DENGAN MEROKOK
I. PENGERTIAN SINGKAT
Provinsi Jawa Barat adalah salah satu provinsi dengan proporsi perokok terbanyak
di Indonesia yang mengalami peningkatan dari tahun ketahun. Tahun 2013
tercatat proporsi penduduk umur > 10 tahun yang merokok di Jawa Barat adalah
27,1% yang mana angka itu di atas rata-rata proporsi perokok di Indonesia
(Riskesdas, 2016: 133).
Merokok adalah seseorang yang menggunakan rokok dan dibakar pada salah satu
ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihisap lewat mulut pada
ujung lainnya. Didefinisikan membakar tembakau yang kemudian di hisapisinya,
baik menggunakan rokok maupun menggunakan pipa (Mustikaningrum 2016).
II. TUJUAN PEMBELAJARA
1. TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM
Peserta pelatihan diharapkan mampu mengaplikasikan asuhan
keperawatan pada kasus merokok di tingkat individu, keluarga dan
komunitas
2. TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS
Setelah Proses Pembelajaran Peserta Pelatihan dapat:
a. Menjelaskan definisi merokok
b. Menyebutkan tanda dan gejala merokok
c. Mengidentifikasi faktor penyebab merokok
d. Menggambarkan dampak merokok
e. Menjelaskan eradikasi (upaya pencegahan) merokok
f. Melakukan pengkajian dan deteksi dini pada individu, keluarga,
kelompok dan
g. Komunitas Melaksanakan asuhan keperawatan individu pada kasus
merokok
h. Melaksanakan asuhan keperawatan keluarga pada kasus merokok
i. Melaksanakan asuhan keperawatan komunitas pada kasus merokok
j. Melakukan koordinasi lintas program dengan petugas terkait di
tingkat puskesmas khususnya penanggung jawab program Penyakit
Tidak Menular
k. Melakukan koordinasi lintas sector dengan instansi terkait
III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN
1. Defenerokok
2. Jenis-jenis merokok
3. Faktor resiko merokok
4. Tahapan merokok
5. Klasifikasi merokok
6. Dampak merokok
7. Asuhan keperawatan individu pada kasus merokok
8. Asuhan kperawatan keluarga pada kasus merokok
9. Asuhan keperawatan komunitas pada kasus merokok
IV. LANGKAH – LANGKAH POKOK PEMBELAJARAN
1. Langkah satu : Pengkondisian
2. Langkah dua : Penyampain materi
3. Langkah tiga : Penugasan
4. Langkah empat : Rangkuman dan Kesimpulan
V. URAIAN MATERI
A. Konsep Merokok
1. Defenisi Merokok
Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila digunakan mengakibatkan
bahaya kesehatan bagi diri sendiri maupun masyarakat (Marista, 2015).
Merokok merupakan suatu kebiasaan yang berbahaya bagi kesehatan.
Namun perilaku tersebut justru dapat ditolerir oleh masyarakat dan jumlah
perokok semakin meningkat setiap tahunnya. Penyebab kematian terbesar di
dunia yang dapat dicegah adalah rokok (Ayu, Wulandari 2016).
2. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala merokok (Anisa, 2016)
1) Dorongan yang kuat untuk merokok
2) Mudah marah
3) Frustasi
4) Sulit berkonsentrasi
5) Perasaan cemas
6) Perubahan perasaan seperti depresi
3. Penyebab
a. Penyebab Merokok
Faktor – faktor Penyebab Merokok pada Remaja Aini (2013)
mengemukakan faktor-faktor penyebab merokok pada remaja sebagai
berikut:
1) Faktor Internal
a) Kebiasaan
Seseorang merokok hanya untuk meneruskan perilaku tanpa tujuan
tertentu. Merokok harus tetap dilakukan tanpa ada suatu kondisi
negatif atau positif yang ingin dicapai melainkan sudah menjadi
sebuah kebiasaan.
b) Faktor resiko emosi yang positif
Seseorang merokok untuk memperoleh kenikmatan, perasaan
senang dan relaksasi. merokok juga dapat menunjukkan wujud
kedewasaan dan memunculkan perasaan bangga.
c) Faktor reaksi penurunan yang emosi
Merokok dapat digunakan untuk mengurangi kecemasa biasa,
perasaan tegang, ataupun kecemasan yang timbul akibat adanya
interaksi dengan orang lain
d) Faktor kecanduan
Rokok akan terus menimbulkan rasa ingin merokok dan merokok
kembali.
2) Faktor Eksternal
Pengaruh teman sebaya sangatlah berperan penting dalam
pembentukan perilaku seseorang. Pada usia remaja merupakan usia
yang memiliki rasa ingin tau yang tinggi untuk mencoba hal-hal baru,
semakin banyak remaja yang merokok maka semakin banyak pula
kemungkinan pengaruh yang diperoleh remaja untuk merokok.
4. Carrier (Pembawa)
Angka perilaku merokok yang tinggi pada remaja di masyarakat biasanya
berawal dari presepsi dari pandangan yang dipercayai mengenai merokok
itu sendiri. Presepsi dapat menjadi stimulus sehingga akan merefleksikan
perilaku seperti, prespsi bahwa pria yang merokok mempunyai teman yang
lebih banyak sedangkan presepsi wanita yang merokok terlihat lebih
menarik, dibanding dengan tidak merokok (Anisa, 2016), hal yang sama
juga dikemukakan oleh Erlina Wijayanti (2017) yang meneliti tentang
faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku merokok, yang
berpendapat bahwa pengalaman lain didapat dari teman sebaya.
Pengalaman remaja dipaksa merokok atau dijauhi teman bila tidak meroko
akan menyebabkan pengalaman buruk yang mengaran keperilaku
merokok. Remaja akan berupaya untuk bekerja sma dengan teman
sebayanya untuk mengikuti ajakan merokok.
5. Faktor Pendukung Kejadian
Menurut Sadikin (2008), faktor yang mendukung seseorang merokok dan
mengunakan narkoba ialah sebagai berikut:
a. Khawatir tidak diterima dilingkungannyajikatidak merokok.
b. Ingin tahu, alasan ini banyak dikemukakan oleh kalanga muda,
terutama perokok wanita.
c. Untuk kesenangan, alasan inilebih banyakdiutarakanoleh perokok pria.
d. Mengatasi ketegangan, merupakan alasan yang paling sering
dikemukakan, baik pria maupun wanita.
e. Pergaulan, karena ingin menyenangkan teman atau membuat suasana
menyenangkan, misalnya dalam pertemuan bisnis.
6. Dampak Merokok
Merokok adalah menghisap tembakau yang dibakar didalam tubuh dan
menghembuskan kembali keluar dan merupakan perilaku yang berbahaya
bagi kesehatan sehingga menjadi faktor resiko yang kuat terhadap kejadian
kanker paru bronkitis kronis, dan penyakit kardiovaskuler, selain itu
merokok dapat meneybabakan perubahan struktur, fungsi saluran
pernapasan dan jaringan paru, serta menyebabkan obstruksi saluran
pernapasan (Faninan, 2016).
7. Eradikasi (Upaya Pencegahan)
Eradikasi perilaku merokok dapat dilakukan dengan beberapa cara
menurut Faninan (2016), yaitu:
a. Pengelolaan stres, dilakukan dengan meredakan ketegangan penyebab
stres seperti mendengarkan musi, pijat, yoga dan menghindari situasi
yang dapat mendatangkan stres.
b. Hindari faktor pendukung, dilakukan dengan menghindari kelompok
perokok aktif dan melakukan aktivitas lain sebagai pengganti rutinitas
aktivitas merokok
c. Terapi penggantian nikotin (Nicotine-Replacement Therapy/ NRT),
dilakukan dengan menggunakan media NRT (unsur yang tidak
mengandung tar, karbon-monoksida dan senyawa lain yang
terkandung dalam rokok) seperti permen karet.
d. Terapi perilaku, dilakukan dengan bantuan konseling psikoterapi dan
penggunaan obat-obatan.
e. Aktivitas harian, beberapa aktivitas harian yang dapat dilakukan yaitu
membersihkan rumah, melakukan olahraga, menerapkan perilaku pola
makan yang sehat.
DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI
INDIVIDU DAN
KARAKTERISTIK
D0001 BERSIHAN JALAN NAFAS TIDAK Respiratory Aiway Airway Management
EFEKTIF Respirasi dalam batas Buka jalan nafas menggunakan
Defenisi normal head till chin lift atau jaw thrust
Ketidakmampuan untuk membersihkan secret atau Irama nafas teratur bila perlu
obstruksi saluran nafas guna mempertahankan jalan Kedalaman pernafasan Posisikan pasien untuk
nafas yang bersih. normal memaksimalkan ventilasi
Tidak ada akumulasi Identifikasi pasien perlunya
Batasan Karakteristik sputum pemasangan alat jalan nafas buatan
Dispnea Batuk berkurang atau (NPA,OPA ETT,Ventilator)
Saluran napas tambahan misalnya hilang Lakukan fisioterapi dada jika perlu
rale,krekels,ronkhi dan mengi Bersihkan secret dengan suction
Perubahan pada irama dan frekuensi penapasan bila diperlukan
Batuk tidak ada atau tidak efektif Auskultasi suara nafas,catat adanya
Sianosis suara tambahan
Kesulitan untuk berbicara Kolaborasi pemberian oksigen
Penurunan suara napas Kolaborasi pemberian obar
Ortopnea bronkodilator
Gelisah Monitor RR dan status oksigenasi
Sputum berlebihan (frekuensi,irama,kedalaman dan
Mata terbelalak usaha dalam bernapas)
Faktor Yang Berhubungan Anjurkan pasien untuk batuk
Lingkungan : merokok, menghirup asap efektif
rokokdan perokok pasif Berikan nebulizer jika diperlukan
Obstrukssi jalan nafas :spasme jalan nafas,
retensi secret,mucus berlebihan,adanya jalan Astma Management
nafas bantuan,terdapat benda asing di jalan Tentukan batas dasar respirasi
nafas,secret di bronki dan eksudat di alveoli sebagai pembanding
Fisiologis : disfungsi neuromuscular,hyperplasia Bandingkan status sebelum dan
dinding bronchial,PPOK( penyakit paru selama dirawat di rumah sakit
obstruktif kronis), asma,alergi (trauma). untuk mengetahui perubahan status
pernapasan
Monitor tanda dan gejala asma
Monitor frekuensi,irama,kedalaman
dan usaha dalam bernapas
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
KELUARGA
Perilaku kesehatan cendrung beresiko 1. Keluarga mampu hmengetahui penyebab Edukasi:
( D:0099 ). penyalagunaan zat bagi kesehatan keluarga 1) Identifikasi pengetahuan mengenai efek
Batasan karakteristik : 2. Keluarga mampuh mengetahui perilaku hidup samping penyalagunaan zat pada tubuh.
Kurang terpapar informasi. sehat di dalam anggota keluarga 2) Identifikasi kemampuan status kongnitif,
Merokok psikologis dan budaya.
Penyalagunaan zat. 3) Berikan penguatan positif terhadap
Faktor yang berhubungan: kemampuan yang didapat.
Kurang pemahaman 4) Ciptakan edukasi interaktif untuk memacu
Kurang dukungan sosial partisi panaktif selama edukasi.
5) Jelsakan factor penyebab penyalagunaan zat
Pencapaian diri yang rendah
( Mis : factor individu, factor lingkungan,
Sikap negatef terhadap pelayanan
factor keluarga, sekolah, teman sebaya,
kesehatan
masyarakat ).
Prespsi negative terhadap strategi
6) Jelaskan efek samping penyalagunaan zat
pelayanan yang ditawarkan
pada sikap dan perilaku
Ansietassosial
7) Anjarkan cara-cara untuk menghindari
Stresor. penyalagunaan zat.
Populasi berisiko : 8) Anjurkan cara mengulang kembali informasi
Riwayat keluarga alkoholisme edukasi tentang penyalagunaan zat
Kesulitan ekonomi.
Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan 1) Mampuh meningkatkan pemeliharaan Edukasi :
(D:0099 ). kesehatan anggota keluarga. 1) Identifikasi pengetahuan mengenai efek
Batasan karakteristik : 2) Mampu mengetahui pemeliharaan kesehatan samping penyalagunaan zat pada tubuh.
Tidak menunjukan minat pada anggota keluarga 2) Anjarkan keluarga bahaya tentanag
perbaikan perilaku sehat. penggunaan zat secara sub stansial
Kurang pengetahuan tentang praktik 3) Ciptakan edukasi interaktif untuk memacu
kesehatan dasar. partisi panaktif selama edukasi.
Penyaluguaan zat dan merokok 4) Anjarkan keluarga untuk mengidentifikasit
Faktor yang berhubungan: anda dan gejala kecandua nmerokok.
Hambatan pengambilan keputusan 5) Anjurkan keluarga berpartisipasi terhadap
Strategi koping tidak efektif hal-hal positif dikelompok masyarkat.
Kurang pemahaman 6) Anjurkan mengulangi kembali informasi
edukasi tentang penyalagunaan penggunaan
Kurang dukungan social
Populasi beresiko :
Perkembangan terlambat.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
KOMUNITAS
Defisiensi kesehatan komunitas NOC : NIC :
Definisi : adanya satu atau lebih masalah Status Kesehatan Komunitas Manajemen Lingkungan Komunitas
kesehatan atau faktor yang mengganggu Menunjukkan peningkatan status kesehatan 1. Mulai skrining risiko kesehatan dari
kesejahteraan atau meningkatkan risiko komunitas, yang dibuktikan indikator pencapaian lingkungan.
masalah kesehatan yang dialami oleh sebagai berikut: 2. Pantau status risiko masalah kesehatan yang
kelompok. 1. Memiliki pelayanan promosi kesehatan dan berpotensi terjadi.
Domain 1 perawatan kesehatan preventif di tempatnya 3. Anjurkan warga untuk berpartisispasi
Promosi kesehatan 2. Memiliki program untuk meningkatkan secara aktif dalam Kesehatan Komunitas.
Kelas 2 (hal 144) kesehatan komunitas 4. Koordinasikan pelayanan untuk kelompok
Indikator : 3. Mematuhi standar kesehatan lingkungan beresiko tinggi dan komunitas.
a. Masalah kesehatan yang dialami oleh 4. Memiliki sistem data survailans kesehatan di 5. Bekerja sama secara lintas sector untuk
suatu populasi. tempatnya meningkatkan kesehatan lingkungan.
a. Tidak tersedia program untuk 6. Edukasi masalah kesehatan pada kelompok
menghilangkan, mencegah satu atau yang beresiko.
lebih masalah kesehatan bagi suatu
populasi
b. Tidak tersedianya program untuk
meningkatkan kesejahtraan bagi suatu
populasi
c. Resiko hospitalisasi yang dialami oleh
populasi
d. Resiko status psikologis dan fisiologis
yang dialami oleh populasi.