Anda di halaman 1dari 24

Pergeseran

OLEH:
ASFIA SUKMARNIS paradigma
CAHAYA FADILAH
CYNTIA RAHMADANI penanggulang
FITRI FEBRIYANTI
GUSRIDA DAHRI
an bencana
GUSTINA YULIA
Pergeseran Paradigma
Penanggulangan Bencana
Selama ini masih banyak masyarakat yang melihat bencana
alam sebagai sesuatu yang datang di luar kemampuan
manusia atau suatu peristiwa yang begitu saja terjadi tanpa
pemberitahuan sehingga kecenderungannya adalah menunggu
kejadian tersebut dialami atau menimpa diri mereka.

Hal ini dipengaruhi oleh pandangan konvensional yang


menganggap bencana merupakan sifat alam dan terjadinya
bencana adalah karena kecelakaan. Bencana alam juga tidak
dapat diprediksi, tidak menentu, dan suatu peristiwa atau
kejadian yang tidak terelakkan atau terhindarkan serta tidak
terkendali (Triutomo, 2007).
Di samping itu adanya keyakinan bahwa
bencana adalah “kehendak Tuhan” (the
Acts of God) di mana kejadian bencana
alam itu di luar kemampuan manusia
ataupun kehendak Tuhan (Lindell at al.,
2006), sebagai bentuk peringatan, cobaan
bahkan kutukan, sehingga manusia tidak
berhak dan tidak dapat mempersiapkan
diri menghadapi bencana.
Di dunia termasuk di Indonesia hampir
mayoritas sumber daya manusia, dana,
maupun program-program penanggulangan
bencana diarahkan pada saat tanggap darurat.
Di organisasi Muhammadiyah sendiri 80
persen kegiatan penanggulangan bencana
maupun sumber daya dan sumber dana masih
diperuntukkan untuk kegiatan kedaruratan
seperti pemberian bantuan kebutuhan dasar
bagi masyarakat yang terdampak bencana
alam di seluruh Indonesia, serta
pendampingan sosial, bantuan medis dan
pemulihan kehidupan dan penghidupan.
PANDANGAN PANDANGAN
KONVESIONAL PROGRESSIF

PANDANGAN PROGRESSIF

 Bencana sebagai bagian dari pembangunan dan bencana


adalah masalah yang tidak berhenti.
 Penanggulangan bencana tidak dapat dilepaskan dari
masalah pembangungan sehingga upaya yang dilakukan
adalah mengintegrasikan program pembangunan dengan
penanggulangan bencana.
 Pandangan yang lebih progresif yang berkembang juga
dipengaruhi ilmu pengetahuan alam dan sosial.
 Berkembangnya pengetahuan mendorong timbulnya
pandangan bahwa bencana adalah merupakan proses
geofisik, geologi dan hidrometeorologi yang dapat
mempengaruhi lingkungan fisik dan membahayakan
kehidupan manusia.
PANDANGAN MITIGASI
fokus penanggulangan bencana diarahkan pada kesiapan
masyarakat dalam menghadapi bahaya dan meningkatkan
kekuatan fisik struktur bangunan untuk memperkecil
kerusakan yang terjadi akibat adanya kejadian alam

PANDANGAN HOLISTIC
kejadian alam dapat menjadi ancaman bencana jika
bertemu dengan kerentanan serta ketidakmampuan
masyarakat menghadapi risiko. Pandangan ini dikenal
dengan paradigm pengurangn risiko.
Cara pandang baru terhadap pengelolaan bencana ini juga
kemudian dijadikan kesepakatan international melalui Kerangka
Aksi Hygo 2005-2015 yang diadopsi oleh Konferensi Dunia untuk
Pengurangan Bencana atau yang dikenal dengan World
Conference on Disaster Reduction (WCDR). WCDR ini
ditandatangani oleh 168 negara dan badan-badan multilateral.
Lima prioritas yang ditegaskan dalam kerangka tersebut meliputi:

Meletakkan pengurangan resiko bencana sebagai prioritas


nasional maupun daerah yang pelaksanaannya harus
didukung oleh kelembagaan yang kuat
Mengidentifikasikan, mengkaji dan memantau resiko bencana
serta menerapkan system peringatan dini
Memanfaatkan pengetahuan, inovasi dan pendidikan untuk
membangun kesadaran keselamatan diri dan ketahanan
terhadap bencana pada semua tingkatan masyarakat
Mengurangi faktor-faktor penyebab resiko bencana.
Memperkuat kesiapan menghadapi bencana pada semua
tingkatan masyarakat agar respons yg dilakukan lebih efektif.
(UNISDR, 2005)
Pada paradigma ini, masyarakat merupakan subyek, obyek
sekaligus sasaran utama upaya pengurangan risiko bencana
dengan mengadopsi dan memperhatikan kearifan local (local
wisdom) dan pengetahuan tradisional (tradisional knowledge) yang
ada dan berkembang dalam masyarakat. Perubahan paradigma
tersebut membawa perubahan dalam pengelolaan bencana yaitu:

 Penanggulangan bencana tidak lagi berfokus pada aspek


tanggap darurat tetapi lebih pada keseluruhan manajemen
risiko
 Perlindungan masyarakat dari ancaman bencana oleh
pemerintah merupakan wujud pemenuhan hak asasi rakyat
dan bukan semata-mata karena kewajiban pemerintah
 Penanggulangan bencan bukan lagi hanya urusan
pemerintah tetapi juga menjadi urusan bersama
masyarakat, lembaga usaha, dimana pemerintah menjadi
penanggung jawab utamanya (Bakornas PB, 2007).
Perubahan pandangan dan
paradigma
Perubahan pandangan dan paradigma tentang
bencana dan pengelolaannya mendorong
adanya pendekatan baru melalui manajemen
risiko. Pendekatan ini mengharuskan setiap
individu dalam masyarakat untuk memahami
situasi dan memiliki kemampuan untuk
mengidentifikasi ancaman serta kapasitas
yang dimiliki untuk menekan risiko seminimal
mungkin.
Untuk meningkatkan kemampuan dan kapasitas masyarakat dalam
mengurangi risiko bencana beberapa langkah dapat dilakukan melalui
peningkatan :
 Kesadaran masyarakat dalam memahami situasi lingkungan dan
ancaman bahaya
 Pemahaman tentang kerentanan dan kemampuan untuk mengukur
kapasitas yang dimiliki
 Kemampuan untuk menilai risiko yang dihadapi baik oleh individu,
keluarga, dan masyarakat dilingkungannya
 Kemampuan untuk merencanakan dan melakukan tindakan untuk
mengurangi risiko yang dimiliki baik melalui peningkatan kapasitas
dan mengurangi kerentanan
 Kemampuan untuk memantau, mengevaluasi dan menjamin
keberlangsungan upaya pengurangan risiko sehingga dampak
bencana dapat dikurangi atau dicegah.
 Pendekatan pengurangan risiko ini merupakan sebuah usaha atau
ikhtiar untuk lebih sensitif dalam memahami lingkungan. Bencana
tidak lagi hanya menjadi pengetahuan, peringatan dan bentuk
kepedulian saat terjadinya saja, akan tetapi pengetahuan akan
anacaman bencana dan kemampuan menghadapi dan mengelola
bencana menjadi kegiatan yang terus menerus dilakukan.
Paradigma Dalam
Penanggulangan Bencana
Pandan Pandanga Pandan Pandang Pandang Pandang
gan n gan an Ilmu an Ilmu an
Konven Progresif Ilmu Sosial Terapan Holistik
sional Penget
ahuan
Alam
• Bencana • Menganggap • Bencana • Fokus pada • Besaran • Menekankan
merupakan bencana sebagai merupakan bagaimana (magnitude) pada ancaman
sifat alam bagian dari unsur tanggapan dan bencana (threat) dan
• Terjadinya pembangunan lingkungan kesiapan tergantung kerentanan
bencana: masyarakat yang fisik yang masyarakat besarnya (vulnerability),
–kecelakaan ‘normal’ membahaya menghadapi ketahanan atau serta
(accident); • Bencana adalah kan bahaya. kemampuan
masalah yang tidak kerusakan
–tidak dapat pernah berhenti kehidupan • Ancaman akibat bencana. masyarakat
diprediksi; manusia. adalah alami, • Pengkajian dalam
–tidak • Karena tetapi bencana menghadapi
kekuatan alam bencana
menentu; yang luar biasa bukan alami ditujukan pada risiko.
–tidak upaya • Gejala alam
terhindarkan peningkatan menjadi
ancaman jika
mengancam
hidup dan harta
benda
Tugas dan Fungsi Penanggulangan
Bencana
1. Pra Bencana (Pencegahan & Kesiapsiagaan)
a) Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan mempunyai tugas
mengkoordinasikan dan melaksanakan kebijakan di bidang
pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan dan pemberdayaan masyarakat
pada pra bencana serta pengurangan resiko bencana.
b) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (a),
Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan, mempunyai fungsi :
perumusan kebijakan di bidang pencegahan, mitigasi, dan
kesiapsiagaan pada pra bencana serta pengurangan resiko bencana;
pengkoordinasian dan pelaksanaan kebijakan di bidang pencegahan,
mitigasi dan kesiapsiagaan pada pra bencana serta pengurangan
resiko bencana
c) Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan, terdiri atas :
 Seksi Pencegahan;
 Seksi Kesiapsiagaan.
PENGURANGAN RESIKO BENCANA:
 pelaksanaan kerja sama dengan instansi
atau lembaga terkait di bidang pencegahan,
mitigasi dan kesiapsiagaan pada pra
bencana serta pengurangan resiko bencana;
 pemantauan, evaluasi dan analisis
pelaporan di bidang pencegahan, mitigasi
dan kesiapsiagaan masyarakat pada pra
bencana serta pengurangan resiko bencana;
 pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan
Kepala Badan.
d) Masing-masing Seksi dipimpin oleh Kepala Seksi yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Bidang. Seksi Pencegahan, mempunyai tugas :
 menyiapkan bahan perencanaan kebijakan di bidang pencegahan pada saat pra
bencana dan pengurangan resiko bencana;
 menyiapkan bahan pedoman teknis dan standart di bidang pencegahan pada saat
pra bencana serta pengurangan resiko bencana ;
 menyiapkan bahan pelaksanaan kebijakan di bidang pencegahan pada saat pra
bencana serta pengurangan resiko bencana dengan menyusun Rencana Aksi
Daerah ;
 menyiapkan bahan kerjasama di bidang pencegahan pada saat pra bencana
pengurangan resiko bencana;
 menyiapkan bahan pengendalian dan pengawasan di bidang pencegahan pada
saat pra bencana serta pengurangan resiko bencana ;
 menyiapkan bahan dan menyusun laporan di bidang pencegahan pada saat pra
bencana serta pengurangan resiko bencana;
 menyiapkan bahan fasilitasi di bidang pencegahan pada saat pra bencana serta
pengurangan resiko bencana;
 menyiapkan bahan evaluasi di bidang pencegahan pada saat pra bencana serta
pengurangan resiko bencana;
 menyiapkan bahan pemaduan penanggulangan bencana dalam perencanaan
pembangunan daerah ;
 menyiapkan bahan pendidikan dan pelatihan dasar, lanjutan, teknis, simulasi dan
gladi ;
 melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang.
e) Seksi Kesiapsiagaan, mempunyai tugas :
 menyiapkan bahan perencanaan kebijakan di bidang kesiapsiagaan
pada pra bencana, peringatan dini dan mitigasi bencana;
 menyiapkan bahan pedoman teknis dan standart di bidang
kesiapsiagaan pada pra bencana, peringatan dini dan mitigasi
bencana;
 menyiapkan bahan pelaksanaan kebijakan di bidang kesiapsiagaan
pada pra bencana, peringatan dini dan mitigasi bencana;
 menyiapkan bahan kerjasama di bidang kesiapsiagaan pada pra
bencana, peringatan dini dan mitigasi bencana;
 menyiapkan bahan pengendalian dan pengawasan di bidang
kesiapsiagaan pada pra bencana, peringatan dini dan mitigasi
bencana;
 menyiapkan bahan dan menyusun laporan di bidang Kesiapsiagaan
pada pra bencana;
 menyiapkan bahan fasilitasi di bidang Kesiapsiagaan pada pra
bencana, peringatan dini dan mitigasi bencana;
 menyiapkan bahan evaluasi di bidang Kesiapsiagaan pada pra
bencana, peringatan dini dan mitigasi bencana;
 melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang.
2. Saat Bencana
 Fungsi Koordinasi adalah Koordinasi BPBD dengan instansi /
lembaga dinas / badan secara horisontal pada tahap pra
bencana, saat tanggap darurat dan pasca bencana;
Koordinasi penyelenggaraan penanggulangan bencana dapat
dilakukan melalui kerjasama dengan lembaga / organisasi
dan pihak-pihak lain yang terkait sesuai dengan ketentuan
yang berlaku; Kerjasama melibatkan peran serta negara lain,
lembaga internasional dan lembaga asing non pemerintah.
 Fungsi Komando, dalam status keadaan darurat bencana
Gubernur menunjuk seorang komandan penanganan bencana
atas usulan Kepala BPBD. Komandan penanganan darurat
bencana mengendalikan kegiatan operasional
penanggulangan bencana dan berwenang mengaktifkan
serta meningkatkan Pusat Pengendalian Operasi menjadi Pos
Komando. Kewenangan komandan memerintahkan instansi /
lembaga meliputi : (a) penyelamatan, (b) pengerahan sumber
daya manusia, (c) pengerahan peralatan dan logistik.
 Fungsi Pengendalian adalah mengendalikan
penggunaan teknologi yang secara tiba-tiba /
berangsur menjadi sumber ancaman bahaya bencana,
penguasaan dan pengelolaan sumberdaya alam yang
berpotensi bahaya, pengurasan sumberdaya alam
yang melebihi daya dukungnya yang menyebabkan
ancaman bahaya, perencanaan dan penegakan tata
ruang wilayah kaitan penanggulangan bencana serta
pengendalian pengumpulan dan penyaluran bantuan
berupa uang dan / atau barang serta jasa lain yang
diperuntukan untuk penanggulangan bencana.
3. Pasca bencana
 Kepala Badan : Kepala Badan Ex Officio  mempunyai tugas memimpin badan  dalam
perumusan dan penetapan kebijakan penanggulangan bencana dan penanganan pengungsi
dengan bertindak cepat dan tepat, efektif dan efisien: dan Pengkoordinasian pelaksanaan
kegiatan penanggulangan bencana secara terencana, terpadu dan menyeluruh
 Kepala Pelaksana : Mempunyai tugas membantu Kepala Badan Penanggulangan Bencana
Daerah dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi BPBD sehari hari yang meliputi
pelaksanaan  penanggulangan bencana yang meliputi pra bencana, saat tanggap darurat
dan pasca bencana secara terintegrasi, dan mempunyai fungsi :
 Pengkoordinasian
 Pengkomandoan; dan
 Pelaksana
 Sekretariat Pelaksana : Sekretariat Pelaksana mempunyai tugas di bidang ketatausahaan
dan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana
Daerah, dan mempunyai fungsi :
 Pengkoordinasian, sinkronisasi dan integrasi dilingkungan BPBD
 Pengkoordinasian, perencanaan dan perumusan kebijakan teknis BPBD
 Pembinaan dan pelayanan administrasi ketatausahaan, hukum, dan peraturan perundang
undangan, organisasi, tatalaksana, kepegawaian, keuangan, persandian, perlengkapan,
dan rumah tangga BPBD
 Pembinaan dan pelaksanaan hubungan masyarakat dan protokol di lingkungan BPBD
 Fasilitasi pelaksanaan tugas dan fungsi unsur pengarah penanggulangan bencana, dan
 Pengkoordinasian dalam penyusunan laporan BPBD
 Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan : Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan mempunyai tugas 
membantu Kepala Pelaksana dalam mengkoordinasikan dan melaksanakan kebijakan dibidang
pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan pada pra bencana serta pemberdayaan masyarakat,
mempunyai fungsi :
 Perumusan kebijakan dibidang pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan pada pra bencana serta
pemberdayaan masyarakat;
 Pengkoordinasian dan pelaksanaan kebijakan dibidang pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan pada
pra bencana;
 serta pemberdayaan masyarakat;
 Pelaksanaan hubungan kerja dengan instansi atau lembaga terkait dibidang pencegahan, mitigasi dan
kesiapsiagaan pada pra bencana;
 serta pemberdayaan masyarakat;
 Pemantauan, evaluasi, dan analisis pelaporan tentang pelaksanaan kebijakan umum dibidang
pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan pada pra bencana serta pemberdayaan masyarakat;

 Seksi Kedaruratan dan Logistik : Seksi Kedaruratan dan Logistik mempunyai tugas membantu  Kepala
Pelaksana dalam mengkoordinasikan dan melaksanakan kebijakan Penanggulangan Bencana pada saat
tanggap darurat, dan dukungan logistik, mempunyai fungsi :
 Perumusan kebijakan di bidang Penanggulangan Bencana pada saat tanggap darurat, penanganan
pengungsi dan dukungan logistik;
 Pengkoordinasian dan pelaksanaan kebijakan di bidang Penanggulangan Bencana pada saat tanggap
darurat, penanganan pengungsi dan dukungan logistik;
 Komando pelaksanaan penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat;
 Pelaksanaan hubungan kerja di bidang Penanggulangan Bencana pada saat tanggap darurat,
penanganan pengungsi dan dukungan logistik ; dan
 Pemantauan, evaluasi, dan analisa pelaporan tentang pelaksanaan kebijakan di bidang
Penanggulangan Bencana pada saat tanggap darurat, penanganan pengungsi dan dukungan logistik.
 Seksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi : Seksi Rehabilitasi
dan Rekonstruksi mempunyai tugas membantu Kepala
Pelaksana dalam mengkoordinasikan dan
melaksanakan kebijakan dibidang Penanggulangan
Bencana pada Pasca Bencana, mempunyai fungsi :
 Perumusan kebijakan dibidang penanggulangan
bencana pada pasca bencana;
 Pengkoordinasian dan pelaksanaan kebijakan
dibidang penanggulangan bencana pada pasca
bencana;
 Pelaksanaan hubungan kerja dibidang
Penanggulangan Bencana pada Pasca Bencana; dan
 Pemantauan, evaluasi dan analisis pelaporan
tentang pelaksanaan kebijakan dibidang
Penanggulangan Bencana pada Pasca
Contoh bencana
 TSUNAMI SELAT SUNDA 2018
Pada tanggal 22 desember 2018 peristiwa yang disebabkan oleh letusan
anak krakatau di selat sunda menghantam daerah pesisir banten dan
lampung. Sedikitnya 426 orang tewas dan 7.202 orang terluka dan 23
orang hilang akibat peristiwa ini
Dalam setiap kejadian bencana alam, pemerintah dalam hal ini
Kementerian Sosial hadir di tengah lokasi bencana memberikan
perlindungan sosial korban bencana alam. Mensos Agus Gumiwang
Kartasasmita menjelaskan Program Perlindungan Sosial Korban Bencana
Alam meliputi tiga tahap yakni Prabencana saat bencana dan
Pascabencana.
Pada tahap Prabencana, Kemensos membangun sistem kesiapsiagaan
dan mitigasi bencana meliputi penyiapan bufferstock logistik, penyiapan
sarana dan prasarana, penyiapan Taruna Siaga Bencana (Tagana),
Kampung Siaga Bencana (KSB), dan petugas lainnya.
Pada saat bencana mengaktivasi sistem yang sudah dipersiapkan untuk
penanggulangan bencana alam secara terpadu. Sistem yang dimaksud
ialah klaster nasional yang dikoordinasikan oleh Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) di mana Kemensos bertugas dalam
klaster perlindungan dan pengungsian serta klaster logistik.
"Fokus penanganan adalah evakuasi pengungsi ke tempat aman, serta
kelompok rentan yang terdiri atas lansia, anak-anak, penyandang
disabilitas, dan kelompok khusus lainnya," kata Mensos dalam
keterangan resmi akhir 2018 terkait tsunami Selat Sunda, Senin (31/12).
Pada saat terjadinya bencana dan pemerintah daerah telah menetapkan
status tanggap darurat, lanjut Agus, Kemensos mengerahkan seluruh
potensi penanggulangan bencana alam. Yakni pengerahan personel
Tagana dan Sahabat Tagan, KSB, Kendaraan Siaga Bencana, barang
persediaan, alat evakuasi, alat dan sistem komunikasi, dan kerja sama
lembaga pemerintah dengan NGO.
"Barang persediaan terdiri atas makanan, sandang, kebutuhan keluarga
dan anak, kebutuhan khusus untuk penyandang disabilitas. Ini adalah
kebutuhan mendesak yang diperlukan warga terdampak bencana," tutur
Mensos.
Selain pemenuhan kebutuan makanan, perlindungan sosial korban
bencana alam juga memprioritaskan tersedianya alat evakuasi terdiri
atas tenda pengungsi, tenda dapur umum, tenda keluarga di lokasi
pengungsian. Kemensos, lanjutnya, juga memiliki alat evakuasi berupa
perahu karet, perahu seafrog polytheline, perahu doplhin, kapal cepat
evakuasi dan logistik yang siap digunakan bila diperlukan.
"Kendaraan Siaga Bencana juga wajib siap 24 jam sewaktu-waktu
diperlukan. Misalnya Mobil Dapur Umum Lapangan, Mobil Rescue
Tactical Unit (RTU), Truck Bak Kayu. Mobil Tangki Air, Motor Trail,".
Seluruh barang persediaan dan alat evakuasi disimpan di gudang
logistik terdiri atas satu gudang pusat, dua gudang regional, 34 lokasi
gudang provinsi, dan 514 lokasi gudang kabupaten dan kota. Gudang
pusat berada di Bekasi, Jawa Barat, dan dua gudang regional terdiri atas
gudang regional Timur di Makassar, Sulawesi Selatan, dan gudang
regional Barat di Palembang, Sumatra Selatan.

Selanjutnya, untuk mempercepat penanganan korban bencana alam,


Kementerian Sosial bekerja sama dengan kementerian dan lembaga
terkait, 4 lembaga PBB, 12 NGO internasional dan lebih dari 100 NGO,
serta peran dunia usaha melalui CSR mereka. "Terakhir atau tahap
ketiga, setelah masa tanggap darurat bencana selesai adalah
melakukan pemulihan dan penguatan korban. Meliputi pemberian
Bantuan Pemulihan Sosial terdiri atas Jaminan Hidup, BBR, santunan
dan isi hunian tetap, serta yang sangat penting adalah Layanan
Dukungan Psikososial (LDP). Layanan LDP ini bahkan telah kami mulai
sehari setelah bencana terjadi untuk memberikan kekuatan dan
pendampingan kepada warga terdampak bencana,".

Anda mungkin juga menyukai