Disusun Oleh :
Nanti Marito Kristina Sitohang (N1A120024)
Kelas 3A
Dosen Pengampu :
1.3 Tujuan
Untuk menambah pengetahuan dan wawasan mahasiswa dan pembaca mengenai
manajemen bencana di Indonesia.
BAB II
TINAJUAN PUSTAKA
2.1 Bencana
2.1.1 Pengertian Umum Bencana
Bencana dapat didefinisikan dalam berbagai arti baik secara normatif maupun pendapat
para ahli. Menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007, bencana adalah peristiwa atau
rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat
yang disebabkan, baik oleh faktor alam atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan
dampak psikologis.
Pengertian bencana dalam Kepmen Nomor 17/kep/Menko/Kesra/x/95 adalah sebagai
berikut : Bencana adalah Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam,
manusia, dan atau keduanya yang mengakibatkan korban dan penderitaan manusia, kerugian
harta benda, kerusakan lingkungan, kerusakan sarana prasarana dan fasilitas umum serta
menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan dan penghidupan masyarakat.
Menurut Departemen Kesehatan RI (2001), definisi bencana adalah peristiwa atau
kejadian pada suatu daerah yang mengakibatkan kerusakan ekologi, kerugian kehidupan
manusia, serta memburuknya kesehatan dan pelayanan kesehatan yang bermakna sehingga
memerlukan bantuan luar biasa dari pihak luar.
Sedangkan definisi bencana (disaster) menurut WHO (2002) adalah setiap kejadian yang
menyebabkan kerusakan, gangguan ekologis, hilangnya nyawa manusia, atau memburuknya
derajat kesehatan atau pelayanan kesehatan pada skala tertentu yang memerlukan respon dari
luar masyarakat atau wilayah yang terkena.
Menurut Asian Disaster Reduction Center (2003) yang dikutip Wijayanto (2012),
Bencana adalah suatu gangguan serius terhadap masyarakat yang menimbulkan kerugian secara
meluas dan dirasakan baik oleh masyarakat, berbagai material dan lingkungan (alam) dimana
dampak yang ditimbulkan melebihi kemampuan manusia guna mengatasinya dengan sumber
daya yang ada. Lebih lanjut, menurut Parker (1992) dalam dikutip Wijayanto (2012), bencana
adalah sebuah kejadian yang tidak biasa terjadi disebabkan oleh alam maupun ulah manusia,
termasuk pula di dalamnya merupakan imbas dari kesalahan teknologi yang memicu respon dari
masyarakat, komunitas, individu maupun lingkungan untuk memberikan antusiasme yang
bersifat luas.
Menurut Coburn, A. W. dkk. 1994. Di dalam UNDP mengemukakan bahwa : Bencana
adalah Satu kejadian atau serangkaian kejadian yang member meningkatkan jumlah korban dan
atau kerusakan, kerugian harta benda, infrastruktur, pelayanan-pelayanan penting atau sarana
kehidupan pada satu skala yang berada di luar kapasitas norma.
Sedangkan Heru Sri Haryanto (2001 : 35) Mengemukakan bahwa: Bencana adalah
Terjadinya kerusakan pada pola pola kehidupan normal, bersipat merugikan kehidupan manusia,
struktur sosial serta munculnya kebutuhan masyarakat.
Sehingga dapat disimpulkan dari beberapa pengertian bencana diatas, bahwa pada
dasarnya pengertian bencana secara umum yaitu suatu kejadian atau peristiwa yang
menyebabkan kerusakan berupa sarana prasana maupun struktur sosiak yang sifatnya
mengganggu kelangsungan hidup masyarakat.
B. Faktor Penyebab
Terjadinya Bencana Terdapat 3 (tiga) faktor penyebab terjadinya bencana, yaitu : (1)
Faktor alam (natural disaster) karena fenomena alam dan tanpa ada campur tangan manusia. (2)
Faktor non-alam (nonnatural disaster) yaitu bukan karena fenomena alam dan juga bukan akibat
perbuatan manusia, dan (3) Faktor sosial/manusia (man-made disaster) yang murni akibat
perbuatan manusia, misalnya konflik horizontal, konflik vertikal, dan terorisme.
Secara umum faktor penyebab terjadinya bencana adalah karena adanya interaksi antara
ancaman (hazard) dan kerentanan (vulnerability). Ancaman bencana menurut Undang-undang
Nomor 24 tahun 2007 adalah “Suatu kejadian atau peristiwa yang bisa menimbulkan bencana”.
Kerentanan terhadap dampak atau risiko bencana adalah “Kondisi atau karateristik biologis,
geografis, sosial, ekonomi, politik, budaya dan teknologi suatu masyarakat di suatu wilayah
untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan masyarakat untuk mencegah,
meredam, mencapai kesiapan, dan menanggapi dampak bahaya tertentu” (MPBI, 2004:5).
Definisi tersebut menyebutkan bahwa bencana disebabkan oleh faktor alam, non alam,
dan manusia. Oleh karena itu, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tersebut juga
mendefinisikan mengenai bencana alam, bencana nonalam, dan bencana sosial.
c. Tahap emergensi
Tahap emergensi dimulai sejak berakhirnya serangan bencana yang pertama.tahap
emergensi bisa terjadi beberapa minggu sampai beberapa bulan. Pada tahap emergensi, hari-hari
minggu pertama yang menolong korban bencana adalah masyarakat awam atau awam khusus
yaitu masyarakat dari lokasi dan sekitar tempat bencana. Karakteristik korban pada tahap
emergensi minggu pertama adalah : korban dengan masalah airway dan breathing (jalan nafas
dan pernafasan), yang sudah ditolong dan berlanjut ke masalah lain, korban dengan luka sayat,
tusuk, terhantam benda tumpul, patah tulang ekstremitas dan tulang belakang, trauma kepala,
luka bakar bila ledakan bom atau gunung api atau ledakan pabrik kimia atau nuklir atau gas.
Pada minggu ke dua dan selanjutnya, karakteristik korban mulai berbeda karena terkait dengan
kekurangan makan, sanitasi lingkungan dan air bersih, atau personal higiene. Masalah kesehatan
dapat berupa sakit lambung (maag), diare, kulit, malaria atau penyakit akibat gigitan serangga.
d. Tahap rekonstruksi
Pada tahap ini mulai dibangun tempat tinggal, sarana umum seperti sekolah, sarana ibadah,
jalan, pasar atau tempat pertemuan warga. Pada tahap rekonstruksi ini yang dibangun tidak saja
kebutuhan fisik tetapi yang lebih utama yang perlu kita bangun kembali adalah budaya. Kita
perlu melakukan rekonstruksi budaya, melakukan re-orientasi nilai-nilai dan norma-norma hidup
yang lebih baik yang lebih beradab. Dengan melakukan rekonstruksi budaya kepada masyarakat
korban bencana, kita berharap kehidupan mereka lebih baik bila dibanding sebelum terjadi
bencana. Situasi ini seharusnya bisa dijadikan momentum oleh pemerintah untuk membangun
kembali indonesia yang lebih baik, lebih beradab, lebih santun, lebih cerdas hidupnya lebih
memiliki daya saing di dunia internasional.
1. Pencegahan (prevention)
Upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya bencana (jika mungkin dengan
meniadakan bahaya).
Misalnya :
Melarang pembakaran hutan dalam perladangan
Melarang penambangan batu di daerah yang curam
Melarang membuang sampah sembarangan
2. Mitigasi Bencana (Mitigation)
Serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik
maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana (UU 24/2007)
atau upaya yang dilakukan untuk meminimalkan dampak yang ditimbulkan oleh bencana.
Bentuk mitigasi :
Mitigasi struktural (membuat chekdam, bendungan, tanggul sungai, rumah tahan gempa,
dll.)
Mitigasi non-struktural (peraturan perundang-undangan, pelatihan, dll.)
3. Kesiapsiagaan (Preparedness)
Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui
pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna (UU
24/2007) Misalnya:
Penyiapan sarana komunikasi, pos komando, penyiapan lokasi evakuasi, Rencana
Kontinjensi, dan sosialisasi peraturan / pedoman penanggulangan bencana.
4. Peringatan Dini (Early Warning)
Serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin kepada masyarakat tentang
kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang (UU
24/2007) atau Upaya untuk memberikan tanda peringatan bahwa bencana kemungkinan akan
segera terjadi.
Pemberian peringatan dini harus :
Menjangkau masyarakat (accesible)
Segera (immediate)
Tegas tidak membingungkan (coherent)
Bersifat resmi (official)
5. Tanggap Darurat (response)
Upaya yang dilakukan segera pada saat kejadian bencana, untuk menanggulangi dampak
yang ditimbulkan, terutama berupa penyelamatan korban dan harta benda, evakuasi dan
pengungsian.
6. Bantuan Darurat (relief)
Merupakan upaya untuk memberikan bantuan berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan
dasar berupa :
Pangan
Sandang
Tempat tinggal sementara
kesehatan, sanitasi dan air bersih
7. Pemulihan (recovery)
Proses pemulihan darurat kondisi masyarakat yang terkena bencana, dengan
memfungsikan kembali prasarana dan sarana pada keadaan semula. Upaya yang dilakukan
adalah memperbaiki prasarana dan pelayanan dasar (jalan, listrik, air bersih, pasar puskesmas,
dll).
8. Rehabilitasi (rehabilitation)
Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau
masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pascabencana dengan sasaran utama
untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan
masyarakat pada wilayah pascabencana.Upaya langkah yang diambil setelah kejadian bencana
untuk membantu masyarakat memperbaiki rumahnya, fasilitas umum dan fasilitas sosial penting,
dan menghidupkan kembali roda perekonomian.
9. Rekonstruksi (reconstruction)
Program jangka menengah dan jangka panjang guna perbaikan fisik, sosial dan ekonomi
untuk mengembalikan kehidupan masyarakat pada kondisi yang sama atau lebih baik dari
sebelumnya. Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana dan sarana,
kelembagaan pada wilayah pascabencana, baik pada tingkat pemerintahan maupun masyarakat
dengan sasaran utama tumbuh dan berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan budaya,
tegaknya hukum dan ketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek
kehidupan bermasyarakat pada wilayah pascabencana.
Dengan melihat manajemen bencana sebagai sebuah kepentingan masyarakat kita berharap
berkurangnya korban nyawa dan kerugian harta benda. Dan yang terpenting dari manajemen
bencana ini adalah adanya suatu langkah konkrit dalam mengendalikan bencana sehingga korban
yang tidak kita harapan dapat terselamatkan dengan cepat dan tepat dan upaya untuk pemulihan
pasca bencana dapat dilakukan dengan secepatnya.
Pengendalian itu dimulai dengan membangun kesadaran kritis masyarakat dan pemerintah
atas masalah bencana alam, menciptakan proses perbaikan total atas pengelolaan bencana,
penegasan untuk lahirnya kebijakan lokal yang bertumpu pada kearifan lokal yang berbentuk
peraturan nagari dan peraturan daerah atas menejemen bencana. Yang tak kalah pentingnya
dalam manajemen bencana ini adalah sosialisasi kehatian-hatian terutama pada daerah rawan
bencana.
Pengorganisasian
Fungsi pengorganisasian dalam manajemen bencana adalah proses dan rangkaiankegiatan
dalam pembagian tugas untuk penanganan bencana. Di Indonesiaorganisasi/instansi yang
diberikan wewenang untuk penanganan bencana adalah BNPBuntuk tingkat nasional dan BPBD
untuk tingkat provinsi/kabupaten. Berikut contoh pengorganisasian penanganan bencana di
Indonesia.
Pelaksanaan
Setelah proses perencanaan dan proses pengorganisasian selesai maka langkah berikutnya
adalah pelaksanaan, fungsi pelaksanaan dalam manajemen bencana adalah merealisasika semua
perencanaan penagangan bencana yang sudah dibuat denganmenggerakkan semua anggota
kelompok yang sudah diberi tugas dan wewenangmasing-masing seperti BNPB, BPBD, dan
instansi terkait.
Contoh pelaksanaan dari fungsi manajemen bencana seperti:a.
a. Memasang early warning pada lokasi yang meiliki potensi bencana
b. Melakukan penyuluhan dan soasialisasi kebencanaan
c. Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana
d. Pemberian bantuan dan pelayanan kesehatan kepada masyarakate.
e. Perbaikan lingkungan daerah bencana, perbaikan prasarana dan sarana umum
f. Membangun kembali secara permanen semua prasarana, sarana dan sistemkelembagaan,
baik di tingkat pemerintahan maupun masyarakat.
Evaluasi
Setiap kegiatan yang telah dilaksanakan maka perlu dilakukan evaluasi,
tujuandilakukannya evaluasi adalah untuk mengukur apakah kegiatan-kegitan yang
telahdilaksanakan sudah berjalan sesuai dengan rencana, jika ada kegiatan yang belumsesuai
dengan rencana maka bisa dilakukan tindakan perbaikan.Sebagai contoh Pelaksanaan Pemantaun
dan Evaluasi untuk hasil Rehabilitasi danRekonstruksi dilakukan oleh koordinasi antara BNPN
dan atau BPBD denganmelibatkan SKPD teknis serta masyarakat, kemudian nantinya pihak
terkait akanmenilai dan membuat laporan pelaksanaan kegiatan sebagai bukti apakah
kegiatantersebut sudah berjalan sesuai rencana, jika belum maka akan dilakukan tindakan
perbaikan.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Indonesia merupakan salah satu yang rawan bencana sehingga diperlukan manajemen
atau penanggulangan bencana yang tepat dan terencana. Manajemen bencana merupakan
serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya
bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi. Manajemen bencana
di mulai dari tahap pra-bencana, tahap tanggap darurat, dan tahap pasca-bencana. Pertolongan
pertama dalam bencana sangat diperlukan untuk meminimalkan kerugian dan korban jiwa.
Pertolongan pertama pada keadaan bencana menggunakan prinsip triage.
4.2 Saran
Masalah penanggulangan bencana tidak hanya menjadi beban pemerintah atau lembaga-
lembaga yang terkait. Tetapi juga diperlukan dukungan dari masyarakat umum. Diharapkan
masyarakat dari tiap lapisan dapat ikut berpartisipasi dalam upaya penanggulangan bencana.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Koordinasi Nasional Penanganan Bencana. 2007. Pengenalan Karakteristik Bencana dan
Upaya Mitigasinya Di Indonesia.(2 th ed). Jakarta: Direktorat Mitigasi.
https://xixirinsybeauty.blogspot.com/2017/10/makalah-manajemen-bencana-kesmas-area.html
https://eprints.umm.ac.id/35917/3/jiptummpp-gdl-dwianitasa-49038-3-babii.pdf
file:///C:/Users/user/Downloads/PERDA_16_2013.pdf