Anda di halaman 1dari 16

PEDOMAN PELAYANAN

KESEHATAN LINGKUNGAN
BLUD PUSKESMAS JATIWATES

PD/06/KESLING/2020

Nomor Revisi :1

Tanggal Terbit : 17 PEBRUARI 2020

Disusun Oleh : Disetujui Oleh :

Nama Slamet Pujianto Nama drg. Ami Setyaningrum


Jabatan Programer Kesling Jabatan Kepala BLUD Puskesmas
Jatiwates Tembelang

Hanya salinan terkendali yang mendapatkan perbaikan, jika ada


perubahan dokumen
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan kebutuhan yang esensial dari setiap
individu,keluarga, masyarakat dan juga merupakan perwujudan dari tingkat
kesejahteraan suatu masyarakat atau bangsa. Oleh karena itu kesehatan
mempunyai arti yang strategis dalam pembangunan dan juga modal dasar dalam
pembangunan. Hanya masyarakat yang sehat memiliki tingkat produktivitas yang
tinggi, yakni manusia yang dibutuhkan dalam pembangunan. Tujuan utama
pembangunan kesehatan adalah peningkatan derajat kesehatan masyarakat
yang optimal, sehat secara fisik, mental dan social.
Keputusan Menteri Kesehatan No.128 tahun 2004 tentang kebijakan
Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat, menyatakan bahwa Puskesmas adalah unit
pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten yang bertanggung jawab
menyelenggarakan pembangunan berwawasan kesehatan disuatu wilayah kerja.
Puskesmas memiliki fungsi sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan
kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat, pusat pelayanan kesehatan strata
pertam meliputi Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) dan Upaya Kesehatan
Masyarakat (UKM).
Kesehatan Lingkungan sebagai salah satu upaya kesehatan ditujukan
untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi,
maupun social yang memungkinkan setiap orang mencapai derajad kesehatan
yang setinggi-tingginya, sebagaimana tercantum dalam Pasal 162 Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Ketentuan mengenai
penyelenggaraan kesehatan lingkungan selanjutnya diatur dalam Peraturan
Pemerinyah Nomor 66 Tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan, yang
pengaturannya ditujukan dalam rangka terwujudnya kualitas lingkungan yang
sehat tersebut melalui upaya pencegahan penyakit dan/atau gangguan
kesehatan dari factor resiko kesehatan lingkungan di pemukiman, tempat kerja,
tempat rekreasi serta tempat dan fasilitas umum.
Sampai saat ini penyakit yang terkait dengan kualitas lingkungan masih
merupakan masalah kesehatan masyarakat, antara lain Malaria, Demam
Berdarah Dengue, Diare. WHO melaporkan sementara ini Indonesia pada
peringkat 5 dunia jumlah penderita TB Paru (WHO Global Tuberculosis Control
2010). Disamping itu perubahan iklim diperkirakan akan berdampak buruk
terhadap lingkungan sehingga dapat terjadi peningkatan permasalahan terhadap
penyakit. Hal lain yang menyebabkan meningkatnya permasalahan penyakit juga
diakibatkan oleh keterbatasan akses masyarakat terhadap kualitas air minum
yang sehat sebesar 63 % dan penggunaan jamban sehat sebanyak 69 %
(Sekretariat STBM, Bappenas, Tahun 2012).
Dalam era otonomi daerah, kabupaten mempunyai kewenangan penuh
menangani bidang kesehatan, menyebabkan perubahan yang mendasar dalam
pelayanan kesehatan dan mensyaratkan dukungan pemerintah kabupaten untuk
mengimplementasikan nilai-nilai dasar dari kebijakan dasar puskesmas tersebut.
Untuk mengatasi permasalahan kesehatan kesehatan masyarakat
terutama karena meningkatnya penyakit dan/atau gangguan kesehatan yang
diakibatkan oleh Faktor Resiko Lingkungan, Pemerintah telah menetapkan
Puskesmas sebagai fasilitas pelayanan kesehatan terdepan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan mengutamakan upaya
promotif dan preventif untuk mencapai derajad kesehatan masyarakat yang
optimal diwilayah kerjanya. Dalam pengaturan Puskesmas ditegaskan bahwa
salah satu upaya kesehatan msyarakat yang bersifat esensial adalah berupa
Pelayanan Kesehatan Lingkungan. Upaya kesehatan masyarakat esensial
tersebut harus diselenggarakan oleh setiap Puskesmas untuk mendukung
pencapaian standar pelayanan minimal kabupaten bidang kesehatan.
Untuk memperjelas lingkup penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan
Lingkungan di Puskesmas perlu diatur mengenai uraian kegiatan Pelayanan
Kesehatan Lingkungan sebagai acuan bagi petugas Puskesmas dan masyarakat
yang membutuhkan pelayanan tersebut.

B. Tujuan.
Tujuan umum disusunnya pedoman penyelenggaraan kesehatan
lingkungandi Puskesmas Jatiwates adalah sebagai acuan bagi petugas
Kesehatan lingkungan dalam upaya meningkatkan derajad kesehatan
masyarakat melalui upaya preventif, promotif dankuratif yang dilakukan secara
terpadu dan berkesinambungan.
Adapun tujuan khususnya adalah:
1. Menurunkan angka penyakit dan/atau gangguan kesehatan yang diakibatkan
oleh Faktor Resiko Lingkungan dan meningkatnya kualitas kesehatan
Lingkungan.
2. Meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemampuan dan perilaku masyarakat
untuk mencegah penyakit dan/atau gangguan kesehatan yang diakibatkan
oleh Faktor Resiko Lingkungan serta untuk mewujudkan perilaku hidup bersih
dan sehat.
3. Terciptanya keterpaduan kegiatan lintas program dan lintas sector dalam
pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan dengan memberdayakan
masyarakat.

C. Sasaran Pedoman
Adapun sasaran pedoman pelayanan kesehatan lingkungan di BLUD
Puskesmas Jatiwates yaitu semua pengunjung yang mempunyai masalah
kesehatan berhubungan dengan kesehatan lingkungan.

D. Ruang Lingkup Pelayanan


Adapun ruang lingkup pelayanan promosi kesehatan di Puskesmas
Jatiwates meliputi:
1. Konseling (Klinik Sanitasi)
2. Inspeksi Kesehatan Lingkungan; dan
3. Intervensi/tindakan kesehatan lingkungan.

E. Batasan Operasional.
1. Batasan operasional Pelayanan Kesehatan Lingkungan adalah kegiatan
atau serangkaian kegiatan yang ditujukan untuk mewujudkan kulaitas
lingkungan yang sehat baik dari aspek fisik, kimia, biologi, maupun social guna
mencegah penyakit dan/atau gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh
faktor resiko lingkungan.
2. Batasan operasional Faktor Resiko Lingkungan adalah hal, keadaan , atau
peristiwa yang berkaitan dengan kualitas media lingkungan yang
mempengaruhi atau kontribusi terhadap terjadinya penyakit dan/atau
gangguan kesehatan.
3. Batasan operasional Inspeksi Kesehatan Lingkungan adalah kegiatan
pemeriksaan dan pengamatan secara langsung terhadap media lingkungan
dalam rangka pengawasan berdasarkan standar, norma, dan baku mutu yang
berlaku untuk meningkatkan kualitas lingkungan yang sehat.
4. Batasan operasional Konseling adalah hubungan komunikasi antara Tenaga
Kesehatan Lingkungan dengan pasien yang bertujuan untukmengenali dan
memecahkan masalah kesehatan lingkungan yang dihadapi.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia.


Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 13 Tahun 2015
tentang Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Lingkungan, disebutkan standar
tenaga khusus kesehatan lingkungan di Puskesmas adalah sebagai berikut :
Kualifikasi Jumlah Kompetensi Umum
 TenagaS 1 Kesehatan 1 orang  Membantu tenaga
Masyarakat peminatan kesehatan lain merancang
Kesehatan Lingkungan kegiatan.
yang memiliki ijin.  Melakukan kerjasama
lintas program dan lintas
sector.

B. Distribusi Ketenagaan
Penanggungjawab program kesehatan lingkungan di Puskesmas
Jatiwates bekerja secara purna waktu sesuai dengan jam dinas dan bilamana
diperlukan dapat bekerja diluar jam dinas dalam rangka pertemuan dengan lintas
sektor terkait.

C. Jadwal Kegiatan
Jenis Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des
kegiatan
Pembinaan
TTU dan
INSTITUSI
Pembinaan
TPM
Penyehatan
Perumahan
Pengawasan
dan
pemeriksaan
Air Bersih
Klinik Sanitasi
Pencatatan
dan
pelaporan

BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruangan.

A D

C B

D D

Keterangan :
A : meja petugas Ka TU
B : meja petugas Sanitarian
C : meja petugas Nutrisionis
D : Almari penyimpanan dokumen

B. Standar fasilitas
Standar fasilitas yang dimiliki oleh Puskesmas Jatiwates untuk
menyelenggarakan pelayanan kesehatan lingkungan meliputi :
1. Ruang pertemuan
2. Ruang kerja petugas
Peralatan yang dimiliki oleh Puskesmas Jatiwates untuk menunjang
kinerja kesehatan lingkungan meliputi :
1. LCD proyector
2. Kamera foto
3. Amplifier dan wireless microphone
4. Papan informasi
5. Poster/leaflet
6. Sanitarian Kit

BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
A. Lingkup Kegiatan
Pelayanan kesehatan lingkungan di Puskesmas Jatiwatesmengacu
pada kegiatan yang meliputi : Pembinaan dan Pengawasan TTU/Institusi,
Pembinaan dan Pengawasa TPM, Penyehatan Perumahan, dan Pengawasan
dan pemeriksaan kualitas air bersih dan program inovasi yaitu STBM

B. Metode
1. Konseling
2. Inspeksi kesehatan lingkungan
3. Intervensi kesehatan lingkungan
4. Kemitraan

C. Langkah Kegiatan
1. Konseling
Konseling terhadap pasien dan/atau hasil surveylans kesehatan yang
menunjukkan kecenderungan berkembang atau meluasnya penyakit atau
kejadian kesakitan akibat Faktor Resiko Lingkungan, Tenaga Kesehatan
Lingkungan harus melakukan Inspeksi Kesehatan Lingkungan terhadap media
lingkungan. Konseling bias dilakukan di dalam gedung (Klinik Sanitasi) atau
diluar gedung (rumah pasien/klien).
2. Inspeksi Kesehatan Lingkungan dilakukan dengan cara :
a. Pengamatan fisik media lingkungan
b. Pengukuran media lingkungan di tempat
c. Uji laboratorium
d. Analisis resiko kesehatan lingkungan
3. Intervensi Kesehatan Lingkungan
Intervensi Kesehatan Lingkungan dapat berupa :
a. Komunikasi, informasi dan edukasi serta penggerakkan/pemberdayaan
masyarakat
b. Perbaikan dan pembangunan sarana
c. Pengembangan teknologi tepat guna dan/atau
d. Rekayasa lingkungan

4. Kemitraan
Dalam pemberdayaan, bina suasana dan advokasi, prinsip-prinsip
kemitraan harus ditegakkan. Kemitraan dikembangkan antara petugas
kesehatan Puskesmas dengan sasarannya (para pasien atau pihak lain).
Kemitraan juga dikembangkan karena kesadaran bahwa untuk meningkatkan
efektivitas kesehatan lingkungan, petugas kesehatan Pukesmas harus
bekerjasama dengan berbagai pihak terkait, seperti misalnya kelompok
profesi, pemuka agama, LSM, media masa dan lain-lain. Tiga prinsip dasar
kemitraan yang harus diperhatikan dan dipraktikkan adalah 1). Kesetaraan, 2).
Keterbukaan dan 3). Saling menguntungkan.

BAB V
PENYEDIAAN LOGISTIK

Logistik adalah suatu ilmu pengetahuan dan atau seni serta proses mengenai
perencanaan dan penentuan kebutuhan, pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan
pememliharaan serta penghapusan material/alat-alat. Logistik diartikan pula sebagai
bagian dari instansi yang tugasnya menyediakan barang yang dibutuhkan untuk
kegiatan operasionalnya instansi tersebut dalam jumlah,kualitas dan pada waktu
yang tepat (sesuai kebutuhan) dengan harga serendah mungkin. Adapun kegiatan
9nsure9c meliputi mengadakan pembelian, inventorydan stock control, penyimpanan
dan pengembangan, produksi dan operasional, keuangan, akuntansimanajeman,
penjualan dan distribusi serta informasi
Kegiatan ini mempunyai tiga tujuan yaitu tujuan operasional, keuangan dan
pengamanan. Tujuan operasional adalah bahwa 9nsure9c bagaimana agar tersedia
barang, serta bahan dalam jumlah yang tepat dan mutu yang memadai. Tujuan
keuangan adalah bagaimana upaya tujuan operasional dapat terlaksana dengan
dengan biaya yang serendah-rendahnya. Sedangkan tujuan pengamanan
adalahbagaimana agar persediaan tidak terganggu oleh kerusakan, pemborosan,
penggunaan tanpa hak, pencurian dan penyusutan yang tidak wajar.
Fungsi manajemen 9nsure9c merupakan suatu proses yang terdiri dari fungsi
perencanaan dan penentuan kebutuhan, penganggaran, pengadaan, penyimpanan
dan penyaluran, pemeliharaan, serta penghapusan.
1. Fungsi perencanaan dan penentuan kebutuhan
Fungsi perencanaan merupakan fungsi yang mencakup aktivitas dalam
menetapkan sasaran, pedoman, dan pengukuran penyelenggaraan dalam bidang
9nsure9c. Sedangkan penentuan kebutuhan adalah rincian dari fungsi
perencanaan dengan memepertimbangkan 9nsure-faktor yang yang
mempengaruhinya. Perencanaan pengadaan barang 9nsure9c harus
dilaksanakan secara hati-hati, sehingga 9nsure9c selalu tersedia setiap
dibutuhkan dalam jumlah yang cukup dan mutu yang baik.
2. Fungsi penganggaran
Fungsi ini merupakan kegiatan dan usaha untuk merumuskan perincian
penentuan kebutuhan dalam suatu skala standar yaitu mata uang dan jumlah
biaya dengan memeperhatikan pengarahan dan pembatasan yang berlaku
terhadapnya.

3. Fungsi pengadaan
Fungsi pengadaan merupakan usaha dan kegiatan untuk memenuhi
kebutuhan operasional yang telah digariskan dalam fungsi perencanaan,
penentuan kebutuhan maupun penganggaran
4. Fungsi penyimpanan dan penyaluran
Merupakan pelaksanaan penerimaan, penyimpanan dan penyaluran
perlengkapan yang telah diadakan melalui fungsi terdahulu untuk kemudian
disalurkan ke instansi pelaksana.
5. Fungsi pemeliharaan
Adalah usaha untuk mempertahankan kondisi teknis, daya guna dan
daya hasil barang inventaris.
6. Fungsi penghapusan
Berupa kegiatan dan usaha pembebasan barang dari pertanggung
jawaban yang berlaku. Disebut juga sebagai usaha untuk menghapus kekayan
karena kerusakan yang tidak dapat diperbaiki, dinyatakan sudah tua dari segi
ekonomis maupun teknis, kelebihan, hilang, susut atau hal lain sesuai dengan
perundangan yang berlaku.
7. Fungsi pengendalian
Merupakan fungsi inti dari pengelolaan perlengkapan yang meliputi
usaha untuk memonitor dan mengamankan keseluruhan pengelolaan
10nsure10c. Unsur kegiatan utama dalam fungsi ini adalah pengendalian
inventarisasi dan ekpedisi.
Logistik untuk mendukung pelaksanaan kesehatan lingkungan meliputi
Banner/spanduk, ATK , Bahan kontak dan formulir pencatatan dan pelaporan yang
jenis dan jumlahnya ditentukan berdasarkan kebutuhan selama setahun, disusun
dalam suatu perencanaan. Kebutuhan ini disusun dalam Lokakarya Mini Puskesmas
(LKMP). Sumber kebutuhan logistic disediakan oleh dinas kesehatan, BOK dan
sumber lain yang tidak mengikat.
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN

Keselamatan pasien (patient safety) merupakan sebuah 11nsure yang di


jumpai Puskesmas dimana Puskesmas membuat suatu asuhan yang bertujuan untuk
membuat pasien lebih aman, mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh
kesalahan yang tidak diharapkan terjadi. Sistem keselamatan pasien meliputi
pengenalan resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko
pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden, tindak lanjut
dan implementasi solusi untuk meminimalkan resiko
Departemen Kesehatan RI telah membuat dan menerbitkan satu buku
Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient Safety) yang di
dalamnya terdapat 7 standar yang membahas tentang keselamatan pasien pada
tahun 2008 yakni:
1. Hak pasien
2. Mendididik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien .
Dalam konteks kesehatan lingkungan hal yang paling mendasar adalah
komunikasi yang bertujuan untuk mempengaruhi individu, keluarga dan masyarakat
yang dengan kesadaran dan pengetahuan yang dimiliknya “mau dan mampu” untuk
mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, menciptakan lingkungan sehat
serta berperan aktif dalam penyelenggaraan setiap upaya kesehatan dengan kata
lain perilaku masyarakat berubah dari perilaku yang berisiko tinggi menjadi kurang
atau tidak berisiko untuk terkena masalah kesehatan.
Untuk itu bagi petugas kesehatan lingkungan sangat penting untuk memiliki
pengetahuan dan penguasaan teknik komunikasi kesehatan yang efektif (pesan
kesehatan yang disampaikan kepada audiens dapat sepenuhnya dimengerti dan
tanpa adanya distorsi pesan) sehingga kemungkinan kegagalan dalam proses
komunikasi yang berakibat kepada penolakan masyarakat terhadap upaya kesehatan
Puskesmas dapat dihindari.
Berikut ini adalah yang perlu dilakukan oleh seorang petugas kesehatan
lingkungan untuk menghindari ketidaknyamanan sasaran atau klien:
1. Sapa dan perkenalkan diri
2. Sampaikan pesan dengan bahasa yang dimengerti oleh sasaran.
3. Gunakan bahasa yang singkat dan jelas tidak bertele-tele
4. Perhatikan norma dan budaya setempat.
5. Hindari dari hal-hal yang berbau SARA
6. Penampilan, rapi, bersih dan menarik
7. Gunakan humor untuk menghidupkan suasana
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Ruang lingkup pelayanan kesehatan lingkungan meliputi pelayanan di dalam


gedung dan pelayanan diluar gedung. Setiap kegiatan kesehatan lingkungan lebih
kepada upaya komunikasi efektif, sehingga terkait keselamatan kerja petugas
kesehatan lingkungan hendaknya untuk selalu mengedapankan sikap dan teknik
komunikasi yang baik.
Adapun pelayanan kesehatan lingkungan di dalam gedung mengikuti
pedoman PPI di BLUD Puskesmas Jatiwates yaitu kebersihan tangan dan APD
dalam rangka pencegahan infeksi dari petugas kepada pasien dan pengunjung atau
dari pasien kepada petugas.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu dalam kegiatan kesehatan lingkungan dapat di lihat dari


indicator mutu pelaksanaan pelayanan kesehatan lingkungan yang berupa
pencapaian target SPM. Oleh sebab itu, kondisi ini dinilai setelah pelaksanaan
kesehatan lingkunganPuskesmas berjalan selama satu tahun melalui upaya evaluasi.
Adapun taget SPM dari kegiatan pelaksanaan kesehatan lingkungan adalah:
1. Pengawasan TTU Target 85 %
2. Pengawasan TPM Target 80 %
3. Penyehatan Perumahan Target 70 %
4. Pengawasan Kualitas Air Bersih Target 85 %
5. STBM Target 65 %
Sedangkan Tatanan di masyarakat yang dianggap mewakili untuk dievaluasi
adalah Desa STBM, jadi indicator dampaknya adalah berupa persentase
Dusun atau Desa yang telah menjadi Dusun atau Desa STBM itu sendiri
adalah komposit dari sejumlah indicator perilaku.
STBM yang dilakukan di masyarakat cukup sulit tetapi karena untuk
mengevaluasi, maka perlu ditetapkan beberapa pilar yang sebagai indicator. Atas
dasar pertimbangan tersebut, telah ditetapkan yang merupakan unsur-unsur dari
penggerakkan STBM terdiri dari 5 pilar, yaitu:
1. StopS BAB disembarang Tempat
2. Cuci Tangan Pakai Sabun
3. Pengelolaan makanan dan minuman yang benar
4. Pengeloaan sampah yang benar
5. Pembuangan Air Limbah yang benar
BAB VIII
PENUTUP

Keseimbangan dalam pelayanan kesehatan merupakan kunci pokok dalam


penyediaan pelayanan kesehatan dasar. Keseimbangan antara pelayanan didalam
gedung harus seimbang dengan pelayanan keluar dengan jangkauan yang lebih luas.
Ada kecenderungan bhwa petugas kesehatan hanya berdiam diri didalam gedung
menanggapi kebutuhan masyarakat dalam bidang pelayanan kesehatan. Cara ini
sangat tidak menunjang dalam pelayanan public khususnya kesehatan karena
petugas puskesmas juga dituntut untuk melakukan pelayanan ke masyarakat
sebagai upaya promotif dan preventif. Diperlukan manajemen untuk dapat
melaksanakan dan dari berbagai teknik manajemen perlu diadaptasi dengan keadaan
disetiap puskesmas. Manajemen puskesmas merupakan penunjang
terselenggaranya UKP dan UKM yang sesuai dengan azas penyelenggaraan
puskesmas. Dokumen-dokumen yang melengkapi pedoman ini terdiri dari SK Kepala
Puskesmas, Kerangka Acuan (KAK), SOP, PP, Permenkes, Juklak/Juknis (terlampir).
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI, 2007. Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas. Direktorat Bina


Kesehatan Masyarakat.Jakarta

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 Tentang


Standar Puskesmas.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2016 Tentang


Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2015 Tentang


Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Lingkungan di Puskesmas.

Anda mungkin juga menyukai