Oleh:
A. Latar Belakang
Pelayanan gizi di ruang rawat inap berkaitan dengan kepuasan pasien yang
dilayani. Kepuasan pasien dapat menilai mutu atau pelayanan gizi, dan merupakan
pengukuran penting yang mendasar bagi mutu pelayanan gizi. Hal ini dapat
memberikan informasi terhadap suksenya pelayanan gizi
bermutu, dengan nilai dan harapan pasien mempunyai wewenang sediri untuk
menetapkan standar mutu pelayanan yang dikehendaki.
Lama hari rawat inap yang terlalu panjang akan menimbulkan kerugian,
antara lain, menambah beban biaya perawatan pasien atau keluarga pasien,
mengurangi cakupan pelayanan kesehatan rumah sakit, BOR (Bed Occupancy
Rate) menjadi meningkat dan menjadi pemborosan bagi rumah sakit (biaya
operasional dari rumah sakit akan lebih besar. Lama hari rawat berhubungan
dengan status gizi awal berdasarkan SGA (Subjective Global Assessment), IMT
(Indeks Massa Tubuh), asupan gizi (energi, protein, lemak, dan karbohidrat),
umur, jenis kelamin, kelas perawatan, jenis penyakit, jumlah diagnose penyakit,
hari masuk, hari pulang, dan sumber biaya (Tedja, Vicky Riyana., 2012).
B. Rumusan Masalah
C. TujuanPenelitian
1. Tujuan
Mengetahui gambaran Proses Asuhan Gizi Terstandar pada pasien
Diabetes Mellitus di RSUD Depati Bahrin Sungailiat
2. Tujuan Khusus
a. Menganalisis Asesmen Gizi, Diagnosa Gizi, Intervensi Gizi, Monitoring dan
Evaluasi Gizi pasien Diabetes Melitus Tipe II.
b. Menganalisis kepuasan pasien Diabetes Melitus Tipe II dalam penerapan
Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) di Rumah Sakit Umum Daerah Depati
Bahrin Sungailiat.
c. Menganalisis lama hari rawat pasien Diabetes Melitus Tipe II dalam
penerapan Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) di Rumah Sakit Umum
Daerah Depati Bahrin Sungailiat..
B.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman dan
menambah wawasan sebagai calon ahli gizi khususnya mengenai
asuhan gizi klinik pada pasien Diabetes Mellitus.
2. Bagi Institusi
Penelitian ini diharapkan berguna sebagai informasi dan bermanfaat
untuk mengembangkan ilmu gizi sehingga dapat digunakan oleh
mahasiswa/i sebagai panduan dalam memberikan asuhan gizi klinik
pada pasien Diabetes Melitus.
3. Bagi Pasien
Diharapkan pasien dapat menerima tatalaksana diet sesuai dengan
penyakit dan dapat menerapkan edukasi yang di berikan.
E. Keaslian Penelitian
1. Rijanti Abdurrachim dan Malinda Eliyanti (2016) yang berjudul “Proses
Hari Rawat Pasien Anak Infeksi (Studi Di Ruang Rawat Inap Anak Rsud
PAGT dan 18 pasien diterapkan PAGT. Variabel yang diteliti yaitu PAGT,
tingkat kepuasan dan lama hari rawat. Analisis menggunakan uji korelasi
DHF Grade I (38,9%), tingkat kepuasan tidak puas (38,9%) dan lama hari
rawat pendek (77,8%). Ada hubungan antara Proses Asuhan Gizi Terstandar
dan Kadar Glukosa Darah Pasien Diabetes Melitus Tipe 2”. Penelitian ini
adalah sebuah eksperimen semu yang dilakukan paralel pada dua kelompok,
asupan zat gizi (energi, protein, lemak, karbohidrat) pada awal penelitian
konvensional. Namun, penelitian ini tidak meneliti hubungan asupan zat gizi
dengan kadar glukosa darah. Peningkatan asupan gizi lebih tinggi pada
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
dkk,2011).
oleh tenaga gizi, melalui serangkaian aktivitas yang terorganisir yang meliputi
kebutuhan gizi.
terhadap intervensi yang diberikan. Bila tujuan tercapai maka proses ini
dihentikan, namun bila tidak tercapai atau terdapat masalah gizi baru maka
proses berulang kembali mulai dari pengkajian gizi yang baru (Sumapradja
dkk, 2011).
Proses asuhan gizi terstandar merupakan siklus yang terdiri dari langkah
a. Pengkajian gizi
b. Diagnosa gizi
c. Intervensi gizi
2. Pengkajian Gizi
menganalisis data untuk identifikasi masalah gizi yang terkait dengan aspek-
aspek asupan zat gizi dan makanan serta aspek klinis dan perilaku lingkungan
tetapi merupakan pengkajian dan analisis ulang kebutuhan pasien. Langkah ini
yang diperlukan.
sistematis.
serta aktifitas fisik. Pengumpulan data riwayat gizi dilakukan dengan cara
menggali komposisi dan kecukupan asupan makan dan zat gizi, sehingga
tergambar mengenai:
c) Cara pemberian makan dan zat gizi yaitu menggali mengenai diet saat
obat dan makanan) yaitu menggali mengenai penggunaan obat dengan resep
alternatif.
(1) Kepatuhan,
kognitif dan fisik dalam melaksanakan tugas spesifk seperti menyusui atau
(2) Kemampuan kognitif dan fisik dalam melakukan aktivitas makan bagi
tubuh seperti tinggi badan, berat badan, persen lemak tubuh, densitas tulang
dan lingkar pinggang yang dapat digunakan untuk menilai status gizi (Brown,
2005).
berkaitan dengan status gizi, status metabolik dan gambaran fungsi organ
dari data laboratorium terkait masalah gizi harus selaras dengan data assesmen
mempengaruhi perubahan kimiawi darah dan urin, sehingga hal ini perlu
a) Glukosa
menjelaskan bahwa, kadar gula darah puasa yang berkisar 80-100 mg/dL
setelah makan dan kembali normal dalam waktu 2 jam. Kadar glukosa darah
yang normal pada pagi hari setelah malam sebelumnya berpuasa adalah 70-
110 mg/dL darah. Kadar glukosa darah biasanya kurang dari 120-140 mg/dL
pada 2 jam setelah makan atau minum cairan yang mengandung glukosa
b) Hemoglobin
Kadar hemoglobin normal untuk pria 13-18 g/dL dan wanita 12-16 g/dL
(Kemenkes, 2011).
yang berkaitan dengan gangguan gizi atau dapat menimbulkan masalah gizi
(PGRS, 2013)
a) Kesadaran
b) Suhu
c) Tensi
d) Nadi
symptom.
3. Diagnosa Gizi
Diagnosis gizi bersifat sementara sesuai dengan respon pasien. Diagnosis gizi
adalah masalah gizi spesifk yang menjadi tanggung jawab dietisien untuk
menanganinya.
gizi yang aktual dan atau beresiko menyebabkan masalah menanganinya secara
mandiri. Diagnosis gizi diuraikan atas komponen masalah
Problem (P), Etiologi (E), Sign/Simptoms (S).
Diagnosis gizi berbeda dengan diagnosa medis baik dari sifatnya maupun
cara penulisannya. Diagnosis gizi dapat berubah sesuai dengan respon pasien,
dkk, 2011).
penyebab yang mendasarinya, dan menjelaskan tanda dan gejala yang melandasi
adanya problem gizi. Langkah ini dilakukan untuk mencari pola dan hubungan
gizi terstruktur dengan konsep PES atau Problem Etiologi dan Signs/Symptoms
(PGRS, 2013).
energi, zat gizi, cairan, substansi bioaktif dari makanan baik yang melalui oral
maupun parenteral dan enteral. Termasuk ke dalam kelompok domain asupan
adalah:
Multinutrien.
adalah:
3) Problem berat badan, masalah berat badan kronis atau perubahan berat badan
fisiologis, sosial, lingkungan dan prilaku. Tanda dan gejala ada masalah (sign
4. Intervensi Gizi
tindakan yang terencana secara khusus dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan
gizi pasien, klien atau kelompok. Pemilihan intervensi gizi ditentukan oleh
diagnosa gizi dan dapat menentukan dampak intervensi yang akan diukur dan
gizi klien.
Intervensi gizi terdiri dari 2 (dua) komponen yang saling berkaitan yaitu
a. Perencanaan
penyebab (etiologi dari problem), bila etiologi tidak dapat ditangani oleh ahli
gizi maka intervensi direncanakan untuk mengurangi tanda dan gejala masalah
(signs/simptoms).
komposisi zat gizi yang mencakup zat gizi makro dan mikro, jenis diet, bentuk
rekomendasi,
kebijakan dan prosedur serta kesukaan dan nilainilai yang dianut oleh pasien
/klien.
7) Tetapkan waktu dan frekuensi intervensi.
b. Implementasi
lain
makan (ND.5); suasana makan (ND.4) dan pengobatan terkait gizi (ND.5)
pengetahuan (E.1)
(E.2)
Pedoman dasar pada edukasi gizi, mencakup:
komplek.
gaya/cara belajarnya.
c. Konseling (C)
Tahapan intervensi gizi ini mengharuskan dietisien untuk berpikir kritis dalam
hal:
1) Menetapkan prioritas dan target/goals
diet, serta syarat diet. kemudian melakukan perhitungan kebutuhan enegi dan
zat gizi serta menyusun menu dan waktu makan pasien (Sumapradja dkk,
2011).
pasien diperbolehkan untuk pulang. Namun, jika tujuan masih belum tercapai
maka pasien kembali ke tahapan pengkajian gizi ulang atau kembali ke tahapan
dkk, 2011).
a. Monitor perkembangan:
3) Berikan bukti/fakta bahwa intervensi gizi telah atau belum merubah perilaku
b. Mengukur hasil
c. Evaluasi hasil
tindakan selanjutnya
gizi
badan, tekanan darah, faktor risiko, tanda dan gejala, status klinis, infeksi,
sendiri
B. Diabetes Mellitus
1. Definisi
pankreas dan insulin yang dihasilkan baik secara kualitas maupun kuantitas.
Lebih lanjut, pada penderita yang kronisakan timbul gejala lain, yaitu
terjadinya penurunan berat badan, timbulnya rasa kesemutan atau rasa nyeri
pada tangan atau kaki, timbulnya luka gengren pada kaki, serta hilangnya
3. Patogenesis
4. Patofisologi
Gejala diabetes melitus dibedakan menjadi akut dan kronik Gejala akut
diabetes melitus yaitu, Poliphagia (banyak makan) polidipsia (banyak
minum), Poliuria (banyak kencing/sering kencing di malam hari), nafsu
makan bertambah namu berat badan turun dengan cepat (5-10 kg dalam
waktu 2-4 minggu), mudah lelah.
Gejala kronik diabetes melitus yaitu : Kesemutan, kulit terasa panas atau
seperti tertusuk tusuk jarum, rasa kebas di kulit, kram, kelelahan, mudah
mengantuk, pandangan mulai kabur, gigi mudah goyah dan mudah lepas,
kemampuan seksual menurun bahkan pada pria bisa terjadi impotensi, pada
ibu hamil sering terjadi keguguran atau kematian janin dalam kandungan
atau dengan bayi berat lahir lebih dari 4kg.
7. Diagnosis
Keluhan dan gejala yang khas ditambah hasil pemeriksaan glukosa darah
sewaktu >200 mg/dl, glukosa darah puasa >126 mg/dl sudah cukup untuk
menegakkan diagnosis DM. Untuk diagnosis DM dan gangguan toleransi
glukosa lainnya diperiksa glukosa darah 2 jam setelah beban glukosa.
Sekurang- kurangnya diperlukan kadar glukosa darah 2 kali abnormal untuk
konfirmasi diagnosis DM pada hari yang lain atau Tes Toleransi Glukosa
Oral (TTGO) yang abnormal. Konfirmasi tidak diperlukan pada keadaan
khas hiperglikemia dengan dekompensasi metabolik akut, seperti
ketoasidosis, berat badan yang menurun cepat.
Ada perbedaan antara uji diagnostik DM dan pemeriksaan penyaring. Uji
diagnostik dilakukan pada mereka yang menunjukkan gejala DM, sedangkan
pemeriksaan penyaring bertujuan untuk mengidentifikasi mereka yang tidak
bergejala, tetapi punya resiko DM (usia > 45 tahun, berat badan lebih,
hipertensi, riwayat keluarga DM, riwayat abortus berulang, melahirkan bayi >
4000 gr, kolesterol HDL <= 35 mg/dl, atau trigliserida ≥ 250 mg/dl). Uji
diagnostik dilakukan pada mereka yang positif uji penyaring. Pemeriksaan
penyaring dapat dilakukan melalui pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu
atau kadar glukosa darah puasa, kemudian dapat diikuti dengan tes toleransi
glukosa oral (TTGO) standar.
a. Komplikasi akut
- Hipoglikemia, adalah kadar glukosa darah seseorang di bawahnilai
normal (< 50 mg/dl). Hipoglikemia lebih sering terjadi pada penderita
DM tipe 1 yang dapat dialami 1-2 kali per minggu, Kadar gula darah
yang terlalu rendah menyebabkan sel-sel otak tidak mendapat pasokan
energi sehingga tidak berfungsi bahkan dapat mengalami kerusakan.
- Hiperglikemia, hiperglikemia adalah apabila kadar gula darah meningkat
secara tiba-tiba, dapat berkembang menjadi keadaan metabolisme yang
berbahaya, antara lain ketoasidosis diabetik, Koma Hiperosmoler Non
Ketotik (KHNK) dan kemolakto asidosis.
b. Komplikasi Kronis
- Komplikasi makrovaskuler,
Komplikasi makrovaskuler yangumum berkembang pada penderita DM
adalah trombosit otak (pembekuan darah pada sebagian otak),
mengalami penyakit jantung koroner (PJK), gagal jantung kongetif, dan
stroke.
- Komplikasi mikrovaskuler, komplikasi mikrovaskuler terutama terjadi
pada penderita DM tipe 1 seperti nefropati, diabetik retinopati
(kebutaan), neuropati, dan amputasi
C. Rumah Sakit
menyeluruh yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat
Pasien adalah orang sakit yang dirawat dokter dan tenaga kesehatan
persepsi atau kesannya terhadap kinerja atau hasil suatu produk dan harapan-
harapannya.
dirasakan atas penggunaan produk dan jasa, sama atau melebihi harapan yang
adalah tingkat perasaan pasien yang timbul sebagai akibat dari kinerja layanan
yang diharapkannya. Pendapat lain dari Endang (dalam Mamik; 2010) bahwa
melebihi harapan.
Menurut pendapat Budiastuti (2002) mengemukakan bahwa pasien
dengan kualitas produk atau jasa di pengaruhi oleh dua hal yaitu
ini pasien akan merasa puas. Jika mereka memperoleh pelayanan yang
Pasien yang merasa bangga dan yakin bahwa orang lain kagum dengan
konsumen bila dalam hal ini pasien memilih rumah sakit yang sudah
iv. Harga
berkualitas sama tetapi berharga lebih murah, memberi nilai yang lebih
v. Biaya
Lama hari rawat merupakan salah satu unsur atau aspek asuhan dan
pelayanan di rumah sakit yang dapat dinilai atau diukur. Bila seseorang
dirawat di rumah sakit, maka yang diharapkan tentunya ada perubahan akan
derajat kesehatannya. Bila yang diharapkan baik oleh tenaga medis maupun
oleh penderita itu sudah tercapai maka tentunya tidak ada seorang pun yang
diagnosa yang tepat. Untuk menentukan apakah penurunan lama hari rawat
kerugian, antara lain menambah beban biaya perawatan pasien atau keluarga
pasien, mengurangi cakupan pelayanan kesehatan rumah sakit, BOR (Bed
sakit (biaya operasional dari rumah sakit akan lebih besar (Depkes RI,
2007). Lama hari rawat berhubungan dengan status gizi awal berdasarkan
SGA (Subjective Global Assesment), IMT (Indeks Masa Tubuh), asupan gizi
pulang dan sumber biaya. (Tedja, Vicky Riyana, 2012 dalam Abdurrachim
2016).
yang berdiri sendiri dan terpisah dari tindakan keperawatan dan pengobatan.
sejak sebelum dirawat di rumah sakit karena penyakitnya atau asupan zat
gizi yang tidak cukup, namun tidak jarang pula malnutrisi ini timbul selama
Rosidah, 2012).
Asupan gizi yang adekuat bagi pasien yang dirawat inap di rumah
penurunan status gizi yang terjadi selama perawatan. Gizi merupakan bagian
kurang dari 5 hari dan lebih atau sama dengan 5 hari (Kusumayati dan
Rosidah, 2012).
D. Kerangka Teori
Pasien Masuk
Skrining
Pengkajian Gizi
(Riwayat diet, antropometri, labolratorium, fisik-klinis, riawayat pasien)
Intervensi Gizi
Diagnosis Gizi
(Perencanaan, implementasi)
(Problem, etiologi, sign/symptome)
Pasien pulang
Skrining
Terapi Diit
Terapi diit
Stop Perlu
Tidak perlu
METODELOGI PENELITIAN
penelitian.
Sungailiat pada bulan Desember 2020 samapai dengan bulan Mei 2021.
1. Populasi
Pasien dalam penelitian ini adalah seluruh pasien rawat inap Diabetes
Bahrin Sungailiat
2. Sampel
𝑁
𝑛=
1 + 𝑁 𝑒²
Keterangan:
: Sampel
N : Populasi
Jadi rentang sampel yang dapat diambil dari teknik Solvin adalah antara
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Penerapan PAGT pada Suatu proses/kegiatan asuhan gizi Form PAGT Observasi Diterapkannya Proses Asuhan Interval
Pasien Diabetes Mellitus pada pasien DM tipe II dengan Gizi Terstandar (PAGT) yang
tipe II dengan komplikasi hipertensi pada usia meliputi assesmen, diagnose,
komplikasi hipertensi 35-55 tahun,yang meliputi: intervensi, monitoring dan
pada usia 35-55 tahun. evaluasi gizi pada pasien DM
a. Assesmen Gizi tipe II dengan komplikasi
b. Diagnosa Gizi hipertensi.
c. Intervens Gizi
d. Monitoring Gizi
e. Evaluasi Gizi
Kepuasan pasien Perasaan suka atau tidak suka Kuesioner Wawancara Puas atau tidak puas Ordinal
yang dialami konsumen setelah
membandingkan antara persepsi
kinerja (atau hasil) suatu produk
dengan harapan-harapannya.
Lama hari rawat Periode lama pasien dirawat di Standar lama hari Observasi -Sesuai dengan standar (LOS Ordinal
rumah sakit (dalam hari), dihitung rawat inap 3 - 5 hari ≤ 5 hari)
mulai dari pasien masuk sampai -Lebih lama dari standar
pasien pulang dari rumah sakit. (LOS >5 hari)
E. Instrumen Penelitian
1. Data Primer
2. Data Sekunder
G. Etika Penelitian
data. Etika penelitian ini menjamin kerahasiaan dan hasil penelitian baik
sukarela.
DAFTAR PUSTAKA
Soelistijo, S. A., Novida, H., Rudijanto, A., Soewondo, P., Suastika, K.,
Manaf, A.,