Anda di halaman 1dari 62

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah gizi di rumah sakit dinilai sesuai kondisi perorangan yang secara langsung
maupun tidak langsung mempengaruhi proses penyembuhan. Kecenderungan peningkatan
kasus penyakit yang terkait gizi (nutrition-related disease) pada semua kelompok rentan
mulai ibu hamil, bayi, anak, remaja, hingga lanjut usia (lansia), memerlukan
penatalaksanaan gizi secara khusus. Oleh karena itu dibutuhkan pelayanan gizi yang
bermutu untuk mencapai dan mempertahankan status gizi yang optimal dan mempercepat
penyembuhan
Resiko kurang gizi dapat timbul pada keadaan sakit, terutama pada pasien dengan
anoreksia, kondisi mulut dan gigi-geligi yang buruk, gangguan menelan, penyakit saluran
cerna disertai mual, muntah dan diare, infeksi berat, lansia dengan penurunan kesadaran
dalam waktu lama, dan yang menjalani kemoterapi. Asupan energi yang tidak adekuat, lama
hari rawat, penyakit non infeksi, dan diet khusus merupakan faktor yang mempengaruhi
terjadinya malnutrisi di rumah sakit (Kusumayanti. et all, JICN 2004)
Pengalamam dinegara maju membuktikan bahwa hospotal malnutrition (malnutrisi di
RS) merupakan masalah yang kompleks dan dinamik. Malnutrisi pada pasien di RS,
khususnya pasien rawat inap berdampak buruk terhadap proses penyembuhan penyakit dan
penyembuhan pasca bedah. Selain itu, pasien yang mengalami penurunan status gizi akan
mempunyai resiko kekambuhan yang signifikan dalam waktu yang singkat. Semua keadaan
ini dapat dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas serta penurunan kualitas hidup.
Untuk mengatasi masalah tersebut, diperlukan pelayanan gizi yang efektif dan efisien
melalui Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT), sehingga diperlukan sebuah panduan
sebagai acuan untuk pelayanan bermutu yang dapat mempercepat proses penyembuhan
pasien, memperpendek lama hari rawat dan menghemat biaya perawatan.

B. Tujuan
a. Tersedianya pedoman bagi tenaga gizi dalam melakukan PAGT di fasilitas pelayanan
kesehatan sehingga terlaksana pelayanan gizi yang berkualitas
b. Memenuhi kebutuhan zat gizi pasien secara optimal baik berupa pemberian makanan
pada pasien yang dirawat maupun konseling gizi pada pasien rawat jalan.
c. Memberikan pelayanan gizi kepada pasien rawat inap agar memperoleh asupan
makanan yang sesuai kondisi kesehatanya dalam upaya mempercepat proses
penyembuhan, mempertahankan dan meningkatkan status gizi.
BAB II
PENGERTIAN

Asuhan Gizi adalah serangkaian kegiatan yang terorganisir/terstruktur yang


memungkinkan untuk identifikasi kebutuhan gizi dan penyediaan asuhan untuk memenuhi
kebutuhan tersebut. Dalam pelayanan gizi rumah sakit, Asuhan Gizi dapat dilaksanakan
kepada pasien rawat jalan dan pasien rawat inap.
Asuhan Gizi Pasien Rawat Jalan merupakan serangkaian kegiatan pelayanan gizi yang
berkesinambungan dimulai dari perencanaan diet, pelaksanaan konseling diet hingga evaluasi
perencanaan diet kepada klien/pasien rawat jalan, agar klien/pasien rawat jalan memperoleh
asuapan makanan yang sesuai dengan kondisi kesehatanya.
Asuhan Gizi Rawat Inap merupakan serangkaian proses kegiatan pelayanan gizi yang
berkesinambungan dimulai dari perencanaan diet hingga evaluasi rencana diet pasien di ruang
rawat inap sehingga pasien memperoleh gizi yang sesuai dengan kondisi penyakit, dalam
upaya mempercepat proses penyembuhan
Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) adalah pendekatan sistematik dalam
memberikan pelayanan asuhan gizi yang berkualitas, melalui serangkaian aktifitas yang
terorganisir meliputi identifikasi kebutuhan gizi sampai pemberian pelayanannya untuk
memenuhi kebutuhan gizi.
Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) adalah suatu metoda pemecahan masalah
yang sistematis dalam menangani problem gizi, sehingga dapat memberikan asuhan gizi yang
aman, efektif dan berkualitas tinggi. Terstandar yang dimaksut adalah memberikan asuhan gizi
dengan proses terstandar, yaitu menggunakan struktur dan kerangka kerja yang konsisten
sehingga setiap pasien yang bermasalah gizi akan mendapatkan 4 (empat) langkah proses
asuhan gizi yaitu: asesmen, diagnosis, intervensi serta monitoring dan evaluasi gizi.
Pelayanan gizi rawat jalan meliputi kegiatan konseling individual dan penyuluhan
berkelompok.
Proses asuhan gizi rawat inap dilakukan pada pasienklien teridentifikasi resiko gizi atau
sudah malnutrisi dan membutuhkan dukungan gizi individual. Identifikasi resiko gizi dilakukan
melalui skrining/penapisan gizi, dimana metodenya tergantung dari kondisi dan fasilitas yang
ada di RSIA Muhammadiyah Malang.
Kegiatan dalam PAGT diawali dengan melakukan pengkajian lebih mendalam. Bila
masalah gizi yang lebih spesifik telah ditemukan maka dari data objektif dan subjektif
pengkajian gizi dapat ditentukan, penyebab, derajat serta area masalahnya. Berdasarkan fakta
tersebut ditegakkanlah diagnosa gizi kemudian ditentukan rencana intervensi gizi untuk
dilaksanakan berdasarkan diagnosa gizi yang terkait. Kemudian monitoring dan evaluasi gizi
dilakukan setelahnya untuk mengamati perkembangan dan respon pasien terhadap intervensi
yang diberikan. Bila tujuan tercapai maka proses ini dihentikan, namun bila tidak tercapai atau
terdapat masalah gizi baru maka proses berulang kembali mulai dari pengkajian gizi yang baru
(Sumapradja dkk, 2011)
Asuhan gizi yang optimal dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dimana asuhan gizi
tersebut dilaksanakan, seperti gambar 1, dibawah ini

Keberhasilan asuhan gizi membutuhkan kemampuan tenaga gizi dalam berkomunikasi,


menunjukkan empati, membangun kepercayaan dengan pasien/klien seperti terlihat pada
lingkaran pusat dari gambar diatas. Dengan melalui tahapan PAGT, dari langkah asesmen (A),
diagnosis (D), intervensi (I), dan monitoring evaluasi gizi (ME), dikumpulkan dan di analisis
data yang relevan, diidentifikasi masalah gizi dan faktor penyebabnya, dibuat rencana
penanganan dan di implementasikan selanjutnya dilakukan monitoring dan evaluasi hasil
asuhan gizi terstandar ini akan terlaksana dengan baik bila dilandasi dengan pengetahuan gizi
yang baik, keterampilan dan kemampuan tenaga gizi dalam menerapkan praktek berbasis fakta
(evidence base practice), mentaati kode etik profesi dan berkolaborasi dengan tenaga
kesehatan lain seperti terlihat pada kotak tengah dari gambar di atas. Secara makro faktor
infrastruktur seperti kondisi ekonomi, sistem sosial budaya, sistem pelayanan kesehatan dan
kondisi lokal sangat berpengaruh terhadap asuhan gizi, seperti terlihat pada kotak luar gambar
di atas. PAGT dilaksanakan pada pasien/klien dengan risiko masalah gizi yang dapat diketahui
dari proses skrining gizi dan rujukan yang dilakukan oleh perawat. Untuk meningkatkan kualitas
asuhan gizi perlu ada sistem evaluasi hasil asuhan gizi yang telah dilaksanakan.
BAB III
RUANG LINGKUP

Tahapan pelayanan gizi rawat jalan dimulai dari pengkajian status gizi, penentuan
kebutuhan gizi sesuai dengan status gizi dan penyakitnya, penenentuan macam atau jenis diet
sesuai dengan status gizi dan penyakitnya serta cara pemberian makanan, konseling gizi dan
pemantauan dan evaluasi serta tindak lanjut terapi gizi (kunjungan ulang/kunjungan rumah bila
diperlukan).lembar asuhan gizi rawat jalan anak pada lampiran 1, sedang lembar asuhan gizi
rawat jalan dewasa pada lampiran 2.
Sedangkan tahapan pelayanan gizi rawat inap diawali dengan skrining/penapisangiz
oleh perawat ruangan dan order diat awal (preskripsi diet awal) oleh dokter. Skrining gizi
bertujuan untuk mengidentifikasi pasien /klien yang beresiko, tidak beresiko malnutrisi atau
kondisi khusus.
Tujuan pemberian asuhan gizi adalah mengembalikan pada status gizi baik dengan
mengintervensi berbagai faktor penyebab, keberhasilan PAGT ditentukan oleh efektifitas
intervensi gizi melalui edukasi dan konseling gizi yang efektif, pemberian dietetik yang sesuai
untuk pasien dirumah sakit dan kolaboresi dengan profesi lain sangat mempengaruhi
keberhasilan PAGT. Monitoring dan evaluasi menggunakan indikator asuhan gizi yang terukur
dilakukan untuk menunjukkan keberhasilan penanganan asuhan gizi dan perlu
pendokumentasian semua tahapan proses asuhan gizi. Contoh pedokumentasian mengenai
faktor penyebab masalah gizi adalah sebagai berikut:
1. Pendapat dan tindakan yang salah mengenai gizi
2. Perilaku
3. Kultur budaya
4. Kurangnya tingkat pemahaman mengenai makanan dan kesehatan atau informasi dan
petunjuk mengenai gizi
5. Riwayat personal (usia, gender, merokok,kemampuan mobilisasi, serta riwayat sosial dan
sebagainya)
6. Kondisi medis/kesehatan yang berdampak pada gizi
7. Terapi medis bedah atau terapi lainya yang berpengaruh pada gizi
8. Kemampuan fisik melaksanakan aktivitas tertentu
9. Masalah psikologis (body image, kesepian dan sebagainya)
10. Ketersediaan, suplai dan asupan makanan yang sehat dan air
Dalam praktek asuhan gizi, diperlukan keseragaman bahasa (terminologi) untuk berkomunikasi
dan mendokumentasikan PAGT. 4 langkah Proses Asuhan Gizi terstandar dapat di lihat pada
gambar 2

Adapun pasien yang mendapat asuhan dan monitoring gizi adalah pasien yang
padaassesment awal saat di ruang rawat inap pada Pemeriksaan Status Nutrisi (MUST)
mendapatskor > 2 dan pasien anak yang mempunyai nilai pediatric >2 . Assessment awal
dilakukanoleh petugas keperawatan yang selanjutnya akan dilakukan pengkajian gizi lanjutan
olehpetugas gizi klinik. Contoh lembar Pengkajian Gizi Lanj utan terdapat pada Lampiran 3.
Contoh Tabel Pemeriksaan Status Nutrisi pada Lembar Assesment Awal Rawat Inap
Tabel 1. Pemeriksaan Status Nutrisi Pada Lembar Assesmen Awal Rawat Inap
Contoh Tabel Assesmen Gizi Anak
Tabel 2 Assesmen Gizi Anak
BAB IV
TATA LAKSANA

A. PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR


Proses asuhan gizi terstandar (PAGT) harus dilaksanakan secara berurutan dimulai dari
langkah asesmen, diagnosis, intervensi, monitoring dan evaluasi gizi (ADIME). Langkah –
langkah tersebut saling berkaitan satu dengan lainya dan merupakan siklus yang berulang
terus sesuai respon/perkembangan pasien yang dapat dilihat pada gambar 3. Apabila
tujuan tercapai maka proses ini akan dihentikan, namun bila tujuan tidak tercapai atau
tujuan awal tercapai tetapi terdapat masalah gizi baru maka proses berulang kembali mulai
dari asesmen gizi. Contoh alur proses PAGT di rawat inap dan rawat jalan dapat dilihat di
gambar 4 dan gambar 5
B. LANGKAH – LANGKAH PAGT
a. Langkah 1 : Assesmen Gizi
1. Tujuan Asesmen Gizi
Mengidentifikasi problem gizi dan faktor penyebabnya melalui pengumpulan,
verifikasi dan interpretasi data secara sistematis

2. Langkah Asesmen Gizi


1) Kumpulkan dan pilih data yang merupakan faktor yang dapat mempengaruhi
status gizi dan kesehatan

2) Kelompokkan data berdasarkan kategori asesmen gizi:


(1)Antropometri dengan kode A/AD (Anthropometry Data)
(2)Laboratorium/biokimia dengan kode B/BD (Biochemical Data)
(3)Pemeriksaan fisik klinik dengan kode C/PD (Physical Data) dan riwayat clien
dengan kode CH (Client History)
(4)Riwayat Diet dengan kode D/FH (Food History)

3) Data interpretasi dengan membandingkan terhadap kriteria atau standar yang


sesuai untuk mengetahui terjadinya penyimpangan.
Data assesmen gizi dapat diperoleh melalui interview/wawancara : catatan medis,
observasi serta informasi dari tenaga kesehatan lain yang merujuk
3. Kategori data asesmen gizi
1) Riwayat diet / gizi (D)(FH)
Pengumpulan data riwayat gizi dilakukan dengan cara interview,
termasukinterview khusus seperti recall makanan 24 jan" food
frequencyquestioner (F FQ) atau dengan metoda asesmen gizi lainnya.
Berbagaraspek yang digali adalah:
(1) Asupan makanan dan zat gizi, yailu pola makanan utama dan snack,menggali
komposisi dan kecukupan asupan makan dan zat gizi,sehingga tergambar
mengenai :
a). Jenis dan banyaknya asupan makanan dan minuman,
b). Jenis dan banyaknya asupan makanan enteral dan parenteral,
c). Total asupan energi,
d). Asupanmakronutrien,
e). Asupanmikronutrien,
f). Asupan bioaktif

(2) cara pemberian makan dan zat gizi yaitu menggali mengenai dietsaat ini dan
sebelumnya, adanya modifikasi diet, dan pemberianmakanan enteral dan
parenteral, sehingga tergambar mengenai:
a). Order diet saat ini,
b). Diet yang lalu,
c) Lingkungan makan,
d) Pemberian makan enteral dan parenteral.

(3) Penggunaan medika mentosa dan obat komplemen-arternatif(interaksi obat


dan makanan) yaitu menggali mengenai penggunaanobat dengan resep
dokter ataupun obat bebas, termasuk penggunaanproduk obat komplemen-
alternatif.

(4) Pengetahuan/Keyakinar/sikap yaitu menggali tingkat pemahamanmengenai


makanan dan kesehatan, informasi dan pedoman mengenaigizi yang
dibutuhkan, selain itu juga mengenai keyakinan dan sikapyang kurang sesuai
mengenai gizi dan kesiapan pasien untuk mauberubah.

(5) Perilaku yaitu menggali mengenai aktivitas dan tindakan pasien


yangberpengaruh terhadap pencapaian sasaran-sasaran yang
berkaitandengan gizi, sehingga tergambar mengenai:
a) Kepatuhan,
b) Perilaku melawan,
c) Perilaku makan berlebihan yang kemudian dikeluarkan lagi
d) (bingeing and purging behavior),
e) Perilaku waktu makan,
f) Jaringan sosial yang dapat mendukung perubahan perilaku.

(6) Faktor yang mempengaruhi akses ke makanan yaitu mengenai faktoryang


mempengaruhi ketersediaan makanan dalam jumlah yangmemadai, aman
dan berkualitas.

(7) Aktivitas dan fungsi fisik yaitu menggali mengenai aktivitas fisik,kemampuan
kognitif dan fisik dalam melaksanakan tugas spesifikseperti menyusui atau
kemampuan rnakan sendiri sehingga tergambar mengenai :
a) Kemampuan menyusui
b) Kemampuan kognitif dan fisik dalam melakukan aktivitas
c) makan bagi orang tua atau orang cacat
d) Level aktivitas fisik yang dilakukan
e) Faktor yang mempengaruhi akses ke kegiatan aktivitas fisik

2) Antropometri (A/AD)
Pengukuran tinggi badan, berat badan, perubahan berat badan, indeksmasa
tubuh pertumbuhan dan komposisi tubuh. Pedoman pengukuranAntropometri
terdapat pada Lampiran 4.

3) Laboratorium (B/BD)
Keseimbangan asam basa, profil elektrolit dan ginjal, profil asam lemakesensial,
profil gastrointestinal, profile glukosa/endokrin, profilinflamasi,profil laju metabolik,
profil mineral, profil anemia gizi, profil protein, profil urine, dan profil vitamin.

4) Pemeriksaan Fisik Terkait Gizi (PD)


Evaluasi sistem tubuh, wasting otot dan lemak subkutan, kesehatan
mulut,kemampuan menghisap, menelan dan bernafas serta nafsu makan.
5) Riwayat Klien (CH)
Informasi saat ini dan masa lalu mengenai riwayat personal, medis,keluarga dan
sosial. Data riwayat klien tidak dapat dijadikan tanda dan gejala (signs,/symptoms)
problem gizi dalam pernyataan PES. Karenamerupakan kondisi yang tidak
berubah dengan adanya intervensi gizi.Riwayat klien mencakup:
(1) Riwayat personal yaitu menggali informasi umum seperti usia, jeniskelamin,
etnis, pekerjaan, merokok, cacat fisik.
(2) Riwayat medis/kesehatan pasien yaitu menggali penyakit atau kondisipada
klien atau keluarga dan terapi medis atau terapi pembedahanyang berdampak
pada status gizi.
(3) Riwayat sosial yaitu menggali mengenai faktor sosioekonomi klien,situasi
tempat tinggal, kejadian bencana yang dialami, agama,dukungan kesehatan
dan lain-lain.

b. Langkah 2 : Diagnosis Gizi


Diagnosis gizi sangatspesifik dan berbeda dengan diagnosis medis. Diagnosis gizi
bersifat sementara sesuai dengan respon pasien. Diagnosis gizi adalah masalah gizi
spesifik yang menjadi tanggung jawab dietisien untuk menanganinya.
a). Tujuan Diagnosis Gizi
Mengatasi masalah gizi yang teridentifikasi melalui perencanaan dan penerapanya
terkait perilaku, kondisi lingkungan atau status kesehatan individu, kelompok atau
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan gizi klien.

b). Cara Penentuan Diagnosis Gizi


1) Lakukan integrasi dan analisa data asesmen dan tentukan indikator asuhan gizi.
Asupan makan dan zat gizi yang tidak sesuai dengan kebutuhan akan
mengakibatkan terjadinya perubahan dalam tubuh. Hal ini di tunjukkan dengan
perubahaan laboratorium, antropometri dan kondisi klinis tubuh. Karena itu, dalam
menganalisis data asesmen penting mengkombinasikan seluruh informasi dari
riwayat gizi, laboratorium, antropometri, status klinis dan riwayat pasien secara
bersama – sama.
2) Tentukan domain dan problem/masalah gizi berdasarkan indikator asuhangizi
(tanda dan gejala). Problem gizi dinyatakan dengan terminologidiagnosis gizi yang
telah dibakukan. perlu diingat bahwa yangdiidentifikasi sebagai diagnosis glzi
adalah problem yang peranganannyaberupa terapi/intervensi gizi. Diagnosis gizi
adalah masalah gizi spesifikyang menjadi tanggung jawab dietisien untuk
menanganinya. Penamaanmasalah dapat merujuk pada terminologi diagnosis
gizipadalampiran 5.Beberapa terminologi yang sering Dipergunakan dan Lampiran
6.Terminologi Diagnosis Gizi
3) Tentukan etiologi (penyebab problem).
4) Tulis pernyataan diagnosis gizi dengan format PES (Problent-Etiologi-Signs and
Symptoms).

c). Domain Diagnosis Gizi


Diagnosis gizi dikelompokkan dalam 3 (tiga) domain yaitu:
1) Domain Asupan
2) Domain Klinis
3) DomainPerilaku-Lingkungan
Setiap domain menggambarkan karakteristik tersendiri dalam memberikontribusi
terhadap gangguan kondisi gizi.
1) Domain Asupan
Berbagai problem aktual yang berkaitan dengan asupan energi, zat gizi,cairan,
atau zat bioaktif, melalui diet oral atau dukungan gizi (gizi enteraldan parenteral).
Masalah yang terjadi dapat karena kekurangan(inadequate), kelebihan
(excessive) atau tidak sesuai (inappropriate).
Termasuk ke dalam kelompok domain asupan adalah:
(1) Problem mengenai keseimbangan energi
(2) Problem mengenai asupan diet oral atau dukungan gizi
(3) Problern mengenai asupan cairan
(4) Problem mengenai asupan zat bioaktif
(5) Problern mengenai asupan zat gizi, yang mencakup problem mengenai:
5.6. Lemak dan Kolesterol
5.7. Protein
5.8. Vitamin
5.9. Mineral
5.10. Multinutrien
2) Domain Klinis
Berbagai problem gizi yang terkait dengan kondisi medis atau fisik. Termasuk ke
dalam kelompok domain klinis adalah:
(1) Problem fungsional, perubahan dalam fungsi fisik atau mekanik
yangmempengaruhi atau mencegah pencapaian glzi y ang diinginkan
(2) Problem biokimia, perubahan kemampuan metabolisme zat glziakibat
medikasi, pembedahan, atalu yang ditunjukkan oleh perubahannilai
laboratorium
(3) Problem berat badan, masalah berat badan kronis atau perubahanberat
badan bila dibandingkan dengan berat badan biasanya

3) Domain Perilaku-Lingkungan
Berbagai problem gizi yang terkait dengan pengetahuan,
sikaplkeyakinan,lingkungan fisik, akses ke makanan, air minum, atau persediaan
makanan,dan keamanan makanan. Problem yang termasuk ke dalam
kelornpokdomain perilaku-lingkungan adalah:
(1) Problem pengetahuan dan keyakinan
(2) Problern aktivitas fisik dan kemampuan mengasuh diri sendiri
(3) Problem akses dan keamanan makanan
d). Etiologi Diagnosis Gizi
Etiologi mengarahkan intervensi gizi yang akan dilakukan. Apabila intevensigizi tidak
dapat mengatasi faktor etiologi, maka target intervensi giziditujukanuntuk mengurangi
tanda dan gejala problem gizi.Berbagai faktor etiologi yang dapat menyebabkan
masalah gizi adalah:
1 Etiologi keyakinan sikap Etiologi berkaitan dengan pendirian yang
diyakininya benar mengenai gizi, perasaan dan
emosi terhadap kebenaran tadi dan melakukan
aktivitasnya
2 Etiologi kultur Etiologi berkaitan dengan nilai, norma sosial,
kebiasaan, keyakinan agama dan sistem politik
3 Etiologi pengetahuan Faktor sebagai dampak tingkat pemahaman
mengenai makanan dan kesehatan atau
informasi dan petunjuk mengenai gizi
4 Etiologi fungsi fisik Etiologi berkaitan dengan kemampuan fisik
melaksanakan aktifitas tertentu
5 Etiologi fisiologi-metabolik Etiologi berkaitan dengan kondisi medis/
kesehatan yang berdampak pada gizi
6 Etiologi psikologis Etiologi berkaitan dengan masalah psikologis
7 Etiologi sosial-personal Etiologi berkaitan dengan riwayat personal atau
sosial pasien
8 Etiologi terapi Etiologi berkaitan dengan terapi medis, bedah
atau terapi lainya
9 Etiologi akses Faktor yang berkaitan dengan kesediaan dan
asupan makanan yang sehat, air, suplai
makanan
10 Etiologi perilaku Etiologi berkaitan dengan perilaku yang
mempengaruhi pencapaian tujuan asuhan gizi

c. Langkah 3 : Intervensi Gizi


Intervensi glzi adalah suatu tindakan yang terencana yang dituj ukar untuk
merubahperilaku gizi, kondisi lingkungan, atau aspek status kesehatan individu.
a). Tujuan Intervensi Gizi
Mengatasi masalah glzi yang teridentifikasi melalui perencaaaan danpenerapannya
terkait perilaku, kondisi lingkungan atau status kesehatanindividu, kelompok atau
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan gizi klien.

b). Komponen Intervensi Gizi


Intervensi gizi terdiri dari 2 (dua) komponen yang saling berkaitan yaituperencanaan
dan Implementasi.

1)Perencanaan
Langkah langkah perencanaan sebagai berikut :
(1) Tetapkan pdoritas diagnosis gizi berdasarkan derajat kegawatanmasalah,
keamanan dan kebutuhan pasien. Intervensi diarahkan untukmenghilangkan
penyebab (etiologi dari problem), bila etiologi tidakdapat ditangani oleh ahli
gizi maka intervensi direncanakan untukmengurangi tanda dan gejala
masalah (signsisimptoms).
(2) Pertimbangkan panduan Medical Nutrition Theraphy (MNT),penuntun diet,
konsensus dan regulasi yang berlaku.
(3) Diskusikan rencana asuhan dengan pasien , keluarga atau pengasuhpasien.
(4) Tetapkan tujuan yang berfokus pada pasien
(5) Buat stmtegi intervensi, misalnya modifikasi makanan, edukasi, konseling
(6) Merancang Preksripsi diet. Preskripsi diet adalah rekomendasikebutuhan zat
gizi pasien secara individual, mulai dari menetapkankebutuhan energi,
komposisi zat gizi yang mencakup zal gizi makrodan mikro, jenis diet, bentuk
makanan, frekuensi makan, dan rutepemberian makanan. Preskripsi diet
dirancang berdasarkanpengkajian gizi, komponen diagrosis gizi, rujukan
rekomendasi,kebijakan dan prosedur serta kesukaan dan nilai- nilai yang
dianut oleh pasien /klien.
(7) Tetapkan waktu dan frekuensi intervensi
(8) Identifikasi sumber-sumber yang dibutuhkan
2) Implementasi
Langkah langkah implementasi meliputi :
(1) Komunikasi rencana intervensi dengan pasien, tenaga kesehatan atautenaga
lain
(2) Melaksanakan rencana intervensi

c). Kategori Intervensi Gizi


Intervensi gizi dikelompokan dalam 4 (empat) kategori sebagai berikut :

1) Pemberian makanan/ diet (Kode intemasional -ND- Nutrition Delivery)Penyediaan


makanan atau zat gizi sesuai kebutuhan melalui pendekaanindividu meliputi
pemberian Makanan dan snack (ND.l), enteral danparenteral ( ND.2); suplemen
(ND.3); substansi bioaktif (ND.4); bantuansaat makan (ND.5); suasana makan
(ND.4) dan pengobatan terkait gizi(ND.5)

2) Edukasi (Kode intemasional -E- Education)


Merupakan proses formal dalam melatih karampilan atau membagipengetahuan
yang membantu pasien/ klien mengelola atau memodifikasidiet dan perubahan
perilaku secara sukarela untuk menjaga ataumeningkatkan kesehatan. Edukasi
gizi meliputi:
(1) Edukasi gizi tentang konten/materi yang bertujuan untukmeningkatkan
pengetahuan (E. 1 )
(2) Edukasi gizi penerapan yang bertujuan untuk meningkatkanketerampilan
(E.2)
Pedoman dasar pada edukasi gizi, mencakup:
(1) Sampaikan secara jelas tujuan dari edukasi
(2) Tetapkan prioritas masalah gizi sehingga edukasi yang disampaikantidak
komplek.
(3) Rancang materi edukasi gizi menyesuaikan dengan kebutuhanindividu
pasien, melalui pemahamal tingkat pengetahuannya,keterampilannya, dan
gaya/cara belajarnya.

3) Konseling (C)
Konseling gizi merupakan proses pemberian dukungan pada pasien/klienyang
ditandai dengan hubungan kerjasama antara konselor denganpasienlklien dalam
menentukan prioritas tujuan/target,merancang rencanakegiatan yang dipahami,
dan membimbing kemandirian dalam merawatdiri sesuai kondisi dan menjaga
kesehatan. Tujuan dari konseling giziadalah untuk meningkatkan motivasi
pelaksanaan dan penerimaan dietyang dibutuhkan sesuai dengan kondisi pasien.

4) Koordinasi asuhan gizi


Strategi ini merupakan kegiatan dietisien melakukan konsultasi,rujukanatau
kolaborasi, koordinasi pemberian asuhan gizi dengan tenagakesehatan/institusi/
dietisien lain yang dapat membantu dalam merawatatau mengelola masalah yang
berkaitan dengan gizi.
Pada langkah intervensi gizi ini dietisien harus berpikir kritis dalam hal:
a. Menetapkan prioritas dan target/goals
b. Menentukan preskripsi gizi atau perencaruBn dasar
c. Menggalanghubunganinterdisipliner
d. Intervensi perilaku awal dan hal terkait gizi lainnnya
e. Memadukan strategi intervensi gizi dengan kebutuhanpasien, diagnosis gizi,
dan nilai nilai pasien
f. Menentukan waktu dan frekuensi asuhan

d. Langkah 4 : Monitoring Dan Evaluasi Gizi


1) Tujuan Monitoring dan Evaluasi Gizi
Tujuan kegiatan ini untuk mengetahui tingkat kemajuan pasien dan apakah tujuan
atau hasil yang diharapkan telah tercapai. Hasil asuhan gizi seyogyanya
menunjukkan adanya perubahan perilaku dan atau status giziyang lebih baik.

2) Cara Monitoring dan Evaluasi


(1) Monitor perkembangan
a) Cek pemahaman dan kepatuhan pasien/klien terhadap intervensi gizi
b) Tentukan apakah intervensi yang dilaksanakan/ diimplementasikansesuai
dengan preskripsi glzi y ang telah ditetapkan.
c) Berikan buktilfakta bahwa intervensi gizi telah atau belum merubah perilaku
atau status gizi pasien/ klien.
d) Identifikasi hasil asuhan gizi yang positif maupun negatif
e) Kumpulkan informasi yang menyebabkan tujuan asuhan tidak tercapai
f) Kesimpulan harus di dukung dengan datal fakta
(2) Mengukur hasil
a) Pilih indikator asuhan gizi untuk mengukur hasil yang diinginkan
b) Gunakan indikator asuhan yang terstandar untuk meningkatkanvaliditas dan
reliabilitas pengukuran perubahan.
(3) Evaluasi hasil
a) Bandingkan data yang di monitoring dengan tujuan preskripsi giziatau standar
rujukan untuk mengkaji perkembangan dan menentukantindakan selanjutnya
b) Evaluasi dampak dari keseluruhan intervensi terhadap hasil kesehatanpasien
secara menyeluruh.

3) Objek yang dimonitor


Dalam kegiatan monitoring dan evaluasi dipilih Indikator asuhan gizi. Indikatoryang di
monitor sama dengan indikator pada asesmen gizi, kecuali riwayatpersonal.

4) Kesimpulan hasil monitoring dan evaluasi


Contoh hasil monitoring antara lain :
(1) Aspek gizi : perubahan pengetahuan, perilaku, makanan dan asupan, zatgizi
(2) Aspek status klinis dan kesehatan : perubahan nilai laboratorium, beratbadan,
tekanan darah, faklor risiko, tanda dan gejata, status klinis, infeksi,komplikasi,
morbiditas dan mortalitas
(3) Aspek pasien : perubahan kapasitas fungsional, kemandirian merawat dirisendiri
(4) Aspek pelayanan kesehatan : lama hari rawat

e. Dokumentasi Asuhan Gizi


Dokumentasi pada rekam medik merupakan proses yang berkesinambungan yang
dilakukan selama PAGT berlangsung. Pencatatan yang baik harus relevan, akurat
dan terjadwal.
1) Tujuan
Untuk komunikasi dan informasi yang berkelanjutan dalam tim kesehatan serta
menjamin keamanan dan kualitas pemberian asuhan giziyangdilakukan
2) Format dokumen
Format untuk proses asuhan gizi di RSIA Muhammadiyah Malang adalah ADIME
(Asesmen, Diagnosis, Intervensi, Monitoring-Evaluasi)
3) Tatacara
1) Tuliskan tanggal dan waktu
2) Tuliskan datadata yang berkaitan pada setiap langkah PAGT
3) Membubuhkan tanda tangan dan namajelas setiap kali menulis padacatatan
medik
Hal yang dicatat dalam rekam medis pada setiap langkah PAGT dapat dilihatpada tabel
3 berikut ini serta contoh kasus pada Lampiran 7:

f. Indikator Asuhan Gizi Dan Kriteria Asuhan Gizi


lndikator asuhan gizi adalah data asesmen gizi- yang mempunyai batasan yang jelasdan
dapat diobservasi atau diukur. Indikator asuhan gizi merupakan tanda dan gejala yang
menggambarkan keberadaan dan tingkat keparahan problem gizi yangspesifik, dan dapat
juga digunakan untuk menunjukkan keberhasilan intervensi gizi.Untuk melakukan
interpretasi dari indikator asuhan gizi ini perlu dilakukanperbandingan terhadap kriteria
asuhan gizi yang sesuai. Kriteria asuhan gizi yangakan dijadikan pembanding terhadap
indikator asuhan gizi ada beberapa jenis yaitu:

a) Preskripsi Diet
Preskripsi diet merupakan rekomendasi asupan energi, makanan atau zat gizi
secara individual yang sesuai dengan pedoman yang dijadikan acuan. Misalnya
asupan energi hasil recall 24 jam dibandingkan dengan kebutuhan energi dari
preskripsi diet untuk individu berdasatkan pedoman acuannya, Pedoman
perhitungan kebutuhan energi, protein dan air.(Lampiran 8).
b) Target
Sebagai contoh : target perubahan perilaku (kebiasaan gemar mengkonsumsi
makanan camilan menjadi tidak melakukan kebiasaan tersebut). Untuk perilaku
tidak ada preskripsi gizi.

c) Rujukan standar
Standar yang digunakan dapat berupa rujukan intemasional maupun nasional.
Misalnya untuk pembanding data antropometrik (WHO) atau laboratorium
(standar kadar gula darah mengikuti Konsensus Diabates Mellitus).
BAB V
DOKUMENTASI

Dokumentasi Asuhan Gizi meliputi :


1. Lembar Asuhan Gizi
2. Leaflet Materi Edukasi
3. Pedoman
4. Panduan
5. Kebijakan
6. Uraian Tugas
BAB VI
PENUTUP

Masalah gizi klinis adalah masalah gIzi yang ditinjau secara individual mengenai
apayang terjadi dalam tubuh seseorang, yang seharusnya ditanggulangi secara
individu.Demikian pula masalah gizi pada berbagai keadaan sakit yang secara langsung
ataupun tidaklangsung mempengaruhi proses penyembuhan, harus diperhatikan secara
individual. Adanyakecenderungan peningkatan kasus penyakit yang terkait dengan gizi,
nutrition relatedcliseose pada semua kelompok rentan dari ibu hamil, bayi, anak, remaja,
dewasa dan usialanjut, semakin dirasakan perlunya penanganan khusus. Semua ini
memerlukan pelayanangizi yang bermutu untuk mempertahankan status gizi yang optimal,
sehingga tidak terjadikurang gizi dan untuk mempercepat penyembuhan. Oleh karena itu
pelayanan gizi dirumahsakit yang merupakan hak setiap orang, memerlukan adanya sebuah
panduan agar diperolehhasil pelayanan yang bermutu.
Panduan PAGT ini diharapkan dapat menjadi pegangan atau acuan bagi rumah
sakitterutama tenaga gizi dan tim asuhan gizi untuk melaksanakan kegiatan pelayanan gizi
sesuaidengan indikator yang telah ditetapkan. Oleh karena itu agar PAGT dapat
diimplementasikandengan baik, perlu koordinasi dan keterlibatan semua pihak, serta dukungan
dari tenagamedis dan paramedis lainnya.
Dalam proses penyusunan panduan ini tidak menutup kemungkinan
adanyaketidaksempurnaan, sehingga dukungan dan saran yang membangun sangat kami
harapkan.Semoga panduan ini dapat bermanfaat dalam upaya peningkatan pelayanan gizi di
fasilitaspelayanan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI,2006, Pedoman PGRS DepKes, Jakarta

Kemenkes RI, 2014, Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT)

Kemenkes RI, 2013, Pedoman PGRS, DepKes, Jakarta

lnstalasi Gizi Perjan RS Dr. Cipto Mangunkusumo dan Asosiasi Dietisien Indonesia, 2AAS,
Penuntun Diet Edisi Baru, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang, 2011, Perhitungan Kebutuhan Gizi,Malang

Moehyi, S, 1992, Penyelenggaraan Makanan Institusi dan Jasa Boga,Bhiatara Niaga Media,
Jakarta

Mukrie, N, 1994, Manajemen Pelayanan Gizi Intitusi, Proyek Pengembangan Pendidikan


Tenaga Gizi Pusat, Jakarta

Mukrie, N, 1990, Manajemen Pelayanan Gizi Intitusi Lanjut, Proyek Pengembangan


Pendidikan Tenaga Gizi Pusat, Jakarta

Soekirman dkk, 2006, Hidup Sehat Gizi Seimbang dalam Siklus Kehidupan Manusia,
Primamedia Pustaka, Jakarta
Lampiran 1 : Lembar Asuhan Gizi Rawat Jalan Anak
RSIA MUHAMMADIYAH MALANG
ASUHAN GIZI RAWAT JALAN ANAK
RSIA MUHAMMADIYAH MALANG
ASUHAN GIZI RAWAT JALAN DEWASA
DPJP AHLI GIZI

(...........................................) (...........................................)
Lampiran 4: Pedoman Pengukuran Antropometri
PENGUKURAN ANTROPOMETRI

A. BERAT BADAN
Timbangan merupakan salah satu alat ukur antropometri yang sudah tidak asinglagi bagi
sebagian besar orang. Dengan alat ini seseorang dapat mengetahui berat badan aktual mereka
yang kemudian dapat digunakan untuk menilai apakah berat badanseseorang dikatakan normal
atau tidak.

Gambar 1. Timbangan berat badan

Cara mengukur berat badan untuk orang dewasa :


1. Digunakan pakaian biasa (usahakan dengan pakaian minimal), subjek tidakmenggunakan
alas kaki.
2. Dikalibrasi alat yang akan digunakan sebelum pengukuran.
3. Dipastikan timbangan berada pada penunjukkan skala dengan angka 0,0.
4. Subjek berdiri di atas timbangan dengan berat yang tersebar merata pada kedua kakidan
posisi kepala dengan pandangan lurus ke depan diusahakan tetap tenang.
5. Dibaca berat badan dengan tampilan skala 0,1 kg terdekat
Cara menukur berat badan untuk anak :
1. Untuk menimbang bayi, setelah hasil timbangan ibu dicatat, kemudian normalkan
timbangan sampai angka nol dan keluar tanda/gambar bayi.
2. Berikan bayi pada ibu kemudian baca hasil timbangan.
3. Catathasil timbangan bayi
Titik Kritis:
1. Lepaskan sepatu dan benda yang bisa memberatkan
2. Posisi badan tegak
3. catat hasil timbangan dengan menggunakan alat yang ketelitiannya 0.1 kg.
4. untuk menimbang bb bayi,normalkan kembali setelah ibu di timbang.
B. PANJANG BADAN
Cara mengukur Panjang Badan :
1. Siapkan alat pengukuran panjang badan,letakkan alat pada permukaan yang
datar,lalurangkai alat dengan benar.
2. Tarik papan penggeser sampai menempel rapat ke dinding tempat menempelnyakepala.
3. Beri alas pada papan tempat anak di baringkan.
4. Lepas semua asesoris yang menempel di rambut agar tidak mengganggu pengukuran
5. Tidurkan bayi/ anak pada alat dengan posisi kepala menempel pada dinding papanatas.
6. Tangan kiri pengukur memegang bagian lutut, tangan kanan memegang telapak
kakisampal berdiri, lalu geser alat sampai menekan telapak kaki bayi/anak.
7. Asisten memegang bagan kepala anak agar menempel dinding bagian atas alat.
8. Pandangan anak lurus, jika anak rewel minta bantuan kepada orang tua untukmengajak
bicara, sehingga pandangan lurus, antara mata dengan telinga membentuk90 derajat.
9. Tekan lutut dan telapak kaki harus lurus, apabila telapak kaki anak tidak tegak, makausap
telapak kaki hingga kembali lurus.
10. Geser alat sampai menekan telapak kaki bayi/anak.
11. Baca hasil ukur dalam akurasi I m, dan catat

C. TINGGI BADAN
Mikrotoise adalah alat yang digunakan untuk mengukur tinggi badan seseorang. Dalam
menggunakan mikrotoise seseorang perlu berhati-hati dan teliti saat memasangalat sebelum
digunakan. Selain itu perlu diperhatikan pula prosedur pelaksanaanpengukuran tinggi bada
yang tepat untuk mendapatkan hasil yang benar. Berikut adalah
hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan mikrotoise, antara lain:

Gambar 2. microtoise

Cara mengukur Tinggi Badan :


1. Pilihlah tempat dengan dinding vertical (sedapat mungkin 90 derajat) danpermukaan lantai
yang horizonal (180 derajat).
2. Letakan microtoise di lantai dan tarik pita sentimeter ke atas sepadang dindingsampai
angka "0" muncul dan persis pada penunjuk angka microtoise.
3. Pasang ujung microtoise pada dinding dengan paku/ lakban.
4. Periksa kembali alat penunjuk angka pada microtoise di lantai apakah masihmenunjukan
angka "0". Jika tidak pasang ulang posisi microtoise yang benar.
5. subjek yang akan diukur tidak boleh menggunakan alas kaki dan topi.
6. Mikrotoa digeser ke atas sehingga lebih tinggi dari subjek yang akan di ukur.
7. Pastikan bahwa subjek tersebut tidak menggunakan alas kaki dan tutup kepala(Topi).
8. Subjek yang akan diukur berdiri tegak lurus dan rapat ke dinding tepat dibawamicrotoa
(kepala bagian belakang, bahu bagian belakang pantat dan tumit harusrapat ke dinding
serta pandanganratake depan)
9. Geser mikrotoa sampai menyentuh tapat pada bagian atas kepala dan pastikan
sisimikrotoa tetap menempel rapat ke dinding.
10. Lalu baca penunjukan mikrotoa dengan pembacaan dilakukan dari arah depantegak lurus
dengan mikrotoa (Posisi pembacaan sangat mempengaruhi hasiltinggi badan.
11. Pencatatan tinggi badan dilakukan dengan ketelitian satu angka sibelakang koma (0,1)

Gambar 3. Posisi yang Benar Mengukur Tinggi Badan

D. LINGKAR LENGAN ATAS


Pita LILA (Lingkar Lengan Atas) biasa digunakan untuk mengukur lingkar lenganatas dari
lengan kiri atau lengan yang tidak aktif. Pita ukur ini terbuat dari kartonberukuran 36,8 x 3,5 cm
dengan lubang di ujungnya dan memiliki skala dalam ukuransentimeter di kedua sisinya. Sisi
pertama untuk mengukur lingkar lengan atas dan sisilainnya untuk mengukur berat badan.
Warna putih menandakan bahwa berat badan/lingkar lengan atas yang cukup, sedangkan
warna merah merah menandakanbahwa beratbadan/lingkar lengan atas kurang.

Gambar 4. Pita LILA

Hasil pengukuran LILA < 23,5 cm biasanya dipakai untuk menunjukkan bahwaseorang
wanita usia subur atau wanita hamil beresiko menderita KEK (Kurang EnergiKronis). Selain
digunakan untuk menilai resiko KEK seorang wanita, hasil pengukuranLILA juga dapat dipakai
untuk mencari tahu nilai BMI. Dalam sebuah penelitian yangdilakukan oleh Powell dan
Hennessy (2003) terhadap 156l pasien emergensi di suaturumah sakit didapatkan hasil bahwa
terdapat hubungan yang cukup dekat antaraBMl dan
LILA yang dinyatakan dalam persamaan:

Cara mengukur Lingkar Lengan Atas :


1. Ditentukan titik mid point pada lengan
2. Subjek diminta untuk berdiri tegak
3. Diminta subjek untuk membuka lengan pakaian yang menutupi lengan kiri atas (bagiyang
kidal gunakan lengan kanan).
4. Ditekukan subjek 90, dengan telapak tangan dihadap keatas. Pengukur berdiri dibelakang
subjek dan ditentukan titik tengah antaratulang atas pada bahu kiri dan siku
5. Ditandai titik tengah tersebut dengan pena
Gambar 5. Cara Menentukan Titik Tengah

E. TINGGI LUTUT
Pengukuran tinggi badan menggunakan tinggi lutut digunakan untuk pasien yangtidak
dapat berdiri dengan tegak seperti Lansia ataupun yang sedang tirah baring (bed rest)
sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukannya pengukuran tinggi badan secaranormal.
adapun langkah- langkahnya sebagai berikut :
1. Pasien terlentang pada tempat tidur dengan posisi tempat tidur rata
2. Paha dan betis kiri membentuk sudut siku-siku (90 derajat). Hal ini dapat dibantudengan
diberikan penyangga diantara paha dan betis pasien
3. Pasang alat pengukur tepat pada telapak kaki bagian tumit dan lutut. Jika tidak adadapat
menggunakan meteran
4. Baca dan catat hasil pengukuran tersebut
Selain dalam kondisi terlentang, pasien juga dapat diukur dalam posisi duduk.adapun
langkah-langkahnya sebagai berikut :
1. Pasien dalam kondisi duduk siap (badan tegak, tangan bebas kebawah dan
wajahmenghadap kedepan)
2. Lutut kaki membentuk sudut 90 derajat
3. Tempatkan alat pengukur tinggi lutut pada kaki sebelah kiri
4. Baca dan catat hasil pengukuran tersebut

Selanjutnya estimasi menggunakan rumus :


Laki laki = 64,19 + (2,02 TL) - (0,04 U)
Perempuan = 84,88 + (1,83 TL) - (0,24 U)

Catatan :
1. lebih tepat untuk lansia
2. Digunakan bila px tidak dapat ditimbang dan harus bed rest total
3. Bisa untuk mencari BB ideal berdasar TB (sementara)

F. PERHITUNGAN BERAT BADAN IDEAL

1. Berat Badan Ideal (BBI)


a. bayi (anak 0-12 bulan)
b. BBI= (umur (bln) /2 ) + 4
2. BBI untuk anak (1-10 tahun)
BBI=(umur (thn) x 2)+8
3. Remaja dan dewesa
BBI = (TB - 100) - (TB - 100) x 10%
Atau
BBI=(TB-100)x90%
Keterangan:
TB: Tinggi badan (cm)

Jika Anda telah selesai menghitungnya, maka yang Anda peroleh adalah berat badanideal
yang seharusnya Anda miliki. Tapi jangan takut jika berat badan Anda tidak masukhitungan
ideal karena hasil hitungan rumus ini adalah angka relatif, sebab range beratbadan normal
yang dimiliki setiap orang adalah plus/minus l0% berat idealnya,Jika data TB tidak diketahui
maka harus menggunakan cara pengukuran yang lain.Misalnya pada pasien ascites atau
eudeme anasarka, Berat badan aktual (selain juga bisakonversi -30% dari BB aktual), atau
pada pasien pasca bedah, tidak mungkin di ukurtingginya, jadi dilakukan konversi dari nilai
antropomentri Tinggi lutut atau rantanglengan.

TB berdasarkan Tinggi Lutut (TL)


TB Pria = 6,50 + (1,38 + TL) - (0,08 x U)
TB Wanita =89,68 + (1,53 x TL) - (0,17 x U)
TB berdasarkan Rentang Lengan (RL)
TB Pria =118,24 + (0,28 x RL) - 0,07 x U)
TB Wanita = 63,18 + (0,63 x RL) - 0,17 x U)
Keterangan :
U = Umur (tahun)

G. PERHITUNGAN BERAT BADAN IDEAL UNTUK DEWASA


Perempuan :TB2x21
Laki-laki : TB2 x21,5
(Pedoman Pelayanan Dietetik RS, Depkes RI)

RUMUS BROCCA MODIFTKASI


Perempuan : (TB - 100) - (l0% TB - 100), atau
Untuk TB < 160 cm atau berumur> 40 tahun TB - 100
Laki laki : (TB - 100) - (l0% TB - 100), atau
Untuk TB < 150 cm atau berumur > 40 tahun TB - 100
(Pedoman Pelayanan Diabetik RS, Depkes RI)

LLA untuk menentukan status gizi pasien yang tidak bisa ditimbang

Penentuan status gizi berdasarkan Baku Harvard (atau WHO-NCHS) menggunakan


persentil ke-50
H. STATUS GIZI DEWASA
Indeks Massa Tubuh / IMT (Body Mass Indeks) digunakan pada orang dewasa yang
bisa diukur BB dan TB, umur ≥ I8 tahun, dengan rumus :

IMT = BB (kg) / TB (m)2

KRITERIA IMT :

 Depkes RI, Riskesdas 2007

Tabel BMI-nya

Keterangan :
Warna biru kurang berat
Wama hijau sehat
Warna kuning kelebihan berat
Warna oranye obesitas
Wama merah obesitas berlebih

 WHO Tahun 2000

Sumber : WHO, 1995, WHO, 2000 dan 2004

 Pengkajian Status Gizi FKUI tahun 2003

 Kriteria Status Gizi berdasarkan LLA/U

 Jelliffe, Bistrian and Blackbum dalam pengkajian Status Gizi Studi Epidemiologi
I. STATUS GIZI ANAK
Menggunakan persentil median
Status Gizi : (BBA/BBI) X 100%
Dengan kriteria menurut Waterlow (1972)

(Nutrition Growt - Development, 2006)


Lampiran 5. Beberapa terminologi yang sering dipergunakan

1. NL2.1. Asupan Oral Tidak Adekuat


Definisi
Asupan makanan atau minuman secara oral kurang dari standar referensi ataurekomendasi
berdasarkan kebutuhan fisiologis.
Catatan : diagnosis gizi ini tidak termasuk asupan melalui pipa NGT Diagnosis gizi initidak
dapat diterapkan ketika tujuannya adalah penurunan berat badan,perawatan akhirhidup,pada
inisiasi pemberian makanan atau saat kombinasi nutrisi oral , enteral dan parenteral.

Etiologi
a. Keadaan fisiologis yang menyebabkan peningkatan kebutuhan zat gizi seperti penyakit
katabolik dalam jangka waktu yang lama
b. Penurunan kemampuan untuk mengonsumsi energi yang cukup seperti
peningkatankebutuhan gizi selama penyakit katabolik dalam jangka waktu yang lama
c. Kurangnya atau terbatasnya akses terhadap makanan, misalnya keterbatasan
ekonomi,pembatasan makanan yang diberikan kepada manula dan atau anak-anak.
d. Terbatasnya daya terima makanan akibat faktor fisiologis atau prilaku, keengganandan
atau sikap perilaku yang tidak mendukung.
e. Budaya yang dapat mempengaruhikemampuan untuk mengakses makanan
f. Kurang pengetahuan gizi dan makanan terutama asupan makanan dan minumanmelalui
oral yang tepat
g. Penyebab psikologis misalnya depresi dan gangguan makan

Tanda/Gelaja
Indikator potensial diagnosa gizi ( harus ada satu atau
Kategori Asesmen gizi
lebih)
Data biokimia, tes dan prosedur
medis
Pengukuran antropometri Kehilangan/penurunan berat badan, kecepatan
pertumbuhan yang tidak sesuai
tanda-tanda fisik terkait gizi - Kulit kering, membran mukosa, turgor kulit rendah
- Anorexia, mual, muntah
- Perubahan indera pengecap dan perasa
- Adanya tanda klinis defisiensi vitamin/ mineral
Riwayat makan/nutrisi Hasil pengamatan dari :
- Perkiraan asupan energi atau protein berkualitas tinggi
yang tidak mencukupi bila dibandingkan dengan kebutuhan
- Keterbatasan ekonomi yang menghambat
ketersediaanmakanan
- Konsumsi alkohol atau obat-obatan lainnya yang
berlebihan yang mengurangi rasa lapar
- Obat-obatan yang menyebabkan anorexia
- Keterbatasanasupan makanan dan minuman yang
tidakkonsisten dengan standar rujukan gizi berdasarkan
jenis.
macam dan kualitas diet
- Kepercayaan yang tidak tepat terhadap makanan,
kelompok makanan, suplemen atau dukungan gizi.
Riwayat personal - Kondisi yang berkaitan dengan diagnosisatau penanganan
penyakit katabolik seperti AIDS,TB,anorexia
nervosa.sepsis/infeksi akibat pembedahan,depresi, nyeri
akut atau kronis.
- Malabsorbsi protein dan atau zat gizi.

2. NI.5.2. Malnutrisi
Definisi
Asupan protein dan atau energi yang tidak adekuat dalam jangka waktu yang lama
danmenyebabkan hilangnya cadangan lemak tubuh dan atau pengerutan otot
termasukmalnutrisi yang berkaitan dengan kelaparan, malnutrisi terkait penyakit kronis
danmalnutrisi terkait penyakit akut atau injury.

Etiologi
a. Kondisi fisiologis akibat penyakit akut atau kronis atau injury/ trauma yangmenyebabkan
peningkatakan kebutuhan gizi
b. Perubahan dalam struktur dan atau fungsi saluran cerna.
c. Kurangnya atau terbatasnya akses terhadap makanan, misalnya keterbatasan ekonomi,
pembatasan makanan yang diberikan kepada manula dan atau anak-anak,orang-orang
terlantar
d. Agama dan budaya yang mempengaruhi kemampuan untuk mengakses makanan
e. Kurangnya Pengetahuan tentang makanan dan zat gizi terutama mengenai jumlah energi
dan jumlah sertajenis protein
f. Penyebab psikologis, misalnya depresi atau gangguan makan

Tanda/Gelaja(mendefinisikan karakteristik)
Kategori Asesmen gizi Indikator potensial diagnosa gizi ( harus ada satu atau lebih)
Data Biokimia, Tes dan
Prosedur Medis
Pengukuran  Malnutrisi yang dapat dilihat dari berat badan BMI/IMT IMT
antropometri <18,5 menunjukkan underweight, IMT untuk lansia (>65 tahun)
<22,lMT anak-anak IMT <5 persentil
 Gagal tumbuh misalnya kegagalan percepatan pertumbuhanatau
keterlambatan perkembangan
 Pertambahan berat badan ibu hamil yang tidak adekuat .
Kehilanagn berat badan, dewasa >20% dalam I tahun, >l0%
dalam 6 bulan, > 7,5 % dalam 3 bulan, >5% dalam Ibulan, > 1
sampai 2 % dalam I minggu .
 Pertumbuhan anak-anak, tidak mencapai berat badan
yangdiharapkan dan atau penurunan kurva pertumbuhan,
melewatidua atau lebih persentil pada grafik pertumbuhan
 Underweight dengan kehilangan lemak tubuh dan atau otot.
Tanda tanda fisik terkait  Hilang lemak subkutan misalnya. Orbitall, trisep, lemakdiatas
gizi tulang rusuk.
 Kehilangan otot seperti Pengecilan otot teporalis,
klavikula(pectoralis dan punggung), bahu (punggung), otot
interoseus.tulang belikat (latissimus dorsi, trapezious, deltoids),
paha(paha depan) dan betis (gastrocnemius).
 Akumulasi cairan general atau terlokalisir (
ekstremitas,vulvar/scrotal, asites)
 Perubahan indikator fungsional misalnya kekuatan
menggenggam
Riwayat makan/nutrisi Hasil pengamatan dari:
 Perkiraan asupan energi<50%-75% dari perkiraan RMR atau
RMR yang terukur
 Tidak dapat atau tidak mau mangonsumsi energi / protein yang
cukup untuk mempertahankan berat badan yang ideal
 Menghindari makanan dan atau tidak tertarik untuk makan
 Konsumsi alkohol yang berlebihan atau obat obatan lain yang
mengurangi nafsu makan
 Perubahan indikator fungsional, misalnya kekuatan
menggenggam atau ukuran lain dari aktivitas fisik dan atau
kekuatan
Riwayat personal  Infeksi mayor seperti, sepsis, pneumonia, peritonitis,infeksi
akibat luka, Iuka bakar berat, trauma, cedera kepala tertutup,
cedera paru akut, sindrom gangguan pernapasan pada orang
dewasa, dan operasi mayor yang berhubungan dengan
malnutrisi pada penyakit atau cedera akut
 Diagnosis medis dari malnutrisi termasuk malnutrisipenyakit
atau cedera akut, malnutrisi pada penyakitkondisi kronis dan
malnutrisi akibat kondisi sosiallingkungan

3. NI.5.1 Peningkatan Kebutuhan (Spesifik)


Definisi
Peningkatan kebutuhan untuk zatgizi spesifik dibandingkan dengan referensi standar
ataurekomendasi berdasarkan kebutuhan fisiologis.
Etiologi
Kumpulan faktor-faktor selama proses penilaian gizi yang berkontribusi pada keadaanatau
penatalaksanaan masalah-masalah patofisiologi, situasional, psikososial,perkembangan
Iingkungan, budaya dan atau Iingkungan
a. Gangguan absorpsi atau metabolisme zat gizi misalnya akibat dari pengobatan
b. Perubahan fungsi organ terkait fungsi GI, seperti pakreas dan hati
c. Penurunan fungsi usus misalnya short bowel syndrorne
d. Penurunan atau perubahan fungsi usus seperti celiac disease, chron's disease
e. Peningkatan kebutuhan zat gizi seperti percepatan pertumbuhan, penyembuhan luka,dan
infeksi kronis.

Tanda / Gejala (mendefinisikan karakteristik)


Kategori Asesmen gizi Indikator potensial diagnosa gizi ( harus ada satu atau lebih)
Data Biokimia, Tes dan  Menurunnya kolesterol total<160 mg/dl, albumin, pre albumin,
Prosedur Medis protein c-reaktif adanya indikasi peningkatan stress dan
peningkatan kebutuhan metabolisme.
 Elektrolit mineral (seperti kalium, magnesium,fosfor) yang tidak
normal
 Kehilangan urin dan feses yang spesifik atau berkaian dengan
zat gizi (seperti lemak tinja, tes d-xylose)
 Kekurangan vitamin dan atau mineral
Pengukuran  Gagal tumbuh, berdasarkan referensi standar pertumbuhan
antropometri National center for Health Statistic (NCHS) dan gagal tumbuh
janin
 Kehilangan berat badan yang tidak direncanakan >5% dalam
1bulan atau ) 10% dalam 6 bulan
 Gizi kurang (IMT <18,5)
Tanda-tanda fisik terkait  Bukti klinis defisiensi vitamin/mineral (seperti rambut rontok,
gizi gusi berdarah dan kuku tampak pucat)
 Kehilangan integritas kulit, penyembuhan luka yang lama,
atautukak lambung
 Kehilangan masa otot dan lemak subkutan
Riwayat makan/nutrisi  Laporan atau Observasi dari: Estimasi asupan
makanan/suplemen yang mengandung zat gizikurang daripada
estimasi kebutuhan yang seharusnya.
 Asupan makanan yang tidak mengandung jumlah zat gizi
yangseharusnya (seperti terlalu lama mengolah, terlalu
lamadimasak, dan penyimpanan yang tidak benar)
 Rendahnya pengetahuan mengenai makanan dan zat
gizi(seperti kurangnya informasi, informasi yang salah
atauketidakpatuhan terhadap diet) . Pengobatan berpengaruh
terhadap absorpsi atau metabolisme
 dari zat gizi y ang dibutuhkan . Atlet atau ihdividu aktif yang
memiliki intensitas aktivitas
 fisik yang tinggi
Riwayat personal  Kondisi yang terkait dengan diagnosis tentang diagnoisa
seperti reseksi usus sepertrreseksi usus, penyakit
chron,HIV/AIDS, luka bakar, kelahirar
 prematur,malnutrisi

4. NC.1.1 Kesulitan Menelan


Definisi
Gangguan atau kesulitan menelan makanan atau minuman di dalam rongga mulut kelambung

Etiologi
a. penyebab mekanik: inflamasi, pembedahan, struktur alau tumor mulut,kerongkongan dan
esophagus, pasien yang menggunakan ventilator
b. Gangguan motorik Sclerosis, Sclerodema, atau permaturitas, gangguan
mengisap,menelan, gangguan pola nafas dan sebagainya.

Tanda / Gejala (mendefinisikan karakteristik)


Kategori Asesmen gizi Indikator potensial diagnosa gizi ( harus ada satu atau lebih)
Data biokimia, tes dan Pemeriksaan radiologi : misalnya tes menelan abnormal
Prosedurmedis
Tanda-tanda fisik terkait  Bukti klinis defisiensi vitamin/mineral (seperti rambut rontok,
gizi gusi berdarah dan kuku tampak pucat)
 Kehilangan integritas kulit, penyembuhan luka yang lama, atau
tukak lambung
 Kehilangan masa otot dan lemak subkutan
Riwayat makan/nutrisi Laporan atau Observasi dari
 Estimasi asupan makanan/suplemen yang mengandung zat
gizikurang daripada estimasi kebutuhan yangseharusnya.
 Asupan makanan yang tidak mengandung jumlah iat gizi yang
seharusnya (seperti terlalu lama mengolah, terlalu lama
dimasak, dan penyimpanan yang tidak benar)
 Rendahnya pengetahuan mengenai makanan dan zat
gizi(seperti kurangnya informasi, informasi yang salah
atauketidakpatuhan terhadap diet)
 Pengobatan berpengaruh terhadap absorpsi atau
metabolismedan zat giziyang dibutuhkan
 Atlet atau individu aktif yang memiliki intensitas aktivitasfisik
yang tinggi
Riwayat personal  Kondisi yang terkait dengan diagnosis atau perawatan seperti
reseksi usus, penyakit chron, HIV/AIDS, luka bakar, kelahiran
prematur, malnutrisi

5. NC. 1.2 Kesulitan Mengunyah Atau Mengigit


Definisi
Ketidakmampuan menggigit atau menguyah makanan untuk membentuk bolus
sehinggamakanan dapat ditelan

Etiologi
Craniofacial malformations Bedah mulut (Oral surgery)
Disfungsi otot saraf ( Neuromuscular disfunction)
Kehilangan gigi sebagian atau total Manifestasi atau oral dari penyakit
Sistemik Mulut kering (Xerostomia)

Tanda Dan Gejala Karakter Penentu


Kategori Asesmen gizi Indikator potensial diagnosa gizi ( harus ada satu atau lebih)
Data Biokimia, Tes dan -
Prosedur Medis
Pengukuran -
antropometri
Tanda-tanda fisik terkait  Ompong Ompong sebagian atau seluruhnya
gizi  Perubahan saraf kepala ( V, VII, IX,X, XII)
 Mulut kering
 Lesi oral yang mengganggu kemampuan makan
 Gangguan pada gerakan lidah
 Gigi tidak rapih atau patah
Riwayat makan/nutrisi Adanya informasi atau hasil observasi menunjukkan
 Penurunan estimasi asupan makanan
 Perubahan estimasi makanan dari biasanya .
 Penurunan estimasi asupan atau menghindari makanan
yangutuh (perlu dikunyah) seperti kacang tanah, konsumsi
daging.unggas, ikan, buah dan sayuran secara utuh
 Menghindari tekstur makanan sesuai usianya .
 Memuntahkan makanan atau waktu
Riwayat personal  Kondisi yang berkaitan dengan diagnosis medis atau
pengobatan :
- Alkoholism; Alzheimer's; kanker kepala, Ieher, faring; cerebral
palsy; celah bibir, celah langit langit, infeksijaringan lunak
mulut ( candidiasis, leukplakia); kesiapanmental kurang;
penyakit sistemik mulut bermanifestasi kemulut ( rheumatoid
arthritis, lupus, crohn's disease,pemphigus vulgaris, HIV,
diabetes)
 Baru mengalami bedah mulut mayor
 Penggunaan rangka metal pada rahang (wired jaw)
 Kemoterapi dengan efek samping pada mulut
 Terapi radiasi pada rongga mulut

6. NC. 1.3 Kesulitan Menyusui


Definisi
Ketidak mampuan bayi untuk menyusui atau mempertahankan bayi untuk menyusui

Etiologi pada Anak


Kesulitan pergerakan lidah karena frenulum pendek
Kemampuan mengisap buruk
Mulut sakit
Malnutrisi/ malabsorpsi
Letargi, mengantuk berat
Irritabilitas
Kesulitan menelan
Memperkenalkan makanan melalui botol atau rute lain yang dapat mempengaruhiMenyusui

Etiologi pada lbu


Sakit pada payudara atau putting
Payudara atau putting abnormal
Mastitis
Persepsi salah atau pemberian ASI inadekuat
Kurang dukungan social atau lingkungan
Tradisi yang mempengaruhi kemampuan untuk menyusui
Tanda Dan Gejala Karakter Penentu
Kategori Asesmen gizi Indikator potensial diagnosa gizi ( harus ada satu atau lebih)
Data Biokimia, Tes dan  Hasil lab : Adanya dehidrasi (bayi)
Prosedur Medis  Popok basah Egrang dari 6 selama 24 jam(bayi)
Pengukuran  Berat badan menurut atau tidak ada penambahan BB (bayi)
antropometri
Tanda-tanda fisik terkait  Frenulum abnormal ( bayi)
gizi  Muntah dan diare ( bayi)
 Lapar, kurang puas setelah disusui ( bayi)
Riwayat makan/nutrisi  Adanya informasi atau hasil observasi pada bayi menunjukkan
 Batuk
 Menangis, laktasi yang tidak lancar, menindih payudara
 Frekuensi/ lama pemberian ASI menurun, menghentikan ASI
terlalu dini dan atau menolak disusui
 Letargi
Riwayat personal  Adanya informasi atau hasil observasi pada ibu menunjukkan :
 Volume ASI sedikit saat di pompa
 Kurang percaya diri saat menyusui
 Tidak mendengar bayi menelan
 Kurang dukungan ibu untuk menyusui
 Pengetahuan kurang untuk menyusui atau mengenali
tandatanda kenyang dan lapar
 Kurang fasilitas untuk menyusui di tempat kerja atau tempat
umum
 Kondisi bayi yang berkaitan dengan diagnosis medis atau
pengobatan:
 Celah bibir / langit – langit, lahir premature, infeksi
 Kondisi ibu yang berkaitan dengan diagnosis medis atau
pengobatan:
 Mastitis, candidiasis, engorgement, riwayat bedah payudara

7. NC. 1.4 Perubahan Fungsi Saluran Perncernaan


Definisi
Perubahan dalam digesti, absorpsi dan atau eliminasi

Etiologi
a. Perubahan struktur dan atau fungsi saluran pencernaan
b. Perubahan motilitas saluran pencernaan
c. Perubahan fungsi eksokrin berkaitan dengan manifestasi saluran cerna misalnya pankreas,
hati
d. Penurunan fungsional ukuran saluran cerna misalnya Short bowel syndrome
Tanda dan gejala karakter penentu
Kategori Asesmen gizi Indikator potensial diagnosa gizi ( harus ada satu atau lebih)
Data Biokimia, Tes dan  Hasil pemeriksaan enzim pencernaan dan lemak fesesabnormal
Prosedur Medis  Test hydrogen bernafas, test d-xylose, kultur feses,
tespengosongan lambung, dan atau walctu transit usus
besarabnormal
 Hasil pemeriksaan endoskopi dan kolonoskopi, biopsyabnormal
 Profil anemia abnormal
 Hasil laboratorium vitamin, mineral, asam lemak, trace element
dan PTH abnormal
Pengukuran  Kehilangan BB > 5 % dalam 1 bulan atau ≥ 10% dalam 6 bulan
antropometri  Stunted atau gagal tumbuh pada anak anak
Tanda-tanda fisik terkait  Distensi abdomen
gizi  Bising ususmeningkat (atau terkadang menurun)
 "wasting" akibat malnutrisi pada kasui kasus beiat
 Anoreksia, mlal, muntah, diarem steatorrhea, konstipasi.sakit
perut, reflux, gas
 adanya defisiensi vitamin, mineral seperti glositis,cheilosis, lesi
mulut, skin rash dan rambut rontok
Riwayat makan/nutrisi  Adanya informasi atau hasil observasi
menunjukkan:
Menghindari atau membatasi jumlah makanan yang dikonsumsi
atau makanan tertentu dari beberapa kelompok bahan makanan
karena gangguan GI seperti kembung, kram, sakit, diare,
steatorrhea terutama setelah mencerna makanan
Riwayat personal  Kondisi yang berkaitan dengan diagnosis medis atau
pengobatan : Malnutrisi atau malabsorbsi,maldisesti,
steatorrhea, ostruksi, konstipasi, divericulitis, penyakit crohn's,
inflammatory bowel disease
 Prosedur bedah seperti esophagectomy, dilatasi, fundoplication,
gastrectomy, vagatomy, gastric by pass, reseksi usus besar

8. NC. 2.I Utilisasi Zat Gizi terganggu


Definisi
Perubahan kemampuan untuk melakukan metabolisme zat gizi dan substansi bioaktif

Etiologi
a. Perubahan fungsi endokrin yang terkait dengan organ gastrointestinal ( misalnyapancreas,
hati, pituitary dan paratiroid)
b. Gangguan metabolik termasuk inborn error metabolism
c. Obat obatan yang dapat mempengaruhi metabolisme zat gizi
d. Kecanduan alkohol atau obat obatan
Tanda dan Gejala – Karakter penentu
Kategori Asesmen gizi Indikator potensial diagnosa gizi ( harus ada satu atau lebih)
Data Biokimia, Tes dan  Test Inborn error metabolism menunjukkan abnormal
Prosedur Medis  Test Fungsi ginjal abnormal
 Profil anemia abnormal
 Honnon pituitory abnormal
 Defisiensi vitamin dan atau mineral
 Hipoglikemia, hiperglikemia
 Tes densitas mineral tulang, PTH abnormal
Pengukuran  Kehilangan BB ≥ 5 % dalam 1 bulan atau ≥ l0 % dalam 6bulan
antropometri  Pada anak anak : stunted atau gagal tumbuh
Tanda-tanda fisik terkait  Adanya difisiensi vitamin dan mineral misalnya glossytis,
gizi cheilosis, lesi pada mulut
 Kurus, berpenampilan wasted
Riwayat makan/nutrisi  adanya informasi atau hasil observasi menunjukkan Menghindari
atau membatasi konsumsi makanan tertentu/dari kelompok bahan
makanan tertentu karena adanya gejala - gejala fisiologis
Riwayat personal  kondisi yang berkaitan dengan diagnosis medis atau pengobatan
misalnya cystic fibrosis, celiac disease, Corhn,sdisease, infeksi,
terapi radiasi, inborn error of meiabolism,kecanduan alkohol atau
obat, gangguan endokiin, gangguanpituitary, gagal ginjal atau
gagat hati

9. NB. F.1 Kurang Pengetahuan Terkait Makanan Dan Zat Gizi


Definisi
Pengetahuan yang tidak lengkap atau tidak akurat mengenai makanan, zat gizi atauinformasi
dan pedoman yang berkaitan dengan gizi.

Etiologi
a. Perilaku dan kepercayaan yang tidak mendukung mengenai makanan, zat gizi
danmasalah yang berhubungan dengan gizi
b. Kurang terpapar edukasi yang berhubungan dengan gizi
c. Kurangnya pemahaman terhadap tanda tanda kelaparan pada bayi/ anak
d. Adat yang memhambat untuk mendapatkan dan menerapkan informasi
e. Kemampuan kognitif yang terganggu, termasuk ketidak mampuan belajar,gangguan
syaraf atau sensor dan atau dimensia
f. Terpapar informasi yang tidak benar
g. Tidak ingin atau tidak tertarik untuk mempelajari atau menerapkan informasi
h. Ketidakpastian dalam menerapkan informasi
Tanda dan Gejala – Karakter penentu
Kategori Asesmen gizi Indikator potensial diagnosa gizi ( harus ada satu atau lebih)
Data Biokimia, Tes dan
Prosedur Medis
Pengukuran
antropometri
Tanda-tanda fisik terkait
gizi
Riwayat makan/nutrisi Laporan atau pengamatan mengenai .
 Informasi secara verbal tidak akurat atau tidak lengkap
 Jawaban pertanyaan dari kuesioner tertulis tidak akurat atau
tidak lengkap atau tidak dapat membaca pertanyaan .
 Tidak merasa membutuhkan pengetahuan mengenai
rekomendasi berkaitan dengan makanan dan zat gizi
 Tidak mengutamakan pendidikan yang mendukungpenerapan
informasi makanan danzat gizi,
 Ketidakmampuan mendemonstrasikan penerapan
informasimakanan dan gizi misalnya memilih makanan sesuai
dengan terapi gizi atau mempersiapkan makanan bayisesuai
petunluk
 Minat untuk mempelajari informasi yang didapat
 Secaraverbalmenunjukkanketidakinginan dan tidak tertarikuntuk
mempelajari informasi
Riwayat personal  Kondisi yang berkaitan dengan diagnosis medis dan pengobatan
 Diagnosis medis baru atau perubahan diagnosis atau kondisi
etnis atau budaya yang berdampak pada penerapan informasi

I0. NB.1.5 Gangguan Pola Makan


Definisi
Kepercayaan, sikap, pemikiran, dan kebiasaan yang berhubungan dengan makanan,
caramakan, dan pengaturan berat badan, termasuk gangguan makan yang klasik sepertijumlah
yang kurang, kondisi yang sama yang menimbulkan efek negatif bagi kesehatan
Catatan : Kemungkinan tidak ada diagnosis yang tepat untuk individu dengan
kemampuan penerimaan makanan yang terbatas

Etiologi
a. Keluarga, lingkungan sosial, genetisfuiologis dan/atau lingkungan berkaitandengan
keinginan untuk kurus
b. Pengaturan berat badan / pre okupasl dipengaruhi kepercayaan diri

Tanda dan Gejala – Karakter penentu


Kategori Asesmen gizi Indikator potensial diagnosa gizi ( harus ada satu atau lebih)
Data Biokimia, Tes dan  Menurunnya kadar kolesterol, profil lemak tidak
Prosedur Medis normalhipoglikemi, hipokalemi (anoreksia neryosa [AN])
 Hipokalemi dan hipochloremic alkalosis (bulimia neryosa
 IBN])
 Hyponatremi, hipothiroid, peningkatan BUN (AN)
 Keton positif di urin (AN)
Pengukuran  BMI < 17,5, terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan,
antropometri gagalnya peningkatan berat selama masapertumbuhan yang
diharapkan, berat badan kurang dari 85 % dari yang diharapkan
(AN) Kehilangan BB > 5 %dalam 1 bulan atau > l0 % dalam 6
bulan
 BMI > 29 (gangguan makan yang tidak spesifik (EDNOS))
 Fluktuasi berat badan yang signifikan (BN)
Tanda-tanda fisik terkait  Penurunan tingkat berat Cadangan adiposa dan protein
gizi somatik (AN)
 Pembentukan rambut halus pada muka dan leher, brittle
 lisllgss hair, sianosis pada tangan dan haki, dan kulit kering
 (AN)
 Adiposaaormal atau berlebihan, dan simpanan protein otol
 normal (BN,EDNOS)
 Kerusakan enamel gigi (BN)
 Pembesaran kelenjar parotis (BN)
 Odema perifer (BN)
 Kehilangan otot rangka (AN)
 Suhu tubuh rendah
 Ketidakmampuan berkonsenffasi ( AN)
 Russell's signpositif (BN) mencoba memuntahkan makanan
 yang sudah dimakan
 Bradyc.ardia (denyut jlntung < 60 kalilmenit), hipotensi
 (systolic <90 mmHg), dan hipotensi orthostatic (elD'
 Berusaha untuk muntah, diare, kembung, konitipisi, dan
 lr-e$ut (FN), selalu merasa kedinginan (AlD
 $elemahan otot, -kele lahan, dehidlas i (AN,tiN)
 Penolakan terhadap rasa lapar (AN)
 rN'tlN
Riwayat makan/nutrisi Penjelasan Observasi dari :
 Menghindari makanan atau makanan sumber energi(AN,BN) .
 Menghindari kegiatan sosial yang menyajikan banyakmakanan .
 Takut terhadap makanan atau gangguan fungsi pikiranterhadap
makanan atau pengalaman makan (AN,BN)
 Preokupasi makanan dan berat badan (AN,BN)
 Pengetahuan mengenai diet seat ini (AN,BN,EDNOS)
 Kelaparan (AN,BN)
 Perkiraan asupan makanan yang lebih besar dalam satu waktu
yang telah ditentukan, kurangnya kemampuan mengontrol
makan berlebihan (BN, EDNOS)
 Aktifitas fisik yang berlebihan (AN, BN, EDNOS)
 Makan lebih cepat dari norrnal, hingga merasa tidaknyaman
karena kekenyangan, makan makanan dalamjumlah besar ketika
tidak merasa lapar secara fisik, makansendiri saat merasa tidak
nyaman,msrasa bersalatr setelahmakan banyak (EDNOS) .
 Makan sendirian (AN,BN)
Riwayat personal  Pemikiran yang tidak rasional mengenai efek makanan terhadap
tubuh (AN, BN, EDNOS)
 Berdiet dalam jangka waktu lama
 Kesadaran berlebih pada makanan dan preokupasi
dengankandungan makanan
 Pernilihan makanan yang tidak fleksibel
 Kesalahan penggunaan laksatif, enemas diuretik,
stimulan,dan/atau mempercepat metabolik (AN,BN)
 Penggunaan- makanan tambahan dan makanan campuran yang
berlebihan
 Diagnosis, contoh anoreksia nervosa, bulimia nervoso, binge
eating, gangguan makan yang tidak spesifik amenorrhea
 Riwayat gangguan mood atau bingung (contoh depresi,
gangguan obsesif/compulsive(OCD)), gangguan kepribadian,
gangguan kekerasan
 Riwayat keluarga berkaitan gangguan makan, depresi,OCD,
gangguan kesadaran (AN, BN)
 Iritabilitas, depresi (AN/BN)
 Anemia
 Leukopeni
 Aritma jantung, bradikardi (AN,BN)

11. NB. 1.6 Kurang Patuh Untuk Mengikuti Anjuran Gizi


Definisi
Kurangnya kepatuhan terhadap perubahan terkait gizi sesuai pra - intervensi yangdisepakati
oleh klien/ group

Etiologi
a. Kurangnya dukungan social untuk menerapkan perubahan
b. Kurangnya nilai untuk perubahan perilaku atau kompetisi
c. Kurangnya keyakinan untuk berubah
d. Persepsi atas kurangnya sumberdaya (misalnya waktu, keuangan, hubungansocial) yang
menghambat perubahan
e. Sebelumnya tidak berhasil membuat perubahan kearah hidup yang lebih sehat
f. Kurangnya pengetahuan makanan dan gizi, terutama bagaimana membuatperubahan
terkait gizi dan makanan
g. Tidak mau atau tidak tertarik untuk mempelajari/ menerapkan informasi
h. Kepercayaan atau prilaku yang tidak mendukung masalah yang berhubungandengan
makanan dan gizi
Tanda dan Gejala – Karakter penentu
Kategori Asesmen gizi Indikator potensial diagnosa gizi ( harus ada satu atau lebih)
Data Biokimia, Tes dan  Hasil laboratorium yang diharapkan tidak tercapai
Prosedur Medis
Pengukuran  Hasil pengukuran antropometri tidak sesuai yang diharapkan
antropometri
Tanda-tanda fisik terkait  Bahasa tubuh yang negative misalnya mengerutkan dahi, tidak
gizi mau kontak mata, postur tubuh yang devensive, kurang fokus,
gelisah, menangis(catatan kultur dan budaya mempengaruhi
bahasa tubuh)
Riwayat makan/nutrisi  Keluaran (outcomes) yang diharapkan dari makanan dan gizi
tidak tercapai
 Tidak mampu merinci perubahan yang sudah disepakat
sebelumnya
 Tidak dapat melengkapi ',pekerjaan rumah" yang sudah
disepakati
 Kurang mematuhi atau tidak konsisten dengan rencana yang
sudah disepakati
 Tidak dapat memenuhi janji untuk pertemuan atar jadwal
pertemuan tindak lanjut
 Kurang menghargai pentingnya membuat perubahan terkait
makanan dan gizi sesuai dengan anjuran
 Tidak yakin atas kedisiplinannya dalam menerapkan informasi
terkait makanan dan gizi
 Terlihat prustasi secara verbal untuk mengusahakan penerapan
informasi makanan/ gizi
 Secara verbal terlihat gagal secara efektif merubah perilaku
sesuai target
 Adanya kekurangan keyakinan dan kepercayaan diri untuk
melakukan perubahan
 Adanya hambatan internal dan ekstemal untuk berubah
Riwayat personal  Kurangnya dukungan social dan/atau keluarga
Lampiran 6. Terminologi Diagnosis Gizi
Dalam menyusun kaidah diagnosis gizi petugas gizi mengacu pada prinsip - prinsip taksonomi
diagnosis gizi yang terdin dari :
1. Tiga (3) domain (domain asupan/Intake, domain Klinik dan domain perilaku/Behavior
dan Lingkungan)
2. Kelas
3. Sub kelas
4. Tiga (3) unsur ini sampai saat ini tersusun dalam 62 masalah gizi.

DOMAIN ASUPAN (NI)


Masalah Aktual Yang Berkaitan Dengan Asupan Energi, Zat Gizi, Cairan, Substansi Bioaktif
Melalui Diet Oral Maupun Dukungan Gizi (Enteral Dan Parenteral Nutrisi).

NI.l. Keseimbangan Energi


Perubahan aktual atau perkiraan perubahan menyangkut keseimbangan energi (kkal).
NI.1.1. Peningkatan energi ekspenditur
NI.1.2. Asupan energi tidak adekuat
NI.1.3. Kelebihan asupan energi
NI.1.4. Perkiraan asupan energi sub optimal
NI.1.5. Perkiraan kelebihan asupan energi

NI.2. Asupan Melalui Oral atau Dukungan Gizi


Asupan makanan dan minuman yang aktual atau perkiraannya melalui diet oral atau dukungan
gizi dibandingkan dengan tujuan (goal) pasien.
NI.2.1. Asupan oral tidak adekuat
NI.2.2. Kelebihan asupan oral
NI.2.3. enteral nutrisi tidak adekuat
NI.2.4 Kelebihan infuse enteral nutrisi
NI 2.5. Komposisi atau modalitas makanan enteral nutrisi kurang optimal
NI 2.6. parenteral nutrisi tidak adekuat
NI.2.7. Kelebihan infusi parenteral nutrisi
NI.2.8. Komposisi atau modalitas nutrisi parenteral kurang optimal
NI 2.9. Daya terima makanan terbatas
NI.3. Asupan Cairan
Asupan cairan yang aktual atau estimasi dibandingkan dengan tujuan (goal) pasien.
NI.3.l. Asupan cairan tidak adekuat
NI.3.2. Kelebihan asupan cairan

NI.4.Substansi Bioaktif
Asupan substansi bioaktif yang aktual atau yang diamati meliputi komponen, komposisi,
makanan fungsional tunggal atau suplemen makanan, alkohol.
NI.4.1. Asupan substansi bioaktif Tidak adekuat
NI.4.2. Kelebihan asupan subtansi bioaktif
NI.4.3. Kelebihan asupan alkohol

NI.5. Zat Gizi


Asupan aktual atau perkiraan kelompok zat gizi tertentu atau zat gizi tunggal dibandingkan
dengan yang dianjurkan.
NI.5.1. Peningkatan kebutuhan zat gizi(sebutkan)
NI.5.2. Malnutrisi
NI.5.3. Asupan protein energi Tidak adekuat
NI.5.4. Penurunan kebutuhan zat gizi (sebutkan)
NI.5.5. Ketidakseimbangan zat gizi
NI.5.6. Lemak dan Kolesterol
NI.5.6.1. Asupan lemak tidak adekuat
NI.5.6.2. Kelebihan asupan lemak
NI.5.6.3. asupan jenis remak yang kurang optimar (sebutkan)
NI.5.7. Protein
NI.5.7.1. Asupan protein tidak adekuat
NI.5.7.2. Kelebihan asupan protein
NI.5.7.3. Asupan protein atau asam amino kurang dari optimal (sebutkan )
NI.5.8. Karbohidrat dan serat
NI.5.8.1. Asupan karbohidrat Tidak adekuat
NI.5.8.2 .Kelebihan asupan karbohidrat
NI.5.8.3 .Asupan jenis / karbohidrat Kurang dari optimal (sebutkan )
NI.5.8.4. Asupan karbohidrat tidak konsisten
NI.5.8.5. Asupan serat tidak adekuat
NI.5.8.6. Kelebihan asupan serat
NI.5.9. Vitamin
NI.5.9.1. Asupan vitamin tidak adekuat (sebutkan)
1. A, C,D,E,K
2. Thiamin, Riboflavin
3. Niacin
4. Asam Folat,Vitamin B6
5. Vitamin B12, Asam pantotenat, Biotin
NL5.9.2. Kelebihan asupan vitamin (sebutkan)
1. A, C,D,E,K
2. Thiamin, Riboflavin
3. Niacin
4. Asam Folat,Vitamin B6
5. Vitamin B12, Asam pantotenat, Biotin
NI.5.10 Mineral
NI.5 10.1. Asupan mineral tidak adekuat ( sebutkan )
1. Kalsium, Khlorida, Zat besi, Magnesium
2. Kalium, Fosfor, Natrium, Seng, Sulfat
3. Fluor, Tembaga, Iodium, Selenium
4. Mangan, Khrom, Molibdenum, Boron, Kobalt

NI.5.10.2. Kelebihan asupan mineral (sebutkan)


1. Kalsium, Khlorida, Zat besi, Magnesium
2. Kalium, Fosfor, Natrium, Seng, Sulfat
3. Fluor, Tembaga, Iodium, Selenium
4. Mangan, Khrom, Molibdenum, Boron, Kobalt
NI.5.11. Multi nutrient
NI.5.11.1 Prediksi asupan zat gizi sub obtimal (sebutkan)
NI.5.11.2 Prediksi kelebihan asupan zat gizi (sebutkan)

DOMAIN KLINIS (NC)


Masalah Gizi Yang Teridentifiikasi Berkaitan Dengan Kondisi Medis Atau Fisik.
NC.1. Fungsional
Perubahan fungsi fisik atau mekanis yang mengganggu atau menghambat dampak gizi yang
diharapkan/di inginkan
NC.1.1. Kesulitan menelan
NC.1.2. Kesulitan mengunyah/ mengigit
NC.1.3. Kesulitan menyusui
NC.1.4. Perubahan fungsi Gastrointestinal

NC.2. Biokimia
Perubahan kemampuan metabolisme zat gizi akibat (sebagai dampak) pemberian obat obatan,
pernbedahan, atau seperti yang ditunjukkan dalam perubahan nilai-nilai laboratorium
NC.2.1. Gangguan utilisasi zat gizi
NC.2.2. Perubahan nilai laboratorium terkait gizi (sebutkan)
NC.2.3. Interaksi makanan dan obat (sebutkan)
NC.2.4. Prediksi interaksi makanan dan Obat (sebutkan)

NC.3. Berat Badan


Status perubahan berat badan atau berat badan kronik dibandingkan dengan berat badan
biasanya atau berat badan idaman
NC.3.1. Berat badan kurang/ underweight
NC.3.2. Penurunan BB yang tidak diharapkan
NC.3.3. Kelebihan BB / obesitas
NC.3.3.1. Kelebihan BB dewasa, anak
NC.3.3.2. Obes, anak
NC.3.3.3. Obes, kelas I
NC.3.3.4. Obes, kelas II
NC.3.3.5. Obes, kelas III
NC.3.4. Kenaikan BB yang tidak diharapkan
NC.3.5. Percepatan pertumbuhan sub optimal
NC.3.6. Percepatan pertumbuhan berlebih

NB. DOMAIN PRILAKU DAN LINGKUNGAN


Masalah gizi yang teridentifikasi berkaitan dengan pengetahuan, perilaku, kepercayaan,
lingkungan fisik, akses terhadap makanan atau keamanan makanan
NB.1. Pengetahuan dan kepercayaan
Pengetahuan atau kepercayaan yang aktual yang berhubungan berdasarkan pengamatan atau
Dokumentasi
NB.1 .1. Kurang pengetahuan terkait makanan dan zat gizi
NB.1.2. Perilaku dan kepercayaan yang tidak mendukung terkait dengan makanan dan
zat gizi (gunakan dengan hati-hati)
NB.1.3. Tidak siap untuk diet / merubah perilaku
NB.1.4. Kurang dapat menjaga/monitoring diri
NB.1.5. Gangguan pola makan
NB.1.6. Kurang patuh mengikuti rekomendasi gizi
NB.1.7. Pemilihan makanan yang salah

NB.2. Aktivitas fisik dan fungsi


Masalah aklifitas fisik aktual, kemandirian dan kualitas hidup berdasarkan laporan,
pengamatan dan dokumen.
NB.2.1. Aktivitas fisik kurang
NB.2.2. Aktivitas fisik yang berlebihan
NB.2.3. Tidak mampu/ tidak mau mengurus diri sendiri
NB.2.4. Kemampuan menyiapkan makanan terganggu
NB.2.5. Kualitas hidup yang buruk
NB.2.6. Kesulitan makan secara mandiri

NB.3. Keamanan dan akses makanan


Masalah aktual berkaitan dengan akses makanan atau keamanan makanan, air atau suplai gizi
NB.3.1. Asupan makanan yang tidak aman
NB.3.2. Akses makanan dan air terbatas
NB.3.3. Akses suplai gizi terbatas

Sumber :
Academy of nutrition and Dietetics, 2013. International Dietetics & N*rrtion Terminologt
Reference Manual- Standardized Language for Nutrition Core Process, 1th ed. Chicogo:
Academy of nutritktn and dietetics. Hal 77-81.

Lampiran 8. Pedoman Perhitungan Kebutuhan Energi, Protein dan Air

PERHITUNGAN KEBUTUHAN ENERGI DAN ZAT GIZI


A. ANAK
a. Pasien dengan Kegawatan
Perhitungan digunakan untuk pasien masih dalam fase kegawatan atau pasien yang
belum sadar penuh yang memerlukan energi basal saja tanpa tambahan energy untuk
aktifitas atau koreksi stress lainnya

Kebutuhan kalori total = BEE X FS


BEE : Basal Energy Expenditur (Energi basal)
FS : Faktor Stres

Menentukan faktor stress


b. Pasien dengan Status Gizi Baik dan Kurang
Setelah melewati fase kritis dari penyakitnya, kebutuhan kalori dan protein dihitung
kembali menggunakan RDA karena diperlukan untuk turnbuh kejar (cateh-up grorth)

Kebutuhan Kalori = RDA X BBI*+ (BEE X FS)


BBI*: berdasarkan BB menurut TB menggunakan table CDC-NCHS

c. Pasien dengan Status Gizi Buruk (KEP)


Terdiri dari 3 fase
Kebutuhan zat gizi menurut fase pemberian makanan
d. Pasien Diabetes Mellitus
Energi: 1000 kkal + (umur (tahun) x 100 kkal)

B. DEWASA
HARRIS BENEDICT
Basal Energi expenditur (BEE)
BEE Perempuan = 655 + (9,6 BB) + (1,7 TB) - (4,7 U)
BEE Laki-laki = 66 + (13,5 BB) + (5 TB) - (6,8 U)
Total kebutuhan energy  TEE
a. Penggunaan berat badan (kg)
a). Berat badan aktual, bila status gizi normal (menurut IMT)
b). Berat badan ideal, digunakan bila terjadi :
 Malnutrisi pada kasus combustion (handbook australia), hamil, tumor,
cyste,ascites
 Underweight
 Overweight
 Pasien tidak dapat di timbang
 Pasien pre dan pos operasi
b. Tinggi badan (cm)
c. Umur (tahun)

FA (Faktor Aktivitas) :
1,05 : total bed rest, CVA-ICH
1,1 : mobilisasi ditempat tidur
1,2 : jalan disekitar kamar
1,3 : aktifitas ringan seperti pegawai kantor, ibu rumah tangga, pegawai toko,dll
1,4 : aktivitas sedang seperti mahasiswa, pegawai pabrik,dll
1,5 : aktivitas berat seperti sopir, kuli, tukang becak, tukang bangunan dll
FS (Faktor Stres):
1,1 – 1,2 : gagal jantung, bedah minor
1,13 : kenaikan suhu tubuh 10C
1,15 - 1,35 : trauma skeletal, curettage, PEB
1,3 - 1,5 : operasi besar abdomen/thorax, SCTP
1,35 - 1,55 : trauma multiple
1,5 : gagal hati, kanker
1,5 – 1,8 : sepsis
1,1 – 1,5 : pasca operasi selectif
1,1 – 1,25 : luka bakar 10 %
1,25 – 1,5 : luka bakar 25 %
1,5 – 2 : luka bakar 50%

FA (dari berbagai sumber) :


1,0 - 1,2 : operasi elektif
1,2 - 1,5 : peritonitis
1,14 - 1,37 : trauma jaringan lunak
1,4 - 1,8 : sepsis mayor
1,4 - 2,0 : cedera kepala mayor dengan steroid
1,4 : cedera kepala mayor tanpa steroid
1,0 - 1,5 : luka bakar 0 - 20 %
1,5 - 1,85 : luka bakar 20 - 40 %
1,85 - 2,0 : luka bakar 40 - 100 %

Pada pasien dengan kehamilan dan menyusui mendapat tambahan energy dan protein
sebagai berikut :

C. LUKA BAKAR/COMBOSTIO
ENERGI (RUMUS CURRERI)
PROTEIN (R DAVIES & LILIJEDAHL)

Perhitungan lain untuk kebutuhan protein pada combustion .


Dewasa : 20 - 25 % total energy
Anak : 2,5 - 3 gr/kg BBl/hari

D. KEGAWATAN BEDAH (Konsensus Nutrisi Enteral,2003)


Energi : 25 kkal/Kg BBI
Protein : 1,2 - 1,5 grlKg BBI, dengan rasio nitrogen/kalori non protein I : 80,
(protein tidak dihitung sebagai kalori)
1 gram nitrogen setara dengan 6,25 protein
Lemak : 15 - 30 % Total energy
Karbohidrat : sisa dari perhitungan total energy dikurangi energy dari lemak
contoh : Perhitungan rasio nitrogen dan kalori non protein
Kebutuhan zat gizi pasien :
Energi : 1899 kal
Protein : 111 gram
Lemak : 79,75 gram (717,75 kal)
Karbohidrat : 196 gram (784 kal)
Maka perhitungannya sebagai berikut :
Untuk mencari jumlah nitrogen: 111 gram protein:6,25 = 17,76 nitrogen
Perbandingan nitrogen dengan kalori non protein
= (Kal Lemak + Kal KH) : Nitrogen
= (717,75 + 784) : 17,76
= 84
Jadi perbandingan nitrogen/kalori non protein adalah 1 : 84,55 = 1 : 80

E. DIABETES MELLITUS PERKENI 2002)


BB IDEAL :
LAKI-LAKI : TB (m)2 X 22,5
PEREMPUAN : TB (m)2 X 21
Energi Basal :
LAKI-LAKl : BBI X 30 KAL
PEREMPUAN : BBI X 25 KAL
TEE = Energi Basal + FA + FS - KU
Faktor Aktivitas
5 % : total bed rest, CVA-ICH
l0 % : Mobilisasi ditempat tidur
20 %: Jalan-jalan
30 % : Aktivitas ringan . peg kantor, Ibu rumah tangga, pegawai toko dll
40 % : Aktivitas sedang : Mahasiswa, pegawai pabrik
50 % : Aktivitas berat : Sopir, kuli, tukang becak

Faktor Stress
l0 % : DM murni
10 - 20 % : CHF, bedah minor, CVA (kasus neuro)
13% : febris, kenaikan suhutubuh loC
20 – 40 % : infeksi
50 % : CH, Ca
50 - 80 % : Sepsis
10 - 50 % : post operasi elektif
10 – 25 % :lukabakar l0%
25 - 50 % :Iuka bakar 25 %
50 - 100 % :luka bakar 50 %

Koreksi Umur
5% : 40 - 49 tahun
l0 % : 50 - 59 tahun
15 % : 60 - 69 tahun
20 % : > 70 tahun

F. NEPROPATI DIABETIK
Kebutuhan energy dan zat gizi lainnya
G. PASTEN GGK/CKD/CRF (MNU,2006)

ZAT GIZI KONSERVATIF HEMODIALISA CAPD


(CKD St II - V)
Energi 35 (<60 th) 35 (<60 th) 35 (> 60 th)
Kal/kg BBI/hari 30 - 35 (>60 rh) 30 - 35 (>60 th)
Protein gr/kg BBA/hr 0,6 - 0,75 1,2 1,2 - 1,3
Lemak % total Energi 20-25%
Pasien cenderung mempunyai resiko terhadap penyakit cardio Vaskuler,
lebih penting pada pemilihan lemak PUFA dan MUFA Kholesterol 250 -
300 mg/hari
Karbohidrat % total Sisa dari perhitungan protein dan lemak berkisar antara 60 – 70 %
Energi total energi
Na (mg/hari) 2000 2000 2000
Ca (mg/hari) 1200 1299 – 2000 2000
K (mg/hari) Tergantung pada hasil 2000 – 3000 3000 – 4000
analisa elektrolit (lab)
P(mg/hari) Tergantung pada hasil 800 – 1000 800 – 1000
analisa elektrolit (lab)
Cairan Tidak terbatas bila (500 – 1000) + 1500 – 2000
produksi urine normal produksi urine (monitoring )
CCT : Creatinin Clearence Test (TKK : test kreatinin kliren), sering di gunakan pada
pemeriksaan fungsi ginjal, dengan rumus :
KK : kliren kreatinin dalam ml/menit
U : umur dalam tahun
BB : berat badan dalam kilogram
KS : kreatinin serum dalam mg
Klasifikasi Gagal Ginjal Kronik menurut Kreatinin Kliren

H. CHIROSIS HEPATIS (MNU,2W6)

I. KEBUTUHAN AIR

Anda mungkin juga menyukai