Anda di halaman 1dari 4

A.

Latar Belakang
Masalah kesehatan merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam
mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Melalui pembangunan di bidang
kesehatan diharapkan akan semakin meningkatkan tingkat kesehatan masyarakat dan
pelayanan kesehatan dapat dirasakan olehsemua lapisan masyarakat secara memadai.
Berhasilnya pembangunan kesehatan ditandai dengan lingkungan yang kondusif,
perilaku masyarakat yang proaktif untuk memelihara dan meningkakan kesehatan serta
mencegah terjadinya penyakit, pelayanan kesehatan yang berhasil dan berdaya guna
tersebar merata diseluruh wilayah Indonesia. Akan tetapi pembangunan kesehatan di
Indonesia masih jauh dari yang diharapkan. 
Salah satu yang masih menjadi permasalahan dalam kacamata kesehatan yaitu
Malaria. Secara langsung, malaria dapat menyebabkan anemia dan menurunkan tingkat
produktivitas. Penyakit ini juga menjadi salah satu pembunuh terbesar terutama pada
kelompok dengan faktor risiko tinggi misalnya bayi, anak balita dan Ibu hamil. Upaya
penanggulangan malaria masih menjadi target utama dalam pencapaian derajat
kesehatan masyarakat yang optimal. Hal ini dikarenakan penyakit malaria masih
endemis di daerah-daerah tertentu terutama di negara-negara beriklim tropis seperti
benua asia dan afrika.
Konsep hidup sehat H. L. Blum sampai saat ini masih relevan untuk diterapkan.
Kondisi sehat secara holistik bukan saja kondisi sehat secara fisik melainkan juga
spiritual dan sosial dalam bermasyarakat. Untuk menciptakan kondisi sehat seperti ini
diperlukan suatu keharmonisan dalam menjaga kesehatan tubuh. Menurut H. L. Blum
ada empat faktor utama yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarat yang
merupakan faktor determinan timbulnya masalah kesehatan. Keempat faktor tersebut
terdiri dari faktor perilaku, gaya hidup (life style), faktor lingkungan (sosial, ekonomi,
politik, budaya), faktor pelayanan kesehatan (jenis cakupan dan kualitasnya) dan faktor
genetik (keturunan).
Program yang dijalankan oleh WHO dalam penangulangan penyakit malaria lebih
bersifat kuratif, seperti penggunaan insektisida dalam pemberantasan vektor malaria.
Dengan adanya kemajuan di bidang kesehatan, hendaknya upaya penanggulangan suatu
penyakit atau permasalahan kesehatan lebih mengutamakan prinsip pencegahan
(preventif). Upaya pencegahan penyakit merupakan suatu upaya untuk menigkatkan
kesehatan komunitas bukan hanya terbatas pada individual sehingga diharapkan target
yang tercapai menjadi lebih luas.
Upaya preventif ini juga dapat dilakukan dalam penanggulangan malaria. Hal
yang dapat dilakukan baik oleh stake holder maupun petugas lapangan adalah
memprioritaskan program intervensi terhadap perilaku dan lingkungan dalam setiap
upaya peningkatan derajat kesehatan. Hal ini sejalan dengan teori yang dikembangkan
oleh H. L. Blum bahwa faktor yang memberikan kontribusi paling besar terhadap status
kesehatan seseorang adalah perilaku dan lingkungan.

B. Konsep H. L. Blum
Semua negara di dunia menggunakan konsep H. L. Blum dalam menjaga
kesehatan warga negaranya. Untuk negara maju saat ini sudah fokus pada peningkatan
kualitas sumber daya manusia. Sehingga asupan makanan anak mereka begitu dijaga
dari segi gizi sehingga akan melahirkan keturunan yang berbobot. Sedangkan
kondisi yang dialami Indonesia sebagai negara agraris, segala regulasi pemerintah
tentang kesehatan fokus pada penanggulangan kekurangan gizi masyarakatnya.
Bahkan banyak masyarakat kota yang mengalami kekurangan gizi. Berdasarkan dari
hasil penelitian membuktikan wilayah indonesia potensial sebagai lahan pangan dan
perternakan karena wilayahnya yang luas dengan topografi yang mendukung. Hal ini
terjadi karena kurangnya  mempertimbangkan dari segi kesehatan masyarakat, sehingga
kebijakan yang dibuat hanya dari sudut pandang kejadian sehat dan sakit.
Dalam konsep H. L. Blum ada faktor determinan yang dikaji, masing-masing
faktor saling keterkaitan dan berikut penjelasannya.
1. Lingkungan
Lingkungan memiliki pengaruh yang peranannya terbesar diikuti perilaku,
fasilitas kesehatan dan keturunan. Lingkungan berhubungan dengan aspek
fisik dan sosial. Lingkungan yang berhubungan dengan aspek fisik contohnya
sampah, air, udara, tanah, ilkim, perumahan dan sebagainya. Sedangkan
lingkungan sosial merupakan hasil interaksi antar manusia seperti kebudayaan,
pendidikan, ekonomi, dan sebagainya.
Berbicara mengenai lingkungan sering kali kita meninjau dari kondisi fisik.
Lingkungan yang memiliki kondisi sanitasi buruk dapat menjadi sumber
berkembangnya penyakit. Hal ini jelas membahayakan kesehatan masyarakat
kita. Terjadinya penumpukan sampah yang tidak dapat dikelola dengan baik,
polusi udara, air dan tanah juga dapat menjadi penyebab. Upaya menjaga
lingkungan menjadi tanggung jawab semua pihak untuk itulah perlu kesadaran
semua pihak. Puskesmas sendiri memiliki program kesehatan lingkungan dimana
berperan besar dalam mengukur, mengawasi dan menjaga kesehatan lingkungan
masyarakat. Namun di puskesmas saat ini jumlah tenaga kesehatan lingkungan
sangat terbatas padahal banyak penyakit yang berasal dari lingkungan kita seperti
diare, demam berdarah, malaria, TBC, cacar dan sebagainya.
Disamping lingkungan fisik juga ada lingkungan sosial yang berperan.
sebagai mahluk sosial kita membutuhkan bantuan orang lain, sehingga interaksi
individu satu dengan yang lainnya harus terjalin dengan baik. Kondisi lingkungan
sosial yang buruk dapat menimbulkan masalah seperti kejiwaan.
2. Perilaku Masyarakat
Perilaku merupakan faktor kedua yang mempengaruhi derajat kesehatan
masyarakat karena sehat atau tidak sehatnya lingkungan kesehatan individu,
keluarga dan masyarakat sangat tergantung pada perilaku manusia itu sendiri.
Disamping itu,  juga dipengaruhi oleh kebiasaan, adat istiadat, kebiasaan,
kepercayaan, pendidikan sosial ekonomi, dan perilaku-perilaku lain yang
melekat pada dirinya.
Perilaku masyarakat dalam menjaga kesehatan sangat memegang peranan
penting untuk mewujudkan Indonesia sehat. Hal ini dikarenakan budaya hidup
bersih dan sehat harus dapat dimunculkan dari dalam diri masyarakat untuk
menjaga kesehatannya. Diperlukan suatu program untuk menggerakan
masyarakat menuju satu misi Indonesia sehat. Sebagai tenaga motorik tersebut
adalah orang yang memiliki kompetensi dalam menggerakan masyarakat dan
paham akan nilai kesehatan masyarakat. Masyarakat yang berperilaku hidup
bersih dan sehatakan menghasilkan budaya menjaga lingkungan yang bersih
dan sehat.
Pembuatan peraturan tentang berperilaku sehat juga harus dibarengi dengan
pembinaan untuk menumbuhkan kesadaran pada masyarakat. Sebab, apabila
upaya dengan menjatuhkan sanksi hanya bersifat jangka pendek. Pembinaan
dapat dimulai dari lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Tokoh-tokoh
masyarakat sebagai role model harus diajak turut serta dalam mensukseskan
program-program kesehatan.
3. Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan merupakan faktor ketiga yang mempengaruhi derajat
kesehatan masyarakat karena keberadaan fasilitas kesehatan sangat menentukan
dalam pelayanan pemulihan kesehatan, pencegahan terhadap penyakit,
pengobatan dan keperawatan serta kelompok dan masyarakat yang memerlukan
pelayanan kesehatan. Ketersediaan fasilitas dipengaruhi oleh lokasi, apakah dapat
dijangkau atau tidak. Kedua adalah tenaga kesehatan pemberi pelayanan,
informasi dan motivasi masyarakat untuk mendatangi fasilitas dalam memperoleh
pelayanan serta program pelayanan kesehatan itu sendiri apakah sesuai dengan
kebutuhan masyarakat yang memerlukan.
Kondisi pelayanan kesehatan juga menunjang derajat kesehatan
masyarakat. Pelayanan kesehatan yang berkualitas sangatlah dibutuhkan.
Masyarakat membutuhkan posyandu, puskesmas, rumah sakit dan pelayanan
kesehatan lainnya untuk membantu dalam mendapatkan pengobatan dan
perawatan kesehatan. Terutama untuk pelayanan kesehatan dasar yang memang
banyak dibutuhkan masyarakat. Kualitas dan kuantitas sumber daya manusia di
bidang kesehatan juga mesti ditingkatkan.
Puskesmas sebagai garda terdepan dalam pelayanan kesehatan masyarakat
sangat besar perananya. Sebab di puskesmaslah akan ditangani masyarakat yang
membutuhkan edukasi dan perawatan primer.
4. Genetik (Keturunan)
Dalam hal ini kita harus memperhatikan status gizi balita sebab pada masa
inilah perkembangan otak anak yang menjadi aset dimasa mendatang. Namun
masih banyak permasalahan anak Indonesia yang status gizinya
kurang bahkan buruk meskipun potensi alam Indonesia cukup mendukung. Oleh
sebab itulah program penanggulangan kekurangan gizi dan peningkatan
status gizi masyarakat masih tetap diperlukan. Utamanya program posyandu yang
biasanya dilaksanakand i tingkat RT/RW. Dengan berjalannya program ini maka
akan terdeteksi secaradini status gizi masyarakat dan cepat dapat tertangani.
Program pemberian makanan tambahan di posyandu masih perlu terus
dijalankan, terutamanya daerah dengan tingkat ekonomi dan tingkat pendidikan
masyarakatnya rendah. Pengukuran berat badan balita sesuai dengan kms harus
rutin dilakukan. Hal ini untuk mendeteksi secara dini status gizi balita. Bukan
saja pada gizi kurang namun kondisi obesitas juga perlu dihindari.

Anda mungkin juga menyukai