Anda di halaman 1dari 10

HUBUNGAN POLA MAKAN

TERHADAP PENYAKIT GAGAL GINJAL DAN ASAM URAT

Gina Fitria Nopiana1


NIM: 311201121
Kelas: 4 B1
ginafitrianopiana@universitas-bth.ac.id1
Mata Kuliah : Kapita Selekta
Program Studi S1-Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Bakti Tunas Husada
Tasikmalaya, Jawa Barat, Indonesia1

Abstrak
Penyakit gagal ginjal dan asam urat merupakan masalah kesehatan yang semakin meningkat
prevalensinya di seluruh dunia. Pola makan memiliki peran yang signifikan dalam
perkembangan kedua penyakit ini. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki hubungan
antara pola makan dan kejadian penyakit gagal ginjal serta asam urat melalui tinjauan literatur
yang komprehensif. Kriteria inklusi dan eksklusi diterapkan untuk memilih studi yang sesuai.
Hasil tinjauan literatur menunjukkan bahwa pola makan yang kaya akan garam, lemak jenuh,
dan gula dapat meningkatkan risiko terkena penyakit gagal ginjal dan asam urat. Di sisi lain,
pola makan yang kaya akan buah-buahan, sayuran, biji-bijian, dan protein nabati cenderung
melindungi terhadap kedua penyakit ini. Faktor-faktor seperti konsumsi air yang cukup dan
porsi makan yang teratur juga memainkan peran penting dalam pencegahan penyakit gagal
ginjal dan asam urat.
Kata Kunci: Pola Makan, Penyakit Gagal Ginjal, Asam Urat, Kesehatan, Pencegahan
Abstract
Kidney failure and gout are health problems that are increasing in prevalence throughout the
world. Diet has a significant role in the development of these two diseases. This study aims to
investigate the relationship between diet and the incidence of kidney failure and gout through
a comprehensive literature review. Inclusion and exclusion criteria were applied to select
appropriate studies. The results of a literature review show that a diet rich in salt, saturated
fat and sugar can increase the risk of developing kidney failure and gout. On the other hand,
a diet rich in fruits, vegetables, whole grains and plant proteins tends to protect against both
diseases. Factors such as adequate water consumption and regular portion sizes also play an
important role in preventing kidney failure and gout.
Keywords: Diet, Kidney Failure, Gout, Health, Prevention

1
PENDAHULUAN
Penyakit gagal ginjal dan asam urat telah menjadi perhatian global dalam bidang
kesehatan karena prevalensinya yang semakin meningkat dan dampak seriusnya terhadap
kualitas hidup individu. Baik penyakit gagal ginjal maupun asam urat memiliki implikasi
yang signifikan terhadap kesejahteraan manusia serta memerlukan perawatan medis yang
tepat. Dalam beberapa dekade terakhir, penelitian ilmiah telah semakin menyoroti peran pola
makan sebagai salah satu faktor utama yang memengaruhi perkembangan kedua penyakit
tersebut. Dalam pendahuluan ini, akan dibahas secara lebih mendalam tentang urgensi
masalah kedua penyakit ini, peran pola makan dalam risiko pengembangannya, dan
kebutuhan akan tinjauan literatur yang komprehensif untuk menyelidiki hubungan yang lebih
jelas antara pola makan dan penyakit gagal ginjal serta asam urat.
Penyakit gagal ginjal merupakan kondisi medis di mana fungsi ginjal secara bertahap
menurun hingga tidak mampu menjalankan fungsinya dengan baik untuk menyaring limbah
dan cairan tubuh. Gagal ginjal dapat bersifat akut atau kronis, dengan yang terakhir lebih
umum terjadi. Menurut World Health Organization (WHO), gagal ginjal kronis menjadi
penyebab kematian yang signifikan di seluruh dunia, dengan jumlah penderita yang terus
meningkat dari tahun ke tahun. Faktor-faktor risiko untuk gagal ginjal kronis termasuk
hipertensi, diabetes, obesitas, serta faktor genetik dan lingkungan. Selain itu, penelitian
terbaru menyoroti bahwa pola makan yang tidak sehat, terutama yang kaya akan garam,
lemak jenuh, dan gula, juga berkontribusi pada peningkatan risiko gagal ginjal.
Sementara itu, asam urat adalah hasil akhir dari metabolisme purin dalam tubuh
manusia. Kadar asam urat yang tinggi dalam darah dapat menyebabkan pembentukan kristal
asam urat di dalam sendi dan jaringan sekitarnya, yang menyebabkan kondisi yang dikenal
sebagai asam urat atau gout. Asam urat biasanya diekskresikan melalui ginjal, tetapi jika
produksi berlebihan atau ekskresi terganggu, dapat menyebabkan penumpukan asam urat
yang berlebihan. Asam urat dapat menjadi faktor risiko untuk perkembangan berbagai
penyakit kardiovaskular dan penyakit ginjal. Selain faktor genetik, pola makan juga telah
diidentifikasi sebagai salah satu kontributor utama peningkatan kadar asam urat dalam darah.
Konsumsi makanan yang tinggi purin, alkohol, serta minuman manis dapat meningkatkan
risiko asam urat.
Pola makan, sebagai bagian penting dari gaya hidup sehari-hari, telah menjadi fokus
utama dalam penelitian kesehatan terkait penyakit kronis seperti gagal ginjal dan asam urat.
Berbagai penelitian epidemiologi dan observasional telah memberikan bukti bahwa pola
makan yang tidak sehat dapat meningkatkan risiko terkena kedua penyakit tersebut. Misalnya,

2
pola makan yang kaya akan makanan olahan, lemak jenuh, gula tambahan, dan garam telah
terbukti berkaitan dengan peningkatan risiko penyakit kronis, termasuk gagal ginjal dan asam
urat. Sebaliknya, pola makan yang seimbang, yang mencakup konsumsi buah-buahan,
sayuran, biji-bijian utuh, dan protein nabati, telah dikaitkan dengan penurunan risiko terkena
kedua penyakit ini.
Meskipun banyak penelitian telah dilakukan untuk mengeksplorasi hubungan antara
pola makan dan penyakit gagal ginjal serta asam urat, masih diperlukan tinjauan literatur yang
komprehensif untuk menggambarkan hubungan yang lebih jelas dan mendalam. Tinjauan
literatur yang mendalam akan memungkinkan identifikasi pola makan yang spesifik dan
komponen diet yang dapat memberikan perlindungan atau meningkatkan risiko terkena kedua
penyakit ini. Selain itu, dengan memahami mekanisme biologis di balik hubungan antara pola
makan dan kedua penyakit tersebut, dengan begitu dapat mengembangkan strategi
pencegahan dan intervensi yang lebih efektif dalam mengatasi masalah kesehatan global ini.
Di Indonesia sendiri, risiko gagal ginjal 0,38% atau 713.783 (tujuh ratus tiga belas
ribu tujuh ratus delapan puluh tiga jiwa) dan 19,33% (2.850 jiwa) yang menjalani terapi
hemodialisa (Tim Riskesda, 2018). Dan yang terkena penyakit asam urat berdasarkan
diagnosa tenaga kesehatan di Indonesia 11,9% dan berdasarkan diagnosis atau gejala 24,7%
jika dilihat dari karakteristik umur, prevalensi tinggi pada umur ≥ 75 (54,8%). Penderita
wanita juga lebih banyak (8,46%) dibandingkan dengan pria (6,13%) (Irdiansyah et al., 2022).

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode studi literatur serta dengan metode komparatif
atau perbandingan dengan jurnal: Penyuluhan Penyakit Gagal Ginjal Kronik Di
Puskesmas Rancah Kabupaten Ciamis (Shaleha et al., 2023) dan Sosialisasi Dan Edukasi
Pengetahuan Konsumsi Makanan Serta Obat-Obatan Sebagai Faktor Asam Urat Pada
Pasien Di Puskesmas Rancah Kabupaten Ciamis (Yuliana et al., 2021). Metode
perbandingan ini dilaksanakan dengan menganalisis beberapa jurnal dan membandingkan
berbagai topik yang terkait dalam literatur yang dipelajari.
Metode studi literatur melibatkan rangkaian tindakan terkait dengan mengumpulkan
data dari sumber-sumber tulisan, membaca dan membuat catatan, serta mengelola materi
penelitian, yang mencakup materi yang diterbitkan dalam 5-10 tahun terakhir dan tersedia.
(Kartiningrum, 2015).

3
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL
Tabel 1.1 Jurnal Terkait Gagal Ginjal

Nama Peneliti
Komponen Jurnal atau Penulis Hasil dan Pembahasan
dan Tahun
Dari 25 responden yang mengidap hipertensi
dengan gagal ginjal kronik, 3 pria (60%) dan 2
wanita (40%). Kelima responden berusia 56-65
tahun. Dari segi pekerjaan, 2 ibu rumah tangga
(40%), 2 bekerja di sektor swasta (40%), dan 1
(Walangi & petani (20%). Pendidikan responden terdiri dari
Jurnal 1 Sahelangi, SLTA 2 orang (40%), SLTP 2 orang (40%), dan
2015) SD 1 orang (20%). Keluhan utama termasuk
sakit pinggang, tulang belakang, serta bengkak
di kaki dan perut. Empat responden juga
mengalami bengkak di seluruh tubuh
berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan
medis.
Dari penelitian dan diskusi yang dilakukan,
disimpulkan bahwa terdapat korelasi yang
signifikan antara tingkat pengetahuan dan pola
(Aenurochmah
Jurnal 2 makan pada pasien yang menjalani hemodialisis.
et al., 2022)
Selain itu, pola makan juga berhubungan
signifikan dengan penggunaan eritropoietin,
yang tercermin dari kadar hemoglobin pasien.
Berdasarkan dari hasil penelitian diatas bahwa
(Devi et al.,
Jurnal 3 sebagaian besar pola makan respondennya
2021)
adalah kategori baik.
Jurnal 4 (Puspa Riani et Mayoritas responden usia 40-59 tahun, terutama
al., 2019) wanita. Fungsi ginjal menurun pada usia 40
tahun, mengakibatkan masalah penyaringan
tubuh. Mayoritas pasien CKD dan terapi
hemodialisis memiliki status gizi kurang

4
(54,8%), karena berbagai faktor seperti
kurangnya asupan makanan dan kondisi
penyakit. Kebutuhan protein meningkat pada
pasien CKD bisa menyebabkan kurangnya
asupan, terutama karena anoreksia uremik atau
tingginya kadar ureum dalam tubuh akibat
penurunan fungsi ginjal.
Di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
pada bulan Maret 2020, status gizi pasien PGK
yang menjalani hemodialisis rutin bervariasi.
(Bunga Allo et Mayoritas pasien mengalami malnutrisi,
Jurnal 5
al., 2020) sementara sebagian besar memiliki kualitas
hidup baik. Terdapat korelasi antara status gizi
dan kualitas hidup pasien PGK di RSUD
tersebut.

Tabel 2.1 Jurnal Terkait Asam Urat


Nama Peneliti
Komponen Jurnal atau Penulis Hasil dan Pembahasan
dan Tahun
Dalam penelitian ini, sebagian besar penduduk di
Wilayah Kerja Puskesmas Telaga Kabupaten
Gorontalo diyakini memiliki pola makan buruk
yang meningkatkan kadar asam urat. Meskipun
menyadari risiko ini, banyak yang tidak
mengubah pola makan karena faktor sosial
Jurnal 1 (Dungga, 2022)
ekonomi dan ketersediaan makanan purin.
Beberapa responden mungkin memiliki kadar
asam urat normal meskipun pola makan buruk,
dan sebaliknya, pola makan baik tidak selalu
menjamin kadar asam urat normal karena faktor
lain dapat mempengaruhinya.
Jurnal 2 (Nurhayati, Dari 34 responden di Desa Limran Kelurahan
2018) Pantoloan Boya Kecamatan Tawaeli, 3
responden (9%) dengan pola makan baik tidak

5
mengalami gout, sedangkan 31 responden (91%)
dengan pola makan tidak baik mengalami gout.
Jadi, responden dengan pola makan baik tidak
menderita gout, sedangkan yang dengan pola
makan tidak baik mengalami gout.
Responden dengan pola makan baik yang
mengalami asam urat bisa karena riwayat
penyakit, obesitas, dan kurang olahraga.
(Fitriani et al., Penumpukan lemak, terutama di perut,
Jurnal 3
2021) mengganggu pengaturan asam urat tubuh,
memengaruhi ginjal. Responden dengan pola
makan tidak baik yang tidak mengalami asam
urat mungkin karena rajin memeriksa kesehatan.
Mayoritas penderita asam urat di Puskesmas
Sabbangparu, Kabupaten Wajo, memiliki
kebiasaan makan sehat dan melakukan aktivitas
fisik ringan. Pola makan yang baik terkait
(Syarifuddin et dengan kadar asam urat rendah dalam darah.
Jurnal 4
al., 2019) Aktivitas fisik yang meningkat juga berperan
dalam menurunkan kadar asam urat. Penting
untuk mendorong gaya hidup sehat dan aktif
bagi penderita asam urat guna mengelola kondisi
kesehatan mereka dengan lebih baik.
Mayoritas responden di Wilayah Puskesmas
Padang Bulan memiliki pola makan baik dan
sebagian besar dari mereka (68,9%) memiliki
kadar asam urat normal. Terdapat hubungan
Jurnal 5 (Purba, 2022)
yang signifikan antara pola makan dan kadar
asam urat pada pra lansia di wilayah tersebut,
penting untuk menjaga pola makan yang sehat
dengan menghindari makanan tinggi purin.

CKD (Chronic Kidney Desease) adalah enyakit Ginjal Kronis adalah kondisi saat
fungsi ginjal mulai menurun secara bertahap. Penyakit Ginjal Kronis disebut juga sebagai
6
kerusakan ginjal dapat berupa kelainan jaringan, komposisi darah, dan urine atau tes
pencitraan ginjal, yang dialami lebih dari tiga bulan. Malnutrisi sering terjadi pada pasien
dengan Penyakit Ginjal Kronis (CKD) dan berhubungan dengan prognosis yang lebih buruk.
Secara tradisional, malnutrisi diartikan sebagai keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh
asupan nutrisi yang tidak mencukupi. Namun, pada CKD, malnutrisi berasal dari berbagai
faktor, termasuk penurunan nafsu makan, katabolisme dan peradangan kronis, perubahan
dalam terapi diet, serta kehilangan nutrisi melalui proses dialisis. Selain masalah kekurangan
gizi, kelebihan gizi dan obesitas juga semakin umum terjadi pada populasi CKD di Inggris
dan Eropa. Kedua kondisi tersebut lebih sering terjadi daripada malnutrisi konvensional, yang
ditandai dengan penurunan berat badan dan kehilangan jaringan tanpa lemak. Obesitas juga
telah diidentifikasi sebagai faktor risiko independen untuk perkembangan penyakit ginjal dan
gagal ginjal stadium akhir.
Studi literatur menunjukkan bahwa penelitian tentang hubungan antara status gizi dan
kualitas hidup pasien CKD masih terbatas dalam periode lima tahun terakhir (2015-2020).
Namun, penting untuk diakui bahwa pola makan yang sehat merupakan prasyarat penting
untuk meningkatkan dan mempertahankan kesehatan. Pola makan ini dianggap sebagai faktor
kunci yang memengaruhi kesehatan individu maupun kelompok dalam suatu populasi,
terutama dalam konteks CKD. Perubahan gaya hidup yang mencakup olahraga teratur, pola
makan seimbang, dan penghentian merokok, bersama dengan pengendalian tekanan darah,
kadar glukosa darah, dan profil lipid, dapat membantu mengurangi laju progresi penyakit
yang mempengaruhi aktivitas dan kualitas hidup pasien.
Sedangkan didalam pencegahan terhadap hiperurisemia atau kadar asam urat yang
tinggi dapat dilakukan dengan gaya hidup sehat, seperti berolahraga rutin, menghindari
minuman beralkohol, dan mengonsumsi makanan rendah purin. Pengobatan untuk asam urat
bertujuan untuk meredakan gejala dan mencegah komplikasi, termasuk penurunan kadar asam
urat dan pengobatan untuk meredakan nyeri dan peradangan.
Dari data yang telah didapatkan, bahwa hubungan pola makan terhadap penyakit gagal
ginjal dan asam urat memiliki hubungan satu sama lain, salah satu faktor yang mempengaruhi
ialah makanan. Asam urat sendiri merupakan hasil metabolisme purin di dalam tubuh dan
juga dapat ditemukan dalam beberapa makanan dan minuman. Makanan yang mengandung
purin tinggi dapat meningkatkan kadar asam urat dalam tubuh, sehingga ginjal bekerja keras
untuk mengeluarkannya melalui urine. Jika kadar asam urat berlebih atau ginjal tidak dapat
mengeluarkannya dengan baik, kristal asam urat dapat terbentuk di sendi, menyebabkan

7
gejala asam urat. Gejala ini umumnya meliputi rasa nyeri tiba-tiba dan pembengkakan pada
sendi yang terkena. Selain pada sendi, kristal asam urat juga dapat terbentuk di ginjal dan
saluran kemih, menyebabkan nefrolitiasis atau pembentukan batu ginjal. Jika tidak diobati,
kondisi ini dapat menyebabkan kerusakan ginjal yang parah, yang dapat memerlukan cuci
darah sebagai terapi pengganti ginjal.

KESIMPULAN
Dari beberapa jurnal yang tersedia diatas, bisa disimpulkan bahwa makanan sebagai
kebutuhan pada manusia memiliki peran yang sangat penting bagi manusia. Makanan sebagai
energi manusia sejatinya memiliki manfaat yang lebih dari itu. Penyakit gagal ginjal dan asam
urat, barangkali hanya sedikit dari permasalahan hidup manusia terhadap gejala penyakit.
Dengan begitu makanan yang sehat tentu akan menjadikan manusia yang sehat pula, dan
tentunya diimbangi dengan berolahraga.

DAFTAR PUSTAKA
Aenurochmah, Z., Pramiastuti, O., & Listina, O. (2022). Hubungan Pengetahuan dan Pola
Makan terhadap Pengobatan Eritropoietin pada Pasien Hemodialisis. Pharmacy Medical
Journal, 5(2), 29–37.
Bunga Allo, S. G., Aminyoto, M., & Retnaningrum, Y. R. (2020). Hubungan Status Gizi dan
Kepatuhan Diet dengan Kualitas Hidup pada Pasien Penyakit Ginjal Kronis yang
Menjalani Hemodialisis Rutin di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Jurnal
Sains Dan Kesehatan, 2(4), 426–431. https://doi.org/10.25026/jsk.v2i4.210
Devi, Bambang S, & Sumedi W. (2021). Hubungan Pola Makan Pasien CKD dengan Indeks
Massa Tubuh (IMT) Pasien yang Menjalani Hemodialisa di RS Dik Pusdikkes Kodiklat
AD. Journal of Nursing Education and Practice, 1(2), 52–58.
https://doi.org/10.53801/jnep.v1i2.29
Dungga, E. F. (2022). Pola Makan dan Hubungannya Terhadap Kadar Asam Urat. Jambura
Nursing Journal, 4(1), 7–15. https://doi.org/10.37311/jnj.v4i1.13462
Fitriani, R., Azzahri, L. M., Nurman, M., Nizar, M., Hamidi, S., Studi, P., Kesehatan, I.,
Universitas, M., Tambusai, P. T., Keperawatan, I., Pahlawan, U., & Tambusai, T. (2021).
Hubungan Pola Makan Dengan Kadar Asam Urat (Gout Artritis) Pada Usia Dewasa 35-
49 Tahun. Jurnal Ners, 5(1), 20–27.
http://journal.universitaspahlawan.ac.id/index.php/ners
Irdiansyah, I., Saranani, M., & Putri, L. A. R. (2022). Pengaruh Senam Ergonomik terhadap
Penurunan Kadar Asam Urat pada Penderita Gouth Arthritis di Wilayah Kerja

8
Puskesmas Bone Rombo Kabupaten Buton Utara. Jurnal Ilmiah Karya Kesehatan,
02(2), 1–7.
Kartiningrum, E. D. (2015). Panduan Penyusunan Studi Literatur. Lembaga Penelitian Dan
Pengabdian Masyarakat Politeknik Kesehatan Majapahit, Mojokerto, 1–9.
Nurhayati. (2018). Hubungan Pola Makan Dengan Terjadinya Penyakit Gout (Asam Urat) Di
Desa Limran Kelurahan Pantoloan Boya Kecamatan Taweli. Jurnal KESMAS, 7(6), 134–
147.
Purba, D. (2022). Hubungan Pola Makan dengan Kadar Asam Urat pada Pra Lansia di
Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan. Journal of Vocational Health Science, 1(1),
14–23. https://doi.org/10.31884/jovas.v1i1.20
Puspa Riani, A., Lovi Hasinofa, A., Nila Kurniasari, F., Hasanah, N., & Studi Profesi
Dietisien Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Jl Veteran Malang -, P. (2019).
Hubungan Asupan Enegi dan Protein dengan Status Gizi Berdasarkan %LILA menurut
Umur pada Pasien Chronic Kidney Disease on Hemodialisis di RSUD Dr. Saiful Anwar
Malang. Jurnal Labora Medika, 3(1), 15–22.
Shaleha, R. R., Yuliana, A., Amin, S., Pebiansyah, A., Zain, D. N., Hidayat, T., & Alifiar, I.
(2023). Penyuluhan Penyakit Gagal Ginjal Kronik Di Puskesmas Rancah Kabupaten
Ciamis. To Maega : Jurnal Pengabdian Masyarakat, 6(3), 512.
https://doi.org/10.35914/tomaega.v6i3.1867
Syarifuddin, L. A., Taiyeb, A. M., & Caronge, M. W. (2019). Hubungan Pola Makan dan
Aktivitas Fisik dengan Kadar Asam Urat Dalam Darah Pada Penderita Asam Urat (Gout)
di Wilayah Kerja Puskesmas Sabbangparu Kabupaten Wajo. Prosiding Seminar
Nasional Biologi VI, 372–381.
Tim Riskesda. (2018). Laporan Riskesdas 2018 Nasional.pdf. In Lembaga Penerbit
Balitbangkes (p. hal 156).
https://repository.badankebijakan.kemkes.go.id/id/eprint/3514/1/Laporan Riskesdas 2018
Nasional.pdf
Walangi, R. G. M., & Sahelangi, O. (2015). POLA MAKANPASIEN HIPERTENSI
DENGAN GAGAL GINJAL KRONIK RAWAT INAP DI RSUP
Prof.Dr.R.D.KANDOU MANADO. Gizido, 7(2), 408–419.
Yuliana, A., Shaleha, R. R., Amin, S., Rahmiyani, I., Pebiansyah, A., Zain, D. N., Hidayat, T.,
& Alifiar, I. (2021). SOSIALISASI DAN EDUKASI PENGETAHUAN KONSUMSI
MAKANAN SERTA OBAT-OBATAN SEBAGAI FAKTOR ASAM URAT PADA
PASIEN DI PUSKESMAS RANCAH KABUPATEN CIAMIS. Abdimas Galuh, 3(2),

9
371–378.

10

Anda mungkin juga menyukai