Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PROMOSI KESEHATAN
“ Determinan Kesehatan ”

Disusun Oleh ;
Munairah (G1D122114)
Kelas 2D
Dosen Pengampuh : M. Ridwan SKM.MPH

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2023
BAB 1 PEMBAHASAN

1.1 Determinan Kesehatan


Determinan merupakan istilah insklusif, mencakup faktor resiko dan kausa
penyakit. Faktor resiko merupakan semua faktor yang berhubungan dengan
meningkatkan probadibilitas terjadinya penyakit.(Sitorus et al. 2020)
Teori klasik yang dikembangkan oleh Blum (1974) mengatakan bahwa adanya 4
determinan utama yang mempengaruhi derajat kesehatan individu, kelompok atau
masyarakat. Empat determinan tersebut secara berturut-turut besarnya pengaruh
terhadap kesehatan adalah:
1. Lingkungan
2. Perilaku
3. Pelayanan kesehatan,
4. Keturunan atau herediter
Keempat faktor tersebut saling berinteraksi yang mempengaruhi kesehatan
perorangan dan derajat kesehatan masyarakat.Diantara faktor tersebut faktor
perilaku manusia merupakan faktor determinan yang paling besar dan paling sukar
ditanggulangi, disusul dengan faktor lingkungan.Hal ini disebabkan karena faktor
perilaku yang lebih dominan dibandingkan dengan faktor lingkungan karena
lingkungan hidup manusia juga sangat dipengaruhi oleh perilaku masyarakat. (P
2012)
Dari semua 4 faktor ini, efek yang paling berperan sebagai determinan penyakit
menular adalah lingkungan dan perilaku. Untuk terjadinya demam berdarah,
lingkungan tang bersih dan sehat l dengan membersihkan larva setiap minggu akan
mengurangi risiko terjadinya demam berdarah karena mengurangi jumlah vektor
penyakit. Untuk kejadian diare, dengan selalu menggunakan air bersih dan toilet
yang memenuhi syarat serta mencuci tangan akan mengurangi risiko diare. Dapat
disimpulkan bahwa Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Perilaku dalam tatanan rumah
tangga merupakan determinan kesehatan.(Raksanagara and Raksanagara 2016)
Dalam teori eko-sosial kesehatan, Dahlgren dan Whitehead (1991) menjelaskan
bahwa kesehatan/ penyakit yang dialami individu dipengaruhi oleh faktor-faktor yang
terletak di berbagai lapisan lingkungan, sebagian besar determinan kesehatan
tersebut sesungguhnya dapat diubah (modifiable factors).
Lapisan pertama (level mikro, hilir/ downstream) determinan kesehatan meliputi
perilaku dan gaya hidup individu, yang meningkatkan ataupun merugikan kesehatan,
misalnya pilihan untuk merokok atau tidak merokok. Pada level mikro, faktor
konstitusional genetik berinteraksi dengan paparan lingkungan dan memberikan
perbedaan apakah individu lebih rentan atau lebih kuat menghadapi paparan
lingkungan yang merugikan. Perilaku dan karakteristik individu dipengaruhi oleh pola
keluarga, pola pertemanan, dan norma-norma di dalam komunitas.
Lapisan kedua (level meso) adalah pengaruh sosial dan komunitas, yang
meliputi norma komunitas, nilai-nilai sosial, lembaga komunitas, modal sosial,
jejaring sosial, dan sebagainya.
Lapisan ketiga (level ekso) meliputi faktor-faktor struktural: lingkungan
pemukiman/ perumahan/ papan yang baik, ketersediaan pangan, ketersediaan
energi, kondisi di tempat bekerja, kondisi sekolah, penyediaan air bersih dan sanitasi
lingkungan, akses terhadap pelayanan kesehatan yang bermutu, akses terhadap
pendidikan yang berkualitas, lapangan kerja yang layak.
Lapisan terluar (level makro, hulu/ upstream) meliputi kondisi-kondisi dan
kebijakan makro sosial-ekonomi, budaya, dan politik umumnya, serta lingkungan
fisik.
Berdasarkan model determinan eko-sosial kesehatan Dahlgren dan Whitehead
(1991) dapat disimpulkan bahwa kesehatan individu, kelompok, dan komunitas yang
optimal membutuhkan realisasi potensi penuh dari individu, baik secara fisik,
psikologis, sosial, spiritual, dan ekonomi, pemenuhan ekspektasi peran seorang
dalam keluarga, komunitas, tempat bekerja, dan realisasi kebijakan makro yang
dapat memperbaiki kondisi lingkungan makro.

1.2 Promosi Kesehatan dan Kesehatan Mayarakat


Promosi Kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat
melalui pembelajaran dari, oleh untuk dan bersama masyarakat agar masyarakat
dapat menolong diri sendiri dari terjadinya sebuah permasalahan kesehatan.(Siregar
2020)
Kesehatan masyarakat adalah kombinasi antara teori (ilmu) dan Praktek (seni)
yang bertujuan untuk mencegah penyakit, memperpanjang hidup, dan meningkatkan
kesehatan penduduk (masyarakat). Kesehatan masyarakat adalah sebagai aplikasi
keterpaduan antara ilmu kedokteran, sanitasi, dan ilmu sosial dalam mencegah
penyakit yang terjadi di masyarakat.(Jennifer Brier and lia dwi jayanti 2020)
Promosi kesehatan merupakan salah satu bentuk intervensi di bidang kesehatan
untuk memperbaiki status kesehatan masyarakat. Program yang dirancang untuk
memberikan perubahan di bidang kesehatan terhadap manusia, organisasi,
masyarakat dan lingkungan.Hasil yang diharapkan dari suatu promosi atau
pendidikan kesehatan adalah perilaku kesehatan, atau perilaku untuk memelihara
dan meningkatkan kesehatan yang kondusif oleh sasaran dari promosi kesehatan
(Notoadmojo, 2012).
Penyelenggaraan promosi kesehatan dilakukan dengan mengombinasikan
berbagai strategi yang tidak hanya melibatkan sektor kesehatan belaka, melainkan
lewat kerjasama dan koordinasi segenap unsur dalam masyarakat. Hal ini didasari
pemikiran bahwa promosi kesehatan adalah suatu filosofi umum yang
menitikberatkan pada gagasan bahwa kesehatan yang baik merupakan usaha
individu sekaligus kolektif.(Purnamaningsih 2003)
Promosi kesehatan merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat dalam mengendalikan faktor-faktor kesehatan melalui pembelajaran
dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya
sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumberdaya masyarakat, sesuai
sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan
kesehatan.
Promosi kesehatan adalah gabungan antara pendidikan kesehatan yang
didukung oleh kebijakan publik berwawasan kesehatan, karena disadari bahwa
gabungan kedua upaya ini akan memberdayakan masyarakat sehingga mampu
mengontrol determinan-determinan kesehatan. Promosi kesehatan sebagai bagian
dari program kesehatan masyarakat di Indonesia harus mengambil bagian dalam
mewujudkan visi pembangunan kesehatan di Indonesia. Salah satu bentuk
pelaksanaan program promosi adalah pendidikan kesehatan, yang bertujuan untuk
meubah perilaku masyarakat dari yang tidak sehat menjadi sehat.(Kesehatan 2021)

1.3 Faktor Yang Memengaruhi Kesehatan Masyarakat


Hendrik L. Bloom dalam teorinya menyebutkan bahwa status kesehatan
masyarakat dipengaruhioleh empat faktor yaitu lingkungan, prilaku, pelayanan
kesehatan dan keturunan (Hills and Carnol, 2009). Dari keempat faktor tersebut
yang paliing meengaruhi derajat kesehatan adalah lingkungan baik fisik, biologi,
maupun lingkungan sosial secara kumulatif sebesar 40%, kemudian prilaku
kesehatan 30%, disusul pelayanan kesehatan 20% serta faktor genetika sebesar
10%.(Notoadmodjo 2012)

1. Perilaku
Perilaku dari pandangan biologis adalah suatu kegiatan atau aktivitas organism
yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia pada hakikatnya adalah suatu aktivitas
daripada manusia itu sendiri. Perilaku manusia itu mempunyai bentengan yang
sangat luas, mencakup berjalan, berbicara, berpakaian, dan sebagainya.Bahkan
kegiatan internal sperti berpikir, persepsi, dan emosi juga merupakan perilaku
manusia (Effendy & Nasrul, 1998).
Perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang terhadap stimulus yang
berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makan minum,
dan lingkungannya. Domain perilaku kesehatan menurut Bloom mencakup perilaku
kognitif (pengetahuan), afektif (emosi), dan psikomotor (gerakan, tindakan).
(Jentabnifer Brier and lia dwi jayanti 2020)

a. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit


Perilaku seseorang terhadap penyakit, yaitu bagaimana manusia berespon, baik
secara pasif (mengetahui, bersikap, dan mempersepsi) penyakit dan rasa sakit yang
ada pada dirinya dan di luar dirinya, maupun aktif (tindakan) yang dilakukan sebagai
sehubungan dengan penyakit dan tersebut. Perilaku terhadap sakit dan penyakit ini
dengan sendirinya sesuai dengan tingkat-tingkat pencegahan penyakit, yaitu
(Effendy & Nasrul, 1998):
 Perilaku peningkatan dan pemeliharaan kesehatan (health promotion
behavior). Misalnya makan makanan yang bergizi, olahraga, dan sebagainya.
 Perilaku pencegahan penyakit (health prevention behavior), adalah respons
untuk melakukan pencegahan penyakit misalnya tidur memakai kelambu
untuk mencegah gigitan nyamuk. Termasuk juga perilaku untuk tidak
menularkan penyakit kepada orang lain. (World Health Organization; London
School of Hygiene and Tropical Medicine 2017)
b. Perilaku terhadap makanan
Perilaku terhadap makanan (nutrition behavior) yakni respon seseorang
terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan. Perilaku ini meliputi
pengetahuan, persepsi, sikap dan praktik kita terhadap makanan serta unsur-unsur
yang terkandung di dalamnya (zat gizi), pengolahan makanan, dan sebagainya,
sehubungan kebutuhan tubuh kita (Effendy & Nasrul, 1998).
Penerapan perilaku hidup bersih, seperti mencuci tangan sebelum makan
dengan air dan sabun, menyajikan makan dalam keadaan yang tertutup agar tidak
dihinggapi serangga, hidup bersih, seperti mencuci tangan sebelum makan dengan
air bersih dan sabun menyajikan makanan dalam keadaan selalu tertutup agar tidak
dihinggapi serangga/lalat, memasak dengan suhu yang tepat agar kuman mati,
mencuci sayur dan buah hingga bersih, serta menjaga makanan dan minuman agar
tidak tercemr oleh logam berat.
Penerapan pola hidup bersih berkaitan dengan bagaimana hygiene sanitasi
penyelengaraan makanan keluarga (Kurniasih et al, 2010).
Higiene personal pada saat mengolah makanan sangat diperlukan agar
menghasilkan makanan yang terhindar dari kuman dan terhindar dari efek fatal yaitu
keracunan makanan, seperti:
a) Mencuci tangan sebelum makan dengan air bersih dan sabun
b) Menyajikan makanan dalam keadaan selalu tertutup agar tak dihinggapi
serangga/lalat
c) Memasak makanan dengan suhu yang tepat agar kuman mati
d) Mencuci sayur dan buah hingga bersih, serta
e) Menjaga makanan dan minuman agar tidak tercemar oleh logam berat.
c. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan
Perilaku terhadap lingkungan kesehatan (environmental health behavior) adalah
respon seseorang terhadap lingkungan sebagai determinan kesehatan manusia.
Perilaku ini mencakup (Effendy & Nasrul, 1998):
a) Perilaku sehubungan dengan air bersih, termasuk didalamnya komponen,
manfaat, dan penggunaan air bersih untuk kepentingan kesehatan.
b) Perilaku sehubungan dengan air kotor, yang menyangkut segi-segi hygiene
pemeliharaan teknik dan penggunaannya.
c) Perilaku sehubungan dengan ruangan yang sehat, meliputi ventilasi,
pencahayaan, lantai dan sebagainya.

Faktor yang menentukan atau membentuk perilaku ini disebut determinan.


Dalam bidang perilaku kesehatan ada tiga teori yang sering menjadi acuan dalam
penelitian kesehatan.
1.        Teori Lawrence Green
Ada dua determinan masalah kesehatan yaitu faktor perilaku (behavioral factor) dan
faktor nonperilaku (non-behavioral factor). Faktor-faktor tersebut ditentukan oleh tiga
faktor utama.
a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors) yaitu faktor-faktor yang
mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara lain
pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nila-nilai, dan tradisi.
b. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors) yaitu faktor-faktor yang
memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku serta tindakan. Yang dimaksud
dengan faktor pemungkin dalah saran dan prasarana atau fasilitas untuk
terjadinya perilaku kesehatan, misalnya puskesmas, posyandu, rumah sakit,
tempat pembuangan air, tempat pembuangan sampah, tempat olahraga,
makanan bergizi, uang dan sebagainya.
c. Faktor-faktor penguat (reinforcing factors) yaitu faktor-faktor yang mendorong
atau memperkuat terjadinya perilaku.

2.  Teori Snehandu B. Karr


Mengidentisikasi adanya lima determinan perilaku yaitu :
a. Adanya niat (intention)
seseorang untuk bertindak sehubungan dengan objek atau stimulus di luar
dirinya. Misalnya orang mau membuat jamban/WC keluarga di rumahnya
apabila dia mempunyai niat untuk itu.
b. Adanya dukungan dari masyarakat sekitar (social support).
Di dalam kehidupan seseorang di masyarakat, perilaku orang tersebut
cenderung memerlukan legitimasi dari masyarakat sekitarnya. Apabila perilaku
tersebut bertentangan atau tidak memperoleh dukungan dari masyarakat,
maka dia akan merasa kurang atau tidak nyaman. Demikian pula untuk berperilaku
sehat, orang memerlukan dukungan dari masyarakat sekitarnya, minimal tidak
mendapat gunjingan atau bahan pembicaraan masyarakat.
c. Terjangkaunya informasi yaitu tersedianya informasi-informasi terkait
dengan
keluarga mau ikut program keluarga berencana, apabila keluarga ini
memperoleh penjelasan yang lengkap tentang keluarga berencana yaitu tujuan ber
KB, bagaimana cara ber KB (alat-alat kontrasepsi yang tersedia), efek samping dari
KB yang digunakan, dan sebagainya.
d. Adanya otonomi atau kebebasan pribadi untuk mengambil keputusan.
Di Indonesia, terutama ibu-ibu, kebebasan pribadinya masih terbatas,
terutama di pedesaan. Seorang istri dalam pengambilan keputusan masih sangat
tergantung pada suami. Misalnya, untuk membawa anaknya yang sakit ke
puskesmas harus menunggu setelah suaminya pulang kerja. Demikian pula, untuk
periksa hamil, seorang istri harus memperoleh persetujuan dari suami, dan kalu
suami tidak setuju maka tidak akan ada pemeriksaan kehamilan.
e. Adanya kondisi atau situasi yang memungkinkan (action situation).
Untuk bertindak apapun memang diperlukan suatu kondisi dan situasi yang
tepat. Kondisi dan situasi mempunyai pengertian yang luas, baik fasilitas yang
tersedia serta kempuan yang ada. Untuk membangun rumah yang sehat misalnya,
jelas sangat tergantung pada kondisi ekonomi dari orang yang bersangkutan.
Meskipun faktor yang lain tidak da masalah, tetapi apabila kondisi dan situasinya
tidak mendukung, maka perilaku tesebut tidak akan terjadi.

3. Teori Perilaku menurut WHO


Ada empat determinan yaitu :
a. Pemikiran dan perasaan (thought and feeling) yang merupakan hasil
b. Adanya acuan atau referensi dari seseorang atau pribadi yang dipercaya
(personal references).
c. Sumber daya (resources)
d. Sosiobudaya (culture)

2. Faktor lingkungan
Berbicara mengenai lingkungan sering kali kita meninjau dari kondisi fisik.
Lingkungan yang memiliki kondisi sanitasi buruk dapat menjadi sumber
berkembangnya penyakit. Hal ini jelas membahayakan kesehatan masyarakat kita.
Terjadinya penumpukan sampah yang tidak dapat dikelola dengan baik, polusi
udara, air dan tanah juga dapat menjadi penyebab. Upaya menjaga lingkungan
menjadi tanggung jawab semua pihak, untuk itulah perlu kesadaran dari semua
pihak.
Disamping lingkungan fisik juga ada lingkungan sosial yang berperan. Sebagai
mahluk sosial kita membutuhkan bantuan orang lain sehingga interaksi individu satu
dengan yang lainnya harus terjalin dengan baik. Kondisi lingkungan sosial yang
buruk dapat menimbulkan masalah kejiwaan.(Nasrul 1998)

3. Pelayanan kesehatan
Kondisi pelayanan kesehatan juga menunjang derajat kesehatan masyarakat.
Pelayanan kesehatan yang berkualitas sangat dibutuhkan. Masyarakat
membutuhkan posyandu, puskesmas, rumah sakit dan pelayanan kesehatan lainnya
untuk membantu dalam mendapatkan pengobatan dan perawatan kesehatan
terutama untuk pelayanan kesehatan dasar yang memang banyak dibutuhkan
masyarakat. Kualitas dan kuantitas sumber daya manusia di bidang kesehatan juga
harus ditingkatkan. Puskesmas sebagai garda terdepan dalam pelayanan kesehatan
masyarakat sangat besar peranannya sebab di puskesmaslah akan ditangani
masyarakat yang membutuhkan edukasi dan perawatan primer. Peranan Sarjana
Kesehatan Masyarakat sebagai manager yang memiliki kompetensi di bidang
manajemen kesehatan dibutuhkan dalam menyusun program-program kesehatan.
Utamanya program-program pencegahan penyakit yang bersifat preventif sehingga
masyarakat tidaka banyak yang jatuh sakit. Banyak kejadian kematian yang
seharusnya dapat dicegah seperti diare, demam berdarah, malaria, dan penyakit
degeneratif yang berkembang saat ini seperti jantung koroner, stroke, diabetes
mellitus asalkan masyarakat paham dan melakukan nasehat dalam menjaga kondisi
lingkungan dan kesehatannya.

4. Faktor keturunan yang saling mempengaruhi (genetik)


Semua negara di dunia menggunakan konsep Blum dalam menjaga kesehatan
warga negaranya. Untuk negara maju saat ini sudah fokus pada peningkatan
kualitas sumber daya manusia. Sehingga asupan makanan anak-anak mereka
begitu dijaga dari segi gizi sehingga akan melahirkan keturunan yang berbobot.
Kondisi yang berseberangan dialami Indonesia sebagai negara agraris, segala
regulasi pemerintah tentang kesehatan malah fokus pada penanggulangan
kekurangan gizi masyarakatnya. Bahkan dilematisnya, banyak masyarakat kota
yang mengalami kekurangan gizi padahal dari hasil penelitian membuktikan wilayah
Indonesia potensial sebagai lahan pangan dan perternakan karena wilayahnya yang
luas dengan topografi yang mendukung.
Seringkali dalam analisis kesehatan, pemerintah kurang mempertimbangkan
pendapat ahli kesehatan masyarakat (public health) sehingga kebijakan yang dibuat
hanya dari sudut pandang kejadian sehat-sakit.

1.4 Peran Promosi Keehatan

1. Menjaga dan mendukung hak asasi manusia untuk hkdup sehat


2. Landasan awal untuk mencapai visi indonesia sehat 2010
3. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat termasuk menurunkan angka
kematian, meningkatkan sikap atau prilaku hidup sehat masyarakat melalui
program pelayanan kesehatan
4. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan
5. Meningkatkan kewaspadaan masyarakat terhadap penyakit termasuk
pencegahan
6. Mengalihkan subsidi pemerintah pada bidang kuratif dan rehabilitatif pada
bagian promotif dan preventif
7. Menambah wawasan masyarakat melalui penyuluhan, pendidikan, pelatihan.
8. Menciptakan SDM yang baik, karena sehat merupakan awal tiap individu
untuk beraktivitas (belajar, bekerja, dan berkreasi).
DAFTAR PUSTAKA

Agustini, A. (2014). Promosi kesehatan. Deepublish.

Brier, Jennifer, and lia dwi jayanti. 2020. “Kesehatan Masyarakat.” 21(1): 1–9.
http://journal.um-surabaya.ac.id/index.php/JKM/article/view/2203.

Kesehatan, Promosi. 2021. “2021 BAHAN AJAR.”

Nasrul, Effendy. 1998. “Dasar-Dasar Keperawatan-Effendy.” : 1–294.

Notoadmodjo, S. 2012. Jakarta: EGC Promosi Kesehatan & Prilaku Kesehatan.

P, Andang Charisma. 2012. “Universitas Indonesia Tahun 2012.” : 1–15.

Purnamaningsih, Esti Hayu. dkk. 2003. “Kepercayaan Diri Dan Kecemasan


Komunikasi Interpersonal Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Di UKRIM
Yogyakarta.” Jurnal Psikologi 2(2): 67–71.

Raksanagara, Ardini, and Ahyani Raksanagara. 2016. “Perilaku Hidup Bersih Dan
Sehat Sebagai Determinan Kesehatan Yang Penting Pada Tatanan Rumah
Tangga Di Kota Bandung.” Jurnal Sistem Kesehatan 1(1): 30–34.

Siregar, Putra Apriadi. 2020. Buku Ajar Promosi Kesehatan Diktat Dasar Promkes.

Sitorus, Samsider et al. 2020. 2020_Book Chapter_Book Ilmu KesMas.

World Health Organization; London School of Hygiene and Tropical Medicine. 2017.
“Determinan Kesehatan.” BMC Public Health 5(1): 1–8.
https://ejournal.poltektegal.ac.id/index.php/siklus/article/view/298%0Ahttp://
repositorio.unan.edu.ni/2986/1/5624.pdf%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/
j.jana.2015.10.005%0Ahttp://www.biomedcentral.com/1471-
2458/12/58%0Ahttp://ovidsp.ovid.com/ovidweb.cgi?T=JS&P.

Anda mungkin juga menyukai