Anda di halaman 1dari 33

PROPOSAL SKRIPSI

GAMBARAN PENGELOLAAN KESEHATAN LINGKUNGAN DI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) TOTO KABILA

Oleh

Taufk Hidayatullah Adam


2420191026

PROGRAM STUDI S-1 ADMINISTRASI RUMAH SAKIT


FAKULTAS SAINS, TEKNOLOGI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BINA MANDIRI GORONTALO
2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dunia kesehatan sangat erat hubungannya dengan masalah lingkungan.

Demi tercapainya kondisi masyarakat yang sehat diperlukan lingkungan yang

baik. Kesehatan lingkungan merupakan suatu keseimbangan ekologi yang harus

ada antara manusia dan lingkungan sekitar agar terjaminnya kesehatan manusia.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan,

menjamin bahwa setiap orang berhak atas kesehatan dan setiap orang berhak

mendapatkan lingkungan yang sehat bagi pencapaian derajat kesehatan (Depkes

RI, 2009).

Upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas

lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi, maupun sosial yang

memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Lingkungan sehat sebagaimana dimaksud dalam undang-undang tersebut

meliputi lingkungan permukiman, tempat kerja, tempat rekreasi, serta tempat dan

fasilitas umum, harus bebas dari unsur-unsur yang menimbulkan gangguan,

diantaranya limbah (cair, padat, dan gas), sampah yang tidak diproses sesuai

dengan persyaratan,vector penyakit, zat kimia berbahaya, kebisingan yang

melebihi ambang batas, radiasi, air yang tercemar, udara yang tercemar, dan

makanan yang terkontaminasi (Kemenkes RI, 2020).


Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara secara paripurna.

Pelayanan kesehatan paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi

promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Oleh karena itu kesehatan rumah

sakit bukan hanya melayani pasien dengan cara pengobatan (kuratif dan

rehabilitatif) tetapi juga harus melayani masyarakat dengan cara menjaga

lingkungan tempat Rumah Sakit tersebut agar bersih dan bebas dari sumber

penyakit. Rumah sakit adalah tempat yang padat dengan aktivitas medis dan

pasien yang sedang dalam kondisi lemah. Hal ini membuat rumah sakit menjadi

lingkungan yang rentan terhadap penyebaran penyakit dan infeksi. Oleh karena

itu, pengelolaan kesehatan lingkungan di rumah sakit menjadi sangat penting

untuk memastikan keselamatan pasien, staf medis, dan pengunjung.

Dengan fungsi rumah sakit yang sedemikian kompleks, maka rumah sakit

menjadi tempat yang sangat ideal untuk menularkan penyakit. Penularan

penyakit tersebut disebabkan karena adanya kontak terus menerus antara orang

sehat, orang sakit, serta alat-alat kesehatan. Penularan penyakit yang didapat dari

rumah sakit disebut dengan infeksi nosokomial. Saat ini kejadian infeksi

nosokomial menjadi salah satu tolak ukur mutu kesehatan lingkungan sebuah

rumah sakit. Tingginya angka kejadian infeksi nosokomial akan menjadi bukti

buruknya kesehatan lingkungan di rumah sakit (Singalingging et.al, 2020).


Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No 7 Tahun 2019 tentang

Kesehatan Lingkungan di Rumah Sakit. Rumah sakit merupakan suatu sarana

pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat, atau

dapat menjadi tempat penularan penyakit serta memungkinkan terjadinya

pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan Lingkungan yang baik

diperlukan untuk mencapai kondisi masyarakat yang sehat (Kemenkes RI, 2019).

esehatan lingkungan di rumah sakit merupakan hal yang sangat penting untuk

diperhatikan. Lingkungan yang sehat dan bersih di rumah sakit dapat

mempengaruhi kesehatan pasien, staf medis, dan pengunjung. Oleh karena itu,

pengelolaan kesehatan lingkungan di rumah sakit harus dilakukan secara

sistematis dan terus menerus.

Pengelolaan kesehatan rumah sakit merupakan aspek kritis dalam industri

pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk memastikan bahwa rumah sakit

menyediakan lingkungan yang aman, bersih, dan sehat bagi pasien, staf medis,

dan pengunjung. Kualitas lingkungan di rumah sakit memiliki dampak langsung

terhadap keberhasilan perawatan medis, pengendalian infeksi, dan keamanan

pasien. Oleh karena itu, pengelolaan kesehatan rumah sakit harus menjadi

prioritas utama dalam rangka meningkatkan standar perawatan dan kepuasan

pasien (Simatupang, 2015).

Dalam beberapa tahun terakhir, pengelolaan kesehatan rumah sakit telah

menjadi perhatian yang semakin meningkat di berbagai negara. Dengan

meningkatnya kompleksitas tugas yang dihadapi rumah sakit, termasuk


peningkatan risiko infeksi nosokomial, peningkatan penggunaan teknologi medis,

dan tantangan lingkungan yang berkaitan dengan perubahan iklim, penting bagi

rumah sakit untuk memiliki sistem pengelolaan kesehatan yang efektif.

Pengelolaan kesehatan lingkungan di rumah sakit melibatkan serangkaian

upaya untuk mengendalikan dan mengelola faktor-faktor lingkungan yang dapat

mempengaruhi kesehatan. Hal ini mencakup pengendalian infeksi, manajemen

limbah medis, pengaturan suhu dan kelembaban, kebersihan dan sanitasi,

pengelolaan air dan energi, serta pemeliharaan bangunan dan fasilitas. Upaya

pengelolaan kesehatan lingkungan ini bertujuan untuk mencegah infeksi

nosokomial, mengurangi risiko paparan zat berbahaya, dan menciptakan

lingkungan yang mendukung penyembuhan pasien (Kemenkes RI, 2020).

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Toto Kabila merupakan salah satu RS

di Provinsi Gorontalo yang letaknya berada di Kabupaten Bone Bolango. Dalam

pelaksanaan kinerjanya, RSUD Toto Kabila senantiasa melaksanakan sesuai

dengan standar/aturan-aturan yang ada sehingga mampu mempertahankan

kualitas baik dalam sarana prasarana, pelayanan ataupun kesehatan lingkungan.

Dalam penelitian ini, RSUD Toto Kabila dijadikan sebagai objek penelitian

karena berdasarkan informasi yang diperoleh bahwa RSUD Toto Kabila juga

melakukan pengelolaan kesehatan lingkungan. Hal tersebut berdasarkan hasil

observasi awal yang dilakukan, diperoleh informasi bahwa pelaksanaan

pengelolaan kesehatan lingkungan di RSUD Toto Kabila mengarah pada sanitasi

pengelolaan limbah cair, limbah medis dan kualitas air.


Dalam struktur organisasinya, pengelolaan kesehatan lingkungan berada

langsung dibawah monitoring direktur rumah sakit dan di koordinir langsung

oleh KASIE sarana dan prasaran. Setiap pelaksanaan pengelolaan kesehatan

lingkungan sudah tertuang di dalam standar operasional prosedur (SOP) sehingga

pelaksanaan pengelolaan kesehatan lingkungan selalu terstandar. Namun yang

menjadi kendala dan tantang yang dihadapi oleh pihak pengelolaan kesehatan

lingkungan RSUD Toto Kabila diantaranya, masih kurangnya kesadaran dan

pemahaman akan pentingnya kesehatan lingkungan, keterbatasan sumber daya

dan infrastruktur, kebutuhan untuk mengadopsi teknologi dan inovasi baru, serta

perubahan regulasi terkait lingkungan dan kesehatan.

Oleh karena itu, penelitian tertarik untuk mengetahui lebih lanjut tentang

pengelolaan lingkungan di RSUD Toto Kabila dengan mengangkat judul

penelitian “Gambaran Pengelolaan Kesehatan Lingkungan Di Rumah Sakit

Umum Daerah (RSUD) Toto Kabila”

B. Fokus dan Subfokus Penelitian

1. Fokus Penelitian

Adapun fokus penelitian ini yaitu terkait pengelolaan Kesehatan

Lingkungan Di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Toto Kabila.

2. Sub Fokus Penelitian

Sub fokus dalam penelitian ini yaitu :


a. Gambaran pengelolaan limbah cair di RSUD Toto Kabila

b. Gambaran pengelolaan limbah medis di RSUD Toto Kabila

c. Gambaran pengelolaan limbah B3 di RSUD Toto Kabila

d. Gambaran Kualitas air di RSUD Toto Kabila

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Adapun tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui tentang Gambaran

Pengelolaan Kesehatan Lingkungan Di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)

Toto Kabila.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui gambaran pengelolaan limbah cair di RSUD Toto

Kabila

b. Untuk mengetahui gambaran pengelolaan limbah medis di RSUD Toto

Kabila

c. Untuk mengetahui gambaran pengelolaan limbah B3 di RSUD Toto

Kabila

d. Untuk mengetahui gambaran Kualitas air di RSUD Toto Kabila

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat menjadi sumber informasi dan referensi dalam program

sanitasi lingkungan di rumah sakit khususnya pengelolaan kesehatan

lingkungan

2. Manfaat Secara Praktis

a. Bagi Institusi

Penelitian ini diharapkan dapat menambah sumber pustaka institusi yang

berkaitan dengan pengelolaan kesehatan lingkungan RSUD Toto Kabila

b. Bagi Peneliti

Memberikan kesempatan baru bagi peneliti untuk menilai dan melihat

secara nyata terkait pengelolaan kesehatan lingkungan RSUD Toto

Kabila.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka

1. Rumah Sakit

Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pe

layanan kesehatan kepada masyarakat, memiliki peran yang sangat strategis

dalam mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat, sehingga ru

mah sakit dituntut untuk memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan

standar yang ditetapkan dan dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat

(Mishbahuddin, 2020). Rumah sakit adalah suatu organisasi yang unik dan k

omplek mempunyai sifat-sifat dan ciri serta fungsi-fungsi yang khusus dalam

proses menghasilkan jasa medik dan mempunyai berbagai kelompok profesi

dalam pelayanan penderita (Darmawan, 2021)

Rumah Sakit adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggara

kan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pel

ayana rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Pelayanan kesehatan di ru

mah sakit menitikberatkan pelayanan yang bersifat kuratif dan rehabilitatif

(Kemenkes RI, 2021)

Di Indonesia rumah sakit merupakan salah satu bagian sistem

pelayanan kesehatan secara garis besar memberikan pelayanan untuk

masyarakat berupa pelayanan kesehatan. Adapun pelayanan yang mencakup

pelayanan medik, pelayanan penunjang medik, rehabilitasi medik, dan


pelayanan perawatan. Pelayanan tersebut dapat dilaksanakan melalui unit

gawat darurat, unit rawat jalan, dan unit rawat inap (Susanti, Eli; Prayogi,

Imam; Erithrica, 2014).

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009

tentang rumah sakit, menyebutkan rumah sakit adalah institusi pelayanan

kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara

paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat

darurat (Kemenkes RI, 2009).

Pelayanan rawat inap adalah suatu bentuk perawatan, dimana pasien

dirawat dan tinggal dirumah sakit untuk jangka waktu tertentu. Rawat inap

juga diartikan sebagai pelayanan kesehatan perorangan, yang meliputi

observasi, diagnose, pengobatan, keperawatan, rehabilitasi medik dengan

menginap di ruang rawat inap pada sarana kesehatan rumah sakit pemerintah

dan swasta, serta puskesmas perawatan dan rumah bersalin yang oleh karena

penyakitnya penderita harus menginap (Kelmanutu, 2019)

Didalam ruang perawatan terdapat pelayanan :

a. Pelayanan Tenaga Medis

b. Pelayanan Tenaga Paramedis/Keperawatan

c. Pelayanan Penunjang Medis

d. Pelayanan Administrasi dan Keuangan


2. Kesehatan Lingkungan

Banyak aspek kesejahteraan manusia dipengaruhi oleh lingkungan, dan

banyak penyakit dapat dipicu, dipromosikan, dipertahankan oleh faktor

lingkungan. Untuk alasan ini, interaksi manusia dengan lingkungannya

merupakan komponen penting dari kesehatan masyarakat. Dalam arti luas,

kesehatan lingkungan merupakan segmen kesehatan masyarakat yang

berkaitan dengan penilaian, pemahaman, dan pengendalian dampak. Meski

begitu, bidang ini lebih ditentukan oleh masalah yang dihadapinya daripada

pendekatan yang digunakannya (Basri et.al., 2023).

Kesehatan Lingkungan adalah cabang dari kesehatan masyarakat yang

berfokus pada hubungan timbal balik antara manusia dan lingkungan,

mempromosikan kesehatan dan kesejahteraan manusia dan mendorong

masyarakat yang sehat dan aman (The National Environmental Health

Partnership Council, 2014). Kesehatan lingkungan mempelajari bagaimana

lingkungan, yang meliputi faktor fisik, kimia, biologi, dan sosial terkait,

yang mempengaruhi kesehatan manusia dan penyakit. Ini mencakup

penilaian dan pengendalian faktor-faktor tersebut untuk mencegah penyakit,

meningkatkan kesehatan, dan menciptakan lingkungan yang mendukung

kesehatan melalui upaya terorganisir (Lee, 2019). Sebagai komponen

fundamental dari sistem kesehatan masyarakat yang komprehensif,

lingkungan kesehatan bekerja untuk memajukan kebijakan dan program

untuk mengurangi paparan bahan kimia dan lingkungan lainnya di udara, air,
tanah, dan makanan untuk melindungi penduduk dan menyediakan

lingkungan yang lebih sehat bagi masyarakat (The National Environmental

Health Partnership Council, 2014).

Manusia membutuhkan lingkungan yang aman, sehat dan mendukung

untuk kesehatan yang baik. Lingkungan tempat tinggal adalah penentu

utama kesehatan dan kesejahteraan. Manusia bergantung pada lingkungan

untuk energi dan bahan yang dibutuhkan untuk menopang kehidupan,

seperti: udara bersih, air minum yang aman, makanan bergizi dan tempat

yang aman untuk ditinggali (Basri et.al., 2023)..

Banyak aspek lingkungan manusia baik lingkungan buatan maupun

alami dapat berdampak pada kesehatan. Pentingnya untuk menafsirkan

masalah kesehatan dalam konteks yang lebih luas dari lingkungan.

Hubungan antara lingkungan dan manusia adalah salah satu dari saling

ketergantungan masing-masing mempengaruhi yang lain Oleh karena itu,

sebagaimana tindakan dan pilihan manusia memengaruhi lingkungan,

kesehatan planet ini memengaruhi kesehatan dan kesejahteraan individu,

komunitas, keluarga, dan ekonomi (Earl E. Bakken Center for Spirituality &

Healing, 2016). World Health Organization memperkirakan bahwa 23% dari

semua kematian terkait dengan “risiko lingkungan” seperti polusi udara,

kontaminasi air, dan paparan bahan kimia (Basri et.al., 2023)..

Pertimbangan lingkungan dalam empat cara atau mekanisme dimana

berbagai faktor mempengaruhi kesehatan masyarakat (Basri et.al., 2023). :


1. Faktor fisik yang mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan berkisar

dari cedera dan kematian yang disebabkan oleh kecelakaan hingga

kebisingan yang berlebihan, panas, dan dingin serta efek berbahaya dari

radiasi pengion dan nonpengion.

2. Bahan kimia dan kontaminan termasuk limbah beracun dan pestisida di

lingkungan umum, bahan kimia yang digunakan di rumah dan dalam

operasi industri dan pengawet yang digunakan dalam makanan.

3. Kontaminan biologis mencakup berbagai organisme penyakit yang

mungkin ada dalam makanan dan air yang dapat ditularkan oleh serangga

dan hewan dan yang dapat ditularkan melalui kontak orang ke orang.

4. Faktor sosial ekonomi, meskipun mungkin lebih sulit untuk diukur dan

dievaluasi, secara signifikan mempengaruhi kehidupan dan kesehatan

masyarakat. Statistik menunjukkan hubungan yang menarik antara

morbiditas dan mortalitas dan status sosial ekonomi. Orang yang tinggal

di lingkungan yang tertekan secara ekonomi kurang sehat daripada

mereka yang tinggal di daerah yang lebih makmur.

3. Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit

Menurut Permenkes No. 7 Tahun 2019, kesehatan lingkungan

merupakan keseimbangan ekologi yang harus ada di antara manusia dengan

lingkungannya untuk dapat menjamin kondisi sehatnya sendiri. Kemudian

berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2014 tentang Kesehatan

Lingkungan, maka kesehatan lingkungan adalah upaya pencegahan penyakit


atau gangguan kesehatan dari faktor risiko lingkungan untuk mewujudkan

kualitas lingkungan yang sehat baik dari aspek fisik, kimia, biologi, maupun

sosial. Dalam rangka mewujudkan kualitas lingkungan yan sehat secara

koheren dan disertai dengan keseimbangan ekologi, maka dibutuhkan

standar dan persyaratan yang telah dibakukan pada media lingkungan yang

berdampak pada kesehatan. Upaya – upaya pencegahan tersebut kemudian

tertuang dalam sebuah peraturan yang dibakukan (Kemenkes RI, 2019)

Adapun persyaratan yang harus dipenuhi mengenai lingkungan

bangunan rumah sakit yang telah diatur dalam KMK nomor 1204 tahun 2004

adalah (Jumadewi, 2021) :

a. Lingkungan bangunan rumah sakit harus memiliki batas yang jelas,

dilengkapi dengan pagar yang kuat, dan tidak memungkinkan orang atau

binatang peliharaan keluar masuk dengan bebas

b. Luas lahan bangunan dan halaman harus disesuaikan dengan luas lahan

keseluruhan, sehingga tersedia tempat parkir yang memadai dan

dilengkapi dengan rambu parkir

c. Lingkungan bangunan rumah sakit harus bebas dari banjir. Jika

berlokasi di daerah banjir harus menyediakan fasilitas atau teknologi

untuk mengatasinya

d. Lingkungan rumah sakit harus merupakan kawasan bebas rokok.

e. Lingkungan bangunan rumah sakit harus dilengkapi penerangan dengan

intensitas cahaya yang cukup


f. Lingkungan rumah sakit harus tidak berdebu, tidak becek atau tidak

terdapat genangan air dan dibuat landai menuju saluran terbuka atau

tertutup, tersedia luubang penerima air masuk dan disesuaikan dengan

luas halaman

g. Saluran air limbah domestik dan limbah medis harus tertutup dan

terpisah, masing-masing dihubungkan langusng dengan instalasi

pengolahan limbah

h. Tempat parkir, halaman, ruang tunggu, dan tempat-tempat tertentu

yang menghasilkan sampah harus disediakan tempat sampah

i. Lingkungan, ruang, dan bangunan rumah sakit harus selalu dalam

keadaan bersih dan tersedia fasilitas sanitasi secara kualitas dan

kuantitas yang memenuhi persyaratan kesehatan, sehingga tidak

memungkinkan sebagai tempat bersarang dan berkembangbiaknya

serangga, binatang pengerat, dan binatang pengganggu lainnya.

4. Ruang Lingkup Kegiatan Sanitasi Rumah Sakit

Adapaun ruang lingkup kegiatan sanitasi rumah sakit meliputi

(Suhariono, 2021) :

a. Pengelolaan Limbah Cair

Limbah cair yang dihasilkan dari sebuah rumah sakit umumnya

banyak mengandung bakteri, virus, senyawa kimia, dan obat-obatan

yang dapat membahayakan bagi kesehatan masyarakat sekitar rumah

sakit tersebut. Limbah cair dibedakan atas dua bentuk yaitu limbah cair
medis adalah limbah cair yang mengandung zat beracun, seperti bahan-

bahan kimia anorganik. Zat-zat organik yang berasal dari air bilasan

ruang bedah dan otopsi apabila tidak dikelola dengan baik atau langsung

dibuang ke saluran pembuangan umum akan sangat berbahaya dan dapat

menimbulkan bau yang tidak sedap serta mencemari lingkungan.

Sedangkan limbah cair non medis merupakan limbah rumah sakit

yang berupa: kotoran manusia seperti tinja dan air kemih yang berasal

dari kloset dan peturasan di dalam toilet atau kamar mandi atau Air

bekas cucian yang berasal dari lavatory, kitchen sink, ataufloor drain

dari ruangan-ruangan di rumah sakit (Jumadewi, 2021).

b. Pengelolaan Limbah Padat (Medis dan Non Medis)

Limbah padat yang dihasilkan di rumah sakit dibedakan atas dua

yaitu limbah padat medis dan non medis. Limbah padat medis adalah

limbah yang langsung dihasilkan dari tindakan diagnosis dan tindakan

medis terhadap pasien. Termasuk dalam kegiatan tersebut juga kegiatan

medis di ruang poliklinik, perawatan, bedah, kebidanan, otopsi, dan

ruang laboratorium. Limbah padat medis sering juga disebut sebagai

sampah biologis. Sampah biologis terdiri dari (Suhariono, 2021):

1. Sampah medis yang dihasilkan dari ruang poliklinik, ruang

perawatan, ruang bedah, atau ruang kebidanan seperti, misalnya,

perban, kasa, alat injeksi, ampul, dan botol bekas obat injeksi,

kateter, swab, plester, masker, dan sebagainya.


2. Sampah patologis yang dihasilkan dari ruang poliklinik, bedah,

kebidanan, atau ruang otopsi, misalnya, plasenta, jaringan organ,

anggota badan, dan sebagainya.

3. Sampah laboratorium yang dihasilkan dari pemeriksaan

laboratorium diagnostik atau penelitian, misalnya, sediaan atau

media sampel dan bangkai binatang

Adapun limbah padat nonmedis adalah semua sampah padat diluar

sampah padat medis yang dihasilkan dari berbagai kegiatan, seperti

kantor atau administrasi, unit perlengkapan, ruang tunggu, ruang inap,

unit gizi atau dapur, halaman parkir dan taman, unit pelayanan. Sampah

yang dihasilkan dapat berupa kertas, karton, kaleng, botol, sisa

makanan, sisa kemasan, kayu, logam, daun, serta ranting, dan

sebagainya (Jumadewi, 2021).

c. Penyehatan Fisik dan Udara Ruangan

Parameter yang harus dipantau untuk mengukur standard baku

mutu kualitas udara dalam ruangan Rumah Sakit antara lain meliputi

kualitas fisik, kimia, dan mikrobiologi. Untuk pengukuran kualitas fisik

yang diperhatikan ialah kelembaban udara yang menggunakan

hygrometer dan pengukuran suhu udara menggunakan thermometer.

Untuk Pengambilan sampel gas ( HC, CO, Ether) menggunakan Plastic

Bag.a, Pengukuran debu total atau Total Suspended Partikulate (TSP)

menggunakan Low Volume Air Sampler (LVS) dan Pengambilan


sampel gas: H2S, NH3 , SO2 , Ozone, NO2 menggunakan Impinger Gas

Sampler. Sedangkan untuk Pengambilan sampel mikrobiologi udara

dapat diperoleh dengan menggunakan metode settling plates (peletakan

lempeng agar) dan metode mekanik Volumetric Air Sampling

(Jumadewi, 2021).

d. Kualitas Air Bersih

Kualitas air yang disediakan di rumah sakit harus sesuai dengan

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

907/MENKES/SK/VII/2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan

Kualitas Air Minum, sedangkan kualitas air yang digunakan untuk

keperluan khusus perlu mendapatkan perlakuan lebih lanjut untuk

mendapatkan kualitas yang relevan. Untuk mendapatkan air dengan

kuantitas dan kualitas sesuai dengan yang dibutuhkan harus

memperhatikan upaya-upaya berikut ini (Suhariono, 2021):

1. Sumber Air. Penggunaan sumber air harus menerapkan azas efektif

dan efisien, yakni memilih sumber air yang kualitasnya relatif baik,

sehingga walaupun harus melakukan pengolahan tidak terlalu

membutuhkan teknologi yang sulit dan mahal. Selain itu, pemilihan

sumber air juga harus mempertimbangkan kemampuannya untuk

dapat menjamin ketersediaannya.

2. Sistem Penampungan dan Distribusi. Sistem penampungan dan

jaringan perpipaan distribusi harus dapat menjamin secara


kuantitatif ketersediaannya sepanjang waktu dan seluruh titik

distribusi. Sedangkan dari aspek pengendalian kualitas harus

menghindari penggunaan bahan tangki penampung dan pipa yang

dapat mengkontaminasi air dan terjadinya sambungan silang. Bentuk

kontaminan yang dapat terjadi pada air berupa unsur kimia, mikroba,

organik, pyrogen dan gas. Upaya pengendalian secara manajerial

yang harus dilakukan adalah melakukan supervisi terhadap tangki

penampungan, pipa distribusi dan alat distribusinya secara visual

dan mikrobiologis. Serta melakukan evaluasi dan intervensi, baik

secara insidensi maupun berkala agar kualitas fisik dan udara

ruangan dapat terkendali secara baik.

3. Pengolahan. Pengolahan air di rumah sakit mutlak diperlukan

terutama untuk kegunaan spesifik seperti farmasi, hemodialisis dan

sebagainya. Beberapa metode pengolahan yang dapat diaplikasikan

yaitu pertama filtrasi terdiri atas beberapa jenis dan tingkat filtrasi

tergantung kepada jenis kontaminan dan kondisi air yang

diharapkan. Filtrasi dengan karbon aktif digunakan untuk

menurunkan bau, beberapa kontaminan kimia seperti nitrit, mangan

dan deklorinasi. Filtrasi dengan membran (biasanya dalam bentuk

produk paket) dapat memberikan hasil tingkat tinggi tergantung pori

yang dimiliki, bahkan dapat mengendalikan partikel mikro yang

sering menjadi host mikroba. Metode pengolahan air selanjtnya


adalah distilasi yaitu proses pemurnian air dengan menguapkan

kemudian mengkondensasikannya, sehingga menghasilkan air yang

bebas pyrogen, biasa digunakan pada kegiatan farmasi, sterilisasi

sentral dan laboratorium untuk pembilasan alat, sebagai air umpan

larutan injeksi bedah intravenus. Yang ketiga adalah sterilisasi

dengan sinar ultra violet. Diman proses pemurnian air dengan

memanfaatkan sinar ultra violet gelombang pendek, biasa digunakan

untuk kegiatan yang membutuhkan air steril baik untuk cuci tangan

maupun cuci alat.

e. Penyehatan Linen dan laundry

Laundry rumah sakit adalah tempat pencucian linen yang

dilengkapi dengan sarana disinfektan, mesin uap (steam boiler),

pengering, meja dan meja setrika (Suhariono, 2021)

f. Pengendali Serangga, Tikus dan Binatang Penganggu

Pengendalian serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya

adalah upaya untuk mengurangi populasi serangga, binatang

pengganggu lainnya sehingga keberadaannya tidak menjadi vektor

penularan penyakit (Suhariono, 2021).


B. Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul Penelitian Metode Hasil


1 Ningsih Sri Tata Kelola Jenis penelitian ini Hasil penelitian
(2020) Pengelolaan Limbah adalah survey menunjukan bahwa,
Medis Padat di Rumah dengan pendekatan pengumpulan tidak
Sakit Islam Kota deskriptif, jumlah seuai persyaratan
Gorontalo (Ditinjau responden berdasarkan
Dari Permenkes No sebanyak 7 petugas permenkes no 1204
1204/Menkes/X/2004) pengelola limbah, tahun 2004 karena
dan penelitian ini petugas yang mejawab
dilakukan di 28 pengumpulan
ruangan penghasil dilakukan 5 responden
limbah medis dan 2 respon
padat. Data yang menjawab tidak
dikumpulkan dilakukan.
dengan data primer Pengangkutan sudah
yaitu observasi dan memenuhi syarat
wawancara, data karena 7 reponden
sekunder di dapat semua menjawab
dari rumah sakit melakukan pengkutan.
islam atau instansi Pemusnahan akhir
lain yang terkait tidak memenuhi syarat
karena 7 responden
semua menjawab
pemusnahan tidak
dilakukan.
Persamaan Penelian ini menjelaskan terkait pengelolaan kesehatan lingkungan di
rumah sakit
Perbedaan Penelitian ini lebih berfokus pada Pengelolaan Limbah Medis Padat di
Rumah Sakit
2 Ukhty Gambaran Sanitasi Penelitian ini Hasil penelitian
Rahmah Sari Lingkungan Rumah merupakan survei menunjukkan bahwa
Manap (2017) Sakit dengan desain studi rumah sakit yang
Berdasarkan Parameter cross sectional menjadi partisipan
Fisik Dan Biologi yang masih
(Studi Kasus dilakukan pada memiliki skor
Pada 2 Rumah Sakit bulan Agustus – pemenuhan sanitasi
Tipe A) Di Provinsi September 2016. lingkungan rumah
DKI Jakarta Data yang sakit < 75%
digunakan adalah berdasarkan
data Kepmenkes Nomor
sekunder berupa 1204/2004. Variabel
hasil pengukuran yang tidak memenuhi
kualitas lingkungan syarat adalah suhu,
meliputi suhu, kelembaban, tingkat
kelembaban, pencahayaan, kadar
pencahayaan, kadar debu, dan angka
debu PM10, dan kuman dalam udara
angka kuman ruangan
dalam udara.
Persamaan Penelian ini menjelaskan terkait pengelolaan kesehatan lingkungan di
rumah sakit
Perbedaan Penelitian ini lebih berfokus pada Sanitasi Lingkungan Rumah Sakit
Berdasarkan Parameter Fisik Dan Biologi
3 Helda Puspa Analisis Sistem Jenis penelitian ini asil penelitian
Oktavianty Manajemen deskriptif kualitatif. menunjukkan masih
(2016) Lingkungan Rumah Jumlah ada ketidaksesuaian
Sakit Dalam Aspek informannya 4 antara SOP dengan
Pengelolaan Limbah orang. praktek di lapangan
Medis Instrumen yang dalam pengelolaan
Padat digunakan yaitu limbah medis padat
(Studi Kasus Rumah lembar observasi dan penanganan akhir
Sakit Umum Daerah dan pedoman abu sisa
Kardinah Kota Tegal) wawancara. pembakaran. Saran
Teknik yang diberikan kepada
pengambilan data rumah sakit untuk
dengan cara meningkatkan
wawancara, komitmen dalam
observasi, dan pengelolaan limbah ,
dokumentasi. memperbaiki sarana
Dalam pelaksanaan dan prasarana
di lapangan pengelola limbah
manajemen medis padat dan
lingkungan yang memperhatikan
ada di Rumah Sakit pembuangan akhir
Umum Daerah dari abu sisa
Kardinah masih pembakaran
belum optimal. B
Persamaan Penelian ini menjelaskan terkait pengelolaan kesehatan lingkungan di
rumah sakit
Perbedaan Penelitian ini lebih berfokus pada pengelolaan Limbah Medis
Padat
3 Syamsul Efektifitas Instalasi Jenis penelitian ini Hasil penelitian
(2020) Pengolahan Air Limbah adalah menunjukkan bahwa
(Ipal) observasional distribusi air limbah
Di Rumah Sakit Sinar dengan pendekatan menggunakan
Kasih Toraja deskriptif. Besaran sistem perpipaan
Kabupaten Tana sampel sebanyak tertutup, kedap air,
Toraja Provinsi 18 sampel dengan mengalir dengan
Sulawesi Selatan titik pengambilan lancar dan terpisah
sampel pada bak dari
inlet, bak saluran pembuanagn
pengendapan I, air hujan. Proses
baka anaerob, bak pengolahan air limbah
aerob, bak pada Rumah Sakit
pengendapan II dan Sinar Kasih Toraja
bak outlet IPAL menggunalan sistim
rumah sakit. anaerob - aerob.
Frekuensi
pengambilan
sampel dilakukan 3
tahap selama
1 hari. Pemeriksaan
sampel dilakkan di
BBLK. Hasil
pemeriksaan
laboratorium
dibandingkan
dengan Kepmen
LHK Nomor : P.68
Tahun 2016
Tentang Baku
Mutu Air Limbah
domestik
Persamaan Penelian ini menjelaskan terkait pengelolaan kesehatan lingkungan di
rumah sakit
Perbedaan Penelitian ini lebih berfokus pada Pengolahan Air Limbah (Ipal)
Di Rumah Sakit

Sumber : Sri Ningsih (2020); Manap Sari (2017); Oktavianty Puspa (2016); Syamsul (2020)
C. Kerangka Konseptual

Pengelolaan Limbah Cair

Pengelolaan Limbah Padat


(Medis dan Non Medis)

Penyehatan Air Bersih Pengelolaan


Sanitasi
Kesehatan
Lingkungan
Lingkungan
Penyehatan Fisik dan
Udara Ruangan

Penyehatan Linen dan


laundry

Pengendali Serangga,
Tikus dan Binatang
Penganggu

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual


Sumber : Suhariono (2021); Jumadewi (2021)

Ket : : Diteliti
: Tidak diteliti
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Adapun pendekatan dalam penelitian yaitu pendekatan kualitatif.

Penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti

pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen

kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan),

analisis data dan bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih

menekankan pada generalisasi (Sugiyono 2020)

2. Jenis Penelitian

Jenis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian kualitatif.

Penelitian kualitatif merupakan penelitian untuk mengeksplorasi dan

memahami makna yang oleh sejumlah individu atau kelompok orang

dianggap berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan. Penelitian kualitatif

ini seperti mengajukan pertanyaan, prosedur, mengumpulkan data yang

spesifik dari para partisipan. Tujuan penelitian adalah untuk melihat

gambaran pengelolaan kesehatan lingkungan di RSUD Toto Kabila.


B. Waktu dan Lokasi Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini direncanakan dilakukan pada bulan Meli – Juli 2023

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di unit Sanitasi Lingkungan RSUD Toto Kabila

C. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung

dilapangan oleh peneliti. Dalam penelitian ini data primer diperoleh dari

hasil wawancara subjek penelitian yang bersentuhan langsung dengan

pengelolaan kesehatan lingkungan RSUD Toto Kabila

2. Sumber Data

Sumber data adalah subjek penelitian yang dijadikan sebagai informan

dan mewakili informasi yang akan di teliti. Adapun sumber data dalam

penelitian ini yaitu pemangku kepentingan yang berhubungan dengan proses

pelaksanaan pelayanan di ruang radiologi sejumlah 5 orang. Adapun

informan yang akan dijadikan sebagai sumber data diantaranya :

Tabel 3.2. Sumber Data Penelitian (Informan)

Informan Jumlah
Direktur RSUD Toto Kabila 1 orang
Kepala Bidang Penunjang 1 orang
KASIE Sarana Prasarana 1 orang
PJ Sanitasi Lingkungan 1 orang
Staff di Bagian Sanitasi Lingkungan 1 orang
D. Metode Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2020) teknik pengumpulan data merupakan langkah

yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah

mengumpulkan data. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini

menggunakan teknik dokumentasi, observasi, dan wawancara.

1. Observasi

Observasi memiliki makna lebih dari sekedar teknik pengumpulan data.

Namun dalam konteks ini, observasi difokuskan sebagai upaya peneliti

mengumpulkan data dan informasi dari sumber data primer dengan

mengoptimalkan pengamatan peneliti. Dalam metode ini peneliti melakukan

kunjungan langsung sambil melakukan pengamatan guna melihat secara

langsung seluruh aktivitas terkait pengelolaan kesehatan lingkungan meliput

pengelolaan limbah cair, pengelolaan limbah medis, pengelolaan limbah B3 di

RSUD Toto Kabila dan Gambaran Kualitas air di RSUD Toto Kabila

2. Wawancara

Wawancara mendalam, suatu kegiatan yang dilakukan untuk

mendapatkan informasi secara langsung dengan mengajukan pertanyaan

kepada narasumber (informan) untuk mendapat informasi yang mendalam.

Komunikasi antara pewawancara dengan yang diwawancarai bersifat intensif

dan masuk kepada hal-hal yang bersifat detail. Dalam Metode ini peneliti

melakukan wawancara langsung dengan informan yang merupakan sumber

data dalam penelitian terkait pengelolaan kesehatan lingkungan meliputi


pengelolaan limbah cair, pengelolaan limbah medis, pengelolaan limbah B3 di

RSUD Toto Kabila dan Gambaran Kualitas air di RSUD Toto Kabila

3. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen

bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental seseorang.

Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan

(life histories), kriteria, biografi, dan peraturan kebijakan (Sugiyono, 2020).

Dalam metode ini peneliti memperoleh hasil pemeriksaan atau telaah

dokumen dan laporan-laporan yang terkait dengan obyek penelitian. Untuk

memperoleh data melalui metode ini, peneliti akan melakukan kajian serta

mengamati data kartu stok obat, surat pesanan, faktur penjualan baik dalam

bentuk Gambar maupun tulisan untuk menggali kemungkinan keterkaitan

dengan permasalahan penelitian.

E. Metode Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Dalam proses pengorganisasian data, menurut Sugiyono (2020)

penelitian kualitatif memiliki tiga tahapan pekerjaan yaitu :

a. Deskripsi Data mentah

Semua data mentah yang telah terkumpul selanjutnya ditampung

dan dideskripsikan atau didisplaykan. Data ini masih berserakan, belum

punya bentuk, belum punya arti dan makna. Dalam penelitian kualitatif
penyajian data mentah ini diletakkan dalam lampiran, karena jumlahnya

sangat banyak.

b. Reduksi Data

Data mentah yang telah terkumpul yang jumlahnya sangat banyak

perlu direduksi. Reduksi berarti mengurangi data. Reduksi dilakukan

dengan memilih data yang dianggap penting, merupakan data yang baru

yang belum pernah dikenal, data yang unik yang berbeda dengan data

yang lain dan merupakan data yang relevan dengan pertanyaan

penelitian.

c. Kategorisasi Data

Setelah data direduksi, maka selanjutnya data tersebut dipilah, atau

dikelompokkan, atau diklasifikasikan, atau disusun ke dalam kategori

tertentu, sehingga memiliki arti dan makna. Penelitian kualitatif pada

tahap tertentu bisa berakhir pada tahap menemukan kategorisasi.

2. Analisis Data

a. Reduksi Data (Data Reduction)

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk

itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah dikemukakan,

semakin lama peneliti ke lapangan, maka jumlah data akan semakin

banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segara dilakukan analisis

data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih

dan memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang


penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah

direduksi atau memberikan gambaran yang lebih jelas, dan

mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya,

dan mencarinya bila diperlukan( Sugiyono, 2020).

b. Penyajian Data (Data Display)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah

mendisplaykan data. Kalau dalam penelitian kuantitatif penyajian data

ini dapat dilakukan dalam bentuk tabel, grafik, pie chart, pictogram, dan

sejenisnya. Melalui penyajian data tersebut, maka data terorganisasikan,

tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah

dipahami. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan

dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart

dan sejenisnya. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data

dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif

(Sugiyono, 2020)

c. Verification/Conclusion Drawing

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan

akan berubah bila ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung

pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan

yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang

valid dan konsisten saat penliti kembali ke lapangan mengumpulkan


data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang

kredibel (Sugiyono,2020)

F. Keabsahan Data

Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian

kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjang pengamatan, peningkatan

ketekunan dalam penelitian, triangulasi, didiskusikan dengan teman sejawat,

analisis kasus negatif, dan member check. Triangulation dalam pengujian

kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan

berbagai cara, dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber,

triangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu (Sugiyono, 2020).

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Triangulasi yaitu dalam teknik

pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang

bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber

yang telah ada. Peneliti menggunakan observasi partisipatif, wawancara

mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak.

Triangulasi sumber berarti, untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-

beda dengan teknik yang sama.


DAFTAR PUSTAKA

Basri, S; Budiman; Ayini, N; Hamsina. (2023). Teori Kesehatan Lingkungan.


Yayasan Penerbit Muhammad Zaini. ISBN : 978-623-5722-94-8 : Aceh.

Darmawan. (2021). Manajemen Rumah Sakit “Informasi Cakupan Capaian Target


Pelayanan, Manajemen Mutu, Manajemen Efisiensi Pelayanan, Biaya Ekonomi
Penyakit, Pendidikan Dan Pelatihan” Di Rumah Sakit - Google Books. Adanu
Abimata.

Departemen Kesehatan RI. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36


Tentang Kesehatan. Kementerian Kesehatan : Jakarta.

Earl E. Bakken Center for Spirituality & Healing. (2016). Why Is Global
Environmental Health Important. Retrieved from University of Minnesota
website: https://www.takingcharge.csh.umn.edu/why-global- environmental-
health-important

Jumadewi, Asri. (2021). Manajemen Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. Penerbit


NEM. ISBN : 978-623-566-8956: Jakarta.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2019). Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Kesehatan
Lingkungan di Rumah Sakit : Jakarta.

Kementerian Kesehatan RI. (2009). Rumah Sakit. Undang Undang RI No.44 :


Jakarta

Kelmanutu, L. S. (2019). Dimensi Mutu Pelayanan Pada Unit Rawat Inap Rumah
Sakit Umum Daerah Karel Sadsuitubun Langgur Kab. Maluku Tenggara. 221–
229.

Kementerian Kesehatan RI. (2020). Pencegahan dan Pengendalian Penyakit,


Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Direktorat Jenderal Pencegahan
dan Pengendalian Penyakit : Jakarta.

Kementerian Kesehatan RI. (2021). Pedoman Pelayanan Rumah Sakit Pada Masa
Pandemi Covid-19.

Lee, E. (2019). Environmental Health Perspectives in the Ancient World.


Manap Sari, R.U. (2017). Gambaran Sanitasi Lingkungan Rumah Sakit Berdasarkan
Parameter Fisik dan Biologi (Studi Kasus Pada 2 Rumah Sakit Tipe A) Di
Provinsi DKI Jakarta Tahun 2016. Skripsi. Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah: Jakarta.

Mishbahuddin. (2020). Meningkatkan Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah


Sakit - Google Books. Tangga Ilmu.

Ningsih, Sri. (2020). Tata Kelola Pengelolaan Limbah Medis Padat di RS Islam Kota
Gorontalo Tahun 2020 (Ditinjau Dari Permenkes No.
1204/Menkes/SK/X/2004). Skripsi. Universitas Negeri Gorontalo : Gorontalo

Oktavianty Puspa, H. (2016). Analisis Sistem Manajemen Lingkungan Rumah


Sakit Dalam Aspek Pengelolaan Limbah Medis
Padat (Studi Kasus Rumah Sakit Umum Daerah Kardinah Kota Tegal). Skripsi.
Universitas Negeri Semarang : Semarang

Simatupang. T; Naria. E; Dharma. S (2015). Analisis Pengelolaan Kesehatan


Lingkungan Rumah Sakit Sebagai Usaha Pencegahan Infeksi Nosokomial Di
Rumah Sakit Martha Friska Kelurahan Brayan. Universitas Sematera Utara :
Medan.

Sigalinging H. Brando., Nadiroh., Sucahyanto. (2020). Gambaran Rumah Sakit


Ramah Lingkungan. Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan Vol. 9,
No. 2 : Jakarta.

Sugiyono, 2020. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Suhariono. 2021. Teknis Pengelolaan Kesehatan Lingkungan Di Rumah Sakit. Uwais


Inspirasi Indonesia. ISBN : 978-623-227-510-2: Jawa Timur.

Susanti, Eli; Prayogi, Imam; Erithrica, D. (2014). Mutu Pelayanan Rumah Sakit. HSP
Academy. https://pusatpelatihanrumahsakit.com/2014/11/06/mutu-pelayanan-
rumah-sakit/.

Syamsul (2020). Efektifitas Instalasi Pengolahan Air Limbah (Ipal)


Di Rumah Sakit Sinar Kasih Toraja Kabupaten Tana Toraja Provinsi Sulawesi
Selatan Tahun 2020. Skripsi. Universitas Hasanuddin : Makassar

The National Environmental Health Partnership Council. (2014). Environmental


Health Playbook: Investing in a Robust Environmental Health System.
Retrieved from
https://www.apha.org/-/media/files/pdf/topics/environment/eh_playbook.ashx

Anda mungkin juga menyukai