Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

Konstribusi lingkungan dalam mewujudkan derajat kesehatan merupakan hal

yang esensial di samping masalah perilaku masyarakat, pelayanan kesehatan dan faktor

keturunan. Lingkungan memberikan konstribusi terbesar terhadap timbulnya masalah

kesehatan masyarakat. Sehingga keterkaitan antara kualitas atau karakteristik

“lingkungan bermasalah dan status kesehatan” perlu di pahami dan di kaji secara cermat

agar dapat digambarkan potensi besarnya resiko atau gangguan kesehatan.

Faktor lingkungan dan perilaku mempunyai pengaruh terbesar terhadap status

kesehatan, disamping faktor pelayanan kesehatan dan genetik. Untuk itu cara

pencegahan dan pemberantasan penyakit-penyakit tersebut harus melalui upaya

perbaikan lingkungan/sanitasi dasar dan perubahan perilaku kearah yang lebih baik. Hal

ini sesuai dengan paradigma sehat yang lebih menonjolkan aspek pencegahan dan

promosi. Salah satu pendekatan yang menekankan pada upaya preventif dan promotif

berupa perbaikan lingkungan dan perilaku.

A. Latar Belakang

Puskesmas Jeruk yang berada di Kecamatan Lakarsantri memiliki

kepadatan penduduk 1063 km2 di Kelurahan Jeruk dan Kelurahan Lakarsantri

dengan jumlah DAM 7, SGL 18 dan perpipaan PDAM 4262.. Data untuk Tempat
Pengelolaan makanan (SAB, TPM DAN TTU/I) yaitu 48 Pengelolah makanan.

Untuk kategori Tempat Tempat Umum (TTU) yaitu sejumlah 24 dan TTU

Institusi sejumlah 18. Dengan berkumpulnya banyak orang yang memanfaatkan

sarana prasaran SAB, TPM DAN TTU/I maka meningkatkan juga

hubungan/kontak antara orang yang satu dengan yang lainnya sehingga

memungkinkan terjadinya penularan penyakit baik secara langsung maupun tidak

langsung

Dari Penyehatan lingkungan pemukiman adalah salah satu kegiatan hal

penting dalam meningkatkan derajat kesehatan yang berhubungan langsung dengan

lingkungan. Oleh sebab itu pemeriksaan dan pemantauan pemukiman, sarana

prasarana Kesehatan perlu ditingkat karena berhubungan denga paradigma sehat.

Dinas Kesehatan menetapkan program2 kegiatan, diantaranya pembinaan dan

pengawasan SAB, TPM, TTU dan lingkungan pemukiman yang ada di bawah seksi

kesehatan lingkungan di Puskesmas Jeruk.

Data Rumah di Puskesmas Jeruk Kecamatan Lakarsanti kelurahan Jeruk

dan Kelrahan Lakarsantr Tahun 2015 adalah 5605 rumah, kemudian tahun 2013

ditemukan 1248 rumah tidak memenuhi syarat sehat dan tahun 2014 dari total

jumlah rumah yang diperiksa yang ditingkatkan per Kelurahan melalui Kader

Lingkungan meningkat menjadi 2099 rumah yang tidak memenuhi syarat sehat.
Peranan program Kesehatan lingkungan, sangat penting dikarenakan

dari tahun 2014 di Kecamtan Lakarsanti Kelurahan Jeruk dan Kelurahan Lakarsantri

tercatat 2099 rumah yang tidak memenuhi syarat sehat semakin meningkat dan

peluang besar terjadinya dampak lingkungan / AMDAL.

C. TUJUAN

1. Umum

Dengan terselenggaranya Pelayanan Kesehatan Lingkungan di Puskesmas

diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui upaya

preventif, promotif, dan kuratif yang dilakukan secara terpadu dan

berkesinambungan.

2. Khusus

a. Menurunkan angka penyakit dan/atau gangguan kesehatan yang diakibatkan

oleh Faktor Risiko Lingkungan dan meningkatnya kualitas kesehatan

lingkungan.

b. Meningkatnya pengetahuan, kesadaran, kemampuan, dan perilaku masyarakat

untuk mencegah penyakit dan/atau gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh

Faktor Risiko Lingkungan, serta untuk mewujudkan perilaku hidup bersih dan

sehat.

c. Terciptanya keterpaduan kegiatan lintas program dan lintas sektor dalam

pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan dengan memberdayakan

masyarakat.
D. RUANG LINGKUP PEDOMAN

Kontribusi lingkungan dalam mewujudkan derajat kesehatan merupakan hal

yang essensial di samping masalah perilaku masyarakat, pelayanan kesehatan dan

faktor keturunan. Lingkungan memberikan kontribusi terbesar terhadap timbulnya

masalah kesehatan masyarakat. Ruang lingkup Kesehatan lingkungan adalah :

a. Penyediaan air minum

b. Pengelolaan air buangan dan pengendalian pencemaran

c. Pembuangan sampah padat

d. Pengendalian vektor

e. Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia

f. Higiene makanan, dan minman

g. Pengendalian pencemaran udara

h. Pengendalian kebisingan

i. Perumahan dan pemukiman

j. Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemi/wabah,

bencana alam dan perpindahan penduduk.

k. Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan.

D. LANDASAN HUKUM

Landasan hukum yang digunakan dalam menyusun pedoman mutu ini adalah:
 Permenkes 46 tahun 2014 tentang akreditasi Puskesmas

 Permenkes 75 tahun 2015 tentang puskesmas

 Permenkes 13 tahun 2015 tentang Penyelenggara Pelayanan Kesehatan

Lingkungan di Puskemas
BAB II

STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia

Komunikasi, Informasi, dan Edukasi, serta Penggerakan/Pemberdayaan

Masyarakat. Pelaksanaan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) dilakukan

untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran, dan prilaku masyarakat terhadap

masalah kesehatan dan upaya yang diperlukan sehingga dapat mencegah penyakit

dan/atau gangguan kesehatan akibat Faktor Risiko Lingkungan. KIE dilaksanakan

secara bertahap agar masyarakat umum mengenal lebih dulu, kemudian menjadi

mengetahui, setelah itu mau melakukan dengan pilihan/opsi yang sudah disepakati

bersama.

Pelaksanaan penggerakan/pemberdayaan masyarakat dilakukan untuk

memelihara dan meningkatkan kualitas lingkungan melalui kerja bersama (gotong

royong) melibatkan semua unsur masyarakat termasuk perangkat pemerintahan

setempat dan dilakukan secara berkala.

B. Distribusi Ketenagaan

Adapun tenaga yang dibutuhkan untuk melaksanakan program kesehatan

lingkungan adalah terdiri dari tenaga inti dibidang kesehatan lingkungan seperti

sanitarian atau diploma III kesehatan lingkungan.


Disamping itu dalam pelaksanaan program kesehatan lingkungan ini juga

dibutuhkan tenaga pendukung yang telah ditunjuk oleh pimpinan puskesmas dalam

pelaksanaan program.
BAB III

STANDAR FASILITAS

A. Sarana dan Prasarana Program Kesehatan Lingkungan

Sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam pelaksanaan program

kesehatan lingkungan adalah ruangan sebagai tempat petugas kesehatan lingkungan

melakukan kegiatan-kegiatan penyuluhan, konsultasi, konseling, demonstrasi,

pelatihan atau perbaikan sarana sanitasi dasar dan penyimpanan peralatan kerja.

Peralatan-peralatan kesehatan lingkungan berupa alat-alat peraga

penyuluhan, cetakan sarana air bersih dan jamban keluarga, alat pengukur kualitas

lingkungan (air, tanah dan udara), lembar chek list untuk inspeksi pada tempat-

tempat umum dan tempat pengolahan makanan serta alat transportasi untuk

mendukung kegiatan program kesehatan lingkungan yang dilaksanakan.

Alat peraga dan media penyuluhan yang digunakan dalam melaksanakan

program kesehatan lingkungan antara lain berupa maket, media cetak, sound

system, media elektronik dan formulir untuk pencatatan dan pelaporan hasil

kegiatan.

B. Denah Ruangan
C. KETENTUAN UMUM

1. Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah

fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan

masyakarat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih

mengutamakan upaya promotif dan preventif tanpa mengabaikan upaya kuratif

dan rehabilitatif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-

tingginya di wilayah kerjanya.

2. Pelayanan Kesehatan Lingkungan adalah kegiatan atau serangkaian kegiatan

yang ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik dari

aspek fisik, kimia, biologi, maupun sosial guna mencegah penyakit dan/atau

gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor risiko lingkungan.

3. Pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatan untuk

memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan, baik secara langsung

maupun tidak langsung di Puskesmas.

4. Faktor Risiko Lingkungan adalah hal, keadaan, atau peristiwa yang berkaitan

dengan kualitas media lingkungan yang mempengaruhi atau berkontribusi

terhadap terjadinya penyakit dan/atau gangguan kesehatan.

5. Konseling adalah hubungan komunikasi antara Tenaga Kesehatan Lingkungan

dengan pasien yang bertujuan untuk mengenali dan memecahkan masalah

kesehatan lingkungan yang dihadapi.


6. Inspeksi Kesehatan Lingkungan adalah kegiatan pemeriksaan dan pengamatan

secara langsung terhadap media lingkungan dalam rangka pengawasan

berdasarkan standar, norma, dan baku mutu yang berlaku untuk meningkatkan

kualitas lingkungan yang sehat.

D. INDIKATOR ROGRAM KESEHATAN LINGKUNGAN

1. Pengawasan Sarana Air Bersih (SAB)

2. Pembinaan Tempat Pengelolaan Makanan (TPM)

3. Pembinaan sanitasi perumahan dan sanitasi dasar

4. Pembinaan sarana Tempat-Tempat Umum ( TTU )

5. Klinik sanitasi

6. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat ( STBM )

7. Demam Berdarah Dengue ( DBD )

a. Jumlah rumah yang dilakukan pemeriksaan jentik berkala (PJB)

b. Angka Bebas Jentik (ABJ)

c. Cakupan Penyelidikan Epidemiologi ( PE ) kasus DBD

d. Pelaksanaan Penanggulangan Focus ( FC ) DBD


BAB IV

TATA LAKSANA

Penilaian kinerja puskesmas adalah upaya yang dilakukan untuk menilai hasil kerja

puskesmas. Penilaian kinerja puskesmas digunakan sebagai instrumen mawas diri yang

dilakukan secara mandiri. Dari penilaian ini didapat informasi analisis kinerja sebagai

bahan masukkan dalam penyususnan rencana kerja.

Macam penilaian kinerja;

1. Indikator Kinerja berdasarka sasaran mutu , merupaka sasaran yang

ditetapkan oleh setiap petugas/pemegang program, yang dicatat setiap bulan,

dan dievaluasi tiap 3 bulan

2. Penilaian Kinerja Puskesmas yang dilaporkan tiap tahun, dengan format

sesuai Format Penilaian Kinerja Puskesmas, keluaran Dinas Kesehatan Kota

Surabaya.

1. Pengawasan Sarana Air Bersih (SAB)

Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang

kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah

dimasak. Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan

dapat langsung diminum.

Syarat-syarat Kualitas Air Bersih diantaranya adalah sebagai berikut :


a. Syarat Fisik : Tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna

b. Syarat Kimia : Kadar Besi : maksimum yang diperbolehkan 0,3 mg/l,

Kesadahan (maks 500 mg/l)

c. Syarat Mikrobiologis : Koliform tinja/total koliform (maks 0 per 100 ml air)

Pengawasan Sarana Air Bersih adalah kegiatan yang bersifat monitoring

( Inspeksi Sanitasi/IS ) terhadap Sarana Air Bersih ( SAB ) yang ada di wilayah

kerja Puskesmas selama periode Januari s/d Desember . Yang termasuk SAB

antara lain : PDAM, perpipaan, sumur pompa, sumur gali, Perlindungan Mata

Air (PMA), Penampungan Air Hujan (PAH).

2. Pembinaan Tempat Pengelolaan Makanan (TPM)

Sasaran higene sanitasi makanan dan minuman adalah restoran, rumah

makan, jasa boga dan makanan jajanan (diolah oleh pengrajin makanan di

tempat penjualan dan atau disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual

bagi umum selain yang disajikan jasa boga, rumah makan/restoran, dan hotel).

Persyaratan hygiene sanitasi makanan dan minuman tempat pengelolaan

makanan meliputi :

a. Persyaratan lokasi dan bangunan;

b. Persyaratan fasilitas sanitasi;

c. Persyaratan dapur, ruang makan dan gudang makanan;

d. Persyaratan bahan makanan dan makanan jadi;

e. Persyaratan pengolahan makanan;

f. Persyaratan penyimpanan bahan makanan dan makanan jadi;


g. Persyaratan peralatan yang digunakan.

Pengawasan Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) adalah Kegiatan yang

bersifat monitoring ( Inspeksi Sanitasi/IS ) Tempat Pengelolaan Makanan

( TPM ) yang ada diwilayah Puskesmas sekaligus memberikan pembinaan

terhadap penanggung jawab/pengelola TPM, petugas maupun terhadap

penjamah makanan selama periode Januari s/d Desember . Yang termasuk TPM

antara lain : restoran, rumah makan, depot, jasa boga, Kantin sekolah.Pedagang

keliling dan Pedagang Kaki Lima (PKL).

3. Pembinaan sanitasi perumahan dan sanitasi dasar

Secara umum rumah dapat dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria sebagai

berikut :

a. Memenuhi kebutuhan fisiologis, yaitu : pencahayaan, penghawaan dan

ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu.

b. Memenuhi kebutuhan psikologis, yaitu : privacy yang cukup, komunikasi

yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah

c. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antarpenghuni

rumah dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah

tangga, bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak

berlebihan, cukup sinar matahari pagi, terlindungnya makanan dan minuman

dari pencemaran, disamping pencahayaan dan penghawaan yang cukup.

d. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang

timbul karena keadaan luar maupun dalam rumah antara lain persyaratan
garis sempadan jalan, konstruksi yang tidak mudah roboh, tidak mudah

terbakar, dan tidak cenderung membuat penghuninya jatuh tergelincir.

Pembinaan sanitasi perumahan dan sanitasi dasar adalah Kegiatan

bersifat monitoring ( Inspeksi Sanitasi/IS ) rumah sekaligus memberikan

pembinaan terhadap penghuninya di wliyah kerja Puskesmas selama periode

Januari s/d Desember . Yang dimaksud dengan sarana sanitasi dasar antara lain :

jamban, tempat sampah, sarana pembuangan air limbah (SPAL)

4. Pembinaan sarana Tempat-Tempat Umum ( TTU )

Pembinaan dan pengawasan sarana Tempet-tempat umum adalah

kegiatan yang bersifat monitoring ( Inspeksi Sanitasi/IS ) terhadap Tempat

Tempat Umum (TTU) di wilayah kerja Puskesmas sekaligus memberikan

pembinaan ( masukan, sarana, rekomendasi teknis dll ) terhadap penanggung

jawab dan petugasnya di wilayah kerja Puskesmas selama periode Januari s/d

Desember . Yang termasuk TTU disini adalah diprioritaskan terhadap TTU yang

sangat dibutuhkan oleh banyak masyarakat serta memiliki potensi dampak yang

besar terhadap kesehatan masyarakat, seperti misalnya : Rumah Sakit,

Puskesmas, Sekolah ( SD, SLTP, SLTA negeri dan swasta ), Hotel, Pasar,

Tempat Wisata ( termasuk disini kolam renang atau pemandian umum ). Tujuan

pengawasan sanitasi tempat-tempat umum yaitu untuk memantau sanitasi

tempat-tempat umum secara berkala dan untuk membina serta meningkatkan

peran aktif masyarakat dalam menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat di

tempat-tempat umum.
5. Klinik sanitasi

Kegiatan Klinik Sanitasi adalah kegiatan pemberian konseling dan tindak

lanjut ( misal kunjungan rumah dll ) terhadap klien guna menganalisa sebab –

sebab terjadinya penyakit serta upaya pemecahannya.

Target yang harus dicapai adalah minimal 2 % dari jumlah pengunjung

Puskesmas.

Catatan : Kegiatan klinik sanitasi ini bersifat kontinyu atau berkelanjutan,

sehingga target atau kegiatan yang harus dilakukan adalah minimal 2 % dari

jumlah pengunjung Puskesmas dapat dilakukan konseling (sebagai klien).

6. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat ( STBM )

Jumlah Kepala Keluarga (KK) yang memiliki akses terhadap Jamban

adalah Jumlah KK yang memiliki akses terhadap jamban di wilayah kerjanya

selama periode Januari s/d Desember . Akses disini tidak harus memiliki jamban

sendiri, bisa memanfaatkan jamban dari kerabat dekat, tetangga, jamban umum

dll Yang dianggap memiliki akses apabila KK tersebut dengan mudah dapat

menjangkau dan memanfaatkan jamban terdekat. Metode pembuangan tinja

yang baik yaitu dengan jamban dengan syarat sebagai berikut :

a. Tanah permukaan tidak boleh terjadi kontaminasi

b. Tidak boleh terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin memasuki mata

air atau sumur


c. Tidak boleh terkontaminasi air permukaan

d. Tinja tidak boleh terjangkau oleh lalat dan hewan lain

e. Tidak boleh terjadi penanganan tinja segar ; atau, bila memang benar-benar

diperlukan, harus dibatasi seminimal mungkin.

f. Jamban harus babas dari bau atau kondisi yang tidak sedap dipandang.

g. Metode pembuatan dan pengoperasian harus sederhana dan tidak mahal

7. Demam Berdarah Dengue ( DBD )

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yg dalam

penularannya adalah melalui serangga sebagai reservoir (habitat dan suvival)

bibit penyakit yang kemudian disebut sebagai vector yaitu nyamuk aedes

aegypti. Di dalam upaya pengendalian nyamuk, beberapa metode yang dapat

digunakan, antara lain tindakan antilarva, tindakan terhadap nyamuk dewasa,

dan tindakan terhadap gigitan nyamuk. Untuk tindakan antilarva, metode berikut

ini dapat diterapkan :

1. Pengendalian Lingkungan

2. Pengendalian Kimia

3. Pengendalian Biologi

Sedangkan pengawasan terhadap penanganan Demam Berdarah Dengue (DBD)

dilakukan dengan melakukan tahapan kegiatan sebagai berikut :

a. Jumlah rumah yang dilakukan pemeriksaan jentik berkala (PJB)

Adalah Jumlah rumah yang dilakukan pemeriksaan jentiknya secara acak


dan brkala dalam kurun waktu tertentu (3 bulanan) di wilayah kerja

puskesmas.

b. Angka Bebas Jentik (ABJ) adalah jumlah rumah yang bebas jentik

dibandingkan dengan jumlah rumah yang diperiksa jentiknya dalam periode

waktu yang sama, di wilayah kerja puskesmas

c. Penderita DBD ditanggani : adalah Jumlah kasus DBD yang ditemukan

berdasarkan kriteria WHO dan ditangani sesuai standart tatalaksana

pengobatan DBD di wilayah kerja pusksmas

d. Cakupan Penyelidikan Epidemiologi ( PE ) kasus DBD adalah kegiatan

penyelidikan epidemologi yang dilakukan terhadap setiap kasus DBD di

wilayah kerja puskesmas. Meliputi kegiatan pemeriksaan jentik, pencarian

kasus DBD yang lain serta menentukan tindakan penanggulangan fokus

selanjutnya. Target 100 % kasus DBD

e. Pelaksanaan Penanggulangan Focus ( FC ) DBD adalah pelaksanaan

kegiatan penanggulangan fokus di lokasi pendrita DBD untuk mencegah

penularan lebih lanjut . Meliputi kegiatan penyuluhan, larvasidasi,

Pembrantasan Sarang Nyamuk dan bila perlu fogging focus 2 siklus terhadap

kasus DBD yang dari penyelidikan Epidemologinya ditemukan kasus positif

DBD yang lain. Target 100%

A. INDIKATOR

Indikator-indikator yang mempengaruhi kesehatan lingkungan.

1. Sanitasi sumber air


2. Tempat Pengelolahan Makanan (TPM)

3. Tempat Tempat Umum (TTU)

4. Limbah cair

5. Penyehatan Pemukiman

Indikator Renstra ( Dinas Kesehatan Kota Surabaya)

TARGET
NO INDIKATOR
2011 2012 2013 2014 2015

1 Sanitasi sumber air 70 74 76 78 80

2 Tempat Pengelolahan Makanan (TPM) 66 68 70 73 77

3 Tempat Tempat Umum (TTU) 81 82 83 84 85

4 Limbah Cair 70 72 74 77 80

5 Penyehatan Pemukiman 70 72 74 77 80
Indikator Puskesmas Jeruk

TARGET
NO INDIKATOR
2013 2014

78% 85%
 Pengawasan Sarana Air Bersih (SAB)

 Sarana Air Bersih yang Memenuhi Syarat


76% 80%
1 Kesehatan

 Jumlah Kepala Keluarga (KK) yang memiliki akses

terhadap SAB
76% 80%

 Pembinaan Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) 90% 95%

2  Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) yang

memenuhi syarat kesehatan 77% 80%

87% 90%
 Pembinaan sanitasi perumahan dan sanitasi dasar
3
 Rumah yang Memenuhi Syarat Kesehatan
80% 85%

 Pembinaan sarana Tempat-Tempat Umum ( TTU ) 86% 90%

4  Tempat Tempat Umum yang Memenuhi Syarat

Kesehatan 80% 85%

 Klinik sanitasi 2% 2%

5  Jumlah Klien yang sudah mendapat intervensi /

tindak lanjt yang diperlukan 100% 100%


 Jumlah Kepala Keluarga (KK) yang mmiliki akses 90% 100%

terhadap jamban

6  Kelurahan yang sudah ODF (Open Defaction Free) 85% 100%

 Jamban Sehat 76% 80%

 Pelaksanaan Kegiatan STBM oleh Puskesmas 80% 100%

100% 100%
Demam Berdarah Dengue ( DBD )

 Jumlah rumah yang dilakukan pemeriksaan jentik

berkala (PJB)
100% 100%
 Angka Bebas Jentik (ABJ)

 Penderita DBD ditanggani


100% 100%
 Cakupan Penyelidikan Epidemiologi ( PE ) kasus

DBD
100% 100%
 Pelaksanaan Penanggulangan Focus ( FC ) DBD

100% 100%
B. EVALUASI

Hasil capai suatu pelaksanaa kegiatan Kesehatan lingkungan

merupakan sebagai indikator untuk peningkatan mutu dari rencana strategis

untuk kebutuhan masyrakat terutama pada keamanan, kenyaman dan manfaat

kesehatan lingkungan yang berbagai fungsi untuk mencegah terjadinya penyakit

berbasis lingkungan

Dalam rangka melaksanakan program kesehatan, pengawasan kualitas

media lingkungan secara berkala, atau penanggulangan kejadian luar

biasa/wabah, Tenaga Kesehatan Lingkungan di Puskesmas harus melakukan

Inspeksi Kesehatan Lingkungan dan/atau Intervensi Kesehatan Lingkungan pada

permukiman, tempat kerja, dan fasilitas umum sesuai dengan ketentuan dan

dapat dilakukan secara terintegrasi dengan kegiatan lintas program dan lintas

sektor yang terkait.

Dalam melaksanakan program kesehatan atau pengawasan kualitas

media lingkungan tenaga Kesehatan Lingkungan berhak atas:

a. Akses informasi yang diperlukan;

b. Akses memasuki tempat yang dicurigai memiliki potensi

berkembangnya Faktor Risiko Lingkungan;

c. pengambilan dan pengujian sampel media lingkungan dan/atau

spesimen biomarker.
BAB V

LOGISTIK

Manajemen logistik adalah suatu pengetahuan atau seni serta proses mengenai

perencanaan, penentuan kebutuhan, pengadaan, penyimpanan, pemeliharaan serta

penghapusan material atau alat-alat kesehatan lingkungan. Tujuan dari manajemen

logistik adalah tersedianya bahan setiap saat dibutuhkan, baik mengenai jenis, jumlah

maupun kualitas yang dibutuhkan secara efisien. Manajemen logistik sebagai suatu

fungsi mempunyai kegiatan-kegiatan :

a. Perencanaan Kebutuhan

b. Penganggaran

c. Pengadaan

d. Penyimpanan

e. Pendistribusian / Penggunaan

f. Penghapusan
BAB VI

PENGENDALIN MUTU

Guna meningkatkan mutu Pelayanan Kesehatan Lingkungan, setiap Puskesmas

harus melakukan pemantauan dan evaluasi Pelayanan Kesehatan Lingkungan.

Pemantauan dan evaluasi mencakup Pelayanan Kesehatan Lingkungan Puskesmas dan

pelaksanaan pengawasan kualitas media lingkungan dalam rangka program kesehatan.

Hasil pemantauan dan evaluasi digunakan untuk mengukur kinerja Pelayanan

Kesehatan Lingkungan di Puskesmas yang sekaligus menjadi indikator dalam penilaian

akreditasi Puskesmas. Pemantauan dan evaluasi dilakukan untuk memperoleh gambaran

hasil Pelayanan Kesehatan Lingkungan di Puskesmas terhadap akses masyarakat untuk

memperoleh Pelayanan Kesehatan Lingkungan, kualitas Pelayanan Kesehatan

Lingkungan Puskesmas, masalah yang dihadapi, dan dampak kesehatan masyarakat.

Indikator pemantauan dan evaluasi kinerja Puskesmas meliputi:

1. Akses masyarakat untuk memperoleh Pelayanan Kesehatan Lingkungan.

2. Kualitas Pelayanan Kesehatan Lingkungan Puskesmas.

3. Masalah yang dihadapi dalam Pelayanan Kesehatan Lingkungan.

4. Dampak yang dapat terjadi.

Cara mengukur indikator tersebut dapat menggunakan perhitungan sebagai

berikut:

1. Akses masyarakat untuk memperoleh Pelayanan Kesehatan Lingkungan: Jumlah

Pasien yang mendapat Pelayanan Kesehatan Lingkungan dibanding Pasien yang

membutuhkan Pelayanan Kesehatan Lingkungan.


2. Kualitas Pelayanan Kesehatan Lingkungan Puskesmas:

a. Jumlah Pasien yang menindaklanjuti hasil rekomendasi Konseling

dibanding jumlah seluruh Pasien yang melakukan Konseling.

b. Jumlah Pasien yang menindaklanjuti hasil rekomendasi Inspeksi

Kesehatan Lingkungan dibanding jumlah seluruh Pasien yang

dikunjungi.

3. Masalah yang dihadapi dalam Pelayanan Kesehatan Lingkungan: Hasil penilaian

akses masyarakat untuk memperoleh Pelayanan Kesehatan Lingkungan

dikurangi Hasil penilaian kualitas Pelayanan Kesehatan Lingkungan Puskesmas.

4. Dampak yang dapat terjadi: Peningkatan atau penurunan insidens dan prevalensi

penyakit dan/atau gangguan kesehatan yang diakibatkan Faktor Risiko

Lingkungan
BAB VII

PENUTUP

Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah kondisi atau keadaan yang

optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang

optimal

Pelaporan kegiatan Kesehatan lingkungan ada di dalam laporan bulanan, Tri

bulanan dan Tahunan yang dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kota Surabaya.

Mengetahui

Kepala Puskesmas Jeruk Penanggung Jawab

dr. Ratih Sekar Ayu Breny Transmiyanto, ST.

Nip. 197508192005012009 NIP. 196611181990031008

Anda mungkin juga menyukai