Anda di halaman 1dari 79

BANTUAN HIDUP DASAR

Basic Cardiac Life Support


PERKI 2016
Tujuan Pembelajaran

• Menjelaskan ringkasan anatomi dan fisiologi sistem


respirasi, kardiovaskular dan serebral.

• Menjelaskan tata laksana sumbatan jalan napas akibat


benda asing pada orang dewasa dan anak.

• Menjelaskan rantai kelangsungan hidup dan survei


primer pada bantuan hidup dasar.

• Menjelaskan bantuan hidup dasar pada orang dewasa,


anak dan pada kondisi khusus.
Pendahuluan

• Kematian akibat penyakit jantung paling utama


disebabkan karena henti jantung mendadak.

• Fibrilasi ventrikel merupakan irama henti jantung yang


paling sering dijumpai.

• Keberhasilan bantuan hidup dasar bila dalam 5 menit


pertama dilakukan bantuan AED.

• Bantuan hidup jantung dasar merupakan gabungan


pengamatan dan tindakan yang tidak terputus yang
disebut Rantai kelangsungan hidup (Chain of Survival).
Pendahuluan

• Komponen yang harus dikuasai oleh penolong


pada bantuan hidup dasar

– Pengetahuan penilaian keadaan pasien


– Pelaksanaan kompresi dada yang baik
– Penilaian pergerakan dada serta pemberian bantuan
napas yang baik
– Penggunaan Automated External Defibrillator (AED)
yang baik
• Pelaksanaan Bantuan Hidup Jantung Dasar
yang baik diharapkan :

– Henti jantung dapat dicegah serta transportasi pasien


dapat cepat dilaksanakan
– Fungsi jantung dan paru dapat diperbaiki dengan
menggunakan AED dan Kompresi
– Otak dapat dipertahankan karena suplai darah
terpelihara sampai bantuan tiba
ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM

● RESPIRASI

● KARDIVASKULER

● SEREBRAL
Anatomi dan Fisiologi Sistem Respirasi
Anatomi sistem respirasi :
1. Saluran Napas
2. Alveoli
3. Komponen neuromuskular
4. Komponen pembuluh darah

Fungsi respirasi :
membawa O2 dari luar tubuh
masuk ke dalam darah dan
membuang CO2 dari dalam
tubuh.
Gangguan Sistem Respirasi
Type gangguan respirasi :
1. Gangguan oksigenasi (hipoksia)
2. Ganguan respirasi (hiperkarbia)
3. Kombinasi gangguan oksigenasi dan gangguan
respirasi

Penyebab
Diagosis gangguan respirasi :
dan tindakan
Tindakan :
1. Gangguan karena kontrol sentral
1. Pemberian oksigen
respirasi non invasif
terganggu
2. Bebaskan jalan napas
2. Ganguan karena(triple
prosesmanuver)
diluar sistem
3. Pemberian oksigen dengan manual ventilation dan
respirasi
tindakan invasif (intubasi,
3. Ganguan LMA, didalam
karena proses Combitube)paru.
Anatomi dan Fisiologi
Sistem Kardiovaskular

Sistem kardiovaskular :
1. Jantung: sebagai pompa
darah ke seluruh tubuh
• 2 atrium dan 2 ventrikel
• Perikardium :
pembungkus/selaput
jantung.
• Otot jantung :
miokardium
2. pembuluh darah (arteri,
vena dan kapiler).
Anatomi dan Fisiologi
Sistem Kardiovaskular
Fisiologi jantung

Makrosirkulasi :
Sirkulasi darah dari jantung ke
paru dan kembali ke paru serta
ke seluruh tubuh.

Mikrosirkulasi :
Pertukaran gas karbondioksida
serta oksigen terjadi pada
mitokondria secara terus
menerus yang diteruskan ke
dalam darah sebelum terjadi
pertukaran di alveolus.
Anatomi dan Fisiologi
Sistem Serebrovaskular

Anatomi :
• Otak besar (serebrum)
• Otak kecil (serebelum)
• Batang otak dan
• Ssusunan saraf spinal

Fungsi :
• Serebrum: mengendalikan
sebagian besar kegiatan sensorik
dan motorik.
• Batang otak: jaras (traktus) yang
menghubungkan antara otak
besar, otak kecil dan saraf spinal
dan pusat pengendali saraf
otonom (pusat respirasi dan
sirkulasi)
Anatomi dan Fisiologi
Sistem Serebrovaskular

Hubungan fungsi otak dengan sistem respirasi


dan kardiovaskular

• Otak paling banyak memerlukan oksigen .


• Hipoksia dan hiperkarbia menganggu fungsi otak
• Gangguan fungsi jantung, pembuluh darah dan
kadar hemoglobin mempengaruhi fungsi otak
• Saat henti jantung, fungsi otak paling rawan
terganggu
RANTAI KELANGSUNGAN HIDUP
pada
BANTUAN HIDUP DASAR
Rantai Kelangsungan Hidup di RS

1 2 3 4

Dikutip dari AHA CPR and ECC guidelines 2015


Rantai Kelangsungan Hidup di RS
1 2 3 4 5

1. Pengawasan dan pencegahan


2. Aktavasi sistem gawat darurat
3. Resusitasi jantung paru segera
4. Defibrilasi segera
5. Penaganan pasca henti jantung yang terintegrasi
Dikutip dari AHA CPR and ECC guidelines 2015
Rantai Kelangsungan Hidup di luar RS

1 2 3 4 5

1. Pengenalan kejadian henti jantung dan aktivasi sistem


gawat darurat
2. Resusitasi Jantung Segera
3. Defibrilasi segera
4. Perawatan kardiovaskular lanjutan yang efektif
5. Penanganan pasca henti jantung yang integrasi
Dikutip dari AHA CPR and ECC guidelines 2015
Survei Primer Bantuan Hidup Dasar

• Merupakan tindakan penyelamatan nyawa setelah terjadi


keadaan henti jantung.

• Tujuan: memperbaiki sirkulasi sistemik yang hilang dengan


melakukan kompresi dada diikuti pemberian bantuan
ventilasi yang efektif

• Bisa dilakukan oleh satu atau dua penolong

• Pendekatan yang dilakukan adalah sesuai dengan panduan


American Heart Association tahun 2015
Survei Bantuan Hidup Dasar
• Tujuan Utama Resusitasi Jantung Paru

• Mempertahankan kehidupan, memperbaiki kesehatan,


mengurangi penderitaan serta membatasi disabilitas
tanpa melupakan hak dan keputusan pribadi

• Perlu penguasaan diri dan materi yang baik karena


keputusan yang harus diambil itu dalam hitungan detik
Survei Bantuan Hidup Dasar
• Circulation : • Circulation
– Observasi yang dilakukan : – Tindakan yang dilaksanakan
• Pemeriksaan denyut nadi. • Kompresi dada dengan
– Maksimal 10 detik frekuensi yang cukup (100-
– Tidak dilakukan pada 120x/menit)
penderita yang mengalami • Kedalaman 5-6 cm pada orang
henti jantung mendadak dan dewasa
disaksikan
• Bayi-Anak, kedalaman 4-5 cm
• Harus terjadi recoil dada
sempurna
• Interupsi seminimal mungkin
Survei Bantuan Hidup Dasar

• Airway :

• Observasi yang dilakukan :


• Jalan napas diperiksa bila setelah dikompresi 30x dan
saat pemberian bantuan napas, dada tidak tampak
mengembang

• Tindakan yang dilakukan

• Mempertahankan patensi jalan napas dengan Head Tilt


Chin Lift
Survei Bantuan Hidup Dasar

• Breathing : • Breathing
– Observasi yang dilakukan : – Tindakan yang dilakukan
• Tidak ada observasi khusus • Bantuan napas diberikan dalam 1
yang dilakukan detik sampai dada mengembang
• 2 kali setelah 30 kompresi dada
• Bantuan napas yang berlebihan
dapat menyebabkan regurgitasi
dan aspirasi
Survei Bantuan Hidup Dasar

•Defibrilasi
•Memegang peranan kritis untuk pasien dengan aritmia karena :
• Irama Jantung penyebab henti jantung mendadak di luar
rumah sakit adalah Ventrikel Fibrilasi yang terapinya
adalah defibrilasi
• Semakin lama defibrilasi, keberhasilannya makin
berkurang
• Ventrikel Fibrilasi akan berubah jadi asistol seiring dengan
waktu.

•Dosis
• Dewasa 360 joule monofasik/200 joule bifasik
• Anak : 2 - 4 joule/kg, dapat diulang dengan 4 - 10 joule/kg
Bantuan Hidup Dasar
berdasarkan Kriteria Penolong
Survei Bantuan Hidup Dasar

•Keputusan Penghentian RJP karena :


• Bila penolong sudah memberikan pertolongan
secara optimal
• Penolong sudah mempertimbangkan apakah
penderita terpapar bahan beracun atau mengalami
over dosis obat
• Kejadian henti jantung tidak disaksikan penolong
• Asistol yang menetap terekam selama 10 menit atau
lebih
Survei Bantuan Hidup Dasar

•Implementasi penghentian usaha RJP

• Asistol yang menetap atau tidak terdengar denyut nadi


pada neonatus lebih dari 10 menit
• Penderita tidak respons terhadap bantuan hidup jantung
lanjutan lebih dari 20 menit
• Berdasarkan keputusan klinik yang layak
• Semakin lama waktu yang diperlukan, semakin menurun
keberhasilan resusitasi
Survei Bantuan Hidup Dasar

• RJP lebih lama dikerjakan pada penderita dengan :


• Usia Muda
• Asistol menetap karena toksin atau gangguan elektrolit
• Hipotermia
• Overdosis Obat
• Usaha bunuh diri
• Permintaan Keluarga
• Korban tenggelam di air dingin
Tujuan ACLS pada pasien henti
jantung

1. Mencegah terjadinya henti jantung dengan :


1. Memaksimalkan manajemen lanjutan jalan napas
2. Pemberian jalan napas
3. Pemberian obat – obatan

2. Terapi defibrilasi

3. Defibrilasi jika terjadi VF, mencegah fibrilasi berulang,


menstabilkan penderita setelah resusitasi
Bantuan Hidup Dasar Pada
Orang Dewasa
Bantuan Hidup Dasar Pada Orang Dewasa

• Tujuan

• Memberikan bantuan sirkulasi dan pernapasan yang adekuat


sampai henti jantung teratasi atau sampai pasien dinyatakan
meninggal dunia
Bantuan Hidup Dasar Pada Orang Dewasa

• Indikasi

• Henti jantung

• Henti napas

• Tidak sadarkan diri


Tahap-tahap BHD
• Memastikan lingkungan aman
• Menilai respons
• Mengaktifkan sistem emergensi
• Chest compression (Kompresi dada)
• Airway (Jalan Napas)
• Breathing (Pernapasan)
Tahapan BHD Pada Orang Dewasa

Menilai respons

♥ Penilaian respons dilakukan


untuk menilai kesadaran dan
mencari tanda-tanda sirkulasi.
 Lakukan tepukan pada
bahu/tubuh pasien sambil
memanggil
Mengaktifkan sistem emergensi

• Yang dilakukan tergantung lokasi kita berada


• Di luar rumah sakit: Meminta bantuan dengan
berteriak atau menelepon ambulans/119.
• Bila di rumah sakit, aktifkan sistem emergensi
setempat (misalnya: code blue)
Memeriksa nadi dan napas
• Periksa nadi karotis dan periksa
apakah pasien bernapas normal
(pergerakan naik turun dada) secara
simultan antara 5-10 detik.
• Untuk menyatakan pasien memiliki
nadi, pemeriksa HARUS YAKIN bahwa
nadi teraba.
• Agonal gasping BUKAN napas normal.
Bila tidak teraba nadi 
Mulai RJP
Teknik Kompresi dada
• Dibaringkan di tempat beralas keras
• Lokasi di tulang dada, setengah bagian
bawah.
• Tekan KUAT dan CEPAT:
• Kecepatan 100-120 x/menit
• Kedalaman 5-6 cm
• Complete chest recoil
• Minimalkan interupsi terhadap kompresi dada
Teknik Kompresi dada

Menentukan lokasi kompresi


Posisi tangan
Posisi tubuh
Complete chest recoil
Tahapan BHD Pada Orang Dewasa

Airway
• Buka jalan napas

• Cara: head tilt-chin lift,


jaw thrust

• Dilakukan setelah 30
kompresi
Tahapan BHD Pada Orang Dewasa

Breathing
• Berikan bantuan napas
sampai dada mengembang
selama 1 detik , melalui:
mulut ke mulut, mulut
ke hidung, mulut ke
sungkup, menggunakan
alat kantung pernapasan

• Dilakukan setelah 30
kompresi dada
Tahapan BHD Pada Orang Dewasa

• Airway - Breathing
• Pada pemberian bantuan
napas dari mulut ke sungkup

• Letakkan sungkup pada


muka pasien dengan ke
dua ibu jari

• Head tilt chin lift

• Lakukan tiupan sambil


memperhatikan
pergerakan dinding dada
Tahapan BHD Pada Orang Dewasa

• Airway - Breathing
• Pada pemberian bantuan napas
dengan kantung pernapasan:
• teknik C-E clamp
• 2 penolong : satu penolong di
atas kepala pasien, penolong
ke dua memompa
• 1 penolong : Melakukan
pompa sambil memperhatikan
pergerakan dinding dada
ALGORITME BHD PADA ORANG DEWASA
ALGORITME BHD PADA ORANG DEWASA
Bantuan Hidup Dasar Pada Orang Dewasa
- 2 Penolong

– Tiap penolong harus mengerti peranan masing-masing.


– Penolong yang melakukan kompresi dada memberikan
pedoman dengan cara menghitung dengan suara yang
kuat
– Sebaiknya perputaran antar penolong dilakukan setiap 5
siklus / 2 menit.
– Sebelum melakukan perpindahan tempat, penolong yang
melakukan kompresi memberikan aba-aba bahwa akan
melakukan perpindahan
Bantuan Hidup Dasar Pada Orang Dewasa

• Komplikasi yang mungkin terjadi


1.Aspirasi regurgitasi
2.Fraktur tulang iga,tulang dada
3.Pneumotorak
4.Laserasi Hati-Limpa
Bantuan Hidup Dasar
Pada Anak dan Bayi
Tujuan Pembelajaran

• Mengenali tanda-tanda kegawatan dan henti jantung


pada anak
• Tata laksana bantuan hidup dasar pada anak
PENYEBAB HENTI JANTUNG
PADAANAK

• Kegawatan napas yang tidak dikelola dengan


benar (penyebab paling sering pada anak)
• Trauma
• Penyakit
• Gangguan irama jantung (jarang pada anak
umur < 8 tahun)
BANTUAN HIDUP DASAR PADAANAK
BANTUAN HIDUP DASAR PADA ANAK
TAHAPAN BHD Pada Anak
(C – A – B)
• Penilaian kesadaran
– Untuk memastikan penderita
benar-benar tidak sadarkan diri
• Kompresi
– Dilakukan setelah pemeriksaan
arteri karotis
• Buka Jalan Napas &
Beri Napas Buatan
– Ingat! Penyebab henti jantung
utama pada bayi dan anak
adalah gangguan pernapasan
TAHAPAN BHD Pada Anak
Umur 1- 8 tahun
● Kompresi dada
– Letakkan tumit satu tangan pada ½
bawah sternum, hindarkan jari-jari pada
tulang iga anak
– Menekan sternum sedalam 4-5 cm
kemudian lepaskan dengan kecepatan
100-120x/menit

● Buka jalan napas,


berikan napas buatan
– Setelah 30 kali kompresi, buka jalan napas
dan berikan 2 kali napas buatan sampai
dada terangkat (1 penolong)
– Kompresi dan napas buatan dengan rasio
15 : 2 (2 penolong)
TAHAPAN BHD Pada Bayi
● Kompresi dada
– Letakkan 2 jari satu tangan pada ½ bawah sternum; lebar 1 jari berada
di bawah garis intermamaria
– Menekan sternum sedalam 4 cm kemudian angkat tanpa melepas
jari dari sternum, dengan kecepatan 100-120 x/menit

● Buka jalan napas, berikan napas buatan


– Setelah 30 kali kompresi, buka jalan napas dan berikan 2 kali napas
buatan sampai dada terangkat (1 penolong)
– Kompresi dan napas buatan dengan rasio 15 : 2 (2 penolong)
TAHAPAN BHD Pada Bayi
• Posisi Mantap
– Gendong bayi di lengan penolong
sambil menahan perut dan dada
bayi dengan kepala bayi terletak
lebih rendah untuk mencegah
tersedak karena lidah bayi tersebut
atau aspirasi karena muntah.
– Usahakan tidak menutup mulut dan
hidung bayi.
– Monitor dan rekam tanda vital,
kesadaran, denyut nadi dan
pernapasan sampai pertolongan
lanjut datang.
Sumbatan Jalan Napas
Oleh Benda Asing
Tujuan Pembelajaran

• Mengenali tanda-tanda sumbatan jalan napas pada


orang dewasa
• Mengenali tanda-tanda sumbatan jalan napas pada anak
• Mengetahui tata laksana sumbatan jalan napas pada
orang dewasa
• Mengetahui tata laksana sumbatan jalan napas pada
anak
Pendahuluan

• Pengenalan akan sumbatan jalan napas karena benda


asing merupakan kunci keberhasilan tata laksana
• Sumbatan jalan napas dapat merupakan:
– Sumbatan jalan napas ringan
– Sumbatan jalan napas berat
• Tata laksana tergantung:
– Keparahan sumbatan
– Tingkat kesadaran pasien
TANDA-TANDA UMUM
SUMBATAN JALAN NAPAS AKIBAT BENDA ASING
Tanda- tanda Sumbatan Jalan Napas
Berdasarkan Keparahan
TATA LAKSANA SUMBATAN JALAN NAPAS
PADA ORANG DEWASA
Sumbatan Jalan Napas Akibat
Benda Asing Pada Anak

• Penyebab umumnya cairan atau benda padat


seperti makanan padat, kancing, mainan dll.

• Tata laksana pada orang dewasa, tidak bisa


diterapkan pada bayi dan anak.
TATA LAKSANA SUMBATAN JALAN NAPAS
PADA ANAK
Resusitasi Pada Kondisi Khusus
Resusitasi pada Kondisi Khusus
• Hipotermia
– Hipotermia berat, suhu kurang dari 300 C,
berhubungan dengan depresi berat dari peredaran
darah otak dan kebutuhan oksigen, penurunan
kardiak output, dan penurunan tekanan arterial.
• Pasien dapat meninggal disebabkan adanya
depresi berat pada sistem syaraf.
Resusitasi pada Kondisi Khusus
• Angkat semua pakaian basah • Jika tanda – tanda pernafasan
dari tubuh pasien tidak terdeteksi berikan nafas
• Lindungi tubuh dari udara buatan dan sebaiknya
dingin, gunakan jaket, Selimut menggunakan bag mask,
dan sebagainya menggunakan oksigen yang
memiliki kelembaban baik (42 0
• Posisikan pasien dengan letak – 46 0 C (108 0 F – 115 0 F) jika
horizontal memungkinkan
• Cegah gerakan maupun • Jika pasien tidak dalam kondisi
aktifitas yang berlebihan henti jantung berikan
• Gunakan waktu sekitar 30 – 45 penghangatan tubuh segera
detik untuk menilai Pernafasan • Jika pasien dalam henti jantung
dan sirkulasi segera mulai kompresi dada
dan berikan defibrilasi external
otomatis sampai 3 shock.
• Jika pasien tidak ada respon
lanjutkan RJP dan stabilkan
Kondisi klinisnya untuk dapat
dilakukan
• transfer ke RS
Resusitasi pada Kondisi Khusus
• Penyelaman / Tenggelam
– Komplikasi yang paling utama terjadi pada orang yang tenggelam
(tanpa ventilasi) adalah kondisi Hipoksia
– Kerusakan yang terjadi dan harapan hidup tergantung dari
lamanya keadaan hipoksia.
– Jadi oksigenisasi, ventilasi dan perfusi harus diperbaiki secepat
mungkin. Hal ini memerlukan tindakan segera.
– Jika tenggelam terjadi di air bersuhu < 50 C, hipotermia dapat
cepat terjadi. Hipotermia sekunder terjadi sebagai komplikasi dari
penyelaman dan berkurangnya panas tubuh karena evakuasi pada
saat resusitasi.
– Kondisi hypoxia itu sendiri dapat menyebabkan komplikasi pada
paru dan memerlukan pertolongan ACLS.
– Pada hampir semua korban tenggelam karena menyelam dapat
Resusitasi pada Kondisi Khusus
• Konsep kritis tata laksana bantuan hidup dasar pada Orang yang
tenggelam.

– Jika memungkinkan gunakan perahu alat mengapung untuk


menyelamatkan orang dari air. Segera berikan bantuan nafas
secepatnya.
– Jika terjadi kecelakaan pada penyelaman atau Injuri pada kepala
perlakukan leher pada posisi netral, cegah leher untuk bergerak dan
Pindahkan korban dari air dengan menggunakan papan jika
memungkinkan.
– Jangan melakukan Kompresi dada di dalam air.
– Jika memungkinkan mulai kompresi dada sesegera mungkin setelah
memindahkan korban dari air, jangan coba mengeluarkan air dari dalam
paru, Keluarkan semua bahan – bahan organik dari dalam air
– Rujuk semua korban tenggelam ke rumah sakit untuk mendapatkan
pertolongan segera
Resusitasi pada Kondisi Khusus
• Henti Jantung Karena Trauma
– Trauma syaraf sentral dengan akibat kolaps jantung
pembuluh darah.
– Hypoxia sekunder dan henti nafas menyebabkan injuri
pada syaraf, obstruksi jalan nafas atau laserasi trauma
bronchial berat.
– Trauma langsung dan berat ke organ – organ vital,
contoh jantung, aorta dan A. pulmonalis.
– Beberapa masalah medis sebelumnya dapat
menyebabkan trauma seperti sudden VF pada
pengemudi kendaraan atau motor, atau korban yang
tersengat listrik.
– Penurunan kardiak output yang berat karena tension
Resusitasi pada Kondisi Khusus
• Henti Jantung Karena Trauma
– Trauma syaraf sentral dengan akibat kolaps jantung
pembuluh darah.
– Hypoxia sekunder dan henti nafas menyebabkan injuri
pada syaraf, obstruksi jalan nafas atau laserasi trauma
bronchial berat.
– Trauma langsung dan berat ke organ – organ vital,
contoh jantung, aorta dan A. pulmonalis.
– Beberapa masalah medis sebelumnya dapat
menyebabkan trauma seperti sudden VF pada
pengemudi kendaraan atau motor, atau korban yang
tersengat listrik.
– Penurunan kardiak output yang berat karena tension
Resusitasi pada Kondisi Khusus
• Tersambar Petir
• Mortalitasnya sangat tinggi
• Bila terjadi henti jantung umumnya disebabkan
oleh Ventrikel Fibrilasi
• Penatalaksanaan tidak berbeda dengan yang lain
Resusitasi pada Kondisi Khusus
• Kehamilan
• Kasus yang menyebabkan henti jantung pada
kehamilan :
 Cairan Emboli dari Amnion
 Eklampsia
 Keracunan Obat
Resusitasi pada Kondisi Khusus
Resusitasi pada Kondisi Khusus
Resusitasi pada Kondisi Khusus
• Alergi • Asfiksia
– Reaksi - reaksi alergi – Terjadi karena
sangat jarang gangguan udara dan
– Letakkan posisi kadar oksigen
telentang. – Penatalaksanaan awal
– Jika henti nafas dan adalah ventilasi yang
jantung terjadi segera adekuat
lakukan penyelamatan
jalan nafas atau RJP.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai