Anda di halaman 1dari 38

[PEDOMAN KESEHATAN LINGKUNGAN ]

UPT. RUMAH SAKIT KHUSUS MATA PROVINSI SUMATERA UTARA


2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Rumah sakit (RS) adalah sebagai sarana pelayanan kesehatan, tempat


berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat, atau dapat menjadi tempat
penularan  penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan
gangguan kesehatan (UU No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit).
UPT Rumah Sakit Khusus Mata Provinsi Sumatera Utara adalah salah
satu rumah sakit yang bergerak di bidang pelayanan kesehatan yang tidak
terlepas dari kegiatan rutinitasnya yang dapat menghasilkan limbah, sehingga
dapat membuat tercemarnya lingkungan rumah sakit. Kegiatan-kegiatan di rumah
sakit yang dapat menimbulkan tercemarnya lingkungan rumah sakit adalah ;
kegiatan dapur, loundry, laboratorium, radiologi, farmasi, kamar operasi, gawat
darurat, pelayanan intensif, pelayanan rehabilitasi medik, pelayanan intensive
care (IPI, stroke center, rehablitasi medik) dan kegiatan rawat inap serta rawat
jalan.
Adapun limbah yang ditimbulkan oleh kegiatan tersebut diatas adalah;
limbah padat, berupa; sampah medis dan non medis, limbah cair berupa; air
pembuangan loundry, dapur, kamar mandi, limbah laboratorium, limbah radiologi,
limbah kamar bedah, limbah gawat darurat, limbah gas, yang sangat berbahaya
bagi kesehatan lingkungan rumah sakit dan penduduk sekitarnya.
Untuk menanggulangi masalah lingkungan yang ditimbulkan oleh kegiatan
– kegiatan rumah sakit tersebut diatas maka perlu dibentuk suatu unit khusus di
rumah sakit untuk menanggulangi masalah lingkungan rumah sakit, yaitu ; unit
kesehatan lingkungan rumah sakit atau sanitasi rumah sakit sesuai dengan
Keputusan Menteri Kesehatan RI No.: 1204/Menkes/SK/X/2004 tertanggal 19
Oktober 2004, tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit yang mana
rumah sakit harus mempunyai Instalasi sanitasi tersendiri di rumah sakit.

[Dokumen ini hanya berlaku di lingkungan UPT. Rumah Sakit Khusus Mata Provinsi Sumatera Utara] 1
[PEDOMAN KESEHATAN LINGKUNGAN ]
UPT. RUMAH SAKIT KHUSUS MATA PROVINSI SUMATERA UTARA
2019
B. TUJUAN
Tujuan umum dari buku pedoman ini adalah :
1. Mencegah terjadinya pencemaran lingkungan yang ditimbulkan oleh
kegiatan rumah sakit terhadap lingkungan rumah sakit terutama masyarakat
sekitarnya.
2. Meminimalisasi timbulnya pencemaran penyakit dari lingkungan rumah sakit.

Tujuan khusus dari buku pedoman ini adalah :


1. Menjadikan UPT Rumah Sakit Khusus Mata Provinsi Sumatera Utara
menjadi rumah sakit percontohan di bidang kesehatan lingkungan
(Sanitasi )

C. RUANG LINGKUP
Pedoman Kesehatan Lingkungan ini berlaku bagi seluruh pegawai UPT
Rumah Sakit Khusus Mata Provinsi Sumatera Utara yang sedang bertugas di
lingkungan UPT Rumah Sakit Khusus Mata Provinsi Sumatera Utara

[Dokumen ini hanya berlaku di lingkungan UPT. Rumah Sakit Khusus Mata Provinsi Sumatera Utara] 2
[PEDOMAN KESEHATAN LINGKUNGAN ]
UPT. RUMAH SAKIT KHUSUS MATA PROVINSI SUMATERA UTARA
2019
BAB II

PROGRAM KESEHATAN LINGKUNGAN RUMAH SAKIT TERHADAP


PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP YANG SUDAH
DILAKUKAN

A. PROGRAM / KEGIATAN POKOK SANITASI RUMAH SAKIT

1. Penyehatan ruang dan bangunan dan fasilitas kesehatan lingkungan


2. Penyehatan air
3. Hygiene sanitasi makanan dan minuman
4. Pengolahan limbah (cair dan padat)
5. Pengendalian serangga tikus dan binatang pengganggu lainnya.
6. Pengamanan dampak pencemaran udara
7. Pengamanan dampak radiasi
8. Pengendalian kebisingan
9. Promosi kesehatan lingkungan
10. Penyehatan loundry.
11. Monitoring pelaksanaan kegiatan instalasi kesehatan lingkungan rumah
sakit.
12. Evaluasi pelaksanaan kegiatan instalasi kesehatan lingkungan rumah
sakit.
13. Pelaporan kegiatan instalasi kesehatan lingkungan rumah sakit

B. TUGAS & FUNGSI SANITASI RUMAH SAKIT

1. Mengawasi sistem kebersihan lingkungan rumah sakit


2. Melakukan pengolahan air bersih dan pemeriksaan air bersih
3. Melakukan pengawasan terhadap hygiene makanan dan minuman
4. Melakukan pengawasan dan tindakan terhadap penanggulangan pektor
5. Mengawasi system kerja IPAL agar tetap bekerja dengan baik
6. Melakukan pemeriksaan kualitas air limbah
7. Mengawasi system pembuangan sampah medis dan non medis.

[Dokumen ini hanya berlaku di lingkungan UPT. Rumah Sakit Khusus Mata Provinsi Sumatera Utara] 3
[PEDOMAN KESEHATAN LINGKUNGAN ]
UPT. RUMAH SAKIT KHUSUS MATA PROVINSI SUMATERA UTARA
2019
8. Melakukan pengawasan terhadap kecelakaan dan keselamatan kerja (K3)
9. Melakukan pengawasan terhadap infeksi nosokomial.
BAB III

PERSYARATAN KESEHATAN LINGKUNGAN RUMAH SAKIT

A. Penyehatan Ruang dan Bangunan dan Fasilitas Rumah Sakit


1. Melakukan pemeriksaan terhadap konstruksi bangunan rumah sakit
seperti : Lantai, dinding, ventilasi, Atap, langit-langt, lalu lintas antar
ruangan, dan fasilitas kebakaran,
2. Melakukan pengelompokan ruangan berdasarkan tingkat resiko
terjadinya penularan penyakit seperti : zona dengan resiko rendah, zona
dengan resiko tinggi, zona dengan resiko sangat tinggi
3. Melakukan pengujian terhadap kualitas udara ruangan seperti :
penghawaan, kebisingan, kelembapan, dan pencahayaan.
4. Melakukan sosialisasi apabila diperlukan untuk kepentingan rumah sakit
5. Menyusun laporan penyehatan ruang dan bangunan

1. Pengertian
a. Ruang bangunan dan halaman rumah sakit adalah semua ruang/unit dan
halaman yang ada di dalam batas pagar rumah sakit (bangunan fisik dan
kelengkapannya) yang dipergunakan untuk berbagai keperluan dan
kegiatan rumah sakit.
b. Pencahayaan di dalam ruang bangunan rumah sakit adalah intensitas
penyinaran pada suatu bidang kerja yang ada di dalam ruang bangunan
rumah sakit yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif
c. Pengawasan ruang bangunan adalah aliran udara di dalam ruang
bangunan yang memadai untuk menjamin kesehatan penghuni ruangan.
d. Kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki sehingga
mengganggu dan/atau membahayakan kesehatan.
e. Kebersihan ruang bangunan dan halaman adalah suatu keadaan atau
kondisi ruang bangunan dan halaman bebas dari bahaya dan risiko
minimal untuk terjadinya infeksi silang, dan masalah kesehatan dan
keselamatan kerja.

[Dokumen ini hanya berlaku di lingkungan UPT. Rumah Sakit Khusus Mata Provinsi Sumatera Utara] 4
[PEDOMAN KESEHATAN LINGKUNGAN ]
UPT. RUMAH SAKIT KHUSUS MATA PROVINSI SUMATERA UTARA
2019

2. Persyaratan
2.1 Lingkungan Bangunan Rumah Sakit
a. Lingkungan bangunan rumah sakit harus mempunyai batas yang kelas,
dilengkapi dengan agar yang kuat dan tidak memungkinkan orang atau
binatang peliharaan keluar masuk dengan bebas.
b. Luas lahan bangunan dan halaman harus disesuaikan dengan luas
lahan keseluruhan sehingga tersedia tempat parkir yang memadai dan
dilengkapi dengan rambu parkir.
c. Lingkungan bangunan rumah sakit harus bebas dari banjir. Jika
berlokasi di daerah banjir harus menyediakan fasilitas/teknologi untuk
mengatasinya.
d. Lingkungan rumah sakit harus merupakan kawasan bebas rokok
e. Lingkungan bangunan rumah sakit harus dilengkapi penerangan
dengan intensitas cahaya yang cukup.
f. Lingkungan rumah sakit harus tidak berdebu, tidak becek, atau tidak
terdapat genangan air dan dibuat landai menuju ke saluran terbuka
atau tertutup, tersedia lubang penerima air masuk dan disesuaikan
dengan luas halaman
g. Saluran air limbah domestik dan limbah medis harus tertutup dan
terpisah, masing-masing dihubungkan langsung dengan instalasi
pengolahan limbah.
h. Di tempat parkir, halaman, ruang tunggu, dan tempat-tempat tertentu
yang menghasilkan sampah harus disediakan tempat sampah.
i. Lingkungan, ruang, dan bangunan rumah sakit harus selalu dalam
keadaan bersih dan tersedia fasilitas sanitasi secara kualitas dan
kuantitas yang memenuhi persyaratan kesehatan, sehingga tidak
memungkinkan sebagai tempat bersarang dan berkembang biaknya
serangga

2.2 Konstruksi Bangunan Rumah Sakit


a. Lantai.

[Dokumen ini hanya berlaku di lingkungan UPT. Rumah Sakit Khusus Mata Provinsi Sumatera Utara] 5
[PEDOMAN KESEHATAN LINGKUNGAN ]
UPT. RUMAH SAKIT KHUSUS MATA PROVINSI SUMATERA UTARA
2019
1. Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan
rata, tidak licin, warna terang, dan mudah dibersihkan.
2. Lantai yang selalu kontak dengan air harus mempunyai
kemiringan yang cukup ke arah saluran pembuangan air limbah
3. Pertemuan lantai dengan dinding harus berbentuk
konus/lengkung agar mudah dibersihkan
b. Dinding.
Permukaan dinding harus kuat, rata, berwarna terang dan
menggunakan cat yang tidak luntur serta tidak menggunakan cat
c. Ventilasi.
1. Ventilasi alamiah harus dapat menjamin aliran udara di dalam
kamar/ruang dengan baik.
2. Luas ventilasi alamiah minimum 15 % dari luas lantai
3. Bila ventilasi alamiah tidak dapat menjamin adanya pergantian
udara dengan baik, kamar atau ruang harus dilengkapi dengan
penghawaan buatan/mekanis.
4. Penggunaan ventilasi buatan/mekanis harus disesuaikan
dengan peruntukkan ruangan.
d. Atap.
1. Atap harus kuat, tidak bocor, dan tidak menjadi tempat
perindukan serangga, tikus, dan binatang pengganggu lainnya.
2. Atap yang lebih tinggi dari 10 meter harus dilengkapi penangkal
petir.
e. Langit-langit.
1. Langit-langit harus kuat, berwarna terang, dan mudah
dibersihkan.
2. Langit-langit tingginya minimal 2,70 meter dari lantai.
3. Kerangka langit-langit harus kuat dan bila terbuat dari kayu
harus anti rayap.
f. Konstruksi
Balkon, beranda, dan talang harus sedemikian sehingga tidak terjadi
genangan air yang dapat menjadi tempat perindukannyamuk Aedes.

g. Pintu

[Dokumen ini hanya berlaku di lingkungan UPT. Rumah Sakit Khusus Mata Provinsi Sumatera Utara] 6
[PEDOMAN KESEHATAN LINGKUNGAN ]
UPT. RUMAH SAKIT KHUSUS MATA PROVINSI SUMATERA UTARA
2019
Pintu harus kuat, cukup tinggi, cukup lebar, dan dapat mencegah
masuknya serangga, tikus, dan binatang pengganggu lainnya.
h. Jaringan Instalasi
1. Pemasangan jaringan instalasi air minum, air bersih, air limbah,
gas, listrik, sistem pengawasan, sarana telekomunikasi,dan lain-
lain harus memenuhi persyaratan teknis kesehatan agar aman
digunakan untuk tujuan pelayanan kesehatan.
2. Pemasangan pipa air minum tidak boleh bersilangan dengan
pipa air limbah dan tidak boleh bertekanan negatif
untukmenghindari pencemaran air minum.
i. Lalu Lintas Antar Ruangan
1. Pembagian ruangan dan lalu lintas antar ruangan harus didisain
sedemikian rupa dan dilengkapi dengan petunjuk letakruangan,
sehingga memudahkan hubungan dan komunikasi antar
ruangan serta menghindari risiko terjadinya kecelakaan dan
kontaminasi
2. Penggunaan tangga atau elevator dan lift harus dilengkapi
dengan sarana pencegahan kecelakaan seperti alarm suara dan
petunjuk penggunaan yang mudah dipahami oleh pemakainya
atau untuk lift 4 (empat) lantai harus dilengkapi ARD (Automatic
Rexserve Divide) yaitu alat yang dapat mencari lantai terdekat
bila listrik mati.
3. Dilengkapi dengan pintu darurat yang dapat dijangkau dengan
mudah bila terjadi kebakaran atau kejadian darurat lainnya dan
dilengkapi ram untuk brankar.
j. Fasilitas Pemadam Kebakaran
Bangunan rumah sakit dilengkapi dengan fasilitas pemadam kebakaran
sesuai dengan ketentuan yang berlaku
k. Ruang Bangunan
Penataan ruang bangunan dan penggunaannya harus sesuai dengan
fungsi serta memenuhi persyaratan kesehatan yaitu dengan
mengelompokkan ruangan berdasarkan tingkat risiko terjadinya
penularan penyakit sebagai berikut :

[Dokumen ini hanya berlaku di lingkungan UPT. Rumah Sakit Khusus Mata Provinsi Sumatera Utara] 7
[PEDOMAN KESEHATAN LINGKUNGAN ]
UPT. RUMAH SAKIT KHUSUS MATA PROVINSI SUMATERA UTARA
2019

1. Zona dengan Risiko rendah meliputi :


ruang administrasi,ruang komputer, ruang
pertemuan,ruangperpustakaan, ruang resepsionis, dan ruang
pendidikan/pelatihan
Dengan persyaratan sbb:
a. Permukaan dinding harus rata dan berawarna terang
b. Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, mudah dibersihkan,
kedap air, berwarna terang, dan pertemuan antara lantai dengan
dinding harus berbentuk konus.
c. Langit-langit harus terbuat dari bahan multipleks atau bahan
yang kuat, warna terang, mudah dibersihkan, kerangka harus
kuat, dan tinggi minimal 2,70 meter dari lantai.
d. Lebar pintu minimal 1,20 meter dan tinggi minimal 2,10 meter,
dan ambang bawah jendela minimal 1,00 meter dari lantai.
e. Ventilasi harus dapat menjamin aliran udara di dalam
kamar/ruang dengan baik, bila ventilasi alamiah tidak menjamin
adanya pergantian udara dengan baik, harus dilengkapi dengan
penghawaan mekanis (exhauster) .
f. Semua stop kontak dan saklar dipasang pada ketinggian
minimal 1,40 meter dari lantai.

2. Zona dengan Risiko sedang meliputi :


Ruang rawat inap bukan penyakit menular, rawat jalan, ruang
ganti pakaian, dan ruang tunggu pasien. Persyaratan bangunan
pada zona dengan risiko sedang sama dengan persyaratan
pada zona risiko rendah.

3. Zona dengan Risiko Tinggi meliputi :


a. ruang isolasi, ruang perawatan intensif, laboratorium, ruang
penginderaan medis (medicalimaging), ruang bedah mayat
(autopsy), dan ruang jenazah dengan ketentuan sebagai
berikut :Dinding ruang laboratorium dibuat dari porselin atau

[Dokumen ini hanya berlaku di lingkungan UPT. Rumah Sakit Khusus Mata Provinsi Sumatera Utara] 8
[PEDOMAN KESEHATAN LINGKUNGAN ]
UPT. RUMAH SAKIT KHUSUS MATA PROVINSI SUMATERA UTARA
2019
keramik setinggi 1,50 meter dari lantai dan sisanya dicat warna
terang.
b. Dinding ruang penginderaan medis harus berwarna gelap,
dengan ketentuan dinding disesuaikan dengan pancaran sinar
yang dihasilkan dari peralatan yang dipasang di ruangan
tersebut, tembok pembatas antara ruang Sinar X dengan kamar
gelap dilengkapi dengan transfer cassette.
c. Lantai terbuat dari bahan yang kuat, mudah dibersihkan, kedap
air, berwarna terang, dan pertemuan antara lantaidengan
dinding harus berbentuk konus
d. Langit-langit terbuat dari bahan mutipleks atu bahan yang kuat,
warna terang, mudah dibersihkan, kerangka harus kuat,dan
tinggi minimal 2,70 meter dari lantai.
e. Lebar pintu minimal 1,20 meter dan tinggi minimal 2,10 meter,
dan ambang bawah jendela minimal 1,00 meter dari lanti.
f. Semua stop kontak dan saklar dipasang pada ketinggian
minimal 1,40 meter dari lantai.

4. Zona dengan Risiko Sangat tinggi meliputi :


ruang operasi, ruang bedah mulut, ruang perawatan gigi, ruang
gawat darurat, ruang bersalin,dan ruang patologi dengan
ketentuan sebagai berikut :
a. Dinding terbuat dari bahan porslin atau vinyl setinggi
langit-langit, atau dicat dengan cat tembok yang tidak
luntur dan aman, berwarna terang.
b. Langit-langit terbuat dari bahan yang kuat dan aman, dan
tinggi minimal 2,70 meter dari lantai.
c. Lebar pintu minimal 1,20 meter dan tinggi minimal 2,10 m,
dan semua pintu kamar harus selalu dalam keadaan
tertutup.
d. Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, mudah
dibersihkan dan berwarna terang.

[Dokumen ini hanya berlaku di lingkungan UPT. Rumah Sakit Khusus Mata Provinsi Sumatera Utara] 9
[PEDOMAN KESEHATAN LINGKUNGAN ]
UPT. RUMAH SAKIT KHUSUS MATA PROVINSI SUMATERA UTARA
2019
e. Khusus ruang operasi, harus disediakan gelagar
(gantungan) lampu bedah dengan profil baja double INP
20 yang dipasang sebelum pemasangan langit-langit
f. Tersedia rak dan lemari untuk menyimpan reagensia siap
pakai
g. Ventilasi atau pengawasan sebaiknya digunakan AC
tersendiri yang dilengkapi filter bakteri, untuk setiap ruang
operasi yang terpisah dengan ruang lainnya.
Pemasangan AC minimal 2 meter dari lantai dan aliran
udara bersih yang masuk ke dalam kamar operasi berasal
dari atas ke bawah. Khusus untuk ruang bedah ortopedi
atau transplantasi organ harus menggunakan pengaturan
udara UCA (Ultra Clean Air) System
h. Tidak dibaenarkan terdapat hubungan langsung dengan
udara luar, untuk itu harus dibuat ruang antara.
i. Hubungan dengan ruang scrub–up untuk melihat ke
dalam ruang operasi perlu dipasang jendela kaca mati,
hubungan ke ruang steril dari bagian cleaning cukup
dengan sebuah loket yang dapat diuka dan ditutup.
j. Pemasangan gas medis secara sentral diusahakan
melalui bawah lantai atau di atas langit-langit.
k. Dilengkapi dengan sarana pengumpulan limbah medis.

2.3 Kualitas Udara Ruang


a. Tidak berbau (terutana bebas dari H2S dan Amoniak
b. Kadar debu (particulate matter) berdiameter kurang dari 10 micron
dengan rata-rata pengukuran 8 jam atau 24 jam tidak melebihi 150
μg/m3, dan tidak mengandung debu asbes.

3.1 Penyehatan Air Rumah Sakit


a. Melakukan pengecekan kuantitas dan kualitas air bersih secara rutin
b. Melakukan upaya penyehatan air bersih apabila terdapat permasalahan
pada air bersih

[Dokumen ini hanya berlaku di lingkungan UPT. Rumah Sakit Khusus Mata Provinsi Sumatera Utara] 10
[PEDOMAN KESEHATAN LINGKUNGAN ]
UPT. RUMAH SAKIT KHUSUS MATA PROVINSI SUMATERA UTARA
2019
c. Melakukan koordinasi dengan tenaga teknis penyehatan air bersih
secara rutin
d. Melakukan pengujian sampel air bersi setiap 6 bulan sekali
e. Melakukan sosialisasi penyehatan air bersih apabila diperlukan untuk
kepentingan rumah sakit
f. Menyusun laporan penyehatan air bersih yang telah dilaksanakan 1
bulan

1. Pengertian
a. Air minum adalah air ayng melalui proses pengolahan atau tanpa proses
pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung
diminum.
b. Sumber penyediaan air minum dan untuk keperluan rumah sakit berasal
dari Perusahaan Air Minum, air yang didistribusikan melalui tangki air, air
kemasan dan harus memenuhi syarat kualitas air minum.

2. Persyaratan
a. Kualitas Air Minum
Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
907/Menkes/SK/VII/2002 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas
Air Minum.

b. Kualitas Air yang Digunakan di Ruang Khusus


Ruang Operasi
Bagi rumah sakit yg menggunakan air yg sudah diolah seperti dari
PDAM, sumur bor, dan sumber lain untuk keperluan operasi dapat
melakukan pengolahan tambahan dgn catridge filter da dilengkapi
dgn disinfeksi menggunakan ultra violet (UV)

Ruang Farmasi dan Hemodialisis Air yang digunakan di ruang


farmasi terdiri dari air yang dimurnikan untuk penyiapan obat,
penyiapan injeksi, dan pengenceran dalam hemodialisis.

[Dokumen ini hanya berlaku di lingkungan UPT. Rumah Sakit Khusus Mata Provinsi Sumatera Utara] 11
[PEDOMAN KESEHATAN LINGKUNGAN ]
UPT. RUMAH SAKIT KHUSUS MATA PROVINSI SUMATERA UTARA
2019
3. Tata Laksana
a. Kegiatan pengawasan kualitas air dengan pendekatan surveilans
kualitas air antara lain meliputi :
b. Inspeksi sanitasi terhadap sarana air minum dan air bersih
c. Pengambilan, pengiriman, dan pemeriksaan sampel air
d. Melakukan analisis hasil inspeksi sanitasi pemeriksaan
laboratorium; dan
e. Tindak lanjut berupa perbaikan sarana dan kualitas air.

b. Melakukan inspeksi sanitasi sarana air minum dan air bersih rumah sakit
dilaksanakan minimal 1 tahun sekali. Petunjuk teknis inspeksi sanitasi
sarana penyediaan air sesuai dengan petunjuk yang dikeluarkan Direktorat
Jenderal PPM dan PL, DepartemenKesehatan.

c. Pengambilan sampel air pada sarana penyediaan air inum dan/atau air
bersih rumah sakit

d. Pemeriksaan kimia air minum dan/atau air bersih dilakukan minimal 2


(dua) kali setahun (sekali pada musim kemarau dan sekali pada musim
hujan) dan titik pengambilan sampel masing-masing pada tempat
penampungan (reservoir) dan keran terjauh dari reservoir.

e. Titik pengambilan sampel air untuk pemeriksaan mikrobiologik terutama


pada air kran dari ruang dapur, ruang operasi, kamar bersalin, kamar bayi,
dan ruang makan, tempat penampungan (reservoir), secara acak pada
kran-kran sepanjang sistem distribusi, pada sumber air, dan titik-titik lain
yang rawan pencemaran.

f. Sampel air pada butir 3 dan 4 tersebut diatas dikirim dan diperiksakan
pada laboratorium yang berwenang atau yang ditetapkanoleh Menteri
Kesehatan atau Pemerintah Daerah setempat.

[Dokumen ini hanya berlaku di lingkungan UPT. Rumah Sakit Khusus Mata Provinsi Sumatera Utara] 12
[PEDOMAN KESEHATAN LINGKUNGAN ]
UPT. RUMAH SAKIT KHUSUS MATA PROVINSI SUMATERA UTARA
2019
g. Pengambilan dan pengiriman sampel air dapat dilaksanakan sendiri oleh
pihak rumah sakit atau pihak ketiga yang direkomendasikan oleh Dinas
Kesehatan.

h. Sewaktu-waktu dinas kesehatan provinsi, kabupaten/kota dalam rangka


pengawasan (uji petik) penyelenggaraan penyehatan lingkungan rumah
sakit, dapat mengambil langsung sampel air pada sarana penyediaan air
minum dan/atau air bersih rumah sakit untuk diperiksakan pada
laboratorium.

i. Setiap 24 jam sekali rumah sakit harus melakukan pemeriksaan kualitas


air untuk pengukuran sisa khlor bila menggunakan disinfektan kaporit, pH
dan kekeruhan air minum atau air bersih yang berasal dari sistem
perpipaan dan/atau pengolahan air pada titik/tempat yang dicurigai rawan
pencemaran.

j. Petugas sanitasi atau penanggung jawab pengelolaan kesehatan


lingkungan melakukan analisis hasil inspeksi sanitasi dan pemeriksaan
laboratorium.

k. Apabila dalam hasil pemeriksaan kualitas air terdapat parameter yang


menyimpang dari standar maka harus dilakukan pengolahan sesuai
parameter yang menyimpang
.
l. Apabila ada hasil inspeksi sanitasi yang menunjukkan tingkat risiko
pencemaran amat tinggi dan tinggi harus dilakukan perbaikan sarana.

3.2 Hygiene Sanitasi Makanan Dan Minuman Rumah Sakit


Melakukan inspeksi secara langsung ketempat pengolahan makanan dan
minuman rumah sakit untuk penerapan penyehatan hygine sanitasi makanan
minuman
a. Melakukan pengambilan dan pemeriksaan sampel makanan dan minuman
selama 6 bulan sekali

[Dokumen ini hanya berlaku di lingkungan UPT. Rumah Sakit Khusus Mata Provinsi Sumatera Utara] 13
[PEDOMAN KESEHATAN LINGKUNGAN ]
UPT. RUMAH SAKIT KHUSUS MATA PROVINSI SUMATERA UTARA
2019
b. Melakukan pemeriksaan personal hygine terhadap kesehatannya selama 6
bulan sekali
c. Melakukan sosialisasi tentang penyehatan hygine sanitasi makanan dan
minuman apabila diperlukan untuk kepentingan rumah sakit
d. Membuat laporan penyehatan hygine sanitasi makanan dan minuman.

1. Pengertian.
a. Makanan dan minuman di rumah sakit adalah semua makanan dan
minuman yang disajikan dan dapur rumah sakit untuk pasiendan
karyawan; makanan dan minuman yang dijual didalam lingkungan rumah
sakit atau dibawa dari luar rumah sakit.
b. Higiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan
melindungi kebersihan individu. Misalnya, mencuci tangan, mencuci
piring, membuang bagian makanan yang rusak.
c. Sanitasi adlah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi
kebersihan lingkungan. Misalnya, menyediakan air bersih, menyediakan
tempat sampah dan lain-lain.

2. Persyaratan Higiene dan Sanitasi Makanan


a. Angka kuman E.Coli pada makanan harus 0/gr sampel makanan dan
pada minuman angka kuman E.Coli harus 0/100 ml sampel minuman.
b. Kebersihan peralatan ditentukan dengan angka total kuman sebanyak-
banyaknya 100/cm2 permukaan dan tidak ada kuman E. Coli.
c. Makanan ayng mudah membususk disimpan dalam suhu panas lebih dari
65,5° atau dalam suhu dingin kurang dari 4° C. Untuk makanan yang
disajikan lebih dari 6 jam disimpan suhu – 5° C sampai -1° C.
d. Maknaan kemasan tertutup sebaiknya disimpan dalam suhu ± 10° C.
e. Penyimpanan bahan mentah dilakukan dalam suhu sebagai berikut :
(tabel)
f. Kelembaban penyimpanan dalam ruangan 80 -90 %.
g. Cara penyimpanan bahan makanan tidak menempel pada lantai, dinding,
atau langit-langit dengan ketentuan sebagai berikut :
h. Jarak bahan makanan dengan lantai 15 cm
i. Jarak bahan makanan dengan dinding 5 cm

[Dokumen ini hanya berlaku di lingkungan UPT. Rumah Sakit Khusus Mata Provinsi Sumatera Utara] 14
[PEDOMAN KESEHATAN LINGKUNGAN ]
UPT. RUMAH SAKIT KHUSUS MATA PROVINSI SUMATERA UTARA
2019
j. Jarak bahan makanan dengan langit-langit 60 cm

3. Tata Cara Pelaksanaan


a. Bahan Makanan dan Makanan Jadi
b. Pembelian bahan sebaiknya ditempat yang resmi dan berkualitas
baik.
c. Bahan makanan dan makanan jadi yang berasal dari instalasi Gizi atau
dari luar rumah sakit/jasaboga harus diperiksa secara fisik, dan
laboratorium minimal 1 bulan Peraturan Mnteri Kesehatan No.
715/MenKes/SK/V/2003 tentang Persyaratan Hygiene Sanitasi
Jasaboga.
d. Makanan jadi yang dibawa oleh keluarga pasien dan berasal dari
sumber lain harus selalu diperiksa kondisi fisiknya sebelum
dihidangkan.
e. Bahan makanan kemasan (terolah) harus mempunyai label dan merek
serta dalam keadaan bai
f. Bahan Makanan Tambahan Bahan makanan tambahan (bahan
pewarna, pengawet, pemanis buatan) harus sesuai dengan ketentuan.
g. Penyimpanan Bahan Makan dan Makanan Jadi Tempat penyimpanan
bahan makanan harus selalu terpelihara dan dalam keadaan bersih,
terlindung dari debu, bahan kimia berbahaya, serangga dan hewan
lain.

4. Bahan Makanan Kering


a. Semua gudang bahan makanan hendaknya berada di bagian
yang tinggi
b. Bahan makanan tidak diletakkan di bawah saluran/pipa air (air
bersih maupun air limbah)untuk menghindari terkena bocoran.
c. Tidak ada drainase disekitar gudang makanan.
d. Semua bahan makanan hendaknya disimpan pada rak-rak
dengan ketinggian rak terbawah 15 cm – 25 cm.

[Dokumen ini hanya berlaku di lingkungan UPT. Rumah Sakit Khusus Mata Provinsi Sumatera Utara] 15
[PEDOMAN KESEHATAN LINGKUNGAN ]
UPT. RUMAH SAKIT KHUSUS MATA PROVINSI SUMATERA UTARA
2019
e. Suhu gudang bahan makanan kering dan kaleng dijaga kurang
dari 22° C.
f. Gudang harus dibuat anti tikus dan serangga.
g. Penempatan bahan makanan harus rapi dan ditata tidak padat
untuk menjaga sirkulasi udara.
5. Bahan Makanan Basah/Mudah Membusuk dan Minuman
a. Bahan makanan seperti buah, sayuran, dan minuman, disimpan
pada suhu penyimpanan sejuk (cooling) 10 °C – 15 °C
b. Bahan makanan berprotein yang akan segera diolah kembali
disimpan pada suhu penyimpanan dingin (chilling) 4 °C–10°C
c. Bahan makanan berprotein yang mudah rusak untuk jangka
waktu sampai 24 jam disimpan pada penyimpanan dingin sekali
(freezing) dengan suhu 0 °C – 4 °C.
d. Bahan makanan berprotein yang mudah rusak untuk jangka
waktu kurang dari 24 jam disimpan pada penyimpanan beku
(frozen) dengan suhu < 0 °C.
e. Pintu tidak boleh sering dibuka karena akan meningkatkan suhu.
f. Makanan yang berbau tajam (udang, ikan, dan lain-lain) harus
tertutup.
g. Pengambilan dengan cara First in First Out (FIFO), yaitu yang
disimpan lebih dahulu digunakan dahulu, agar tidak ada
makanan yang busuk.

6. Makanan Jadi
a. Makanan jadi harus memenuhi persyaratan bakteriologi berdasarkan
ketentuan yang berlaku. Jumlah kandungan logam berat dan residu
pestisida, tidak boleh melebihi ambang batas yang diperkenankan
menurut ketentuan yang berlaku.
b. Makanan jadi yang siap disajikan harus diwadahi atau dikemas dan
tertutup serta segera disajikan

7. Pengolahan Makanan
Unsur-unsur yang terkait dengan pengolahan makanan :
a. Tempat Pengolahan Makanan

[Dokumen ini hanya berlaku di lingkungan UPT. Rumah Sakit Khusus Mata Provinsi Sumatera Utara] 16
[PEDOMAN KESEHATAN LINGKUNGAN ]
UPT. RUMAH SAKIT KHUSUS MATA PROVINSI SUMATERA UTARA
2019
a. Perlu disediakan tempat pengolahan makanan (dapur)
sesuai dengan persyaratan konstruksi, bangunan dan
ruangan dapur
b. Sebelum dan sesudah kegiatan pengolahan makanan selalu
dibersihkan dengan antiseptik.
c. Asap dikeluarkan melalui cerobong yang dilengkapi dengan
sungkup asap.
d. Intensitas pencahayaan diupayakan tidak kurang dari 200
lux.

8. Peralatan Masak
Peralatan masak adalah semua perlengkapan yang diperlukan dalam
proses pengolahan makanan.
a. Peralatan masak tidak boleh melepaskan zat beracun kepada makanan
b. Peralatan masak tidak boleh patah dan kotor.
c. Lapisan permukaan tidak terlarut dalam asam/basa atau garam-garam
yang lazim dijumpai dalam makanan.
d. Peralatan agar dicuci segera sesudah digunakan, selanjutnya
didesinfeksi dan dikeringkan
e. Peralatan yang sudah bersih harus disimpan dalam keadaan kering
dan disimpan pada rak terlindung dari vektor.

9. Penjamah Makanan
a. Harus sehat dan bebas dari penyakit menular.
b. Secara berkala minimal 2 kali setahun diperiksa kesehatannya oleh
dokter yang berwenang.
c. Harus menggunakan pakaian kerja dan perlengkapan pelidung
pengolahan makanan dapur.
d. Selalu mencuci tangan sebelum bekerja dan setelah keluar dari kamar
kecil.

10. Pengangkutan Makanan


Makanan yang telah siap santap perlu diperhatikan dalam cara
pengangkutannya, yaitu :

[Dokumen ini hanya berlaku di lingkungan UPT. Rumah Sakit Khusus Mata Provinsi Sumatera Utara] 17
[PEDOMAN KESEHATAN LINGKUNGAN ]
UPT. RUMAH SAKIT KHUSUS MATA PROVINSI SUMATERA UTARA
2019
a. Makanan diangkut dengan menggunakan kereta dorong yang tertutup
dan bersih.
b. Pengisian kereta dorong tidak sampai penuh, agar masih tersedia
udara untuk ruang gerak.
c. Perlu diperhatikan jalur khusus yang terpisah dengan jalur untuk
mengangkut bahan/barang kotor.
11. Penyajian Makanan
a. Cara penyajian makanan harus terhindar dari pencemaran dan
peralatan yang dipakai harus bersih
b. Makanan jadi yang siap disajikan harus diwadahi dan tertutup.
c. Makanan jadi yang disajikan dalam keadaan hangat ditempatkan pada
fasilitas penghangat makanan dengan suhu mnimal 60° C dan 4° C
untuk makanan dingin.
d. Penyajian dilakukan dengan perilaku penyaji yang sehat dan
berpakaian bersih.
e. Makanan jadi harus segera disajikan.
f. Makanan jadi yang sudah menginap tidak boleh disajikan kepada
pasien.

12. Pengawasan Higiene dan Sanitasi Makanan dan Minuman


Pengawasan dilakukan secara :
a. Internal
a. Pengawasan dilakukan oleh petugas sanitasi atau petugas
penanggung jawab kesehatan lingkungan rumah sakit.
b. Pemeriksaan parameter mikrobiologi dilakukan pengambilan
sampel makanan dan minuman meliputi bahan makanan dan
minuman yang mengandung protein tinggi, makanan siap
santap, air bersih, alat makanan dan masak serta usap
duburpenjamah. Pemeriksaan parameter kimiawi dilakukan
pengambilan sampel minuman berwarna, makanan yang
diawetkan, sayuran, daging, ikan laut. Pengawasan secara
berkala dan pengambilan sampel dilakukan minimal 2 (dua)
kali dalam setahun.

[Dokumen ini hanya berlaku di lingkungan UPT. Rumah Sakit Khusus Mata Provinsi Sumatera Utara] 18
[PEDOMAN KESEHATAN LINGKUNGAN ]
UPT. RUMAH SAKIT KHUSUS MATA PROVINSI SUMATERA UTARA
2019
c. Bila terjadi keracunan makanan dan minuman d irumah sakit
maka petugas sanitasi harus mengambil sampel makanan
dan minuman untuk
b. Eksternal
Dengan melakukan uji petik yang dilakukan oleh Petugas Sanitasi
Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota secara insidentil atau
mendadak untuk menilai kualitas
3.3 Pengolahan limbah (cair dan padat)
I. Pengolahan Limbah padat
a. Melakukan pengecekan tempat sampah yang tersedia yang sesuai
dengan peruntukanya seperti sampah medis dan umum secara rutin.
b. Melakukan inspeksi secara langsung terhadap tenaga dalam
pengelolaan sampah mulai dari pengumpulan, pengangkutan, dan
pemilahan serta penampungan sementara dan juga akhir.
c. Melakukan sosialisasi pengelolahan sampah rumah sakit apabila
diperlukan untuk kepentingan rumah sakit.
d. Menyusun laporan pengelolaan sampah selama 1 bulan sekali

1. Pengertian Limbah Padat Rumah Sakit


Limbah padat rumah sakit adalah semua limbah rumah sakit yang berbentuk
padat yang bersumber dari kegiatan rumah sakit yang terdiri dari limbah medis
padat dan non-medis.

1.1 Limbah padat medis


Limbah medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari limbah infeksius,
limbaah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis,
limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer bertekanan dan limbah
dengan kandungan logam berat yang tinggi.

a. Limbah Infeksius
Limbah infeksius adalah limbah yang terkontaminasi limbah
pathogen yang tidak secara rutin ada di lingkungan dan organisme
tersebut dalam jumlah virulensi yang cukup untuk menularkan
penyakit pada manusia rentan. Contoh: Kultur laboratorium, limbah

[Dokumen ini hanya berlaku di lingkungan UPT. Rumah Sakit Khusus Mata Provinsi Sumatera Utara] 19
[PEDOMAN KESEHATAN LINGKUNGAN ]
UPT. RUMAH SAKIT KHUSUS MATA PROVINSI SUMATERA UTARA
2019
dari bangsal isolasi, kapas, materi, atau peralatan yang tersentuh
pasien yang terinfeksi.

b. Limbah Sangat Infeksius


Limbah sangat infeksius adalah limbah berasal dari pembiakan dan
stock bahan sangat infeksius, otopsi, organ binatang percobaan dan
bahan lain yang telah diinokulasi, terinfeksi atau kontak dengan
bahan yang sangat infeksius. Contoh: Bagian tubuh manusia dan
hewan (limbah anatomis), janin.

c. Limbah Sitotoksis
Limbah sitotoksis adalah limbah dari bahan yang terkontaminasi dari
persiapan dan pemberian obat sitotoksis untuk kemoterapi kanker
yang mempunyai kemampuan untuk membunuh atau menghambat
pertumbuhan sel hidup, contohnya: Dari materi yang terkontaminasi
pada saat persiapan dan pemberian obat. Contoh: sampah/ limbah
padat medi, spuit, ampul, kemasan,obatkedaluarsa, dll.

d. Limbah Benda tajam


Merupakan materi yang dapat menyebabkan luka iris atau luka
tusuk. Semua benda tajam ini memiliki potensi bahaya dan dapat
menyebabkan cedera melalui sobekan atau tusukan. Benda- benda
tajam yang terbuang mungkin terkontaminasi oleh darah, cairan
tubuh, bahan mikrobiologi, bahan beracun atau radioaktif. Contoh:
jarum, jarum suntik, skalpel, pisau bedah, peralatan infus, gergaji
bedah, dan pecahan kaca

e. Limbah Farmasi
Limbah farmasi mencakup produksi farmasi. Kategori ini juga
mencakup barang yang akan di buang setelah digunakan untuk
menangani produk farmasi, misalnya botol atau kotak yang berisi
residu, sarung tangan, masker, slang penghubung darah atau
cairan, dan ampul obat. Contoh: obat-obatan, vaksin, dan serum

[Dokumen ini hanya berlaku di lingkungan UPT. Rumah Sakit Khusus Mata Provinsi Sumatera Utara] 20
[PEDOMAN KESEHATAN LINGKUNGAN ]
UPT. RUMAH SAKIT KHUSUS MATA PROVINSI SUMATERA UTARA
2019
yang sudah kedaluarsa, tidak digunakan, tumpah, dan
terkontaminasi, yang tidak diperlukan lagi.

f. Limbah Kimia
Mengandung zat kimia yang berbentuk padat yang berasal dari
aktivitas diagnostic dan eksperimen serta dari pemeliharaan
kebersihan rumah sakit dengan menggunakan desinfektan. Contoh:
Reagent di laboratorium, film untuk rontgen, desinfektan yang
kadaluarsa atau sudah tidak diperlukan lagi, solven.

g. Limbah Radio Aktif


Bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop yang berasal dari
penggunaan medis atau riset radio nukleida. Limbah ini dapat
berasal dari tindakan kedokteran nuklir, radio-imunoassay dan
bakteriologis; dapat berbentuk padat, contoh: riset dilaboratorium,
peralatan kaca, kertas absorben yang terkontaminasi.

h. Limbah Logam Yang Bertekanan Tinggi/Berat


Limbah yang mengandung logam berat dalam konsetrasi tinggi
termasuk dalam subkategori limbah kimia berbahaya dan biasanya
sangat toksik. Misalnya adalah limbah merkuri yang berasal dari
bocoran peralatan kedokteran yang rusak. Contoh: Thermometer,
alat pengukur tekanan darah, residu dari ruang pemeriksaan gigi,
dan sebagainya.

i. Limbah Kontainer Bertekanan


Limbah yang berasal dari berbagai jenis gas yang digunakan di
rumah sakit. Contoh: tabung gas, kaleng aerosol yang mengandung
residu, gas cartridge.

1.2 Limbah padat non medis


Limbah padat non medis adalah limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan
rumah sakit diluar medis yang berasal dari dapur, taman, perkantoran, dan
taman yang dapat dimanfaatkan kembali apabila ada tehnologinya. Contoh
kertas dan bungkus makanan.

[Dokumen ini hanya berlaku di lingkungan UPT. Rumah Sakit Khusus Mata Provinsi Sumatera Utara] 21
[PEDOMAN KESEHATAN LINGKUNGAN ]
UPT. RUMAH SAKIT KHUSUS MATA PROVINSI SUMATERA UTARA
2019

Dampak Limbah Padat Terhadap Kesehatan dan Lingkungan.


Pengelolaan limbah padat bertujuan untuk melindungi lingkungan dari
pencemaran sehingga kecil kemungkinan terjadinya infeksi nosokomial.
Beberapa dampak yang ditimbulkan limbah padat rumah sakit:
a. Potensi menimbulkan cidera (tertusuk, tergores).
b. Potensi menginfeksi.
c. Potensi menurunkan kesehatan.
d. Prakondisi terjadinya INOS (pencemaran lingkungan).
e. Prakondisi perkembangbiakan serangga vektor penyakit.

1.3 Tata laksana Penanganan Limbah Padat


a. Proses Pengolahan limbah padat medis dan limbah benda
tajam

Pemilahan dan Pengumpulan

Penampungan Sementara

Pengangkutan oleh Pihak Ketiga

Pemusnahan oleh Pihak Ketiga

Catatan: hasil dari pembakaran/ pemusnahan limbah padat berupa abu, kaca yang
meleleh, dan jarum yang sudah layak untuk ditananam oleh pihak ketiga.
b. Proses Pengolahan limbah padat non medis

Pengumpulan

Pengangkutan

[Dokumen ini hanya berlaku di lingkungan UPT. Rumah Sakit Khusus Mata Provinsi Sumatera Utara] 22
Penampungan sementara

Diangkut oleh Dinas Kebersihan Pemko Medan


[PEDOMAN KESEHATAN LINGKUNGAN ]
UPT. RUMAH SAKIT KHUSUS MATA PROVINSI SUMATERA UTARA
2019

1.4 Limbah Cair


Limbah cair harus dikumpulkan dalam kontainer yang sesuai dengan
karakteristik bahan kimia dan radiologi, volume, dan prosedur penanganan
dan penyimapangannya.
a. Saluran pembuangan limbah harus menggunakan sistem saluran
tertutup, kedap air, dan limbah harus mengalir dengan lancar, serta
terpisah dengan saluran air hujan.
b. Rumah sakit harus memiliki instalasi pengolahan limbah cair sendiri
atau bersama-sama secara kolektif dengan bangunan disekitarnya
yang memenuhi persyaratan teknis, apabila belum ada atau tidak
terjangkau sistem pengolahan air limbah perkotaan.
c. Perlu dipasang alat pengukur debit limbah cair untuk mengetahui debit
harian limbah yang dihasilkan.
d. Air limbah dari dapur harus dilengkapi penangkap lemak dan saluran
air limbah harus dilengkapi/ditutup dengan gril.
e. Air limbah yang berasal dari laboratorium harus diolah di Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL), bila tidak mempunyai IPAL harus
dikelola sesuai kebutuhan yang berlaku melalui kerjasam dengan pihak
lain atau pihak yang berwenang.
f. Frekuensi pemeriksaan kualitas limbah cair terolah (effluent)
dilakukan setiap bulan sekali untuk swapantau dan minimal 3 bulan
sekali uji petik sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
g. Rumah sakit yang menghasilkan limbah cair yang mengandung atau
terkena zat radioaktif, pengelolaannya dilakukan sesuai ketentuan
BATAN.

[Dokumen ini hanya berlaku di lingkungan UPT. Rumah Sakit Khusus Mata Provinsi Sumatera Utara] 23
[PEDOMAN KESEHATAN LINGKUNGAN ]
UPT. RUMAH SAKIT KHUSUS MATA PROVINSI SUMATERA UTARA
2019
h. Parameter radioaktif diberlakukan bagi rumah sakit sesuai dengan
bahan radioaktif yang dipergunakan oleh rumah sakit
yangbersangkutan.

1.5 Limbah Gas


a. Monitoring limbah gas berupa NO2, So2, logam berat, dan dioksin
dilakukan minimal 1 (satu) kali setahun
b. Suhu pembakaran minimum 1.000° C untuk pemusnahan bakteri
patogen, virus, dioksin, dan mengurangi jelaga.
c. Dilengkapi alat untuk mengurangi emisi gas dan debu.
d. Melakukan penghijauan dengan menanam pohon yang banyak
memproduksi gas oksigen dan dapat menyerap debu.

Pengelolaan limbah medis rumah sakit secara rinci mengacu pada pedoman
pengelolaan limbah medis sarana pelayanan kesehatan.

3.4 Pengendalian serangga dan binatang pengganggu lainnya


a. Melakukan identifikasi vector dan binatang pengganggu terhadap tingkat
kepadatan dan resiko penyakit dilingkungan rumah sakit secara rutin
b. Melakukan pembrantasan vector dan binatang pengganggu selama itu
diperlukan dan tidak membahayakan lingkungan sekitar
c. Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan pengendalian dan pembrantasan
vektor dan binatang pengganggu
d. Membuat sosialisasi apabila diperlukan untuk kepentingan rumah sakit
e. Membuat laporan hasil kegiatan pengendalian dan pembrantasan vector dan
binatang pengganggu selama 1 bulan sekali

1. Pengertian.
Pengendalian serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya adalah
upaya untuk mengurangi populasi serangga, tikus, dan binatang pengganggu
lainnya sehingga keberadaannya tidak menjadi vektor penularan penyakit.

2. Persyaratan

[Dokumen ini hanya berlaku di lingkungan UPT. Rumah Sakit Khusus Mata Provinsi Sumatera Utara] 24
[PEDOMAN KESEHATAN LINGKUNGAN ]
UPT. RUMAH SAKIT KHUSUS MATA PROVINSI SUMATERA UTARA
2019
a. Kepadatan jentik Aedes sp yang diamati melalui indeks kontainer harus 0
(nol).
b. Tidak ditemukannya lubang tanpa kawat kasa yang memungkinkan
nyamuk masuk ke dalam ruangan, terutama di ruangan perawatan.
c. Semua ruang di rumah sakit harus bebas dari kecoa, terutana pada dapur,
gudang makanan, dan ruangan steril.
d. Tidak ditemukannya tandaq-tanda keberadaan tikus terutana pada daerah
bangunan tertutup (core) rumah sakit.
e. Tidak ditemukannya lalat di dalam bangunan tertutup (core) di rumah
sakit.
f. Di lingkungan rumah sakit harus bebas kucing dan anjing.

3. Tata Laksana
a. Nyamuk
1. Pengamatan Jenitik
Pengamatan jentik Aedes sp. dilakukan secara berkala di setiap
sarana penampungan air, sekurang-kurangnya setiap 1 (satu)
minggu untuk mengetahui adanya atau keadaan populasi jentik
nyamuk, dilakukan secara teratur.Selain itu, dilakukan juga
pengamatan jentik nyamuk spesies lainnya di tempat-tempat yang
potensial sebagai tempat perindukan vektor penyakit malaria di
sekitar lingkungan rumah sakit seperti saluran pembuangan air
limbah.
2. Pengamatan lubang dengan kawat kasa Setiap lubang di dinding
harus ditutup dengan kawat kasa untuk mencegah nyamuk masuk.
3. Konstruksi pintu harus membuka ke arah luar.

b. Kecoa
1. Mengamati keberadaan kecoa yg ditandai dgn adanya kotoran, telur
kecoa, dan kecoa hidup atau mati di setiap ruangan.
2. Pengamatan dilakukan secara visual dengan bantuan senter, setiap
2 (dua) minggu.

[Dokumen ini hanya berlaku di lingkungan UPT. Rumah Sakit Khusus Mata Provinsi Sumatera Utara] 25
[PEDOMAN KESEHATAN LINGKUNGAN ]
UPT. RUMAH SAKIT KHUSUS MATA PROVINSI SUMATERA UTARA
2019
3. Bila ditemukan tanda-tanda keberadaan kecoa maka segera
dilakukan pemberantasan.

c. Tikus
Mengamati/memantau secara berkala setiap 2 (dua) bulan di tempat-
tempat yang biasanya menjadi tempat perkembangbiakan tikus yang
ditandai dengan adanya keberadaan tikus, antara lain : kotoran, bekas
gigitan, bekas jalan, dan tikus hidup. Ruang-ruang tersebut anatara lain
di daerah bangunan tertutup (core) rumah sakit, antara lain dapur, ruang
perawatan, laboratorium, ICU, radiologi, UGD, ruang operasi, ruang
genset/panel, ruang administrasi, kantin, ruang bersalin, dan ruang
lainnya.

d. Lalat
Mengukur kepadatan lalat secara berkala dengan menggunakan fly grill
pda daerah core dan pada daerah yang biasa dihinggapi lalat, terutama di
tempat yang diduga sebagai tempat perindukan lalat seperti tempat
sampah, saluran pembuangan limbah pdat dan cair, kantin rumah sakit,
dan dapur. Mengamati/memantau secara berkala kucing dan anjing.

e. Pencegahan
1. Nyamuk
a. Melakukan Pembersihan Sarang Nyamuk (PSN) dengan
Mengubur, Menguras, Menututp (3M)
b. Pengaturan aliran pembuangan air limbah dan saluran dalam
keadaan tertutup.
c. Pembersihan tananam sekitar rumah sakit secara berkala yang
menjadi tempat perindukan.
d. Pemasangan kawat kasa di seluruh ruangan dan penggunaan
kelambu terutama di ruang perawatan anak.
2. Kecoa
a. Menyimpan bahan makanan dan amkaan siap saji pda tempat
tertutup.
b. Pengelolaan sampah yang memenuhi sayarat kesehatan.

[Dokumen ini hanya berlaku di lingkungan UPT. Rumah Sakit Khusus Mata Provinsi Sumatera Utara] 26
[PEDOMAN KESEHATAN LINGKUNGAN ]
UPT. RUMAH SAKIT KHUSUS MATA PROVINSI SUMATERA UTARA
2019
c. Menututp lubang-lubang atau celah-celah agar kecoa tidak
masuk ke dlam ruangan.
3. Tikus
a. Melakukan penutupan saluran terbuka, lubang-lubang di dinding,
plafon, pintu, dan jendela.
b. Melakukan pengelolaan sampah yang memenuhi syarat
kesehatan.
4. Lalat
Melakukan pengelolaan sampah/limbah yang memnuhi syarat
kesehatan.
5. Binatang pengganggu lainnya
Melakukan pengelolaan makanan dan limbah yang memenuhi
syarat kesehatan.

f. Pemberantasan
1. Nyamuk
a. Pemberantasan dilakukan apabila larva atau jentik nyamuk
Aedes sp. > 0 dengan abatisasi.
b. Melakukan pemberantasan larva/jentik dengan menggunakan
predator.
c. Melakukan oiling untuk memberantas culex.
d. Bila diduga ada kasus demam berdarah yang tertular di rumah
sakit, maka perlu dilakukan pengasapan (fogging) di rumah
sakit.
2. Kecoa
a. Pembersihan telur kecoa dengan cara mekanis, yaitu
membersihkan telur yang terdapat pada celah-celah dinding,
lemari, peralatan dan telur kecoa dimusnahkan dengan
dibakar/dihancurkan.
b. Pemberantasan kecoa

g. Pemberantasan kecoa dapat dilakukan secara fisik dan kimiawi.


1. secara fisik atau mekanis :
a. Membunuh langsung kecoa dengan alat pemukul

[Dokumen ini hanya berlaku di lingkungan UPT. Rumah Sakit Khusus Mata Provinsi Sumatera Utara] 27
[PEDOMAN KESEHATAN LINGKUNGAN ]
UPT. RUMAH SAKIT KHUSUS MATA PROVINSI SUMATERA UTARA
2019
b. Menyiram tempat perindukan dengan air panas
c. Menutup celah-celah dinding
2. Secara kimiawi dengan menggunakan insektisida dengan
pengasapan, bubuk, semprotan, dan umpan.
a. Tikus
Melakukan pengendalian tikus secara fisik dengan pemasangan
perangkap, pemukulan atau sebagai alternatif terakhir dapat
dilakukan secara kimia dengan menggunakan umpan beracun.
b. Lalat
Bila kepadatan lalat di sekitar tempat sampah (perindukan)
melebihi 2 (dua) ekor per block grill maka dilakukan
pengendalian lalat secara fisik, biologik, dan kimia.

3.5 Promosi kesehatan lingkungan sesuai dengan


a. Melakukan penyuluhan kesehatan lingkungan ke setiap unit di lingkungan
rumah sakit umum sari mutiara medan.
b. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan penyuluhan kesehatan
lingkungan.

1. Pengertian
1.1 Promosi higiene dan sanitasi adalah penyampaian pesan tentang
higiene dan sanitasi rumah sakit kepada pasien/keluarga pasien
dan pengunjung, karyawan terutama karyawan baru serta
masyarakat sekitarnya agar mengetahui, memahami, menyadari,
dan mau membiasakan diri berperilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS) serta dapat memanfaatkan fasilitas sanitasi rumah sakit
dengan benar.
1.2 Promosi kesehatan lingkungan adalah penyampaian pesan tentang
yang berkaitan dengan PHBS yang sasarannya ditujukan kepada
karyawan.

2. Persyaratan

[Dokumen ini hanya berlaku di lingkungan UPT. Rumah Sakit Khusus Mata Provinsi Sumatera Utara] 28
[PEDOMAN KESEHATAN LINGKUNGAN ]
UPT. RUMAH SAKIT KHUSUS MATA PROVINSI SUMATERA UTARA
2019
Setiap rumah sakit harus melaksanakan upaya promosi higiene dan
sanitasi yang pelaksanaannya dilakukan oleh tenaga/unit organisasi
yang menangani promosi kesehatan lingkungan rumah sakit.

3. Tata Laksana
Promosi higiene dan sanitasi dapat dilaksanakan dengan
menggunakan cara langsung, media cetak, maupun media elektronik.
3.1 Secara langsung : konseling, diskusi, ceramah, demonstrasi,
partisipatif, pameran, melalui pengeras suara, dan lain-lain.
3.2 Media cetak : penyebaran, pemasangan poster, gambar, spanduk,
tata tertib, pengumuman secara tertulis, pemasangan petunjuk.
3.3 Media elektronik : radio, televisi (televisi khusus lingkungan rumah
sakit), Eye-catcher.

Pelaksana promosi higiene dan sanitasi supaya dilakukan oleh seluruh


karyawan rumah sakit dibawah koordinasi tenaga/unit organisasi
penanggungjawab penyelenggara kesehatan lingkungan rumah sakit
yang menangani promosi kesehatan lingkungan rumah sakit.
Sasaran promosi higiene dan sanitasi adalah pasien/keluarga pasien,
pengunjung, karyawan rumah sakit, serta masyarakat sekitarnya.
Pesan promosi higiene dan sanitasi hendaknya disesuaikan dengan
sasaran. Pesan promosi kesehatan lingkungan untuk karyawan berisi
hubungan fasilitas sanitasi dengan kesehatan, syarat-syarat fasilitas
sanitasi, pentingnya pengadaan/pemeliharaan/pembersihan fasilitas
sanitasi, pentingnya memberi contoh terhadap pasien/keluarga pasien
dan pengunjung tentang memanfaatkan fasilitas sanitasi serta fasilitas
kesehatan lainnya dengan benar. Pesan promosi kesehatan lingkungan
untuk pasien, keluarga pasien, pengunjung, dan masyarakat di
sekitarnya berisi tentang cara-cara dan pentingnya membiasakan diri
hidup bersih dan sehat, memanfaatkan fasilitas sanitasi dan fasilitas
kesehatan lainnya dengan benar. Materi promosi kesehatan lingkungan
sangat penting diketahui oleh seluruh karyawan rumah sakit, untuk itu
dapat disampaikan pada waktu orientasi karyawan baru atau pada
pertemuan secara berkala

[Dokumen ini hanya berlaku di lingkungan UPT. Rumah Sakit Khusus Mata Provinsi Sumatera Utara] 29
[PEDOMAN KESEHATAN LINGKUNGAN ]
UPT. RUMAH SAKIT KHUSUS MATA PROVINSI SUMATERA UTARA
2019

3.6 Penyehatan Loundry


a. Mengadakan pelatihan dan study banding ke rumah sakit lain tentang
penyehatan laoundry.
b. Pembenahan sarana dan fasilitas loundry, berupa; pembuatan ruang-ruang
terpisah bangunan loundry sesuai fungsinya, seperti; gudang penyimpanan
perlengkapan cuci, gudang penyimpanan perlengkapan kebersihan loundry,
tempat cuci tangan petugas loundry, kamar mandi / WC.
c. Pemasangan peralatan cuci.
d. Penyediaan / pembuatan saluran limbah tertutup yang dilengkapi dengan
pengolahan awal (pre-treatment).

1. Pengertian.
Rumah sakit merupakan salah satu fasilitas sosial yang keberadaannya
sangat diperlukan oleh masyarakat agar kesehatan masyarakat dapat tetap
terjaga. Oleh karena itu rumah sakit mempunyai kaitan erat dengan kumpulan
manusia atau masyarakat tersebut.
Rumah sakit perlu memiliki laundry untuk pengelolaan linen yang da di rumah
sakit. Pengelolaan linen di rumah sakit, bertujuan untuk mencegah infeksi
nosokomial bagi pasien dan petugas rumah sakit dengan mengelola dan
mengendalikan bahan-bahan linen.
Peran pengelolaan manajemen linen di rumah sakit cukup penting. Diawali
dari perencanaan , salah satu sub sistem pengelolaan linen adalah proses
pencucian. Alur aktivitas fungsional dimulai dari penerimaan linen kotor,
penimbangan, pemilahan, proses pencucian, pemerasan, pengeringan, sortir
noda, penyetrikaan, sortir linen rusak, pelipatan, merapikan, mengepak atau
mengemas, menyimpan dan mendistribusikan ke unit-unit yang
membutuhkannya sedangkan linen yang rusak dikirim ke kamar jahit.
Untuk dapat melaksanakan aktivitas tersebut, maka diperlukan alur yang
terencana dengan baik. Bagaimana persiapan pembuatan, pemilihan dan
pemeliharaan linen menurut ruangan masing-masing. Akan sangat
dipengaruhi oleh jumlah tempat tidur, BOR, dan lama proses pencucian.
Manajemen laundry adalah proses pembersihan sesuatu sehingga kembali

[Dokumen ini hanya berlaku di lingkungan UPT. Rumah Sakit Khusus Mata Provinsi Sumatera Utara] 30
[PEDOMAN KESEHATAN LINGKUNGAN ]
UPT. RUMAH SAKIT KHUSUS MATA PROVINSI SUMATERA UTARA
2019
bersih seperti sebelum digunakan. Oleh karena itu pentingnya menitik
beratkan pada perawatan linen sehingga produk linen tersebut menjadi awet
dan bersih. hal-hal yang harus dipahami pada proses pencucian adalah
material linen, kwalitas air sebagai media pencuci, dan kimia laundry yang
digunakan dan mesin cuci sebagai media pencuci
Hal lain yang harus diingat bahwa laundry rumah sakit adalah penyumbang
limbah cair terbesar yaitu sebanyak 40% limbah cair yang ada di rumah sakit,
sehingga sistem pengelolaan air limbah di rumah sakit harus ekstra kerja
keras apabila dari bagian laundry tidak menggunakan kimia laundry yang
ramah lingkungan.
Laundry rumah sakit adalah tempat pencucian linen yang dilengkapi dengan
sarana penunjangnya berupa mesin cuci, alat dan disenfektan, mesin uap
( steam boller ), pengering, meja, dan meja setrika.
2. Persyaratan.
a. Suhu air panas untuk pencucian 70 0 C dalam waktu 25 menit atau 950 C
dalam waktu 10 menit.
b. Penggunaan jenis deterjen dan disenfektan untuk proses pencucian yang
ramah lingkungan agar limbah cair yang dihasilkan mudah terurai oleh
lingkungan.
c. Standar kuman bagi linen bersih setelah keluar dari proses tidak
mengandung 6 x 103 spora spesies Bacillus per inci persegi.
3. Tata Laksana.
a. Di tempat laundry tersedia kran air bersih dengan kualitas dan tekanan
aliran yang memadai, air panas untuk disinfeksi dan tersedia disinfektan.
b. Peralatan cuci dipasang permanen dan diletakkan dekat dengan saluran
pembuangan air limbah serta tersedia mesin cuci yang dapat mencuci
jenis - jenis linen yang tersedia mesin cuci yang dapat mencuci jenis –
jenis linen yang berbeda.
c. Tersedia ruangan dan mesin cuci yang terpisah untuk linen infeksius dan
non infeksius.
d. Laundry harus dilengkapi saluran air limbah tertutup yang dilengkapi
dengan pengolahan awal ( pre – treatment ) sebelum dialirkan ke instalasi
pengolahan air limbah.

[Dokumen ini hanya berlaku di lingkungan UPT. Rumah Sakit Khusus Mata Provinsi Sumatera Utara] 31
[PEDOMAN KESEHATAN LINGKUNGAN ]
UPT. RUMAH SAKIT KHUSUS MATA PROVINSI SUMATERA UTARA
2019
e. Laundry harus disediakan ruang – ruang terpisah sesuai kegunaannya
yaitu ruang linen kotor, ruang linen bersih, ruang untuk perlengkapan
kebersihan, ruang perlengkapan cuci, ruang kereta linen, kamar mandi,
dan ruang peniris atau pengering untuk alat-alat termasuk linen.
f. Untuk rumah sakit yang tidak mempunyai Laundry tersendiri,
pencuciannya dapat bekerja sama dengan pihak lain dan pihak lain
tersebut harus mengikuti persyaratan dan tata laksana yang telah
ditetapkan.
g. Perlakuan terhadap linen :
1. Pengumpulan, dilakukan :
1. Pemilahan antara linen infeksius dan non – infeksius dimulai dari
sumber dan memasukkan linen ke dalam kantong plastik sesuai
jenisnya serta diberi label.
2. Menghitung dan mencatat linen di ruangan.
2. Penerimaan.
1. Mencatat linen yang diterima dan telah terpisah antara infeksius
dan non – infeksius.
2. Linen dipilah berdasarkan tingkat ke kotorannya.

3. Penerimaan.
1. Menimbang berat linen untuk menyesuaikan dengan kapasitas
mesin cuci dan kebutuhan deterjen dan disinfektan.
2. Membersihkan linen kotor dan tinja, urin, darah, dan muntahan
kemudian merendam-nya dengan menggunakan disinfektan.
3. Mencuci dikelompokkan berdasarkan tingkat ke kotorannya.

4. Pengeringan
5. Penyetrikaan.
6. Penyimpanan.
1. Linen harus dipisahkan sesuai jenisnya.
2. Linen baru yang diterima ditempatkan di lemari bagian bawah.
3. Pintu lemari selalu tertutup.

[Dokumen ini hanya berlaku di lingkungan UPT. Rumah Sakit Khusus Mata Provinsi Sumatera Utara] 32
[PEDOMAN KESEHATAN LINGKUNGAN ]
UPT. RUMAH SAKIT KHUSUS MATA PROVINSI SUMATERA UTARA
2019
7. Distribusi dilakukan berdasarkan kartu tanda terima dari petugas
penerima, kemudian petugas menyerahkan linen bersih kepada
petugas ruangan sesuai dengan kartu tanda terima.
8. Pengangkutan.
1. Kantong untuk membungkus linen bersih harus dibedakan
dengan kantong yang digunakan untuk membungkus linen kotor.
2. Menggunakan kereta dorong yang berbeda dan tertutup antara
linen bersih dan linen kotor. Kereta dorong harus dicuci dengan
desinfektan setelah digunakan mengangkut linen kotor.
3. Waktu pengangkutan linen bersih dan linen kotor tidak boleh
dilakukan bersamaan.
4. Linen bersih diangkut dengan kereta dorong yang berbeda
warna.
5. Rumah sakit yang tidak mempunyai laundry tersendiri,
pengangkutan-nya dari dan ke tempat laundry harus
menggunakan mobil khusus.
Petugas yang bekerja dalam pengelolaan laundry linen harus
menggunakan pakaian kerja khusus, alat pelindung diri, dan
dilakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala, serta
dianjurkan memperoleh imunisasi hepatitis B.

[Dokumen ini hanya berlaku di lingkungan UPT. Rumah Sakit Khusus Mata Provinsi Sumatera Utara] 33
[PEDOMAN KESEHATAN LINGKUNGAN ]
UPT. RUMAH SAKIT KHUSUS MATA PROVINSI SUMATERA UTARA
2019

BAB IV

MONITORING & EVALUASI

4.1 Monitoring pelaksanaan kegiatan instalasi kesehatan lingkungann /


sanitasi
a. Memantau pelaksanaan kegiatan instalasi kesehatan lingkungan / sanitasi
b. Mencatat kegiatan kesehatan lingkungan / sanitasi.
c. Evaluasi pelaksanaan kegiatan kesehatan lingkungan / sanitasi
d. Rapat / pertemuan evaluasi pelaksanaan kegiatan kesehatan lingkungan /
sanitasi
e. Melakukan pendidikan, pelatihan, seminar dan simulasi tentang kesehatan
lingkungani rumah sakit.

4.2 Monitoring kegiatan kesehatan lingkungan rumah sakit.


a. Kunjungan langsung ke lapangan untuk meninjau pelaksanaan kegiatan
kesehatan lingkungan rumah sakit.
b. Mencatat berjalannya kegiatan kesehatan lingkungan rumah sakit.
Mencatat setiap kegiatan instalasi kesehatan lingkungan rumah sakit oleh
petugas instalasi kesehatan lingkungan rumah sakit untuk bahan laporan dan
dokumentasi instalasi kesehatan lingkungan / sanitasi rumah sakit.

[Dokumen ini hanya berlaku di lingkungan UPT. Rumah Sakit Khusus Mata Provinsi Sumatera Utara] 34
[PEDOMAN KESEHATAN LINGKUNGAN ]
UPT. RUMAH SAKIT KHUSUS MATA PROVINSI SUMATERA UTARA
2019
4.3 Melakukan evaluasi kegiatan.
a. Mengumpulkan data-data kegiatan instalasi kesehatan lingkungan / sanitasi
rumah sakit.
b. Menyusun data-data untuk dievaluasi.
c. Mengadakan rapat untuk evaluasi kegiatan sesuai data yang ditemukan.

4.4 Pelaporan kegiatan setiap bulan kepada pimpinan rumah sakit.


a. Mengevaluasi kegiatan berdasarkan data yang ditemukan dan dikumpulkan
selama ini
b. Menyusun laporan kegiatan kepada pimpinan setiap bulan sebagai rekomendasi
untuk tindak lanjut.
BAB V

PENUTUP

5.1 Pedoman kesehatan lingkungan ini diharapkan dapat digunakan / diterapkan di


setiap rumah sakit untuk mencapai kesehatan lingkungan yang sehat, dan aman
bagi pengelola rumah sakit.

Tim Penyusun KEPALA UPT. RUMAH SAKIT KHUSUS MATA


PROVINSI SUMATERA UTARA,

Unit KESLING dr. REHULINA GINTING, M.Kes


Pembina IV.a
NIP. 19650107 199903 2 001

[Dokumen ini hanya berlaku di lingkungan UPT. Rumah Sakit Khusus Mata Provinsi Sumatera Utara] 35
[PEDOMAN KESEHATAN LINGKUNGAN ]
UPT. RUMAH SAKIT KHUSUS MATA PROVINSI SUMATERA UTARA
2019

KEPUSTAKAAN

1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan.


2. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No :
1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah
Sakit
4. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 tahun 2014 tentang baku mutu
limbah cair untuk layanan kesehatan

[Dokumen ini hanya berlaku di lingkungan UPT. Rumah Sakit Khusus Mata Provinsi Sumatera Utara] 36
[PEDOMAN KESEHATAN LINGKUNGAN ]
UPT. RUMAH SAKIT KHUSUS MATA PROVINSI SUMATERA UTARA
2019

DAFTAR ISI
BAB-I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Ruang Lingkup

BAB-II PROGRAM KESLING RUMAH SAKIT


2.1 Program / Kegiatan Pokok Sanitasi Rumah Sakit
2.2 Tugas &Fungsi Sanitasi Rumah Sakit

BAB-III PERSYARATAN KESEHATAN LINGKUNGAN RUMAH SAKIT


3.1 Penyehatan Ruang dan Bangunan dan Fasilitas Rumah Sakit
3.2 Penyehatan Air Rumah Sakit
3.3 Hygiene sanitasi makanan dan minuman rumah sakit
3.4 Pengolahan limbah (cair dan padat) Pengolahan Limabah padat
3.5 Pengendalian serangga dan binatang pengganggu lainnya
3.6 Promosi kesehatan lingkungan sesuai dengan
3.7 Penyehatan loundry

BAB-IV MONITORING & EVALUASI


4.1 Monitoring pelaksanaan kegiatan instalasi kesehatan lingkungann /
sanitasi
4.2 Monitoring kegiatan kesehatan lingkungan rumah sakit.
4.3 Melakukan evaluasi kegiatan.
4.4 Pelaporan kegiatan setiap bulan kepada pimpinan rumah sakit.

[Dokumen ini hanya berlaku di lingkungan UPT. Rumah Sakit Khusus Mata Provinsi Sumatera Utara] 37
[PEDOMAN KESEHATAN LINGKUNGAN ]
UPT. RUMAH SAKIT KHUSUS MATA PROVINSI SUMATERA UTARA
2019

BAB-V PENUTUP

KEPUSTAKAAN

[Dokumen ini hanya berlaku di lingkungan UPT. Rumah Sakit Khusus Mata Provinsi Sumatera Utara] 38

Anda mungkin juga menyukai