Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN MANAJEMEN BENCANA KUNJUNGAN KE BPBD ACEH BARAT

KELOMPOK 3 :

AHMADI BANCIN 2005902010155

YUDA ALFAYED 2005902010008

LIZA CHARLISMA 2005902010069

RAMLA RISNANDA 2005902010078

PUPUT JULITA 2005902010067

UNIVERSITAS TEUKU UMAR

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

PRODI KESEHATAN MASYARAKAT

MEULABOH

2021
KATA PENGANTAR
 
     Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat serta
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan kunjungan ke BPBD Aceh Barat yang
dilaksanakan pada Selasa, 19 Oktober 2021.
     Lewat laporan ini juga kami mengucapkan terima kasih khususnya kepada Bapak pengampu
mata kuliah Manajemen Bencana yang telah memberi kesempatan kepada kami untuk
melakukan kunjungan ini, sehingga kegiatan kunjungan ini dapat berjalan dengan baik.
     Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan laporan ini masih banyak kekurangan,
maka dari itu saran dan kritik yang membangun, sangat kami harapkan dari pembaca demi
menyempurnakan laporan ini.
     Harapan kami semoga penyusunan laporan ini dapat diterima dan dimengerti serta bermanfaat
bagi kami khususnya maupun pembaca sekalian.
Alue penyareng, 20 Oktober 2021

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bencana dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Ben-


cana memiliki pengertian yaitu peristiwa atau serangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan ma-syarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam,
non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Menurut undang-undang tersebut,
bencana dibagi menjadi tiga jenis yakni; 1). Bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, gunung
api, badai dan kekeringan; 2). Bencana sosial karena ulah manusia seperti konflik, perang,
serangan teroris, kegagalan teknologi dan hama penyakit; dan 3) Bencana campuran alam dab
manusia yaitu banjir, kebakaran hutan dan kekurangan pangan (IDEP, 2007)

Provinsi Aceh memiliki 11 potensi bencana yang diketahui berdasarkan catatan sejarah
kejadian bencana dari Data dan Informasi Bencana Indonesia (DIBI). Bencana tersebut antara
lain banjir, banjir bandang, gelombang ekstrim dan abrasi, gempabumi, tsunami, kebakaran
hutan dan lahan, kekeringan, epidemi dan wabah penyakit, letusan gunungapi, cuaca ekstrim,
dan tanah longsor. Selain berdasarkan sejarah kejadian bencana, potensi bencana dapat diketahui
berdasarkan kemungkinan terjadinya bencana karena dasar pengkajian risiko bencana dengan
melihat kondisi daerah Provinsi Aceh. Kabupaten Aceh Barat sendiri memiliki 8 potensi
bencana yang di ketahui berdasarkan catatan sejarah dari kejadian bencana dari data dan
Informasi Bencana Indonesia (DIBI)Bencana tersebut antara lain banjir,gempabumi, tsunami,
kebakaran hutan dan lahan, kekeringan, epidemi dan wabah penyakit,cuaca ekstrim, dan tanah
longsor.
Salah satu lembaga yang berperan dalam penaggulangan bencana yg ada di Aceh Barat
adalah Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) merupakan lembaga pemerintah non-
departemen yang melaksanakan tugas penanggulangan bencana di daerah baik Provinsi maupun
Kabupaten/ Kota dengan berpedoman pada kebijakan yang ditetapkan oleh Badan Nasional
Penanggulangan Bencana. Melaksanakan penanggulangan bencana yang meliputi pra bencana,
tanggap darurat, dan pasca bencana secara terkoordinasi dan terintegrasi dengan satuan kerja
perangkat daerah lainnya di daerah.
Serangkaian kegiatan baik sebelum, saat dan sesudah terjadi bencana yang dilakukan
untuk mencegah, mengurangi, menghindari dan me-mulihkan diri dari dampak bencana disebut
sebagai penanggulangan bencana. Penanggulangan bencana saat ini telah mengalami
perkembangan paradigma dari responsif me-nuju preventif. Penanggulangan bencana se-cara
konvensional berubah menjadi holistik dari menangani dampak menjadi mengelola resiko yang
semula hanya urusan pemerintah berubah menjadi hubungan sinergis bekerja-sama dengan
masyarakat untuk melakukan pencegahan bencana. Secara umum kegiatan-kegiatan dalam
penanggulangan bencana meliputi: pencegahan, pengurangan dampak bahaya, kesiapsiagaan,
tanggap darurat, pemulihan dan pembangunan yang mengurangi resiko bencana (IDEP, 2007).
Pendapat lainnya menyebutkan bahwa siklus manajemen bencana dapat dibagi menjadi empat
tahapan, yaitu tahap kesiapsiagaan, tahap pra bencana, tahap tanggap darurat, dan tahap pasca
bencana (BNPB,2011)
Kunjungan kegiatan ke BPBD adalah suatu kegiatan memperkenalkan salah satu lembaga
pemerintah yang ada di Aceh Barat yang memiliki tugas dalam penanggulangan bencana mulia
dari Pra-pasca bencana di daerah Aceh Barat. Kegiatan ini dilakukan oleh mahasiswa kesehatan
masyarakat pada mata kuliah manajemen bencana dengan petugas BPBD aceh barat. Kegiatan
dilakukan dengan berbagai tujuan. Salah satunya untuk memperkenalkan instasi/lembaga BPBD
di Aceh Barat dan melakukan simulasi mitigasi gempa bumi.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang di atas Peneliti mencoba untuk menggambarkan mengenai
penanggulangan bencana yang dilakukan oleh masyarakat desa, terutama masyarakat desa.

1.3 Tujuan
Melalui kegiatan kunjungan ke BPBD, maka diharapkan mahassiwa akan :
1. Sebagai sarana pengenalan lembaga BPBD yang ada di Aceh Barat
2. Menambah wawasan mahasiswa/i mengenai penanggulangan bencana
3. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk belajar secara langsung
4. Memberikan pengalaman kepada mahasiswa

1.3 Manfaat
a) Bagi peneliti
1. Menambah pengetahuan dan wawasan yang berkaitan dengan bencana
2. Mengetahui peran penting BPBD di Aceh Barat sebagai lembaga pemerintah dalam
melakukan penagulangan bencana mulai dari pra hingga pasca bencana
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Bencana

2.1.1 Pengertian Umum Bencana

Pengertian Umum Bencana Bencana dapat didefinisikan dalam berbagai arti baik
secara normatif maupun pendapat para ahli. Menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun
2007, bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam atau faktor
non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis.

Pengertian bencana dalam Kepmen Nomor 17/kep/Menko/Kesra/x/95 adalah sebagai


berikut : Bencana adalah Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam,
manusia, dan atau keduanya yang mengakibatkan korban dan penderitaan manusia, kerugian
harta benda, kerusakan lingkungan, kerusakan sarana prasarana dan fasilitas umum serta
menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan dan penghidupan masyarakat

2.1.2 Jenis-Jenis dan Faktor Penyebab Bencana

Menurut Undang-undang No. 24 Tahun 2007, bencana adalah peristiwa atau rangkaian
peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan, baik oleh faktor alam atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda,
dan dampak psikologis.

A. Jenis-jenis Bencana

Jenis-jenis bencana menurut Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang


penanggulangan bencana, yaitu:

a) Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa
yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir,
kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.
b) Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa
non alam antara lain berupa gagal teknologi,gagal modernisasi. dan wabah penyakit

c) Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa
yang disebabkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antar kelompok atau antar
komunitas masyarakat.

d) Kegagalan Teknologi adalah semua kejadian bencana yang diakibatkan oleh kesalahan
desain, pengoprasian, kelalaian dan kesengajaan, manusia dalam penggunaan teknologi dan
atau insdustriyang menyebabkan pencemaran, kerusakan bangunan, korban jiwa, dan
kerusakan lainnya.

B. Faktor Penyebab Terjadinya Bencana

Terdapat 3 (tiga) faktor penyebab terjadinya bencana, yaitu :

1) Faktor alam (natural disaster) karena fenomena alam dan tanpa ada campur tangan manusia.

2) Faktor non-alam (nonnatural disaster) yaitu bukan karena fenomena alam dan juga bukan
akibat perbuatan manusia, dan

3) Faktor sosial/manusia (man-made disaster) yang murni akibat perbuatan manusia, misalnya
konflik horizontal, konflik vertikal, dan terorisme.

Secara umum faktor penyebab terjadinya bencana adalah karena adanya interaksi antara
ancaman (hazard) dan kerentanan (vulnerability). Ancaman bencana menurut Undang-undang
Nomor 24 tahun 2007 adalah “Suatu kejadian atau peristiwa yang bisa menimbulkan bencana”.
Kerentanan terhadap dampak atau risiko bencana adalah “Kondisi atau karateristik biologis,
geografis, sosial, ekonomi, politik, budaya dan teknologi suatu masyarakat di suatu wilayah
untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan masyarakat untuk mencegah,
meredam, mencapai kesiapan, dan menanggapi dampak bahaya tertentu” (MPBI, 2004:5).

2.1.3 Tahapan Manajemen Bencana


Manajemen bencana merupakan suatu proses terencana yang dilakukan untuk mengelola
bencana dengan baik dan aman melalui 3 (tiga) tahapan sebagai berikut:

1. Pra Bencana

Tahapan pra bencana ini merupakan tahapan manajemen bencana pada kondisi sebelum
kejadian atau pra bencana meliputi kesiagaan, peringatan dini, dan mitigasi.

1) Kesiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana


melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna.
Membangun kesiagaan adalah unsur penting, namun tidak mudah dilakukan karena
menyangkut sikap mental dan budaya serta disiplin di teman masyarakat. Kesiagaan adalah
tahapan yang paling strategis karena sangat menentukan ketahanan anggota masyarakat
dalam menghadapi datangnya suatu bencana.

2) Peringatan dini, langkah ini diperlukan untuk memberi peringatan kepada masyarakat
tentang bencana yang akan terjadi sebelum kejadian seperti banjir, gempa bumi, tsunami,
letusan gunung api atau badai terjadi.

3) Mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui
pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman
bencana. Mitigasi bencana adalah upaya untuk mencegah atau mengurangi dampak yang
ditimbulkan akibat suatu bencana, sehingga jelas bahwa mitigasi bersifat pencegahan
sebelum kejadian.

2) Saat Kejadian Bencana

Saat peringatan dini ataupun tanpa peringatan sekalipun namun bencana tetap terjadi
maka di situlah diperlukan langkah-langkah seperti tanggap darurat untuk dapat mengatasi
dampak bencana dengan cepat dan tepat agar jumlah korban atau kerugian dapat diminimalkan.

1. Tanggap Darurat: Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan,
yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan
dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan sarana dan
prasarana.

Tanggap darurat adalah tindakan segera yang dilakukan untuk mengatasi kejadian bencana.
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam kondisi tanggap darurat antara lain:

a) Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan sumberdaya, sehingga
dapat diketahui dan diperkirakan magnitude bencana, luas area yang terkena dan
diperkirakan tingkat kerusakannya

b) Penentuan status keadaan darurat bencana

c) Berdasarkan penilaian awal dapat diperkirakan tingkat bencana sehingga dapat pula
ditentukan status keadaan darurat. Jika tingkat bencana sangat besar dan berdampak luas,
mungkin bencana tersebut dapat digolongkan sebagai bencana nasional

d) Penyelamatan dan evakuasi masyarakat yang terkena bencanaLangkah selanjutnya adalah


melakukan penyelamatan dan evakuasi korban bencana yaitu:

1) Pemenuhan kebutuhan dasar seperti sandang, pangan papan

2) Perlindungan terhadap kelompok rentan, yaitu anak-anak, orang tua, wanita, pasien
rumah sakit, dan warga yang dianggap lemah lainnya

3) Pemulihan dengan segera sarana dan prasarana vital seperti saluran telepon, jaringan
listrik, air minum, akses jalan.

2. Penanggulangan Bencana: Selama kegiatan tanggap darurat, upaya yang dilakukan adalah
menanggulangi bencana yang terjadi sesuai dengan sifat dan jenisnya. Penanggulangan bencana
memerlukan keahlian dan pendekatan khusus menurut kognisi dan skala kejadian. Tim tanggap
darurat diharapkan mampu menangani segala bentuk bencana. Oleh karena itu tim tanggap
darurat harus diorganisir dan dirancang untuk dapat menangani berbagai jenis bencana.

3) Pasca Bencana

Setelah bencana terjadi dan setelah proses tanggap darurat dilewati, maka langkah
berikutnya adalah melakukan rehabilitasi dan rekonstruksi.
1. Rehabilitasi: Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik
atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pasca bencana dengan sasaran
utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan
kehidupan masyarakat pada wilayah pasca bencana. Upaya rehabilitasi misalnya
memperbaiki peralatan yang rusak dan memulihkan jalan seperti semula.

2. Rekonstruksi: Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua sarana dan prasarana,


kelembagaan pada wilayah pasca-bencana baik pada tingkat pemerintahan maupun
masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan berkembangnya kegiatan perekonomian,
sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat
dalam segala kegiatan aspek kehidupan bermasyarakat pada wilayah pasca-bencana. Proses
rekonstruksi tidak mudah dan memerlukan upaya keras dan terencana dan peran serta semua
anggota masyarakat.
BAB III
METODE PELAKSANAAN

3.1 Pelaksanaan Kegiatan


Kegiatan kunjungan terletak di Jl. Beringin Maju, Seuneubok, Johan Pahlawan,
Kabupaten Aceh Barat. Kegiatan dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 19 Oktober 2021. Pukul
9.30 - 13.00 WIB. Kegiatan ini berlangsung selama satu hari. Kegiatan ini diikuti sekitar 30
mahasiswa/i universitas teuku umar, fakultas kesehatan masyarakat, prodi kesehatan masyarakat

Kegiatan dilakukan di BPBD Aceh Barat, Seuneubok. BPBD merupakan Badan


Penanggulangan Bencana Daerah salah satu lembaga pemerintah non-departemen yang
melaksanakan tugas penanggulangan bencana di daerah baik Provinsi maupun Kabupaten/ Kota
dengan berpedoman pada kebijakan yang ditetapkan oleh Badan Nasional Penanggulangan
Bencana.

3.2 Hasil Kegiatan

Hasil dari kegiatan kunjungan ke BPBD kali ini adalah memberikan pengetahuan dan
gambaran yang jelas mengenai dunia bencana mulai dari kesiapsiagaan bencana yang dilakukan
untuk mengantisipasi bencana, macam-macam bencana dan penaggulangan bencana. Sesuai
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007. Selain itu, juga melakukan simulasi langsung cara
menyelamatkan diri jika bencana terjadi salah satunya adalah gempa bumi. Hal ini dilakukan
untuk mengantisipasi jika terjadi gempa mahasiswa sudah tau cara menyelamatkan diri dengan
langkah-langkah yang telah di arahkan dengan kunci tidak panik saat gempa terjadi
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
BPBD merupakan Badan Penanggulangan Bencana Daerah lembaga pemerintah non-
departemen yang melaksanakan tugas penanggulangan bencana di daerah baik Provinsi maupun
Kabupaten/ Kota dengan berpedoman pada kebijakan yang ditetapkan oleh Badan Nasional
Penanggulangan Bencana. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang
penanggulangan bencana.
DAFTAR PUSTAKA

IDEP, Yayasan. 2007. Panduan Umum Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat.


Yayasan IDEP. Jakarta: Penerbit Erlangga

BNPB. 2011, Rencana Aksi Rehabilitasi dan Rekontruksi Pascabencana Erupsi Gunung
Merapi Provinsi DI Yogyakarta dan Jawa Tengah Tahun 2011- 2013, Jakarta : BNPB

Wijayanto, koko. 2012. Pencegahan dan Manajemen Bencana. (online).


https://socialstudies17.blogspot.com/2012/11/recognizepencegahanbencan

Ramli, Soehetman. 2010. Manajemen Bencana. Dian Rakyat: Jakarta.


LAMPIRAN
Hasil dokumentasi kegiatan kunjungan ke BPBD Aceh Barat

Dok. Simulasi gempa bumi

Anda mungkin juga menyukai