Kelompok 1
Puji dan syukur kita ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah “Konsep
Managemen Bencana di komunitas”,dengan tepat waktunya. Banyak rintangan dan
hambatan yanga kami hadapi dalam penyusunan makalah ini. Namun berkat bantuan dan
dukungan dari teman teman serta bimbingan dosen,sehingga kami bisa menyelesaikan
makalah ini.
Tidak lupa pula kami mengharap kritik dan saran untuk memperbaiki makalah kami
ini, dikarenakan banyak kekurangan makalah ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang.
Kegiatan pada tahap pra bencana ini selama ini banyak dilupakan,
kegiatan pada tahap pra bencana ini sangatlah penting karena apa yang
sudah dipersiapkan pada tahap ini merupakan modal dalam menghadapi
bencana dan pasca bencana
Sedikit sekali pemerintah bersama masyarakat maupun swasta
memikirkan tentang langkah-langkah atau kegiatan-kegiatan apa yang
perlu dilakukan didalam menghadapi bencana atau bagaimana
memperkecil dampak bencana. Kegiatan saat terjadi bencana yang
dilakukan segera pada saat kejadian bencana, untuk menanggulangi
dampak yang ditimbulkan, terutama berupa penyelamatan korban dan
harta benda, evakuasi dan pengungsian, akan mendapatkan perhatian
penuh baik dari pemerintah bersama swasta maupun masyarakatnya.
Pada saat terjadinya bencana biasanya begitu banyak pihak yang
menaruh perhatian dan mengulurkan tangan memberikan bantuan tenaga,
moril maupun material.
3. Tujuan Pembelajaran
a. Kompetensi Dasar.
Manajemen Bencana
Manajemen Risiko
Bencana
Kesiapsiagaan
1. Legislasi
a. Yang sifatnya nasional, mulai UU No. 24 Tahun 2007, Peraturan
Pemerintah ada 3 : PP 21/2008 ttg penyelenggaraan penanggulangan
bencana, PP22/2008 ttg pendanaan dan pengelolaan bantuan bencana,
PP23/2008 ttg peran serta lembaga internasional dan lembaga asing
non pemerintah dalam penanggulangan bencana. Perpres No. 8 Tahun
2008 ttg BNPB, peraturan menteri terkait penanggulangan bencana,
peraturan Kepala BNPB (liat di www.bnpb.go.id) dsb
b. Yang sifatnya daerah : perda, pergub, perbup, perwali, qanun biasanya
mengatur mengenai penyelenggaraan penanggulangan bencana di
daerah, pembentukan BPBD.
2. Kelembagaan
Kelembagaan penanggulangan bencana dapat dibagi 2 : formal dan non
formal Untuk formal : di pusat ada BNPB, di provinsi ada BPBD provinsi dan
dikab/kota ada BPBD kab/kota. Dengan melihat umur UU No. 24 Tahun
2007 baru jalan 5 tahun, capaian kelembagaan per 1 agustus 2011 untuk
sudah terbentuk 34 BPBD Provinsi dan 506 BPBD kab/kota.
BNPB sebagaimana dengan BPBD Prov dan BPBD kab/kota terdiri dari
unsur pelaksana dan unsur pengarah, yang membedakan hanya jumlah
dan komposisi unsur pengarah.
3. Perencanaan
Perencanaan dalam penanggulangan bencana dapat dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Perencanaan yang berlaku untuk semua jenis bencana, yaitu rencana
penanggulangan bencana, yang kemudian didiskripsikan menjadi
rencana aksi.
b. Perencanaan untuk 1 (satu) jenis bencana, yaitu :
Rencana mitigasi : pra bencana tanpa potensi bencana, satu jenis
bencana, upaya mitigasi (struktural dan non struktural), siapa
melakukan apa, budget
Rencana kontijensi : pra bencana dengan potensi bencana, satu
jenis bencana, gunakan skenario kejadian yang paling mungkin,
siaps melakukan apa, budget, dokumen komitmen antar stakeholder
Rencana operasi : saat bencana, melaksanakan rencana kontijensi
Rencana pemulihan : pasca bencana, dasar wilayah terdampak, apa
saja yang dipulihkan, siap melakukan apa, budget.
4. Pendanaan
Pendanaan dalam penangulangan bencana dikelompokkan menjadi 2 :
a. Pendanaan dari pemerintah, dibedakan menjadi 4 berdasarkan
peruntukkannya : 1) kegiatan rutin dan operasional untuk pengurangan
risiko bencana digunakan dana DIPA, termasuk Dana Alokasi Khusus,
2) kegiatan penanganan kesiapsiagaan dengan Dana Kontigensi 3)
untuk bantuan kemanusiaan pada saat terjadi bencana digunakan
Dana Siap
5. Pengembangan Kapasitas
Pengembangan kapasitas secara efektif akan terjadi bila 3 (tiga) sub sistem
dalam sistem penangulangan bencana dijalankan dengan baik yang secara
umum dikelompokkan sebagai berikut:
a. Kelembagaan meliputi kelembagaan formal dan non formal
sumberdaya, meliputi sumberdaya manusia termasuk aparat,
masyarakat terlatih, relawan dsb. Dan sumberdaya sarana prasarana
termasuk kantor, alat komunikasi, trasnsportasi, obat-obatan dsb.
b. IPTEK, a) bagaimana penguasaan iptek di daerah mis : sudah
menggunakan komputer atau masih pakai kalkulator dan mesin ketik
untuk olah data, fax, email,b) sudahkah digunakan penerapan iptek
terapan untuk pembangunan rumah tahan gempabumi, sistem
peringatan dini, c) berapa banyak aparat BPBD/stakehoder lain yang
sudah mempelajari penanggulangan bencana lewat jalur perguruan
tinggi ? Mengingat beberapa perguruan tinggi sudah membuka program
khusus tentang penanggulangan bencana seperti UGM, ITB, IPB, Untar
(Univ. tarumanegara), Unhan (univ. pertahanan) dsb.
c. Meningkatkan kapasitas koordinasi, komando dan pelaksanaan
penanggulangan bencana termasuk pencegahan, mitigasi dan
kesiapsiagaan.
B. Penanggulangan Bencana
a. Pencegahan
Banjir
2) Tsunami
c) Pendidikan ...
d) Kemitraan
3) Gempa bumi
Tindakan Pencegahan jika gempa bumi menguncang
secara tiba-tiba, berikut ini terdapat 10 petunjuk yang dapat
dijadikan pegangan dimanapun anda berada
a) Di dalam rumah
b) Di sekolah
c) Di luar rumah
d) Di pusat perbelanjaan
Jangan menyebabkan kepanikan atau korban
dari kepanikan. Ikuti semua petunjuk dari pegawai
atau satpam.
e) Di dalam lift
f) Di kereta api
g) Di dalam mobil
i) Beri Pertolongan
j) Dengarkan Informasi
4) Gunung meletus
5) Tanah Longsor
6) Kekeringan
Mengatasi kondisi kering seperti saat ini sangat
direkomendasikan suatu teknologi penyediaan air adalah
dengan pembuatan embung. Embung adalah kolam besar
seperti waduk yang diharapkan dapat terus mengeluarkan air
di musim kemarau. Dalam proses pembuatannya perlu
memilih tempat sumber air yang dapat terus mengeluarkan
air di musim kemarau. Tujuan pembuatan embung antara
lain:
8) Abrasi
b. Mitigasi
Oleh kerena itu mitigasi mencakup semua langkah yang diambil untuk
mengurangi skala bencana di masa mendatang, baik efek maupun kondisi rentan
terhadap bahaya itu sendiri. Oleh karena itu kegiatan mitigasi lebih difokuskan
pada bahaya itu sendiri atau unsur-unsur terkena ancaman tersebut. Contoh:
pembangunan rumah tahan gempa, pembuatan irigasi air pada daerah yang
kekeringan. Mitigasi bencana yang efektif harus memiliki tiga unsur utama, yaitu
penilaian bahaya, peringatan dan persiapan.
Bencana alam adalah salah satu faktor yang bisa mengakibatkan rusaknya
lingkungan hidup. Bencana alam bila dilihat dari penyebabnya, dapat
dibedakan sedikitnya menjadi tiga jenis, yaitu geologis, klimatologis, dan
ekstra-terestial. Berikut adalah macam-macam bencana alam yang terjadi
di Indonesia, diantaranya: Tsunami, Banjir, Kebakaran, Longsor, Gunung
Berapi, Kekeringan dan Abrasi. Pencegahan bencana adalah serangkaian
kegiatan yang dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan risiko
bencana, baik melalui pengurangan ancaman bencana maupun kerentanan
pihak yang terancam bencana. Kesiapsiagaan adalah serangkaian
kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui
pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya
guna. Mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko
bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan
peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. Adapun
tahapan-tahapan yang dilakukan dalam pencegahan dan mitigasi antara
lain: