OLEH:
ASFIA SUKMARNIS paradigma
CAHAYA FADILAH
CYNTIA RAHMADANI penanggulang
FITRI FEBRIYANTI
GUSRIDA DAHRI
an bencana
GUSTINA YULIA
Pergeseran Paradigma
Penanggulangan Bencana
Selama ini masih banyak masyarakat yang melihat bencana
alam sebagai sesuatu yang datang di luar kemampuan
manusia atau suatu peristiwa yang begitu saja terjadi tanpa
pemberitahuan sehingga kecenderungannya adalah menunggu
kejadian tersebut dialami atau menimpa diri mereka.
PANDANGAN PROGRESSIF
PANDANGAN HOLISTIC
kejadian alam dapat menjadi ancaman bencana jika
bertemu dengan kerentanan serta ketidakmampuan
masyarakat menghadapi risiko. Pandangan ini dikenal
dengan paradigm pengurangn risiko.
Cara pandang baru terhadap pengelolaan bencana ini juga
kemudian dijadikan kesepakatan international melalui Kerangka
Aksi Hygo 2005-2015 yang diadopsi oleh Konferensi Dunia untuk
Pengurangan Bencana atau yang dikenal dengan World
Conference on Disaster Reduction (WCDR). WCDR ini
ditandatangani oleh 168 negara dan badan-badan multilateral.
Lima prioritas yang ditegaskan dalam kerangka tersebut meliputi:
Seksi Kedaruratan dan Logistik : Seksi Kedaruratan dan Logistik mempunyai tugas membantu Kepala
Pelaksana dalam mengkoordinasikan dan melaksanakan kebijakan Penanggulangan Bencana pada saat
tanggap darurat, dan dukungan logistik, mempunyai fungsi :
Perumusan kebijakan di bidang Penanggulangan Bencana pada saat tanggap darurat, penanganan
pengungsi dan dukungan logistik;
Pengkoordinasian dan pelaksanaan kebijakan di bidang Penanggulangan Bencana pada saat tanggap
darurat, penanganan pengungsi dan dukungan logistik;
Komando pelaksanaan penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat;
Pelaksanaan hubungan kerja di bidang Penanggulangan Bencana pada saat tanggap darurat,
penanganan pengungsi dan dukungan logistik ; dan
Pemantauan, evaluasi, dan analisa pelaporan tentang pelaksanaan kebijakan di bidang
Penanggulangan Bencana pada saat tanggap darurat, penanganan pengungsi dan dukungan logistik.
Seksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi : Seksi Rehabilitasi
dan Rekonstruksi mempunyai tugas membantu Kepala
Pelaksana dalam mengkoordinasikan dan
melaksanakan kebijakan dibidang Penanggulangan
Bencana pada Pasca Bencana, mempunyai fungsi :
Perumusan kebijakan dibidang penanggulangan
bencana pada pasca bencana;
Pengkoordinasian dan pelaksanaan kebijakan
dibidang penanggulangan bencana pada pasca
bencana;
Pelaksanaan hubungan kerja dibidang
Penanggulangan Bencana pada Pasca Bencana; dan
Pemantauan, evaluasi dan analisis pelaporan
tentang pelaksanaan kebijakan dibidang
Penanggulangan Bencana pada Pasca
Contoh bencana
TSUNAMI SELAT SUNDA 2018
Pada tanggal 22 desember 2018 peristiwa yang disebabkan oleh letusan
anak krakatau di selat sunda menghantam daerah pesisir banten dan
lampung. Sedikitnya 426 orang tewas dan 7.202 orang terluka dan 23
orang hilang akibat peristiwa ini
Dalam setiap kejadian bencana alam, pemerintah dalam hal ini
Kementerian Sosial hadir di tengah lokasi bencana memberikan
perlindungan sosial korban bencana alam. Mensos Agus Gumiwang
Kartasasmita menjelaskan Program Perlindungan Sosial Korban Bencana
Alam meliputi tiga tahap yakni Prabencana saat bencana dan
Pascabencana.
Pada tahap Prabencana, Kemensos membangun sistem kesiapsiagaan
dan mitigasi bencana meliputi penyiapan bufferstock logistik, penyiapan
sarana dan prasarana, penyiapan Taruna Siaga Bencana (Tagana),
Kampung Siaga Bencana (KSB), dan petugas lainnya.
Pada saat bencana mengaktivasi sistem yang sudah dipersiapkan untuk
penanggulangan bencana alam secara terpadu. Sistem yang dimaksud
ialah klaster nasional yang dikoordinasikan oleh Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) di mana Kemensos bertugas dalam
klaster perlindungan dan pengungsian serta klaster logistik.
"Fokus penanganan adalah evakuasi pengungsi ke tempat aman, serta
kelompok rentan yang terdiri atas lansia, anak-anak, penyandang
disabilitas, dan kelompok khusus lainnya," kata Mensos dalam
keterangan resmi akhir 2018 terkait tsunami Selat Sunda, Senin (31/12).
Pada saat terjadinya bencana dan pemerintah daerah telah menetapkan
status tanggap darurat, lanjut Agus, Kemensos mengerahkan seluruh
potensi penanggulangan bencana alam. Yakni pengerahan personel
Tagana dan Sahabat Tagan, KSB, Kendaraan Siaga Bencana, barang
persediaan, alat evakuasi, alat dan sistem komunikasi, dan kerja sama
lembaga pemerintah dengan NGO.
"Barang persediaan terdiri atas makanan, sandang, kebutuhan keluarga
dan anak, kebutuhan khusus untuk penyandang disabilitas. Ini adalah
kebutuhan mendesak yang diperlukan warga terdampak bencana," tutur
Mensos.
Selain pemenuhan kebutuan makanan, perlindungan sosial korban
bencana alam juga memprioritaskan tersedianya alat evakuasi terdiri
atas tenda pengungsi, tenda dapur umum, tenda keluarga di lokasi
pengungsian. Kemensos, lanjutnya, juga memiliki alat evakuasi berupa
perahu karet, perahu seafrog polytheline, perahu doplhin, kapal cepat
evakuasi dan logistik yang siap digunakan bila diperlukan.
"Kendaraan Siaga Bencana juga wajib siap 24 jam sewaktu-waktu
diperlukan. Misalnya Mobil Dapur Umum Lapangan, Mobil Rescue
Tactical Unit (RTU), Truck Bak Kayu. Mobil Tangki Air, Motor Trail,".
Seluruh barang persediaan dan alat evakuasi disimpan di gudang
logistik terdiri atas satu gudang pusat, dua gudang regional, 34 lokasi
gudang provinsi, dan 514 lokasi gudang kabupaten dan kota. Gudang
pusat berada di Bekasi, Jawa Barat, dan dua gudang regional terdiri atas
gudang regional Timur di Makassar, Sulawesi Selatan, dan gudang
regional Barat di Palembang, Sumatra Selatan.