Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lingkungan merupakan satu bagian yang memiliki pengaruh besar terhadap


manusia, khususnya bagi kesehatan. Ditinjau dari sudut ekologis ada tiga faktor yang
dapat menimbulkan suatu kesakitan, kecacatan dan kematian pada manusia yang
disebut Trias Ekologi (Ecological Triad) atau biasa dikenal dengan Trias Epidemologi,
yaitu agen penyakit, manusia dan lingkungan. Dalam kondisi sehat terjadi
keseimbangan antara ketiga komponen ini. Apabila terjadi gangguan dalam salah satu
komponen misalkan pada lingkungan hingga mencapai tingkat tertentu maka akan
memudahkan agen penyakit untuk masuk kedalam tubuh manusia (Anggina:2016)

Program pembangunan kesehatan adalah bagian integral dari pembangunan


nasional. Tujuan yang ingin dicapai dalam pembangunan kesehatan adalah tercapainya
kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat terwujudkan derajat
kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan
nasional. Tujuan ini dapat tercapai bila pemerintah dan masyarakat dapat bekerja sama
dan bertanggung jawab dalam pelaksanaan dan pengawasan nasional.

Kesehatan merupakan hal yang paling esensi bagi setiap manusia. Oleh karena
itu pembangunan kesehatan sangatlah penting artinya karena bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran, kemampuan hidup sehat serta bagi setiap orang agar
terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang


bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di tingkat kecamatan.
Konsep puskesmas mulai diperkenalkan sejak tahun 1968, dilatar belakangi oleh tujuan
bangsa indonesia sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea
4 , yaitu untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan
bangsa. Derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh empat faktor yaitu faktor
lingkungan perumahan dan pemukiman, faktor keturunan, faktor pelayanan kesehatan,

1
dan faktor perilaku. Keadaan kesehatan lingkungan dewasa ini masih jauh dari yang
diharapkan, disamping karena kondisi lingkungan yang makin buruk juga karena belum
terpenuhinya kebutuhan sanitasi dasar yaitu sanitasi yang minimal diperlukan untuk
menyehatkan lingkungan (Alfian :2013).

Salah satu pendekatan dalam rangka upaya mencapai derajat kesehatan


masyarakat yang optimal tersebut yaitu dengan melaksanakan dan mengembangkan
upaya kesehatan melalui Puskesmas. Upaya kesehatan di Puskesmas meliputi bidang
promotif, preventif, curatif dan rehabilitatif penderita pada masyarakat di sekitarnya.
Puskesmas bertanggung jawab untuk menyelenggarakan program-program yang
berupaya untuk meningkatkan kesehatan perorangan dan kesehatan masyarakat serta
pemberdayaan masyarakat, yang merupakan pelayanan tingkat pertama dari sistem
kesehatan nasional. Upaya kesehatan tersebut dikelompokkan menjai dua, yakni upaya
kesehatan wajib dan upaya promosi kesehatan, kesehatan lingkungan, kesehatan ibu
dan anak, keluarga berencana, perbaikan gizi masyarakat, pencegahan dan
pemberantasan penyakit menular dan pengobatan. Sementara itu, upaya kesehatan
pengembangan ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di
masyarakat setempat serta yang disesuaikan dengan kemampuan puskesmas.

Pengelolaan lingkungan merupakan upaya untuk memecahkan, memperbaiki


dan meningkatkan mutu lingkungan, agar fungsi linkungan bagi manusia dan makhluk
hidup lainnya dapat terpenuhi secara manusiawi. Tetapi pada dasarnya manusia belum
menyadari bahwa lingkungan yang bersih dapat membuat lingkungan yang sehat jauh
dari penyakit khususnya penyaki yang berbasis lingkungan. Masalah penyakit berbasis
lingkungan disebabkan oleh kondisi lingkungan yang tidak memadai, baik kualitas
maupun kuantitasnya serta perilaku hidup masyarakat masih rendah yang
menyebabkan penyakit-penyekit seperti ISPA, TB Paru, Malaria, DBD, Kulit dan
lainnya. Merupakan 10 besar penyakit di Puskesmas dan merupakan pola penyakit di
Indonesia.

Upaya kesehatan dibidang Kesehatan Lingkungan dimaksudkan juga sebagai


pencegahan timbulnya suatu penyakit yang berhubungan dengan lingkungan
diantaranya malaria, diare, dan kecacingan. Petugas puskesmas sebagai pengelola

2
klinik sanitasi dituntut mempunyai pengetahuan dan keterampilan dalam membantu
menemukan dan menyelesaikan masalah lingkungan yang berkaitan dengan penyakit
berbasis lingkungan yang banyak diderita masyarakat. Dengan demikian akan terwujud
upaya pemeberantasan penyakit yang terpadu dengan perbaikan/intervensi lingkungan
yang terfokus pada kelompok resiko tinggi di wilayah puskesmas (Alfian:2013).

Mencegah adalah lebih baik dari pada mengobati bila terjadi suatu penyakit.
Untuk itu diperlukan adanya suatu pemeriksaan sarana air bersih, tempat-tempat
umum, pemeriksaan tempat pengolahan makanan, pemeriksaan jentik, pemeriksaan
rumah sehat, dan penyuluhan yang dikaitkan dengan penyakit yang diderita oleh
pengunjung Puskesmas, dalam hal ini pengunjung puskesmas yang sakitnya berkaitan
dengan kesehatan lingkungan, diberikan penyuluhan oleh petugas sanitasi pada klinik
Sanitasi Puskesmas.

Masalah kesehatan merupakan suatu masalah yang kompleks mulai dari ilmu
yang digunakan dalam penyelenggaraan merupakan multi disiplin, sektor yang terkait
pun meliputi sektoral, serta subjek yang melaksanakannya pun berasal dari berbagai
pihak pada tulisan ini yang akan penulis bahas mengerucut pada masalah pelaku
kesehatan saja, yaitu masyarakat. Masyarakat memiliki porsi yang diperhitungkan
dalam penyelesaian masalah kesehatan dan peningkatan derajat kesehatan.

Kondisi kesehatan di Indonesia masih didominsili oleh penyakit-penyakit


berbasis lingkungan. Hal ini diakibatkan karena tingkat kesadaran masyarakat untuk
meiliki sarana sanitasi khususnya jamban keluarga masih rendah, upaya-upaya yang
dilakukan untuk penigkatan cakupan jamban belum memberikan hasil yang signifikan,
Hal ini disebabkan karena masih banyak masyarakat yang BAB ditempat terbuka,
kegiatan pendekatan perubahan perilaku hygiene dan sanitasi melalui pemberdayaan
masyarakat dengan metode pemicuan STBM.

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) merupakan pendekatan untuk


merubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan
metode pemicuan. STBM menjadi acuan nasional untuk program sanitasi berbasis
masyarakat sejak lahirnya Kepmenkes No 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Strategi
Nasional Sanitasi Total Berbasis masyarakat.

3
B. Tujuan

a. Tujuan Umum

meningkatkan jumlah masyarakat yang BAB di jamban dan meningkatkan


kesadaran masyarakat terhadap perubahan hygiene sanitasi lingkungan. Dan untuk
melihat fasilitas kesehatan yang ada di sekolah dasar.

b. Tujuan Khusus

 Untuk menambah pengetahuan tentang pentingnya menjaga lingkungan.


 Untuk merubah kebiasaan masyarakat dari tidak baik menjadi baik
 Untuk merubah perilaku tidak sehat menjadi sehat.
 Melihat fasilitas kesehatan yang ada di sekolah dasar

C. Sasaran kegiatan

 Semua Masyarakat yang ada di wilayah kerja Puskesmas Bontomarannu


 Semua Masyarakat terutama yang masih BABS
 Semua lingkungan yang ada di wilaya kerja puskesmas Bontomarannu

D. Manfaat kegiatan

 Agar bisa mengetahui dampak akibat kebiasaan yang tidak sehat


 Masyarakat bisa mengetahui apa-apa saja kekurangan dari daerah tersebut.
 Agar bisa memberikan fasilitas kesehatan yang lebih baik di sekolah

E. Pembiayaan Pelaksanaan kegiatan

Pelaksanaan kegiatan pemicuan STBM dan penyuluhan Inspeksi kesehatan


lingkungan (TTU) Di sekolah dasar di anggarkan pada dana BOK Puskesmas.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pemeriksaan sanitasi tempat-tempat umum


Definisi sanitasi menurut WHO adalah usaha pengcegahan/pengendalian semua
factor lingkungan fisik yang dapat memberikan pengaruh terhadap manusia terutama
yang sifatnya merugikan/ berbahaya terhadap perkembangan fisik, kesehatan dan
kelangsungan hidup manusia.
Definisi tempat-tempat umum (TTU) adalah suatu tempat dimana umum (Semua
orang) dapat masuk ke tempat tersebut untuk berkumpul mengadakan kegiatan baik
secara insidentil maupun terus menerus.
Suatu tempat dikatakan umum bila memenuhi criteria :
1. Diperuntukan masyarakat umum
2. Mempunyai bangunan tetap/permanen
3. Tempat tersebut ada aktivitas pengelola, pengunjung/pengusaha.
4. Pada tempat tersebut tersedia fasilitas.
a. Fasilitas kerja pengelola
b. Fasilitas sanitasi, seperti penyediaan air bersih , bak sampah, WC/Urinoir,
kamar mandi, pembuangan limbah.

B. Pemeriksaan Sanitasi Sekolah Dasar


a. Pengertian Sekolah Dasar
adalah proses pendidikan yang diberikan kepada anak didik yang mendasari
setiap pendidikan selanjutnya, sekolah merupakan tempat berkumpulnya siswa dan
warga sekolah dalam kegiatan proses belajar mengajar. Sebagian besar waktu anak-
anak dihabiskan di lingkungan sekolah yang aman, nyaman dan sehat sangat
diperlukan untuk mendukung proses belajar mengajar.
Fasilitas Sekolah Dasar meliputi Air bersih, toilet (kamar mandi, WC dan Urinoir),
sarana pembuangan air limbah, sarana pembuangan sampah dan pengendalian vector
di lingkungan sekolah perlu mendapatkan perhatian, fasilitas sanitasi atau kesehatan

5
lingkungan yang tidak memadai merupakan faktor risiko terjadinya berbagai gangguan
esehatan termasuk kecelakaan dan berbagai penyakit berbasis lingkungan.

b. persyaratan sanitasi sekolah dasar meliputi


a) Persyaratan lokasi dan bangunan
b) Persyaratan kesehatan ruang kelas
c) Persyaratan fasilitas sanitasi
d) Persyaratan fasilitas penunjang

b. Waktu Dan Tempat


Waktu Pelaksanaan Inspeksi kesehatan lingkungan (TTU) disekolah Dasar
dilaksanakan pada bulan Agustus 2019. Inpeksi kesehatan Lingkungan kami Lakukan
di SD Manari.
c. Hasil Kegiatan
Dari Hasil Inspeksi kami di SD Manari terdapat WC Siswa yang tidak Terawat
dan kurangnya Air bersih, fasilitas sanitasi atau kesehatan lingkungan yang tidak
memadai merupakan faktor risiko terjadinya berbagai gangguan kesehatan termasuk
kecelakaan dan berbagai penyakit berbasis lingkungan
d. Hambatan

Adapun hambatan yang saya alami pada waktu melaksanakan inspeksi yakni :

 Masih Kurang Terawatnya WC(Toilet)


 Tidak ada Tempat Cuci Tangan
 Terdapat kantin yang pada saat kami kunjungan tutup

e. Tindak Lanjut

 Dilakukan inspeksi kesehatan Lingkungan (TTU) secara berkala


 Diharapkan Kerjasama antara guru dan petugas sanitasi agar sekolah bisa
memiliki fasilitas lingkungan sekolah yang aman, nyaman dan sehat sangat
diperlukan untuk mendukung proses belajar mengajar

C. Pengertian STBM

6
STBM ( Sanitasi total berbasis masyarakat) merupakan pendekatan untuk
merubah perilaku higienis dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan
metode pemicuan. STBM menekankan pada 5 (lima) pilar perubahan perilaku higienis,
yaitu :
1. Stop buang air besar sembarangan (stop babs) adalah kondisi ketika setiap
individu dalam komunitas tidak buang air besar sembarangan
2. Cuci tangan pakai sabun (ctps) adalah perilaku cuci tangan dengan
menggunakan sabun dan air bersih yang mengalir
3. Pengelolaan air minum di rumah tangga (pamrt) adalah pengolahan air minum,
penggunaan wadah penyimpanan air minum yang aman dan perilaku
penanganan air minum agar bebas dari kuman.
4. Pengelolaan sampah rumah tangga adalah pengelolaan sampah rumah tangga
yang terdiri dari pembuatan kompos dari sampah organik, melaksanakan 3r
(reduce, reuse, recycle) dalam pengelolaan sampah rumah tangga
5. Pengelolaan limbah cair rumah tangga adalah pengelolaan limbah cair yang
termasuk didalamnnya drainase yang standar, septik tank.
STBM dicanangkan oleh Menkes sejak Tahun 2008 yang bertujuan ;

       Tujuannya untuk terciptanya kondisi sanitasi total dalam rangka mengurangi
penyakit berbasis lingkungan

       Hasil yang dicapai untuk penurunan kejadian diare dan penyakit berhubungan
dengan lingkungan dan perilaku.

a. Prinsip STBM

1. Mengutamakan keluarga miskin

2. Mengutamakan lingkungan
3. Sesuai kebutuhan
4. Kesetaraan jender
5. Pembangunan berbasis masyarakat
6. Tidak ada subsidi bagi pembangunan sarana sanitasi dasar skala rumah tangga

b. Waktu Dan Tempat

7
Waktu Pelaksanaan pemicuan STBM dilaksanakan pada bulan Agustus 2019,
tempat pelaksanaan di dusun Kanaeng dan di dusun Rita.
c. Hasil Kegiatan
Dari Hasil pemberdayaan masyarakat melalui pemicuan STBM masih terdapat
Masyarakat Yang belum mempunyai jamban dan masih BABS, karena beberapa faktor,
kebiasaan dan masyarakat selalu menunggu bantuan dari pemerintah, terdapat faktor
masyarakat yang ingin membuat jamban tapi lahan bukan milik sendiri
d. Hambatan

Adapun hambatan yang saya alami pada waktu melaksanakan inspeksi yakni :

 Masih luasnya lahan untuk BABS


 Masih kurangnya pengetahuan tentang bahaya BABS
 Sebagian masyarakat menunggu bantuan jamban dari pemerintah

e. Tindak Lanjut

 Dilakukan pemicuan secara berkala


 Diharapkan Kerjasama antara petugas kesehatan dan perangkat desa dalam
pemberian jamban untuk masyarakat.

8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
sekolah perlu mendapatkan perhatian, fasilitas sanitasi atau kesehatan
lingkungan yang tidak memadai merupakan faktor risiko terjadinya berbagai gangguan
kesehatan termasuk kecelakaan dan berbagai penyakit berbasis lingkungan.
masyarakat di dua dusun masih menunggu bantuan pemerintah dan masih
luasnya lahan untuk BABS yang memungkinkan untuk BABS

B. Saran
Perlunya kerja sama antara guru dan petugas sanitarian dan sebaiknya
dilakukan inspeksi secara berkala agar fasilitas sanitasi atau kesehatan lingkungan
lebih memadai hingga siswa dapan aman dan nyaman dalam proses belajar.

9
10

Anda mungkin juga menyukai