PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
berupa pengobatan dan perawatan. Salah satu kegiatan yang dilakukan di dalam
merupakan bagian dari kegiatan instalasi gizi atau unit pelayanan gizi di rumah
sakit yang bertujuan untuk memberikan diet kepada pasien sesuai dengan jenis
yang diberikan rumah sakit. Sisa makanan yang melebihi 20% menunjukkan
Sisa makanan dapat terjadi akibat faktor internal dan faktor eksternal
pasien. Faktor internal pasien mencakup keadaan klinis dan patologis pasien
(disfagia), stress dan lamanya dirawat. Faktor eksternal pasien mencakup mutu
makanan seperti rasa, aroma,besar porsi dan variasi menu, tekstur), sikap
1
petugas, kesalahan pengriman makanan, ketidak tepatan waktu makan atau
jadwal makan, suasana tempat perawatan (Rizani, Ahmad 2013 : Kemenkes RI,
2013).Dalam hal ini sisa makanan yang menjadi perhatian adalah sisa makanan
jumlah pasien penderita DM di Indonesia dari 28,2% pada tahun 2000 menjadi
sekitar 71,71% pada tahun 2030. International Diabetes Federation (IDF) pada
(Soegondo, 2005).
penderita DM sejumlah 8,5 juta penderita setelah Cina, India dan Amerika
(2013) terjadi peningkatan dari 1,1 % di tahun 2007 meningkat menjadi 2,1 % di
tahun 2013 dari keseluruhan penduduk sebanyak 250 juta jiwa. Prevalensi DM
(Balibangkes, 2013).
2
Di RSUD Sanjiwani Gianyara jumlah pasien DM yang rawat inap rata-
rata setiap bulannyanya adalah 15- 25 pasien untuk tahun 2016. Sedangkan,
bulannya.
darah pada pasien diabetes mellitus. Menurut Almatsier 2005, pasien DM yang
patuh menjalani diet secara rutun dan kadar glukosa darahnya terkendali dapat
pasien adalah sisa makanan. Dampak dari sisa makanan yang tinggi (>20%) bagi
pasien adalah risiko malnutrisi pasien, bertambah lamanya hari rawat, penurunan
Sanglah yaitu pengamatan triwulan I, II dan III tahun 2013, proporsi pasien
yang menyisakan makanan ≥25% sebesar 22,9% melebihi standar yang sudah
ditetapkan. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Devi, 2010 mengenai sisa
makanan diet diabetes mellitus di RSUD Dr. M. Ashari Pemalang selama 3 hari,
3
dari makanan yang disajikan, terdapat sisa makanan sebesar 22,9% yang
meliputi nasi,bubur, lauk hewani, lauk nabati, dan sayur (Devi.K 2011).
adalah 31, 82 %, jika dibandingkan dengan standar maka sisa makanan di RSUD
dan kadar glukosa darah belum pernah dilakukan penelitian di Rumah Sakit
hubungan kepatuhan diet DM dengan sisa makanan dan kadar glukosa darah di
RSUD Sanjiwani.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas masalah yang diamati dalam penelitian ini
adalah :
gianyar?”
kadar glukosa darah pada pasien diabetes mellitus di ruang rawat inap RSUD
Sanjiwani Gianyar?”
4
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
glukosa darah pada pasien diabetes mellitus di ruang rawat inap RSUD
Sanjiwani Gianyar.
2. Tujuan Khusus
c) Menilai kadar glukosa darah pada pasien diabetes mellitus di ruang rawat
D. Manfaat Penulisan
1. Teoritis
dengan sisa makanan dan kadar glukosa darah pada pasien diabetes mellitus.
5
2. Praktis
pembaca dan dapat menjadi bahan untuk penelitian lebih lanjut tentang
pengaruh ketepatan jadwal, jenis dan jumlah terhadap sisa makanan dan
terkait gizi.
c. Bagi institusi rumah sakit, dapat dijadikan masukan pada pihak rumah
sakit dalam hal memberikan program terapi diet khususnya pada pasien
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
keadaan sakit fungsi makanan sebagai salah satu bentuk terapi untuk
simpulan, anjuran, implementasi dan evaluasi gizi, makanan dan dietetik, dalam
rangka mencapai status kesehatan optimal dalam kondisi sehat atau sakit.
Pelayanan Gizi di Rumah Sakit (PGRS) adalah pelayanan yang diberikan dan
disesuaikan dengan keadaan pasien berdasarkan keadaan klinis, status gizi dan
PGRS, yaitu: pelayanan gizi rawat jalan, pelayanan gizi rawat inap,
aman dan dapat diterima oleh konsumen guna mencapai status gizi yang optimal
7
B. Diabetes Mellitus
1. Definisi
Diabetes Mellitus merupakan kata yang berasal dari bahasa Latin yang
terutama pada sistem metabolisme karbohidrat, lemak, dan juga protein dalam
hormon insulin yang diperlukan dalam proses pengubahan gula menjadi tenaga
(Lanywati,2001).
8
2. Klasifikasi Diabetes Melitus
cenderung lebih mudah mengalami ketosis. Ciri- ciri yang terdapat pada
penurunan berat badan dan biasanya tanda serta gejala timbul mendadak
ketonuria positif kuat dan tergantung pada insulin untuk mencegah ketoasidosis
dimulai pada awal masa remaja, pankreas tidak memproduksi cukup insulin
penggunaannya yang terlalu rendah oleh jaringan. Ketosis tidak sering terjadi
karena memiliki jumlah insulin yang cukup untuk mencegah lipolisis. Ciri- ciri
yang didapat pada Diabetes mellitus tipe 2 diantaranya, pasien biasanya berusia
40 tahun saat diagnosis, menderita obesitas dan gejala klasik diabetes relatif
sedikit. Meskipun tidak tergantung pada insulin eksogen untuk bisa bertahan
9
diinduksi stres dan hiperglikemia yang menetap walaupun manjalani terapilain.
Pada tubuh individu dengan diabetes tipe 2 resisten terhadap insulin, biasanya
muncul pada masa dewasa tetapi juga dapat terjadi pada anak-anak dan pada
memiliki homeostasis glukosa yang normal pada paruh pertama kehamilan dan
1. Definis Kepatuhan
dimaksud dengan kepatuhan adalah sifat patuh atau ketaatan dalam menjalankan
perintah atau sebuah aturan. Menurut Milgram dalam Sears (1994:93) kepatuhan
yang sesuai dengan perintah agar sesuai dengan peraturan. Dalam ranah
disarankan oleh dokter atau orang lain. Sacket dalam Niven (2002:192)
kepatuhan adalah sejauh mana perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang
10
Dalam memberikan diet Diabetes Melitus memiliki prinsip pengaturan diet.
Prinsip diet DM adalah tepat jadwal, tepat jumlah, dan tepat jenis
(Tjokroprawiro, 2012) .
a. Tepat Jadwal
Menurut Tjokroprawiro (2012) jadwal diet harus sesuai dengan intervalnya yang
dibagi menjadi enam waktu makan, yaitu tiga kali makanan utama dan tiga kali
reaksi insulin selalu selaras dengan datangnya makanan dalam tubuh. Makanan
(menurunnya kadar gula darah). Jadwal makan terbagi menjadi enam bagian
makan (3 kali makan besar dan 3 kali makan selingan) sebagai berikut:
Jadwal dapat diubah asalkan intervalnya tetap 3 jam. Untuk jadwal puasa
11
b. Tepat Jumlah
jumlah makan yang dikonsumsi. Jumlah makan (kalori) yang dianjurkan bagi
penderita DM adalah makan lebih sering dengan porsi kecil, sedangkan yang
tidak dianjurkan adalah makan dalam porsi banyak/besar sekaligus. Tujuan cara
makan seperti ini adalah agar jumlah kalori terus merata sepanjang hari,
sehingga beban kerja organ-organ tubuh tidak berat, terutama organ pankreas.
keras. Penderita DM, diusahakan mengonsumsi asupan energi yaitu kalori basal
25-30 kkal/kgBB normal yang ditambah kebutuhan untuk aktivitas dan keadaan
khusus, protein 10-20% dari kebutuhan energi total, lemak 20-25% dari
kebutuhan energi total dan karbohidrat sisa dari kebutuhan energi total yaitu
Dalam diet Diabetes melitus indikasi jumlah pemberian dilihat dari jenis dietnya
yaitu :
1) DM I ( 1100 kalori)
2) DM II (1300 kalori)
4) DM IV (1700 kalori)
5) DM V (1900 kalori)
6) DM VI (2100 kalori)
12
c. Tepat Jenis
dan sangat menentukan tinggi rendahnya kadar glukosa dalam darah ketika
sehari-hari (Susanto,2013).
VIII, bahan makanan pada tiap golongan bernilai gizihampir sama, karena
itu satu sama lain dapat saling menukar atau dapat disebut dengan 1 satuan
penukar.
5 g lemak.
13
wuluh, genjer, jagung muda, jantung pisang, kol, kembang kol,
labu waluh, pare, pepaya muda, rebung, sawi, tauge kacang hijau,
lemak, 10 g karbohidrat.
air kaldu, air mineral, cuka, gelatin, gula alternatif, kecap, kopi, teh.
merupakan golongan V (Gula) seperti gula pasir, gula jawa, sirup, jam,
14
jeli, buah-buahan yang diawetkan dengan gula, susu kental manis,
VII (Lemak jenuh) seperti cake, makan siap saji, dan goreng-gorengan.
Mengandung banyak natrium seperti ikan asin, telur asin, dan makanan
yang diawetkan.
mellitus adalah :
1) Karbohidrat
hanya satu dan mudah diserap ke dalam aliran darah sehingga dapat langsung
menaikkan kadar gula darah. Sumber karbohidrat sederhana antara lain es krim,
lebih lama dan tidak cepat menaikkan kadar gula darah dalam tubuh.
sederhana sehingga tidak mudah menaikkan kadar gula darah dan lebih bisa
menyediakan energi yang bisa dipakai secara bertingkat sepanjang hari (Susanto,
2013).
15
Karbohidrat yang tidak mudah dipecah menjadi glukosa banyak terdapat pada
kacang-kacangan, serat (sayur dan buah), pati, dan umbi-umbian. Oleh karena
darah secara drastis. Sebaliknya, karbohidrat yang mudah diserap, seperti gula
(baik gula pasir, gula merah maupun sirup), produk padi-padian (roti, pasta)
Makanan sumber protein dibagi menjadi dua, yaitu sumber protein nabati
dan sumber protein hewani.Protein nabati adalah protein yang didapatkan dari
(termasuk produk olahannya, seperti tempe, tahu, susu kedelai dan lain- lain),
kacang hijau, kacang tanah, kacang merah dan kacang polong (Susanto, 2013).
konsumsi protein juga dapat mengurangi atau menunda rasa lapar sehingga
lemak dapat ditemukan pada ikan, daging ayam bagian paha dan sayap tanpa
kulit, daging merah bagian paha dan kaki, serta putih telur (Susanto, 2013).
3) Konsumsi Lemak
lemak tidak jenuh, baik tunggal maupun rangkap dan hindari konsumsi lemak
16
jenuh.Asupan lemak berlebih merupakan salah satu penyebab terjadinya
resistensi insulin dan kelebihan berat badan.Oleh karena itu, hindari pula
minyak zaitun, buah avokad dan kacang-kacangan. Lemak ini sangat baik
4) Konsumsi Serat
Konsumsi serat, terutama serat larut air pada sayur-sayuran dan buah-
penderita DM adalah 20-35 gram per hari, sedangkan di Indonesia asupan serat
Serat banyak terdapat dalam sayur dan buah, untuk sayur dibedakan
bebas dikonsumsi yaitu oyong, lobak, selada, jamur segar, mentimun, tomat,
sawi, tauge, kangkung, terung, kembang kol, kol, lobak dan labu air. Sementara
itu yang termasuk sayur golongan B diantaranya buncis, daun melinjo, daun
pakis, daun singkong, daun papaya, labu siam, katuk, pare, nangka muda,
jagung muda, genjer, kacang kapri, jantung pisang, daun beluntas, bayam,
17
kacang panjang dan wortel. Untuk buah-buahan seperti mangga, sawo manila,
rambutan, duku, durian, semangka dan nanas termasuk jenis buah-buahan yang
Tak seorang pun dapat mematuhi intruksi jika ia salah paham tentang
intruksi yang diberikan kepadanya. Ley dan Spelmen (1967 dalam Niven 2002)
dokter salah mengerti tentang intruksi yang diberikan pada mereka. Kadang -
b. Kualitas interaksi
Niven 2002) telah mengamati 800 kunjungan orangtua dan anak – anaknya ke
rumah sakit anak di Los Angeles. Selama 14 hari mereka mewawancarai ibu-ibu
nasihat yang diberikan dokter, mereka menemukan bahwa ada kaitan yang erat
mematuhi, nasihat dokter tidak ada kaitan antara lamanya konsultasi dengan
18
kepuasan ibu. Jadi konsultasi yang pendek tidak akan menjadi tidak produktif
keyakinan dan nilai kesehatan individu serta juga dapat menentukan tentang
Becker et al (1979 dalam Niven 2002) telah membuat suatu usulan bahwa
ketidakpatuhan.
setelah makan dan kembali normal dalam waktu 2 jam. Kadar glukosa darah
yang normal pada pagi hari setelah malam sebelumnya berpuasa adalah 70-110
mg/dL darah. Kadar glukosa darah biasanya kurang dari 120-140 mg/dL pada
2 jam setelah makan atau minum cairan yang mengandung glukosa maupun
Beberapa jaringan didalam tubuh, misalnya otak dan sel darah merah,
sebagian besar jaringan juga memerlukan glukosa untuk fungsi lain misalnya
19
Setelah makan makanan yang mengandung karbohidrat kadar glukosa darah
glikogen. Setelah dua jam atau tiga jam berpuasa,glikogen mulai diuraikan
glukoneogenesis, kadar gula darah pada diabetes mellitus pada waktu puasa
tidak melebihi 120 mg/dl dan dua jam setelah makan >200 mg/dl
(Tjokroprawiro,2011).
Tabel 1
20
Tabel 2
mg/dL)
c. IGT(Impairing GlucoseTolerance)
resiko tinggi untuk terjangkit diabetes walaupun ada kasus yang menunjukkan
kadar glukosa darah dapat kembali ke keadaan normal. Seseorang yang kadar
glukosa darahnya termasuk dalam kategori IGT juga mempunyai resiko terkena
21
penyakit jantung dan pembuluh darah yang sering mengiringi penderita diabetes.
Kondisi IGT ini menurut para ahli terjadi karena adanya kerusakan dari produksi
hormon insulin dan terjadinya kekebalan jaringan otot terhadap insulin yang
diproduksi.
Batas bawah untuk IFG tidak berubah untuk pengukuran glukosa darah puasa
yaitu 6.1 mmol/L atau 110 mg/dL. IFG sendiri mempunyai kedudukan hampir
sama dengan IGT. Bukan entitas penyakit akan tetapi sebuah kondisi dimana
Pemeriksaan glukosa darah yang dilakukan setiap waktu sepanjang hari tanpa
jam setelah makan adalah pemeriksaan yang dilakukan 2 jam dihitung setelah
22
a. Konsumsi Karbohidrat
Karbohidrat adalah salah satu bahan makanan utama yang diperlukan oleh
karbohidrat harus dipecah menjadi bentuk yang lebih sederhana untuk dapat
b. Aktivitas Fisik
tubuh tinggi, penggunaan glukosa oleh otot akan ikut meningkat. Sintesis
dalam darah tetap seimbang. Pada keadaan normal, kedaan homeostatis ini
dapat dicapai oleh berbagai mekanisme dari sistem hormonal, saraf, dan
(ADA,2015).
23
c. Penggunaan obat
(Katzung,2007).
berbagai fungsi sel di dalam tubuh. Salah satu di antaranya adalah efek
sintetik mempunyai mekanimse kerja yang sama dengan steroid alami tubuh
d. Keadaan Sakit
24
tiroktoksikosis. Tiroktoksikosis adalah respon jaringan tubuh akibat
karbohidrat.
e. Stres
E. Sisa Makanan
Sisa makanan merupakan suatu dampak dari sistem pelayanan gizi di rumah
sakit.Hal ini merupakan suatu implementasi dari pelayanan gizi dan aspek perilaku
kurang selamapasien dirawat. Kebutuhan gizi merupakan salah satu faktor yang
dari makanan pokok, lauk, sayur-sayuran danbuah dalam jumlah yang cukup, dan
diantar (delivered) dan dimaksudkan untuk dimakan oleh pasien, tetapi tidak
disajikan karena hilang pada proses penyajian (unserved meal) atau sisa di piring
25
saat dimakan (plate waste) di akhir pelayanan makanan (food service). Makanan
yang hilang saat proses penyajian adalah makanan yang hilang karena tidak
dapat diperoleh atau diolah atau makanan hilang karena tercecer sehingga tidak
dapat disajikan ke pasien. Sisa makanan di piring adalah makanan yang disajikan
kepada pasien atau klien, tetapi meninggalkan sisa di piring karena tidak habis
2005).Sisa makanan yang diteliti adalah sisa makanan pasien di piring (plate
Sisa makanan pada pasien harus diamati selama durasi siklus menu (siklus
menu 10 hari, 15 hari, dan lain-lain) atau diamati selama 14 hari jika siklus menu
(makan pagi, makan siang, makan malam dan snack).Hal ini harus diperhitungkan
waktu sarapan pagi merupakan sisa makanan yang paling sedikit dibandingkan
yang disajikan dengan berat makanan yang dihabiskan lalu dibagi berat makanan
Oleh karena itu, sisa makanan dapat dirumuskan dalam persamaan perhitungan
sisa makanan :
26
Berat Sisa Makanan
Pelayanan Minimal Rumah Sakit, indikator sisa makanan yang tidak termakan
oleh pasien sebesar ≤20%. Sisa makanan yang kurang atau sama dengan 20%
(Depkes, 2008).
yaitu faktor internal yang terdiri dari keadaan psikis, fisik dan kebiasaan makan,
faktor eksternal yaitu penampilan makanan dan rasa makanan, serta faktor
lingkungan yang terdiri dari jadwal/waktu penyajian makanan, makanan dari luar
rumah sakit, alat makan dan keramahan petugas atau penyaji makanan (Moehji
a. Faktor Internal
Salah satu perubahan yang terjadi yaitu perubahan makanan. Makanan yang
dengan makanan yang disajikan di rumah. Semua perubahan yang terjadi dapat
karena itu, keadaan psikis, fisik dan kebiasaan makan pasien harus diperhatikan
27
b. Faktor Eksternal
1) Penampilan Makanan
Menurut penelitian Stanga et al. (2002) pada dua rumah sakit di Swiss,
a) Warna makanan
kesehatan manusia bila melewati kadar yang telah ditentukan dan jenis
jenis zat warna yang boleh digunakan pada makanan dan minuman.
28
rasa makanan. Contohnya pada makanan padat atau kental akan
berbeda konsistensinya dengan vla yang digunakan sebagai isi kue sus
1992a).
Bentuk sajian khusus seperti bentuk nasi tumpeng atau bentuk lainnya
yang khas.
29
d) Porsi makanan
c. Faktor Lingkungan.
Waktu makan adalah waktu dimana orang lazim makan setiap sehari.
Manusia secara alamiah akan merasa lapar setelah 3-4 jam makan, sehingga
setelah waktu tersebut sudah harus mendapat makanan, baik dalam bentuk
makanan ringan atau berat. Makanan di rumah sakit harus tepat waktu, tepat
diet, dan tepat jumlah. Waktu pembagian makanan yang tepat dengan jam
makan pasien serta jarak waktu makan yang sesuai, turut berpengaruh
asupan gizi pasien atau klien yang akurat.Pada makanan yang tidak dibuka,
30
kemasan makanan tidak boleh dianggap sebagai sisa makanan. Misalnya karton
yoghurt dan jus buah yang telah dikirim ke ruang rawat, tetapi tidak pernah
disajikan ke pasien namun tetap di bawah kontrol suhu (jika perlu) dan
diberikan ke pasien di lain waktu, tetapi kemudian tetap dibuang karena tidak
disajikan, tidak dimasukkan pada audit tool sisa makanan. Namun, makanan ini
hari tergantung tujuan, dana dan tenaga yang tersedia dalam penelitian tersebut
dan di Eropa karena di negara tersebut sering menimbang makanan pada tahap
tepat untuk memperkirakan makanan dan atau asupan zat gizi untuk individu.
Metode ini berguna untuk konseling diet dan untuk analisis statistik yang
memerlukan waktu yang banyak, peralatan khusus dan staf yang terlatih,
31
sehingga metode ini tidak mungkin dilakukan untuk penelitian besar (Susyani,
dapat memperoleh data yang lebih akurat dan teliti namun memerlukan waktu
pada waktu yang lama maka responden dapat merubah kebiasaan makan
mereka. Metode ini juga membutuhkan tenaga pengumpul terlatih dan terampil
1) Tidak praktis sebagai sisa makanan karena harus ditimbang per kelas atau
dikonsumsi;
6) Tidak memperhitungkan menu kering yang dapat disajikan dengan saus atau
kuah;
7) Tetap menghitung sisa makanan yang tidak dapat dihindari seperti tulang dan
kulit;
32
Pada metode penimbangan, petugas diharuskan untuk menimbang
makanan yang dikonsumsi oleh subjek selama waktu tertentu. Informasi detail
tentang metode persiapan makanan, deskripsi makanan, dan merek makanan (bila
makanan tersebut memiliki informasi yang detail dan atau informasi berat
makanan yang dimakan. Lalu ahli gizi dapat membeli dan menimbang makanan
yang sama, bila memungkinkan, untuk menilai kemungkinan berat makanan yang
dikonsumsi (Gibson, 1990). Sebagai estimasi rekaman, jumlah, jarak dan seleksi
gizi yang diteliti, populasi yang diteliti, tujuan penelitian dan sebagainya. Metode
ini juga harus mempertimbangkan proporsi libur akhir pekan untuk menghitung
Menurut Nida (2011), prinsip dari metode taksiran visual adalah para
penaksir (enumenator) menaksir secara visual banyaknya sisa makanan yang ada
33
untuk setiap golongan makanan atau jenis hidangan. Hasil estimasi tersebut bisa
dalam bentuk berat makanan yang dinyatakan dalam bentuk gram atau dalam
kekurangan, metode visual dapat menghasilkan hasil yang cukup detail dan tidak
Salah satu cara yang dikembangkan untuk menilai konsumsi makanan pasien
adalah metode taksiran visual Comstock. Pada metode ini sisa makanan diukur
dengan cara menaksir secara visual banyaknya sisa makanan untuk setiap jenis
hidangan. Hasil taksiran ini bisa dinyatakan dalam gram atau dalam bentuk skor
menggunakan metode ini melihat makanan tersisa di piring dan menilai jumlah
yang tersisa, dan juga digambarkan dengan skala 6 poin. Cara tafsiran visual yaitu
Penilaian untuk skor diatas berlaku untuk setiap porsi masing-masing jenis
34
2) Skor 1 (25%) : 75% makanan dihabiskan
singkat, tidak memerlukan alat yang banyak dan rumit, menghemat biaya, dan
sisa makanan dan memberikan hasil yang cukup baik (Williamsdan Walton,
2010). Skala comstock tersebut pada mulanya digunakan para ahli biotetik
dikonversi kedalam persendan dikalikan dengan berat awal. Hasil dari penelitian
tersebut juga menunjukkan adanya korelasi yang kuat antara taksiran visual
benar-benar sisa makanan yang terbuang dan bukan bagian makanan yang tidak
bisa dimanfaatkan seperti duri dan tulang. Petugas yang bertugas menentukan
35
konsumsi makanan pasien dengan menaksir sisa makanan menggunakan metode
taksiran visual skala Comstock 6 poin hendaknya dilatih terlebih dahulu secara
yang bentuknya amorphous food agar hasil taksiran visual ini lebih akurat dan
khusus. Diabetes mellitus atau penyakit kencing manis adalah suatu kumpulan
gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan adanya peningkatan kadar
gula (glukosa) darah secara terus menerus (kronis) akibat kekurangan insulin baik
belum dapat melaksanakannya dengan benar sesuai program yang telah diberikan.
Hal ini dapat dilihat dengan masih banyaknya sisa makanan pada diet diabetes
mellitus, sisa makanan merupakan makanan yang tidak habis dimakan dan
dibuang sebagai sampah (Utari, 2009). Sisa makanan dapat dilihat dari jumlah
Makanan yang tersisa di piring adalah suatu data kuantitatif yang bisa
digunakan untuk evaluasi apakah program pendidikan gizi sudah efektif dan diit
yang diterima pasien sudah memadai atau belum (Mifisoni, 2009). Berkaitan
dengan banyaknya makanan pasien yang terbuang dan bisa dilihat oleh petugas
berupa sisa makanan yang masih terdapat dalam alat makan yang di tarik kembai
36
ke dapur setelah jam makan selesai (Astuti, 2002). Banyaknya sisa makanan yang
melebihi dari 20% maka akan mempengaruhi kadar glukosa darah pasien Diabetes
Mellitus. Prinsip dalam penatalaksanaan diet DM adalah jumlah, jenis, dan jadwal
makan. Seseorang dikatakan patuh terhadap diet yang diberikan apabila telah
melakukan tiga indikator diet yaitu tepat jumlah, jadwal dan jenis (Amtira, 2015)
37
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
Kepatuhan Diet
DM
Sisa Makanan
Gambar 1
Penjelasan :
mempengaruhi sisa makanan dan kadar glukosa darah pasien DM. Kepatuhan diet
DM dilihat dari segi jadwal, jumlah dan jadwal. Apabila pasien tidak patuh dalam
menjalankan 3 J maka akan dilihat dari sisa makanan pasien dan kadar glukosa
darah pasien. Jika 3 J tidak terlaksana dengan baik menyebabkan banyaknya sisa
makanan pasien dan juga menyebabkan tidak terkendalinya kadar glukosa darah
pasien DM.
38
B. Variabel Penelitian
Tabel 3.
1. Variabel Dependen
Makanan piring atau plato yang -Form sisa timbangan jika sisa
dihitung dengan
≤20%
membandingkan
2. Banyak
jumlah makanan yang
jika sisa
tidak dikonsumsi dan
makanan
jumlah makanan awal
>20%
dikali 100%
(Depkes RI,
(Williams dan Walton,
2008)
2011).
39
dengan membandingkan
makanan dikelompokkan
PERKENI. Diambil
sehari setelah
2. Variabel Independen
40
1. Kepatuhan Sifat patuh atau Kuesioner Wawancara Kumulatif Nominal
a. Patuh jika
sesuai 3 J
b. Tidak
patuh jika
tidak sesuai 3
41
RSUD Sanjiwani terendah 1
Gianyar.
Jumlah Jumlah asupan energi Formulir sisa Perhitungan a. Tepat jika Nominal
42
dalam diet DM. dihabiskan jika tidak
dengan energi
jumlah kebutuhan
sesuai
standar
yang
diberikan.
D. Hipotesis Penelitian
1. Ada hubungan antara kepatuhan diet DM dengan sisa makanan pada pasien
2. Ada hubungan antara sisa makanan dengan kadar glukosa darah pada pasien
3. Ada hubungan antara kepatuhan diet DM dengan kadar glukosa darah pasien
43
BAB IV
METODE PENELITIAN
Sectional dimana data yang menyangkut variabel bebas atau risiko dan variabel
terikat atau variabel akibat akan dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan
(Notoatmodjo, 2010). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Kepatuhan diet
DM yang dilihat dari segi jumlah, jenis dan jadwal dan variabel terikatnnya
adalah sisa makanan serta kadar glukosa darah pasien Diabetes Mellitus.
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan diruang rawat inap Rumah Sakit Sanjiwani
berikut:
diatas 20% pada tahun 2016 yakni 31, 82% dan rata-rata per bulannya
adalah 22,79%.
dibutuhkan.
44
2. Waktu
tahun 2018.
1. Populasi Penelitian
2. Sampel Penelitian
a. Besar Sampel
syarat dan diteliti dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Besar sampel
(𝑧𝛼√𝑃𝑜𝑄𝑜 + 𝑧𝛽√𝑃𝑎𝑄𝑎)2
𝑛=
(𝑃𝑎 − 𝑃𝑜)2
Keterangan :
45
1) Masing-masing proporsi, Po [dari pustaka atau dari peneliti pendahulu]
peneliti]
Dari perhitungan diatas besar sampel minimal yang didapatkan adalah 36 orang.
2) Data sisamakanan
46
b. Data Sekunder meliputi :
Data yang akan diambil adalah data jumlah pasien diabetes mellitus dan data
kadar glukosa darah sampel yaitu kadar glukosa darah 2 jam setelah makan.
mahasiswa semester VII Prodi DIV Gizi Poltekkes Denpasar yang telah
a. Data Primer
2) Data sisa makanan yang dikumpulkan yaitu makan pagi, siang dan
dihitung.
formulir kuesioner kepatuhan diet DM yang dilihat dari jenis dan jadwal
makanan sampel.
koesioner.
47
6) Data jenis makanan diperoleh dengan wawancara menggunakan
kuesioner.
b. Data Sekunder diperoleh dari hasil cacatan rekam medik yang meliputi kadar
d. Timbangan
1. Pengolahan Data
kepatuhan diet DM dari segi jadwal dan jenis. Sedangkan untuk jumlahnya
apabila sesuai dengan Jenis, Jumlah dan Jadwal. Dikatakan tidak patuh
c) Data jumlah makanan diperoleh dengan melihat berapa persen asupan yang
48
jumlah kalori DM dan tidak tepat jika tidak sesuai dengan jumlah kalori diet
DM.
menggunakan skala likert untuk setiap jawaban : Selalu (4), sering (3),
jarang (2), tidak pernah (1). Jumlah skor kumulatif jawaban sampel tentang
jenis makanan dibagi jumlah item pertanyaan, skor tertinggi 4 skor terendah
1.
setiap jawaban : Selalu (4), sering (3), jarang (2), tidak pernah (1). Jumlah
skor kumulatif jawaban sampel tentang jenis makanan dibagi jumlah item
g) Data Kadar glukosa darah diperoleh dari hasil rekam medik dan
49
2. Analisis Data
Data jumlah, jadwal, jenis makan, sisa makanan dan kadar glukosa darah
(jumlah, jadwal, dan jenis makan) dengan variabel dependen (sisa makanan
atau tidak. Sampel di tabulasi dengan tabel silang dan dianalisis dengan uji
kriteria uji :
b) Terima Ho, tolak Ha jika p > 0.05 berarti tidak ada hubungan.
F. Etika Penelitian
50
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2006. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Jakarta: Depkes RI
Depkes RI. 2008 . Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit. Jakarta: DepkesRI
Dewi, A.K.P. 1999. Penerimaan Pasien Rawat Inap Terhadap Makanan Biasa Dan
Hubungannya Dengan Sisa Makanan di RSU Kardinah Tegal (Studi Di
Bangsal Kebidanan Dan Bedah) tersedia dalam http://www.m.undip.ac.id
diakses tanggal 13 Maret 2017
Endang, 2006. Evaluasi Tatalaksana Terapi Diet Pada Penderita Diabetes Mellitus
Di Ruang Inap Badan RSUD. Dr.M.Ashari Pemalang. Jurnal Gizi
Kliniik Indonesia
Fibriana, D. 2010. Hubungan Pola Makan Dengan Kadar Gula Darah Pada Penderita
Diabetes Mellitus. Semarang: Universitas Dipenegoro
51
Irawati. 2009. Analisis Sisa Makanan dan Biaya Sisa Makanan Pasien Skizofrenia
Rawat Inap di Rumah Sakit Jiwa Madani Palu. Thesis Universitas
Gadjah Mada
Mifisoni, S. 2009. Nutritional Habits of the Inhabitants of the Island of Vis. CoU.
Antropol, 33 (4): 1273-1279
Moehyi. 1992a. Penyelenggaraan Makanan Institusi dan Jasa Boga. Jakarta: Bhratara
Munawar, Asep Ahmad. 2011. Hubungan Penampilan Makanan, Rasa Makanan dan
Faktor Lainnya dengan Sisa Makanan (Lunak) Pasien Kelas 3 di RSUP
DR Hasan Sadikin Bandung. Tesis FKM UI.
National Health Service (NHS). 2005. Managing Food Waste in the NHS. Department
of Health. NHS Estates
Nida, Khairun. 2011. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Sisa Makanan Pasien
Rawat Inap Di Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum. Skripsi Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Husada Borneo Banjarbaru.
Notoasmoro S, Ismail, Metode Penelitian Klinis. Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 1996.
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI), 2011. Konsensus Pengendalian
dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe2 di Indonesia 2011. Jakarta
Price, SA. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi ke-6.
52
Puspita, Devi Karina dan Sri Ratna R. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Perilaku Menyisakan Makanan Pasien Diit Diabetes Mellitus. Jurnal
Kesehatan Masyarakat (2011) 6: 120-6.
Smeltzer SC, Bare BC. 2002 .Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Edisi ke-8. Jakarta: EGC.
Susyani. Endy Paryanto dan Toto Sudargo. 2005. Akurasi Petugas Dalam Penentuan
Sisa Makanan Pasien Rawat Inap Menggunakan Metode Taksiran Visual
Skala Comstock 6 Poin. Jurnal Gizi Klinik Indonesia.2:1
WHO. 2010. Diabetes Fact Sheet [internet]: World Health Organization Tersedia dari
http://www.who.int/mediacentre/factsheets-/fs312-/en/index.html diakses
tanggal 14 Maret 2017.
53