A. Nyeri
1. Pengantar
Nyeri merupakan keluhan yang paling umum dan sering ditemukan pada pasien
yang datang ke pelayanan kesehatan, nyeri sangat penting sebagai mekanisme
proteksi tubuh yang timbul bilamana jaringan sedang rusak dan menyebabkan
individu bereaksi untuk menghilangkan rangsangan nyeri. Perawat sebagai bagian
dari provider kesehatan harus mampu mengenali dan memberikan intervensi yang
tepat sesuai dengan kebutuhan pasien.
2. Pengertian
Mendefinisikan nyeri secara tepat merupakan hal yang sulit mengingat nyeri
merupakan keluhan yang subjektif, hanya penderita yang mampu mendefinisikan
nyeri yang dialami, dan kemungkinan akan sangat berbeda dengan nyeri yang
dialami oleh penderita yang lain walaupun merupakan hal yang sangat mungkin nyeri
itu di sebabkan oleh stimulus yang sama. Rasa nyeri selalu merupakan sesuatu yang
bersifat subjektif, setiap individu mempelajari nyeri melalui pengalaman yang
berhubungan langsung dengan luka (injury), yang terjadi pada masa awal
kehidupannya.
Ada beberapa definisi yang bisa menggambarkan nyeri sebagai berikut :
a. Menurut Corwin (1999) Nyeri adalah sensasi subjektif, rasa yang tidak nyaman
biasanya berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial
b. Taylor (2001) nyeri juga dapat disebabkan stimulus mekanik seperti pembengkakan
jaringan yang menekan pada reseptor nyeri.
c. Ketika suatu jaringan mengalami cedera, atau kerusakan mengakibatkan dilepasnya
bahan – bahan yang dapat menstimulus reseptor nyeri seperti serotonin, histamin, ion
kalium, bradikinin, prostaglandin, dan substansi P yang akan mengakibatkan respon
nyeri (Kozier dkk).
d. Pada tahun 1979, International Association for the Study of Pain mendefinisikan
nyeri sebagai : Suatu pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan, yang
berkaitan dengan kerusakan jaringan yang nyata atau yang berpotensi untuk
menimbulkan kerusakan jaringan.
e. Secara klinis, nyeri adalah apapun yang diungkapkan oleh pasien mengonai sesuatu
yang dirasakannya sebagai suatu hal yang tidak menyenangkan / sangat mengganggu
(Dharmady & Triyanto).
f. Defenisi keperawatan menyatakan bahwa nyeri sebagai apapun yang menyakitkan
tubuh yang dikatakan individu yang mengalaminya, yang ada kapanpun individu
mengatakannya.
g. Beberapa pasien tidak dapat atau tidak akan melaporkan secara verbal bahwa mereka
mengalami nyeri. Oleh karena itu, perawat juga bertanggung jawab terhadap
pengamatan perilaku nonverbal yang dapat terjadi bersama dengan nyeri (Smeltzer &
Bare, 2002).
e. Distraksi.
Distraksi, yang mencakup memfokuskan perhatian pasien pada sesuatu selain
pada nyeri, dapat menjadi stategi yang sangat berhasil dan mungkin merupakan
mekanisme yang bertanggung jawab pada teknik kognitif efektif lainnya ( Arntz dkk.,
1991; Devine dkk., 1990). Seseorang, yang kurang menyadari adanya nyeri atau
memberikan sedikit perhatian pada nyeri, akan sedikit terganggu oleh nyeri dan lebih
toleransi terhadap nyeri. Distraksi diduga dapat menurunkan persepsi nyeri dengan
menstimulasi sistem control desenden, yang mengakibatkan lebih sedikit stimuli nyeri
yang ditransmisikan ke otak. Keefektifan distraksi tergantung pada kemampuan
pasien untuk menerima dan membangkitkan input sensori selain nyeri. Peredaan nyeri
secara umum meningkat dalam hubungan langsung engan parsitipasi aktif individu,
banyaknya modalitas sensori yang dipakai dan minat individu dalam stimuli.
Karenanya, stimuli penglihatan, pendengaran, dan sentuhan mungkin akan efektif
dalam menurunkan nyeri disbanding stimuli satu indera saja.
Distraksi dapat berkisar dari hanya pencegahan monoton sampai menggunakan
aktivitas fisik an mental yang sangat kompleks.
Kunjungan dari keluarga dan teman-teman sangat efektif dalam meredakan
nyeri. Melihat film layar lebar dengan ”surround sound” melalui headphone dapat
efektif (berikan yang dapat diterima oleh pasien). Orang lainnya mungkin akan
mendapat peredaan permainan dan aktivitas yang membutuhkan konsentrasi. Tidak
semua pasien mencapai peredaan melalui distraksi, terutama mereka yang dalam nyeri
hebat, pasien mungkin tidak dapat berkonsentrasi cukup baik untuk ikut serta dalam
aktivitas fisik atau mental yang kompleks.
h. Hipnosis.
Hipnosis efektif dalam meredakan nyeri atau menurunkan jumlah analgesik yang
dibutuhkan pada nyeri akut dan kronis. Tahap hypnosis sebagai terapi terdiri dari
tahap pra induksi, induksi, deepening, sugesti terapi dan alerting/ awakening. Banyak
penelitian telah membuktikan bahwa hypnosis efektif digunakan sebagai terapi untuk
mengurangi nyeri, keefektifan hipnosis tergantung pada kemudahan hipnotik individu.
Pada beberapa kasus hipnosis dapat efekatif pada pengobatan pertama; keefektifannya
meningkat dengan tambahan sesi hypnoterapi berikutnya. (Lewis,1992). Hypnosis
sebagai terapi untuk nyeri harus dilakukan oleh orang yang terlatih secara khusus.
Sumber:
1. Black, M.J, Ester M & Jacobs. (1997). Medikal Surgical Nursing; Clinical
Management For Continvity of Care. WB Saunder Company. Tokyo
2. Corwin, E.J. (1997). Buku Saku Patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta.
3. ERB, Kozier, Blais & Wilkinson (1995) Fundamental Of Nursing ; Consepts,
Process, And Practice II, Addison Wesley Publishing Company.
4. Gabriel, F.J. (199 Fisika Kedokteran. Penerbit Buku Kedokteran. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
5. Howe, L.G & F.I.H Whitehead. (1992). Lokal Anaesthesia In Dentistry. Alih Bahasa
Lilian Yuwono. Penerbit Hipokrates. Jakarta
6. Junaidi, P (Et.Al). 1997. Kapita Selekta Kedokteran. Penerbit Media Aesculapius
FKUI. Jakarta
7. Lee, M.Jenifer (1990). Segi Praktis Fisioterapi. Binarupa Aksara. Jakarta
8. Long, C.B. (1996). Medikal Surgical Nursing. Alih Bahasa Oleh Yayasan Ikatan
Alumni Pendidikan Keperawatan. Bandung
9. Taylor, C, Carol L & Pricilla.L. (1997). Fundamental Of Nursing ; The Art and
Science of Nursing. Lippicott Philadelphia
Manajemen Nyeri : Deep breathing/ Nafas dalam
PENGKAJIAN NYERI
(PQRST)
No. Tahap Aktifitas Ya Tidak
1 Pra 1. Membaca status pasien
Interaksi 2. Menyiapkan diri dan alat yang dibutuhkan
2 Orientasi 3. Memberikan salam (senyum)
4. Mengenalkan diri
5. Mengklarifikasi masalah nyeri pasien
6. Menyampaikan tujuan kedatangan dan
tindakan
7. Menjelaskan prosedur
8. Meminta kesediaan pasien
3 Kerja 9. Menanyakan hal-hal yang memunculkan
nyeri
10. Menanyakan hal-hal yang menyebabkan
nyeri meningkat
11.Menanyakan hal-hal yang membuat nyeri
berkurang
12.Menanyakan rasa nyeri dirasakan seperti
ditusuk-tusuk/ terbakar/ disayat-sayat/
tertekan benda berat/ berdenyut
13.Menanyakan berapa kali nyeri dirasakan
dalam sehari
14. Menanyakan tempat/lokasi nyeri dirasakan
15.Menanyakan apakah nyeri menjalar/
menyebar ke bagian lain
16.Menanyakan bagaimana pengaruh nyeri
yang dirasakan pada aktifitas sehari-hari
17. Menanyakan skala nyeri (0-10)
18.Menanyakan kapan terjadinya nyeri dan
berapa lama nyeri di rasakan
4 Terminasi 19.Memberitahukan bahwa
pengkajian/wawancara sudah selesai
20.Mengevaluasi/ menyimpulkan hasil
pengkajian/ wawancara
21.Menyampaikan rencana tindak lanjut
22. Berpamitan, salam dan senyum