Disusun Oleh
Kelompok 1 :
Asfia Sukmarnis
Cahaya Fadilah
Cyntia Rahmadani
Fitri Febriyanti
Gusrida Dahri
Gustina Yulia
Pandangan
Pandangan
Pandangan Ilmu Pandangan Ilmu Pandangan Pandangan
Konvensio
Progresif Pengetahuan Sosial Ilmu Terapan Holistik
nal
Alam
1. Bencana 1. Menganggap 1. Bencana 1. Fokus pada 1. Besaran 1. Menekankan
merupak bencana merupaka bagaimana (magnitude) pada
an sifat sebagai n unsur tanggapan dan bencana ancaman
alam bagian dari lingkunga kesiapan tergantung (threat) dan
2. Terjadiny pembanguna n fisik masyarakat besarnya kerentanan
a n masyarakat yang menghadapi ketahanan (vulnerability
bencana: yang membahay bahaya. atau ), serta
– ‘normal’ akan 2. Ancaman adalah kerusakan kemampuan
kecelakaa 2. Bencana kehidupan alami, tetapi akibat masyarakat
n adalah manusia. bencana bukan bencana. dalam
(accident); masalah yang 2. Karena alami. 2. Pengkajian menghadapi
–tidak tidak pernah kekuatan 3. Besaran bencana bencana risiko.
dapat berhenti. alam yang tergantung ditujukan 2. Gejala alam
diprediksi; 3. Peran sentral luar biasa. perbedaan tingkat pada upaya menjadi
–tidak dari 3. Proses kerawanan meningkatk ancaman jika
menentu; masyarakat geofisik, masyarakat an mengancam
–tidak adalah geologi 3. kekuatan hidup dan
terhindark mengenali dan fisik harta-benda.
an bencana itu hidromete struktur 3. Ancaman
–tidak sendiri orologi. bangunan akan berubah
terkendali. 4. Tidak untuk menjadi
3. Masyara memperhit memperkeci bencana jika
kat ungkan l kerusakan bertemu
dipandan manusia dengan
g sebagai sebagai kerentanan
‘korban’ penyebab
dan bencana
‘penerim
a
bantuan’
dari
pihak
luar
d) Masing-masing Seksi dipimpin oleh Kepala Seksi yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Bidang. Seksi Pencegahan, mempunyai tugas :
2. Saat Bencana
Fungsi Koordinasi adalah Koordinasi BPBD dengan instansi / lembaga dinas /
badan secara horisontal pada tahap pra bencana, saat tanggap darurat dan pasca
bencana; Koordinasi penyelenggaraan penanggulangan bencana dapat dilakukan
melalui kerjasama dengan lembaga / organisasi dan pihak-pihak lain yang terkait
sesuai dengan ketentuan yang berlaku; Kerjasama melibatkan peran serta negara lain,
lembaga internasional dan lembaga asing non pemerintah.
Fungsi Komando, dalam status keadaan darurat bencana Gubernur menunjuk
seorang komandan penanganan bencana atas usulan Kepala BPBD. Komandan
penanganan darurat bencana mengendalikan kegiatan operasional penanggulangan
bencana dan berwenang mengaktifkan serta meningkatkan Pusat Pengendalian Operasi
menjadi Pos Komando. Kewenangan komandan memerintahkan instansi / lembaga
meliputi : (a) penyelamatan, (b) pengerahan sumber daya manusia, (c) pengerahan
peralatan dan logistik.
Fungsi Pengendalian adalah mengendalikan penggunaan teknologi yang secara
tiba-tiba / berangsur menjadi sumber ancaman bahaya bencana, penguasaan dan
pengelolaan sumberdaya alam yang berpotensi bahaya, pengurasan sumberdaya alam
yang melebihi daya dukungnya yang menyebabkan ancaman bahaya, perencanaan dan
penegakan tata ruang wilayah kaitan penanggulangan bencana serta pengendalian
pengumpulan dan penyaluran bantuan berupa uang dan / atau barang serta jasa lain
yang diperuntukan untuk penanggulangan bencana.
3. Pasca Bencana
a) Kepala Badan : Kepala Badan Ex Officio mempunyai tugas memimpin badan
dalam perumusan dan penetapan kebijakan penanggulangan bencana dan
penanganan pengungsi dengan bertindak cepat dan tepat, efektif dan efisien: dan
Pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana secara
terencana, terpadu dan menyeluruh
b) Kepala Pelaksana : Mempunyai tugas membantu Kepala Badan Penanggulangan
Bencana Daerah dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi BPBD sehari hari yang
meliputi pelaksanaan penanggulangan bencana yang meliputi pra bencana, saat
tanggap darurat dan pasca bencana secara terintegrasi, dan mempunyai fungsi :
Pengkoordinasian
Pengkomandoan; dan
Pelaksana
c) Sekretariat Pelaksana : Sekretariat Pelaksana mempunyai tugas di bidang
ketatausahaan dan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Pelaksana Badan
Penanggulangan Bencana Daerah, dan mempunyai fungsi :
Pengkoordinasian, sinkronisasi dan integrasi dilingkungan BPBD
Pengkoordinasian, perencanaan dan perumusan kebijakan teknis BPBD
Pembinaan dan pelayanan administrasi ketatausahaan, hukum, dan peraturan
perundang undangan, organisasi, tatalaksana, kepegawaian, keuangan,
persandian, perlengkapan, dan rumah tangga BPBD
Pembinaan dan pelaksanaan hubungan masyarakat dan protokol di lingkungan
BPBD
Fasilitasi pelaksanaan tugas dan fungsi unsur pengarah penanggulangan
bencana, dan
Pengkoordinasian dalam penyusunan laporan BPBD
d) Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan : Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan
mempunyai tugas membantu Kepala Pelaksana dalam mengkoordinasikan dan
melaksanakan kebijakan dibidang pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan pada
pra bencana serta pemberdayaan masyarakat, mempunyai fungsi :
Perumusan kebijakan dibidang pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan pada
pra bencana serta pemberdayaan masyarakat;
Pengkoordinasian dan pelaksanaan kebijakan dibidang pencegahan, mitigasi
dan kesiapsiagaan pada pra bencana;
serta pemberdayaan masyarakat;
Pelaksanaan hubungan kerja dengan instansi atau lembaga terkait dibidang
pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan pada pra bencana;
serta pemberdayaan masyarakat;
Pemantauan, evaluasi, dan analisis pelaporan tentang pelaksanaan kebijakan
umum dibidang pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan pada pra bencana
serta pemberdayaan masyarakat;
e) Seksi Kedaruratan dan Logistik : Seksi Kedaruratan dan Logistik mempunyai
tugas membantu Kepala Pelaksana dalam mengkoordinasikan dan melaksanakan
kebijakan Penanggulangan Bencana pada saat tanggap darurat, dan dukungan
logistik, mempunyai fungsi :
Perumusan kebijakan di bidang Penanggulangan Bencana pada saat tanggap
darurat, penanganan pengungsi dan dukungan logistik;
Pengkoordinasian dan pelaksanaan kebijakan di bidang Penanggulangan
Bencana pada saat tanggap darurat, penanganan pengungsi dan dukungan
logistik;
Komando pelaksanaan penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat;
Pelaksanaan hubungan kerja di bidang Penanggulangan Bencana pada saat
tanggap darurat, penanganan pengungsi dan dukungan logistik ; dan
Pemantauan, evaluasi, dan analisa pelaporan tentang pelaksanaan kebijakan di
bidang Penanggulangan Bencana pada saat tanggap darurat, penanganan
pengungsi dan dukungan logistik.
f. Seksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi : Seksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi
mempunyai tugas membantu Kepala Pelaksana dalam mengkoordinasikan dan
melaksanakan kebijakan dibidang Penanggulangan Bencana pada Pasca Bencana,
mempunyai fungsi :
Dalam setiap kejadian bencana alam, pemerintah dalam hal ini Kementerian Sosial hadir di
tengah lokasi bencana memberikan perlindungan sosial korban bencana alam. Mensos Agus
Gumiwang Kartasasmita menjelaskan Program Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam
meliputi tiga tahap yakni Prabencana saat bencana dan Pascabencana. Pada tahap Prabencana,
Kemensos membangun sistem kesiapsiagaan dan mitigasi bencana meliputi penyiapan
bufferstock logistik, penyiapan sarana dan prasarana, penyiapan Taruna Siaga Bencana (Tagana),
Kampung Siaga Bencana (KSB), dan petugas lainnya.
Pada saat bencana mengaktivasi sistem yang sudah dipersiapkan untuk penanggulangan
bencana alam secara terpadu. Sistem yang dimaksud ialah klaster nasional yang dikoordinasikan
oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di mana Kemensos bertugas dalam
klaster perlindungan dan pengungsian serta klaster logistik. Fokus penanganan adalah evakuasi
pengungsi ke tempat aman, serta kelompok rentan yang terdiri atas lansia, anak-anak,
penyandang disabilitas, dan kelompok khusus lainnya.
Pada saat terjadinya bencana dan pemerintah daerah telah menetapkan status tanggap
darurat, Kemensos mengerahkan seluruh potensi penanggulangan bencana alam. Yakni
pengerahan personel Tagana dan Sahabat Tagan, KSB, Kendaraan Siaga Bencana, barang
persediaan, alat evakuasi, alat dan sistem komunikasi, dan kerja sama lembaga pemerintah
dengan NGO.
Barang persediaan terdiri atas makanan, sandang, kebutuhan keluarga dan anak, kebutuhan
khusus untuk penyandang disabilitas. Ini adalah kebutuhan mendesak yang diperlukan warga
terdampak bencana. Selain pemenuhan kebutuan makanan, perlindungan sosial korban bencana
alam juga memprioritaskan tersedianya alat evakuasi terdiri atas tenda pengungsi, tenda dapur
umum, tenda keluarga di lokasi pengungsian. Kemensos, lanjutnya, juga memiliki alat evakuasi
berupa perahu karet, perahu seafrog polytheline, perahu doplhin, kapal cepat evakuasi dan
logistik yang siap digunakan bila diperlukan.
Kendaraan Siaga Bencana juga wajib siap 24 jam sewaktu-waktu diperlukan. Misalnya
Mobil Dapur Umum Lapangan, Mobil Rescue Tactical Unit (RTU), Truck Bak Kayu. Mobil
Tangki Air, Motor Trail. Seluruh barang persediaan dan alat evakuasi disimpan di gudang
logistik terdiri atas satu gudang pusat, dua gudang regional, 34 lokasi gudang provinsi, dan 514
lokasi gudang kabupaten dan kota. Gudang pusat berada di Bekasi, Jawa Barat, dan dua gudang
regional terdiri atas gudang regional Timur di Makassar, Sulawesi Selatan, dan gudang regional
Barat di Palembang, Sumatra Selatan.
Selanjutnya, untuk mempercepat penanganan korban bencana alam, Kementerian Sosial
bekerja sama dengan kementerian dan lembaga terkait, 4 lembaga PBB, 12 NGO internasional
dan lebih dari 100 NGO, serta peran dunia usaha melalui CSR mereka. "Terakhir atau tahap
ketiga, setelah masa tanggap darurat bencana selesai adalah melakukan pemulihan dan penguatan
korban. Meliputi pemberian Bantuan Pemulihan Sosial terdiri atas Jaminan Hidup, BBR,
santunan dan isi hunian tetap, serta yang sangat penting adalah Layanan Dukungan Psikososial
(LDP). Layanan LDP ini bahkan telah kami mulai sehari setelah bencana terjadi untuk
memberikan kekuatan dan pendampingan kepada warga terdampak bencana,".