Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK

DENGAN POLIOMYELITIS
“Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
keperawatan anak”

Disusun oleh kelompok 4:

1. Niswatun Hasanah P27820716001


2. Nur Harirotus S P27820716011
3. Dian Susilawati P27820716016
4. Alfayu Putri T. P27820716018
5. Rofiqoh Uli P27820716028
6. Safrina Amalia P27820716029
7. Bagas Meiranda P27820716015
8. Vika Fatimah P27820716040

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA


PRODI DIV GAWAT DARURAT
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2016/2017

0
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT yang atas berkat rahmat
serta hidayahnya penulis dapat menyelesaikan makalah “Asuhan Keperawatan
Pada anak dengan Poliomielitis” dengan lancar.

Tak lupa penulis juga mengucapkan pada terimakasih sebanyak-


banyaknya kepada semua pihak yang membantu dalam proses pengerjaan tugas
ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dosen Pembimbing yang
telah memberikan tugas ini.

Penulis juga memohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini


masih terdapat banyak kesalahan. Penulis menerima kritik dan saran dari pembaca
guna menyempurnakan makalah ini. Penulis juga berharap agar makalah ini dapat
berguna bagi pembaca dan bisa menambah pengetahuan bagi pembaca.

Surabaya, 19 Desember 2017

Penyusun

i
1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................
KATA PENGANTAR.......................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................3
1.3 Tujuan...................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Latar Belakang Kehidupan Keluarga...................................................6
2.2 Pengertian Konseling Keluarga...........................................................7
2.3 Teori Konseling Keluarga....................................................................7
2.4 Aplikasi Konseling Keluarga...............................................................11
2.5 Proses dan Tahapan Konseling ...........................................................15

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan..........................................................................................18
3.2 Saran....................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................19

ii
BAB I

2
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tahun 1840 Heine untuk pertama kali mengumpulkan beberapa kasus
poliomielitis di Jerman. Tahun 1890 Medin di Stockholm mengemukakan
gambaran epidemi poliomielitis. Atas jasa- jasa penemuan kedua sarjana ini,
maka penyakit tersebut juga disebut Heine – Medin.
Paul (1955) mengemukakan bahwa 40-50 tahun yang lalu di Eropa
Utara terdapat penderita poliomyelitis terbanyak pada umur 0-4 tahun,
kemudian berubah menjadi 5-9 tahun dan kini di Swedia pada umur 7-15
tahun, bahkan akhir-akhir ini pada usia 15-25 tahun.
Goar (1955) dalam uraiannya tentang poliomyelitis di negeri yang
baru berkembang dengan sanitasi yang buruk berkesimpulan bahwa didaerah-
daerah tersebut pada epidemi poliomyelitis ditemukan 90% pada anak
dibawah umur 5 tahun ini disebabkan penduduk telah mendapatkan infeksi
atau imunitas pada masa anak.
Di Indonesia penyakit poliomyelitis pada orang dewasa jarang terjadi.
Di bagian Ilmu Kesehatan Anak RSCM-FKUI Jakarta antara tahun 1953-
1957 terdapat 21 pasien yang dirawat , 2/3 diantaranya berumur 1-5 tahun.
Keinginan melaksanakan eradikasi polio secara global dimulai saat
pertemuan WHO pada tahun 1988 yang mencanangkan bebas penyakit polio
tahun 2000.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dari poliomyelitis?
2. Apa saja klasifikasi poliomyelitis?
3. Bagaimana etiologi poliomyelitis?
4. Bagaimana manifestasi klinis poliomyelitis?
5. Bagaimana patofisiologi poliomyelitis?
6. Apa saja komplikasi dari poliomyelitis?
7. Bagaimana pemeriksaan diagnostic dari poliomyelitis?
8. Bagaimana penatalaksaan dari poliomyelitis?
9. Bagaimana pencegahan poliomyelitis?
10. Bagaimana prognosis poliomyelitis?
11. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada anak dengan poliomyelitis?
1.3 Tujuan

3
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan penulisan dari penyusunan makalah ini secara umum
untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Poliomielitis
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan penulisan dari penyusunan makalah ini secara khusus
adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui tentang konsep dasar medis mengenai
poliomyelitis
b. Untuk mengetahui konsep dasar keperawatan mengenai poliomyelitis.

BAB II

4
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Medis
2.1 Definisi
Poliomyelitis adalah radang akut pada sumsum tulang belakang karena
virus, dengan gejala demam, sakit leher, sakit kepala, muntah, kaku tengkuk dan
punggung, sering kali menyerang tanduk depan zat kelabu sumsum belakang.
Poliomielitis adalah penyakit yang akut disebabkan oleh virus dengan
predileksi pada sel anterior massa kelabu sumsum tulang belakang dan inti
motorik batang otak, dan akibat kerusakan bagian susunan saraf tersebut akan
terjadi kelumpuhan serta atropi otot.
Poliomielitis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus
polio dan biasanya menyerang anak-anak dengan gejala lumpuh layuh
akut (AFP=Acute Flaccid Paralysis).
Poliomielitis atau polio, adalah penyakit paralysis atau lumpuh yang
disebabkan oleh virus. Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang
dinamakan poliovirus (PV), masuk ketubuh melalui mulut, menginfeksi saluran
usus. Virus ini dapat memasuki aliran darah dan mengalir ke sistem saraf pusat
menyebabkan melemahnya otot dan kadang kelumpuhan (paralysis).

2.2 Klasifikasi
Berlainan dengan virus-virus lain yang menyerang susunan saraf, maka
neuropatologi poliomyelitis biasanya patognomomik. Virus hanya menyerang sel-
sel dan daerah tertentu pada susunan saraf. Tidak semua neuron yang terkena
mengalami kerusakan yang sama dan bila ringan sekali, dapat terjadi
penyembuhan fungsi neuron dalam 3-4 minggu sesudah timbul gejala.
Daerah yang biasa terkena poliomyelitis ialah:
1. Medulla spinalis terutama kornu anterior
2. Batang otak pada nucleus vestibularis dan inti-inti saraf kranial serta
formasio retikularis yang mengandung pusat vital
3. Serebelum terutama inti-inti pada vermis
4. Midbrain terutama masa kelabu, substansia nigra dan kadang-kadang
nucleus rubra
5. Thalamus dan Hipotalamus
6. Palidum

5
7. Korteks serebri, hanya daerah motorik
Klasifikasi poliomyelitis dapat berupa asimtomatis, poliomyelitis abortif,
poliomyelitis non paralitik, poliomyelitis paralitik.

2.3 Etiologi
Penyebab poliomyelitis Family Pecornavirus dan Genus virus, dibagi tiga
yaitu :
a. Brunhilde (virus Tipe 1)
b. Lansing (virus Tipe 2)
c. Leon (virus Tipe 3)
Virus poliomyelitis tergolong dalam enterovirus yang filtrabel, infeksi dapat
terjadi oleh satu atau lebih tipe tersebut yang dapat dibuktikan dengan ditemukan
3 macam zat anti dalam serum seorang pasien. Epidemik yang luas dan ganas
biasanya disebabkan oleh virus tipe 1, epidemik yang ringan oleh tipe 3, kadang-
kadang menyebabkan kasus yang sporadik.
Virus ini dapat hidup dalam air untuk berbulan-bulan dan bertahun-tahun
dalamdeep freezer. Dapat tahan terhadap banyak bahan kimia termasuk
sulfonamida, antibiotika, eter, fenol, dan gliserin. Virus dapat dimusnahkan
dengan cara pengeringan atau dengan pemberian zat oksidator yang kuat seperti
peroksida atau kalium permanganat. Reservoir alamiah satu-satunya ialah
manusia walaupun virus juga terdapat pada sampah atau lalat. Masa inkubasi
biasanya antara 7-10 hari, tetapi kadang terdapat kasus dengan masa inkubasi 3-
35 hari.

2.4 Manifestasi Klinis


Manifestasi klinis dari poliomyelitis dapat berupa asimtomatis (silent
infection),poliomyelitis abortif, poliomyelitis non paralitik, dan poliomyelitis
paralitik, Poliomielitis yang terbagi menjadi empat bagian tersebut :
a. Poliomielitis Asimtomatis
Setelah masa inkubasi 7-10 hari, tidak terdapat gejala karena daya tahan
tubuh cukup baik, maka tidak terdapat gejala klinik sama sekali.
b. Poliomielitis Abortif

6
Timbul mendadak langsung beberapa jam sampai beberapa hari. Gejala
berupa infeksi virus seperti malaise, anoreksia, nausea, muntah, nyeri
kepala, nyeri tenggorokan, konstipasi dan nyeri abdomen.
c. Poliomielitis Non Paralitik
Gejala klinik hampir sama dengan poliomyelitis abortif , hanya nyeri
kepala, nausea dan muntah lebih hebat. Gejala ini timbul 1-2 hari
kadang-kadang diikuti penyembuhan sementara untuk kemudian remisi
demam atau masuk kedalam fase ke-2 dengan nyeri otot. Khas untuk
penyakit ini dengan hipertonia, mungkin disebabkan oleh lesi pada
batang otak, ganglion spinal dan kolumna posterior.
d. Poliomielitis Paralitik
Gejala sama pada poliomyelitis non paralitik disertai kelemahan satu
atau lebih kumpulan otot skelet atau kranial. Timbul paralysis akut pada
bayi ditemukan paralysis fesika urinaria dan antonia usus. Adapun
bentuk-bentuk gejalanya antara lain :

1) Bentuk spinal
Gejala kelemahan/paralysis atau paresis otot leher, abdomen, tubuh,
diafragma, thorak dan terbanyak ekstremitas.
2) Bentuk bulbar
Gangguan motorik satu atau lebih syaraf otak dengan atau tanpa
gangguan pusat vital yakni pernapasan dan sirkulasi.
3) Bentuk bulbospinal
Didapatkan gejala campuran antara bentuk spinal dan bentuk bulbar.
4) Kadang ensepalitik
Dapat disertai gejala delirium, kesadaran menurun, tremor dan kadang
kejang.

Masa inkubasi poliomyelitis umumnya berlangsung selama 6-20 hari


dengan kisaran 3-35 hari. Respon terhadap infeksi virus polio sangat bervariasi
dan tingkatannya tergantung pada bentuk manifestasi klinisnya. Sekitar 95% dari
semua infeksi polio termasuk sub-klinis tanpa gejala atau asimtomatis.

7
2.5 Patofisiologi
Virus hanya menyerang sel-sel dan daerah susunan saraf tertentu. Tidak
semua neuron yang terkena mengalami kerusakan yang sama dan bila ringan
sekali dapat terjadi penyembuhan fungsi neuron dalam 3-4 minggu sesudah
timbul gejala. Polio akut disebabkan oleh asam ribonukleat kecil (RNA) virus
dari kelompok enterovirus dari keluarga picornavirus. Inti RNA beruntai
tunggal dikelilingi oleh protein kapsid tanpa amplop lipid, yang membuat
virus polio tahan terhadap pelarut lemak dan stabil pada pH rendah. Tiga
antigen strain berbeda diketahui, dengan tipe I akuntansi untuk 85% dari
kasus penyakit lumpuh. Infeksi dengan satu jenis tidak melindungi dari jenis
lain, namun kekebalan untuk masing-masing 3 strain adalah seumur hidup.
Enterovirus dari polio menginfeksi saluran usus manusia terutama
melalui jalur fecal-oral (tangan ke mulut). Virus-virus berkembang biak di
mukosa saluran pencernaan orofaringeal dan rendah selama 1-3 minggu
pertama masa inkubasi.. Virus dapat dikeluarkan dalam air liur dan kotoran
selama periode ini, menyebabkan sebagian besar host-to-host transmisi.
Setelah fase awal pencernaan, virus mengalir ke kelenjar getah bening leher
dan mesenterika dan kemudian ke dalam aliran darah Hanya 5% dari pasien
yang terinfeksi memiliki keterlibatan sistem saraf selektif setelah viremia. Hal
ini diyakini bahwa replikasi di situs extraneural viremia mempertahankan dan
meningkatkan kemungkinan bahwa virus akan memasuki sistem saraf.
Virus polio memasuki sistem saraf dengan baik melintasi penghalang
darah-otak atau dengan transportasi aksonal dari saraf perifer. Hal ini dapat
menyebabkan infeksi sistem saraf dengan melibatkan gyrus precentral,
thalamus, hipothalamus, motor inti batang otak dan sekitarnya formasi
reticular, inti vestibular dan cerebellum, dan neuron dari kolom anterior dan
intermediat sumsum tulang belakang. Sel-sel saraf mengalami khromatolisis
pusat bersama dengan reaksi inflamasi sedangkan perbanyakan virus
mendahului timbulnya kelumpuhan. Karena proses khromatolisis berlangsung
lebih lanjut, kelumpuhan otot atau bahkan atropi muncul bila kurang dari
10% dari neuron bertahan di segmen kabel yang sesuai. Gliosis terjadi ketika
inflamasi menyusup telah mereda, tetapi neuron yang masih hidup yang
paling menunjukkan pemulihan penuh.

8
2.6 Komplikasi
Komplikasi yang paling berat adalah kelumpuhan yang menetap.
Kelumpuhan terjadi sebanyak kurang dari 1 dari setiap 100 kasus, tetapi
kelemahan satu atau beberapa otot, sering ditemukan. Kadang bagian dari otak
yang berfungsi mengatur pernafasan terserang polio, sehingga terjadi kelemahan
atau kelumpuhan pada otot dada. Beberapa penderita mengalami komplikasi 20-
30 tahun setelah terserang polio. Keadaan ini disebut sindroma post-
poliomielitis, yang terdiri dari kelemahan otot yang progresif, yang seringkali
menyebabkan kelumpuhan. Selain itu ada juga komplikasinya yaitu:
Hiperkalsuria, Melena, Pelebaran lambung akut, Hipertensi ringan, Pneumonia,
Ulkus dekubitus dan emboli paru, Psikosis.

2.7 Pemeriksaan Diagnostik


a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan darah
Hitung darah lengkap (CBC), karena leukositosis mungkin ada.
2) Cairan serebrospinal
Cairan cerebrospinal (CSF) tekanan dapat ditingkatkan. Pleositosis
(neutrofil dalam beberapa hari pertama, maka limfosit) dapat dicatat
dalam CSF selama periode sebelum timbulnya kelumpuhan pada polio
akut. Kandungan protein CSS mungkin meningkat sedikit dengan
glukosa normal, kecuali pada pasien dengan kelumpuhan berat, yang
mungkin menunjukkan peningkatan protein untuk 100-300 mg / dL
selama beberapa minggu.
3) Isolasi virus polio
Melakukan pemulihan virus dari tenggorokan mencuci, budaya tinja,
biakan darah, dan budaya CSF. Serta studi virus dalam spesimen tinja
sangat penting untuk diagnosis penyakit polio. Selain itu, juga dapat
dengan cara seperti di bawah ini :
a) Recover virus dari tenggorokan mencuci pada minggu pertama dan
budaya tinja dari 2-5 minggu pertama.
b) Dalam kasus yang jarang terjadi, virus dapat diisolasi dari CSF atau
serum, berbeda dengan penyakit lumpuh yang disebabkan oleh
enterovirus lainnya.

9
c) Tes ini memerlukan tambahan demonstrasi kenaikan 4 kali lipat
titer antibodi virus untuk membuat diagnosis spesifik.
b. Pemeriksaan Radiologi
Magnetic Resonance Imaging (MRI) mungkin menunjukkan lokalisasi
peradangan pada tanduk anterior sumsum tulang belakang.

2.8 Penatalaksanaan
a. Poliomielitis Abortif
1) Diberikan analgetik dan sedatif
2) Diet adekuat
3) Istirahat sampai suhu normal untuk beberapa hari,sebaiknya dicegah
aktifitas yang berlebihan selama 2 bulan kemudian diperiksa
neuroskeletal secara teliti.
b. Poliomielitis Non Paralitik
1) Sama seperti abortif
2) Selain diberi analgetik dan sedatif dapat dikombinasikan dengan kompres
hangat selama 15–30 menit,setiap 2–4 jam.
c. Poliomielitis Paralitik
1) Perawatan dirumah sakit
2) Istirahat total
3) Selama fase akut kebersihan mulut dijaga
4) Fisioterapi
5) Akupuntur
6) Interferon
Poliomielitis asimtomatis tidak perlu perawatan. Poliomielitis abortif diatasi
dengan istirahat 7 hari jika tidak terdapat gejala kelainan aktifitas dapat dimulai
lagi. Poliomielitis paralitik/non paralitik diatasi dengan istirahat mutlak paling
sedikit 2 minggu perlu pemgawasan yang teliti karena setiap saat dapat terjadi
paralysis pernapasan. Selain itu, adapun penatalaksanaan pada fase akut pada
pasien dengan poliomyelitis, yaitu sebagai berikut:
a) Analgetik untuk rasa nyeri otot.
b) Lokal diberi pembalut hangat sebaiknya dipasang footboard (papan
penahan pada telapak kaki) agar kaki terletak pada sudut yang sesuai
terhadap tungkai.

10
c) Pada poliomielitis tipe bulbar kadang-kadang reflek menelan terganggu
sehingga dapat timbul bahaya pneumonia aspirasi dalam hal ini kepala
anak harus ditekan lebih rendah dan dimiringkan kesalah satu sisi.
d) Sesudah fase akut, dapat dilakukan Kontraktur atropi dan attoni otot
dikurangi dengan fisioterapi. Tindakan ini dilakukan setelah 2 hari demam
hilang.

2.9 Pencegahan
Pencegahan bisa dilakukan dengan memberikan imunisasi lengkap
di Posyandu, Puskesmas atau jenis pelayanan kesehatan lainnya. Jenis imunisasi
polio diberikan setelah bayi berumur satu bulan sebanyak empat kali. Imunisasi
polio I pada bulan pertama, imunisasi polio II pada bulan berikutnya, polio III
pada bulan ketiga dan terahir polio IV. Biasanya disertai dengan jenis imunisasi
lainnya seperti DPT, Hepatitis B, BCG dan pada usia 9 bulan dilengkapi
dengan imunisasi campak ( morbili).
Pencegahan yang amat penting dengan perbaikan sanitasi, setiap keluarga
harus memiliki sarana air bersih, sarana sanitasi seperti jamban, pembuangan air
limbah rumah tangga, pembuangan sampah yang tertib. Dengan mewujudkan
rumah sehat dan lingkungan yang sehat maka akan dapat mencegah penyakit
berbasis lingkungan termasuk polio.

2.10 Prognosis
Bergantung pada beratnya penyakit. Pada bentuk paralitik sesuai dengan
bagian yang mana yang terkena. Bentuk spinal dengan paralisis pernapasan
dapat ditolong dengan bantuan pernapasan buatan. Tipe bulbar prognosisnya
buruk, kematian biasanya karena kegagalan fungsi pusat pernapasan atau infeksi
sekunder pada jalan napas. Otot-otot yang lumpuh dan tidak pulih kembali
menunjukkan paralisis tipe flasid dengan atonia, refleksi dan degenerasi.
Komplikasi residual paralisis tersebut ialah kontraktur terutama sendi subluksasi
bila otot yang terkena sekitar sendi, perubahan trofik oleh sirkulasi yang kurang
sempurna hingga mudah terjadi ulserasi. Pada keadaan ini, diberikan pengobatan
secara ortopedik.

11
B. Konsep Dasar Keperawatan
1. Pengkajian
a. Riwayat kesehatan
Riwayat pengobatan penyakit-penyakit dan riwayat imunitas
b. Pemeriksaan fisik
1) Nyeri kepala
2) Paralisis
3) Refleks tendon berkurang
4) Kaku kuduk
5) Brudzinky

2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan paralisis
b. Nyeri berhubungan dengan proses infeksi yang menyerang sistem saraf
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia, mual muntah
d. Ansietas berhubungan dengan penurunan status kesehatan
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajannya informasi

3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
Gangguan Mobilitas Setelah dilakukan  Tentukan aktivitas yang
fisik b/d paralisis asuhan keperawatan
selama 3x24 jam, akan diberikan
diharapkan klien mampu  Identifikasi factor-faktor
melakukan aktivitas lain yang mempengaruhi
sebagai pengganti
pergerakan, menjaga kemampuan untuk aktif
kestabilan postur,  Evaluasi kemampuan
dengan kriteria hasil: untuk melakukan
 Dapat mengikuti
latihan yang mobilisasi
diberikan
 Dapat meminimalisir
tremor dalam
melakukan
pergerakan

12
Nyeri b/d proses Setelah dilakukan  Kaji tanda-tanda nyeri
asuhan keperawatan
infeksi yang selama 3x24 jam,  Kaji factor-faktor
menyerang sistem diharapkan klien mampu penyebab terjadinya
saraf melakukan mengontrol nyeri
nyeri, dengan kriteria
hasil:  Ajarkan tehnik
 Menjelaskan factor manajemen nyeri
penyebab nyeri  Kolaborasikan dalam
 Mengikuti
pengobatan yang pemberian analgesik
diberikan
 Mengontrol nyeri
secara mandiri

Perubahan nutrisi Setelah dilakukan  Awasi mual dan muntah


asuhan keperawatan
kurang dari selama 3x24 jam,  Pantau masukan
kebutuhan tubuh diharapkan perubahan albumin dan protein
berhubungan nutrisi membaik, dengan  Awasi preferensi dan
kriteria hasil:
dengan anoreksia,  Mual muntah pilihan makanan
mual muntah berkurang  Berikan
 Intake output kondisi/lingkungan
adekuat
yang nyaman pada saat
makan
 Catat perubahan
signifikan terhadap
status gizi

4. Implementasi
Implementasi yang di lakukan sesuai dengan intervensi yang direncanakan.

5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari asuhan keperawatan.

13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Poliomielitis adalah penyakit menular yang akut disebabkan oleh virus
dengan predileksi pada sel anterior massa kelabu sumsum tulang belakang dan inti
motorik batang otak, dan akibat kerusakan bagian susunan syaraf tersebut akan
terjadi kelumpuhan serta atropi otot.
Poliomielitis dapat disebabkan oleh beberapa macam tipe virus seperti,
Brunhilde, Lansing, dan Leon. Virus polio hanya menyerang sel-sel dan daerah
susunan saraf tertentu. Oleh karena itu, berdasarkan manifestasi klinisnya,
Poliomyelitis dibagi menjadi beberapa tipe.
Selain itu, pada pasien dengan penyakit polio dapat dilakukan berbagai
macam pemeriksaan yaitu pemeriksaan laboratorium dan radiologik.
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada pasien dengan poliomyelitis sesuai
dengan tanda dan gejala yang muncul. Karena penyebaran penyakit polio yang
dapat melalui feses dan makanan, maka kita dapat melakukan pencegahan pada
posyandu dan puskesmas. Selain itu, poliomyelitis juga dapat menyebabkan
berbagai komplikasi penyakit antara lain, melena, hipertensi ringan, pneumonia.

3.2 Saran
Penulisan makalah ini memuat saran-saran yang ditujukan ke berbagai
pihak,antara lain:
1. Bagi pembaca, terutama mahasiswa keperawatan diharapkan dapat
menggunakan makalah ini sebagai referensi untuk menambah
pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada Poliomyelitis.
2. Bagi pembaca agar memperbaiki segala kekurangan yang terdapat
pada makalah ini, sehingga penulis dapat memahami kesalahan yang
terdapat dalam makalah ini

14
DAFTAR PUSTAKA
Doctherman, Joanne McCloskey dan Bulecheck, Gloria N. 2008. Nursing
Interventions Classification (NIC). USA : Mosby

Hasan, Rusepno. DKK. 1985. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : FKUI

Herdman, Heater. 2012. Nanda International : Diagnosis Keperawatan : Definisi


dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta : EGC

Moorhead, Sue. DKK. 2006. Nursing Outcomes Classification (NOC). USA :


Mosby

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit Edisi 2. Jakarta : EGC

Ramali, Ahmad dan Pamoentjak. 2005. Kamus Kedokteran. Jakarta : Djambatan

Smeltzer, Suzanne. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah vol 3. Jakarta :
EGC

Suyitno, Hariyono. DKK. 2008. Pedoman Imunisasi Di Indonesia Ed 3. Jakarta :


Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia

15

Anda mungkin juga menyukai