Anda di halaman 1dari 20

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Becana Alam

1. Penegertian

2. Penyebab

3. Macam-macam Bencana

4. dll

B. Manajemen Bencana Alam

1. Pra Becana

2. Intra Bencana

3. Post Bencana

C. Konsep Bencana Kebakaran

1. Penegrtian

2. Penyebab

3. Macam- Kebakaran

4. dsb

D. Mitigasi Becna Kebakaran

Tahap Pra Kebakaran meliputi

1. Pegertian

2. Menyusun Kebijakan

3. Pembuatan Peta Resiko Kebakaran


4. Menyiapkan APAR

5. Menyiapkan Jalur Evakuasi

6. Menyiapkan SPO

7. Simulasi

8. Koordinasi

E. Konsep APAR

……..

Bencana alam merupakan sebuah peristiwa yang dapat

mengancam setiap saat dan menimbulkan kerusakan terhadap lingkungan.

Bencana alam dapat terjadi di seluruh belahan dunia diantaranya gempa

bumi dan tsunami.

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang

mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat

yang disebabkan baik oleh faktor alam atau faktor non alam maupun

faktor manusia, sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,

kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis dan

di luar kemampuan masyarakat dengan segala sumber dayanya.


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bencana mempunyai arti

sesuatuyang menyebabkan atau menimbulkan kesusahan, kerugian atau

penderitaan Sedangkan bencana alam artinya adalah bencana yang

disebabkan oleh alam (Purwadarminta: 2006).

Menurut Undang-Undang No. 24 Tahun 2007, bencana adalah

peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu

kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh

faktor alam dan atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga

mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,

kerugian harta benda, dan dampak psikologis

a. Bencana alam (natural disaster)

Bencana alam merupakan fenomena atau gejala alam yang

disebabkan oleh keadaan geologi, biologis, seismis, hidrologis atau

disebabkan oleh suatu proses dalam lingkungan alam mengancam

kehidupan, struktur dan perekonomian masyarakat serta menimbulkan

malapetaka. Bencana yang termasuk bencana alam antara lain: wabah

penyakit, gelombang laut pasang, hama dan penyakit tanaman, banjir,

gempa bumi, erosi, letusan gunung berapi, angin taufan, tanah longsor,

badai tropis, kekeringan, dan kebakaran hutan.

b. Bencana akibat ulah manusia (man-made disaster)


Bencana karena ulah manusia merupakan peristiwa yang terjadi

karena proses teknologi, interaksi manusia terhadap lingkungannya serta

interaksi antara manusia itu sendiri yang dampak menimbulkan dampak

negatif terhadap kehidupan dan penghidupan masyarakat. Bencana karena

ulah manusia tersebut antara lain perang, peristiwa kerusuhan atau konflik

penduduk, kebakaran, ledakan industry atau instalasi listrik, pencemaran

lingkungan, dan kecelakaan

c. Bencana kombinasi

Bencana ini dapat disebabkan oleh ulah manusia maupun oleh

alam itu sendiri. Bencana ini dapat disebabkan oleh keadaan geologi,

biologis, seismis, hidrologis atau disebabkan oleh suatu proses dalam

lingkungan alam maupun oleh teknologi, interaksi manusia terhadap

lingkungannya serta interaksi antara manusia itu sendiri. Contoh dari

bencana yang mungkin timbul dari kom- binasi ini ialah banjir, kebakaran

hutan, longsor, erosi, dan abrasi

Dalam Undang-undang nomor 24 tahun 2007 tentang bencana

menjelaskan bahwa, bencana merupakan peristiwa atau rangkaian

peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan peng-

hidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam atau non

alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban


jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak

psikologis.

Undang-undang ini mengklasifikasikan bencana menjadi tiga

kelas adalah:

1. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan peristiwa atau

serangkaian peristiwa yang disebabkan alam, antara lain: gempal bumi,

kekeringan, tsunami, angin topan, gunung meletus, tanah. longsor, dan

banjir.

2. Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan peristiwa

atau serangkaian peristiwa yang disebabkan non alam, antara lain: gagal

teknologi, epidemi, gagal modernisasi, dan wabaht penyakit.

3. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan peristiwa atau

serangkaian peristiwa yang disebabkan manusia, yang meliputil konflik

sosial antar kelompok atau antar komunitas, dan teror


F. Mitigasi Bencana

1. Mitigasi

Mitigasi dapat juga diartikan sebagai penjinak bencana alam, dan

pada prinsipnya mitigasi adalah usaha-usaha, baik bersifat persiapan fisik

maupun nonfisik dalam menghadapi bencana alam. Persiapan fisik dapat

berupa penataan ruang kawasan bencana dan kode bangunan, sedangkan

persiapan nonfisik dapat berupa pendidikan tentang bencana alam.

Mitigasi bencana merupakan langkah yang sangat perlu dilaku-

kan sebagai suatu titik tolak utama dari manajemen bencana. Sesuai

dengan tujuan utamanya yaitu mengurangi atau meniadakan korban dan

kerugian yang mungkin timbul, maka titik berat perlu diberikan pada

tahap sebelum terjadinya bencana, yaitu terutama kegiatan penjinakan

atau peredaman atau dikenal dengan istilah Mitigasi Mitigasi pada

prinsipnya harus dilakukan untuk segala jenis bencana, baik yang


termasuk kedalam bencana alam (natural disaster) maupun bencana

sebagai akibat dari perbuatan manusia (man-made disaster).

Mitigasi pada umumnya dilakukan dalam rangka mengurangi

kerugian akibat kemungkinan terjadinya bencana, baik itu korban jiwa

atau kerugian harta benda yang akan berpengaruh pada kehidupan dan

kegiatan manusia. Untuk mendefenisikan rencana atau srategi mitigasi

yang tepat dan akurat, perlu dilakukan kajian resiko. Kegiatan mitigasi

bencana hendaknya merupakan kegiatan yang rutin dan berkelanjutan

(sustainable).

Mitigasi puslibang SDA (2003) adalah tindakan yang dilakukan

dalam jangka panjang maupun jangka pendek berupa program maupun

kebijakan yang diterapkan sebelum kekeringan terjadi atau tahap dini,

demi mengurangi resiko yang terjadi terhadap masyarakat, harta benda

yang menyangkut kebutuhan hidup. Tawangsari merupakan salah satu

wilayah yang masuk kedalam daerah rawan kekeringan, karena kondisi

tanah didaerah tersebut cukup tandus dan minimnya cadangan air

BNPB (2008) mitigasi merupakan usaha yang dilakukan. untuk

mengurangi resiko bencana melalui peningkatan kualitas fisik dan

peningkatan kesadaran, pengetahuan dan kemampuan dalam menghadapi

bencana.
Sedangkan bencana BNPB (2012) adalah peristiwa atau

serangkaian yang mengancam dan menganggu kehidupan masyarakat

yang disebabkan oleh faktor alam dan atau faktor non alam, maupun

faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa,

kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis

Depdagri (2003) menjelaskan bahwa Mitigasi bencana merupa

kan kegiatan yang sangat penting dalam penanggulangan bencana, karena

kegiatan ini merupakan kegiatan sebelum terjadinya bencana yang

dimaksudkan untuk mengantisipasi agar dampak yang ditim- bulkan

dapat dikurangi. Mitigasi adalah tindakan-tindakan untuk mengurangi

atau meminimalkan dampak dari suatu bencana terhadap masyarakat. Jadi

kegiatan kegiatan pada tahap pra bencana erat kaitannya dengan istilah

mitigasi bencana yang merupakan upaya untuk meminimalkan dampak

yang ditimbulkan oleh bencana.

Undang-undang No. 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan

bencana menyatakan bahwa mitigasi adalah serangkaian upaya untuk

mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun

penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.

Menurut Wirya Iwan (1999) mitigasi mencakup semua tindakan-

tindakan yang diambil sebelum, selama, dan setelah terjadinya peristiwa


alam dalam rangka meminimalkan dampaknya. Tindakan mitigasi

meliputi menghindari bahaya, memberikan peringatan, dan evakuasi pada

periode sebelum bahaya. Mitigasi dapat diartikan serangkaian upaya yang

dilakukan dalam rangka meminimalisir risiko yang ditimbulkan akibat

bencana, Mitigasi bencana mencakup baik perencanaan dan pelaksanaan

tindakan- tindakan untuk mengurangi resiko-resiko dampak dari suatu

bencana yang dilakukan sebelum bencana itu terjadi, termasuk kesiapan

dan tindakan-tindakan pengurangan resiko jangka panjang.

Dari konteks di atas dapat dipahami bahwa Mitigasi bencana

adalah kegiatan atau tindakan yang dilakukan dalam penanggulangan

bencana yang bertujuan untuk mengantisipasi, mengurangi dan

meminimalkan dampak dari bencana tersebut.(Wekke 2021)

a. Menempatkan korban di suatu tempat yang aman

Menempatkan korban di suatu tempat yang aman adalah hal yang

mutlak diperlukan. Hal ini sesuai dengan Deklarasi Hyogo yang

ditetapkan pada konferensi dunia tentang pengurangan bencana di Kobe

Jepang pada pertengahan Januari 2005 yang berbunyi, "Negara-negara

mempunyai tanggung jawab utama untuk melindungi orang-orang dan

harta benda yang berada dalam wilayah kewenangan dan dari ancaman

dengan memberikan prioritas yang tinggi kepada pengurangan risiko


bencana dalam kebijakan nasional, sesuai dengan kemampuan mereka

dan sumber daya yang tersedia kepada mereka

b. Membentuk tim penanggulangan bencana.

c. Memberikan penyuluhan-penyuluhan

d. Merelokasi korban secara bertahap.

Akibat kompleksnya permasalahan pascabencana, maka dibuatlah

panduan internasional mengenai prinsip-prinsip perlindungan pengungsi

Sebagai contoh, misalnya pada Pasal 18 ayat (2) dan Pasal 23 ayat (1) dan

ayat (2) dinyatakan setiap manusia inemiliki hak atas pendidikan. Selain

itu, masih banyak lagi pasal lain yang menekankan perlunya

menindaklanjuti pemberian perlindungan terhadap para pengungst, baik

yang disebabkan oleh bencana alam atau ulah manusia, termasuk konflik

bersenjata atau perang.(MPPM, t.t.)


G. Upaya-Upaya Pencegahan Bencana Alam

1. Membuat pos peringatan bencana

Salah satu upaya yang kemudian dapat diupayakan adalah dengan

mendirikan pos peringatan bencana. Pos inilah yang nantinya menentukan

warga masyarakat bisa kembali menempati tempat tinggalnya atau tidak

2. Membiasakan hidup tertib dan disiplin

Diperlukan pola hidup tertib, yaitu dengan menegakkan peraturan-

peraturan yang berhubungan dengan pelestarian lingkungan hidup. Asal

masyarakat menaatinya, berarti setidaknya kita telah berpartisipasi dalam

melestarikan lingkungan. Masyarakat juga harus disiplin.

3. Memberikan pendidikan tentang lingkungan hidup

Faktor ini telah dipertegas dalam konferensi dunia tentang langkah

pengurangan bencana alam, yang diselenggarakan lebih dari satu

dasawarsa silam, 23-27 Mei 1994 di Yokohama, Jepang. Forum ini pada
masa itu merupakan forum terbesar tentang bencana alam yang pernah

diselenggarakan sepanjang sejarah. Tercatat lebih dari 5.000 peserta hadir

yang berasal dari 148 negara.(MPPM, t.t.)

H. Resiko Bencana Serta Dampak Bencana

Indonesia merupakan Negeri dengan risiko bencana cukup tinggi.

hal ini karena Indonesia merupakan negara kepulauan sehingga rawan

tsunami. Selain itu, daratan Indonesia berada di lempengan patahan dunia

hingga berisiko terhadap gempa tektonik. Indonesia juga memiliki banyak

gunung aktif hingga setiap saat terancam letusan vulkanik. Dapat

dikatakan, wilayah Indonesia, dari ujung Barat hingga Timur, secara

alamiah memang rawan terhadap bencana. Oleh karenanya, pengelolaan

risiko yang komprehensif terhadap ancaman bencana sangat dibutuhkan

untuk mengurangi kerugian akibat bencana.(Wekke 2021)

Manajemen bencana seharusnya berbasis risiko dengan

mengedepankan pendekatan mitigasi dan bukan berbasis tanggap darurat.

Paradigma mitigasi dalam penanggulangan bencana dapat kita artikan


sebagai upaya pengenalan daerah rentan bencana dan membekali

kesiapsiagaan masyarakat. Dalam konteks pengurangan resiko bencana,

mitigasi bencana juga bisa dipahami sebagai upaya meningkatkan

kapasitas masyarakat yang berada pada kawasan rawan bencana untuk

menghilangkan atau mengurangi akibat dari ancaman dan tingkat

bencana.

Mitigasi terhadap ancaman bencana dapat dilakukan misalnya

melalui perubahan perilaku yang rentan, melalui penataan pemukiman,

peraturan-peraturan bangunan, pengaturan struktur bangunan tahan

gempa dan penataan ruang dengan mitigasi bencana sebagai salah satu

perspektifnya

Risiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat

bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa

kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi,

kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat (UU

No 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana).

Pengkajian risiko bencana merupakan sebuah pendekatan untuk

memperlihatkan potensi dampak negatif yang mungkin timbul akibat

suatu potensi bencana yang melanda.


Potensi dampak negatif yang timbul dihitung berdasarkan tingkat

kerentanan dan kapasitas kawasan tersebut. Potensi dampak negatif ini

dilihat dari potensi jumlah jiwa yang terpapar, kerugian harta benda, dan

kerusakan lingkungan BNPB membuat Pedoman Perencanaan Mitigasi

Risiko Bencana, berupa Peraturan Kepala BNPB nomor 4 tahun 2008

sebagai berikut:

R = Disaster Risk (Risiko Bencana)

H = Hazard (Ancaman)

V = Vulnerability (Kerentanan)

C = Capacity (Kapasitas)
I. Penanggulangan Bencana

Penanggulangan bencana adalah seluruh kegiatan yang meliputi

aspek perencanaan dan penanggulangan bencana sebelum, saat dan

sesudah terjadi bencana yang mencakup pencegahan, mitigasi,

kesiapsiagaan, tanggap darurat dan pemulihan.(Yayasan 2009)

Cara penanggulangan bencana dibagi menjadi 3 periode, yaitu:

1. Prabencana: pencegahan lebih difokuskan,

kesiapsiagaan level medium.

2. Bencana: pada saat kejadian/krisis, tanggap darurat

menjadi kegiatan terpenting.

3. Pascabencana pemulihan dan rekonstruksi menjadi

proses terpenting setelah bencana.


Kegiatan-kegiatan manajemen bencana:

1. Pencegahan (Prevention)

Pencegahan merupakan upaya yang dilakukan untuk mencegah

terjadinya bencana (jika mungkin dengan meniadakan bahaya)

Misalnya:

a. Melarang pembakaran hutan dalam perladangan.

b. Melarang penambangan batu di daerah yang curam.

c. Melarang membuang sampah sembarangan.

2. Mitigasi Bencana (Mitigation)

Mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi

risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan

peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana (UU 24/2007)

atau upaya yang dilakukan untuk meminimalkan dampak yang

ditimbulkan oleh bencana.

Bentuk mitigasi:

a. Mitigasi struktural (membuat checkdam, bendungan, tanggul sungai. rumah

tahan gempa, dan lain-lain).

b. Mitigasi nonstruktural (peraturan perund hg-undangan, pelatihan, dan lain-

lain).
3. Kesiapsiagaan [Preparedness)

Kesiapsiagaan merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan

untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui

langkah yang tepat guna dan berdaya guna (UU 24/2007) Misalnya,

penyiapan sarana komunikasi, pos komando, penyiapan lokasi evakuasi,

rencana kontinjensi.dan sosialisasi peraturan/pedoman penanggulangan

bencana.

4. Peringatan Dini (Early Warning)

Peringatan dini adalah serangkaian kegiatan pemberian peringatan

sesegera mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya

bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang (UU 24/2007),

atau upaya untuk memberikan tanda peringatan bahwa bencana

kemungkinan akan segera terjadi.

Pemberian peringatan dini harus :

a. Menjangkau masyarakat (accessible)

b. Segera (immediate)

c. Tegas tidak membingungkan (coherent) d. Bersifat resmi

(official).
5. Tanggap Darurat (Response)

Tanggap darurat adalah upaya yang dilakukan segera pada saat

kejadian bencana untuk menanggulangi dampak yang ditimbulkan,

terutama berupa penyelamatan korban dan harta benda, evakuasi, dan

pengungsian.

6. Bantuan Darurat (Relief)

Bantuan darurat merupakan upaya untuk memberikan bantuan.

berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dasar berupa pangan, sandang.

tempat tinggal sementara, kesehatan, sanitasi, dan air bersih.

7. Pemulihan (Recovery)

a. Proses pemulihan darurat kondisi masyarakat yang terkena

bencana dengan memfungsikan kembali prasarana dan sarana

pada keadaan semula.

b. Upaya yang dilakukan adalah memperbaiki prasarana dan

pelayanan dasar (jalan, listrik, air bersih, pasar, puskesmas, dan

lain-lain).
8. Rehabilitasi (Rehabilitation)

Rehabilitasi adalah langkah upaya yang diambil setelah kejadian

bencana untuk membantu masyarakat memperbaiki rumahnya, fasilitas

umum, dan fasilitas sosial penting, dan menghidupkan kembali roda

perekonomian.

9. Rekonstruksi (Reconstruction)

Rekonstruksi merupakan program jangka menengah dan jangka

panjang guna perbaikan fisik, sosial, dan ekonomi untuk mengembalikan

kehidupan masyarakat pada kondisi yang sama atau lebih baik dari

sebelumnya.

Dengan melihat manajemen bencana sebagai sebuah kepentingan

masyarakat, kita berharap berkurangnya korban nyawa dan kerugian

harta. benda. Hal terpenting dari manajemen bencana ini adalah adanya

suatu langkah konkret dalam mengendalikan bencana sehingga korban

yang tidak. kita harapkan dapat terselamatkan dengan cepat dan tepat dan

upaya untuk pemulihan pascabencana dapat dilakukan secepatnya


Pengendalian itu dimulai dengan membangun kesadaran kritis

masyarakat dan pemerintah atas masalah bencana alam, menciptakan

proses perbaikan total atas pengelolaan bencana, penegasan untuk

lahirnya kebijakan lokal yang bertumpu pada kearifan lokal yang

berbentuk peraturan negara dan peraturan daerah atas manajemen

bencana. Hal yang tak kalah pentingnya dalam manajemen bencana ini

adalah sosialisasi kehatian-hatian, terutama pada daerah rawan bencana.

Anda mungkin juga menyukai