PENDAHULUAN
Kesehatan dan gizi merupakan factor yang sangat penting untuk menjaga kualitas hidup yang
optimal. Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Kondisi status gizi
baik dapat dicapai bila tubuh memperoleh cukup zatzat gizi. Sedangkan status gizi kurang
terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat gizi. Status gizi lebih terjadi bila
tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam jumlah berlebihan. Kedua kondisi di atas dapat
menyebabkan timbulnya berbagai penyakit.
Berbagai penelitian mengenai hubungan antara zat gizi dan penyakit telah
banyak dilakukan. Sebagai contoh penelitian yang dilakukan oleh beberapa Rumah
Sakit Umum di Jakarta tahun 1995-1999 menunjukkan 20-60% pasien menderita
kurang gizi pada saat sebelum dan dirawat di rumah Sakit. Untuk itu perlu adanya
terapi gizi medis untuk mempertahankan status gizi yang optimal, mempercepat
penyembuhan dan membantu mencegah memburujnya kondisi kesehatan pasien.
Terapi gizi adalah pelayanan gizi klinik dan asuhan gizi yang merupakan bagian dari
pelayanan medis untuk penyembuhan pasien yang diselenggarakan secara tepadu dengan
upaya pelayanan gizi promotif, preventif dan rehabilitatif.
Terapi gizi medis ini diselenggarakan oleh sekelompok tenaga kesehatan di rumah sakit yang
disebut dengan Tim Terapi Gizi. Tim ini terdiri dari dokter spesialis, dokter, dietisien,
perawat ruangan, seta ahli farmasi yang mempunyai komitmen terhadap pelayanan gizi
klinik.
Adanya Tim Terapi Gizi di rumah sakit berperan dalam menekan malnutrisi dan memberikan
manfaat lainnya. Hal ini dibuktikan dalam beberapa penelitian seperti penelitian oleh
Weinsier dkk dan Hassel dkk, menunjukkan bahwa intervensi gizi oleh Tim Terapi Gizi
BAB II
A. PENGERTIAN
Terapi gizi medis adalah terapi gizi khusus untuk penyembuhan penyakit baik akut
maupun kronis, serta merupakan suatu penilaian terhadap kondisi pasien sesuai
dengan intervensi yang telah diberikan, agar pasien serta keluarganya dapat
menerapkan rencana diet yang telah disusun. Terapi gizi medis merupakan integrasi
antara ilmu gizi, medis dan ilmu perilaku yang memungkinkan tenaga kesehatan
membuat perubahan yang bermakna pada kehidupan pasien.
B. TUJUAN
Tujuan terapi gizi medis secara umum adalah untuk meningkatkan kesehatan pasien.
Pengaturan dan pemberian makanan yang memenuhi kecukupan zat gizi pasien,
diharapkan akan:
1. Memberikan zat gizi yang cukup untuk mempertahankan atau mencapai status gizi
optimal.
2. Menghambat proses penyakit dan mengurangi gejala penyakit.
3. Mengurangi biaya perawatan atau pengobatan.
4. Mempercepat proses penyembuhan.
5. Menurunkan angka kesakitan dan kematian.
C. PRINSIP DASAR
Terapi gizi medis menekankan pentingnya pengkajian pasien secara mendalam dan
komprehensif sehingga intervensi gizi dapat dilakukan secara individual dan tepat.
Pasien harus dilibatkan dalam menentukan tujuan terapi. Hasil dari terapi gizi medis
dievaluasi dengan baik sampai mencapai tujuan terapi. Prinsip dasar terapi gizi medis
antara lain:
1. Makan beraneka ragam dan gizi seimbang.
2. Memberikan pelayanan gizi khusus untuk tujuan menyembuhkan pasien.
3. Mengatur diet dan pola makan yang disesuaikan dengan penyakit dan kondisi
pasien.
4. mengikutsertakan pasien dan keluarganya agar mampu mengatur dietnya sendiri.
Terapi gizi medis harus selalu disesuaikan dengan kondisi kesehatan dan proses
pengobatan meliputi jenis, komposisi dan jenis zat gizi yang dibutuhkan. Selain itu
konsistensi dan jenis makanan disesuaikan dengan penerimaan pasien.
D. LANDASAN HUKUM
1. UU 23/1992 tentang Kesehatan.
2. UU 8/1999 tentang Perlindungan Konsumen.
3. UU 29/2004 tentang Praktek Kedokteran.
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1045/MENKES/PER/XI/2006 tentang
Pedoman Organisasi Rumah Sakit di Lingkungan Departemen Kesehatan.
5. Surat Keputusan Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik No. HK.00.06.3.4.1819
tanggal 24 maret 2007 tentang Pembentukan Tim Terapi Gizi di RS.
6. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 374/MENKES/SK/III/2007 tentang Standar
Profesi Gizi.
BAB III
ORGANISASI TIM TERAPI GIZI
Untuk mencapai tujuan terapi gizi yang baik maka dibutuhkan suatu organisasi yang
dapat melaksanakan tugas-tugas dalam terapi gizi yang baku.
A. VISI
Menjadi pusat pelayanan terapi gizi secara tim di rumah sakit, yang selalu
berorientasi kepada kualitas pelayanan, efisiensi biaya, keselamatan dan kepuasan
pasien
.
B. MISI
Memberikan pelayanan terapi gizi yang berkualitas dan menyeluruh berdasarkan
bukti klinis, teknologi dan ilmu pengetahuan terkini melalui:
1. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan anggotanya.
2. Peningkatan tata kerja melalui standar pelayanan terapi gizi.
3. Pelaksanaan pelayanan kepada pelanggan internal maupun eksternal.
4. Pelaksanaan evaluasi berkala mengenai pelayanan terapi gizi dalam hal
efisiensi biaya dan dampaknya.
C. PENGORGANISASIAN
Organisasi Tim Terapi Gizi dibentuk oleh Direktur Utama Rumah Sakit dan
diketuai oleh dokter spesialis yang mempunyai kompetensi dalam bidang gizi
klinik serta menyediakan waktu penuh untuk pelayanan gizi klinik. Anggota Tim
Terapi Gizi terdiri dari tenaga kesehatan di RS yang berkaitan dengan
penyelenggaraan terapi gizi meliputi dietisien, perawat ruangan serta ahli farmasi.
Agar Tim Terapi Gizi dapat berfungsi secara optimal maka dibuat
pengorganisasian dan jalur koordinasi pelayanan gizi klinik sebagai berikut:
1) Skrining Gizi
Tahapan pelayanan gizi rawat inap diawali dengan skrining/penapisan gizi
oleh perawat ruangan dan penetapan diit awal oleh dokter. Skrining gizi
bertujuan untuk mengidentifikasi pasien yang berisiko, tidak berisiko
malnutrusi atau kondisi khusus. Kondisi khusus yang dimaksud adalah
pasien dengan kelainan metabolik, hemodialisis, anak, geriatrik, kanker
dengan kemoterapi/radiasi, luka bakar, pasien dengan imunitas menurun,
sakit kritis dan sebagainya.
2) Biokimia
Meliputi pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan yang berkaitan dengan
status gizi, status metabolik dan gambaran fungsi organ yang berpengaruh
terhadap timbulnya masalah gizi.
3) Antropometri
Merupakan pengukuran fisik pada individu yang dilakukan dengan
berbagai cara, antara lain pengukutan tinggi badan (TB), berat badan (BB).
Pada kondisi tinggi badan tidak dapat diukur dapat digunakan Panjang
Badan, Tinggi Lutut (TL), Rentang Lengan atau separuh rentang lengan.
Pengukuran lain seperti Lingkar Lengan Atas (LiLA), Tebal lipatan kulit,
Lingkar kepala, dan lain sebagainya dapat dilakukan. Penilaian status gizi
dilakukan dengan membandingkan beberapa ukuran tersebut misalnya
Indeks Massa Tubuh (IMT). Pemeriksaan fisik yang paling sederhana
untuk melihat status gizi pada pasien rawat inap adalah BB. BB pasien
sebaiknya dicatat saat pasien masuk dirawat dan lakukan pengukuran BB
secara periodik selama pasien dirawat minimal setiap 7 hari.
4) Pemeriksaan Fisik/Klinis
Pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui adanya kelainan klinis yang
berkaitan dengan gangguan gizi atau dapat menimbulkan masalah gizi.
Contoh beberapa data pemeriksaan fisik terkait gizi antara lain edema,
asites, kondisi gigi geligi, massa otot yang hilang, lemak tubuh yang
menumpuk.
5) Riwayat Personal
Data riwayat personal meliputi:
a) Riwayat obat-obatan yang digunakan dan suplemen yang dikonsumsi.
b) Sosial budaya, meliputi status sosial ekonomi, budaya,
kepercayaan/agama, situasi rumah, dukungan pelayanan kesehatan dan
sosial.
c) Riwayat penyakit, meliputi keluhan utama terkait masalah gizi, riwayat
penyakit dahulu dan sekarang, riwayat pembedahan penyakit kronik atau
risiko komplikasi, riwayat penyakit keluarga, status kesehatan mental serta
kemampuan kognitif
d) Data umum pasien antara lain umur, pekerjaan, dan tingkat pendidikan.
b. Diagnosis Gizi
Pada langkah ini dicari pola dan hubungan antar data yang terkumpul dan
kemungkinan penyebabnya. Kemudian memilah masalah gizi yang
spesifik dan menyatakan masalah gizi secara singkat dan jelas
menggunakan terminologi yang ada. Penulisan diagnosa gizi terstruktur
dengan konsep PES atau Problem-Etiologi dan Signs/Symptoms.
Diagnosis gizi dikelompokkan menjadi tiga domain, yaitu:
1. Domain Asupan
Adalah masalah aktual yang berhubungan dengan asupan energi, zat gizi,
cairan, substansi bioaktif dari makanan baik yang melalui oral maupun
perenteral dan enteral.
2. Domain Klinis
Adalah masalah gizi yang berkaitan dengan kondisi medis atau fisik/fungsi
organ.
3. Domain Perilaku/Lingkungan
Adalah masalah gizi yang berkaitan dengan pengetahuan,
perilaku/kepercayaan, lingkungan fisik dan akses keamanan makanan
c. Intervensi Gizi
Terdapat dua komponen intervensi gizi, yaitu:
1) Perencanaan Intervensi
Disusun dengan merujuk pada diagnosis gizi yang ditegakkan. Output dari
intervensi ini adalah tujuan yang terukur, preskripsi diit dan strategi
pelaksanaan (implementasi) Perencanaan intervensi meliputi:
3) Implementasi intervensi
Diitisien melaksanakan dan mengkomunikasikan rencana asuhan kepada
pasien dan tenaga kesehatan atau tenaga lain yang terkait. Kegiatan ini
juga termasuk pengumpulan data kembali, dimana data tersebut dapat
menunjukkan respons pasien dan perlu atau tidaknya modifikasi intervensi
gizi.
2) Mengukur hasil.
3) Evaluasi hasil.
4) Pencatatan pelaporan. Terdapat beberapa cara dokumentasi antara lain
e. Konseling
Tujuan konseling adalah memberikan edukasi untuk memahami dan
mampu mengubah perilaku diet pasien sesuai dengan yang dianjurkan.
Konseling diberikan kepada pasien dan atau keluarganya yang
membutuhkan untuk mendapatkan penjelasan tentang diet yang harus
dilaksanakan oleh pasien sesuai dengan penyakit dan kondisinya.
Konseling dilakukan oleh anggota tim sesuai dengan kompetensinya.
BAB V
PENUTUP
Terapi gizi merupakan bagian dari pelayanan medis yang memberi kontribusi penyembuhan
pasien dan menurunkan angka malnutrisi RS, lama hari rawat dan biaya perawatan.
Manajemen rumah sakit wajib memberikan dukungan terhadap Tim Terapi Gizi dalam
bentuk kebijakan dan operasional dengan membentuk Tim Terapi Gizi, meningkatkan
profesionalisme tenaga dan penetapan biaya makan pasien dipisahkan dari biaya perawatan,
sehingga biaya gizi merupakan bagian dari biaya makan pasien.
Keberadaan Tim Terapi Gizi seyogyanya merupakan salah satu kriteria standar pelayanan
rumah sakit dan dijadikan kriteria penilaian akreditasi. Sehingga mutu pelayanan gizi RS
dapat ditingkatkan