Anda di halaman 1dari 12

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN

HIPERTENSI PADA LANSIA DI POSYANDU


MAWAR DESA SANGUBANYU
KABUPATEN PURWOREJO

NASKAH PUBLIKASI

Disusun oleh:
MAHMASANI SUBKHI
201210201175

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2016

1
HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN
HIPERTENSI PADA LANSIA DI POSYANDU
MAWAR DESA SANGUBANYU
KABUPATEN PURWOREJO

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan


pada Program Studi Ilmu KeperawatanFakultas Ilmu Kesehatan
di Universitas ‘AisyiyahYogyakarta

Disusun oleh:
MAHMASANI SUBKHI
201210201175

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2016

2
3
HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN
HIPERTENSI PADA LANSIA DI POSYANDU
MAWAR DESA SANGUBANYU
KABUPATEN PURWOREJO1

Mahmasani Subkhi2, Yuli Isnaeni3

INTISARI

Latar Belakang: Hipertensi saat ini merupakan faktor resiko morbiditas dan
mortalitas untuk lansia. Di Asia, tercatat 38,4 juta penderita hipertensi pada tahun
2000 dan diprediksi akan menjadi 67,4 juta orang pada tahun 2025. Di Indonesia,
mencapai 17-21% dari populasi penduduk dan kebanyakan tidak terdeteksi
(Muhammadun, 2010). Hasil penelitian Survaillance of Non-Communicable Diseases
di Kabupaten Purworejo Jawa Tengah, sebanyak 76 subyek laki-laki hipertensi
terdapat 19 (25%) orang membawa risiko genetik C677T gen MTHFR dan 6 (8%)
diantaranya kekurangan folat (Sunarti, 2007).
Tujuan: Untuk mengetahui hubungan pola makan dengan kejadian hipertensi pada
lansia di Posyandu Mawar Desa Sangubanyu Kabupaten Purworejo.
Metodologi: Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif korelasi dengan
pendekatan waktu cross-sectional. Sampel pada penelitian ini berjumlah 75 lansia.
Instrumen penelitian menggunakan kuesioner pada variabel pola makan, dan pada
variabel kejadian hipertensi menggunakan alat ukur tekanan darah yaitu
spigmomanometer dan stetoskop. Metode analisis yang digunakan adalah uji
Korelasi Rank Spearman.
Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pola makan dalam kategori cukup
baik sebanyak 52 responden (69,3%) dan kejadian hipertensi dalam kategori stadium
1 sebanyak 42 responden (56%). Hasil penelitian diperoleh nilai probabilitas (p) =
0,000 dengan nilai Korelasi Rank Spearman = -0,408.
Simpulan: Ada hubungan antara pola makan dengan kejadian hipertensi pada lansia
di Posyandu Mawar Desa Sangubanyu Kabupaten Purworejo
Saran: Kepada para lansia diharapkan mengelola pola makan yang baik sebagai
salah satu cara untuk mengobati hipertensi secara non farmakologis.

Kata Kunci : pola makan, kejadian hipertensi,


Daftar Pustaka : 10 buku (tahun 2006 - 2016), 4 skripsi, 2 website

1
Judul Skripsi.
2
Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta.
3
Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta.

4
THE CORRELATION DIET AND BLOOD PRESSURE OF THE
ELDERLY IN POSYANDU MAWAR VILLAGE
SANGUBANYU KABUPATEN
PURWOREJO1

Mahmasani Subkhi2, Yuli Isnaeni3

ABSTRACT
Background: Hypertension is now a risk factor for morbidity and mortality for the
elderly. In Asia, there were 38,4 million people with hypertension in 2000 and is
predicted to be 67,4 million people in 2025 in Indonesia, reaching 17-21% of the
population and mostly undetected (Muhammadun, 2010). Survaillance research
result of non-communicable diseases in the district Purworejo Central Java, as many
as 76 male subjects with hypertension there were 19 (25%) of people carry a genetic
risk C677T MTHFR gene and 6 (8%) were folate deficiency (Sunarti, 2007).
Research Objective: To determine the relationship of diet and the incidence of
hypertension in the elderly in the village rose posyandu district Sangubanyu
Purworejo.
Research Method: This study used a descriptive approach correlation with a cross-
sectional approach. Samples in this study were 75 elderly. Research instruments
using questionnaires on diet variables, and the variable incidence of hypertension
using a blood pressure measuring devices are spigmomanometer and stethoscope.
Method of analysis used was Spearman Rank correlation test.
Research Result: This study has shown that a diet in good enough category of 52
respondents (69,3%) and the incidence of hypertension in the category of stage 1 as
many as 42 respondents (56%). The results obtained by the probability value (p) =
0,000 with a value of Spearman Rank correlation = -0,408.
Conclusion: There is a relationship between diet and the incidence of hypertension
in the elderly in the village rose Posyandu district Sangubanyu Purworejo.
Suggestion: For elderly is expected to manage a good diet as one way to treat
hypertension non famacological.

Keywords : Diet, the incidence of hypertension.


Bibliography : 10 books (years 2006 - 2016), 4 theses, 2 websites

1
Essay Title.
2
Student of Nursing Science Program Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta.
3
Lecturer of Nursing Science Program Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta.

5
PENDAHULUAN makanan yang berisiko yang akan
Masalah lansia yang banyak dianalisis di bawah adalah sering
terkait kesehatan yaitu penyakit makan makanan asin, sering makan
tidak menular yang biasa disebut makanan manis dan sering makan
penyakit darah tinggi. Jumlah makanan berlemak.Kondisi perilaku
penderita hipertensi di seluruh dunia makan makanan berisiko pada
terus meningkat. Di Asia, tercatat komunitas Lansia, terjadi
38,4 juta penderita hipertensi pada peningkatan prosentasenya dari
tahun 2000 dan diprediksi akan tahun 2007 ke tahun 2013, hanya
menjadi 67,4 juta orang pada tahun pada perilaku makan makanan
2025. Di Indonesia, mencapai 17- manis yang terjadi penurunan 9,4 %,
21% dari populasi penduduk dan sedangkan pada perilaku makan
kebanyakan tidak terdeteksi makanan asin meningkat tajam
(Muhammadun, 2010). Hasil sebesar 1,7 % (Budianto, 2014).
penelitian Survaillance of Non- Pusat Penelitian Biomedis
Communicable Diseases di dan Farmasi Badan Penelitian
Kabupaten Purworejo Jawa Tengah, kesehatan Departemen Kesehatan RI
sebanyak 76 subyek laki-laki dalam suatu penelitian menyatakan
hipertensi terdapat 19 (25%) orang prevalensi penyakit hipertensi di
membawa resiko genetik C677T gen Indonesia adalah 32,2%. Faktor
MTHFR dan 6 (8%) diantaranya resiko yang dapat menyebabkan
kekurangan folat (Sunarti,2007). hipertensi antara lain kegemukan
Hipertensi adalah suatu (BMI > 30 kg/m2), dislipidemia,
keadaan ketika tekanan darah di diabetes mellitus, merokok, kurang
pembuluh darah meningkat secara aktivitas, mikroalbuminuria (GFR
kronis. Hal tersebut dapat terjadi (Glomerolus Filtration Rate) < 60
karena jantung bekerja lebih keras mL/menit, usia> 55 tahun bagi pria
memompa darah untuk memenuhi dan > 65 tahun bagi
kebutuhan oksigen dan nutrisi wanita(Rahajeng& Tuminah, 2009).
tubuh. Jika dibiarkan, penyakit ini Berdasarkan hasil survey
dapat mengganggu fungsi organ- awal yang peneliti lakukan di
organ lain, terutama organ-organ Posyandu Mawar Desa Sangubanyu
vital seperti jantung dan ginjal. Kabupaten Purworejoterhadap 10
Didefinisikan sebagai hipertensi jika orang lansia dengan kejadian
pernah didiagnosis menderita hipertensi diperoleh data 7 dari 10
hipertensi/penyakit tekanan darah klien yang dijadikan sampel
tinggi oleh tenaga kesehatan mengatakan terjadi peningkatan
(dokter/perawat/bidan) atau belum tekanan darahdikarenakan tidak bisa
pernah didiagnosis menderita membatasi makanan yang terlalu
hipertensi. Tetapi saat diwawancara banyak mengandung garam
sedang minum obat medis untuk disebabkan karena klien merasa
tekanan darah tinggi (minum obat makanan hambar jika tidak diberi
sendiri) (RISKESDAS, 2013). garam, dan responden masih
Berdasarkan survey yang mengkonsumsi daging dalam jumlah
dilakukan oleh komnas lansia bahwa besar.
kondisi perilaku memakan makanan
berisiko sangatlah menentukan METODE PENELITIAN
peningkatan proporsi penderita Penelitian ini menggunakan jenis
gangguan kesehatan pada komunitas penelitian deskriptif korelasi, yaitu
lansia. Beberapa perilaku makan mengkaji hubungan antar variabel yang
bertujuan untuk mengungkapkan
6
hubungan korelatif antar variabel alat pengukur tekanan darah
(Hidayat, 2007). Pendekatan dalam (spigmomanometer dan stetoskop)
penelitian ini adalah cross sectional dengan merk ANEROID AVICO.
yaitu untuk mencari hubungan pola Pada penelitian ini kuesioner
makan dengan kejadian hipertensi pola makan tidak dilakukan uji
pendekatan ini dilakukan hanya satu validitas dan reliabilitas karena
kali, pada satu waktu (Notoadmojo, kuesioner yang digunakan sudah
2012). baku yang diadopsi dari Gultom
Populasi dalam penelitian ini (2016). Sedangkan alat yang
sebanyak 75 lansia di Posyandu digunakan untuk mendapatkan data
Mawar Desa Sangubanyu Kabupaten tekanan darah responden
Purworejo. menggunakan alat pengukur tekanan
Teknik pengambilan sampel darah (spigmomanometer dan
menggunakan teknik total sampling stetoskop) dengan merk ANEROID
yaitu pengambilan sampel responden AVICO, cukup akurat terdapat
dengan cara mengambil semua anggota pengait pada manometer sehingga
populasi. Metode pengumpulan data bisa dikaitkan pada manset, manset
pada penelitian ini menggunakan berbahan nylon, menggunakan
kuesioner yang diisi oleh lansia untuk velcro sebagai pengait sehingga
mengetahui pola makan lansia mudah dipasang dan dilepas Bladder
sedangkan untuk mengetahui kejadian dan tanpa sambungan.
hipertensi pada lansia menggunakan

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Karakteristik Responden Penelitian
Tabel 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur, jenis
kelamin dan pekerjaan
No Karakteristik Responden Frekuensi (f) Prosentase %
1 Umur
55-60 Tahun 58 77.3
61-65 Tahun 17 22.7
Total 75 100
2 Jenis Kelamin
Laki-laki 40 53,3
Perempuan 35 46,7
Total 75 100
3 Pekerjaan
Buruh 12 16.0
Wiraswasta 1 1.3
PNS 3 4.0
IRT 20 26.7
Petani 39 52.0
Total 75 100.0

Berdasarkan tabel 4.1 banyak pada kelompok umur 55-60


menunjukkan bahwa karakteristik tahun dengan jumlah 58 orang
responden berdasarkan umur paling (77,3). Kararkteristik responden

7
berdasarkan jenis kelamin terbanyak makan kurang baik sebanyak 2
adalah laki-laki yaitu sebanyak 40 responden (2,7%).
orang (53,3%). Karakteristik
responden berdasarkan pekerjaan 3. Kejadian Hipertensi pada Lansia
terbanyak adalah petani yaitu di Posyandu Mawar Desa
sebanyak 39 orang (52,0%). Sangubanyu Kabupaten
Purworejo
2. Pola Makan Lansia Hipertensi di
Posyandu Mawar Desa Tabel 4.3 Kejadian Hipertensi Pada
Sangubanyu Kabupaten Lansia di Posyandu Mawar Desa
Purworejo Sangubanyu Kabupaten
Purworejo
Tabel 4.2 Pola Makan Lansia Hipertensi Kejadian
(f) %
di Posyandu Mawar Desa Sangubanyu Hipertensi
Kabupaten Purworejo Hipertensi Stadium 1 42 56.0
Pola makan (f) % Hipertensi Stadium 2 26 34.7
Kurang Baik 2 2.7 Hipertensi Stadium 3 7 9.3
Cukup Baik 52 69.3 Total 75 100
Baik 21 28.0
Total 75 100.0 Berdasarkan tabel 4.3 dapat
dilihat paling banyak responden
Berdasarkan tabel 4.2 dapat mengalami kejadian hipertensi
dilihat paling banyak responden stadium 1 sebanyak 42 responden
memiliki pola makan yang cukup (56%) dan paling sedikit stadium 3
baik sebanyak 52 responden sebanyak 7 responden (9,3%).
(69,3%) dan paling sedikit pola
4. Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Hipertensi di Posyandu Mawar
Desa Sangubanyu Kabupaten Purworejo

Tabel 4.4 Tabel Tabulasi Silang Hubungan Pola Makan dengan Kejadian
Hipertensi pada Lansia di Posyandu Mawar Desa Sangubanyu
Kabupaten Purworejo
Pasien Hipertensi
Stadium Stadium Stadium
Total Spearma (p)
Pola 1 2 3
n's rho
Makan N % N % N % N %
Baik 19 25,3 2 2,7 0 0 21 28
-0,408 0,000
Cukup 22 29,3 23 30,7 7 9,3 52 69,3
Kurang 1 1,3 1 1,3 0 0 2 2,7

Berdasarkan tabel 4.4 tabulasi silang menyatakan bahwa paling


banyak adalah pola makan cukup mengalami kejadian hipertensi stadium 2
sebanyak 23 responden (30,7%). Tingkat kepercayaan dalam penelitian
adalah 95% pada α = 0,05. Kesimpulan diketahui 0,000 ≤0,05 maka Ha
diterima dan Ho ditolak, terdapat hubungan pola makan dengan kejadian
hipertensi di Posyandu Mawar Desa Sangubanyu Kabupaten Purworejo

8
PEMBAHASAN

1. Pola makan lansia yang menderita hipertensi di Posyandu Mawar Desa


Sangubanyu Kabupaten Purworejo
Hasil penelitian menunjukkan penelitian didalam kuesioner
bahwa lansia di Posyandu Mawar didapatkan pada makanan
berdasarkan tabel menunjukkan pencegah hipertensi paling banyak
sebanyak 52 lansia (69,3%) yang para responden memilih jarang
artinya pola makan lansia memakan makanan pencegah
mayoritas dengan kategori cukup hipertensi. Walau demikian para
baik. Hal ini dapat terlihat responden 60% sering
berdasarkan item pernyataan pola mengkonsumsi sayuran dan 75%
makan bahwa sebagian besar responden menyatakan sering
lansia memilih sering pada item mengkonsumsi buah pisang. Hasil
yang menyatakan mengkonsumsi penelitian ini relevan menyatakan
makanan berbahan sayur dan pola makan responden cukup baik,
buah-buahan. Hal tersebut seperti hal ini dapat diketahui pada hasil
yang diungkapkan oleh kuesioner menyatakan 56%
KEMENKES RI (2013) bahwa salah responden tidak memakan daging
satu hal yang harus dilakukan bakar/panggang/rebus.
untuk penerapan perilaku hidup Pola makan yang diketahui
sehat yaitu dengan menjaga pola cukup baik memiliki beberapa
makan dan mengkonsumsi buah faktor salah satunya adalah status
dan sayur. sosial ekonomi. Hasil penelitian
Pola makan adalah cara menyatakan para responden paling
bagaimana kita mengatur asupan banyak bekerja sebagai petani
gizi yang seimbang serta yang di sebanyak 39 responden (52%).
butuhkan oleh tubuh. Mengatur Dapat dilihat dari sisi ekonomi,
pola makan atau disebut diet mayoritas para responden masih
adalah salah satu cara untuk mengalami kekurangan finansial,
mengatasi hipertensi tanpa efek sehingga mempengaruhi pola
samping yang serius, karena makan responden.
metode pengendaliannya yang Hal ini diperkuat oleh teori
lebih alami, jika dibandingkan Dirjen Binkesmas Depkes RI
dengan obat penurun tekanan (2007) menyatakan faktor yang
darah yang dapat membuat mempengaruhi pola makan yaitu
pasiennya menjadi tergantung budaya, agama, status sosial,
seterusnya pada obat tersebut personal preference, nafsu makan
(Sustrani, 2006). dan kesehatan.
Dalam penelitian ini
responden menyatakan bahwa 2. Kejadian Hipertensi pada
memiliki pola makan yang baik. Lansia di Posyandu Mawar Desa
Hal ini dapat dipahami kaitannya Sangubanyu Kabupaten
dengan umur responden. Hasil Purworejo
penelitian menunjukkan umur Hasil penelitian
responden mayoritas 55-60 tahun, menunjukkan paling banyak
para responden mulai menyadari responden mengalami hipertensi
pentingnya kesehatan. Seperti stadium 1 sebanyak 42 responden
yang diungkap dalam hasil (56%) dan paling sedikit stadium 3
9
sebanyak 7 responden (9,3%). didapatkan paling banyak kategori
Paling banyak responden jarang mengkonsumsi makanan
mengalami kejadian hipertensi pemicu hipertensi. Seperti jarang
stadium 1, hal ini terjadi karena mengkonsumsi daging sapi,
beberapa faktor yaitu usia, para kambing dan ayam selain itu juga
responden mulai menyadari jarang mengkonsumsi seperti ikan
pencegahan akan hipertensi, asin, pindang, susu full cream dan
seperti pada penelitian Mardin tepung susu.
(2003) yang menyatakan bahwa Faktor utama yang menjadi
seorang dengan usia lebih dari 60 pemicu bagi para responden untuk
tahun memiliki resiko hipertensi membatasi makanan adalah faktor
sebesar 7,78 kali bila umur. Pada penelitian ini diketahui
dibandingkan dengan usia 25-39 paling banyak responden berumur
tahun, kemudian usia 55-59 tahun 55-60 tahun, yang artinya sudah
memiliki resiko hipertensi sebesar menjadi manusia dewasa akhir
6 kali. yang pertimbangan utamanya
Hal ini dikuatkan oleh teori hanya karena kesehatan. Selain itu
Guyton (2007) menyatakan dipengaruhi oleh keadaan
tekanan darah cenderung rendah fisiologis lansia bahwa semakin
pada usia remaja dan mulai berkurangnya indera penciuman
meningkat pada masa dewasa dan perasa umumnya membuat
awal. Kemudian meningkat lebih lansia kurang dapat menikmati
nyata selama masa pertumbuhan makanan dengan baik. Hal ini
dan pematangan fisik di usia sering menyebabkan kurangnya
dewasa akhir sampai usia tua asupan pada lansia atau
dikarenakan sistem sirkulasi darah penggunaan bumbu seperti kecap
akan terganggu, karena pembuluh atau garam yang berlebihan yang
darah sering mengalami tentunya dapat berdampak kurang
penyumbatan dinding pembuluh baik bagi kesehatan lansia
darah menjadi keras dan tebal serta (Fatmah, 2007).
berkurangnya elastisitasnya Hasil penelitian ini relevan
pembuluh darah sehingga dengan penelitian Susyani (2012)
menyebabkan tekanan darah yang menyatakan ada hubungan
menjadi tinggi. antara umur, pola konsumsi
makanan olahan dengan kejadian
hipertensi.
3. Hubungan Pola Makan dengan Berdasarkan tabel 4.4 dapat
Kejadian Hipertensi Pada diketahui juga bahwa hasil uji
Lansia di Desa Sangubanyu statistik menggunakan Korelasi
Kabupaten Purworejo Spearman Rank dengan bantuan
komputer berupa SPSS, dihasilkan
Tabel 4.4 memperlihatkan nilai probabilitas (p) sebesar 0,000.
bahwa 23 responden (30,7%) Nilai probabilitas tersebut
memiliki pola makan dalam dibandingkan dengan nilai alpha
kategori cukup baik dengan (α) yaitu 0,05. Apabila nilai p<α,
kejadian hipertensi stadium 2. Para maka Ho ditolak dan Ha diterima,
responden dengan kejadian berarti ada hubungan antara
hipertensi stadiun 2 memiliki pola variabel bebas dengan variabel
makan cukup baik hal ini dapat terikat. Hasil dari penelitian
dilihat pada hasil kuesioner tersebut diketahui bahwa p (0,000)

10
< α (0,05), maka Ho ditolak dan mengalami kejadian hipertensi
Ha diterima yang berarti ada stadium 1 yaitu sebanyak 42
hubungan antara pola makan responden (56%), dan ada
dengan kejadian hipertensi pada hubungan pola makan dengan
lansia di Posyandu Mawar Desa kejadian hipertensi di Posyandu
Sangubanyu Kabupaten Mawar Desa Sangubanyu
Purworejo. Kabupaten Purworejo dengan taraf
Hasil penelitian ini sejalan signifikan (p) = 0,000 dengan nilai
dengan penelitian Mellisa (2013) korelasi Rank Spearman = -0,408.
menyatakan terdapat hubungan
antara perilaku olahraga, stress dan SARAN
pola makan dengan tingkat Hasil penelitian ini diharapkan
hipertensi pada lanjut usia. dapat menjadi acuan untuk
mengobati hipertensi secara non
SIMPULAN farmakologis yang dapat dilakukan
Pola makan lansia yang oleh para lansia dengan mencoba
menderita hipertensi di Posyandu pola makan yang lebih baik
Mawar Desa Sangubanyu dengan mengurangi konsumsi
Kabupaten Purworejo mayoritas makanan yang tinggi natrium atau
memiliki pola makan yang cukup garam, tinggi lemak, dan juga
baik yaitu sebanyak 52 responden meningkatkan konsumsi sayur dan
(69,3). Kejadian hipertensi pada buah dengan harga yang
lansia di Posyandu Mawar Desa terjangkau setiap harinya.
Sangubanyu Kabupaten Purworejo
sebagian besar responden

DAFTAR PUSTAKA Kabupaten Simalungun


Tahun 2016. Skripsi
Budianto, D. 2014. “Sudah Pedulikah dipublikasikan (Diakses dari
kita pada lansia”. (Diakses http://repository.usu.ac.id/han
dari dle/123456789/60289 pada
http://m.kompasiana.com/pos tanggal 29 Juni 2016).
t/read/655566/3/sudah-
pedulikah-kita-pada- Guyton and Hull. 2007. Buku Ajar
lansia.html pada tanggal 24 Fisiologi Kedokteran.
Oktober 2014). Jakarta: EGC.
Depkes Republik Indonesia.2007.
Hidayat, A. 2007. Metode Penelitian
Profil Kesehatan Indonesia.
Keperawatan dan Tekhnik
Jakarta: Depkes Republik
Analisa Data. Jakarta:
Indonesia.
Salemba Medika.
Fatmah. 2010. Gizi Usia Lanjut.
Kemenkes RI. 2013. Bantuan
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Operasional Kesehatan.
Gultom,I.L. 2016. Hubungan
Jakarta:Kemenkes RI.
Konsumsi Makanan Dengan
Mardin, K. 2003. Faktor Resiko
Kejadian Hipertensi Pada
Hipertensi Pasien Rawat Inap
Lansia di Desa Mekar
Rumah Sakit Jantung
Bahalat Kecamatan Jawa
Harapan Kita, Jakarta 2000.
Maraja Bah Jambi
Skripsi Tidak Dipublikasikan:

11
Fakultas Kesehatan Pengembangan Kesehatan,
Masyarakat Universitas Departemen Kesehatan,
Indonesia. Republik Indonesia.
Mellisa. 2013. Hubungan antara Sunarti. 2007. Kombinasi Faktor
perilaku olahraga, stress dan Genetik dan Nutrisi
polamakan dengan tingkat Tingkatkan Risiko Hipertensi
hipertensi pada lanjut usia Di ( Diakses dari
Posyandu Lansia Kelurahan http://www.http://ugm.ac.id/i
Gebang Putih Kecamatan d/berita/1133kombinasi.fakto
Sukolilo Kota Surabaya. r.genetik.dan.nutrisi.tingkatka
Skripsi Tidak Dipublikasikan. n.risiko.hipertensi
Muhammadun, A. S. 2010. Hidup padatanggal 30 Desember
Bersama Hipertensi. 2014).
Jogjakart: In-Books. Sustrani, et al. 2006.Hipertensi.
Notoatmojdo. 2012. Metodelogi Jakarta:
penelitian Kesehatan. Jakarta GramediaPustakaUtama.
: PT. Rineka Cipta. Susyani. 2012. Pola Konsumsi
Rahajeng, E. & Tuminah,S. 2009. Makanan Olahan dan
Prevalensi Hipertensi dan Kejadian Hipertensi di
determinasinya di Indonesia. Rumah Sakit Umum Daerah
Artikel penelitian. Jakarta: Prabumulih Tahun 2012.
Pusat Penelitian Biomedis Skripsi Tidak Dipublikasikan.
dan Farmasi Badan Penelitian
Kesehatan Departemen
Kesehatan RI.
Riset Kesehatan Dasar. 2013. Jakarta:
Badan Penelitian dan

12

Anda mungkin juga menyukai