Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

‘PENANGGULANGAN FILARIS TERHADAP PERUBAHAN


PERILAKU MASYARAKAT DI KABUPATEN PIDIE’

Disusun Oleh :

1. Zainada Corne Lia D.H (P1337425120094)


2. Nok Laila Siyam (P1337425120095)
3. Putri Amalia Mahsun (P1337425120096)
4. Annisa Aulia Putri (P1337425120097)
5. Siti Afiena Nurul A (P1337425120098)
6. Dewi Atiqoh D (P1337425120099)
7. Zahra Destiara (P1337425120100)
8. Lintang Naufal R (P1337425120101)

Program Studi D-III Kesehatan Gigi Semarang

Jurusan Keperawatan Gigi

Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang

2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perilaku adalah perbuatan/Tindakan dan perkataan seseorang yang
sifatnya dapat diamati, digambarkan dan dicatat oleh orang lain ataupun
orang yang melakukannya. Berdasarkan sifatnya perilaku terbagi menjadi
dua, yaitu perilaku baik dan perilaku buruk.Tolak ukur perilaku yang baik dan
buruk inipun dinilai dari norma-norma yang berlaku dimasyarakat. Baik itu
norma agama, hukum, kesopanan, kesusilaan, dan norma-norma lainnya.
Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan
ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangn
kemiskinan. Pembangunan Kesehatan harus dipandang sebagai suatu
investasi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dalam
pengukuran Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Kesehatan adalah salag
satu komponen utama selain Pendidikan dan pendapatan dalam Undang-
undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan ditetapkan bahwa
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup secara produktif secara sosial dan
ekonomi.
Dalam Kesehatan hubungan perilaku sangat erat sekali. Banyak hal
yang tanpa kita sadari dari perilaku yang kecil dapat menimbulkan efek
Kesehatan yang besar bagi seseorang.
Perilaku Kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang
terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, system
pelayanan Kesehatan, makanan, serta lingkungan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari perilaku Kesehatan
2. Apa saja yang termasuk jenis-jenis perilaku Kesehatan
3. Bagaimana upaya perubahan perilaku kesehatan
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari perilaku Kesehatan
2. Untuk mengetahui jenis-jenis perilaku Kesehatan
3. Untuk mengetahui upaya perubahan dari perilaku Kesehatan

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Teori


Perilaku manusia adalah sekumpulan perilaku yang dimiliki oleh
manusia dan dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi, nilai, etika, kekuasaan,
persuasi, dan/atau genetika. Perilaku seseorang dikelompokkan ke dalam
perilaku wajar, perilaku dapat diterima, perilaku aneh, dan perilaku
menyimpang.
Perilaku kesehatan adalah respon seseorang terhadap stimulus atau
objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan
kesehatan, makanan dan minuman serta lingkungan.
Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3
kelompok :
1) Perilaku pemeliharaan kesehatan (Health maintenance)
2) Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan
kesehatan (Health Seeking Behavior)
3) Perilaku kesehatan lingkungan.

Benjamin Bloom, seorang psikolog pendidikan, membedakan adanya


tiga bidang perilaku, yakni kognitif, afektif, dan psikomotor. Kemudian dalam
perkembangannya, domain perilaku yang diklasifikasikan oleh Bloom dibagi
menjadi tiga tingkat, yaitu :

 Pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah
seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan itu terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar
pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga (Notoadmojo, 1993).

 Sikap (attitude)
Sikap adalah suatu bentuk evaluasif atau reaksi perasaan, sikap
seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak
pada objek tersebut. Sikap sebagai efek positif atau efek negative terhadap
objek psikologis (Notoadmojo, 1993).

 Tindakan atau praktik (practice)

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (Overt


Behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata
diperlukan beberapa faktor pendukung atau suatu kondisi yang
memungkinkan.

Tingkatan tindakan ada 4, yaitu :

1) Persepsi (perception), yaitu mengenal dan memilih berbagai objek dengan


tindakan yang diambil.
2) Respon terpimpin (guided respon), yaitu apabila seseorang dapat
melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar.
3) Mekanisme (mechanism), yaitu apabila seseorang dapat melakukan
sesuatu dengan benar secara otomatis atau sesudah itu merupakan
kebiasaan.
4) Adaptasi (adaption), suatu tindakan atau praktek yang sudah berkembang
dengan baik dan dimodifikasi sendiri tanpa mengurangi kebenaran
tindakan tersebut.
Becker mengklasifikasikan perilaku kesehatan menjadi tiga dimensi,
yaitu :
1. Pengetahuan tentang kesehatan mencakup apa yang diketahui
oleh seseorang terhadap cara-cara memelihara kesehatan, seperti
pengetahuan tentang penyakit menular, pengetahuan tentang
faktor-faktor yang terkait atau memengaruhi kesehatan,
pengetahuan tentang fasilitas pelayanan kesehatan, dan
pengetahuan untuk menghindari kecelakaan.
2. Sikap terhadap kesehatan adalah pendapat atau penilaian
seseorang terhadap hal-hal yang berkaitan dengan pemeliharaan
kesehatan, seperti sikap terhadap penyakit menular dan tidak
menular, sikap terhadap faktor-faktor yang terkait dan atau
memengaruhi kesehatan, sikap tentang fasilitas pelayanan
kesehatan, dan sikap untuk menghindari kecelakaan.
3. Praktek kesehatan untuk hidup sehat adalah semua kegiatan atau
aktivitas orang dalam rangka memelihara kesehatan, seperti
tindakan terhadap penyakit menular dan tidak menular, tindakan
terhadap faktor-faktor yang terkait dan atau memengaruhi
kesehatan, tindakan tentang fasilitas pelayanan kesehatan, dan
tindakan untuk menghindari kecelakaan.

Menurut Skinner perilaku kesehatan (healthy behavior) diartikan


sebagai respon seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan
dengan sehat-sakit, penyakit, dan faktor-faktor yang memengaruhi kesehatan
seperti lingkungan, makanan, minuman, dan pelayanan kesehatan. Dengan
kata lain, perilaku kesehatan adalah semua aktivitas atau kegiatan
seseorang, baik yang dapat diamati (observable) maupun yang tidak dapat
diamati (unobservable), yang berkaitan dengan pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan.

Pemeliharaan kesehatan ini mencakup mencegah atau melindungi diri


dari penyakit dan masalah kesehatan lain, meningkatkan kesehatan, dan
mencari penyembuhan apabila sakit atau terkena masalah kesehatan.

2.2 Studi Kasus

PENGARUH DISKUSI KELOMPOK TENTANG PENANGGULANGAN


FILASIS TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU KELUARGA DI KABUPATEN
PIDIE
Nirwan
Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Aceh
ABSTRAK
Kasus Filaris di Kabupaten Pidie cukup tinggi dan cenderung
meningkat, dimana pada tahun 2014 mencapai 86 kasus dan meningkat pada
tahun 2015 menjadi 95 kasus. Kegiatan promosi Kesehatan dalam bentuk
penyuluhan yang dilakukan belum memberikan dampak yang signifikan
terhadap penanggulangan penyakit filaris. Bentuk lain dari promosi
Kesehatan yang dapat dilakukan adalah diskusi kelompok. Tujuan penelitian
adalah untuk mengetahui pengaruh diskusi kelompok pada keluarga terhadap
perubahan perilaku tentang penanggulangan filaris. Desain penelitian yang
digunakan adalah pr experiment one group pre test-post test design. Teknik
sampling secara total populasi sehingga didapatkan jumlah sampel sebanyak
77 keluarga (18 keluarga tidak bersedia menjadi sampel). Pengumpulan data
menggunakan kuisioner pada saat sesi pre test dan post test. Data dianalisa
secara univariat dan bivariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa diskusi
kelompok efektif untuk meningkatkan pengetahuan (P=0,0001), sikap
(P=0,0001) dan Tindakan (P=0,0001) keluarga dalam penanggulangan filaris.
Diskusi kelompok terbukti dapat meningkatkan perilaku keluarga dalam
penanggulangan filaris.

Penderita filaris di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya.


Pada tahun 2012 terdapat 11.903 penderita filaris dan meningkat pada tahun
2013 menjadi 12.714 penderita. Pada tahun 2014 jumlah penderita filaris
Kembali meningkat menjadi 14.932 penderita klinis (Kemenkes RI.,2015).
Provinsi Aceh menempati urutan pertama terbanyak penderita filaris yang
juga meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2012 dan 2013 penderita filaris
di Provinsi Aceh sebanyak 2.359 orang dan meningkat pada tahun 2014
sebanyak 2.375 orang (Kemenkes, 2014).
Kabupaten Pidie merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Aceh
yang tercatat sebagai Kabupaten endemis filaris. Tahun 2014 jumlah kasus
filaris di Kabupaten Pidie mencapai 86 kasus. Jumlah ini terus meningkat
pada tahun 2015 menjadi 95 kasus kronis filariasis yang tersebar di desa-
desa dalam 14 kecamatan (Dinkes,2015).
Program eliminasi filaris menjadi prioritas di Kabupaten Pidide dengan
agenda utama adalah melaksanakan kegiatan Pemberian Obat Pencegahan
secara Massal (POPM) untuk memutus rantai penularan filariasis di semua
kecamatan endemis filariasis, serta seluruh penderita filariasis dapat
menjangkau pelayanan Kesehatan yang memadai (Dinkes, 2015). Untuk
mencapai eliminasi filariasis perlu adanya pemahaman yang cukup serta
menyeluruh dari masyarakat tentang besarnya permasalahan filariasis dan
factor resiko yang mempengaruhinya, sehingga menjadi sangat penting bagi
masyarakat untuk berperan aktif dalam penanggulangan filariasis secara
komprehensif melalui upaya promosi eliminasi dan mekanisme kerja kader
FIlaris di lapangan (Kemenkes, 2014).

Design penelitian yang digunakan adalah pre experiment. Pendekatan


penelitian yang digunakan adalah one group pre test – post test design, yaitu
pada penelitian ini sampel diukur dua kali (pre test dan post test).
Sampel pada penelitian ini dipilih menggunakan total populasi, yaitu
seluruh kasus filariasis dikabupaten Pidie pada tahun 2015 sebanyak 95
keluarga. Jumlah sampel yang didapatkan sebanyak 77 keluarga (18
keluarga tidak bersedia menjadi sampel). Pengumpulan data dilakukan
dengan 3 tahapan, yaitu pre test, tahap intervensi dan post test. Hasil
pengumpulan data di analisa secara univariat dan bivariate untuk mengetahui
perbedaan nilai rata-rata (mean) antara pre test dan post test serta
perbedaan antara kelompok kasus dan kelompok kontrol. Uji yang digunakan
adalah pairred t test.
Kegiatan diskusi kelompok dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh 5
orang enumertor yang telah dilatih dalam melakukan diskusi kelompok.
Kegiatan diskusi kelompok dilakukan sebanyak 5 sesi dengan durasi setiap
sesi adalah 2 jam dan jarak waktu antar sesi adalah 3 hari. Dari 95
responden, 77 responden bersedia mengikuti kegiatan diskusi kelompok.
Sedangkan sisanya, yaitu 18 responden tidak bersedia berpartisipasi.
Diskusi kelompok keluarga merupakan suatu proses interaktif untuk
membantu keluarga dalam mencapai kondisi psikologis yang serasi atau
seimbang sehingga keluarga dapat menampilkan sikap yang positif dalam
mengatasi masalah kesehatan keluarga (Hennink, 2013). Perubahan sikap
keluarga terhadap penanggulangan filariasis menjadi lebih positif setelah
dilakukan diskusi kelompok pada penelitian ini disebabkan karena informasi
yang disampaikan selama sesi diskusi kelompok merupakan informasi yang
akurat sesui dengan kebutuhan keluarga untuk melaksanakan
penanggulangan filariasis di rumah. Selama sesi diskusi kelompok, diskusi
yang berkembang adalah tentang cara-cara yang harus dilakukan keluarga
untuk mencegah dan menanggulangi penyakit filariasis yang mungkin saja
terjadi pada salah satu anggota keluarga.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti memberikan kesimpulan
bahwa perubahan sikap keluarga menjadi lebih positif dalam penanggulangan
filariasis setelah kegiatan diskusi kelompok dapat terjadi karena informasi
yang disampaikan selama sesi diskusi pada kegiatan diskusi kelompok benar-
benar akurat sesuai dengan kebutuhan keluarga.
Hasil uji hipotesis untuk mengetahui pengaruh diskusi kelompok
terhadap tindakan keluarga dalam penanggulangan filariasis seperti yang
ditunjukkan pada tabel 5.10 di atas, diketahui bahwa diskusi kelompok efektif
untuk meningkatkan tindakan keluarga dalam penanggulangan filariasis (P =
0,0000).
Hasil penelitian di atas memberikan informasi bahwa melalui kegiatan
diskusi kelompok keluarga mampu melakukan tindakan untuk
penanggulangan filariasis di rumah. Hal ini disebabkan karena melalui
kegiatan diskusi kelompok yang dilakukan, keluarga memperoleh informasi
yang jelas sehingga mampu memutuskan tindakan yang akan dilakukan
dalam rangka penanggulangan filariasis secara mandiri di rumah. Perubahan
tindakan keluarga dalam penanggulangan filariasis secara mandiri di rumah
setelah dilakukan diskusi kelompok juga disebabkan karena proses
pendampingan oleh peneliti dan enumerator ketika keluarga mempraktekkan
cara-cara penanggulangan filariasis tersebut di rumah masing-masing. Tujuan
dari pendapingan tersebut adalah agar keluarga dapat lebih memahami
secara baik upaya-upaya yang harus dilakukan untuk penanggulangan
filariasis, yaitu menghindari gigitan nyamuk, pengendalian vektor melalui
pemeliharaan kebersihan lingkungan rumah dan peran serta dalam
pengobatan massal filariasis.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti berkesimpulan bahwa
perubahan tindakan keluarga menjadi lebih positif dalam penanggulangan
filariasis setelah kegiatan diskusi kelompok dapat terjadi karena informasi
yang diberikan selama sesi diskusi kelompok memuat tentang upaya-upaya
yang dapat dilakukan oleh keluarga dalam penanggulangan filariasis di rumah
serta proses pendampingan keluarga yang peneliti lakukan saat penerapan
upaya-upaya penanggulangan filariasis tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti uraikan, maka
disampaikan beberapa saran kepada berbagai pihak sebagai berikut, kepada
keluarga, khususnya di Kabupaten Pidie agar dapat meningkatkan
pengetahuan, sikap dan tindakan dalam penanggulangan filariasis dengan
secara aktif berperan serta dalam kegiatan eliminasi filariasis yang
dilaksanakan oleh pemerintah melalui Puskesmas dengan mempraktekkan
upaya-upaya penanggulangan filariasis, seperti menghindari gigitan nyamuk,
pengendalian vektor dan berperan serta dalam program pengobatan massal
filariasis.

Kepada petugas kesehatan di Kabupaten Pidie, agar dalam melakukan


kegiatan penanggulangan filariasis, dapat melakukan kegiatan diskusi
kelompok yang berfokus pada keluarga sebagai salah satu strategi promosi
kesehatan kepada masyarakat sehingga informasi yang diberikan benar-
benar dapat dipahami dan dipraktekkan oleh masyarakat secara mandiri.
Kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie, agar dapat meningkatkan
kemampuan petugas kesehatan di Puskesmas dalam melaksanakan upaya-
upaya penanggulang-an filariasis di masyarakat dengan cara meningkatkan
kapasitas dan kemampuan petugas kesehatan melalui kegiatan pelatihan
terutama tentang pelaksanaan diskusi kelompok pada keluarga dalam startegi
promosi kesehatan.
Kepada peneliti lainnya yang tertarik untuk melakukan penelitian
tentang diskusi kelompok dan penanggulangan filariasis oleh keluarga
disarankan untuk melanjutkan desain penelitian kualitatif untuk mendapatkan
hasil penelitian yang lebih mendalam.

2.3 Analisa Kasus

1. Termasuk Jenis/klasifikasi perilaku apa dalam perilaku Kesehatan?


Jawaban:
Kasus diatas termasuk dalam Periaku Peran Sakit.Perilaku peran sakit
( The Sick Role Behaviour) yaitu segala tindakan yang dilakukan oleh
individu yang sedang sakit untuk memperoleh kesembuhan.Perilaku ini
disamping berpengaruh terhadap kesehatan / kesakitannya sendiri,
juga berpengaruh terhadap orang lain,terutama pada anak – anak
yang belum menyadari tanggung jawab terhadap kesehatan. Kasus
diatas termsuk dalam Perilaku Peran Sakit sebab penyakit filariasis
merupakan penyakit menular sehingga jika seseorang terkena penyakit
tersebut juga dapat berdampak kepada orang lain.Setelah adanya
promosi kesehatan dan pemberian obat secara massal.Akhirnya
banyak masyarakat yang menyadari apa itu penyakit filariasis serta
kesadaran masyarakat untuk minum obat semakin
meningkat.Sehingga kesadaran untuk sembuh juga semakin
meningkat.

2. Dalam domain apa perilaku lama dan baru bisa terjadi?


Jawaban:
Perilaku lama dan baru terjadi dalam doamain knowledge/pengetahuan
karena Kasus filariasis di Kabupaten Pidie ini terjadi karena kurangnya
pengetahuan masyarakat tentang penyakit filariasis, penyebab
penyakit filariasis, cara pencegahan dan cara mengobati penyakit
faliriasis sehingga kasus filariasis di Kabupaten Pidie cukup tinggi dan
cenderung meningkat, dimana pada tahun 2014 mencapai 86 kasus
dan meningkat pada tahun 2015 menjadi 95 kasus.
Sehingga diadakan kegiatan promosi kesehatan dalam bentuk
penyuluhan yang dilakukan belum memberikan dampak yang
signifikan terhadap penanggulangan penyakit filariasis. Bentuk lain dari
promosi kesehatan yang dapat dilakukan adalah diskusi kelompok.
Kegiatan promosi dilakukan agar masyarakat kabupaten Pidie
mengetahusi penyebab penyakit filariasis maka dari itu diharapkan
masyarakat dapat melakukan pencegahan dan pengobatan denga baik
dan benar.

3. Jelaskan Proses perubahan perilaku yang terjadi dan termasuk dalam


kategori perubahan perilaku apa?
Jawaban:
Perubahan perilaku yang terjadi termasuk ke dalam kategori kesediaan
untuk berubah (readiness to change).
Adanya inovasi atau program pembangunan di dalam masyarakat,
selalu ditanggapi dengan cara yang berbeda oleh anggota masyarakat.
Ada yang secara cepat menyambut baik program tersebut dan segera
berubah perilakunya, namun ada pula yang sangat lambat menerima
perubahan tersebut. Hal ini karena setiap orang mempunyai kesediaan
untuk berubah yang berbeda-beda.
Penelitian ini memberikan hasil berupa pengaruh diskusi kelompok
pada keluarga terhadap perubahan perilaku tentang penanggulangan
filaisis di Kabupaten Pidie, sehingga dapat disimpulkan bahwa diskusi
kelompok efektif untuk meningkatkan tindakan keluarga dalam
penanggulangan filaisis.
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Perilaku kesehatan adalah respon seseorang terhadap stimulus atau
objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan
kesehatan, makanan dan minuman serta lingkungan. Dari batasan ini,
perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok yaitu, Perilaku
pemeliharaan kesehatan (Health maintenance), Perilaku pencarian dan
penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan (Health Seeking
Behavior), Perilaku kesehatan lingkungan.
Penelitian ini memberikan hasil berupa pengaruh diskusi kelompok
pada keluarga terhadap perubahan perilaku tentang penanggulangan filaisis
di Kabupaten Pidie, Keluarga memiliki pengetahuan yang rendah tentang
filiriaris maka dari itu di adakan diskusi kelompok agar para keluarga bisa
meningkatkan pengetahuan tentang penanggulangan filiriaris.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti uraikan, maka
disampaikan beberapa saran kepadda berbagai pihak sebagai berikut,
kepada keluarga , khususnya di Kabupaten Pidie agar dapat meningkatkan
pengetahuan, sikap dan tindakan dalam penanggulangan filariasis dengan
secara aktif berperan serta dalam krgatan eliminasi filariaris yang
dilaksanakan oleh pemerintah melalui puskesmas dengan mempraktekan
upaya upaya penanggulangan filariaris, seperti menghindari gigitan nyamuk,
pengendalian vector dan berperan serta dalam program pengobatan masal
filariasis.
Daftar Pustaka

Nirwana, 2018, Effect of Group Discussion about Filariasis Prevention on


Family Behavior in Pidie District, Idea Nursing Journal, , Vol. IX No. 3, ISSN : 2087-
2879,e-ISSN: 2580-2445

Notoatmodjo, Soekidjo, & Sarwono, Solita. 1985. Pengantar Ilmu


Perilaku Kesehatan. Jakarta: Badan Penerbit Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Hlm. 23

(Inggris)B. Kar, Snehendu. 1989. Health Promotion Indicator and


Action. New York: Springer Publishing Company. Hlm. 143

Eka. Y, 2014, Makalah Sosiologi Kesehatan ‘Perilaku Masyarakat dan


Kesehatan’, Perilaku Masyarakat dan Kesehatan YuliaekaPutri 9, diakses pada
15 Oktober 2020, <https://yuliaekaputri9.wordpress.com/2014/12/13/perilaku-
masyarakat-dan-kesehatan/ >

Miswari, 2015, Makalah Perilaku Kesehatan, Miswary’s blog, diakses


pada 15 Oktober 2020,
<https://miswarymyusuf.blogspot.com/2015/07/makalah-perilaku-
kesehatan.html.>

Anda mungkin juga menyukai