Anda di halaman 1dari 5

TUGAS KELOMPOK 1

PENGEMBANGAN MEDIA PROMOSI KESEHATAN

“TEORI HENDERICK L BLOOM ( PERILAKU/LIFE STYLE, LINGKUNGAN,


PELAYANAN KESEHATAN, GENETIK)”

ANGGOTA:
NAMA NIM
Astrialita L Sinurat 230101082
Rosita Duyo 230101095
Renti Situmorang 230101094
Pestaria Berliana Tamba 230101092
Arni Sinurat 230101081
Lasma Sihaloho 230101088

DOSEN: Dr. Wisnu Hidayat, M.Kes

PRODI PROMOSI KESEHATAN


PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
DIREKTORAT PASCASARJANA UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
MEDAN
2024
A. Teori H.L. Bloom
Konsep hidup sehat H.L. Bloom saat ini masih relevan untuk diterapkan. Kondisi
sehat secara holistic bukan saja kondisi sehat secara fisik melainkan juga spiritual dan
social dalam bermasyarakat. Untuk menciptakan kondisi sehat seperti ini diperlukan
suatu keharmonisan dalam menjaga kesehatan tubuh. H.L. Bloom ada empat faktor utama
yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Keempat faktor tersebut merupakan
faktor determinan timbulnya masalah kesehatan. Keempat faktor tersebut terdiri dari
faktor perilaku/gaya hidup (life style), faktor lingkungan (social, ekonomi, politik,
budaya), faktor pelayanan kesehatan (jenis cakupan dan kualitasnya), dan faktor genetik
(keturunan).
Keempat faktor tersebut saling berinteraksi yang mempengaruhi kesehatan
perorangan dan derajat kesehatan masyarakat. Diantara faktor tersebut faktor perilaku
manusia merupakan faktor determinan yang paling besar dan paling sukar ditanggulangi,
disusl dengan faktor lingkungan. Hal ini disebabkan karena faktor perilaku yang lebih
dominan dibandingkan dengan faktor lingkungan karena faktor lingkungan hidup
manusia juga sangat dipengaruhi oleh perilaku masyarakat (Konsep H.L. Bloom dalam
(Nurfaika, 2022))
1. Perilaku / Tingkah Laku (Life Style)
Perilaku merupakan faktor kedua yang mempengaruhi derajat kesehatan
masyarakat karena sehat atau tidak sehatnya lingkungan kesehatan individu, keluarga
dan masyarakat sangat tergantung pada perilaku manusia itu sendiri. Di samping itu,
juga dipengaruhi oleh kebiasaan, adat istiadat, kebiasaan, kepercayaan, pendidikan
social ekonomi, dan perilaku-perilaku lain yang melekat pada dirinya (ASDIA,
2016). Contohnya: perilaku masyarakat yang sering mengkonsumsi junk food dapat
meningkatkan risiko beberapa penyakit, seperti obesitas, diabetes, hipertensi, dan
gangguan lemak darah atau dislipidemia. Selain itu, makanan cepat saji dalam waktu
yang lama juga akan mempengaruhi kesehatan gigi.
Dalam proses pembentukan perilaku, Bloom membagi 3 tingkat ranah
perilaku sebagai berikut :

a. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil “tahu: dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra
manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Sebagian besar pengetahuan menusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang (overt behaviour).
b. Sikap (attitude)
Sikap adalah juga respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek
tertentu, yang sudah melibatkan factor pendapat dan emosi yang bersangkutan
(senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya). Sikap
juga mempunyai tingkat berdasarkan intensitasnya, sebagai berikut: menerima
(receiving), menanggapi (responding), menghargai (valuing), bertanggung jawab
(responsible), tindakan atau praktik (practice), praktik terpimpin (guided respons),
praktik secara mekanisme (mechanism), dan adopsi (adoption).
c. Perilaku Sehat
Kondisi sehat dapat dicapai dengan mengubah perilaku dari yang tidak sehat
menjadi perilaku sehat menciptakan lingkungan sehat dirumah tangga. Menurut
Becker, konsep perilaku sehat ini merupakan pengembangan dari konsep perilaku
kesehatan menjadi tidak domain, yakni pengetahuan kesehatan (health
knowledge), sikap terhadap kesehatan (health attitude) dan praktik kesehatan
(health practice).
2. Lingkungan
Lingkungan ini meliputi lingkungan fisik (baik natural atau buatan manusia),
dan sosio kultur (ekonomi, pendidikan, pekerjaan, dll). Pada lingkungan fisk,
kesehatan akan dipengaruhi oleh kualitas sanitasi lingkungan dimana manusia itu
berada. Hal ini dikarenakan banyak penyakit yang bersumber dari buruknya kualitas
sanitasi lingkungan, misalnya ; ketersediaan air bersih pada suatu daerah akan
mempengaruhi derajat kesehatan karena air merupakan kebutuhan pokok manusia
dan manusia selalu berinteraksi dengan air dalam kehidupan sehari- hari. Sedangkan
lingkungan sosial berkaitan dengan kondisi perekonomian suatu masyarakat.
Semakin miskin individu/masyarakat maka akses untuk mendapatkan derajat
kesehatan yang baik maka akan semakin sulit. Contoh: Keadaan social budaya
seperti budaya memberikan pisang dan madu pada bayi baru lahir yang dipercaya
dapat lebih membuat bayi kenyang. Padahal hal tersebut adalah salah satu tindakan
yang dapat membahayakan bayi, karena bayi baru lahir belum dapat mencerna
makanan dengan baik.
3. Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan merupakan faktor ketiga yang mempengaruhi derajat
kesehatan masyarakat karena keberadaan fasilitas kesehatan sangat menentukan
dalam pelayanan pemulihan kesehatan, pencegahan terhadap penyakit, pengobatan
dan keperawatan serta kelompok dan masyarakat yang memerlukan pelayanan
kesehatan. Ketersediaan fasilitas dipengaruhi oleh lokasi, apakah dapat dijangkau
atau tidak. Yang keduan adalah tenaga kesehatan pemberi pelayanan, informasi dan
motivasi masyarakat untu mendatangi fasilitas untuk memperoleh pelayanan serta
program pelayanan kesehatan itu sendiri apakah sesuai dengan kebutuhan
masyarakat yang memerlukan. Kondisi pelayanan kesehatan juga menunjang derajat
kesehatan masyrakat. Pelayanan kesehatan yang berkualitas sangatlah dibutuhkan.
Masyarakat membutuhkan posyandu, puseksmas, rumah sakit dan pelayanan
kesehatan lainnya untuk membantu dalam mendapatkan pengobatan dan perawatan
kesehatan. Terutama untuk pelayanan kesehatan dasar yang memang banyak
dibutuhkan masyarakat. Kualitas dan kuantitas sumber daya manusia di bidang
kesehatan juga mesti ditingkatkan. Contoh: fasilitas pelayanan yang baik akan
mempercekat kesehatan masyarakat, fasilitas pelayanan disini bisa mutu pelayanan,
ketersediaan tenaga yang merata sampai ke pelosok.
4. Genetik / Keturunan
Faktor genetik ini sangat berpengaruh pada derajat kesehatan. Hal ini karena
ada beberapa penyakit yang diturunkan lewat genetic, seperti leukemia. Faktor
hereditas sulit untuk diintervensi karena hal ini merupakan bawaan dari lahir dan jika
dapat diintervensi maka harga yang dibayar sangat mahal. Contoh: faktor genetik
biasanya jika orang tua memiliki riwayat asma kemungkinan akan di turunkan
kepada anak nya.
DAFTAR PUSTAKA
ASDIA. (2016, 6 10). Teori Hendrik L Blum. Retrieved 11 16, 2021, from www.scribd.com:
https://www.scribd.com/doc/312089636/Teori-Hendrik-L-Blum

KEMENKES RI. (2019). Buku Saku Tahapan Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan
Bagi Kader. Direktorat Promkes Dan Pemberdayaan Masyarakat Kemenkes, 28.

Notoatmodjo, S. (2012). Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. In Jakarta: Rineka Cipta.

Nurfaika. (2022). Materi HL Blum Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan dan Contohnya.
70200121099, 1–6.

Nurmala. (2018). 9 786024 730406. https://repository.unair.ac.id/87974/2/Buku Promosi


Kesehatan.pdf

Susilowati, D. (2016). Promosi Kesehatan.

Trisutrisno et al., I. (2022). Pendidikan dan Promosi Kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai