Anda di halaman 1dari 41

Pengkajian Airway,

Breathing & Circulation


SISTEM PERNAFASAN DAN SIRKULASI

Tubuh manusia terdiri dari beberapa sistem,


diantaranya yang utama adalah sistem pernafasn
dan sistem sirkulasi
• Sistem pernafasan mensuplai oksigen kedalam tubuh sesuai
dengan kebutuhan dan juga mengeluarkan karbondioksida
(CO²).

• Sistem sirkulasi inilah yang bertanggungjawab memberikan


suplai oksigen dan nutrisi keseluruh jaringan tubuh.
Komponen-komponen yang berhubungan
dengan sirkulasi adalah:
1. Jantung
2. Pembuluh Darah ( Arteri, Vena, Kapiler)
3. Darah dan kompone-komponennya.
Beberapa istilah yang berhubungan dengan
keadaan sistem pernafasan dan sistem sirkulasi
yang terganggu:
• MATI
Dalam istilah kedokteran dikenal dengan dua istilah untuk
mati: mati klinis dan mati biologis
Mati Klinis
• Tidak ditemukan adanya pernafasan dan denyut nadi.Mati klinis
dapat reversible.Pasien /korban mempunyai kesempatan waktu
selama 4-6 menit untuk dilakukan resusitasi,sehingga memberikan
kesempatan kedua sistem tersebut berfungsi kembali.

• Mati Biologis
• Terjadi kematian sel, dimana kematian sel dimulai terutama
sel otak dan bersifat irreversible, biasa terjadi dalam waktu 8 –
10 menit dari henti jantung.
Apabila Bantuan Hidup Dasar dilakukan cukup
cepat, kematian mungkin dapat dihindari seperti
tampak pada tabel di bawah ini:

• Keterlambatan Kemungkinan berhasil


1 menit 98 dari 100
2 menit 50 dari 100
10 menit 1 dari 100
Tanda-tanda pasti bahwa pasien/korban
sudah mengalami kematian :

• Lebam mayat
• Muncul sekitar 20 – 30 menit setelah kematian, darah akan
berkumpul pada bagian tubuh yang paling rendah akibat daya tarik
bumi. Terlihat sebagai warna ungu pada kulit.
• Kaku mayat

• Kaku pada tubuh dan anggota gerak setelah kematian. Terjadi 1- 23


jam kematian
• Tanda lainnya : cedera mematikan
Cedera yang bentuknya begitu parah sehingga hampir dapat dipastikan
pasien/korban tersebut tidak mungkin bertahan hidup.
Keberhasilan pertolongan
terhadap penderita gawat
darurat sangat tergantung dari
kecepatan dan ketepatan dalam
memberikan pertolongan.

• Semakin cepat pasien ditemukan maka semakin cepat pula


pasien tersebut mendapat pertolongan sehingga terhindar
dari kecacatan atau kematian.
Pasien dengan kekurangan oksigen
dapat jatuh dengan cepat ke dalam
kondisi gawat darurat sehingga
memerlukan pertolongan segera.

• Apabila terjadi kekurangan oksigen 6-8 menit akan


menyebabkan kerusakan otak permanen, lebih dari
10 menit akan menyebabkan kematian
Brain
• 2% BB
• Konsumsi O2  15-
20%
• Hypoxia < 4 Menit
• Ischemia < 10 menit
 reversible
• > 10 menit Irreversibel
 infark / Dead
Resusitasi jantung paru pada
kegawatan kardiovaskular
A. Definisi

• Resusitasi mengandung arti harfiah


“Menghidupkan kembali” tentunya dimaksudkan
usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk
mencegah suatu episode henti jantung berlanjut
menjadi kematian biologis.
B. Klasifikasi
• Resusitasi jantung paru terdiri atas 2 komponen utama yakni,

1. Bantuan hidup dasar / BHD adalah usaha yang dilakukan


untuk menjaga jalan nafas (airway) tetap terbuka,
menunjang pernafasan dan sirkulasi dan tanpa
menggunakan alat-alat bantu.
2. Bantuan hidup lanjut / BHL adalah usaha yang dilakukan
setelah dilakukan usaha hidup dasar dengan memberikan
obat-obatan yang dapat memperpanjang hidup pasien.

3. Tunjangan Hidup Terus Menerus.


C. Etiologi henti jantung dan
nafas
• Beberapa penyebab henti jantung dan nafas adalah,
1. Infark miokard akut, dengan komplikasi fibrilasi ventrikel,
cardiac standstill, aritmia lain, renjatan dan edema paru.
2. Emboli paru, karena adanya penyumbatan aliran darah
paru.
3. Aneurisma disekans, karena kehilangan darah
intravaskular.
4. Hipoksia, asidosis, karena adanya gagal jantung atau
kegagalan paru berat, tenggelam, aspirasi, penyumbatan
trakea, pneumothoraks, kelebihan dosis obat, kelainan
susunan saraf pusat.
5. Gagal ginjal, karena hiperkalemia
1. Tanda-tanda henti jantung
1. Kesadaran hilang (dalam 15 detik setelah henti
jantung)
2. Tak teraba denyut arteri besar (femoralis dan
karotis pada orang dewasa atau brakialis pada
bayi)
3. Henti nafas atau mengap-megap (gasping) T
4. erlihat seperti mati (death like appearance)
5. Warna kulit pucat sampai kelabu
6. Pupil dilatasi (setelah 45 detik).
2. Diagnosis henti jantung sudah dapat ditegakkan bila dijumpai
ketidak sadaran dan tak teraba denyut arteri besar

1. Tekanan darah sistolik 50 mmHg mungkin tidak


menghasilkan denyut nadi yang dapat diraba.
2. Aktivitas elektrokardiogram (EKG) mungkin
terus berlanjut meskipun tidak ada kontraksi
mekanis, terutama pada asfiksia.
3. Gerakan kabel EKG dapat menyerupai irama
yang tidak mantap.
4. Bila ragu-ragu, mulai saja RIP
1. Resusitasi dilakukan pada
• Infark jantung “kecil” yang mengakibatkan “kematian listrik”
• Serangan Adams-Stokes
• Hipoksia akut
• Keracunan dan kelebihan dosis obat-obatan
• Sengatan listrik
• Refleks vagal
• Tenggelam dan kecelakaan-kecelakaan lain yang masih
memberi peluang untuk hidup.
2. Resusitasi tidak dilakukan
pada :
• Kematian normal, seperti yang biasa terjadi pada
penyakit akut atau kronik yang berat.

• Stadium terminal suatu penyakit yang tak dapat


disembuhkan lagi.

• Bila hampir dapat dipastikan bahwa fungsi


serebral tidak akan pulih, yaitu sesudah ½ – 1
jam terbukti tidak ada nadi pada normotermia
tanpa RJP
A. PENGELOLAAN JALAN NAFAS (AIRWAY MANAGEMENT)

1.TUJUAN
• Membebaskan jalan napas untuk menjamin pertukaran udara
secara normal
2. PENGKAJIAN

• Pengkajian airway dilakukan bersama-sama dengan breathing


menggunakan teknik L (look), L (listen) dan F (feel) yang
dilakukan dalam satu gerakan dalam tempo waktu yang
singkat (lihat materi pengkajian ABC).
• 3. TINDAKAN
• a. Tanpa Alat
2)Membuka Jalan Nafas
• -Head Tilt (dorong kepala ke belakang)
- Chin Lift Manuver (perasat angkat dahu)
- Jaw Thrust Manuver (perasat tolak rahang)

• Pada pasien yang diduga mengalami cedera leher dan kepala hanya
dilakukan Jaw Thrust dengan hati-hati dan mencegah gerakan leher.
2)Membersihkan jalan nafas

-Finger Sweep (sapuan jari)

Dilakukan bila jalan napas tersumbat karena


adanya benda asing dalam rongga mulut
belakang atau hipofaring (gumpalan darah,
muntahan, benda asing lainnya) dan hembusan
napas hilang.
• Abdominal Thrust (Heimlich Manuver)

• Chest Thrust (Pijatan dada)


• Back Blow (Tepukan Pada Punggung)
b. Dengan Alat

1) Pemasangan Pipa (Tube)


Dipasang jalan napas buatan (pipa orofaring, pipa nasofaring). Pipa
orofaring digunakan untuk mempertahankan jalan nafas dan menahan
pangkal lidah agar tidak jatuh ke belakang yang dapat menutup jalan
napas terutama pada pasien-pasien tidak sadar.
• Bila dengan pemasangan jalan napas tersebut pernapasan belum
juga baik, dilakukan pemasangan pipa endotrakhea
(ETT/endotracheal tube). Pemasangan pipa endotrakhea akan
menjamin jalan napas tetap terbuka, menghindari aspirasi dan
memudahkan tindakan bantuan pernapasan.
2) Penghisapan Benda Cair (Suctioning)

• Bila terdapat sumbatan jalan napas karena benda cair


maka dilakukan penghisapan (suctioning). Penghisapan
dilakukan dengan menggunakan alat bantu pengisap
(penghisap manual portabel, pengisap dengan sumber
listrik).
3) Membuka Jalan Nafas Dengan
Krikotirotomi
• Bila pemasangan pipa endotrakhea tidak mungkin
dilakukan, maka dipilih tindakan krikotirotomi dengan
jarum. Untuk petugas medis yang terlatih dan trampil,
dapat dilakukan krikotirotomi dengan pisau .
B. PENGELOLAAN FUNGSI PERNAFASAN (BREATHING
MANAGEMENT)

• 1. TUJUAN
• Memperbaiki fungsi ventilasi dengan cara membersihkan
pernafasan buatan untuk menjamin kebutuhan oksigen dan
pengeluaran karbondioksida.
• 2. PENGKAJIAN
• Gangguan fungsi pernafasan dikaji dengan melihat tanda-
tanda gangguan pernafasan dengan metode LLF dan telah
dilakukan pengelolaan jalan nafas tetapi tetap tidak ada
pernafasan.
• 3. TINDAKAN
• a. Tanpa Alat

Memberikan pernafasan buatan dari mulut ke mulut atau dari


mulut ke hidung sebanyak 2 (dua) kali tiupan dan diselingi
ekshalasi.
• b. Dengan Alat
• Memberikan pernafasan buatan dengan alat “Ambu Bag” (self
inflating bag). Pada alat tersebut dapat pula ditambahkan
oksigen. Pernapasan buatan dapat pula diberikan dengan
menggunakan ventilator mekanik.
• Memberikan bantuan nafas dan terapi oksigen dengan
menggunakan masker, pipa bersayap, balon otomatis (self
inflating bag dan valve device) atau ventilator mekanik.
C. PENGELOLAAN SIRKULASI
(CIRCULATION MANAGEMENT)
• 1. TUJUAN

Mengembalikan fungsi sirkulasi darah.


• 2. PENGKAJIAN

Gangguan sirkulasi dikaji dengan meraba arteri besar seperti


arteri femoralis dan arteri karotis. Perabaan arteri karotis
sering dipakai untuk mengkaji secara cepat. Juga melihat
tanda-tanda lain seperti kulit pucat, dingin dan CRT (capillary
refill time) > 2 detik.

Gangguan sirkulasi dapat disebabkan oleh syok atau henti


jantung. Henti jantung mengakibatkan suplai oksigen ke
jaringan terhenti dan menyebabkan kematian dengan segera.
• Henti jantung ditandai dengan :

- Hilang kesadaran
- Apneu atau gasping
- Sianosis dan pucat
- Tidak ada pulse (pada karotis atau femoralis)
- Dilatasi pupil (bila henti sirkulasi > 1 menit
3. TINDAKAN
Tindakan untuk mengembalikan sirkulasi darah dilakukan dengan
eksternal chest compression (pijat jantung) untuk mengadakan
sirkulasi sistemik dan paru. Sirkulasi buatan (artificial circulation)
dapat dihasilkan dengan intermitten chest compression.
• Eksternal chest compression menekan sternum ke bawah
sehingga jantung tertekan antara sternum dan vertebrae
menimbulkan “heart pump mechanism”, dampaknya jantung
memompa darah ke sirkulasi dan pada saat tekanan dilepas
jantung melebar sehingga darah masuk ke jantung.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai