PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hal yang paling esensi bagi setiap manusia. Oleh karena
itu pembangunan kesehatan sangatlah penting artinya karena bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran, kemampuan hidup sehat serta bagi setiap orang agar
terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
1
dan faktor perilaku. Keadaan kesehatan lingkungan dewasa ini masih jauh dari yang
diharapkan, disamping karena kondisi lingkungan yang makin buruk juga karena belum
terpenuhinya kebutuhan sanitasi dasar yaitu sanitasi yang minimal diperlukan untuk
menyehatkan lingkungan (Alfian :2013).
2
klinik sanitasi dituntut mempunyai pengetahuan dan keterampilan dalam membantu
menemukan dan menyelesaikan masalah lingkungan yang berkaitan dengan penyakit
berbasis lingkungan yang banyak diderita masyarakat. Dengan demikian akan terwujud
upaya pemeberantasan penyakit yang terpadu dengan perbaikan/intervensi lingkungan
yang terfokus pada kelompok resiko tinggi di wilayah puskesmas (Alfian:2013).
Mencegah adalah lebih baik dari pada mengobati bila terjadi suatu penyakit.
Untuk itu diperlukan adanya suatu pemeriksaan sarana air bersih, tempat-tempat
umum, pemeriksaan tempat pengolahan makanan, pemeriksaan jentik, pemeriksaan
rumah sehat, dan penyuluhan yang dikaitkan dengan penyakit yang diderita oleh
pengunjung Puskesmas, dalam hal ini pengunjung puskesmas yang sakitnya berkaitan
dengan kesehatan lingkungan, diberikan penyuluhan oleh petugas sanitasi pada klinik
Sanitasi Puskesmas.
Masalah kesehatan merupakan suatu masalah yang kompleks mulai dari ilmu
yang digunakan dalam penyelenggaraan merupakan multi disiplin, sektor yang terkait
pun meliputi sektoral, serta subjek yang melaksanakannya pun berasal dari berbagai
pihak pada tulisan ini yang akan penulis bahas mengerucut pada masalah pelaku
kesehatan saja, yaitu masyarakat. Masyarakat memiliki porsi yang diperhitungkan
dalam penyelesaian masalah kesehatan dan peningkatan derajat kesehatan.
3
B. Tujuan
a. Tujuan Umum
b. Tujuan Khusus
C. Sasaran kegiatan
D. Manfaat kegiatan
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
lingkungan yang tidak memadai merupakan faktor risiko terjadinya berbagai gangguan
esehatan termasuk kecelakaan dan berbagai penyakit berbasis lingkungan.
Adapun hambatan yang saya alami pada waktu melaksanakan inspeksi yakni :
e. Tindak Lanjut
C. Pengertian STBM
6
STBM ( Sanitasi total berbasis masyarakat) merupakan pendekatan untuk
merubah perilaku higienis dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan
metode pemicuan. STBM menekankan pada 5 (lima) pilar perubahan perilaku higienis,
yaitu :
1. Stop buang air besar sembarangan (stop babs) adalah kondisi ketika setiap
individu dalam komunitas tidak buang air besar sembarangan
2. Cuci tangan pakai sabun (ctps) adalah perilaku cuci tangan dengan
menggunakan sabun dan air bersih yang mengalir
3. Pengelolaan air minum di rumah tangga (pamrt) adalah pengolahan air minum,
penggunaan wadah penyimpanan air minum yang aman dan perilaku
penanganan air minum agar bebas dari kuman.
4. Pengelolaan sampah rumah tangga adalah pengelolaan sampah rumah tangga
yang terdiri dari pembuatan kompos dari sampah organik, melaksanakan 3r
(reduce, reuse, recycle) dalam pengelolaan sampah rumah tangga
5. Pengelolaan limbah cair rumah tangga adalah pengelolaan limbah cair yang
termasuk didalamnnya drainase yang standar, septik tank.
STBM dicanangkan oleh Menkes sejak Tahun 2008 yang bertujuan ;
Tujuannya untuk terciptanya kondisi sanitasi total dalam rangka mengurangi
penyakit berbasis lingkungan
Hasil yang dicapai untuk penurunan kejadian diare dan penyakit berhubungan
dengan lingkungan dan perilaku.
a. Prinsip STBM
2. Mengutamakan lingkungan
3. Sesuai kebutuhan
4. Kesetaraan jender
5. Pembangunan berbasis masyarakat
6. Tidak ada subsidi bagi pembangunan sarana sanitasi dasar skala rumah tangga
7
Waktu Pelaksanaan pemicuan STBM dilaksanakan pada bulan Agustus 2019,
tempat pelaksanaan di dusun Kanaeng dan di dusun Rita.
c. Hasil Kegiatan
Dari Hasil pemberdayaan masyarakat melalui pemicuan STBM masih terdapat
Masyarakat Yang belum mempunyai jamban dan masih BABS, karena beberapa faktor,
kebiasaan dan masyarakat selalu menunggu bantuan dari pemerintah, terdapat faktor
masyarakat yang ingin membuat jamban tapi lahan bukan milik sendiri
d. Hambatan
Adapun hambatan yang saya alami pada waktu melaksanakan inspeksi yakni :
e. Tindak Lanjut
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
sekolah perlu mendapatkan perhatian, fasilitas sanitasi atau kesehatan
lingkungan yang tidak memadai merupakan faktor risiko terjadinya berbagai gangguan
kesehatan termasuk kecelakaan dan berbagai penyakit berbasis lingkungan.
masyarakat di dua dusun masih menunggu bantuan pemerintah dan masih
luasnya lahan untuk BABS yang memungkinkan untuk BABS
B. Saran
Perlunya kerja sama antara guru dan petugas sanitarian dan sebaiknya
dilakukan inspeksi secara berkala agar fasilitas sanitasi atau kesehatan lingkungan
lebih memadai hingga siswa dapan aman dan nyaman dalam proses belajar.
9
10