Morbili
DI LANTAI II PAVILIUN KARTIKA 3 RSPAD GATOT SOEBROTO
DISUSUN OLEH:
DIMAS SAPUTRA
2B-1935072
JAKARTA
2021
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan pada Klien dengan MORBILI di lantai II Paviliun Kartika 3 RSPAD Gatot
Soebroto” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Keperawatan Medikal anak. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Asuhan Keperawatan pada Klien dengan MORBILI bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada para dosen selaku dosen mata kuliah
Keperawatan Medikal anak yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni. Saya juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.
Dimas Saputra
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................I
DAFTAR ISI..............................................................................................................................II
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................6
• Latar Belakang.................................................................................................................1
• Rumusan Masalah ...........................................................................................................2
• Tujuan .............................................................................................................................2
• Ruang Lingkup.................................................................................................................4
• Metode Penulisan.............................................................................................................4
• Sistematika Penulisan.......................................................................................................4
BAB II TINJAUAN TEORI......................................................................................................6
• Pengertian.....................................................................................................................6
• Patofisiologi.................................................................................................................7
• Klasifikasi...................................................................................................................10
• Manifestasi Klinis.......................................................................................................10
• Pemeriksaan Penunjang..............................................................................................11
• Penatalaksanaan Medis...............................................................................................11
• Komplikasi.................................................................................................................12
• Asuhan Keperawatan..................................................................................................13
BAB III TINJAUAN KASUS..................................................................................................27
• Pengkajian..................................................................................................................27
• Diagnosa Keperawatan...............................................................................................39
• Intervensi....................................................................................................................40
• Implementasi .............................................................................................................43
• Evaluasi......................................................................................................................44
3
BAB IV PEMBAHASAN.........................................................................................................46
• Pengkajian..................................................................................................................46
• Diagnosa Keperawatan...............................................................................................47
• Perencanaan................................................................................................................48
• Pelaksanaan................................................................................................................49
• Evaluasi......................................................................................................................50
BAB V PENUTUP....................................................................................................................51
• Kesimpulan.................................................................................................................51
• Saran...........................................................................................................................51
DAFTAR PUSTAKA 53
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
4
Makalah ini akan membahas lebih jauh penyakit campak, manifestasi klinis dan
pemeriksaan penunjang, komplikasi penyakit campak, serta asuhan keperawatan dari
penyakit campak itu sendiri.
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan diagnosa
medis campak.
Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diambil dari pembuatan makalah ini adalah
1. Menambah wawasan bagi pembaca khususnya mahasiswa keperawatan
2. Dapat digunakan sebagai bahan tambahan materi perkuliahan
3. Dapat diterapkan dalam dunia keperawatan profesional
5
BAB II
PEMBAHASAN
a. Epidermis
Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri dari epitel
berlapis gepeng bertanduk, mengandung sel melanosit, Langerhans dan merkel. Tebal
epidermis berbeda-beda pada berbagai tempat di tubuh, paling tebal pada telapak tangan
6
dan kaki. Ketebalan epidermis hanya sekitar 5 % dari seluruh ketebalan kulit. Terjadi
regenerasi setiap 4-6 minggu.
Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari lapisan yang paling atas sampai yang
terdalam) :
1. Stratum Korneum. Terdiri dari sel keratinosit yang bisa mengelupas dan berganti.
2. Stratum Lusidum Berupa garis translusen, biasanya terdapat pada kulit tebal telapak
kaki dan telapak tangan. Tidak tampak pada kulit tipis.
3. Stratum GranulosumDitandai oleh 3-5 lapis sel polygonal gepeng yang intinya
ditengah dan sitoplasma terisi oleh granula basofilik kasar yang dinamakan granula
keratohialin yang mengandung protein kaya akan histidin. Terdapat sel Langerhans.
5. Stratum Basale (Stratum Germinativum). Terdapat aktifitas mitosis yang hebat dan
bertanggung jawab dalam pembaharuan sel epidermis secara konstan. Epidermis
diperbaharui setiap 28 hari untuk migrasi ke permukaan, hal ini tergantung letak,
usia dan faktor lain. Merupakan satu lapis sel yang mengandung melanosit.
Fungsi Epidermis : Proteksi barier, organisasi sel, sintesis vitamin D dan sitokin,
pembelahan dan mobilisasi sel, pigmentasi (melanosit) dan pengenalan alergen (sel
Langerhans).
b. Dermis
Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap sebagai “True
Skin”. Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong epidermis dan menghubungkannya
dengan jaringan subkutis. Tebalnya bervariasi, yang paling tebal pada telapak kaki
sekitar 3 mm.
Dermis terdiri dari dua lapisan :
7
2. Lapisan retikuler; tebal terdiri dari jaringan ikat padat.
Gambar 1 : penampang kulit.
2. Vaskularisasi Kulit
8
Arteri yang memberi nutrisi pada kulit membentuk pleksus terletak antara
lapisan papiler dan retikuler dermis dan selain itu antara dermis dan jaringan subkutis.
Cabang kecil meninggalkan pleksus ini memperdarahi papilla dermis, tiap papilla
dermis punya satu arteri asenden dan satu cabang vena. Pada epidermis tidak terdapat
pembuluh darah tapi mendapat nutrient dari dermis melalui membran epidermis
2.2 Definisi
a. Penyakit campak adalah penyakit menular dengan gejala kemerahan berbentuk
mukolo papular selama tiga hari atau lebih yang disertai panas 38 0c ata lebih dan
disertai salah satu gejala batuk, pilek, dan mata merah. ( WHO )
b. Campak adalah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan tiga
stadium yaitu stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalensi. ( ilmu
kesehatan anak 2:624 )
9
c. Penyakit campak ( rubeola, campak 9 hari, measles ) adalah suatu infeksi virus
yang sangat menular, yang ditandai dengan demam, batuk, konjungtivitis
( peradangan selaput ikat mata / konjungtiva ) dan ruam kulit.
2.3 Etiologi
Virus campak adalah anggota genus Morbillivirus dari family paramiksovirus.
Penyakit pada anjing, rinderpest ( plak ternak ), dan hewan pemamah biak peste des
petiis adalah morbillovirus lain yang memberikan derajat keterkaitan imunologi yang
jelas dengan campak, memberikesan adanya suatu jalur evolusi bersama lebih awal
dalam hal kemunculannya pada pejamu yang spesifik ( anjing, ternak, kambing,
manusia ).
Add caption
Virus campak mempunyai RNA untai lurus negative di dalam kapsid heliks protein
yang tertutup oleh membrane luar lemak dan protein. Virionnya adalah pleomorfik,
dengan diameter antara 100-250 nm. Enam protein structural telah ditemukan dan
fungsinya terlibat dalam beberapa sifat khas virus yang telah diketahui ( table 2-1 ).
Virus sangat tidak tahan panas tetapi hidup dalam jangka waktu lama pada temperature
rendah. Virus campak memperbanyak diri dalam berbagai cara, baik dibiakan sel primer
maupun dibarisan yang stabil; sel yang berasal dari manusia dan monyet paling dapat
dipercaya untuk isolasi virus permulaan tetapi setelah beberapa kali isolasi, virus mudah
berbiak dalam biakan jaringan spesies lain.
Antibodi muncul di dalam serum 12-15 hari setelah infeksi pada manusia atau
hewan percobaan. Antibodi itu menetralisasi kerja virus secara spesifik, memfiksasi
komplemen dengan antigen virus dan menghambat hemaglutinasi dan hemolisis oleh
virus. Tidak terbukti adanya perbedaan antigen yang bermakna pada strain campak
10
selama 40 tahun ini. Keseragaman ini berkaitan dengan sangat jarang terjadinya
serangan kedua pada penyakit ini.
L 2-1. protein
Table Proteinvirus
interna ( Large )
P Protein interna yang berhungan dengan polymerase RNA.
campak
NP Nucleoprotein yang melindungi RNA virus.
F Factor penggabungan ( fusi ) dan aktifitas hemolisis.
H Hemaglutinasi dan adsorbs.
M Protein matriks membrane interna.
2.4 Patologi
Reaksi seluler terutama monositik, hyperplasia limfoid yang tersebar luas di
adenoid, tonsil, timus, limpa, plak peyer, apendiks dan nodus limfatikus sangat khas, di
dalam focus yang sedang aktif ini ditemukan sel besar dengan nucleus multiple. Sel
yang mengandung inklusi juga ditemukan di trakea, bronkus dan bronkiolus. Dengan
dikenainya lapisan mukosa saluran pernapasan ini, maka epitel yang terkena rontok
kedalam saluran bersama dengan makrofag, lender dan debris sel. Eksudat mononuclear
peribronkus meluas keberbagai derajat dengan pola intertisial dan terlihat makrofag di
dinding alveolus.
Jika terjadi ensefalomielitis setelah campak, terjadi serangan dimielinasi
perivaskuler yang menonjol terutama di substantia alba juga dilapisan korteks lebih
dalam. Bedungan perivaskuler sel microglia, limfosit dan sel plasma jelas terlihat
disekitar vena kecil, yang sel endotelnya membengkak.
2.5 Patofisiologi
VIRUS MORBILA
24 JAM
11
MUAL AS.LAMB GASTER REAKSI VIRUS INFEKSI METAB. HIPERTERMI
MUNTAH
EKSUDAT
ANOREKSIA
PROLIFERASI SEL
MONONUKLEUS
GANG.NUTRISI
PROLIFERASI SEL
RESTI INFEKSI
POLIMORFONUKLEUS
SEKITAR KAPILER
BERCAK MERAH
12
Virus campak ditularkan lewat infeksi droplet udara, menempel dan berbiak.
Infeksi mulai saat orang yang rentan menghirup percikan mengandung virus dari secret
nasofaring pasien campak. Di tempat masuk kuman, terjadi periode pendek
perbanyakan virus local dan penyebaran terbatas, diikuti oleh viremia primer singkat
bertiter rendah, yang memberikan kesempatan kepada agen untuk menyebar ketempat
lain, tempat virus secara aktif memperbanyak diri di jaringan limfoid. Viremia sekunder
yang memanjang terjadi, berkaitan dengan awitan prodromal klinis dan perluasan virus.
Sejak saat itu ( kira-kira 9 sampai 10 hari setelah terinfeksi ) sampai permulaan
keluarnya ruam, virus dapat dideteksi di seluruh tubuh, terutama di traktus respiraturius
dan jaringan limfoid. Virus juga dapat ditemukan di secret nasofaring, urine, dan
darah.pasien paling mungkin menularkan pada orang lain dalam periode 5 sampai 6
hari. Dengan mulainya awitan ruam ( kira-kira 14 hari setelah infeksi awal ),
perbanyakan virus berkurang dan pada 16 hari sulit menemukan virus, kecuali di urine,
tempat virus bisa menetap selama beberapa hari lagi. Insiden bersamaan dengan
munculnya eksantema adalah deteksi antibody campak yang beredar dalam serum yang
ditemukan pada hampir 100% pasien dihari ke dua timbulnya ruam. Perbaikan gejala
klinis dimulai saat ini, kecuali pada beberapa pasien, dimulai beberapa hari kemudian
karena penyakit sekunder yang disebabkan oleh bakteri yang bermigrasi melintasi
barisan sel epitel traktus respiraturius. Terjadi sinusitis, otitis media, bronkopneumonia
sekunder akibat hilangnya pertahanan normal setempat.
Seorang wanita yang pernah menderita campak atau pernah mendapatkan imunisasi
campak akan meneruskan daya imunitasnya pada bayi yang dikandungnya. Kekebalan
ini akan bertahan selama satu tahun pertama setelah anak dilahirkan. Oleh karena itu,
jarang sekali kita jumpai bayi ( khususnya yang berusia dibwah 5 bulan ) yang
menderita campak. Seseorang yang pernah menderita campak akan menjadi kebal
seumur hidupnya.
13
Masa tunasnya adalah 10-20 hari, dan penyakit ini dibagi menjadi dalam 3
stadium yaitu:
1. Stadium Kataral ( Prodormal)
Berlangsung selama 4-5 hari dengan tanda gejala sebagai berikut:
a. Panas
b. Malaise
c. Batuk
d. Fotofobia
e. Konjungtivitis
f. Koriza
Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul enantema, timbul
bercak koplik berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum dan dikelilingi oleh
eritema tapi itu sangat jarang dijumpai. Diagnosa perkiraan yang besar dapat dibuat
bila ada bercak koplik dan penderita pernah kotak dengan penderita morbili dalam
waktu 2 minggu terakhir.
2. Stadium Erupsi
Gejala klinik yang muncul pada stadium ini adalah:
a. Koriza dan Batuk bertambah
b. Kadang terlehat bercak koplik
c. Adanya eritema, makula, papula yang disertai kenaikan suhu badan
d. Terdapat pembesaran kelenjar getah bening
e. Splenomegali
f. Diare dan muntah
Variasi dari morbili disebut “Black Measles” yaitu morbili yang disertai pendarahan
pada kulit, mulut, hidung dan traktus digestivus.
3. Stadium konvalensensi
Erupsi mulai berkurang dengan meninggalkan bekas (hiperpigmentasi). Suhu
menurun sampai normal kecuali ada komplikasi.
14
2.7 Pemeriksaan Penunjang
a. Serologi
Pada kasus atopic, dapat dilakukan pemeriksaan serologi untuk memastikannya.
Tehnik pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah fiksasi complement, inhibisi
hemaglutinasi, metode antibody fluoresensi tidak langsung.
b. Patologi anatomi
Pada organ limfoid dijjumpai : hyperplasia folikuler yang nyata, senterum
germinativum yang besar, sel Warthin-Finkeldey ( sel datia berinti banyak yang
tersebar secara acak, sel ini memiliki nucleus eosinofilik dan jisim inklusi dalam
sitoplasma, sel ini merupakan tanda patognomonik sampak ). Pada bercak koplik
dijumpai : nekrosis, neutrofil, neovaskularisasi.
c. Darah tepi
Jumlah leukosit normal atau meningkat apabila ada komplikasi infeksi bakteri.
d. Pemeriksaan antibody IgM anti campak.
e. Pemeriksaan untuk komplikasi
Ensefalopati / ensefalitis ( dilakukan pemeriksaan cairan serebrospinal, kadar
elektrolit darah dan analisis gas darah ), enteritis ( feces lengkap), bronkopneumonia
( dilakukan pemeriksaan foto dada dan analisis gas darah ).
2.8 Komplikasi
Otitis Media Akut
Laringitis
Bronkipneumonia
Mastoiditis
Encephalitis
Gastroenteritis
Gangguan Gizi
15
2.9 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
Kecuali tindakan pendukung umum, tidak ada terapi terbaru bagi pasien
yang tidak mengalami komplikasi. Walaupun ribavirin menghambat replikasi
virus campak invitro, tidak terlihat hasil yang nyata pada pemberian invivo.
Penggunaan antipiretik yang bijaksana untuk demam tinggi dan obat penekan
batuk mungkin bermanfaat secara simptomatik. Pemberian pengobatan yang
lebih spesifik seperti pemberian anti mikroba yang tepat harus digunakan untuk
mengobati komplikasi infeksi bakteri sekunder.
Oleh karena campak jelas menurunkan cadangan vitamin A, yang
menimbulkan tingginya insiden xeroftalmia dan ulkus kornea pada anak yang
kurang gizi, WHO menganjurkan supplement vitamin A dosis tinggi di semua
daerah dengan defisiensi vitamin A. supplement vitamin A juga telah
memperlihatkan penurunan frekuensi dan keparahan pneumonia dan
laringotrakeobronkitis akibat kerusakan virus campak pada epitel traktus
respiraturius bersilia. Pada bayi usia di bawah 1 tahun diberi vitamin A sebanyak
100.000 IU dan untuk pasien lebih tua diberikan 200.000 IU. Dosis ini diberikan
segera setelah diketahui terserang campak. Dosis kedua diberikan hari
berikutnya, bila terlihat tanda kekurangan vitamin A dimata dan diulangi 1
sampai 4 minggu kemudian.
16
Campak menyebabkan anak menderita malaise dan anoreksia. Anak
sering mengeluh mulut pahit sehingga tidak mau makan atau minum.
Demam yang tinggi menyebabkan pengeluaran cairan lebih banyak.
Keadaan ini jika tidak diperhatikan agar anak mau makan ataupun minim
akan menambah kelemahan tubuhnya dan memudahkan timbulnya
komplikasi.
b. Gangguan suhu tubuh
Campak selalu didahului demam tinggi. Demam yang disebabkan
infeksi virus ini pada akhirnya akan turun dengan sendirinya setelah
campaknya keluar banyak, kecuali bila terjadi komplikasi demam akan tetap
berlangsung lebih lama. Untuk menurunkan suhu tubuh biasanya diberikan
antipiretik dan jika tinggi sekali diberiakan sedative untuk mencegah
terjadinya kejang.
c. Gangguan rasa aman nyaman
Gangguan ini dirasakan anak karena adanya demam, tak enak badan,
pusing, mulut terasa pahit dan kadang muntah-muntah. Biasanya anak juga
tidak tahan meluhat sinar karena silau, batuk bertambah banyak dan akan
berlangsung lebih lama dari campaknya sendiri. Anak kecil akan sangat
rewel, pada waktu malam anak sering minta digendong saja. Jika eksantem
telah keluar anak akan merasa gatal, hal ini juga menambah gangguan aman
dan kenyamanan anak. Untuk mengurangi rasa gatal tubuh anak dibedaki
dengan bedak salisil 1% atau lainnya ( atas resep dokter ). Selama masih
demam tinggi jangan dimandikan tetapi sering-sering dibedaki saja.
d. Resiko terjadinya komplikasi
Campak sering menyebabkan daya tahan tubuh sangat menurun. Hal ini
dapat dibuktikan dengan uji tuberculin yang semula positif berubah menjadi
negative. Ini menunjukkan bahwa antigen antibody pasien sangat kurang
kemampuannya untuk bereaksi terhadap infeksi. Oleh karena itu resiko
terjadinya komplikasi lebih besar terutama jika keadaan umum anak kurang
baik, seperti pada pasien dengan malnutrisi atau dengan penyakit kronik
lainya.
17
3.1 Pencegahan
a. Imunisasi Pasif
IG manusia yang diberikan segera setelah pemajanan dapat mengubah gambaran
klinis dan efek antigen pada infeksi virus campak. Anak yang rentan harus segera
diberi IG 0,25 ml/kg BB, untuk mencegah campak. Bila telah berlangsung lebih dari
6 hari, maka IG tidak dapat diandalkan untuk mencegah maupun memodifikasi
penyakit. Pasien dengan campak yang dimodifikasi globulin memperlihatkan
gambaran klinis yang beragam dengan masa tunas memanjang dan berbagai keluhan
dan tanda penyakit campak, tetapi mereka tetap sebagai sumber penular potensial
pada individu yang berkontak dengan mereka. Oleh karena sifat kekebalan alaminya
sementara, imunisasi pasif harus diikuti oleh iminisasi aktif dalam 3 bulan setelah
itu. Karena dosis besar immunoglobulin saat ini sering deberikan untuk pencegahan
atau pengobatan sejumlah gangguan ( misal infeksi HIV, penyakit Kawasaki,
trombositopenia imun, hepatitis B dan profilaksis varisela ) interval yang lebih
panjang dianjurkan sebelum vaksin virus campak. Ini bervariasi dari 3 sampai 11
bulan bergantung pada produk dan jumlah globulin yang diberikan.
b. Imunisasi Aktif
Vaksin yang telah dilemahkan menghasilkan infeksi yang tidak menular dan
tidak ada hubungannya dengan infeksi bakteri sekunder dan komplikasi neurologi.
Efek profilaksis vaksin hidup yang diberika mencapai 97%. Vaksin yang
dilemahkan menimbilkan reaksi ringan. Respon demam yang terjadi pada 5 sampai
15% anak memberikan sedikit rasa tidak nyaman, toksisitas atau ketidakmampuan.
Eksantem yang dimodifikasi dengan berbagai bentuk bisa terjadi setelah serangan
demam pada kurang dari 5% pasien yang divaksinasi. Observaasi terus menerus
pada anak yang mendapat vaksin hidup 20 sampai 25 tahun yang lalu
memperlihatkan antibody menetap dan efek protektif yang lebih baik dibandingkan
dengan yang menderita campak secara alami.
1. Vaksin
Pada tahun 1963, telah dibuat dua jenis vaksin campak yaitu :
a. Vaksin yang berasal dari virus campak yang hidup dan dilemahkan ( tipe
Edmonston B ).
18
b. Vaksin yang berasal dari virus campak yang dimatikan ( virus campak
yang berada dalam larutan formalin yang dicampur dengan garam
aluminium ).
2. Dosis dan cara pemakaian
Dosis baku minimal untuk pemberian vaksin campak yang dilemahkan
adalah 1000 TCID50 atau sebanyak 0,5 ml. untuk vaksin hidup, pemberian
dengan 20 TCID50 saja mungkin sudah dapat memberikan hasil yang baik.
Pemberian yang dianjurkan secara subkutan, walaupun demikian dapat diberikan
secra intramuscular. Daya proteksi vaksin campak diukur dengan berbagai
macam cara. Salah satu indicator pengaruh vaksin terhadap proteksi adalah
penurunan angka kejadian kasus campak sesudah pelaksanaan program
imunisasi.
3.Reaksi KIPI
Reaksi KIPI imunisasi campak yang banyak dijumpai terjadi pada imunisasi
ulang pada seseorang yang telah memiliki imunitas sebagian akibat imunisasi
dengan valsin campak dari virus yang dimatikan. Kejadian KIPI imunisasi campak
telah menurun dengan digunakanya vaksin campak yang dilemahkan. Gejala KIPI
berupa demam yan lebih dari 39,50c yang terjadi pada 5-15% kasus, demam
mulaidijumpai pada hari ke 5-6 sesudah imunisasi dan berlangsung selama 2 hari.
Berbeda dengan infeksi alami demam tidak tinggi, walaupun demikian
peningkatan suhu tubuh tersebut dapat merangsang terjadinya kejang demam.
Ruam dapat dijumpai pada 5% resipien, timbul pada hari ke 7-10 sesudah
imunisasi dan berlangsung selama 2-4 hari. Hal ini sukar dibedakan dengan
modified measles akibat imunisasi yang terjadi jika seseorang telah memperoleh
imunisasi pada saat masa inkubasi penyakit alami. Reaksi KIPI berat jika
ditemukan gangguan fungsi system saraf pusat seperti ensefalitis dan ensefalopati
pasca diimunisasi.
19
sehingga pada umur 6-11 tahun jumlah anak yang rentan pada infeksi
campak cukup tinggi yaitu 26-32,6%. Atas dasar penelitian tersebut ulangan
imunisasi campak diberikan pada usia masuk sekolah ( umur 6-7 tahun )
melalui program BIAS.
Imunisasi ulang dianjurkan juga dalam situasi tertentu, misalnya :
a. Mereka yang memperoleh imunisasi sebelum umur 1 tahun dan terbukti
bahwa potensi vaksin yang digunakan kurang baik ( tampak peningkatan
insiden kegagalan vaksinasi ). Pada anak-anak yang memperoleh imunisasi
ketika berumur 12-14 bulan tidak disarankan mengulangi imunisasinya
tetapi hal ini bukan merupakan kontra indikasi.
b. Apabila terdapat kejadian luar biasa peningkatan kasus campak, maka anak
SD, SLTP dan SLTA dapat diberikan imunisasi ulang.
c. Setiap orang yang pernah imunisasi vaksin campak yang virusnya sudah
dimatikan ( vaksin inaktif ).
d. Setiap orang yang pernah memperoleh imunoglobulin.
e. Seseorang tidak dapat menunjukkan catatan imunisasinya.
20
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
DENGAN “ MORBILI”
3.2 Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari proses keperawatan
yang mempunyai 2 kegiatan pokok yaitu :
1. Pengumpulan Data
a. Anamnese
a) Identitas penderita
Meliputi nama anak, umur : rentan pada anak berumur 1-14 th dengan
status gizi yang kurang dan sering mengalami penyakit infeksi, jenis
kelamin (L dan P pervalensinya sama), suku bangsa, no register, tanggal
masuk rumah sakit, diagnosa medis.
b) Keluhan utama
Anak masuk rumah sakit biasanya dengan keluhan adanya eritema
dibelakang telinga, di bagaian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan
bagian belakang bawah, badan panas, enantema ( titik merah ) dipalatum
durum dan palatum mole.
c) Riwayat kesehatan sekarang
Pada anak yang terinfeksi virus campak biasanya ditanyakan pada orang
tua atau anak tentang kapan timbulnya panas, batuk, konjungtivitis,
21
koriza, bercak koplik dan enantema serta upaya yang telah dilakukan
untuk mengatasinya.
d) Riwayat kesehatan dahulu
Anak belum pernah mendapatkan vaksinasi campak dan pernah kontak
dengan pasien campak.
e) Riwayat kesehatan keluarga
Apakah anak belum mendapatkan vaksinasi campak.
f) Riwayat imunisasi
Imunisasi apa saja yang sudah didapatkan misalnya BCG, POLIO I,II,
III; DPT I, II, III; dan campak.
g) Riwayat nutrisi
Kebutuhan kalori 4-6 tahun yaitu 90 kalori/kg/hari.Pembatasan kalori
untuk umur 1-6 tahun 900-1300 kalori/hari. Untuk pertambahan berat
badan ideal menggunakan rumus 8 + 2n.
Status Gizi
Klasifikasinya sebagai berikut :
Gizi buruk kurang dari 60%
Gizi kurang 60 % - <80 %
Gizi baik 80 % - 110 %
Obesitas lebih dari 120 %
22
Rata-rata pertambahan TB pada usia ini yaitu 6 – 7,5 cm/tahun.Pada
anak usia 4-5 tahun fisik cenderung bertambah tinggi.
23
2100 kata pada akhir umur 5 tahun. Mulai bisa merangkai 3- 4 kata
menjadi kalimat. Sudah bisa menamai objek yang familiar seperti
binatang, bagian tubuh, dan nama-nama temannya. Dapat menerima
atau memberikan perintah sederhana.
Tingkah laku personal sosial yaitu dapat memverbalisasikan
permintaannya, lebih banyak bergaul, mulai menerima bahwa orang
lain mempunyai pemikiran juga, dan mulai menyadari bahwa dia
mempunyai lingkungan luar.
Bermain jenis assosiative play yaitu bermain dengan orang lain yang
mempunyai permainan yang mirip.Berkaitan dengan pertumbuhan
fisik dan kemampuan motorik halus yaitu melompat, berlari,
memanjat,dan bersepeda dengan roda tiga.
d) Toraks
24
- Inspeksi :
Bentuk dada anak, Adakah batuk, secret pada nasofaring,
perdarahan pada hidung. Pada penyakit campak, gambaran
penyakit secara klinis menyerupai influenza.
- Auskultasi :
Ronchi / bunyi tambahan pernapasan.
e) Abdomen
- Inspeksi :
Bentuk dari perut anak. Ruam pada kulit.
- Auskultasi
Bising usus.
- Perkusi
Perkusi abdomen hanya dilakukan bila terdapat tanda abnormal,
misalnya masa atau pembengkakan.
f) Kulit
- Inspeksi :
Eritema pada kulit, hiperpigmentasi, kulit bersisik.
- Palpasi :
Turgor kulit menurun
25
4. Kekurangan volume cairan tubuh b/d demam, diare, muntah.
5. Gangguan rasa aman dan nyaman b/d rasa gatal.
26
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.P
DENGAN MORBILLI / CAMPAK DI RUANGAN PAV. KUSUMA
RS. PUSRI PALEMBANG
I. Pengkajian
A. Indentitas Pasien
Nama ( Inisial ) : An.P
Umur : 5 tahun
Ttl : 26/07/2009
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl.Mayor Zen.Lr.Surya Rt.25
Status Perkawinan : Belum kawin
Agama : Islam
Suku : WNI
Pendidikan : Belum sekolah
Tgl MRS : 09/07/2014 , pukul 18:51:09
No.RM : 0000116139
Diagnosa : Morbilli
Tanggal Pengkajian : 08/07/2014, pukul 20:15
27
B. Penanggung Jawab
Nama : Ny.R
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Hubungan dgn Pasien : Ibu
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jl. Mayor Zen. Lr. Surya Rt.25
28
Waktu tidur : 21.00 WIB
Lama tidur : 8- 10 Jam
Kebiasaan : Nonton tv
G. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum pasien lemah dan kesadaran compos mentis
Tanda – tanda vital
Suhu : 38,9 c
Nadi :110 x/m
Respirasi : 24 x/m
Pemeriksaan struktur organ dan fungsi
Kepala dan rambut : kepala berbentuk bulat, warna rambut hitam dan
bersih, dan kulit sawo matang.
Pengindraan :
Mata : selera ikterik, konjungtiva anemis
Hidung : bentuk hidung normal dan penciuman normal
Telinga : bentuk telinga normal , ketajaman pendengaran normal.
Pencernaan :
Mulut : bersih , mukosa lembab
Tenggorokan : tidak ada kesulitan menelan
Abdomen : normal
Respirasi : bentuk dada normal tidak ada kelainan
Kardiovaskuler : tidak ada nyeri dada
Endokrin : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan getah
bening
Genitaurinaria : bentuk alat kelamin normal, kandung kemih tidak
bermasalah
Persarafan : keadaan compos mentis,
Tingkat kesadaran : - Respon motorik : menurut (6)
- Respon buka mata : spontan (4)
- Rspon bicara : orientasi(5)
29
Therapy : inj. Ceftriaxone (drip d5 % 100 cc)
Pct 3 x 1 1/4
Ambroxol 3 x ½
Salbutamol tab 3 x1/2
Nebulizer Nacl 2cc
IVFD Kaen 1 B gtt x/m ganti RL
H. Pemeriksaan penunjang
No Analisa Hasil Nilai normal Satuan
1 Hemoglobin 12,5 g/dl P = 12 – 16 Gr/dl
L = 14 - 18
2 Leukosit 4000 uL 4000-10.000 Mm3
3 Trombosit 211.000 uL 150 450 ( Ribu )
I. Analisa data
no tanggal Symptom etiologi Problem
1 08/07/201 Ds : os mengeluh Proses inflamasi Suhu tubuh
4 panas meningkat
Do : suhu tubuh
38,9 c Suhu tubuh
Mukosa mulut meningkat
kering, kulit terasa
panas.
Gangguan rasa
nyaman
2 09/07/201 Ds : os mengatakan Mual muntah Gangguan
4 mual muntah dan nutrisi kurang
tidak nafsu makan. Anoreksia dari
Do : kebutuhan
Lemas, Gangguan nutrisi
Konjungtiva pucat
Mukosa mulut
kering.
3 10/07/201 Ds : os mengeluh Peningkatan suhu Resiko
30
4 haus, lemas dan tubuh Kekurangan
muntah. volume cairan
Do :demam, kulit Resiko kurangnya
kering, suhu 39.7 volume cairan
cc. tubuh
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
A. Kesimpulan
Penyakit campak adalah penyakit menular dengan gejala kemerahan berbentuk
makulo popular selama tiga hari atau lebih disertai panas badan 38 0c atau lebih dan
disertai salah satu gejala batuk, pilek dan mata merah.
Keluhan yang umum muncul adalah kelerahan yang timbul pada bagian belakang
telinga, dahi, dan menjalar keseluruh tubuh. Selain itu, timbul gejala seperti flu disetai
mata berair dan kemerahan ( konjungtivitis ). Setalah 3-4 hari kemerahan mulai
menghilang dan berubah menjadi kehitaman yang akan tampak bertambah dalam 1-2
minggu dan apabila sembuh kulit akan tampak seperti bersisik.
Pada anak sehat dan cukup gizi, campak biasanya tidak menjadi masalah serius.
Dengan istirahatyang cukup dan gizi yang baik, penyakit campak ( pada kasus ringan )
dapat sembuh dengan cepat tanpa menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Namun,
bila anak dalam kondisi yang yang tidak sehat dapat menyebebkan kematian pada anak.
Pengobatan pada anak dengan campak dapat dilakukan secara simtomatik yaitu
antipeiretika bila suhu tinggi, sedativum, obat batuk dan memperbaiki keadaan umum.
Tindakan lain adalah pengobatan segera terhadap komplikasi ayng timbul.
Pencegahan penyakit campak dapat dilakukan dengan menberikan imunisasi
campak pada balita usia 9 bulan ke atas ( imunisasi aktif ).
31
B. Saran
1. Perawat
a. Mengingat bahwa penyakit campak merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
angka mordibilitasnya masih tinggi, maka penulis menyarankan untuk semua perawat
jika menemukan kasus campak secepatnya dirujuk ke rumah sakit ssehingga anak
secepatnya mendapatkan perawatan dan pengobatan yang lebih baik.
b. Untuk lebih mengetahui perkenbangan anak, hendaknya perawat mengunakan asuhan
keperawatan secara tepat.
32
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Hardhi. 2013. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA
NIC-NOC. Mediaction. Yogyakarta.
33