal 2 m2/ tempat tidur
2. Ruang isolasi minimal 3,5 m2/ tempat tidur
b. Ruang dewasa :
1. Ruang perawatan minimal 4,5 m2/ tempat tidur
2. Ruang isolasi minimal 6 m2/ tempat tidur.
3.7 Lantai dan Dinding
Lantai dan dinding harus bersih dengan tingkat kebersihan sebagai
berikut :

o
Ruang operasi : 0-5 CFU/cm3 dan bebas patogen dan gas gangren
o
Ruang perawatan : 5-10 CFU/cm3
o
Ruang isolasi : 0-5 CFU/cm3
o
Ruang IGD : 5-10 CFU/cm3

2.2.2 Persyaratan Higiene dan Sanitasi Makanan Minuman


1. Pengertian
Makanan dan minuman di Rumah Sakit adalah semua makanan dan
minuman yang disajikan dari dapur Rumah Sakit untuk pasien dan
karyawan makanan dan minuman yang dijual di dalam lingkungan Rumah
Sakit atau dibawa dari luar Rumah Sakit.

16
Higiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan
melindungi kebersihan individu. Misalnya mencuci tangan, mencuci
tangan, mencuci piring, membuang bagian makanan yang rusak.

Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan


melindungi kebersihan lingkungan. Misalnya menyediakan air bersih,
menyediakan air bersih, menyediakan tempat sampah dan lain-lain.

2. Persyaratan Hygiene dan Sanitasi Makanan


a. Angka kuman E. Coli pada makanan jadi harus 0/gr sampel
makanan dan pada minuman angka kuman E. Coli harus 0/100 ml
sampel minuman.
b. Kebersihan peralatan ditentukan dengan angka total kuman
sebanyak-banyaknya 100/cm2 permukaan dan tidak ada kuman E.
Coli.
c. Makanan yang mudah membusuk disimpan dalam suhu panas
lebih dari 65,50C atau dalam suhu dingin kurang dari 40C. Untuk
makanan yang disajikan lebih dari 6 jam disimpan dalam suhu – 5 0C
sampai – 10C.
d. Makanan kemasan tertutup sebaiknya disimpan dalam suhu ±
100C.
e. Penyimpanan bahan mentah dilakukan dalam suhu sebagai
berikut :

Tabel 1.7
Suhu Penyimpanan Menurut Jenis Bahan Makanan
Digunakan Untuk
Jenis Bahan 3 hari atau 1 minggu atau 3 hari atau
Makanan kurang kurang
kurang

17
Daging, ikan, -50C sampai 00C -100C sampai -50C Kurang dari
udang dan
-100C
olahannya
Telur, susu, dan 50C sampai 70C -50C sampai 100C Kurang dari -50C
olahannya
Sayur, buah dan 100C 100C 100C
minuman
Tepung dan biji 250C 250C 250C
Daging, ikan, -50C sampai 00C -100C sampai -50C Kurang dari
udang dan -100C
olahannya

f. Kelembaban penyimpanan dalam ruangan : 80-90 %


g. Cara penyimpanan bahan makanan tidak menempel pada lantai,
dinding atau langit-langit dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Jarak bahan makanan dengan lantai 15 cm
2. Jarak bahan makanan dengan dinding 5 cm
3. Jarak bahan makanan dengan langit-langit 60 cm.

3. Penyimpanan Bahan Makanan Kering dan Makanan Basah


a. Bahan makanan kering

1. Semua gudang bahan makanan hendaknya berada di bagian yang


tinggi
2. Bahan makanan tidak diletakkan dibawah saluran / pipa air (air
bersih maupun air limbah) untuk menghindari terkena bocoran
3. Tidak ada drainase disekitar gudang makanan
4. Semua bahan makanan hendaknya disimpan pada rak-rak dengan
ketinggian rak terbawah 15 cm-25 cm
5. Suhu gudang bahan makanan kering dan kaleng dijaga kurang
dari 220 C
6. Gudang harus dibuat anti tikus dan serangga
7. Penempatan bahan makanan harus rapi dan ditata tidak padat
untuk menjaga sirkulasi udara
b. Bahan makanan basah / mudah membusuk dan minuman

18
1. Bahan makanan seperti buah, sayuran dan minuman, disimpan
pada suhu penyimpanan sejuk (cooling) 100C-150C.
2. Bahan makanan berprotein yang akan segera diolah kembali
disimpan pada suhu penyimpanan dingin (chilling) 40C-100C.
3. Bahan makanan berprotein yang mudah rusak untuk jangka
waktu sampai 24 jam disimpan pada penyimpanan dingin sekali
(freezing) dengan suhu 00C-40C.
4. Bahan makanan berprotein yang mudah rusak untuk jangka
kurang dari 24 jam disimpan pada penyimpanan beku (frozen)
dengan suhu kurang dari 00C.
5. Pintu tidak boleh sering dibuka karena akan meningkatkan suhu.
6. Makanan yang berbau tajam (udang, ikan, dll) harus tertutup.
7. Pengambilan dengan cara first in first out (FIFO), yaitu yang
disimpan lebih dahulu digunakan dahulu, agar tidak ada makanan
yang busuk.
c. Makanan Jadi

1. Makanan jadi harus memenuhi persyaratan bakteriologi


berdasarkan ketentuan yang berlaku. Jumlah kandungan logam
berat dan residu pestisida, tidak boleh melebihi ambang batas yang
diperkenankan menurut ketentuan yang berlaku.

2. Makanan jadi yang siap disajikan harus diwadahi atau dikemas dan
tertutup serta segera disajikan.

4. Pengolahan Makanan
a. Tempat Pengolahan Makanan
1. Perlu disediakan tempat pengolahan makanan (dapur) sesuai
dengan persayaratan konstruksi, bangunan dan ruangan dapur.
2. Sebelum dan sesudah kegiatan pengolahan makanan selalu
dibersihkan dengan antiseptik.

19
3. Asap dikeluarkan melalui cerobong yang dilengkapi dengan
sungkup asap.
4. Intensitas pencahayaan diupayakan tidak kurang dari 200 lux.
b. Peralatan masak
Peralatan masak adalah semua perlengkapan yang diperlukan dalam
proses pengolahan makanan.

1. Peralatan masak tidak boleh melepaskan zat beracun kepada


makanan.
2. Peralatan masak tidak boleh patah dan kotor.
3. Lapisan permukaan tidak terlarut dalam asam/basa atau garam-
garam yang lazim dijumpai dalam makanan.
4. Peralatan agar dicuci segera sesudah digunakan, selanjutnya
didesinfeksi dan dikeringkan.
5. Peralatan yang sudah bersih harus disimpan dalam keadaan kering
dan disimpan pada rak yang terlindung dari vektor.
c. Penjamah makanan
1. Harus sehat dan bebas dari penyakit menular
2. Secara berkala minimal 2 kali setahun diperiksa kesehatannya oleh
dokter yang berwenang.
3. Harus menggunakan pakaian kerja dan perlengkapan pelindung
pengolahan makanan dapur.
4. Selalu mencuci tangan sebelum bekerja dan setelah keluar dari
kamar kecil.

d. Pengangkutan makanan
Makanan yang telah siap santap perlu diperhatikan dalam cara
pengangkutannya yaitu :

1. Makanan diangkut dengan menggunakan kereta dorong yang


tertutup dan bersih.

20
2. Pengisian kereta dorong tidak sampai penuh, agar masih tersedia
udara untuk ruang gerak.
3. Perlu diperhatikan jalur khusus yuang terpisah dengan jalur untuk
mengangkut bahan/barang kotor.
e. Penyajian makanan
1. Cara penyajiaan makanan harus terhindar dari pencemaran dan
peralatan yang dipakai harus bersih.
2. Makanan jadi yang siap disajikan harus diwadahi dan tertutup.
3. Makanan jadi yang disajikan dalam keadaan hangat ditempatkan
pada fasilitas penghangat makanan dengan suhu minimal 600C dan
40C untuk makanan dingin.
4. Penyajian dilakukan dengan perilaku penyaji yang sehat dan
berpakaian bersih.
5. Makanan jadi harus segera disajikan.
6. Makanan jadi yang sudah menginap tidak boleh disajikan kepada
pasien.

2.2.3 Penyehatan Air


1. Pengertian
a. Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa
proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat
langsung diminum.
b. Sumber penyediaan air minum dan untuk keperluan Rumah Sakit
berasal dari Perusahaan Air Minum, air yang didistribusikan melalui
tangki air, air kemasan dan harus memenuhi syarat kualitas air
minum.
2. Persyaratan
a. Kualitas Air Minum
Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI No
907/Menkes/SK/VII/2002 tentang syarat-syarat dan Pengawasan
Kualitas Air Minum.

21
b. Kualitas Air yang Digunakan di Ruang Khusus
1. Ruang Operasi
Bagi Rumah Sakit yang menggunakan air yang sudah diolah
seperti dari PDAM, sumur bor dan sumber lain untuk keperluan
operasi dapat melakukan pengolahan tambahan dengan catridge filter
dan dilengkapi dengan disinfeksi menggunakan ultra violet (UV)

2. Ruang Farmasi dan Hemodialisis


Air yang digunakan di ruang farmasi terdiri dari air yang
dimurnikan untuk penyiapan obat, penyiapan injeksi dan pengenceran
dalam hemodialisis.

2.2.4 Pengelolaan Limbah


1. Pengertian
a. Limbah Rumah Sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari
kegiatan Rumah Sakit dalam bentuk padat, cair dan gas.
b. Limbah padat Rumah Sakit adalah semua limbah Rumah Sakit yang
berbentuk padat sebagai akibat kegiatan Rumah Sakit yang terdiri
dari limbah padat medis dan non medis.
c. Limbah padat medis adalah limbah padat yang terdiri dari limbah
infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi,
limbah citotosic, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah
kontainer bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam berat
yang tinggi.
d. Limbah padat non medis adalah limbah padat yang dihasilkan dari
kegiatan di Rumah Sakit di luar medis yang berasal dari dapur,
perkantoran, taman, dan halaman yang dapat dimanfaatkan kembali
apabila ada teknologinya.
e. Limbah cair adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal
dari kegiatan Rumah Sakit yang kemungkinan mengandung
mikroorganisme, bahan kinia beracun dan radioaktif yang berbahaya
bagi kesehatan.

22
f. Limbah gas adalah semua limbah yang berbentuk gas yang berasal
dari kegiatan pembakaran di Rumah Sakit seperti insinerator, dapur,
perlengkapan, generator, anastesi dan pembuatan obat citotoxic.
g. Limbah infeksius adalah limbah yang terkontaminasi organisme
patogen yang tidak secara rutin ada di lingkungan dan organisme
tersebut dalam jumlah dan virulensi yang cukup untuk menularkan
penyakit pada manusia rentan.
h. Limbah sangat infeksius adalah limbah berasal dari pembiakan dan
stock bahan sangat infeksius, otopsi, organ binatang percobaan dan
bahan lain yang telah diinokulasi, terinfeksi atau kontak dengan
bahan yang sangat infeksius.
i. Limbah citotoxic adalah limbah dari bahan yang terkontaminasi dari
persiapan dan pemberian obat citotoxic untuk kemotherapie kanker
yang mempunyai kemampuan untuk membunuh atau menghambat
pertumbuhan sel hidup.
j. Minimisasi limbah adalah upaya yang dilakukan Rumah Sakit untuk
mengurangi jumlah, limbah yang dihasilkan dengan cara mengurangi
bahan (reduce), menggunakan kembali limbah (reuse) dan daur
ulang limbah (recycle).

2. Persyaratan
A. Limbah Medis Padat
a. Minimisasi Limbah
1. Setiap Rumah Sakit harus melakukan reduksi limbah dimulai dari
sumber.
2. Setiap Rumah Sakit harus mengelola dan mengawasi penggunaan
bahan kimia yang berbahaya dan beracun.

23
3. Setiap Rumah Sakit harus melakukan pengelolaan stok bahan
kimia dan farmasi.
4. Setiap peralatan yang digunakan dalam pengelolaan limbah medis
mulai dari pengumpulan, pengangkutan, dan pemusnahan harus
melalui sertifikasi dari pihak yang berwenang.
b. Pemilahan, Pewadahan, Pemanfaatan Kembali dan Daur Ulang
1. Pemilahan limbah harus dilakukan mulai dari sumber yang
menghasilkan limbah.
2. Limbah yang akan dimanfaatkan kembali harus dipisahkan dari
limbah yang tidak dimanfaatkan kembali.
3. Limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah tanpa
memperhatikan terkontaminasi atau tidaknya. Wadah tersebut
harus anti bocor, anti tusuk dan tidak mudah untuk dibuka
sehingga orang yang tidak berkepentingan tidak dapat
membukannya.
4. Jarum dan syringes harus dipisahkan sehingga tidak dapat
digunakan kembali.
5. Limbah medis padat yang akan dimanfaatkan kembali harus
melalui proses sterilisasi sesuai tabel 1.8 Untuk menguji
efektifitas sterilisasi panas harus dilakukan tes Bacillus
stearothermophilus dan untuk sterilisasi kimia harus dilakukan tes
Bacillus subtilis.

Tabel 1.8
Metode Sterilisasi Untuk Limbah yang Dimanfaatkan Kembali

Metode Sterilisasi Suhu Waktu Kontak


 Sterilisasi dengan panas
- sterilisasi kering dalam oven 1600C 120 menit
“Poupinel” 1700C 60 menit
- sterilisasi basah dalam otoklaf 1210C
 Sterilisasi dengan bahan kimia 30 menit
- ethylene oxide (gas) 500C – 600C 3-8 jam
- gkutaradehyde (cair) - 30 menit

24
 Limbah jarum hipodermik tidak dianjurkan untuk
dimanfaatkan kembali. Apabila Rumah Sakit tidak mempunyai
jarum yang sekali pakai (disposible), limbah jarum hipodermik
dapat dimanfaatkan kembali setelah melalui proses salah satu
metode sterilisasi pada tabel 1.10
 Pewadahan limbah medis padat harus memenuhi persyaratan
dengan penggunaan wadah dan label seperti pada tabel 1.9.
 Daur ulang tidak bisa dilakukan oleh Rumah Sakit kecuali
untuk pemulihan perak yang dihasilkan dari proses film sinar
X.
Tabel 1.9

Jenis Wadah dan Label Limbah Medis Padat Sesuai dengan Kategorinya

Warna
No Kategori kontainer/kantong Lambang Keterangan
plastik
1 Radioaktif Merah Kantong boks
timbal dengan
simbol radioaktif
2 Sangat Kuning Kantong plastik
infeksius kuat, anti bocor,
atau kontainer
yang dapat
disterilisasi
dengan autoclave
3 Limbah Kuning Plastik kuat dan
infeksius, anti bocor atau
patologi dan kontainer
anatomi

4 Sitotoksis Ungu Kontainer plastik


kuat dan anti

25
bocor
5 Limbah kimia Coklat Kantong plastik
dan farmasi - atau kontainer

 Limbah sitotoksis dikumpulkan dalam wadah yang kuat, anti


bocor, dan diberi label bertuliskan “limbah sitotoksis”
c. Pengumpulan, Pengangkutan, dan Penyimpanan Limbah Medis
Padat di Lingkungan Rumah Sakit
1. Pengumpulan limbah medis padat dari setiap ruangan
penghasil limbah menggunakan troli khusus yang tertutup.
2. Penyimpanan limbah medis padat harus sesuai iklim
tropis yaitu pada musim hujan paling lama 48 jam dan musim
kemarau paling lama 24 jam.
d. Pengumpulan, Pengemasan dan Pengangkutan ke Luar Rumah
Sakit
1. Pengelola harus mengumpulkan dan mengemas pada tempat yang
kuat.
2. Pengangkutan limbah keluar Rumah Sakit menggunakan
kendaraan khusus.

e. Pengolahan dan Pemusnahan


1. Limbah medis padat tidak diperbolehkan membuang
langsung ketempat pembuangan akhir limbah domestik sebelum
aman bagi kesehatan.
2. Cara dan teknologi pengolahan atau pemusnahan limbah
medis padat disesuaikan dengan kemampuan Rumah Sakit dan
jenis limbah padat yang ada, dengan pemanasan menggunakan
otoklaf atau dengan pembakaran menggunakan insinerator.

B. Limbah Padat Non Medis


a. Pemilahan dan Pewadahan

26
1) Pewadahan limbah padat non-medis harus dipisahkan dari limbah
padat medis dan ditampung dalam kantong plastik warna hitam.
2) Tempat pewadahan : Setiap tempat pewadahan limbah padat
harus dilapisi kantong plastik warna hitam sebagai pembungkus
limbah padat dengan lambang” domestik ” warna putih.
b. Pengumpulan, Penyimpanan, dan Pengangkutan
1) Bila ditempat pengumpulan sementara tingkat kepadatan lalat
lebih dari 20 ekor per-block grill atau tikus terlihat pada siang
hari, harus dilakukan pengendalian.
2) Dalam keadaan normal harus dilakukan pengendalian serangga
dan binatang pengganggu yang lain minimal 1 bulan sekali.
c. Pengolahan dan Pemusnahan
Pengolahan dan pemusnahan limbah padat non-medis harus
dilakukan sesuai persyaratan kesehatan.

C. Limbah Cair
Kualitas limbah (efluen ) Rumah Sakit yang akan dibuang kebadan air
atau lingkungan harus memenuhi persyaratan baku mutu efluen sesuai
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor Kep-
58/MENLH/12/1995 atau peraturan daerah setempat.

D. Limbah Gas
Standar limbah gas (emisi) dan pengolahan pemusnahan limbah medis
padat dengan insinerator mengacu pada Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup Nomor Kep-13/MenLH/3/1995 tentang Baku Mutu
Emisi Sumber Tidak Bergerak.

2.2.5 Pengelolaan Tempat Pencucian Linen (Laundry)


1) Pengertian

27
Laundry Rumah Sakit adalah tempat pencucian linen yang dilengkapi
dengan sarana penunjangnya berupa mesin cuci, alat dan disinfektan,
mesin uap (steam boiler), pengering , meja dan mesin seterika.
2) Persyaratan
a. Suhu air panas untuk pencucian 700C dalam waktu 25 menit atau
95 0C dalam waktu 10 menit.
b. Penggunaan jenis deterjen dan desinfektan untuk proses pencucian
yang ramah lingkungan agar limbah cair yang dihasilkan mudah
terurai oleh lingkungan.
c. Standar kuman bagi linen bersih setelah keluar dari proses tidak
mengandung 6 x 103 spora spesies Bacilus per inci persegi.
3) Tata Laksana
a. Di tempat laundry tersedia kran air bersih dengan kualitas dan
tekanan aliran yang memadai, air panas untuk disinfeksi dan
tersedia disinfektan.
b. Peralatan cuci dipasang permanen dan diletakkan dekat dengan
saluran pembuangan air limbah serta tersedia mesin cuci yang
dapat mencuci jenis-jenis linen yang tersedia mesin cuci yang dapat
mencuci jenis-jenis linen yang berbeda.
c. Tersedia ruangan dan mesin cuci yang terpisah untuk linen
infeksius dan non infeksius.
d. Laundry harus dilengkapi saluran air limbah tertutup yang
dilengkapi dengan pengolahan awal (pre-treatment) sebelum
dialirkan ke instalasi pengolahan air limbah.
e. Laundry harus disediakan ruang-ruang terpisah sesuai kegunaannya
yaitu ruang linen kotor, ruang linen bersih, ruang untuk
perlengkapan kebersihan, ruang perlengkapan cuci, ruang kereta
linen, kamar mandi dan ruang peniris atau pengering untuk alat-alat
termasuk linen.
f. Untuk rumah sakit yang tidak mempunyai Laundry tersendiri,
pencuciannya dapat bekerjasama dengan pihak lain dan pihak lain
tersebut harus mengikuti persyaratan dan tatalaksana yang telah
ditetapkan.
g. Perlakuan terhadap linen
1. Pengumpulan, dilakukan :

28
a) Pemilahan antara linen infeksius dan non-infeksius dimulai
dari sumber dan memasukkan linen ke dalam kantong plastik
sesuai jenisnya serta diberi label.
b) Menghitung dan mencatat linen di ruangan.
2. Penerimaan
a) Mencatat linen yang diterima dan telah terpisah antara
infeksius dan non-infeksius.
b) Linen dipilah berdasarkan tingkat kekotorannya.
3. Penerimaan
a) Menimbang berat linen untuk menyesuaikan dengan
kapasitas mesin cuci dan kebutuhan deterjen dan disinfektan.
b) Membersihkan linen kotor dan tinja, urin, darah, dan
muntahan kemudian merendamnya dengan menggunakan
disinfektan.
c) Mencuci dikelompokkan berdasarkan tingkat kekotorannya.
4. Pengeringan
5. Penyetrikaan
6. Penyimpanan
a) Linen harus dipisahkan sesuai jenisnya.
b) Linen baru yang diterima ditempatkan di lemari bagian
bawah.
c) Pintu lemari selalu tertutup.
h. Distribusi dilakukan berdasarkan kartu tenda terima dari petugas
penerima, kemudian petugas menyerahkan linen bersih kepada
petugas ruangan sesuai kartu tanda terima.
i. Pengangkutan
1) Kantong untuk membungkus linen bersih harus dibedakan
dengan kantong yang digunakan untuk membungkus linen kotor.
2) Menggunakan kereta dorong yang berbeda dan tertutup antara
linen bersih dan linen kotor. Kereta dorong harus dicuci dengan
disinfektan setelah digunakan mengangkut linen kotor.
3) Waktu pengangkutan linen bersih dan kotor tidak boleh
dilakukan bersamaan.
4) Linen bersih diangkut dengan kereta dorong ayng berbeda
warna.
5) Rumah sakit yang tidak mempunyai laundry tersendiri,
pengangkutannya dari dan ke tempat laundry harus
menggunakan mobil khusus.

29
j. Petugas yang bekerja dalam pengelolaan laundry linen harus
menggunakan pakaian kerja khusus, alat pelindung diri dan
dilakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala, serta dianjurkan
memperoleh imunisasi hepatitis B.

2.2.6 Pengendalian Serangga,Tikus dan Binatang Penggangu Lainnya


1. Pengertian
Pengendalian serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya adalah
upaya untuk mengurangi populasi serangga, tikus dan binatang
pengganggu lainnya sehingga keberadaannya tidak menjadi vektor
penularan penyakit.

2. Persyaratan
a. Kepadatan jentik Aedes sp.yang diamati melalui indeks kontainer
harus 0 (nol).
b. Tidak ditemukannya lubang tanpa kawat kasa yang memungkinkan
nyamuk masuk kedalam ruangan, terutama diruang perawatan.
c. Semua ruang diRumah Sakit harus bebas dari kecoa,terutama pada
dapur,gudang makanan, ruangan steril.
d. Tidak ditemukannya tanda-tanda keberadaan tikus terutama pada
daerah bangunan tertutup (core) Rumah Sakit.
e. Tidak ditemukan lalat didalam bangunan tertutup (core) diRumah
Sakit.
f. Dilingkungan Rumah Sakit harus bebas kucing dan anjing.

2.2.7 Dekontaminasi Melalui Disinfeksi Dan Sterilisasi


1. Pengertian

a. Dekontaminasi adalah upaya mengurangi atau menghilangkan


kontaminasi oleh mikroorganisme pada orang, peralatan, bahan, dan
ruang melalui disinfeksi dan sterilisasi dengan fisik dan kimiawi.

30
b. Desinfeksi adalah upaya untuk mengurangi/ menghilangkan jumlah
mikroorganisme patogen penyebab penyakit (tidak termasuk spora)
dengan cara fisik dan kimiawi.

c. Sterilisasi adalah upaya untuk menghilangkan semua


mikroorganisme dengan cara fisik dan kimiawi.

2. Persyaratan
a. Suhu pada desinfeksi secara fisik dengan air panas untuk peralatan
sanitasi 80 0C dalam waktu 45-60 detik, sedangkan untuk peralatan
memasak 80 0C dalam 1 menit.
b. Desinfektan harus memenuhi kriteria tidak merusak peralatan
maupun orang,disinfektan mempunyai efek sebagai deterjen dan
efektif dalam waktu relatif singkat,tidak terpengaruh oleh kesadahan
air atau keberadaan sabun dan protein yang mungkin ada.
c. Penggunaan desinfektan harus mengikuti petunjuk pabrik.
d. Pada akhir proses desinfeksi terhadap ruang pelayanan medis (ruang
operasi dan ruang isolasi) tingkat kepadatan kuman pada lantai dan
dinding 0-5 cfu/cm2,bebas mikroorganisme patogen dan gas gangren
untuk ruang penunjang medis (ruang rawat inap,ruang ICU/ICCU,
kamar bayi, kamar bersalin, ruang perawatan luka bakar, dan
laundry) sebesar 5-10 CFU/cm2
e. Sterilisasi peralatan yang berkaitan dengan perawatan pasien secara
fisik dengan pemanasan pada suhu ± 121 0C selama 30 menit atau
pada suhu 1340C selama 13 menit dan harus mengacu pada petunjuk
penggunaan alat sterilisasi yang digunakan.
f. Sterilisasi harus menggunakan desinfektan yang ramah lingkungan.
g. Petugas sterilisasi harus menggunakan alat pelindung diri dan
menguasai prosedur sterilisasi yang aman.
h. Hasil akhir proses sterilisasi untuk ruang operasi dan ruang isolasi
harus bebas dari mikroorganisme hidup.

2.2.8 Persyaratan Pengamanan Radiasi


1. Pengertian

31
a. Radiasi adalah emisi dan penyebaran energi melalui ruang (media)
dalam bentuk gelombang elekteromagnetik atau partikel-partikel
atau elementer dengan kinetik yang sangat tinggi yang dilepaskan
dari bahan atau alat radiasi yang digunakan oleh instalasi diRumah
Sakit.

b. Pengamanan dampak radiasi adalah upaya perlindungan kesehatan


masyarakat dari dampak radiasi melalui promosi dan pencegahan
risiko atas bahaya radiasi, dengan melakukan kegiatan pemantauan,
investigasi dan mitigasi pada sumber, media lingkungan manusia
yang terpajan atau alat yang mengandung radiasi.

2. Persyaratan
Persyaratan sesuai Keputusan Badan Pengawas Tenaga
NuklirNomor 01 tahun 1999, tentang Ketentuan Keselamatan Kerja
terhadap Radiasi adalah :

a. Nilai batas dosis (NBD) bagi pekerja yang terpajan radiasi sebesar
50mSv (milli Sievert) dalam satu tahun.
b. NBD bagi masyarakat yang terpajan sebesar 5 mSv dalam 1 tahun.

2.2.9 Upaya Promosi Kesehatan dari Aspek Kesehatan Lingkungan


1. Pengertian

a. Promosi hygiene dan sanitasi adalah penyampaian pesan tentang


hygiene dan sanitasi Rumah Sakit kepada pasien/keluarga pasien dan
pengunjung, karyawan terutama karyawan baru serta masyarakat
sekitarnya agar mengetahui, memahami, menyadari dan mau
membiasakan diri berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) serta
dapat memanfaatkan fasilitas sanitasi Rumah Sakit dengan benar.

b. Promosi kesehatan lingkungan adalah penyampaian pesan tentang


yang berkaitan dengan PHBS yang sasarannya ditujukan pada
karyawannya.

32
2. Persyaratan
Setiap Rumah Sakit harus melaksanakan upaya promosi hygiene dan
sanitasi yang pelaksanaanya dilakukan oleh tenaga/unit organisasi yang
menangani promosi kesehatan lingkungan Rumah Sakit.

2.2.10 Persyaratan Tenaga Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit


Upaya penyehatan lingkungan Rumah Sakit meliputi kegiatan-kegiatan
yang kompleks sehingga memerlukan penanganan secara lintas program dan
lintas sektor serta berdimensi multidisiplin. Untuk itu diperlukan tenaga dengan
kualifikasi sebagai berikut :

1. Penanggung jawab kesehatan lingkungan di Rumah Sakit


kelas A dan B (Rumah Sakit pemerintah) dan yang setingkat adalah seorang
tenaga yang memiliki kualifikasi sanitarian serendah-rendahnya berijazah
sarjana (S1) di bidang kesehatan lingkungan, teknik lingkungan, biologi,
teknik kimia, dan teknik sipil.
2. Penanggung jawab kesehatan lingkungan di Rumah Sakit
kelas C dan D (Rumah Sakit pemerintah) dan yang setingkat adalah seorang
tenaga yang memiliki kualifikasi sanitarian serendah-rendahnya berijazah
sarjana diploma (D3) di bidang kesehatan lingkungan.
3. Rumah Sakit pemerintah maupun swasta yang sebagian
kegiatan kesehatan lingkungannya dilaksanakan oleh pihak ketiga, maka
tenaganya harus berpendidikan sanitarian dan telah mengikuti pelatihan
khusus di bidang kesehatan lingkungan Rumah Sakit yang diselenggarakan
oleh pemerintah atau badan lain sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku.
4. Tenaga sebagaimana dimaksud pada butir 1 dan 2,
diusahakan mengikuti pelatihan khusus di bidang kesehatan lingkungan
Rumah Sakit yang diselenggarakan oleh pemerintah atau pihak lain terkait
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

33
BAB III
HASIL KEGIATAN

3.1 Hasil Observasi


3.1.1 Gambaran umum lokasi praktek
Rumah Sakit Umum Daerah Pesisir Selatan pada mulanya dirikan
pada tahun 1930 dengan nama Rumah Sakit Pembantu yang dibangun oleh
Pemerintah Kolonial Belanda. Mulai beroperasi pada tahun tersebut dengan
beberapa orang tenaga perawat dengan memberikan pelayanan kepada
masyarakat bagi penderita asma, TBC dan malaria, karena pada saat itu pada
umumnya masyarakat Pesisir Selatan cenderung menderita penyakit tersebut.
Setelah Indonesia merdeka Rumah Sakit ini diserahkan kepada Pemerintah
Indonesia dan dengan demikian maka seluruh pendanaan Rumah Sakit dibantu
oleh Pemerintah Pusat, Propinsi dan Kabupaten dengan status RSU tipe D.
Sejalan dengan perkembangan pembangunan di bidang kesehatan, maka pada
tahun 1970-an Rumah Sakit ini sudah dilengkapi dengan tenaga medis,
keperawatan, non keperawatan, dan non medis serta alat-alat penunjang
lainnya.
Berdasarkan SK Menkes RI No. 51/Menkes/Sk/I/79 tanggal 2
Februari 1979, sebagai Rumah Sakit Kelas D dengan kepemilikan Pemda Tk.I.
Dengan Keputusan Menkes tanggal 15 Desember 1993 Nomor
1154/Menkes/SK/XII/1993 menjadi kelas C milik Pemda Tingkat II
Kabupaten Pesisir Selatan dengan tempat tidur sebanyak 53 buah.
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Pesisir Selatan Nomor: 27 Tahun
2003 yang diperbaharui menjadi Peraturan daerah Nomor: 8 Tahun 2008
Tentang Pembentukan Struktur Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum

34
Painan disebutkan bahwa Rumah Sakit Umum Daerah Muhammad Zein
Painan (RSUD Dr. M. Zein Painan) adalah Rumah Sakit Umum Daerah Tipe
C non pendidikan dengan kapasitas tempat tidur 180 yang terdiri dari :

Tabel 1.1.
Jumlah Tempat Tidur di RSUD dr. M. Zein Painan

Jumlah Tempat
No Kelas Perawatan
Tidur
1 Penyakit Dalam 30
2 Bedah, THT, Mata 29
3 Obstetri 19
4 Ginekologi 5
5 Perinatologi 16
6 Pav. Mande Rubiah 22
7 VIP Langkisau 6
8 Anak 28
9 Paru 10
10 Neurologi 15
Jumlah 180
Sumber : SK Direktur Badan Layanan Umum Daerah RSUD Dr. M.Zein
Painan Tgl. 21 Januari 2015 Tentang Penetapan Distribusi Tempat
Tidur Di lingkungan RSUD Dr. M.Zein Painan.

RSUD Dr. Muhammad Zein Painan terletak di Ibukota Kabupaten


Pesisir Selatan yang memanjang dari arah utara ke selatan sepanjang lebih
kurang 240 km, dengan keadaan geografis sebelah barat merupakan daerah
pantai dan sebelah Timur daerah perbukitan. Kabupaten Pesisir Selatan
berpenduduk  428.148 jiwa. RSUD Dr. Muhammad Zein Painan merupakan
satu-satunya rumah sakit di Kabupaten Pesisir Selatan dan merupakan rujukan
bagi 18 Puskesmas yang ada di Kabupaten Pesisir Selatan.
3.1.2 Kondisi Sanitasi RSUD Dr. M Zein Painan
I. Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
1. Lantai
Pertemuan antara dinding dan lantai tidak konus, lantai tidak licin,
rata dan kedap air
2. Dinding

35
Dinding kuat, bersih, berwarna terang dan mudah dibersihkan namun
ada sebagian dindin retak seperti pada pada ruang OK bagian luar,
ruang bedah bagian luar dan dalam, VIP bagian luar serta pada lantai
II bagian manajemen/perkantoran.

3. Atap
Bebas dari serangga dan tikus
4. Langit-langit
Langit-langit kuat berwarna terang, tingi dari lantai minimal 2,7
meter. Namun, ada sebagian dari langit-langit yang sudah rusak dan
bocor seperti bagian selasar depan bedah dan ruang tunggu poli
umum
5. Kontruksi balkon/beranda dan talang
Tidak ada genangan air dan mudah dibersihkan
6. Pintu
Dapat mencegah masuknya serangga dan tikus serta kondisi pintu
kuat
7. Pagar
Pagar RSUD Dr. M Zein aman dan kuat
8. Halaman taman / tempat pakir
Pada halaman dan tempat parkir di RSUD Dr. M Zein Painan sudah
tersedia tempat sampah. Namun sampah dan puntung rokok masih
ditemukan sekitar halaman bahkan dalam pot bunga.
9. Ventilasi
Ventilasi yang tersedia di RSUD Dr. M Zein Painan adalah ventilasi
alam dan ventilasi mekanik yang berupa exhauster. Untuk ventilasi
rumah sakit pada semua ruangan telah memenugi syarat kesehatan.
Namun ada beberapa ventilasi kondisinya sudah rusak dimakan
rayap, yaitu pada instalansi gizi dan selasar di depan Aula.
10. Saluran air limbah
Di RSUD Dr. M Zein Painan terdapat dua saluran air limbah yaitu
tertutup dan terbuka. Namun pada observasi dilapangan ditemukan
ada genangan air pada saluran air limbah terbuka pada bagian
UTDRS, interne, Vip, bedah, Loundry. Selain terlihat kotor dan
mengeluarkan bau busuk, hal ini juga memungkin menjadi tempat
perindukan nyamuk dan bersarangnya tikus

36
II. Ruang Bangunan
1. Ruangan perawatan
Bebas serangga dan tikus serta tidak berbau.
2. Lingkungan rumah sakit
Kawasan bebas rokok, terdapat slogan larangan merokok, namun
masih banyak ditemukan pengunjung yang merokok serta puntung
rokok yang berserakan ditaman. Saluran air limbah masih terlihat
terbuka sehingga memungkinkan timbulnya genangan air, ini akibat
dari saluran air UTDRS bocor.
3. Ruangan operasi
Dinding di cat minyak, pintu dalam keadaan tertutup, langit-langit
tidak bercelah, tersedia ventilasi mekanik exhauster dan AC dan
tinggi langi-langit 2,7-3.3 m dari lantai
4. Ruangan laboratorium
Dinding terbuat dari porselen, lantai dan meja kerja tahan terhadap
bahan kimia dan getaran serta dilengkapi dengan kamar mandi dan
toilet.
5. Ruangan radiolgi
Dinding dan daun dilapisi timah hitam, kaca jendela tidak
menggunakan kaca timah hitam tapi menggunakan kaca biasa dan
hubungan dengan ruang gelap menggunakan loket .
6. Toilet dan kamar mandi
Rasio toilet dan kamar mandi dengan tempat tidur 1:10 tersedia
disetiap unit kerja, terpisahnya kamar mandi dan toilet untuk
karyawan, pria dan wanita. Ventilasi berhubungan dengan udara luar
dan saluran pembuangan air limbah dilengkapi dengan penahan bau.
III. Penyehatan Makanan dan Minuman
1. Bahan makanan dan makanan jadi
Bahan makanan di dalam gudang tertata rapi. Bahan makanan
tertutup dan memenuhi syarat secara fisik.
2. Tempat penyimpanan bahan makanan dan makanan jadi
Penyimpanan bahan makanan dipisahkan menurut jenisnya. Bahan
makanan basah disimpan pada kulkas, bahan makanan yang mudah
membusuk seperti daging disimapan di dalam freezer, dan bahan
makanan kering disimpan di dalam gudang. Bahan makanan di
dalam gudang ditata secara teratur. Makanan jadi sebelum disajikan
diletakkan pada rak-rak terbuka.

37
3. Penyajian makanan
Makanan jadi langsung disajikan tanpa ada penyimpanan.
Penyajian menggunakan kereta dorong, kereta dorong yang
digunakan mempunyai tutup. Namun, pada penyajian makanan
belum melalui jalur khusus, masih pada jalur lalu lintas
pengunjung.
IV. Penyehatan air
1. Kualitas air
Air yang digunakan pada RSUD Dr. M Zein Painan menggunakan
air PDAM. Secara fisik air yang digunakan tidak berwarna, tidak
berbau dan tidak berasa dan artinya air tersebut sudah memenuhi
syarat. Sedangkan untuk mengetehui kualitas air bersih RSUD M.
Zein dilakukan pemeriksaan 6 bulan sekali. Pada pemeriksaan
terakhir (dapat dilihat pada lampiran) menunjukkan hasil beberapa
parameter melewati batas maksimun yang diperbolehkan.
2. Kuantitas air
Untuk penyediaan air bersih RSUD Dr. Muhammad Zein Painan,
berdasarkan jumlah tempat tidur pada sebanyak 180 unit, maka
jumlah kebutuhan air bersih setiap hari di proyeksikan 129,60 m 3
setiap hari. Sumber air bersih yang dimanfaatkan RSUD Dr.
Muhammad Zein Painan berasal dari PDAM kota Painan. Air yang
berasal dari PDAM akan dialirkan ke menara air (water tower)
kemudian dialirkan menuju ruang yang membutuhkan secara
gravitasi. Untuk saat ini RSUD telah memiliki 2 buah Sumur bor
terdapat VIP dan Gizi, untuk menyikapi permasalahan jika air
PDAM mati maka air yang berasal dari sumur bor akan dialirkan
kemenara air.
Pendekatan untuk mengetahui jumlah pemakaian air bersih pada
rumah sakit, dalam hal ini dapat diterapkan bagi kegiatan RSUD
Dr.M.Zein oleh Anis Al-Layla (1978), sebagai berikut :
 Kebutuhan air untuk setiap tempat tidur berkisar 200-600 liter
per-hari (sesuai keadaan wilayah di pesisir pantai yang relatif
panas, maka ditetapkan 500 liter per hari).
 Faktor kebocoran dari jaringan ditetapkan sebesar 20,00%

38
Berdasarkan jumlah tempat tidur pada RSUD Dr.M.Zein Painan
sebanyak 160 unit, maka jumlah kebutuhan air bersih setiap hari di
proyeksikan 129.600 liter atau 129,60 m3setiap hari. Komplikasi
dari hasil perhitungan kebutuhan air bersih dimaksudkan di sajikan
pada tabel 2.1

Tabel 2.1
Jumlah Volume Air Di RSUD M. Zein Painan

No Uraian Satuan Jumlah


1. Jumlah Tempat Tidur Unit 180
2. Kebutuhan Air Bersih Liter/Tempat 500
3. Jumlah Kebutuhan Air Bersih (Q) Tidur/Hari 90.000
4. Kebocoran (20% Q) Liter/Hari 18.000
5. Total Kebutuhan Air Bersih (Qr = Liter/Hari 108.000
6. Q+ Kebocoran) Liter/Hari 129.600
Kebutuhan Maksimum Air Bersih
(Qmaks = 1,2 Qr)
Sumber : Hasil Perhitungan, 2015

Untuk mengetahui kualitas air bersih RSUD Dr.Muhammad Zein


Painan maka dilakukan pemerikasaan 6 bulan sekali untuk pemeriksaan kimia
dan bakteriologi air bersih . Pemeriksaan bakteriologis ini sudah dilakukan
dari bulan mei 2009 hingga sekarang. Sedangkan pemeiksaan kimia
dilaksanakan dari bulan desember 2010 hingga sekarang. (Hasil Pemeriksaan
dari laboratorium terlampir )

V. Pengelolaan Limbah
1. Pengelolaan limbah padat

Pengelolaan limbah padat RSUD Dr. Muhammad Zein Painan


dipisahkan antara sampah Infeksius dan non Infeksius. Sampah
Infeksius dikumpulkan menggunakan tong sampah yang dilapisi
kantong plastik warna kuning dan limbah bersifat non Infeksius di

39
kumpulkan pada tong sampah yang dilapisi kantong plastik warna
hitam.

a. Limbah Infeksius terdiri dari :


 Bahan habis pakai Infeksius: Jarum suntik, botol infus,
kapas medis, kasa, dll
 Bahan habis pakai laboratorium : botol reagensia, gluko test,
dll
 Obat kadaluarsa
 Jaringan manusia : jaringan sisa operasi
Limbah ini diolah dengan incinerator, residu dari hasil
pembakaran dikumpul pada TPS (Tempat Penyimpanan
Sementara). RSUD Dr. Muhammad Zein Painan memiliki
incenerator type OX3MED/OXIN-100/Indonesia dengan
kapasitas pembakaran 1,0 m3 /100 kg/ jam, luas bangunan
Incenerator 4,50 m x 3,50 m, Luas Incenerator 1,65 m x 2,80 m,
Tinggi Cerobong Incenerator 12 m, sistem pengisian sampah
manual, menggunakan bahan bakar minyak tanah/ solar, daya
listrik 970 w/ 220 V/50 Hz/1 phasa dengan koordinat geografis
010 20’ 39,7” LS 1000 34’ 52,9” BT. Pembakaran dilakukan
setiap hari yaitu pada pukul 08.00 – 10.00 WIB dengan waktu
bakar 2 jam dengan suhu + 5000C-12000C. . RSUD juga
menerima sampah Infeksiusdari Puskesmas Salido dan RSB
Permata Hati. Untuk izin operasional incenarator RSUD Dr.
Muhammad Zein Painan sedang dalam proses pengurusan.

b. Limbah padat berupa jaringan tubuh diserahkan kepada PERJAN


RSUP M.Jamil Padang untuk dianalisis lebih lanjut. Untuk
beberapa kasus, setelah dilakukan proses sterilisasi, limbah
jaringan tubuh tersebut dapat diserahkan kepada keluarga pasien
untuk dikebumikan
c. Limbah Non Infeksius

40
Limbah bersifat non infeksius hasil aktifitas perkantoran,
instalasi gizi dikumpulkan pada TPS kontainer, dilakukan
melalui koordinasi Unit Kegiatan Dinas Kebersihan dan
Pertamanan yang merupakan bagian dari organisasi Pemerintah
Kabupaten Pesisir Selatan.
2. Pengelolaan limbah cair
a. Tahap pengolahan limbah cair
Untuk tahap ini menggunakan sistem aerobik dengan proses
lumpur aktif secara umum terdiri dari mainhole/bak pemisah
pasir/lumpur, sampwel/bak penampung, bak aerasi, kolam
phytoremediasi, kolam slow sandfilter (saringan pasir lambat),
serta kolam bioindikator. Air limbah yang berasal dari masing-
masing ruangan rumah sakit ditampung kedalam bak penampung
air limbah/menhol.
Kemudian air limbah dalam bak penampung dipompa ke
sampwel. Lumpur yang terdapat dalam bak sampwel ditampung
kedalam bak pengering lumpur, sedangkan air resapannya
ditampung kembali di bak penampung air limbah/sampwel. Air
limpasan dari sampwel dialirkan ke bak aerasi dengan pompa
seperti yang terlihat pada gambar 3. Di dalam bak aerasi ini air
limbah dihembus dengan udara sehinga mikroorganisme yang ada
akan menguraikan zat organik yang ada dalam air limbah. Energi
yang di dapatkan dari hasil penguraian zat organik tersebut
digunakan oleh mikrooragnisme untuk proses pertumbuhannya.
Dengan demikian di dalam bak aersi tersebut akan tumbuh dan
berkembang biomassa dalam jumlah yang besar. Biomasaa atau
mikroorganisme inilah yang akan menguraikan senyawa polutan
yang ada di dalam air limbah. Dalam bak aerasi ini air limbah di
kontakkan dengan senyawa klor untuk membunuh
miokroorganisme patogen. Air limbah kemudian dialirkan ke
kolam phytoremediasi, lanjut ke kolam slow sandfilter dalam
kolam ini terdapat saringan yang terdiri dari pasir, ijuk, kerikil.
Kemudian air limbah dialirkan ke kolam bioindikator,

41
indikatornya ikan, air limbah dapat langsung dibunag ke riol
perkotaan.
b. Tahap pemeliharaan
Pemeliharaan yang dilakukan pada sarana IPAL seperti alat-alat
saniter, alat-alat pompa, saluran IPAL, menhol, septik tank, bak
pengumpul, bak saringan dan alat-alat lain IPAL. Pemeliharaan
juga telah dilakukan mulai dari pengumpulan sampai tahap
proses.
c. Tahap pengawasan
Mengenai pengawasan yang dilakukan terhadap sistem
pengelolaan limbah cair ini bahwa pengawasa dilakukan dari
pihak Rumah Sakit Direktur, Kabag TU, Ka.IPLRS kemudian
dari Badan Lingkungan Hidup Kab.Pesisir Selatan dan Dinkes
Kab.Pesisir Selatan.

d. Kualtas effluent
Menurut data yang diperoleh dari UPTD Balai Laboratorium
Kesehatan Padang Pemeriksaan kimia air limbah dilakukan setiap
3 bulan sekali. Sejak tanggal 20 mei 2009 RSUD Dr. Muhammad
Zein Painan telah rutin mengirimkan sampel limbah cair untuk
dianalisa ke Laboratorium Kesehatan Padang. Hasil pemeriksaan
terakhir menunjukkan bahwa semua parameter telah memenuhi
baku mutu persyaratan Kepmen LH no.58 tahun 1995. Berarti
pengelolaan IPAL sudah cukup efektif dan hasil limbah sudah
aman dibuang ke riol perkotaan yang bemuara ke anak sungai
Batang Talao.
VI. Tempat penyucian linen
Dalam pengelolaannya linen infeksius dipisahkan dengan linen non
infeksius. Lantai terbuat dari beton/plester yang kuat, rata dan tidak
licin, dengan kemiringan >2-3%. Kapasitas air untuk pencucian
memadai
VII. Ruangan Sterilisasi
Sterilisasi menggunakan autoclave, pintu masuk ruang sterilisasi tidak
terpisah dengan pintu keluar, tersedia ruangan khusus, dinding terbuat
dari keramik setinggi 1,5 m dari lantai. Sebelum disterilisasi peralatan

42
dibersihkan dari darah atau sisa bahan lain. Peralatan medis yang
sudah disterilisasi diberi tanda khusus.
VIII. Penyuluhan kesehatan lingkungan
Penyuluhan kesehatan lingkungan dilakukan terhadap
karyawan,pengunjung dan pasien.

3.2 Hasil Pengukuran

3.2.1 Pencahayaan

Pengukuran pencahayaan dilakukan pada 9 titik, yaitu


ruang rawatan kebidanan, ruang operasi, Ruang rawatan anak,
ruang bedah , laundry, Ruang VIP (edelwis), laborratorium, IGD,
dan poliklinik

A Alat
1. Lux meter type takemura electric works, LTD 42490
2. Formulir hasil pengukuran
3. Hygrometer
B Cara Kerja
1. Lokal
(1) Tentukan lokasi pengukuran pencahayaan
(2) Bagi ruangan menjadi 9 bagian
(3) Kalibrasi alat Luxmeter type takemura electric
works, LTD 42490 hingga pada digital
menunjukkan angka nol
(4) Letakkan alat Lux meter Type Takemura electric
works, LTD 42490 tersebut setinggi 85 cm dari
langit dan arahkan alat tersebut ke suber cahaya
(5) Lakukan pengukuran pada tiap titik pengukuran
dan catat hasilnya pada forulir pengukuran serta
hitung rata-ratanya.
2. General
(1) Tentukan lokasi pengukuran pencahayaan
(2) Bagi ruangan tiap 1 meter berdasarkan luas ruangan
yang akan diukur pencahayaannya

43
(3) Kalibrasi alat Lux meter Type takemura electric
works, LTD 42490 hingga pada digital
menunjukkan angka nol
(4) Letakkan alat Lux meter tersebut setinggi 85cm
dari lantai dan arahkan alat tersebut ke sumber
cahaya
(5) Lakukan pengukuraqn pada tiap titik pengukuran
dan catat hasinya pada formulir pengukuran serta
hitung rata-ratanya
3. Reflectan
(1) Tentukan lokasi pengukuran cahaya
(2) Tentukan titik pengukuran cahaya pada dinding,
langit-langit dan lantai
(3) Kalibrasi alat lux meter hingga menunjukkan angka
nol
(4) Letakkan alat Lux meter tersebut setinggi 85cm
dari lantai dan arahkan alat tersebut ke sumber
cahaya
(5) Tempelkan cell ke dinding dalam keadaan
menghadap ke langit-langit lalu tarik perlahan-
lahan dari dinding, catat hasi pengukuran
pengukuran sebagai “A”
(6) Tempelkan cell ke dinding dalam keadaan
menghadap ke dinding lalu tarik perlahan-lahan
dari dinding, catat hasi pengukuran pengukuran
sebagai “B”

C Hasil pengukuran
Tabel 2.1
Hasil Pengukuran Intensitas Pencahayaan
RSUD M. Zein Painan
NO Lokasi Hasil yang Standar NAB
diperoleh (Lux)
( Lux)
1 Ruang operasi
2 Laundry 211,44 lux 100-200 lux

44
3 Instalansi gizi 60,98 lux >200 lux
4 Ruang bedah Lt 1 = 81,59 100-200 lux
lux
Lt 2 = 567,22
lux
5 Ruang Kebidanan 125,36 lux 100-200 lux
6 Ruang IGD 31,99 lux 100-200 lux
7 Ruang VIP 40,62 lux 100-200 lux
8 Ruang rawat anak 37,91 lux 100-200 lux
9 Poliklinik 48,24 lux 100-200 ux
Sumber : Hasil pengukuran IS (Inspeksi Sanitasi) RSUD Dr. Muhammad Zein
Painan Tahun 2015

Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan bahwa pencahyaan


yang ada dimasing-masing ruangan pada umumnya belum
memenuhi standar persyaratan kesehtan lingkungan rumah sakit
sesuai dengan KEPMENKES No. 1204/Menkes/SK/2004 tetntang
persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, Namun pada
ruang rawat kebidanan sudah memenuhi syarat.

Pencahayaan yang baik, memungkinkan petugas meihat


objek yang dikerjakan dengan jelas, cepat dan tanpa upaya-upaya
yang tidak perlu. Selain itu, penerangan yang memadai
memberikan kesan pemandangan yang lebih baik dan keadaan
lingkungan yang menyegarkan. Pada RSUD M. Zein Painan tidak
ada yang menunjukkan pencahayaan yang buruk hanya saja
pencahayaan di RSUD M. Zein masih ada ruangan yang belum
memenuhi standar Pemenkes 1204 tahun 2004.

3.2.2 Kebisingan

Pengukuran kebisingan dilakukan pada 7 titik yaitu ruang


bedah, ruang laborratorium, laundry, ruang kebidanan, ruang IGD,
ruang VIP, ruang rawat anak, poliklinik.

A. Alat
1. Soundleve meter
2. Formulir BIS hasil pengukuran

45
3. Hygrometer

B. Cara Kerja

1. Tentukan lokasi pengukuran kebisingan


2. Tentukan titik sampling kebisingan yaitu dekat dengan
sumber kebisingan
3. Hidupkan alat SLM dengan tombol on
4. Atur weighting “A” (A sumber bunyi layak manusia dan
C sumber bunyi standar)
5. atur time constanta “fast”( fast: lingkungan kerja, S:
pemukiman)
6. atur level range berdasarkan standar intensitas
kebisingan suatu ruangan yang digunakan
7. tekan tombol start untuk memulai pengukuran
8. Catat hasi tiap 4 detiksebanyak 225 kali pada form. BIS
1 lalu lanjutkan pengolahan data pada form BIS 2.3.4 dst.

C. Hasil Pengukuran

Tabel 2.2
Hasil Pengukuran Instensitas Kebisingan Ruangan
RSUD M. Zein Painan

No Lokasi Hasil yang Standar NAB


diperoleh (dBA) (dBA)
1. Ruang bedah 58,35 dBA <45 dBA
2. Ruang 64,29 dBA < 65 dBA
Laborratorim
3. Laundry 58,44 dBA -
4. Ruang kebidanan 58,33 dBA < 45 dBA
5. Ruang IGD 62,69 dBA < 45 dBA
6. Ruang VIP 56, 1 dBA < 45 dBA
7. Ruang rawat anak 57,12 dBA < 45 dBA
8. Poliklinik 57,29 dBA <45 dBA
Sumber : Hasil pengukuran IS (Inspeksi Sanitasi) RSUD Dr. Muhammad Zein
Painan Tahun 2015

46
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa hassil
pengukuran tingkat kebisingan umumnya melebihi nilai ambang
batas dari permenkes 1204 Tahun 2004. Namun ada satu titik
pengukuran yang mash memenuhi nialai ambang batas yaitu tuang
Laborratorium.

3.3.3 Bakteriologis udara

A. Alat dan Bahan

1. Alat :

a. Midget impinger 1 buah


b. Pompa vakum
c. Slang hisap
d. Petridish 5 buah
e. Batang pengaduk
f. Gelas kimia 250 ml
g. Erlemeyer 500 ml
h. Penangas
i. Pipet takar 1 ml 3 buah

2. Bahan
a) NA
b) Larutan fisiologis NaCl 0,9%
c) Aquadest
B. Cara Kerja
I. Persiapan Alat dan Bahan
1) Timbang NA sesuai kebutuhan
5 petridish x 12 ml = 60 ml
1L = 20 gr NA

60 ml x 20 gr = 1,2 gr
1000
Untuk 4 titik = 1,2 gr x 4 = 4,8 gr
2) Larutkan dengan 480 ml aquadest lalu homogekan dengan
penangas air
3) Pipet larutan fisiologis NaCl 0,9% 10 ml, masukkan ke
dalam botol midget impinger

47
4) Sterilisasi larutan NA, botol midget impenger yang sudah
berisi larutan fisiolgis NaCl 0,9% dan petrisidh.
II. Pengambilan Sampel
1) Tentukan lokasi penngukuran bakteriologis udara
2) Hidupkan pompa vacum dan hubungkan ke midget
impinger pada lubang “in” dengan sang hisap serta atur
flowrate (2l/menit)
3) Lubang “out” pada botol midget impinger dibiarkan
terbuka untuk menghisap kuman udara
4) Melakukan pengukuran selama 30 menit lalu lakukan
penanaman sample
III Penanaman Sample
1) Pipet larutan fisiologis NaCl 0.9 % ssample masing-
masing kedalam 4 petridish
2) Petridish ke 5 untuk kontrol, masukkan arutan fisiologis
NaCl 0.9 % asli sebanyak 2 ml
3) Masukkan larutan Na kedalam 5 petridish tersebut lalu
digoyangkan agar Na merata
4) Biarkan Na membeku lalu masukkan kedalam incubator
suhu 37 oC selama dua hari
5) Setelah 2 hari hitung jumlah koloni dengan koloni counter
lalu analisa dengan rumus
6) Rumus : R ( koloni/ml ) = (a-K) + (b-K)+(c-K)+(d-K)
4
Jumlah kuman = R x V x 1000/m3
Qxt
Ket :R = jumlah koloni rata-rata
a-d = jumlah kuman di petridish a,b,c,d
K =kontrol
V= larutan fisiologis NaCl 0.9 % ( 10 ml )
Q= debit aliran udara ( 2 L /menit)
t = lama pengambilan sample ( 30 menit )
C. Hasil pengukuran
Sumber : LabKes Padang Tahun 2015

48
No Nomor Ruangan Hasil Konsentrasi Maksimum
Sampel Angka Kuman (CFU/m3) Per m2 Udara (CFU/m3)
1 L.2731 OK 1 2 10
2 L.2732 OK Bedah 2 10
3 L.2733 Obgyn 2 10
4 L.2734 OK mata 1 10
5 L.2735 Bangsal Bedah 9 200
6 L.2736 PKKB 16 200

3.3.4 Pengukuran Kadar Debu


Pengukuran kadar debu dilakukan pada 1 titik yaitu lokasi
halaman RS.
A. Alat Dan Bahan

Alat :
1. oven
2.desikator
3.tripot
4. unit LVAS
5. kertas saring
6. petridish
7. pinset
8. slang penghisap
9. hygrotermometer
10 timbangan analitik
Bahan : Partikel debu

B. cara kerja

I. Pre Kondisi
1. Siapkan kertas saring sesuai kebutuhan
2. Panaskan kertas saring di oven selama 1 jam dengan suhu 100 oC,
kertas saring di letakkan dalam petridish dalam keadaan terbuka.
3. Masukkan kertas saring dari oven tadi kedalam desikator selama 15
menit.
4. Timbang kertas saring di neraca analitik dan catat hasilnya

49
5. Dinginkan kembali dalam desikator selama 15 menitTimbang kertas
saring di neraca analitik.
6. Catat hasil penimbangan sebagai W0.
7. Hitung rata-rata penimbangan dengan rumus :
Rata Penimbangan = W01 + W02
2
Keterangan:
W01 = berat kertas saring dari penimbangan pertama
W02 = berat kertas saring dari Penimbangan kedua

II sampling
1. Tentukan lokasi pengambilan sampel.
2. Pasang kertas saring yang telah di pre kondisi dengan menggunakan
pinset di filter holder.
3. Rangkai alat, urutannya adalah adoptor, pompa hisap, slang, flow
rate, slang, dan filter holder.

4. Letakkan alat atau filter holder menghadap ke sumber pencemaran,


seperti jalan raya.
5. Atur kecepatan aliran udara 20 liter/ menit .
6. Biarkan selama ½ jam.
7. Keluarkan kertas saring dari filter holder secara hati-hati dan tidak
boleh dimiringkan kemudian masukkan kedalam petridish , dan siap
untuk di analisa.

III Post kondisi


1. Panaskan kertas saring di oven selama 1 jam.
2. Dinginkan di desikator selama 15 menitTimbang di neraca analitik.
3. Catat hasil penimbangan sebagai W1.
4. Perhitungan kadar debu dengan rumus
kadar debu ( g/m3) = W1 – W0
Debit Udara

50
Keterangan :
W1 = Berat kertas saring dalam mg sesudah pengambilan sampel
udara
W0 = Berat kertas saring dalam mg sebelum pengambilan sampel
udara
Q = Volume udara yang terhisap (Liter/menit)
t = Waktu sampling (menit)

C. Hasil Pengukuran

1. Lokasi Parkir
a. preconditioning
penimbangan I = 0,1441
penimbangan II = 0,1442
maka WI = 0,1442

b. postconditioning
penimbangan I = 0,14841
penimbangan II = 0,14844
maka W2 = 0,14841 + 0,14844
2
= 0,29685
2
= 0,14843 gr
Kadar debu = 0,14843 - 0,1442
20 l/mnt x 30 mnt
= 0,0042 gr

600 L

= 4.2 mg

600 L

= 0, 007 mg/L

51
Tabel 2.4
Hasil pengukuran kadar ambien
RSUD Dr. Muhammad Zein Painan

No Parameter Satuan Baku mutu Hasil (µg/Nm3)


3
1 SO2 (Sulfur µg/Nm 900 18,20
Dioksida)
2 CO (Karbon µg/Nm3 30.000 9405,74
Monoksida)
3 NO2 ( Nitrogen µg/Nm3 400 29,69
Dioksida)
4 TSP (Partikel) µg/Nm3 230 167
Sumber : laboratorium jurusan kesling padang (2014)
Ket : baku mutu PP 41 tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran udara

Tabel 2.5. Hasil Pengujian Udara Ambien


di RSUD Dr. Muhammad Zein Painan
Tahun 2015

No Parameter Uji Satuan Udara Udara Baku


Depan Belakang Mutu
RS RS
1. Sulfur Dioksida (SO2) μg/Nm 38,12 41,05 900
3

2. Karbon Monooksida μg/Nm 1164 1182 30.000


3
(CO)
3. Nitrogen Dioksida μg/Nm 14,8 12,7 400
3
(NO2)
4. Debu (TSP) μg/Nm 71,24 50,74 230
3

5. Oksidan (O3) μg/Nm 17,12 20,65 235


3

6. Kebisingan dB(A) 54,5 59,2 55


Sumber : Laboratorium Kesehatan Padang Tahun 2015

Berdasarkan kegiatan yang dilakukan pada kawasan rumah sakit,


menunjukkan bahwa adanya sumber gas buang yang bersal dari kendaraan

52
karyawan dan pasien rumah sakit. Hasil pengukuran pada tabel diatas
menunjukkan bahwa menurut baku mutu PP 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian
Pencemaran Udara titik pengukuran lokasi halaman rumah sakit masih dibawah
baku mutu.

3.2.5 ALT Usap Alat Makan


A. Alat dan bahan
Alat
1. Piring
2. Gelas
3. Petridish 10 buah
4. Gelas kimia 2 buah
5. Erlenmeyer 1000 ml 2 buah
6. Batang pengaduk
7. Timbangan analitik
8. Lidi kapas 4 buah
9. Pipet takar 1 ml 10 buah
10.Kertas transparan 4x5 ccm]
11. Test tube 5 buah

Bahan
1. Pepton
2. NA
3. Aquadest
4. Alkohol
5. Putih telur
B. Cara kerja

1. Pembuatan Media

1. Timbang NA
5 petridish x 12 ml = 60 ml x 2 (piring & gelas) = 120ml
1L =20 gr NA
120 ml x 20 gr = 2,4 gr
1000
Larutkan dengan 240 ml aquadest lalu homogenkan
dengan penangas
2. Timbang pepton 0,1%

53
2 testube x 10 ml = 20ml
3 testube x 9 ml = 20ml +
47ml x 2 (piring & gelas ) = 94 ml
~ 120ml
0,1 x 120ml = 0,12 gr
1000
Larutkan dengan 240 ml aquadset lalu homogenkan
dengan penangas
3. Pipet pepton ke dalam masing-masing testube lalu tutup
4. Sterilisasi lidi kapas, petridish, pipet takar, NA dan testube
yang berisi pepton

2. Pengenceran
a) Piring
1) Sterilisasi kertas transparan dengan
mengusapkan alkohol, lalu letakkan pada piring
2) Celupkan lidi kapas 1 pada pepton “A” lalu
usapkan pada piring secara zigzag 3x dengan
arah berbeda
3) Masukkan lidi kapas 1 tadi kembali ke pepton
“A”
4) Lidi kapas 2 usapkan langsung ke piring secara
zigzag lalu masukkan juga ke pepton “A”
5) Pipet 1 ml pepton “A” ke petridish dan 1 ml ke
pepton 10-1 dan homogenkan
6) Pipet 1 ml pepton 10-1 ke pepton 10-2 dan 1 ml
ke petrisidh dan homogenkan
7) Pipet 1 ml pepton 10-2 ke pepton 10-3 dan 1 ml
ke petrisidh dan homogenkan
8) Pipet 1 ml pepton 10-3 ke petrisidh dan
homogenkan dan pipet 1 ml pepton kontrol ke
petridish
b) Gelas
1) Celupkan lidi kapas 1 pada pepton “A” lalu
usapkan pada dinding gelas luar dan dalam
setinggi 6 mm
2) Masukkan lidi kapas 1 tadi kembali ke pepton
“A”

54
3) Lidi kapas 2 usapkan langsung ke gelas lalu
masukkan juga ke pepton “A”
4) Pipet 1 ml pepton “A” ke petridish dan 1 ml ke
pepton 10-1 dan homogenkan
5) Pipet 1 ml pepton 10-1 ke pepton 10-2 dan 1 ml
ke petrisidh dan homogenkan
6) Pipet 1 ml pepton 10-2 ke pepton 10-3 dan 1 ml
ke petrisidh dan homogenkan
7) Pipet 1 ml pepton 10-3 ke petrisidh dan
homogenkan dan pipet 1 ml pepton kontrol ke
petridish

III Penanaman Sampel

1. Masukkan NA yang telah di sterilisasi tersebut ke dalam masing-masing


petridish yang sudah berisi sampel tadi
2. Biarkan beku lalu masukkan ke dalam incubator dengan suhu 35 0C selama
2 x 24 jam dalam keadaan terbalik
3. Hitung bakteri

X ∑ kol = ( ∑ kol A-K ) + ( ∑ kol 10-1 – K) α Fp+

( ∑ kol 10-2-K) α Fp+ ( ∑ kol 10-3- K) α Fp


∑ pengenceran

ALT = X ∑ kol X V pepton asli


Luas bidang usapan

Ket:

Faktor pengenceran (FP) 10-1 = 10

10-2 = 100

10-3 = 1000

V pepton asli = 10ml

55
C. Hasil Pengukuran

No Parameter Sampel Sampel Sampel Sampel


2737 2738 2739 2740
1 ALT 21 93 83x102 2x102
2 Kapang 0 0 0 7
3 Salmonella Negatif Negatif Negatif Negatif
4 Shigella Negatif Negatif Negatif Negatif
5 Staphylococcus Negatif Negatif Negatif Negatif
aureus
6 V. parahaemoliticus Negatif Negatif Negatif Negatif
7 Entrocucus Negatif Negatif Negatif Negatif
8 E.Coli Negatif Negatif Negatif Negatif
9 V.Cholera Negatif Negatif Negatif Negatif
Sumber : LabKes Padang Tahun 2015

Kode Sampel : L. 2737 : Usap Alat / Piring

Kode Sampel : L. 2738 : Usap Alat / Gelas

Kode Sampel : L. 2739 : Usap Alat / Rantang

Kode Sampel : L. 2740 : Usap Alat / Plato

No Parameter Sampel Batas Max


2741 2742 2743 2744 2741 2742 2473 2744
1 ALT 0 6x104 0 5x102 106 106 106 106
2 Kapang 0 90 0 0 10 102 10 10
2
3 E.Coli 0 3x10 0 0 104 10 4
104 104
Sumber : LabKes Padang Tahun 2015

Kode Sampel : L. 2741 : Makanan / Nasi

Kode Sampel : L. 2742 : Makanan / Sayur

Kode Sampel : L. 2743 : Makanan / Tempe Goreng

Kode Sampel : L. 2744 : Makanan / Agar-agar Hun Kue

3.2.6 Ventilasi

A. Alat dan Bahan

Alat : Meteran

56
B. Cara Kerja

1. Ukur panjang dan lebar ventilasi yang ada


2. Ukur panjang dan lebar lantai
3. Hitung luas ventilasi dan luas lantai, lalu bandingkan luas ventilasi
15% dari luas lantai.

C. Hasil Pengukuran

1. Ruang kebidanan

Luas lantai = 8,60 m x 13,20 m = 113,52 m2

Luas seluruh ventilasi =

= ventilasi kecil 3,15 m2 + ventilasi besar 7,56 m2


=
10,71 m2

Menurut standar : 15% dari luas lantai

Luas ventilasi = 15% x 113,52 m2

= 17,082 m2 (kurang dari standar NAB)

3.3.7 Hasil Pengukuran Suhu dan Kelembaban

Tabel 2.5
Hasil Pengukuran Suhu Ruangan
RSUD Dr. Muhammad Zein Painan

No Lokasi Suhu oC Kelembaban %


1 Ruang Bedah 30 oC 65 %
2 Laboratorium 30 oC 64 %
3 Ruang Kebidanan 28 oC 62 %
4 Ruang IGD 28 oC 60%
5 Ruang VIP 29 oC 63%
6 Ruang Rawat Anak 28 oC 62 %
7 Poliklinik 28 oC 62 %
Sumber: Hasil Analisa 2015

57
Menurut KEPMENKES No. 1204/MENKES/SK/2004 tentang persyaratan
standar suhu dan kelembaban ruangan, masih diatas standar menurut fungsi ruang.
Kelembaban pada masing-masing ruang harus diupayakan memenuhi syarat,
udara ruang yang terlalu lembab dapat menyebabkan tumbuhnya bermacam-
macam jamur dan spora. Udara yang terlalu kering menyebabkan keringnya
lapisan mukosa dan merupakan disposisi infeksi saluran pernapasan.

3.4 Hasil skore Pemeriksaan Sanitasi RSUD Dr. Muhammad Zein Painan
Tahun 2015
Tabel 2.6
Jumlah Skore Pemeriksaan Sanitasi
RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Tahun 2015

No Aspek /keadaan sanitasi skore


1 Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit 885
2 Ruangan dan Bangunan 605
3 Penyehatan Makanan dan Minuman 1100
4 Penyehatan Air 2100
5 Pengelolaan Limbah 950
6 Tempat Pencucian Linen 150
7 Pengendalian Serangga dan Tikus 320
8 Dekontaminasi melalui Desinfeksi dan 810
Sterilisasi
9 Pengaman Radiasi
10 Penyuluhan Kesehatan Lingkungan
11 Unit/Instansi Rumah Sakit 560
Jumlah 7.480

Jumlah skor maksimal = 10.000


Jumlah skor yang diperoleh = Skor yang diperiksa + skor yang tidak
diperiksa
= 7.480 + 1.000
= 8.480
Menurut KEPMENKES no. 1204/MENKES/SK/2004, total % skor
RSUD Dr. Muhammad Zein Painan untuk Inspeksi Sanitasi Rumah
Sakit adalah
= 8.480 x 100%
10.000
=84.8%

58
Maka RSUD Dr. Muhammad Zein Painan dinyatakan memenuhi syarat
karena sudah melebihi 65% dari skor maksimal.

SKOR MINIMAL DARI MASING-MASING VARIABEL UPAYA


MENURUT KEPMENKES RI NO.1204/MENKES/SK/X/2004
Type Skor minimal dari masing-masing variabel upaya (dalam %)
Kelas
I II III IV V VI VII VIII IX X XI
RS
A 75 75 90 80 80 55 80 70 100 60 60
B 75 75 90 80 80 55 80 70 100 60 60
C 75 75 90 80 80 55 20 70 50 60 60
D 70 75 80 80 80 55 20 70 50 60 20

Skor Yang Diperoleh Dari Masing-Masing Variabel Upaya


RSUD Dr. Muhammad Zein Painan
Type Skor minimal dari masing-masing variabel upaya (dalam %)
Kelas
I II III IV V VI VII VIII IX X XI
RS
C

Berdasarkan tabel diatas, RSUD Dr. Muhammad Zein Painan telah


memenuhi untuk penilaian kesehatan lingkungan RS yang terlihat dari skor yang
diperoleh dari masing-masing variabel upaya sudah melebihi skor minimal yang
di tetapkan Kemenkes RI.

59
BAB IV
PERMASALAHAN DAN UPAYA PEMECAHAN MASALAH

Berdasarkan hasil pemantauan atau observasi di Rumah Sakit Umum


Daerah M. Zein Painan dapat ditemukan beberapa masalah dan upaya pemecahan
masalah.

1. Lantai

Keseluruhan laintai di RSUD M. Zein Painan berwarna putih terang,


namun ada beberapa bagian lantai diruangan yang sudah pecah dan tergores oleh
gesekan sepatu, sehingga lantai terlihat menguning.

Segera diupayakan perbaikan pada lantai dengan mengganti bagian


keramik yang sudah rusak dan pecah.

2. Dinding

Dinding di RSUD M. Zein Painan merupakan dinding permanen, namun ada


beberapa ruangan yang dindingnya retak, sehingga bagian dinding yang retak
akan berdampak terhadap psycology pasien yang takut dan cemas dengan keadaan
dinding. Segera diupayakan penambahan pada bagian dinding yang retak.

60
3. Ventilasi

Sirkulasi udara di RSUD M. Zein dibantu dengan ventilasi alam dan buatan,
namun kendala yang ditemukan pada ventilasi RSUD M. Zein adanya jaring aba-
laba di ventilasi alam sehingga terlihat kotor, dengan demikian debu akan
bertumpuk pada jaring laba dan akan berdampak lain pada pasien.

Segera diupayakan pembersihan secara berkala pada setiap ventilasi sehingga


terlihat bersih.

4. Langit-langit

Di RSUD M. Zein langit-langit yang digunakan adalah asbes, namun ada


sebagian ruangan yang langit-langit nya yang pecah. Hal ini akan berdampak
pada keberadaan vektor seperti tikus, dengan adanya bagian langit-langit yang
pecah memungkin tikus yang ada diatas langit-langit turun melalui bagian langit-
langit yang pecah.

Segera diupayakan perbaikan pada ruangan yang keadaan langit-langit


yang sudah pecah.

5. Kontruksi balkon, beranda dan talang

Keberadaan balkon, beranda dan talang yang ada di RSUD M.Zein cukup
memenuhi syarat, karena balkon yang tersedia sudah berdinding dan beralas kan
semen sehingga kemungkinan air akan meresap sangat kecil. Namun
permasalahan lain yang terlihat adalah adanya balkon yang tidak tertutup sehingga
daun-daun yang gugur sekitar balkon masuk ke dalam balkon selain itu sampah
plastik dari bungkus makanan banyak ditemukan di dalam balkon dan dapat
menimbulkan genangan air bahkan tersumbat.

61
Segera diupayakan penutupan di atas balkon dengan menggunakan jarring-
jaring besi.

6. Pintu

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1204 tahun 2004 menyatakan bahwa pintu di rumah sakit harus kuat, cukup
tinggi, cukup lebar, dan dapat mencegah masuknya serangga, tikus dan binatang
pengganggu. Namun masih ada ruangan di RSUD M. Zein pintu-pintu masih
membuka ke dalam sehingga tidak dapat mencegah masuknya serangga, tikus dan
binatang pengganggu yang dapat menularkan penyakit baru. Segera diupayakan
merubah keadaan pintu sehingga membuka ke luar.

7. Konstruksi balkon / beranda dan talang

Ada genangan air dan ada jentik nyamuk. Sebaiknya balkon / beranda
dibersihkan secara teratur sehingga tidak ada lagi genangan air maupun jentik
nyamuk.

8. Halaman taman / tempat pakir

Pada halaman dan tempat parkir RSUD Dr. Muhammad Zein Painan sudah
terlihat cukup bersih dan memiliki 4 (empat) tempat sampah. Namun, pada jam
siang banyak ditemukan sampah dan puntung rokok yang berserakan di halaman
bahkan dalam pot bunga. Akan dilakukan koordinasi dengan pihak CS agar pada
jam siang standby di lapangan.

9. Lingkungan rumah sakit

Lingkungan RSUD Dr. Muhammad Zein Painan bebas dari asap rokok.
Slogan peringatan dilarang merokok sudah tersedia di beberapa area Rumah Sakit.
Namun, di beberapa tempat masih ditemukan puntung rokok dalam pot bunga.
Perlu, peringatan keras bagi yang merokok di area Rumah Sakit.

62
10. Ruangan operasi

Pada ruang operasi intensitas pencahayaan pada malam hari telah


memenuhi syarat. Selain itu, tingkat kebisingan pada ruang operasi masih
melebihi baku mutu, hal ini disebabkan suara pasien dari luar. Pada hasil
pemeriksaan angka kuman pada ruang OK I, OK Bedah, OK Mata telah
memenuhi syarat kesehatan, hasilnya dibawah konsentrasi maksimum.

11. Ruang perawatan

Kebisingan pada ruang perawatan ini juga tidak memenuhi syarat.


beberapa titik sampling yang sudah melebihi baku mtu, hal ini disebabkan oleh
suara yang berasal dari kendaraan lalu lintas. Memang titik sampling yang
melebihi baku mutu ini seperti ruangan poli paru/umum, depan MR, IGD,
Kebidanan, OK, UTDRS, Klas, Interne, Bedah, Farmasi, Anak, Loundry, Gizi,
Halaman depan/parkir ini merupakan ruangan yang banyak pengunjung dan
pasien yang rawat jalan. Untuk itu diperlukan pengelolaan untuk menurunkan
intensitas kebisingan tersebut, sehingga nantinya kebisingan tersebut tidak
menjadi gangguan terhadap kenyamanan pasien dan masyarakat setempat.

Untuk standart suhu dan kelembaban ruangan RSUD Dr. Muhammad Zein
Painan, masih diatas standar menurut fungsi ruang. Segera diupayakan agar udara
tidak lembab. Untuk suhu masih diatas baku mutu hal ini mungkin disebabkan
karena letak wilayah painan di pesisir pantai untuk itu akan segera diupayakan
penambahan jumlah AC.

Untuk luas ventilasi pada ruang perawatan sudah memenuhi syarat


kesehatan. Untuk pencahayaan yang ada masing-masing ruangan pada umumnya
telah memenuhi persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit, namun pada
ruangan VIP masih dibawah baku mutu, hal ini disebabkan kondisi kamar pasien
selalu tertutup. Akan segera diupayakan pencahayaan di ruangan VIP agar
memenuhi syarat kesehatan.

63
Hasil pemeriksaan pengukuran angka kuman pada ruangan Obgyn, Bangsal
Bedah, dan ruangan PKKB masih dibawah konsentrasi maksimum.

12. Ruang sterilisasi

Pada ruang sterililisasi pintu masuk tidak dipisahkan dengan pintu keluar.
Sesuai peraturan Permenkes untuk ruang sterilisasi pintu masuk harus dipisah
dengan pintu keluar, akan dilakukan renovasi untuk pintu ruang sterilisasi.

13. Ruang linen

Tata ruang linen masih belum memenuhi syarat, belum ada pengunci udara
(air lock), dan ruang antara linen bersih dan kotor belum dipisahkan. Bahan yang
digunakan untuk mencuci masih deterjen standar rumah tangga yaitu rinso.
Sebaiknya ruang linen ditata sesuai persyaratan Depkes, dilengkapi dengan air
lock (pengunci udara) supaya linen tidak terkontaminasi dengan udara luar. Ruang
antara linen bersih dan kotor juga harus dipisahkan atau diberi sekat supaya linen
yang bersih tidak terkontaminasi lagi. Untuk bahan pencucinya, sebaiknya
digunakan bahan khusus yang mengandung antiseptic.

Setelah melakukan pengamatan di Landry RSUD M. Zein Painan


ditemukan bermacam permasalahan sebagai berikut :

 Pintu yang terdapat di laundry sudah disediakan 2 buah pintu yaitu bagian
depan sebagai tempat pintu keluar linen bersih dan pintu bagian belakang
sebagai tempat pintu masuk linen kotor, namun pada kenyataannya selama
beberapa hari dilakukan pengamatan linen kotor tetap masuk dari pintu
utama hal ini memungkinkan terjadinya penularan bibit penyakit dari linen
kotor yang melalui pintu keluar linen bersih.
 Linen kotor yang akan dicuci ditumpuk dibawah dan dialiri air dengan
kran sehingga air yang berdarah mengenai linen-linen lain yang tidak
terkena darah.
 Pemakaian kaporit yang tidak ditakarkan sesuai peruntukannya.
 Saluran pipa pembuangan air limbah berupa darah, air kaporit dan air
detergen dipecah karena tersumbat sehingga air limbah laundry langsung

64
mengalir ke selokan badan air tanpa dilakukan pengolah air limbah
laundry .
 Badan air pembuangan air limbah laundry melewati dapur gizi sehingga
sangat berbahaya terhadap makanan dan minuman yang diolah di dapur
gizi karena secara tidak langsung lalat pembawa vector penyakit
menghinggapi air limbah dan ditemukan di dapur gizi.
Dari permasalahan yang ditemukan di laundry dapat di simpulkan upaya
penanggulanga nya sebagai berikut :
 Memanfaat kedua pintu sesuai peruntukannya.
 Bagian linen yang tidak terkena darah agar tidak ditumpuk dengan linen
yang terkena darah.
 Menggunakan kaporit sesuai dengan standar pemanfaatan yang sebaiknya.
 Memperbaiki saluran pembuangan air limbah linen.
 Menunjuk pekerja agar bekerja pada bagiannya masing-masing.

14. Ruang instalasi gizi

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di instalasi gizi sebagai tempat


penyediaan dan pengelohan makanan dan minuman di dapatkan beberapa
permasalahan sebagai berikut :

 Lantai ruangan masih terlihat licin sehingga memungkinkan


terjadinya kecelakaan saat bekerja.
 Tenaga penjamah tidak mengutamakan personal hygiene karena
pada saat mengolah makanan tenaga pengolah tidak menggunakan
sarung tangan, penutup kepala, berbicara dan tertawa saat menolah
makanan dan ada tenaga penjamah yang menggunakan perhiasan
seperti cincin.
 Saat pencucian alat makan instalansi gizi tidak menerapkan sistim
3 bak dengan menggunakan disinfektan.

15. Pengelolaan Limbah

a. Limbah Padat

65
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara terhadap petugas
pengangkut sampah ke TPA di dapatkan beberapa masalah :

 Sampah infeksius masih ditemukan di dalam plastik di kantong


hitam yang menandakan tidak dipisahkannya sampah infeksious
dan non infeksius
 Pada saat mengumpulkan keseluruhan sampah di mobil
pengangkut sampah banyak ditemukan sampah infeksius yang
akan ikut dibuang ke TPA
 Sampah organik dan an-organik dari instalansi gizi saat di TPS
disatukan pada saat pengakutan sampah.
 Pembakaran sampah infeksius dengan incinerator saat setelah
selesai pembakaran dilihat bahan botol kaca yang dibakar tidak
terbakar dengan sempurna.

Berdasarkan permasalahan di atas dapat disaran upaya pemecahan


masalah dengan cara memberikan penyuluhan kepada :

 Kepala ruangan agar semua staf dan pekerja yang terlibat


menggunakan barang yang menghasilkan sampah infeksius untuk
membuang ke dalam kantong plastik kuning yang telah diperuntuk
untuk sampah infeksius.
 Tenaga Cleaning Service untuk dapat melakukan pemilihan
sampah di TPS sebelum di naikan ke mobil pengangkut sampah
 Petugas pengangkut sampah agar dapat memilah dan
mengasingkan sampah infeksius yang ditemukan untuk tidak
dibawa ke TPA karena akan membahayakan kesehatan.
 Untuk bahan botol kaca dilakukan penghancuran sebelum
dimasukkan kedalam incenerator.

66
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari hasil pemeriksaan sanitasi yang telah dilakukan di RSUD Dr.
Muhammad Zein Painan, maka dapat disimpulkan :
1. Berdasarkan hasil pemriksaan dan pengamatan di RSUD Dr. Muhammad
Zein Painan didapatkan skor 84,8 %
Ruangan Ruangan tidak
Standar yang
No Variabel memenuhi memenuhi
digunakan
syarat syarat
1 Intesitas 1. Ruang 1. Ruang Kepmmenkes No.
Pencahayaan Kebidanan Instalasi Gizi 1204/Menkes/SK/2
2.Ruang bedah 004
3.Laundry
4. IGD
5.Ruang VIP
6.R. rawat anak

2 Intesitas 1. Laboratorium 1.Ruang bedah Kepmmenkes


Kebisingan 2. Ruang No.
Kebidanan 1204/Menkes/S
3. IGD K/2004

67
4. Ruang VIP
5. R. Rawat
anak
6. Poliklinik

3 Index angka a. Ruangan OK I Kepmmenkes No.


b. Ruangan OK
kuman udara 1204/Menkes/SK/2
Bedah, Mata
004
c. Ruangan Obgyn
d. Ruangan
Bangsal Bedah
e. Ruangan PKKB
4 Pengukuran 1. Udara Depan Kep-
kadar debu RS. 48/MENLH/11/199
2. Udara Belakang
ambient 6
RS.
5 Pengukuran - Nasi
- Sayur
angka
- Tempe
lempeng
Goreng
total pada - Agar-agar
alat hun kue
- Piring
makanan
- Gelas
- Rantang
- Plato

6 Pengukuran 1. Ruang Kepmmenkes No.


Suhu Bedah 1204/Menkes/SK/2
2. Laborator
ruangan 004
ium
3. Laundry
4. R.
Kebidana
n
5. IGD

68
6. R. VIP
7. R. Rawat
anak
8. Poliklinik
7 Pengukuran 1. Laundry 3. Ruang Kepmmenkes No.
2. IGD
kelembaban Bedah 1204/Menkes/SK/2
4. Laborator
udara 004
ium
5. R.
Kebidana
n
6. R. VIP
7. R. Rawat
anak
8 Pengukuran 1. Ruang Kepmmenkes No.
ventilasi Kebidana 1204/Menkes/SK/2
alami n 004

2. Pengelolaan limbah di RSUD Dr. Muhammad Zein Painan


a. Pengelolaan limbah padat
Pengelolaan limbah padat RSUD Dr. Muhammad Zein Painan
dipisahkan antara sampah Infeksius dan non Infeksius. Sampah
Infeksius dikumpulkan menggunakan tong sampah yang dilapisi
kantong plastik warna kuning dan limbah bersifat non Infeksius di
kumpulkan pada tong sampah yang dilapisi kantong plastik warna
hitam.

1. Limbah Infeksius terdiri dari :


 Bahan habis pakai Infeksius: Jarum suntik, botol infus, kapas
medis, kasa, dll
 Bahan habis pakai laboratorium : botol reagensia, gluko test, dll
 Obat kadaluarsa
 Jaringan manusia : jaringan sisa operasi
Limbah ini diolah dengan incinerator, residu dari hasil pembakaran
dikumpul pada TPS (Tempat Penyimpanan Sementara). RSUD Dr.

69
Muhammad Zein Painan memiliki incenerator type
OX3MED/OXIN-100/Indonesia dengan kapasitas pembakaran 1,0
m3 /100 kg/ jam, luas bangunan Incenerator 4,50 m x 3,50 m, Luas
Incenerator 1,65 m x 2,80 m, Tinggi Cerobong Incenerator 12 m,
sistem pengisian sampah manual, menggunakan bahan bakar
minyak tanah/ solar, daya listrik 970 w/ 220 V/50 Hz/1 phasa
dengan koordinat geografis 010 20’ 39,7” LS 1000 34’ 52,9” BT.
Pembakaran dilakukan setiap hari yaitu pada pukul 08.00 – 10.00
WIB dengan waktu bakar 2 jam dengan suhu + 5000C-12000C. .
RSUD juga menerima sampah Infeksiusdari Puskesmas Salido dan
RSB Permata Hati. Untuk izin operasional incenarator RSUD Dr.
Muhammad Zein Painan sedang dalam proses pengurusan.

2. Limbah padat berupa jaringan tubuh diserahkan kepada PERJAN


RSUP M.Jamil Padang untuk dianalisis lebih lanjut. Untuk beberapa
kasus, setelah dilakukan proses sterilisasi, limbah jaringan tubuh
tersebut dapat diserahkan kepada keluarga pasien untuk
dikebumikan
3. Limbah Non Infeksius
Limbah bersifat non infeksius hasil aktifitas perkantoran, instalasi
gizi dikumpulkan pada TPS kontainer, dilakukan melalui koordinasi
Unit Kegiatan Dinas Kebersihan dan Pertamanan yang merupakan
bagian dari organisasi Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan.

b. Pengelolaan limbah cair


1. Tahap pengolahan limbah cair
Untuk tahap ini menggunakan sistem aerobik dengan proses
lumpur aktif secara umum terdiri dari mainhole/bak pemisah
pasir/lumpur, sampwel/bak penampung, bak aerasi, kolam
phytoremediasi, kolam slow sandfilter (saringan pasir lambat),
serta kolam bioindikator. Air limbah yang berasal dari masing-

70
masing ruangan rumah sakit ditampung kedalam bak penampung
air limbah/menhol.
Kemudian air limbah dalam bak penampung dipompa ke sampwel.
Lumpur yang terdapat dalam bak sampwel ditampung kedalam bak
pengering lumpur, sedangkan air resapannya ditampung kembali di
bak penampung air limbah/sampwel. Air limpasan dari sampwel
dialirkan ke bak aerasi dengan pompa seperti yang terlihat pada
gambar 3. Di dalam bak aerasi ini air limbah dihembus dengan
udara sehinga mikroorganisme yang ada akan menguraikan zat
organik yang ada dalam air limbah. Energi yang di dapatkan dari
hasil penguraian zat organik tersebut digunakan oleh
mikrooragnisme untuk proses pertumbuhannya.
Dengan demikian di dalam bak aersi tersebut akan tumbuh dan
berkembang biomassa dalam jumlah yang besar. Biomasaa atau
mikroorganisme inilah yang akan menguraikan senyawa polutan
yang ada di dalam air limbah. Dalam bak aerasi ini air limbah di
kontakkan dengan senyawa klor untuk membunuh
miokroorganisme patogen. Air limbah kemudian dialirkan ke
kolam phytoremediasi, lanjut ke kolam slow sandfilter dalam
kolam ini terdapat saringan yang terdiri dari pasir, ijuk, kerikil.
Kemudian air limbahn dialirkan ke kolam bioindikator,
indikatornya ikan, air limbah dapat langsung dibunag ke riol
perkotaan.

2. Tahap pemeliharaan
Pemeliharaan yang dilakukan pada sarana IPAL seperti alat-alat
saniter, alat-alat pompa, saluran IPAL, menhol, septik tank, bak
pengumpul, bak saringan dan alat-alat lain IPAL. Pemeliharaan
juga telah dilakukan mulai dari pengumpulan sampai tahap proses.
3. Tahap pengawasan
Mengenai pengawasan yang dilakukan terhadap sistem
pengelolaan limbah cair ini bahwa pengawasa dilakukan dari pihak
Rumah Sakit Direktur, Kabag TU, Ka.IPLRS kemudian dari Badan

71
Lingkungan Hidup Kab. Pesisir Selatan dan Dinkes Kab. Pesisir
Selatan.
4. Kualitas effluent
Menurut data yang diperoleh dari UPTD Balai Laboratorium
Kesehatan Padang Pemeriksaan kimia air limbah dilakukan setiap 3
bulan sekali. Sejak tanggal 20 mei 2009 RSUD Dr. Muhammad
Zein Painan telah rutin mengirimkan sampel limbah cair untuk
dianalisa ke Laboratorium Kesehatan Padang. Hasil pemeriksaan
terakhir menunjukkan bahwa semua parameter telah memenuhi
baku mutu persyaratan Kepmen LH no.58 tahun 1995. Berarti
pengelolaan IPAL sudah cukup efektif dan hasil limbah sudah
aman dibuang ke riol perkotaan yang bemuara ke anak sungai
Batang Talao.
3. Tempat penyucian linen
Dalam pengelolaannya linen infeksius dipisahkan dengan linen non
infeksius. Lantai terbuat dari beton/plester yang kuat, rata dan tidak licin,
dengan kemiringan >2-3%. Kapasitas air untuk pencucian memadai
4. Ruangan Sterilisasi
Sterilisasi menggunakan autoclave, pintu masuk ruang sterilisasi tidak
terpisah dengan pintu keluar, tersedia ruangan khusus, dinding terbuat dari
keramik setinggi 1,5 m dari lantai. Sebelum disterilisasi peralatan
dibersihkan dari darah atau sisa bahan lain. Peralatan medis yang sudah
disterilisasi diberi tanda khusus.
5. Penyuluhan kesehatan lingkungan
Penyuluhan kesehatan lingkungan dilakukan terhadap karyawan,
pengunjung dan pasien.
6. Penyehatan Makanan dan Minuman
a. Bahan makanan dan makanan jadi
Bahan makanan di dalam gudang tertata rapi. Bahan makana
tertutup dan memenuhi syarat secara fisik.
b. Tempat penyimpanan bahan makanan dan makanan jadi
Penyimpanan bahan makanan dipisahkan menurut jenisnya. Bahan
makanan basah disimpan pada kulkas, bahan makanan yang mudah
membusuk seperti daging disimapan di dalam freezer, dan bahan

72
makanan kering disimpan di dalam gudang. Bahan makanan di
dalam gudang ditata secara teratur. Makanan jadi sebelum disajikan
diletakkan pada rak-rak terbuka.
c. Penyajian makanan
Makanan jadi langsung disajikan tanpa ada penyimpanan.
Penyajian menggunakan kereta dorong, kereta dorong yang
digunakan mempunyai tutup. Namun, pada penyajian makanan
belum melalui jalur khusus, masih pada jalur lalu lintas
pengunjung.
5.2 Saran
1. Sebaiknya Rumah Sakit melakukan desinfeksi pencucian peralatan
makanan dan minuman.
2. Sebaiknya petugas dan pengunjung mematuhi slogan dan poster untuk
tidak merokok dilingkungan rumah sakit.
3. Meningkatkan pengawasaan dan pemeliharaan sanitasi lingkungan Rumah
Sakit.
4. Sebaiknya segera dilakukan perbaikan pada pipa paralon yang rusak pada
saluran limbah loundry.
5. Sebaiknya segera dilakukan perbaikan pada selasar yang rusak.
6. Diperhatikan tingkat kebisingan yang tidak memenuhi syarat pada ruang
perawatan agar tidak menggangu pasien dan proses kegiatan lainnya.
7. Segera dilakukan perbaikan pada langit-langit yang rusak di kamar
perawatan dan tempat pelayanan.
8. Sebaiknya pihak memperhatikan pencahayaan yang kurang memenuhi
persyaratan agar tidak mempengaruhi kegiatan diruangan tersebut, apabila
pencahayaan melebihi ambang batas maka pihak Rumah Sakit dapat
menambahkan gorden untuk mengantisipasinya, tapi jika pencahayaan
kurang dari nilai ambang batas, maka dapat menambah daya lampu.

73

Anda mungkin juga menyukai