Anda di halaman 1dari 46

KONSEPSI DASAR

MANAJEMEN
BENCANA

Ahmad Hasan Basri.,S.Kep.Ns.,M.Kep.


Bencana (disaster)
Suatu kejadian, yang disebabkan
oleh alam atau karena ulah manusia,
terjadi secara tiba-tiba atau perlahan-
lahan, sehingga menyebabkan
hilangnya jiwa manusia, harta benda
dan kerusakan lingkungan, kejadian
ini terjadi di luar kemampuan
masyarakat dengan segala sumber
dayanya.
Jenis Bencana
 Geologi  Teknologi
 Gempa bumi, tsunami,  Kecelakaan
longsor, gerakan tanah transportasi, industri
 Hidro-meteorologi
 Lingkungan
 Kebakaran,kebakaran
 Banjir,
topan, banjir hutan, penggundulan
bandang, kekeringan hutan.
 Biologi  Sosial
 Epidemi,penyakit  Konflik, terrorisme
tanaman, hewan
Beberapa Sudut Pandang tentang
Bencana :
 Konvensional
 Ilmu Pengetahuan Alam
 Ilmu Terapan
 Progresif
 Ilmu Sosial
 Holistik
Pandangan Konvensional
 Bencana merupakan kodrat alam (takdir)
 Terjadinya bencana merupakan suatu:
 musibah atau kecelakaan;
 tidak dapat diprediksi;
 tidak menentu terjadinya;
 tidak terhindarkan;
 tidak dapat dikendalikan.

 Masyarakat dipandang sebagai ‘korban’ dan


‘penerima bantuan’ dari pihak luar.
Pandangan dari Ilmu Pengetahuan
Alam
 Bencana merupakan unsur lingkungan fisik
yang membahayakan kehidupan manusia.
 Sebagai kekuatan alam yang terjadinya luar
biasa, tidak seperti biasanya (normal)
 Bencana merupakan proses geofisika,
geologi dan hidrometeorologi.
 Pandangan ini menganggap semua bencana
adalah peristiwa alamiah, tidak menganggap
manusia sebagai penyebab bencana.
Pandangan Sudut Pandang Ilmu
Terapan
 Pandangan ini melihat bencana berdasarkan
pada besarnya ketahanan atau tingkat
kerusakan akibat bencana.
 Pandangan ini dilatar belakangi oleh ilmu-
ilmu teknik sipil, bangunan, konstruksi.
 Memandang bencana lebih ditujukan pada
upaya untuk meningkatkan kekuatan fisik
struktur bangunan untuk memperkecil
kerusakan.
Pandangan yang Progresif
 Pandangan ini menganggap bencana
sebagai bagian yang biasa dan selalu terjadi
dalam proses pembangunan.
 Bencana sebagai masalah yang tidak pernah
berhenti dalam perjalanan pembangunan.
 Oleh karena itu dituntut kesadaran pada
pemerintah dan masyarakat untuk mengenali
bencana di sekitarnya dan selalu
memperhitungkannya dalam pembangunan.
Pandangan dari Ilmu Sosial
 Pandangan ini memfokuskan pada sisi
manusianya, bagaimana sikap dan kesiapan
masyarakat menghadapi bahaya.
 Ancaman bahaya adalah fenomena alam,
akan tetapi bahaya itu tidak akan berubah
menjadi bencana jika manusianya siap atau
tanggap.
 Besarnya bencana tergantung pada
perbedaan tingkat kerentanan masyarakat
menghadapi bahaya atau ancaman bencana.
Pandangan yang Holistik
 Pendekatan ini menekankan pada adanya
bahaya, kerentanan dan risiko serta
kemampuan masyarakat dalam menghadapi
bahaya dan risiko.
 Gejala alam dapat menjadi bahaya, jika
mengancam manusia dan harta benda.
 Bahaya jika bertemu dengan kerentanan dan
ketidakmampuan masyarakat akan menjadi
risiko bencana.
 Risiko bencana akan berubah menjadi
bencana, jika ada pemicu kejadian.
Terjadinya Bencana
Pemicu

Bahaya

RISIKO
BENCANA
BENCANA

Kerentanan
Beberapa Paradigma dalam
Manajemen Bencana

 Bantuan Darurat
 Mitigasi
 Pembangunan
 Pengurangan Resiko
Paradigma Bantuan Darurat
 Penanganan bencana difokuskan pada saat
kejadian bencana melalui pemberian bantuan
darurat (relief) berupa: pangan, tempat
penampungan, kesehatan.
 Tujuan utama penanganan adalah untuk
meringankan penderitaan korban,
memperbaiki kerusakan ketika terjadi
bencana dan segera mempercepat upaya
pemulihan (recovery).
Paradigma Mitigasi
 Penanganan dengan memfokuskan pada
pengenalan daerah rawan ancaman bencana
dan pola perilaku individu/ masyarakat yang
menimbulkan kerentanan terhadap bencana.
 Mitigasi atau meminimalkan dampak terhadap
ancaman bencana dilakukan secara struktural/
bangunan, sedangkan mitigasi terhadap pola
perilaku yang rentan melalui non struktural,
seperti relokasi permukiman, peraturan-
peraturan bangunan dan penataan ruang.
Paradigma Pembangunan
 Manajemen bencana yang memfokuskan
pada faktor-faktor penyebab dan proses
terjadinya kerentanan masyarakat terhadap
bencana.
 Manajemen bencana dikaitkan dengan
sektor-sektor pembangunan, seperti masalah
kemiskinan, kualitas hidup, pemilikan lahan,
akses terhadap modal, pendidikan yang
rendah, inovasi teknologi dsb.
Paradigma Pengurangan Risiko

 Kombinasi dari sudut pandang teknis dan ilmiah


terhadap kondisi sosial, ekonomi dan politis.
 Menganalisis risiko bencana berdasarkan,
ancaman/bahaya, kerentanan dan kemampuan
masyarakat.
 Tujuannya untuk meningkatkan kemampuan untuk
mengelola dan mengurangi risiko, dan juga mengurangi
terjadinya dan dampak bencana.
 Manajemen bencana dilakukan bersama oleh semua
parapihak (stakeholder), lintas sektor dan dengan
pemberdayaan masyarakat.
Pergeseran Paradigma
dalam Manajemen Bencana

Pandangan
Holistik Pengurangan
Resiko

Pandangan
Ilmu Peng. Sosial

Pandangan Pembangunan
Progresif

Pandangan
Ilmu Peng. Terapan Mitigasi

Pandangan
Ilmu Peng. Alam

Pandangan Relief /
Konvensional Bantuan
MANAJEMEN
BENCANA
Definisi Manajemen Bencana
Segala upaya atau kegiatan yang
dilaksanakan dalam rangka pencegahan,
mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap darurat
dan pemulihan berkaitan dengan bencana
yang dilakukan pada sebelum, pada saat
dan setelah bencana.
MANAJEMEN BENCANA

MANAJEMEN
RESIKO
BENCANA
MITIGASI
MANAJEMEN MANAJEMEN
KESIAPSIAGAAN KEDARURATAN PEMULIHAN

PRA BENCANA SAAT BENCANA PASCA BENCANA


 BENCANA :
kejadian/peristiwa bencana yang diakibatkan
oleh alam atau ulah manusia, baik yang
terjadi secara tiba-tiba atau perlahan-
lahan,dapat menyebabkan hilangnya jiwa
manusia, trauma fisik dan psikis, kerusakan
harta benda dan lingkungan, yang mampu
melampaui kemampuan sumberdaya
masy.untuk mengatasinya.

21
 GAWAT DARURAT :
Keadaan dimana diperlukan pertolongan
segera ( cepat,cermat,tepat) untuk
mencegah kematian atau kecacatan
 TANGGAP DARURAT :
Upaya penanggulangan dampak yang timbul
akibat bencana, terutama penyelamatan korban
dan harta benda, evakuasi dan pengungsian.

22
 PENCEGAHAN ( PREVENTION )
:
Upaya pencegahan terjadinya bencana
dan jika mungkin meniadakan bencana.
 MITIGASI ( MITIGATION ) :
Upaya untuk mengurangi dampak
bencana, baik fisik struktural melalui
pembuatan bangunan fisik maupun non
fisik struktural melalui undang-undang &
23 pelatihan
 KESIAPSIAGAAN
(PREPAREDNESS):
Upaya mengantisipasi bencana, melalui
pengorganisasian langkah – langkah
tepat guna dan berdaya guna.

24
SIKLUS MANAJEMEN BENCANA

BENCANA

Tanggap
Darurat
Kesiapsiagaan

Pencegahan Rehabilitasi
dan Mitigasi
Lingkaran
Disaster Management
Bencana

IMPACT

PREPAREDNESS ACUTE
Kesiagaan RESPONSE
Tanggap Darurat

MITIGATION RECOVERY
Pengurangan Dampak Pulih Asal

PREVENTION DEVELOPMENT
Pencegahan Pembangunan
Metode Penerapan

Risk = Hazard x Vulnerability


---------------------
Capacity
Risiko dapat diperkecil bila kapasitas
diperbesar dan kerentanan diperkecil serta
pementauan bahaya secara dini
(meningkatkan kemampuan
penanggulangan)
Risiko Bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat
bencana pada suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu yang
dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa
aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta dan
gangguan kegiatan masyarakat.

Kerentanan adalah suatu kondisi dari suatu komunitas atau


masyarakat yang mengarah atau menyebabkan ketidakmampuan
dalam menghadapi ancaman bencana

Kapasitas adalah penguasaan sumberdaya, cara dan kekuatan


yang dimiliki masyarakat yang memungkinkan mereka untuk
mempertahankan dan mempersiapkan diri mencegah,
menanggulangi, meredam, serta dengan cepat memulihkan diri
dari akibat bencana.
Meningkatkan kemampuan
penanggulangan
Hazard = Pemicu kejadian
- Hazard Control = Peringatan dini / Early
warning ( BMG )
Vulnerability = Kerentanan
- analisa situasi dampak bencana.
- Meningkatkan kewaspadaan
Capacity = Kapasitas
- Membangun Kapasitas / Capacity building
- Disaster Management ( Sat-lak)
MANAJEMEN
KEDARURATAN
Keadaan Darurat
Situasi/kondisi kehidupan atau
kesejahteraan individu manusia atau
masyarakat akan terancam, apabila tidak
dilakukan tindakan yang tepat dan segera,
sekaligus menuntut tanggapan dan cara
penanganan yang luar biasa (diluar
prosedur rutin/standar)
Manajemen Kedaruratan
(emergency management)

 Seluruh kegiatan yang meliputi aspek


perencanaan dan penanggulangan
kedaruratan, pada menjelang, saat dan
segera setelah terjadi keadaan darurat.
 Manajemen kedaruratan ini mencakup :
 siagadarurat
 tanggap darurat,
 pemulihan darurat,
Kegiatan Tanggap Darurat
 Manajemen dan Koordinasi
 Perlindungan, Penerimaan dan Pendataan
 Pangan dan Nutrisi
 Logistik dan Transportasi
 Penampungan Sementara
 Air Bersih
 Sanitasi Lingkungan
 Pelayanan Kesehatan
 Pelayanan Masyarakat
 Pendidikan
Manajemen & Koordinasi
Manajemen Tanggap Darurat
diperlukan 3 C:
- Command (komando)
- Control (pengendalian)
- Coordination (kordinasi)
Bentuk kegiatan:
- Mendirikan POSKO
- Membuat Tim Reaksi Cepat

Kegiatan ini merupakan


tugas: BAKORNAS,
SATKORLAK dan SATLAK
Perlindungan & Pendataan
Kegiatan ini meliputi :
Evakuasi korban yg masih
hidup dan meninggal
Memberikan pertolongan
dan perlindungan bagi
korban selamat
Menerima dan memberikan
tempat penampungan
sementara
Mendata dan mencatat agar
memudahkan dalam
pengurusan pelayanan
Tugas ini dilakukan oleh
Pemda (Dinas
Kependudukan)
Pangan
Pada tahap awal yg diberikan
adalah makanan siap santap,
karena tidak dapat memasak.
Pendirian dapur umum
Pemberian jatah hidup per
keluarga, apabila sudah
didata dan mendapatkan
tempat penampungan
Jenis pangan disesuaikan
dengan makanan pokok
setempat
Standar Departemen Sosial
400 g dan Rp 3000,- (per
orang per hari)
Logistik & Transportasi
Pengumpulan, pengadaan,
penyimpanan dan penyaluran
bantuan logistik sangat
diperlukan pada tanggap
darurat.
Diperlukan gudang dan
sarana transportasi
Perbaikan prasarana jalan
dan jembatan, pelabuhan dan
bandara sangat vital.
Dukungan transportasi
sangat ditentukan oleh
ketersediaan bahan bakar
minyak (BBM).
Dikoordinasikan oleh
Departemen Perhubungan
Penampungan Sementara
Penampungan sementara
ditempatkan pada bangunan
gedung yg aman: sekolah,
kantor, stadion, gudang, dsb.
Jika tidak memungkinkan dapat
ditempatkan di lapangan atau
tempat terbuka, dengan
mendirikan tenda-tenda.
Pada pengungsian yg cukup
lama dibuat hunian semi
permanen (huntara) yang
berupa barak yang berisi
beberapa keluarga.
Pekerjaan ini dilakukan oleh
Dinas Permukiman atau PU.
Air Bersih
Penyediaan air bersih
diarahkan pengguna-
annya untuk: mandi,
minum, cuci, memasak
Sumber air dapat
diperoleh dari: sungai,
danau, sumur, air tanah
dalam dan mata air.
Untuk itu diperlukan:
volume dan kualitas air
yg memenuhi, sistem
penampungan, pengo-
lahan, penyaluran dan
distribusinya.
Penanggung jawab:
PDAM / PU
Sanitasi
Penyediaan sarana MCK
disesuaikan dgn kebiasaan
pengungsi di daerah asal.
Sarana MCK tsb harus
mudah dipakai dan dapat
dipelihara oleh warga.
Harus diperhitungkan rasio
jumlah MCK terhadap
jumlah pengungsi.
Pengelolaan sampah diatur
pengumpulan dan
pembuangannya.
Kegiatan ini dikoordinasikan
oleh Dinas Kebersihan / PU
Kesehatan dan Nutrisi
Setiap korban bencana
mendapat perawatan
kesehatan secara gratis di
puskesmas dan RS rujukan
Pemerintah menyediakan
tenaga medis, peralatan
kesehatan dan obat-obatan.
Di samping itu dilakukan
pula imunisasi dan
vaksinasi guna mencegah
timbulnya penyakit.
Kegiatan ini dilakukan oleh
Dinas Kesehatan.
Pelayanan Masyarakat
Dalam penampungan
sementara perlu disediakan
tempat umum untuk
memberikan pelayanan, a.l:
-Media (radio, televisi)
-Komunikasi (telepon, SSB)
-Informasi (keluarga,
penyuluhan, sosialisasi,
pertemuan warga)

Peran LSM sangat


diperlukan untuk
pelayanan masyarakat.
Pendidikan
Pada tahap tanggap
darurat, proses belajar
mengajar bagi para siswa
harus tetap berjalan.
Lokal tempat belajar dapat
menggunakan bangunan
yg ada, sekolah terdekat
dan tenda-tenda darurat.
Keperluan untuk proses
belajar (buku pelajaran, alat
tulis dan keperluan lain)
harus disediakan.
Pelaksanaan kegiatan ini
adalah Dinas Pendidikan
setempat.
Penutup
 Dalam upaya penanganan bencana diperlukan
kesamaan pemahaman tentang konsepsi dasar
penanganan bencana
 Manajemen bencana selalu mengalami
pergeseran paradigma, sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan.
Sekian dan
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai