Disusun Oleh :
KELAS A
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya
terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah
yang berjudul “Penyuluhan penyakit Demam Berdarah”. Makalah ini merupakan tugas dari
mata kuliah Promosi Kesehatan Kampus 2 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes)
Kuningan.
Penulis menyadari bahwa makalah ini tidak lepas dari bantuan beberapa pihak. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada Ibu Dr.
Endah Citra P.,M.Kep selaku dosen mata kuliah Promosi Kesehatan yang telah memberikan
arahan dan bimbingan hingga terselesaikannya makalah ini dan semua pihak yang telah
memberikan dorongan serta bantuan selama penulisan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih ada kekurangan. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan demi perbaikan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan semua
pihak.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................1
BAB IV KESIMPULAN...................................................................................................35
3
3.1 Kesimpulan................................................................................................................35
3.2 Saran..........................................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………. 37
4
BAB I
PENDAHULUAN
5
6. Pemeriksaan penunjang apa saja yang di gunakan ?
7. Bagaimana cara pencegahan dari penyakit demam berdarah ?
c. Bagi perawat
Menambah wawasan untuk kegiatannya dalam memperhatikan aspek
masalah yang terjadi pada klien yang memiliki masalah penyakit demam
berdarah.
6
BAB II
Tinjauan Teori
2.1 Pengertian Demam Berdarah (DBD)
Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue dari kelompok arbovirus B, yaitu
arthropod-born envirus atau virus yang disebarkan oleh artropoda. Vector utama
penyakit DBD adalah nyamuk aedes aegypti (didaerah perkotaan) dan aedes
albopictus (didaerah pedesaan). (Widoyono, 2008). Sifat nyamuk senang tinggal pada
air yang jernih dan tergenang, telurnya dapat bertahan berbulan-bulan pada suhu 20-
420C. Bila kelembaban terlalu rendah telur ini akan menetas dalam waktu 4 hari,
kemudian untuk menjadi nyamuk dewasa ini memerlukan waktu 9 hari. Nyamuk
dewasa yang sudah menghisap darah 3 hari dapat bertelur 100 butir (Murwani, 2011).
7
2.3 Manifestasi Klinis
Gejala klinis utama pada DBD adalah demam dan manifestasi perdarahan baik
b. Manifestasi perdarahan
c. Hepatomegali
d. Renjatan, nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun (<20mmHg) atau nadi tak
Gejala demam berdarah klasik biasanya dimulai setelah masa inkubasi dari gigitan nyamuk
yang terinfeksi berlangsung selama 4-7 hari. Gejala demam berdarah klasik ini meliputi:
8
Nyeri pada retro-orbital (bagian belakang mata)
Ruam yang kemudian muncul di sekujur tubuh sekitar 3-4 hari setelah demam
Gejala dengue hemorrhagic fever muncul saat gejala demam berdarah klasik berlanjut.
Sehingga gejala dengue hemorrhagic fever ini sama dengan gejala demam berdarah klasik
namun ditambah dengan kerusakan di pembuluh darah dan kelenjar getah bening serta
pendarahan di gusi, hidung, atau bawah kulit yang menyebabkan memar. Jenis gejala ini bisa
berlanjut pada kematian.
Gejala dari dengue shock syndrome bisa berlanjut menjadi jenis penyakit dengue yang paling
parah. Gejalanya meliputi semua gejala demam berdarah klasik dan dengue hemorrhagic
fever namun ditambah dengan pendarahan yang parah, kebocoran di luar pembuluh darah,
hingga tekanan darah menjadi sangat rendah.
Umumnya gejala ini muncul pada mereka yang mengalami infeksi dengue untuk kedua
kalinya. Biasanya anak-anak yang paling sering mengalami jenis dengue yang ketiga ini.
Klarifikasi
perdarahan lain.
c. Derajat III : Demam, perdarahan spontan, disertai atau tidak disertai hepatomegali
dan ditemukan gejala-gejala kegagalan sirkulasi meliputi nadi yang cepat dan
9
d. Derajat IV : demam, perdarahan spontan disertai atau tidak disertai hepatomegali
dan ditemukan gejala-gejala renjatan hebat (nadi tak teraba dan tekanan darah tak
terukur).
2.5 Patofisiologi
Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan menimbulkan viremia.
Hal tersebut akan menimbulkan reaksi oleh pusat pengatur suhu di hipotalamus
dinding pembuluh darah yang menyebabkan perpindahan cairan dan plasma dari
terjadi akibat dari, penurunan produksi trombosit sebagai reaksi dari antibodi
seperti petekia atau perdarahan mukosa di mulut. Hal ini mengakibatkan adanya
normal. Hal tersebut dapat menimbulkan perdarahan dan jika tidak tertangani maka
akan menimbulkan syok. Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari
(Soegijanto, 2006).
Menurut Ngastiyah (2005) virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan
nyamuk aedes aeygypty. Pertama tama yang terjadi adalah viremia yang
mengakibatkan penderita menalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot pegal pegal
di seluruh tubuh, ruam atau bintik bintik merah pada kulit, hiperemia tenggorokan dan
hal lain yang mungkin terjadi pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati
(hepatomegali).
10
Kemudian virus bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah kompleks virus
antibodi. Dalam sirkulasi dan akan mengativasi sistem komplemen. Akibat aktivasi
C3 dan C5 akan akan di lepas C3a dan C5a dua peptida yang berdaya untuk
sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena
(Noersalam, 2005).
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler di buktikan dengan
ditemukan cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu rongga peritonium,
pleura, dan pericardium yang pada otopsi ternyata melebihi cairan yang diberikan
harus di kurangi kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadi edema paru dan
gagal jantung, sebaliknya jika tidak mendapat cairan yang cukup, penderita akan
mengalami kekurangan cairan yang akan mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan
bisa mengalami renjatan. Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lam akan timbul
anoksia jaringan, metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan
11
12
2
Sumber : Murwani (2011), Soegeng (2006), Noersalam (2005), Carpenito Lynda Juall
13
2.7 Komplikasi
a. Ensefalopati Dengue
dengan pendarahan, tetapi dapat juga terjadi pada DBD yang tidak disertai syok.
menyeluruh. Dilaporkan bahwa virus dengue dapat menembus sawar darah otak.
akut.
Pada ensefalopati cenderung terjadi udem otak danalkalosis, maka bila syok
telah teratasi cairan diganti dengan cairan yang tidak mengandung HC03- dan
jumlah cairan harus segera dikurangi. Larutan laktat ringer dektrosa segera ditukar
dengan larutan NaCl (0,9%) : glukosa (5%) = 1:3. Untuk mengurangi udem otak
diberikan dexametason 0,5 mg/kg BB/kali tiap 8 jam, tetapi bila terdapat
disfungsi hati, maka diberikan vitamin K intravena 3-10 mg selama 3 hari, kadar
Perawatan jalan nafas dengan pemberian oksigen yang adekuat. Untuk mengurangi
memberikan obat-obat yang tidak diperlukan (misalnya antasid, anti muntah) untuk
mengurangi beban detoksifikasi obat dalam hati. Transfusi darah segar atau
14
komponen dapat diberikan atas indikasi yang tepat. Bila perlu dilakukan tranfusi
tukar. Pada masa penyembuhan dapat diberikan asam amino rantai pendek.
b. Kelainan ginjal
Gagal ginjal akut pada umumnya terjadi pada fase terminal, sebagai akibat dari
syok yang tidak teratasi dengan baik. Dapat dijumpai sindrom uremik hemolitik
walaupun jarang. Untuk mencegah gagal ginjal maka setelah syok diobati dengan
teratasi dengan baik. Diuresis merupakan parameter yang penting dan mudah
dikerjakan untuk mengetahui apakah syok telah teratasi. Diuresis diusahakan > 1
ml / kg berat badan/jam. Oleh karena bila syok belum teratasi dengan baik,
sedangkan volume cairan telah dikurangi dapat terjadi syok berulang. Pada keadaan
syok berat sering kali dijumpai akute tubular necrosis, ditandai penurunan jumlah
c. Udema paru
Udem paru adalah komplikasi yang mungkin terjadi sebagai akibat pemberian
cairan yang berlebihan. Pemberian cairan pada hari sakit ketiga sampai kelima
sesuai panduan yang diberikan, biasanya tidak akan menyebabkan udem paru oleh
karena perembesan plasma masih terjadi. Tetapi pada saat terjadi reabsorbsi plasma
dari ruang ekstravaskuler, apabila cairan diberikan berlebih (kesalahan terjadi bila
sembab pada kelopak mata, dan ditunjang dengan gambaran udem paru pada foto
rontgen dada.
15
Komplikasi demam berdarah biasanya berasosiasi dengan semakin beratnya bentuk
a. Dehidrasi
b. Pendarahan
d. Hipotensi
e. Bradikardi
f. Kerusakan hati
(Murwani, 2011):
a. Pemeriksaan hematokrit (Ht) : ada kenaikan bisa sampai 20%, normal: pria 40-
b. Uji torniquit: caranya diukur tekanan darah kemudian diklem antara tekanan
systole dan diastole selama 10 menit untuk dewasa dan 3-5 menit untuk anak-anak.
Positif ada butir-butir merah (petechie) kurang 20 pada diameter 2,5 inchi.
c. Tes serologi (darah filter) : ini diambil sebanyak 3 kali dengan memakai kertas
saring (filter paper) yang pertama diambil pada waktu pasien masuk rumah sakit,
kedua diambil pada waktu akan pulang dan ketiga diambil 1-3 mg setelah
pengambilan yang kedua. Kertas ini disimpan pada suhu kamar sampai menunggu
saat pengiriman.
16
d. Isolasi virus: bahan pemeriksaan adalah darah penderita atau jaringanjaringan
untuk penderita yang hidup melalui biopsy sedang untuk penderita yang meninggal
2.9 Pencegahan
2.10 Penatalaksanaan
dengan masalah yang ada pada penderita sesuai dengan beratnya penyakit.
17
a. Derajat I: terdapat gangguan kebutuhan nutrisi dan keseimbangan elektrolit karena
epigastrium, dan perputaran bola mata. Perawat: istirahat baring, makanan lunak
(bila belum ada nafsu makan dianjurkan minum yang banyak 1500-2000cc/hari),
diberi kompre dingin, memantau keadaan umum, suhu, tensi, nadi dan perdarahan,
b. Derajat II: peningkatan kerja jantung adanya epitaxsis melena dan hemaesis.
Perawat: bila terjadi epitaxsis darah dibersihkan dan pasang tampon sementara, bila
penderita sadar boleh diberi makan dalam bentuk lemak tetapi bila terjadi
hematemesis harus dipuaskan dulu, mengatur posisi kepala dimiringkan agar tidak
terjadi aspirasi, bila perut kembung besar dipasang maag slang, sedapat mungkin
menambah pendarahan, tetap diobservasi keadaan umum, suhu, nadi, tensi dan
denan kepala extensi, membuka jalan nafas dengan cara pakaian yang ketat
dilonggarkan, bila ada lender dibersihkan dari mulut dan hidung, beri oksigen,
diawasi terus-meneris dan jangan ditinggal pergi, kalau pendarahan banyak (Hb
turun) mungkin berikan transfusi atas izin dokter, bila penderita tidak sadar diatur
selang selin perhatian kebersihan kulit juga pakaian bersih dan kering.
18
Ada 2 macam pemberantasan vektor antara lain :
a. Menggunakan insektisida
adalah malathion untuk membunuh nyamuk dewasa dan temephos (abate) untuk
penampungan air bersih, dosis yang digunakan ialah 1 ppm atau 1 gram abate SG 1
b. Tanpa insektisida
Caranya adalah: Menguras bak mandi, tempayan dan tempat penampungan air
kaleng bekas, botol pecah dan benda lain yang memungkinkan nyamuk bersarang.
BAB III
1. Pengkajian
A. Identitas
a. Klien
19
- Nama :
- Umur :
(Perhatikan usia biologik klien, penyakit demam berdarah pada anak
dapat terjadi pada usia berapapun,namun usia yang paling umum
adalah 1-4 tahun).
- Jenis kelamin :
- Status perkawinan :
- Pendidikan :
- Agama :
- Pekerjaan :
(Biasanya lingkungan tempat bekerja bisa menjadi faktor penyebab
terjadinya demam berdarah)
- Alamat :
- No.RM :
- Diagnosis medis :
- Tanggal masuk :
- Tanggal keluar :
b. Penanggung jawab
- Nama :
- Umur :
- Jenis kelamin :
- Pendidikan :
- Agama :
- Pekerjaan :
- Alamat :
- Hubungan keluarga :
2. Riwayat Keperawatan
20
Keluhan utama yang muncul pada klien dengan DBD secara umum adalah demam yang
mendadak, ada rasa mual dan disertai muntah, adanya perdarahan (petekie, ekimosis, purpura
pada ekstremitas atas, dada, epistaksis, perdarahan gusi), kadang – kadang disertai kejang dan
penurunan kesadaran. Pada kasus Tn. T, Keluhan utama yang menjadi alasan klien datang ke
Rumah Sakit adalah karena demam tinggi. Demam tinggi yang dirasakan terjadi secara
mendadak dan demam tidak turun dalam 3 hari. Selain demam, klien juga mengeluh nyeri
pada area mata, mengeluh mual dan sakit kepala. Keluhan tersebut merupakan keluhan umum
yang terjadi pada klien dengan DBD namun harus diperkuat lagi oleh data-data tambahan
atau pemeriksaan penunjang lainnya.
Saat dikaji klien mengeluh badan panas, kepala terasa pusing, mual-mual dan badan terasa
lemas. TD=100/70 mmHg N=90,RR=20 S=38, badan teraba panas, tampak meringis sakit
kepala, klien tampak mual dan menolak untuk makan. Keluhan tersebut masih dirasakan
sampai hari ke7
Pada kasus DHF riwayat penyakit dahulu untuk menentukan apakah DHF yang dialami klien
saat ini yang pertama kali atau yang kedua kalinya karena akan menentukan kepada jenis dari
virus dengue. Seseorang yang pernah mendapat infeksi primer virus dengue, akan
mempunyai antibody yang dapat menetralisasi yang sama (homologous). Tetapi jika orang
tersebut mendapatkan infeksi sekunder dengan jenis serotipe virus yang lain, maka terjadi
infeksi yang berat.
Riwayat kesehatan keluarga untuk mengetahui apakah di dalam keluarga ada yang menderita DHF
untuk menentukan apakah DHF yang dialami oleh klien didapat dari anggota keluarga atau dari orang
atau lingkungan .
Kesehatan lingkungan sangat perlu dikaji karena sangat berpengaruh terhadap penyebaran dari
penyakit DHF. Penularan infeksi virus dengue terjadi melalui vector nyamuk genus Aedes.
21
Peningkatan kasus tiap tahunnya berkaitan dengan sanitasi lingkungan dan tempat perindukan bagi
nyamuk betina yaitu di bejana yang berisi air jernih.
Pola pernafasan klien Tn. T di dalam kasus tidak mengalami gangguan pernapasan, hal ini sesuai
dengan konsep bahwa pada penyakit DBD dengan derajat 1 dan 2 jarang terdapat gangguan pada
sistem pernapasan kecuali bila pada derajat 3 dan 4 yang sering disertai keluhan sesak napas sehingga
memerlukan penatalaksanaan lebih lanjut.
2) Cardiovaskuler
Pada pemeriksaan fisik sistem kardiovaskuler pada klien ditemukan TD: 100/70 mmHg, N: 90 x/mnt,
pulsasi lemah, akral hangat, sianosis (-), CRT < 3 detik, Uji tourniquet positif. Hal tersebut sesuai
dengan tanda dan manifestasi klinis pasien dengan DHF derajat satu.
3) Persarafan
Pada pemeriksaan system persarafan klien tidak mengalami gangguan atau penurunan kesadaran.
Penurunan kesadaran terjadi sebagai akibat dari penurunan volume cairan intravaskuler yang
menyebabkan perfusi ke seluruh tubuh berjurang termasuk ke jaringan otak.
Klien mengeluh mual dan kadang-kadang muntah hal ini sesuai dengan literature yang mengatakan
bahwa klien dengan DHF akan mengalami gejala seperti mual dan muntah / tidak ada nafsu makan,
haus, sakit menelan, nyeri tekan ulu hati dan konstipasi. Mukosa
mulut kering, hiperemia tenggorokan, derajat 3 dan 4 terdapat pembesaran hati dan nyeri tekan, sakit
menelan, pembesaran limfe, nyeri tekan epigastrium, hematemisis dan melena.
22
Pemeriksaan fisik klien dengan DHF derajat 1 dan 2 adalah Nyeri pada sendi, otot, punggung dan
kepala; kulit terasa panas, wajah tampak merah dapat disertai tanda kesakitan.
Dalam menentukan dignostik DHF, selain dengan menggunakan gejala klinis yang muncul juga harus
didukung oleh data lain dari beberapa pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan darah yaitu
pemeriksaan darah rutin (DPL), pemeriksaan fungsi hepar (SGOT SGPT), pemeriksaan fungsi ginjal
(ureum kreatinin), pemeriksaan Dengue. Pada pemeriksaan darah rutin (DPL), indicator penilaian
yang dilihat berturut-turut adalah nilai trombosit, nilai hematokrit dan nilai Hb. Padakasus DBD, nilai
trombosit biasanya turun sebagai akibat dari adanya proses atau reaksi imun. Hal ini juga tampak pada
klin Tn T dimana nilai trombositnya dibawah normal yaitu 61 ribu/mm3. nilai hematocrit
mencerminkan nilai dari kekentalan dari darah, semakin kental darah semakin tinggi nilai hematokrit.
pengentalan darah terjadi sebagai akibat dari adanya kebocoran cairan dari intravaskuler ke
ekstravaskuler akibat dari peningkatan permeabilitas pembuluh darah. nilai hematokrit adalah
menggunakan 3 X nilai Hb pasien. di dalam kasus Tn. T didapat nilai hematokrit sebesar 39%. nilai
tersebut masih dalam batas rentang normal karena pada klien belum terjadi perpindahan cairan dari
intravaskuler ke ekstravaskuler. Nilai Hb akan semakin meningkat seiring nilai hematocrit yang
meningkat. Pemeriksaan fungsi hepar, pada klien Tn . T mengalami peningkatan yaitu
SGOT = 86 (N : 0-37) dan SGPT = 46 (0-40).
Pemerikasaaan fungsi ginjal dapat dilakukan untuk mengetahui apakah proses penyakit sudah
mengganggu fungsi ginjal atau tidak. pada kasus Tn. T fungsi ginjal masih dalam keadaa baik yaitu
ureum 19 (N : 20-40) dan kreatinin 1 ( N:0.8-1.5). Pemeriksaan darah lain adalah pemeriksaan NS
dengue positif. pemeriksaan rontgen dapat terlihat adanya efusi pleura bagi pasien DBD yang telah
mengalami peningkatan permeabilitas kapiler. namun pada kasus Tn. T efusi pleura tidak terjadi.
Pengobatan
Tatalaksana yang dilakukan berdasarkan dengan standar yang digunakan dan berlaku di rumah sakit,
namun tetap mengacu kepada protocol standar yang berlau secara nasional maupun internasional.
pada kasus klien diberikan cairan kristaloid dan koloid yang merupakan penanganan utama pada
kasus DBD. lalu antipiretik diberikan untuk mengatasi demam, antiemetic juga diberikan untuk
mengatasi mual-mual. Diet makanan diberikan diet lunak agar metabolism yang digunakan dalam
proses pencernaan tidak banyak terjadi.
23
3.8 Masalah Keperawatan
Masalah keperawatan yang muncul pada Tn. merupakan masalah keperawatan yang sering muncul
pada pasien dengan DBD. namun dari sekian banyak masalah keperawatan yang dapat muncul hanya
beberapa masalah keperawatan saja yang dapat diangkat dari kasus Tn. T. masalah keperawatan
diangkat berdasarkan dari data subjektif dan objektif yang merupakan gejala atau manifestasi klinis
Tn. T dan juga didukung oleh data-data dari pemeriksaan penunjang. Masalah keperawatan yang
diangkat dalam kasus Tn. T adalah :
3. Risiko perdarahan
Dari ke empat daftar masalah di atasa, tampak bahwa hanya satu masalah keperawatan yang bersifat
actual dan sisanya sebanyak tiga masalah bersifat risiko, hal tersebut dikarenakan data-data yang
muncul belum actual atau sudah terjadi, namun risiko terjadinya hal tersebut ada.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa ditegakkan berdasarkan analisa dan sintesa dari hasil pengkajian. Setelah dilakukan analisa
terhadap data yang terkumpul, kemudian dirumuskan diagnosa keperawatan. Dari masalah
keperawatan kaus diatas maka disusunlah diagnosa keperawatan berdasarkan tingkat prioritas untuk
pelaksanaan intervensi yaitu :
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual,
muntah, anoreksia.
3. Risiko kurang volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan permeabilitas dinding
plasma.
Diagnosa diatas adalah diagnosa yang dibuat berdasarkan acuan dari diagnose keperawatan bagi
penderita DHF sesuai dengan literature atau buku sumber yang ada namun tidak semua diagnosa pada
24
literature diangkat karena disesuaikan
dengan kondisi klien saat ini.
5. Intervensi Keperawatan Intervensi keperawatan dilakukan sesuai dengan masalah yang sedang
dialami oleh klien. Intervensi yang dilakukan untuk masalah yang bersifat aktual dan dilanjutkan
dengan intervensi untuk masalah keperawatan yang bersifat risiko.
Pada diagnosa keperawatan yang bersifat risiko dilakukan prioritas kembali untuk menentukan
masalah keperawatan yang akan dilakukan intervensi terlebih dahulu.
Intervensi dilakukan berdasarakan atas masalah yang muncul pada klien dengan rasionalisasi tindakan
yang tepat. Pada kasus Tn. T intervensi yang disusun berdasarkan hasil dari analisa data masalah dan
diagnosa keperawatan yang muncul. Intervensi keperawatan yang disusun adalah :
Mandiri : - Monitor suhu pasien. - Anjurkan pasien untuk banyak minum (lebih kurang 2,5 liter / 24
jam). - Berikan kompres hangat - Anjurkan untuk tidak memakai selimut dan pakaian yang tebal.
Kolaborasi : - Berikan terapi cairan intravena dan obat-obatan sesuai program dokter
- Berikan antipiretik.
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual,
muntah, anoreksia.
Mandiri : - Kaji keluhan mual, sakit menelan, dan muntah yang dialami pasien
- Berikan makanan yang mudah ditelan seperti bubur. - Berikan makanan dalam porsi kecil dan
frekuensi sering. - Catat jumlah / porsi makanan yang dihabiskan oleh pasien setiap hari.
3. Risiko kurang volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan permeabilitas dinding
plasma.
Mandiri : - Kaji keadaan umum pasien (lemah, pucat, takikardi) serta tanda-tanda
vital. - Observasi tanda-tanda syok. - Anjurkan pasien untuk banyak minum.
- Catat intake dan output cairan. - Palpasi nadi perifer, capilary refill, temperatur kulit, kaji kesadaran,
tanda
Perdarahan
25
- Monitor adanya nyeri dada tiba-tiba, dispnea, sianosis, kecemasan yang meningkat, kurang istirahat.
- Kaji kemampuan menelan klien.
Mandiri : - Monitor tanda penurunan trombosit yang disertai gejala klinis. - Anjurkan pasien untuk
banyak istirahat/bedrest. - Beri penjelasan untuk segera melapor bila ada tanda perdarahan lebih
lanjut. - Awasi tanda vital - Anjurkan meminimalisasi penggunaan sikat gigi, dorong penggunaan
antiseptik untuk mulut. - Gunakan jarum kecil untuk injeksi atau pengambilan sampel darah
- Observasi adanya ptekie, epistaksis, perdarahan gusi, melena. Kolaborasi : - Awasi Hb, Ht,
trombosit dan faktor pembekuan.
Implementasi dilakukan berdasarkan prioritas masalah yang sudah ditegakkan sebelumnya. dalam
proses pelaksanaannya, tidak semua intervensi di dalam teori dapat dilakukan sehubungan dengan
keterbatasan yang ada di ruangan Melati Atas. Implementasi dilakukan berdasarkan perencanaan
keperawatan dan selanjutnya dilakukan evaluasi atas tindakan yang sudah dilakukan. Klien dirawat
selama 8 hari, pada hari terakhir klien dirawat semua masalah keperawatan dapat diatasi dank lien
dinyatakan sudah diperbolehkan pulang oleh dokter penanggung jawab pasien (DPJP).
BAB IV
26
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Terkait dengan konsep demam berdarah dengue (DBD), maka penulis menyimpulkan;
1. Demam berdarah dengue (DBD) ialah penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa dengan gejala
utama demam, nyeri otot dan sendi, yang biasanya memburuk pada hari kedua.
2. Virus dengue tergolong dalam grup Flaviviridae dengan 4 serotipe, DEN – 3, merupakan serotie
yang paling banyak.
4. Gejala utama demam berdarah dengue (DBD) adalah demam, pendarahan, hepatomegali dan syok.
5. Kriteria diagnosis terdiri dari kriteria klinis dan kriteria laboratoris. Dua kriteria klinis ditambah
trombosipenia dan peningkatan hmatokrit cukup untuk menegakkan diagnosis demam berdarah
dengue.
6. Penatalaksanaan demam berdarah dengue bersifat simtomatif yaitu mengobati gejala penyerta dan
suportif yaitu mengganti cairan yang hilang. Asuhan keperawatan pada pasien DBD dilakukan secara
menyeluruh meliputi pengkajian, diagnosis keperawatan, rencana tindakan keperawatan,
implementasi
keperawatan, dan evaluasi. Pada tahap awal, perawat melakukan pengkajian melalui wawancara.
Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan beberapa masalah kesehatan yang akhirnya dapat
memunculkan masalah keperawatan yaitu peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses
penyakit (viremia), gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan mual, muntah, anoreksia. risiko kurang volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan
permeabilitas dinding plasma, risiko terjadi perdarahan berhubungan dengan trombositopenia. Dari
masalah keperawatan tersebut maka disusun beberapa rencana intervensi untukmenyelesaikan
masalah kesehatan tersebut. Rencana intervensi disusun berdasarkan masalah yang ditetapkan dan
mengacu pada teori-teori terkait yang kemudian dirangkum dalam rencana kegiatan. Implementasi
tindakan tidak sepenuhnya sesuai dengan teori terkait, karena disesuaikan dengan situasi dan kondisi
lansia.
4.2 Saran
1. Asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien dengan DBD harus dilakukan sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan sesuai dengan tingkat atau derajat penyakitnya.
Keputusan dan tindakan yang tepat dalam menangani masalah yang timbul dapat
menyelamatkan klien dari kematian. Oleh karena itu dibutuhkan pengetahuan dan
kemampuan petugas kesehatan yang baik dalam penanganan pasien dengan DBD.
27
2. Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan DBD, petugas kesehatan harus
memahami konsep dari terjadinya penyakit sehingga dapat memberikan pelayanan kesehatan
yang tepat dan efektif.
Daftar Pustaka
1. World Health Organization. Panduan lengkap pencegahan dan pengendalian dengue dan
demam berdarah dengue. Jakarta: EGC; 2004. h. 1-57.
2. Revisi Buku Pedoman Kerja Puskesmas Tim. Puskesmas. Pedoman Kerja Puskesmas. Jilid I.
Jakarta: Departeman Kesehatan RI; 1991. h. G1-80.
3. Keputusan MenKes RI. Kebijakan dasar pusat kesehatan masyarakat. Jakarta: Depkes RI;
2004. h. 5,7, 15-8, 20-31.
4. Departemen Kesehatan RI. Pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue. Katalog
Dalam Terbitan Departemen Kesehatan RI; 2007. h.1-3.
5. Widoyono. Demam berdarah dengue. Penyakit tropis, epidemiologi, penularan, pencegahan
dan pemberantasan. Jakarta: Erlangga; 2008. h. 59.
6. Departemen Kesehatan RI. Pencegahan dan pemberantasan demam berdarah dengue di
Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 2005.
7. Azwar A. Perencanaan program kesehatan. Pengantar administrasi kesehatan. Edisi ke-3.
Jakarta: Binarupa Aksara; 2010. h. 201-6.
28