Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Rumah sakit pada dasarnya merupakan organisasi layanan (Service Organization)


bidang kesehatan, yang memerlukan manajemen untuk keberlangsungan rumah
sakit. Penerapan manajemen rumah sakit diperlukan sebagai upaya untuk
memanfaatkan dan mengatur Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimiliki dalam
rangka pencapaian tujuan organisasi secara efektif, efisien dan rasional (Safrudin,
2009).

Fungsi rumah sakit sebagai industri jasa layanan, dalam memberikan pelayanan
tentu sangat berhubungan erat dengan tuntutan untuk tetap memperhatikan mutu
pelayanannya. Peningkatan mutu pelayanan yang berkesinambungan di suatu rumah
sakit sangat ditentukan oleh usaha bersama yang dilakukan oleh komponen yang
terlibat dalam penyelenggara rumah sakit layaknya organisasi. Baik jajaran direksi
sebagai pihak manajerial maupun pegawai yang menjalankan tugasnya dengan
penuh tanggung jawab (Muninjaya, 2004).

Selama ini, salah satu cara rumah sakit di Indonesia melakukan peningkatan mutu adalah
dengan memenuhi standar pelayanan yang telah ditetapkan oleh pemerintah, yaitu melalui
akreditasi rumah sakit. Akreditasi merupakan ketentuan yang diwajibkan bagi rumah sakit
untuk memenuhi standar-standar pelayanan di rumah sakitnya. Namun, untuk lingkungan,
akreditasi rumah sakit belum memuat ketentuan yang mengharuskan rumah sakit
memenuhi pedoman pengelolaan lingkungan.

Pengelolaan lingkungan dengan unsur manajemen di dalamnya disebut sebagai


Sistem Manajemen Lingkungan. Konsep ini lahir atas dasar meningkatnya tuntutan
masyarakat akan kesadaran lingkungan global. Sistem Manajemen Lingkungan
diadopsi oleh oleh International Organization for Standardization (ISO) sebagai salah
satu sertifikasi internasional di bidang pengelolaan lingkungan (Adisasmito, 2008).
Pengelolaan lingkungan di rumah sakit dikenal dengan Manajemen Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit, yang merupakan bagian dari rangkaian kegiatan
manajemen lingkungan di rumah sakit. Konsep ini telah dikenal sejak lama sebagai
bagian dari rutinitas internal kegiatan rumah sakit. Konsep tersebut pada banyak
rumah sakit dilaksanakan melalui praktek-praktek sanitasi lingkungan yang berada
dalam jajaran Instalasi Sanitasi Rumah Sakit. Instalasi Sanitasi rumah sakit
mempunyai tugas, pokok dan fungsi sebagai penyelenggara dan pengelolaan
lingkungan rumah sakit. Upaya tersebut untuk menciptakan kesehatan lingkungan
yang baik di rumah sakit melalui pelaksanaan program-program yang berkaitan
dengan semua aktivitas yang ada di rumah sakit.

Upaya kesehatan lingkungan rumah sakit merupakan usaha bersama yang


memerlukan manajemen. Manajemen kesehatan lingkungan merupakan manajemen
yang dinamis, sehingga sangat diperlukan penyesuaian apabila terjadi perubahan di
rumah sakit. Baik perubahan yang mencakupi sumber daya, proses, kegiatan rumah
sakit dan peraturan perundang-undangan yang disebabkan oleh teknologi. Dengan
demikian sistem manajemen lingkungan rumah sakit merupakan sistem manajemen
praktis yang didesain untuk meminimalkan dampak lingkungan dengan cara yang
efektif (Adisasmito, 2008).

Manfaat pengelolaan kesehatan lingkungan di rumah sakit adalah, perlindungan


terhadap lingkungan, manajemen lingkungan rumah sakit yang lebih baik,
pengembangan sumber daya manusia, kontinuitas peningkatan performa lingkungan
rumah sakit, kepatuhan terhadap perundang-undangan, bagian dari manajemen
mutu terpadu, pengurangan/penghematan biaya dan dapat meningkatkan citra
rumah sakit (Adisasmito, 2007).

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1204/MENKES/SK/X/2004


merupakan pedoman dalam implementasi sanitasi rumah sakit, yang berisikan
tentang pengelolaan dan penyelenggaraan kesehatan lingkungan rumah sakit atau
dikenal dengan inspeksi sanitasi rumah sakit sesuai dengan persyaratan kesehatan
lingkungan rumah sakit. Secara fisik yaitu, penyehatan terhadap lingkungan rumah
sakit, penyehatan terhadap ruangan internal di rumah sakit, penyehatan makanan,
penyehatan air, pengelolaan limbah, pengelolaan tempat pencucian linen (laundry),
pengendalian serangga/tikus dan binatang pengganggu lainnya. Sedangkan secara
nonfisik adalah upaya yang dilakukan secara langsung ataupun tidak oleh petugas
sanitasi rumah sakit dalam rangka memberikan penyuluhan kesehatan lingkungan
kepada karyawan, pasien dan pengunjung di rumah sakit.Manajemen kesehatan
lingkungan di rumah sakit menurut penelitian yang dilakukan oleh Azhar (2010), bahwa
komitmen petugas sangat menentukan keberhasilan manajemen kesehatan lingkungan di
suatu rumah sakit. Dimana upaya kesehatan lingkungan rumah sakit hanya lima kriteria
yang memenuhi persyaratan menurut kepmenkes 1204 tahun 2004 dari delapan kriteria
yang diobservasi. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Fathia, (2008).

B. PENGERTIAN DAN DAMPAK


Limbah cair rumah sakit adalah semua limbah cair yang berasal dari rumah sakit
yang kemungkinan mengandung mikro-organisme, bahan kimia beracun dan radio
aktif.Bila bahan-bahan yang terkontaminasi seperti bedpen, dressing, tidak ditangani
dengan baik selama proses pengumpulan maka akan dapat terjadi kontaminasi
ruangan secara langsung atau melalui aerosol. Demikian juga, percikan dari
penyiraman toilet,dapat mencemari lantai dan dinding, yang kemudian melalui
penguapan akan terbawa masuk ke dalam udara ruangan maka air limbah dari
rumah sakit sangat disarankan untuk diolah sebelum dibuang ke badan air.  Sumber-
sumber limbah Cair di Rumah Sakit Jiwa Daerah Abepura berasal dari Pelayanan
medik meliputi ; Ruang rawat inap, ruang rawat jalan, unit gawat darurat, dan
Penunjang  meliputi ; Lab, Farmasi, dan Fasilitas Sosial meliputi.
C. TUJUAN LAPORAN KEGIATAN

a. Tujuan Umum
Dari pengertian di atas maka sanitasi rumah sakit merupakan upaya dan bagian
tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan di rumah sakit dalam
memberikan layanan dan asuhan pasien yang sebaik-baiknya karena tujuan dari
sanitasi rumah sakit tersebut adalah menciptakan kondisi lingkungan rumah sakit
agar tetap bersih, nyaman, sehat dan dapat mencegah terjadinya infeksi silang
serta tidak mencemari lingkungan. Penanggulangan masalah sanitasi baik dalam
skala kecil ataupun besar memerlukan penanggulangan yang cepat, tepat, efektif
dan efisien. Penanggulangan secara baik akan tercapai apabila adanya suatu
perencanaan dan kebijakan yang terkoordinasi dan terpadu.

b. Tujuan Khusus

1. Perbaikan Instalasi Pembuangan Air Limbah Rumah Sakit bertujuan untuk


dapat mengurangi efek dampak pencemaran lingkungan terutama fasilitas
pelayanan kesehatan. Terutama pencemaran di jalur air yang dilalui air
buangan rumah sakit. Selain itu perhitungan rab ipal rumah sakit yang matang
dalam pengelolaan air limbah juga sangat diperlukan dengan merujuk
beberapa contoh yang ada.

a) Mengelola semua limbah cair hasil buangan medis maupun non medis
serta Bahan bahan berbahaya dan beracun untuk diolah dalam suatu
sistem pengolahan air limbah yang disebut dengan IPAL.

b) Menjaga kelestarian lingkungan akibat pembuangan limbah cair


sembarangan melalui program kelestarian lingkungan yang tepat dan
terarah

c) Menjaga Biota Air tetap hidup dengan melakukan sistem Tata kelola Air
buangan Fasilitas pelayanan kesehatan yang tepat sehingga Makhluk
hidup di sepanjang jalur badan air penerima akan terjaga

d) Memastikan kenyamanan pengunjung Rumah sakit dan Warga di


sekitarnya dari Pencemaran air, tanah dan Udara Terutama dari Bau yang
ditimbulkan dari Pembuangan Limbah cair dan Limbah Padat yang
mengandung B#

e) Membiasakan pola hidup lebih sehat dengan menerapkan Pola sanitasi


dan contoh ipal rumah sakit yang benar sesuai dengan Petunjuk
pelaksanaan teknis dan Peraturan dari kementrian kesehatan republik
Indonesia.
C. LANDASAN KEGIATAN
1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2019 Tentang
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.

2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan


Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059);

3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara


Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5063);

4. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara


Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5072);

D. RUANG LINGKUP
Secara umum, sanitasi memiliki ruang lingkup yang meliputi beberapa hal seperti
menjamin lingkungan dan tempat kerja yang baik dan bersih, melindungi setiap
individu dari berbagai faktor yang dapat mengganggu kesehatan fisik ataupun
mental, mencegah kecelakaan, mencegah timbulnya penyakit menular dan menjamin
keselamatan kerja.
BAB II
GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT

A. Gambaran Umum Masa Lampau


Rumah Sakit Jiwa Daerah Abepura (RSJ-Abepura) adalah satu-satunya Rumah Sakit
Jiwa di Provinsi Papua dan Papua Barat, sehingga saat ini Rumah Sakit Jiwa Daerah
Abepura menjadi satunya-satunya rumah sakit rujukan bagi pasien kejiwaan yang
datang dari Papua maupun Papua Barat. Rumah Sakit Jiwa Daerah Abepura
beralamat di Jalan Kesehatan II Distrik Abepura Kota Jayapura. Rumah Sakit Jiwa
Daerah Abepura didirikan pada tahun 1952 pada masa kekuasaan pemeintahan
Nederlandse New Guinea tepatnya di Holandia Binend (sekarang Kota Jayapura)
dengan nama “INRICHTING IRENE” (artinya tempat aman) untuk melakukan
pelayanan bagi penderita penyakit jiwa. Saat pertama kali didirikan Inrichting Irene
dipimpin oleh seorang perawat bernama D.W. Klarwater serta menampung 30 orang
pasien. Kemudian pada tahun 1962 Pimpin Inrichting Irene diganti oleh
Dr.Viterdeyk. Dengan kembalinya Irian Jaya (sekarang Papua dan Papua Barat) ke
NKRI pada bulan Maret 1963 maka diutuslah salah seorang dokter UNTEA (badan
Pelaksana sementara Perserikatan Bangsa-bangsa yang berada dibawah kekuasaan
Sekretaris Jenderal PBB) yaitu Dr. H.S. Kuda mejabat kepala RS saat itu. Kemudian
pada tahun 1966 dimasa pemerintahan Gubernur Irian Jaya saat itu Frans Kaisepo
nama Rumah Sakit Inriching Irene diganti dengan nama Rumah Sakit Jiwa Provinsi
Irian Barat, begitu pula nama Holandia Binend berubah menjadi Abepura.
Jika diurut-urutkan berdasakan waktu kepemimpinan Direktur Rumah Sakit mulai

dari tahun 1952 sampai sekarang sebagai berikut:

1. Tahun 1952 – 1962 : dr. W. Klarwater

2. Tahun 1962 – 1963 : dr. Viterdeyk

3. Tahun 1963 – 1966 : dr. H.S. Kuda

4. Tahun 1966 – 1966 : dr. Keweyaan

5. Tahun 1966 – 1968 : dr. Sukarjono

6. Tahun 1968 – 1972 : dr. Satya Joewana

7. Tahun 1972 – 1975 : dr. Rustama

8. Tahun 1975 –1978 : dr. La. Ode R. Tumada

9. Tahun 1978 – 1980 : dr. Hariwibowo Gunadi

10. Tahun 1980 – 1981 : dr. Adelina

11. Tahun 1981 – 1982 : dr. Latu Mahina

12. Tahun 1982 – 1992 : dr. F. XSudanto

13. Tahun 1992 – 1999 : dr. A. Dalidjo, SpKJ

14. Tahun 1999 – 2002 : dr. Woro Pramesti, SpKJ

15. Tahun 2002 – 2006 : Andrias Kumei, S.Sos. MM


16. Tahun 2006 – 2009 : dr. Ferry Geddy, DPH MM

17. Tahun 2009 – 2014 : dr. Samo Adi, SpKJ

18. Tahun 2014 – 2015 : Plt. Drg. Aloysius Giyai, M.Kes

19. Tahun 2016 – 2019 : Daniel Lukas Simunapendi. SKM.MM

20. Tahun 2019 -2020 : dr. Anton Tony Mote

21. Tahun 2020 Sampai Sekarang : dr. Guy Yana Emma Come. MPH

B. Gambaran Umum Saat Ini


a. Keadaan Geografis
Provinsi Papua terletak di ujung timur Indonesia yang berbatasan dengan Negara
Papua New Guinea. Letak Provinsi Papua disebelah barat dibatasi oleh garis bujur
1300 dan sebelah timur berbatasan dengan Papua New Guinea terletak pada garis
bujur 1410 BT. Seblah utara dibatasi 00 garis katulistiwa sedangkan sebelah
selatan terletak pada garis 9 0 lintang selatan. Jarak terjauh dari Barat ke Timur
Provinsi Papua adalah 1221 Km sedangkan jarak terjauh dari utara ke selatan
yaitu 991 Km.

b. Luas Wilayah
Provinsi Papua dan Papua Barat ±317.062 Km 2 dengan ketinggian rata – rata
1000 M dari permukaan laut dengan satuan wilayah administrasi Pemerintah
Provinsi Papua dan Papua Barat memiliki 2 (dua) Kota dan 36 ( Tiga Puluh Enam
kabupaten).

c. RSJD Abepura

RSJD Abepura Provinsi Papua berdiri di atas lahan seluas 26.450 m 2. RSJD
Abepura adalah rumah sakit milik pemerintah provinsi papua yang ditetapkan
dengan surat keputusan gubernur provinsi irian jaya No. 68 tahun 1987 tanggal
24 april 1987 sebagai rumah sakit type “C”. Kemudian RSJD Abepura ditetapkan
sebagai “ Lembaga Teknis Daerah” dengan surat keputusan gubernur Provinsi
Papua No. 256 tahun 2004 Tanggal 29 November 2004 dengan pembentukan
susunan organisasi dan tata kerja RSJD Abepura dalam BAB II Pasal 3 adalah ;
- RSJD Abepura merupakan lembaga teknis daerah provinsi papua yang
bertanggung jawab kepada gubernur. RSJD Abepura dipimpin oleh seorang kepala
yang disebut “ DIREKTUR”
-
d. Data Demografi RSJD Abepura
Nomor Kode Rumah Sakit : 255129 / RSJ Abepura (04)
Nama Rumah Sakit : Rumah Sakit Jiwa Daerah Abepura
Kelas / Type Rumah Sakit : “ C “ Khusus ( Lembaga Teknisi daerah )
Alamat : Jln. Kesehatan II Abepura Provinsi Papua
Telepon : ( 0967 ) 581267
Faxmile : ( 0967 ) 581267
Surat Ijin Penetapan RSJD Abepura
Nomor : 256
Tanggal : 29 November 2004
Oleh : Gubernur Papua
Sifat : Tetap
Penyelenggara Rumah Sakit
Nama : Pemerintah Provinsi Papua
Status Kepemilikan : Pemerintah Provinsi Papua

Direktur Rumah Sakit Jiwa Daerah Abepura


Nama : dr. Guy Yana Ema Come. MPH
NIP : 19700818200002 2 006
Pangkat / Gol : Pembina / IV/a ( Esalon II b )

C. VISI.MISI.TUJUAN. MOTTO RUMAH SAKIT JIWA DAERAH ABEPURAVISI


A. VISI
Terwujudnya Pelayanan Kesehatan Jiwa Secara Paripurna

B. MISI
1. Menyediakan sarana dan prasarana secara memadai
2. Menyediakan sumber daya manusia ( SDM) secara memadai
3. Melaksanakan Standar Oprasional Prosedur secara optimal
C. MOTTO
Tersenyum, terampil dalam bekerja, simpatik dalam penampilan, nyaman dalam
perasaan, unggul dalam pemikiran, manusiawi dalam berperilaku.

D. KETENTUAN UMUM
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Provinsi Papua.
2. Pemerintah Provinsi adalah Pemerintah Provinsi Papua.
3. Gubernur ialah Gubernur Papua.
4. Sekretaris Daerah, yang selanjutnya disebut SEKDA adalah Sekretaris Daerah
Provinsi Papua.
5. Lembaga Teknis Daerah adalah unsur pendukung tugas-tugas Pemerintah
Provinsi yang bersifat spesifik yang tidak dapat dilaksanakan oleh Dinas Daerah
dan Badan.
6. Rumah Sakit Jiwa Abepura, adalah Rumah Sakit Khusus dengan klasifikasi
Rumah Sakit Khusus Kelas B milik Pemerintah Provinsi yang berkedudukan di
Abepura.
7. Dinas Kesehatan adalah Dinas Kesehatan Provinsi Papua.
8. Kepala Dinas ialah Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua.
9. Direktur ialah Direktur Rumah Sakit Jiwa Abepura.
10. Sub Bagian ialah Sub Bagian pada Bagian di Rumah Sakit Jiwa Abepura.
11. Seksi-Seksi ialah Seksi pada Rumah Sakit Jiwa Abepura.
12. Komite adalah Kelompok Tenaga Kerja Teknis yang membantu dan memberi

pertimbanganmedis maupun non medis pada Rumah Sakit Jiwa Abepura.

13. Staf Medik Fungsional ialah Staf Medik Fungsional pada Rumah Sakit Jiwa

Abepura.
14. Staf Fungsional ialah Staf Fungsional pada Rumah Sakit Jiwa Abepura.

15. Instalasi adalah Instalasi Unit Pelayanan Teknis Bidang Medis dan Non Medis
pada RumahSakit Jiwa Abepura.
BAB III
PEMBAHASAN KEGIATAN DAN PERINCIAN BIAYA

A. Definisi Sanitasi Rumah Sakit


Rumah sakit adalah suatu organisasi kompleks yang menggunakan Perpaduan
peralatan ilmiah yang rumit dan khusus, yang difungsikan oleh kelompok tenaga
terlatih dan terdidik dalam menghadapi masalah-masalah yang berkaitan dengan
pengetahuan medic modern untuk tujuan pemulihan dan pemeliharaan kesehatan
yang baik. Sedangkan menurut WHO (1957) diberikan batasan yaitu "suatu bagian
yang menyeluruh lengkap kepada masyarakat baik kuratif maupun rehabilitative
dimana output layanannya menjangkau pelayanan keluarga dan lingkungan rumah
sakit juga merupakan pusat pelatihan tenaga kesehatan serta untuk penelitian
biososial". Rumah Sakit menurut Mentri Kesehatan RI No. 983/Menkes/per/II/1992
yaitu "sarana upaya kesehatan dalam menyelanggarakan kegiatan pelayanan
kesehatan serta dapat dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga kesehatan dan
penelitian." (Hand Book of Instutionl Parmacy Pratice). Dalam menyelenggarakan
peran dan fungsi rumah sakit selain pelayanan medis diperlukan pelayanan
penunjang salah satunya pelayanan kesehatan lingkungan atau Sanitasi Rumah Sakit
Sanitasi rumah sakit adalah upaya kesehatan lingkungan rumah sakit. Sanitasi
adalah suatu cara untuk mencegah berjangkitnya suatu penyakit menular dengan
jalan memutuskan mata rantai dari sumber. Sanitasi merupakan usaha kesehatan
masyarakat yang menitikberatkan pada penguasaan terhadap berbagai faktor
lingkungan yang mempengaruhi.

B. MANFAAT IPAL RUMAH SAKIT


Keberadaan  IPAL rumah sakit adalah salah satu instrumen yang sangat penting
dalam upaya mencegah terjadinya gangguan terhadap kesehatan manusia dan
kelestarian lingkungan akibat limbah yang dihasilkan oleh rumah sakit. Bahkan,
sesuai peraturan yang berlaku di Indonesia, IPAL wajib dimiliki oleh setiap rumah
sakit. Setiap rumah sakit yang berdiri dibangun dan akan beroperasi. Diwajibkan
memiliki sistem instalasi pengolahan air limbah. atau Ipal Rumah sakit. Fungsi dari
ipal rumah sakit yaitu sebagai upaya pengelolaan terhadap lingkungan. Serta
mengurangi dampak buruk yang ditimbulkan akibat kerusakan lingkungan.
Terutama adanya upaya pembuangan limbah cair rumah sakit secara sembarangan.

C. TUJUAN KEGIATAN PERBAIKAN IPAL RUMAH SAKIT


Tujuan Perbaikan Ulang Instalasi Pembuangan Air Limbah Di Rumah Sakit Jiwa
Daerah Abepura agar dapat mewujudkan kualitas kesehatan lingkungan di rumah
sakit yang menjamin kesehatan baik dari aspek fisik, kimia, biologi, radioaktivitas
maupun sosial bagi sumber daya manusia rumah sakit, pasien, pengunjung dan
masyarakat di sekitar rumah sakit, serta mewujudkan rumah sakit ramah
lingkungan.
E. NAMA KEGIATAN
Perbaikan Instalasi Pembuangan Air Limbah ( IPAL ) di Rumah Sakit Jiwa Daerah
Abepura.

F. JENIS DAN KEGIATAN


Kegiatan Perbaikan Instalasi Pembuangan Air Limbah ( IPAL ) yang dilakukan di
Rumah Sakit Khusus Jiwa Daerah Abepura berupa Perbaikan yang dilakukan oleh
petugas sanitasi rumah sakit terhadap Seluruh Komponen Alat Yang berhubungan
Langsung dengan Proses Pengolaan Limbah Cair Rumah Sakit yang sesuai dengan
penilaian pemeriksaan kesehatan lingkungan (inspeksi sanitasi) Rumah Sakit.

a. Waktu dan Tempat


Tanggal : 5 Maret 2022 – 5 April 2022 ( 30 Hari Kerja )
Waktu : 08.00 – 18.00 WIT
Tempat : Rumah Sakit Jiwa Daerah Abepura

b. Sasaran
Seluruh Instalasi Pembuangan Air Limbah ( IPAL ) di Rumah Sakit Jiwa Daerah
Abepura.

G. BIAYA
Total Biaya keseluruhan kegiatan perbaikan Instalasi Pembuangan Air Limbah di
Rumah Sakit Jiwa Daerah Abepura adalah Rp. 72.350.000.00 ( Tujuh Puluh Dua Juta
Tiga Ratus Lima Puluh Ribu Rupiah ), adapun Rincian sebagai beriku :

Harga
No Nama Kegiatan Volume Satuan Jumlah
Satuan
1 Biaya Ongkos Kerja 14 Hari 7 Orang 200.000 19.600.000
Perbaikan Pompa
2 5 Buah 250.000 1.250.000
Drosing
3 Biaya Makan Per Hari 14 Hari 7 Orang 75.000 7.350.000
Perbaikan Mesin Pompa
4 1 Buah 350.000 350.000
Untuk Lumpur
5 Mobil Penyedot Wc 10 Tengki 1.500.000 15.000.000
6 Mobil Tengki Air 1 Tengki 300.000 300.000
Pembuatan Penutup BAK
7 5 Buah 25.000.000 25.000.000
IPAL
Sewa Alat Penyemprot 1 x Per
8 14 Hari 3.500.000 3.500.000
Air Hari
JUMLAH 72.350.000

H. TATA KERJA SERTA FUNGSI ALAT YANG DIPAKAI


a. Tenaga Kerja
Biaya Untuk Tenaga Kerja serta biaya tambahan untuk makan dan minum
berjumlah 7 ( Tujuh ) Orang. yang bekerja dalam waktu 14 Hari Kerja, dengan
spesifikasi Pendidikan sebagai berikut :
1. 4 Orang dengan besik pendidikan Ahli Madia Kesehatan Lingkungan
( AMD.KL )
2. 1 Orang dengan besik pendidikan Teknik Mesin
3. 2 orang dengan besik pendidika sebagai ahli bangunan
b. Pompa Drosing

Anda mungkin juga menyukai