Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KONSEP DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA THYPOID

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas penyakit tropis dan degeneratif

Dosen Pengajar : Zakiah Rahman,S.Kep, Ns, M.Kep

Disusun oleh :

Ceria Anggun Putri 212113007

Ervi MArisca 212113010

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU PENGETAHUAN HANGTUAH

TANJUNGPINANG
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya,
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Konsep Dan Asuhan
Keperawatan Pada Typoid” dengan tepat waktu.Makalah disusun untuk
memenuhi tugas Mata Pelajaran Penyakit Tropis dan Degeneratif . Selain itu,
makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang penyakit tropis dan
degeneratif bagi para pembaca dan juga bagi penulis.Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah
ini.Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu,
saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Tanjungpinang , 27 Agustus 2023

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................i

DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................................1

1. Latar Belakang ...........................................................................................................1


......................................................................................................................................
2. Rumusan Masalah ......................................................................................................3
3. Tujuan Penelitisn .......................................................................................................3
Tujuan Umum ............................................................................................................3
Tujuan Khusus ...........................................................................................................3
......................................................................................................................................
4. Manfaat ......................................................................................................................5
......................................................................................................................................
BAB II TINJAUAN TEORI ..........................................................................................6

1. Konsep Dasar Demam Typoid ..................................................................................6


a. Definisi ..................................................................................................................6
.................................................................................................................................
b. Etiologi...................................................................................................................6
c. Manifestasi Klinis.................................................................................................7
d. Patofisiologi...........................................................................................................7
e. Pathway..................................................................................................................8
f. Komplikasi ............................................................................................................9
g. Pemeriksaan Penunjang ........................................................................................9
.................................................................................................................................
h. Penantalaksanaan ................................................................................................10
i. Cara Penularan ....................................................................................................10
j. Pencegahan .........................................................................................................11
2. Konsep Asuhan Keperawatan ..................................................................................12
a. Pengkajian............................................................................................................12
b. Diagnosa Keperawatan dan Diagnosa banding...................................................13
c. Intervensi Keperawatan.......................................................................................14
d. Implementasi Keperawatan .................................................................................25
e. Evaluasi Keperawatan ........................................................................................25
BAB III PENUTUP.......................................................................................................24

1. Kesimpulan...............................................................................................................24
2. Saran ........................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................25
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Tuberculosis paru (TB paru atau biasa disebut TBC) merupakan salah satu
penyakit infeksi yang prevalensinya paling tinggi di dunia. TB paru merupakan
penyakit infeksi kronik dan menular yang erat kaitannya dengan keadaan
lingkungan dan prilaku masyarakat. Penyakit TB paru merupakan penyakit infeksi
yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Penyakit ini dapat menularka
nmelalui percikan ludah, bersin dan batuk yang ditularkan melalui udara. Penyakit
TB paru biasanya menyerang paru akan tetapi dapat pula menyerang organ tubuh
lain (Depkes RI, 2008).
Penyakit Tubercolusis bila tidak diobati akan menjadi sumber penularan, bagi
keluarga, masyarakat, terutama anak-anak yang sangat rentan terjadi penularan
berkaitan dengan daya tahan tubuh, bagi klien akan berdampak seperti Batuk
Darah (=Hemoptysis, Hemoptoe), TB Larings, Pleuritis Eksudatif, Pnemotoraks,
Hidropnemotoraks, Empiema/Piotoraks, dan Pnemotoraks, Abses Paru, Cor
Pulmonale (Danusantoso, 2000). Gejala Tubercolusis yaitu batuk berdahak lebih
dari 2 minggu, batuk darah, nyeri dada, badan panas sampai menggigil, keringat
malam hari tanpa aktifitas, gangguan mentruasi, anoreksia dan lemah badan
(Mukty, 2014)
Masalah keperawatan yang sering muncul pada pasien TB antara lain
bersihan jalan napas tidak efektif, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh, dan hipertermia (Nurarif, 2015). Peran perawat dalam mengatasi
hal tersebut antara lain membersihkan jalan napas dengan mengajarkan batuk
efektif, membersihkan secret, mengatur kebutuhan kalori yang dibutuhkan pasien,
dan kolaborasi dalam pemberian terapi obat-obatan (Soemantri, 2014).
Keberhasilan pengobatan tuberculosis tergantung pada pengetahuan klien dan
dukungan dari keluarga. Dampak yang akan muncul bila tidak segera tertangani
adalah meningkatnya angka kematian akibat penyakit tuberculosis (Amin dan
Bahar, 2015).
Berdasarkan uraian tersebut kelompok tertarik untuk membuat makalah
dengan tujuan memahami gambaran judul Asuhan Keperawatan pada Klien
Tuberculosis secara lebih mendalam.

2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, rumusan masalah dalam studi
kasus ini adalah bagaimana asusuhan keperawatan dengan TBC.

3. Tujuan Penelitisan
a. Tujuan Umum
Mendapatkan gambaran secara umum tentang asuhan keperawatan pada TBC.
b. Tujuan Khusus

1. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien TBC


2. Menetapkan diagnosis keperawatan pada klien TBC
3. Menyusun Perencanaan keperawatan pada klien TBC
4. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien TBC
5. Melakukan evaluasai keperawatan pada klien TBC
4. Manfaat
Menambah pengetahuan dan pengalaman bagi penulis dalam melaksanakan
studi kasus, khususnya dalam melakakukan asuhan keperawatan pada TBC.
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Konsep Dasar TBC
A. Definisi

TB paru adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh kuman TB


(mycobacterium tuberculosis). Kuman tersebut masuk ke dalam tubuh manusia
melalui udara ke dalam paru-paru,dan menyebar dari paru- paru ke organ tubuh yang
lain melalui peredaran darah seperti kelenjar limfe, saluran pernapasan atau
penyebaran langsung ke organ tubuh lainnya (Febrian, 2015).
TB merupakan penyakit infeksi kronis yang sering terjadi atau ditemukan di
tempat tinggal dengan lingkungan padat penduduk atau daerah urban, yang
kemungkinan besar telah mempermudah proses penularan dan berperan terhadap
peningkatan jumlah kasus TB (Ganis indriati, 2015).
Secara umum sifat Kuman Bakteri Mycobacterium Tuberculosis antara lain
sebagai berikut : Berbentuk Batang dengan panjang 1-10 mikron, Lebar 0,2 – 0,6
mikron, Bersifat tahan asam dalam perwarnaan, Memerlukan media khusus untuk
biakan, Kuman nampak berbentuk batang berwarna merah dalam pemeriksaan
dibawah mikroskop, Tahan terhadap suhu rendah sehingga dapat bertahan hidup
dalam jangka waktu lama pada suhu antara 4 derajat celcius sampai 70 derajat celcius.
Kuman sangat peka terhadap panas, sinar ultraviolet, sebagian besar kuman akan mati,
dalam waktu beberapa menit. Dalam dahak pada suhu antara 30 – 37 derajat celcius
akan mati dalam waktu lebih kurang 1 minggu, Kuman dapat bersifat dormant
(tidur/tidak berkembang) (Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis, 2014).
Penyakit ini lebih sering menyerang paru daripada organ tubuh lainnya yang
ditandai dengan pembentukan granuloma dan menyebabkan timbulnya nekrosis
jaringan. Terdapat dua macam virus Mycobacterium Tuberculosis, yaitu tipe human
dan tipe bovin biasanya berada dalam susu sapi yang menderita mastitis tuberculosis
usus, sedangkan pada tipe human biasanya berada di bercak ludah yang terbang di
udara berasal dari ludah penderita TBC terbuka, orang akan mudah terinveksi TBC
apabila menghirup bercak ludah ini (Wim de Jong et al, 2005 dalam Huda A, 2013).
Bakteri ini dapat masuk melalui saluran pernapasan dan saluran pencernaan (GI)
dan luka terbuka pada kulit. Tetapi paling banyak melalui inhalasi droplet yang
berasal dari orang yang terinfeksi bekteri tersebut.
B. ETIOLOGI
Penyebab tuberkulosis adalah mycobacterium tuberculosis. Basil ini tidak
berspora sehingga mudah dibasmi dengan sinar matahari, pemanasan dan sinar
ultraviolet. Terdapat 2 macam mycobacterium tuberculosis yaitu tipe human dan
bovin. Basil tipe human berada di bercak ludah (droplet) di udara yang berasal
dari penderita TB paru dan orang yang rentan terinfeksi bila menghirup bercak
ludah ini (Nurrarif & Kusuma, 2015).
Menurut (Puspasari, 2019) Faktor resiko TB paru sebagai berikut:
1. Kontak dekat dengan seseorang yang memiliki TB aktif.
2. Status imunocompromized (penurunan imunitas) misalnya
kanker,lansia, HIV.
3. Penggunaan narkoba suntikan dan alkoholisme.
4. Kondisi medis yang sudah ada sebelumnya, termasuk
5. Imigran dari negara-negara dengan tingkat tuberkulosis yang
tinggimisal Asia Tenggara, Haiti.
6. Tingkat di perumahan yang padat dan tidak sesuai standart.
7. Pekerjaan misalnya petugas pelayanan kesehatan.
8. Orang yang kurang mendapat perawatan kesehatan yang memadai
misalnya tunawisma atau miskin.
C. Maninfestasi Klinis
Tanda dan gejala pada TB paru yaitu batuk >3 minggu, nyeri dada,
malaise, sesak nafas, batuk darah, demam. Tanda dan gejala pada TB paru dibagi
menjadi 2 bagian yaitu gejala sistemik dan respiratorik(Padila,2013).

Gejala sistemik yaitu :

 Demam

Adanya proses peradangan akibat dari infeksi bakteri sehingga timbul gejala

demam. Ketika mycobacterium tuberculosis terhirup oleh udara ke paru dan

menempel pada bronkus atau alveolus untuk memperbanyak diri, maka terjadi

peradangan (inflamasi) ,dan metabolisme meningkat sehingga suhu tubuh


meningkat dan terjadilah demam.

 Malaise

Malaise adalah rasa tidak enak badan, penurunan nafsu makan, pegal-pegal,

penurunan berat badan dan mudah lelah.

Gejala respiratorik yaitu :


 Batuk
Batuk dimulai dari batuk kering (non produktif) kemudian muncul
peradangan menjadi produktif atau menghasilkan sputum yang terjadi
lebih dari 3 minggu (Suprapto,Abd.Wahid & Imam,2013).
 Batuk Berdarah
Batuk darah atau hemoptisis merupakan batuk yang terjadi akibat dari
pecahnya pembuluh darah. Darah yang dikeluarkan bisa bervariasi,
berupa garis atau bercak darah, gumpalan darah atau darah segar dalam
jumlah yang banyak. (Suprapto,Abd.Wahid & Imam,2013).
 Sesak napas
Pada awal TB sesak nafas tidak ditemukan. Sesak nafas ditemukan jika
penyakit berkelanjutan dengan kerusakan paru yang meluas atau karena
adanya hal lain seperti efusi pleura, pneumothorax dan lain-lain
(Suprapto,Abd.Wahid & Imam,2013).
 Nyeri dada
Gejala nyeri dada dapat bersifat bersifat lokal apabila yang dirasakan
berada pada tempat patologi yang terjadi, tapi dapat beralih ke tempat
lain seperti leher,abdomen dan punggung. Bersifat pluritik apabila nyeri
yang dirasakan akibat iritasi pleura parietalis yang terasa tajam seperti
ditusuk-tusuk pisau (Smeltzer & Bare,2013)
D. Patway
E. Komplikasi
Menurut Wahid&Imam (2017), komplikasi yang muncul pada TB paru yaitu :
1) Pneumothorak (adanya udara di dalam rongga pleura) spontan : kolaps
spontan karena kerusakan jaringan paru.
2) Bronki ektasis (peleburan bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan
jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) di paru.
3) Penyebaran infeksi keorgan lainnya seperti otak,tulang, persendian, ginjal
dan sebagainya.
4) Insufisiensi kardiopulmonal (Chardio Pulmonary Insufficiency).
5) Hemoptisis berat (pendarahan pada saluran nafas bawah) yang
mengakibatkan kematian karena terjadinya syok hipovolemik atau
tersumbatnya jalan pernafasan.
F. Penatalaksanaan
1. Pengobatan TB paru menurut Kemenkes RI (2014):
 Tujuan pengobatan
Pengobatan TB paru untuk menyembuhkan pasien, mencegah kekambuhan,
mencegah kematian, memutuskan rantai penularan serta mencegah resistensi
mycobacterium tuberculosis terhadap OAT.
 Prinsip pengobatan
Pengobatan yang dilakukan harus memenuhi prinsip sebagai berikut: OAT
yang diberikan mengandung minimal 4 macam obat untuk mencegah
resistensi, diberikan dalam dosis yang tepat, obat ditelan secara teratur dan
diawasi oleh PMO sampai selesai.
 Tahapan pengobatan
pengobatan TB diberikan dalam dua tahap yaitu tahap awal (intensif) dan
tahap lanjutan.
 Obat anti tuberkulosis
1) Isoniazid (H)
Isoniazid diberikan melalui oral atau intramuskular. Obat ini memiliki dua
pengaruh toksik utama yaitu neuritis perifer dan hepatotoksik. Tanda dari
neuritis perifer yaitu mati rasa dan rasa gatal pada tangan dan kaki.
Sedangkan hepatotoksik jarang terjadi, mungkin terjadi pada anak dengan
TB berat dan remaja (Astuti,2010).
2) Rifampisin (R)
Efek samping obat ini yaitu terjadi perubahan warna orange pada urine dan
air mata dan gangguan saluran pencernaan.
3) Etambutol (E)
Etambutol bertujuan untuk mencegah resistensi terhadap obat yang lain.
4) Pirazinamid (Z)
Obat ini bersifat bakterisid dan memiliki efek samping rasa mual yang
disertai nyeri ulu hati dan muntah.
5) Streptomisin
Efek samping dari obat streptomisin yaitu rasa kesemutan didaerah mulut
dan muka setelah obat disuntikan.
2. Panduan OAT di Indonesia
a. Kategori 1 : 2(HRZE)/4H3R3
Obat diberikan selama dua bulan 2 (HRZE). Kemudian dilanjutkan pada tahap
lanjutan yang diberikan tiga kali dalam seminggu selama 4 bulan (4H3R3). Tabel
2.1 Panduan dosis OAT untuk kategori 1
:2(HRZE)/4H3R3
Berat badan
Tahap intensif tiap hari selama 50 hari RHZE (150mg/75mg/400mg/275mg)
Tahap lanjutan 3 kali seminggu selama 16 minggu RH
( 150mg/150mg)
30-37kg 2 tablet 4KDT 2 tablet 2KDT
38-54kg 3 tablet 4KDT 3 tablet 2KDT
55-70kg 4 tablet 4KDT 4 tablet 2KDT
71 kg 5 tablet 4KDT 5 tablet 2KDT

Keterangan : H = Isoniasid R = Rifampisin


Z = Pirasinamid E = Etambutol
S = Streptomisin
a. Kategori 2 : 2HRZES/HRZE/5H3R3E3
Obat ini diberikan pada pasien BTA positif yang pernah diobat sebelumnya.

Berat Badan Tahap intensif tiap hari RHZE (150/75/400/275)+S Tahap


lanjutan 3 kali seminggu RH (150/150)+ E (400)
56 hari 28 hari 20 minggu
30-37 kg 2tab 4KDT + 500 mg streptomisin inj. 2tab 4KDT 2tab 2KDT
+ 2 tab Etambutol
38-54 kg 3tab 4KDT+750 mg streptomisin inj. 3tab 4KDT 3tab 2KDT + 3 tab
Etambutol
55-70 kg 4tab 4KDT+1000 mg streptomisin inj. 4tab 4KDT 4 tab 2KDT
+ 4 tab Etambutol

71 kg 5 tab 4KDT+1000 mg streptomisin inj. 5tab 4KDT 5 tab 2KDT


+ 5 tab Etambutol
Sumber : Kemenkes,2014

c. Obat sisipan (HRZE)

Paket sisipan KDT merupakan paduan paket tahap intensif ataukategori 1 yang
diberikan selama 28 hari (Kemenkes,2011).
Tabel 2.3 KDT sisipan

Berat badanTahap intensif tiap hari selama 28 hari RHZE


(150/75/400/275)
30-37 kg 2 tablet 4KDT
38-54 kg 3 tablet 4KDT
55-70 kg 4 tablet 4KDT
71 kg 5 tablet 4KDT

3. Hasil pengobatan TB paru.


a. Sembuh
Penderita telah menyelesaikan pengobatan dan pemeriksaan dahak ulang hasilnya
negatif pada AP ( akhir pengobatan ) dan pada satu pemeriksaan sebelumnya.
b. Pengobatan lengkap

Penderita yang menyelesaikan pengobatannya secara lengkap tapi tidak ada hasil
pada pemeriksaan dahak ulang di akhir pengobatan.
c. Meninggal

Penderita yang meninggal saat masa pengobatan.

d. Pindah

penderita yang dipindah ke unit pencatatan & pelaporan lain danhasil


pengobatannya tidak diketahui.
e. Putus berobat

penderita TB yang tidak berobat selama 2 bulan atau lebih sebelum masa
pengobatan selesai.
f. Gagal

Penderita dengan hasil pemeriksaan dahak positif atau kembali menjadi positif pada
bulan ke lima atau lebih saat masa pengobatan.
g. Keberhasilan pengobatan (Treatment succes) Penderita yang sembuh dan
sudah menyelesaikan pengobatanlengkap.

2. Penatalaksanaan Non Farmakologi

a. Fisioterapi Dada
Fisioterapi dada terdiri atas drainase postural,perkusi,dan vibrasi dada. Tujuannya
yaitu untuk memudahkan dalam pembuangan sekresi bronkhial, memperbaiki
fungsi ventilasi, dan meningkatkan efisiensi dari otot-otot sistem pernafasan agar
berfungsi secara normal (Smeltzer & Bare,2013).
Drainase postural adalah posisi yang spesifik dengan gaya gravitasi untuk
memudahkan proses pengeluaran sekresi bronkial.
Perkusi adalah suatu prosedur membentuk mangkuk pada telapak tangan dengan
menepuk ringan pada dinding dada dalam. Gerakan menepuk dilakukan berirama
diatas segmen paru yang akan dialirkan (Smeltzer & Bare,2013).
Vibrasi dada adalah tindakan meletakkan tangan berdampingan dengan jari-jari
tangan dalam posisi ekstensi diatas area dada (Somantri,2012).
b. Latihan batuk efektif

Latihan batuk efektif yaitu tindakan yang dilakukan agar mudah membuang sekresi
dengan metode batuk efektif sehingga dapat mempertahankan jalan nafas yang
paten (Smeltzer & Bare,2013).
c. Penghisapan Lendir
Penghisapan lendir atau suction merupakan tindakan yang dilakukan untuk
mengeluarkan sekret yang tertahan pada jalan nafas. Penghisapan lendir bertujuan
untuk mempertahankan jalan nafas tetap paten

Anda mungkin juga menyukai