OLEH
FITRIYANI HENDARYATI
NIM : 231030230653
PEMBIMBING
Ns. Ni Bodro Ardi M.Kep
NIDN : 0410048406
OLEH
FITRIYANI HENDARYATI
NIM : 231030230653
A. Definisi
Nyeri adalah sebuah pengalaman sensori serta emosional, yang rasanya sangat tidak
enak atau menyenangkan akibat terjadinya sebuah kerusakan jaringan dibagian tubuh
manusia. Secara klinis, nyeri diartikan sebagai semua hal yang diungkapkan oleh pasien
mengenai sesuatu yang dirasakannya sebagai suatu hal yang tidak menyenangkan atau
sangat mengganggu. Di dalam ilmu keperawatan dinyatakn bahwa nyeri sebagai sesuatu
yang menyakitkan tubuh yang dikatakan individu yang mengalaminya (Lestari dkk
2017). Nyeri akut adalah pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan (Tim Pokja
SDKI DPP PPNI, 2017).
B. Anatomi Nyeri
Salah satu fungsi sistem saraf yang paling penting adalah menyampaikan informasi tenta
ng ancaman kerusakan tubuh. Saraf yang dapat mendeteksi nyeri tersebut dinamakan noci
ception. Nociception termasuk menyampaikan informasi perifer dari reseptor khusus pada
jaringan (nociseptors) kepada struktur sentral pada otak. Sistem nyeri mempunyai bebera
pa komponen (gambar 2.1) yaitu:
1. Reseptor khusus yang disebut nociceptors, pada sistem saraf perifer, mendeteksi d
an menyaring intensitas dan tipe stimulus noxious.(orde 1).
2. Saraf aferen primer (saraf A-delta dan C) mentransmisikan stimulus noxious ke C
NS.
3. Kornu dorsalis medulla spinalis adalah tempat dimana terjadi hubungan antara ser
at aferen primer dengan neuron kedua dan tempat kompleks hubungan antara loka
l eksitasi dan inhibitor interneuron dan traktus desenden inhibitor dari otak.
4. Traktus asending nosiseptik (antara lain traktus spinothalamikus lateralis dan vent
ralis) menyampaikan signal kepada area yang lebih tinggi pada thalamus. (orde 2).
6. Keterlibatan area yang lebih tinggi pada perasaan nyeri, komponen afektif nyeri,in
gatan tentang nyeri dan nyeri yang dihubungkan dengan respon motoris (termasuk
withdrawl respon).
7. Sistem inhibitor desenden mengubah impuls nosiseptik yang datang pada level me
dulla spinalis (Syaifudin,2011).
C. Fisiologi Nyeri
Sistem saraf tepi meliputi saraf sensorik primer yang khusus mendeteksi kerusakan ja
ringan dan menimbulkan sensasi sentuhan, panas, dingin, nyeri dan tekanan. Reseptor
yang menyalurkan sensasi nyeri disebut nosiseptor. Reseptor nyeri atau nosiseptor ini
dapat dieksitasi oleh stimulus mekanis, suhu, kimia proses fisiologi yang berhubunga
n dengan persepsi nyeri digambarkan sebagai nosisepsi. Empat proses terlibat dalam
nosisepsi: transduksi, transmisi, persepsi, modulasi (Paice 2002 dalam Kozier 2011).
2. Tranduksi
Selama fase transduksi, stimulus berbahaya (cedera jaringan) memicu pelepasan medi
ator biokimia (misalnya prostaglandin, bradykinin, serotonin, histamin, zat P) yang m
ensensitisasi nosiseptor. Stimulasi menyakitkan atau berbahaya juga menyebabkan pe
rgerakan ion-ion menembus membran sel, yang membangkitkan nosiseptor. Obat nye
ri dapat bekerja selama fase ini dengan menghambat produksi prostaglandin atau den
gan menurunkan pergerakan ion-ion menembus membran sel misalnya, anastesi lokal
(Kozier 2011).
3. Transmisi
Proses nosisepsi kedua, transmisi nyeri, meliputi tiga segmen (McCaffery & Pasero 1
999). Selama segmen pertama, impuls nyeri berjalan dari serabut saraf tepi ke medula
spinalis. Zat P bertindak sebagai sebuah neurotransmiter, yang meningkatkan pergera
kan impuls menyeberangi sinaps saraf dari neuron aferen primer ke neuron ordo ke d
ua di kornu dorsalis medula spinalis dua tipe serabut nosiseptif menyebabkan transmi
si ini ke kornu dorsalis medula spinalis : serabut C yang menstimulasi nyeri tumpul y
ang berkepanjangan dan serabut A-delta yang mentransmisikan nyeri tajam dan lokal.
Segmen kedua adalah transmisi dari medula spinalis dan asendens melalui traktus spi
notalamikus ke batang otak dan talamus. Segmen ketiga melibatkan transmisi sinyal a
ntara talamus ke korteks sensorik somatik tempat terjadinya persepsi nyeri (Kozier 20
11).
4. Persepsi
Proses ketiga, persepsi adalah saat klien menyadari rasa nyeri yaitu diyakini bahwa pe
rsepsi nyeri terjadi dalam struktur kortikal, yang memungkinkan strategi kognitif-peri
laku yang berbeda dipakai untuk mengurangi komponen sensorik dan afektif nyeri (M
cCaffery & Pasero, 1999) misalnya, intervensi non farmakologi seperti distraksi, imaj
inasi terbimbing, dan musik dapat mengalihkan perhatian klien ke nyeri (Kozier 201
1).
5. Modulas
Seringkali digambarkan sebagai “sistem desendens” proses keempat ini terjadi saat ne
uron di batang otak mengirimkan sinyal menuruni kornu dorsalis medula spinalis (Pai
ce, 2002, hal. 75). Serabut desendens ini melepaskan zat seperti opioid endogen, serot
onin, dan norepinefrin, yang dapat menghambat naiknya impuls berbahaya (menyakit
kan) di kornu dorsalis. Namun, neurotransmiter ini diambil kembali oleh tubuh, yang
membatasi kegunaan analgetiknya (McCaffery & Pasero, 1999). Klien yang mengala
mi nyeri kronik dapat diberi resep antidepresan trisiklik, yang menghambat kembali n
orepinefrin dan serotonin. Tindakan ini meningkatkan fase modulasi yang membantu
menghambat naiknya stimulus yang menyakitkan (Kozier 2011).
D. Klasifikasi
1. Berdasarkan sumber nyeri, maka nyeri dibagi menjadi:
Nyeri yang stimulusnya berasal dari kulit, jaringan subkutan dan membran mukos
a. Nyeri biasanya dirasakan seperti terbakar, jatam dan terlokalisasi
Nyeri tumpul (dullness) dan tidak terlokalisasi dengan baik akibat rangsangan pad
a otot rangka, tulang, sendi, dan jaringan ikat.
c. Nyeri visceral
Nyeri karena perangsangan organ viseral atau membran yang menutupinya (pleur
a parietalis, perikardium, peritoneum). Nyeri tipe ini dibagi lagi menjadi nyeri vis
eral terlokalisasi, nyeri parietal terlokalisasi, nyeri alih viseral dan nyeri alih pariet
al. Klasifikasi yang dikembangkan oleh IASP didasarkan pada lima aksis yaitu:
E. Patofisiologi
Pada saat sel saraf rusak akibat trauma jaringan, maka terbentuklah zat-zat kimia seperti
Bradikinin, serotonin dan enzim proteotik. Kemudian zat-zat tersebut merangsang dan
merusak ujung saraf reseptor nyeri dan rangsangan tersebut akan dihantarkan ke
hypothalamus melalui saraf asenden. Sedangkan di korteks nyeri akan dipersiapkan
sehingga individu mengalami nyeri. Selain dihantarkan ke hypothalamus nyeri dapat
menurunkan stimulasi terhadap reseptor mekanin sensitif pada termosensitif sehingga
dapat juga menyebabkan atau mengalami nyeri (Wahit Chayatin, N.Mubarak, 2007).
F. Manifestasi Klinik
7. Nadi meningkat
8. Pernapasan meningkat
G. Pathway
Respon apektif Sinyal nyeri berulang > 3 bulan Nyeri saat bergerak
Nyeri akut
Perubahankimia pada jalur saraf Nyeri saat bergerak
(D.0077)
H. Komplikasi
1. Edema pulmonal
2. Kejang
3. Masalah mobilisasi
4. Hipertensi
5. Hipertermi
I. Penatalaksanaan
1. Farmakologis
Kolaborasi dengan dokter, obat-obatan analgesik, narkotika rute oral atau parenteral
( IM, IV, SC ) untuk mengurangi nyeri secara cepat.
2. Non Farmakologis
a. Teknik Distraksi
Ini merupakan pengalih perhatian pasien dari rasa nyeri.
Tujuan: Mengalihkan perhatian pasien dari rasa nyeri.
Prosedur kerja:
1) Perawat meminta pasien untuk bernapas lambat serta berirama.
2) Perawat meminta pasien bernyanyi dengan irama sambil menghitung ketu
kan.
3) Perawat meminta pasien untuk mendengarkan musik.
4) Perawat mengajak pasien berimajinasi (guide imagery), prosedurnya:
- Jika pasien tampak rileks, maka perawat tidak perlu bicara lagi.
Massage (pijatan)
- Remasan, yaitu mengusap otot bahu. Ini dikerjakan secara bersama ant
ara pasien dan perawat.
- Selang-seling tangan, yaitu memijar punggung dengan tekanan pendek,
cepat serta bergantian tangan.
b. Teknik Relaksasi
Teknik ini didasarkan pada keyakinan bahwa tubuh merespons pada ansietas
(ketakutan). Hal inilah yang merangsang pikiran sehingga menyebabkan rasa
nyeri. Teknik relaksasi memiliki bergam jenis, salah satunya adalah relaksasi
autogenik. Relaksasi ini lebih mudah dilakukan serta tidak beresiko. Pada
prinsipnya pasien harus mampu berkonsentrasi sambil membaca mantra atau doa
dalam hati, sambil melakukan ekspirasi udara paru (Sutanto, 2017).
J. Pemeriksaan Penunjang
- Ringan = Skala nyeri 1-3 : Secara objektif pasien masih dapat berkom
unikasi dengan baik
- Berat = Skala nyeri 7-9 : Secara objektif pasien masih bisa merespon,
namun terkadang klien tidak mengikuti instruksi yang diberikan.
- Nyeri sangat berat = Skala 10 : Secara objektif pasien tidak mampu ber
komunikasi dan klien merespon dengan cara memukul.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian Keperawatan
Meringis menurun
Gelisah menurun
Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan :
OLEH
FITRIYANI HENDARYATI
NIM : 231030230653
A. Ringkasan kasus pasien ( Identitas Pasien, Keluhan Utama, Riwayat Penyakit, Diagnosa
Medis, Tindakan dan Pengobatan yang telah dilakukan beserta hasilnya )
Pemeriksaan fisik
Tanda-tanda Vital : TD :125/79 mmHg N: 92 x/mnt S: 36 C akral dingin RR :
21 x/mnt
BB : 55 Kg ( BB sebelumnya 55 kg ) TB : 159 cm
3. Penatalaksanaan
- Klien diistirahatkan di ruang tindakan
- Menganjurkan klien untuk melakukan tehnik distraksi relaksasi nafas dalam
- Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi, di berikan terapi
ranitidin inj 1amp, domperidon 1 tab, omeprazol 1 cap, parasetamol 1 tab
- Mengobservasi keadaan klien, setelah kondisi membaik dan keluhan berkurang,
klien dianjurkan istirahat di rumah den diberikan terapi : ranitidine 2x1 tab,
domperidon 3x1 tab, omeprazol cap 2x1, parasetamol 3x1 tab
Therapi Indikasi
- Ranitidin inj 50 mg injeksi 1 - Mengurangi nyeri uluhati akibat
ampul ekstra, selanjurnya ranitidine asamlambung yang berlebih
tablet
2 x1 - Mengurangi mual dan muntah
- Domperidon 10 mg tab - Menurunkan refluks asam dan distensi
- Omeprazo 20 mg capsul abdomen
- Meredakan nyeri
- Parasetamol 500 mg tab
B. FOKUS PENGKAJIAN
Data fokus baik data subjektif, data objektif, hasil lab, maupun hasil pemeriksaan
penunjang yang mendukung penegakan diagnosa masalah utama pada pasien
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF
- Klien mengatakan nyeri perut sebelah kiri, - TTV :TD :125/79 mmHg
nyeri seperti di remas - remas dan terus
N: 92 x/mnt teraba kuat
menerus
- Klien mengatakan nyeri ulu hati S: 36 C
S: 36 C,
RR : 21 x/mnt
S: 36 C, akral hangat
RR : 21 x/mnt
-Mukosa bibir kering
- Turgor kulit elastic
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut ( D0077 ).berhubungan dengan agen pencedera fisiologis ditandai dengan
nyeri perut, nyeri ulu hati, tampak meringis
2. Disfungsi Mortalitas Gatrointestinal ( D.0021 )berhubungan dengan intoleransi
makanan ditandai dengan muntah , peristaltik hiperaktif, nyeri perut
3. Resiko hipovolemia ( D.0023 ) dibuktikan dengan kehilangan cairan aktif
E. RENCANA KEPERAWATAN
N DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
0 KEPERAWATAN ( SLKI ) ( SIKI )
( SDKI )
Nyeri akut ( D0077) Tingkat nyeri Manajemen Nyeri (I.08233)
berhubungan ( L.08066 ) Observasi
dengan agen Setelah dilakukan - Identifikasi lokasi,
pencedera fisiologis tindakan keperawatan karakteristik,durai, frekuensi,
ditandai dengan selama 1x 6 jam Tingkat kualitas, intentitas nyeri
nyeri perut, nyeri nyeri menurun - Identifikasi skala nyeri
ulu hati, tampak Dengan kriteria hasil : - Identifikasi respon nyeri non
meringis - Keluhan nyeri verbal
menurun, - Identifikasi faktor yang
- Meringis menurun, memperberat dan
- Gelisah menurun memperingan nyeri
- Mual menurun - Identifikasi pengetahuan dan
- Muntah menurun keyakinan tentang nyeri
- Anoreksi menurun - Identifikasi pengaruh budaya
terhadap respon nyeri
- Identifikasi pengaruh nyeri
pada kualitas hidup
- Monitor keberhasilan terapi
komprementer yang sudah di
berikan
- Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik
- Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri
- Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
- Fasilitasi istirahat da tidur
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
- jelaskan strateg meredakan
nyeri
- Anjurkan memonitr nyeri
secara mandiri
- Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik n
onfarmakaologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolabrasi pemberian analgetik,
jika perlu
2. Disfungsi Mortalitas Mortalitas Manajemen nutrisi ( I.03119 )
Gatrointestinal gastrointestinal Observasi
( D.0021) ( L.03023 ) - Identifikasi status nutrisi
berhubungan Setelah dilakukan - Identifikasi alergi dan
dengan intoleransi tindakan keperawatan intoleransi makanan
makanan ditandai selama 1x 6 jam - Identifikasi makanan yang di
dengan muntah , mortalitas sukai
peristaltik gastrointestinal - Identifikasi kebutuhan kaloro
hiperaktif, nyeri membaik, dengan dan jenis nutrien
perut kriteria hasil : - Monitor asupan makanan
- Nyeri abdomen Terapeutik
menurun - Fasilitasi menentukan pedoman
- Mual menurun diet
- Muntah menurun - Sajikan makanan yang
- Distensi abdomen menarikdan suhu yang sesuai
menurun Edukasi
- Anjurkan posisi duduk
- Ajarkan diet yang di
programkan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan ( pereda nyeri,
anti emetik )
- Menganjurkan RR : 20 x/mnt
memperbanyak cairan
oral
- Menganjurkan A:
menghindari posisi
Masalah belum teratasi
mendadak
P:
Intervensi lanjutkan
- Menganjurkan
memperbanyak cairan
oral
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN HIPERTENSI
OLEH
FITRIYANI HENDARYATI
NIM : 231030230653
A. Ringkasan kasus pasien ( Identitas Pasien, Keluhan Utama, Riwayat Penyakit, Diagnosa
Medis, Tindakan dan Pengobatan yang telah dilakukan beserta hasilnya )
BB : 60 Kg TB : 162 cm
- Memberikan edukasi agar minum obat secara teratur, diit rendah garam, kontrol rutin
ke puskesmas
Terapi Indikasi
B. FOKUS PENGKAJIAN
Data fokus baik data subjektif, data objektif, hasil lab, maupun hasil pemeriksaan
penunjang yang mendukung penegakan diagnosa masalah utama pada pasien
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF
- Klien mengatakan nyeri kepala menjalar - Tanda - tanda vital
ke leher belakang
TD :172/88 mmHg
P : Nyeri kepala
Q : Nyeri seperti di tusuk tusuk N: 67 x/mnt
N: 67 x /mnt
S: 36,2 C
RR : 20 x/mnt
TD :172/88mmHg
N: 67 x /mnt
S: 36,2 C
RR : 20 x/mnt
N: 67 x /mnt
S: 36,2 C
RR : 20 x/mnt
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut ( D.0077 )berhubungan dengan agen pencedra fisiologis ( iskemia) ditandai
dengan kepala pusing, nyeri tengkuk, tampak meringis
2. Defisit pengetahuan mengenai penyakit yang diderita (D.0111) berhubungan dengan
kurang terpapar informasi ditandai dengan menyanyakan penyakitnya, tampak cemas
3. Risiko perfusi serebral tidak efektif ( D.0017 ) dibuktikan dengan hipertensi
E. RENCANA KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
KEPERAWATAN ( SLKI )
( SDKI ) ( SIKI )
1. Nyeri akut Tingkat nyeri Manjemen nyeri (I.08233)
( D.0077 ) ( L.08066 ) Observasi
berhubungan Setelah dilakukan - Identifikasi lokasi,
dengan agen tindakan keperawatan karakteristik,durai, frekuensi,
pencedra fisiologis selama 1 x 2 jam kualitas, intentitas nyeri
( iskemia) ditandai Tingkat nyeri menurun - Identifikasi skala nyeri
dengan kepala Dengan kriteria hasil : - Identifikasi respon nyeri non
pusing, nyeri - Keluhan nyeri verbal
tengkuk, tampak menurun, - Identifikasi faktor yang
meringis - Meringis menurun memperberat dan memperingan
nyeri
- Identifikasi pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri
- Identifikasi pengaruh budaya
terhadap respon nyeri
- Identifikasi pengaruh nyeri pada
kualitas hidup
- Monitor keberhasilan terapi
komprementer yang sudah di
berikan
- Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik
- Berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi nyeri
- Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
- Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
- jelaskan strategi meredakan
nyeri
- Anjurkan memonitr nyeri secara
mandiri
- Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik
nonfarmakaologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolabrasi pemberian analgetik
2. Defisit pengetahuan Tingkat Pengetahuan Edukasi Kesehatan (I.12383)
mengenai penyakit (L.12111)
Observasi
yang diderita (D.01 Setelah dilakukan
11) berhubungan tindakan keperawatan - Identifikasi kesiapan dan kema
dengan kurang 1x2 jam tingkat mpuan menerima informasi
terpapar informasi pengetahuan meningkat - Identifikasi faktor-faktor yang d
ditandai dengan Dengan kriteria hasil : apat meningkatkan dan menurun
menyanyakan - Perilaku sesuai anjura kan motivasi perilaku hidup bers
penyakitnya, n meningkat ih dan sehat
tampak cemas - Kemampuan menjela
Terapeutik
skan pengetahuan ten
tang suatu topik meni - Sediakan materi dan media Pen
ngkat didikan Kesehatan
- Kemampuan mengga - Jadwalkan Pendidikan Kesehata
mbarkan pengalaman n sesuai kesepakatan
sebelumnya yang ses - Berikan kesempatan untuk berta
uai dengan topik men nya
ingkat
- Persepsi yang keliru t
Edukasi
erhadap masalah men
urun - Jelaskan faktor risiko yang dapa
t mempengaruhi Kesehatan
- Ajarkan perilaku hidup bersih d
an sehat
- Ajarkan strategi yang dapat dig
unakan untuk meningkatkan peri
- Kntrol ulang
FORMAT RESUME
A. Ringkasan kasus pasien ( Identitas Pasien, Keluhan Utama, Riwayat Penyakit, Diagnosa
Medis, Tindakan dan Pengobatan yang telah dilakukan beserta hasilnya )
1. Pengkajian Data umum
Identitas Pasien
Nama : Ny. A
Umur : 60 Tahun
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
Alamat : Kp. Gembong 03/01 Ds.Gembong
BB : 60 Kg TB : 158 cm
B. FOKUS PENGKAJIAN
Data fokus baik data subjektif, data objektif, hasil lab, maupun hasil pemeriksaan
penunjang yang mendukung penegakan diagnosa masalah utama pada pasien
S: 36,8 C,
RR : 21 x/mnt
- Skala nyeri 5 ( 1 - 10 )
- Klien nampak dibantu keluargannya
saat berjalan
2. Ds : Intoleransi Tirah baring
- Klien mengatakan kepala pusing
Aktifitas
berputar sejak 1 hari lalu
(D.0056)
- Pusing bertambah saat berdiri dan saat
berjalan
- Klien merasa lemah
Do :
- Klien tampak cemas
TD :140/90 mmHg
N: 97 x/mnt
S: 36,8 C,
RR : 21 x/mnt
S: 36,8 C,
RR : 21 x/mnt
- Skala nyeri 5 ( 1 - 10 )
- Klien nampak di bantu keluarganya
saat berjalan
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman ( D.0074 ) berhubungan dengan gejala penyakit ditandai
dengan gelisah, mengeluh tidak nyaman ( pusing perputar )
2. Intoleransi aktifitas ( D.0056 ) berhubungan dengan tirah baring di tandai dengan
merasa lemah
3. Resiko jatuh ( D.0143 ) dibuktikan dengan gangguan keseimbangan
E. RENCANA KEPERAWATAN
N DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
0 KEPERAWATAN ( SLKI ) ( SIKI )
( SDKI )
1. Gangguan rasa Tingkat nyeri ( L.08066 ) Manajemen Nyeri (I.08233)
nyaman ( D.0074 ) Setelah dilakukan Observasi
berhubungan tindakan keperawatan -Identifikasi lokasi,
dengan gejala Tingkat nyeri menurun karakteristik,durai, frekuensi,
penyakit ditandai Dengan kriteria hasil : kualitas, intentitas nyeri
dengan gelisah, - Keluhan nyeri - Identifikasi skala nyeri
mengeluh tidak menurun, - Identifikasi respon nyeri non
nyaman ( pusing - Meringis menurun verbal
perputar ) - Identifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan
nyeri
- Identifikasi pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri
- Identifikasi pengaruh budaya
terhadap respon nyeri
- Identifikasi pengaruh nyeri pada
kualitas hidup
- Monitor keberhasilan terapi
komprementer yang sudah di
berikan
- Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik
- Berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi nyeri
- Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
- Fasilitasi istirahat da tidur
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
- jelaskan strateg meredakan
nyeri
- Anjurkan memonitr nyeri secara
mandiri
- Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik
nonfarmakaologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolabrasi pemberian analgetik,
jika perlu
2. Intoleransi aktifitas Toleransi aktivitas Manajemen energi (I.05178)
( D.0056 ) (L.05047) Observasi
berhubungan Setelah dilakukan
- Identifikasi gangguan fungsi
dengan tirah baring Tindakan keperawatan
tubuh yang mengakibatkan
di tandai dengan 1x2 jam toleransi
kelelahan
merasa lemah aktifitas meningkat
- Monitor kelelahan fisik dan
Dengan kriteria hasil :
emosional
- Perasaan lemah
- Monitor pola dan jam tidur
menurun
- Monitor lokasi dan
- Kemudahan dalam
ketidaknyamanan selama
melakukan aktifitas
melakukan aktivitas
sehari-hari meningkat
Terapeutik
Edukasi
O:
- Klien tampak di
bantu keluarga saat
berjalan
TD :135/90 mmHg
N: 88 x/mnt
S: 36,8 C,
RR : 21 x/m
A:
masalah belum teratas
i
P: intervensi manajem
en energi dilanjutkan,
klien dianjurkan untuk
kontrol ulang.
jarak RR : 21 x/m
kedua kaki untuk
A:
meningkatkan
Masalah belum
keseimbangan saat berdiri
teratasi
P:
Intervensi pencegahan
jatuh dilanjutkan, kien
disarankan kontol
ulang
LAPORAN PENDAHULUAN ASKEP PADA PASIEN DENGAN
GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI
OLEH
FITRIYANI HENDARYATI
NIM : 231030230653
AN TEORI
A. Definisi Oksigenasi
Oksigenasi adalah pemenuhan kebutuhan lion pain dengan memberi aliran gas
berupa oksigen (O) yang panlataya lebih dit 21% pada tekanan I atmosfer sehingga
kebutuhan akan oksigen magkat pada tubuh klien/pasien. Khen/pasien pada dasamya
mapo malerami kekurangan oksigen antara 1-5 menit. Jika sesering moslama
kekurangan oksigen lebih dari 5 menit, otaknya akan nuk perman Oksigen yang
dihirup oleh organ pernapasan tubuh manak akan dipin dalam metabolisme sel
membentuk ATP (Adenosin Trifosfat), sebagh sumber energi bagi sel tubuh supaya
metabolisme sel tubuh, mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ dan sel
2020)
2. Faktor Perkembangan
b. Adanya resiko infeksi saluran pernapasa akut pada bayi dan toddler
c. Pada anak usia sekolah dan remaja, resiko infeksi saluran pernapasan dan
merokok.
d. Pada dewasa muda dan pertengahan, yang disebabkan oleh diet yang tidak
sehat, kurang aktivitas, stres yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-
paru, serta
e. Pada dewasa tua, yang disebabkan oleh adanya proses penuaan yang
mengakibatkan kemungkinan arteriosklerosis, elastintas menurun, dan
ekspansi paru menurun.
3. Faktor lingkungan
a. Suhu lingkungan,
b. Tempat kerja, serta
Sistem respirasi terbagi menjadi sistem pernafasan atas dan sistem pernafasan bawah.
Sistem pernafasan atas terdiri dari hidung, faring dan laring. Sedangkan sistem
pernafasan bawah terdiri dari trakea, bronkus dan paru- paru (Peate and Nair, 2011).
1. Hidung
Masuknya udara bermula dari hidung. Hidung merupakan organ pertama dalam
sistem respirasi yang terdiri dari bagian eksternal (terlihat) dan bagian internal.
Di hidung bagian eksternal terdapat rangka penunjang berupa tulang dan hyaline
kartilago yang terbungkus oleh otot dan kulit. Struktur interior dari bagian
eksternal hidung memiliki tiga fungsi :
a. menghangatkan, melembabkan, dan menyaring udara yang masuk;
b. mendeteksi stimulasi olfaktori (indra pembau); dan
c. Modalias getaran suara yang melalui bililk resonansi yang besar dab
bergema
d. Rongga hidung sebagai bagian internal digambarkan sebagai ruang yang besar
pada anterior tengkorak (inferior pada tulang hidung; superior pada rongga
mulut); rongga hidung dibatasi dengan otot dan membrane mukosa (Tortorra
and Derrickson, 2014 dalam khoirinnisa)
2. Faring
Faring, atau tenggorokan, adalah saluran berbentuk corong dengan panjang 13 cm.
Dinding faring disusun oleh otot rangka dan dibatasi oleh membrane mukosa. Otot
rangka yang terelaksasi membuat faring dalam posisi tetap sedangkan apabila otot
rangka kontraksi maka sedang terjadi proses menelan. Fungsi faring adalah sebagai
saluran untuk udara dan makanan, menyediakan ruang resonansi untuk suara saat
berbicara, dan tempat bagi tonsil (berperan pada reaksi imun terhadap benda asing)
(Tortorra and Derrickson, 2014 dalam khoirunnisa)
3. Laring
4. Trakea
Trakea atau batang tenggorokan merupakan saluran tubuler yang dilewati udara
dari laring menuju paru-paru. Trakea juga dilapisi oleh epitel kolumnar bersilia
sehingga dapat menjebak zat selain udara yang masuk lalu akan didorong keatas
melewati esofagus untuk ditelan atau dikeluarkan lewat dahak. Trakea dan
bronkus juga memiliki reseptor iritan yang menstimulasi batuk, memaksa
partikel besar yang masuk kembali keatas (Peate and Nair, 2011).
5. Bronkus
Setelah laring, trakea terbagi menjadi dua cabang utama, bronkus kanan dan kiri,
yang mana cabang-cabang ini memasuki paru kanan dan kiri pula. Didalam
masing-masing paru, bronkus terus bercabang dan semakin sempit, pendek, dan
semakin banyak jumlah cabangnya, seperti percabangan pada pohon. Cabang
terkecil dikenal dengan sebutan bronchiole (Sherwood, 2010). Pada pasien
PPOK sekresi mukus berlebih ke dalam cabang bronkus sehinga menyebabkan
bronkitis kronis.
6. Paru
sendiri. Diantara kedua pleura terdapat lapisan tipis cairan pelumas. Cairan ini
mengurangi gesekan antar kedua pleura sehingga kedua lapisan dapat
bersinggungan satu sama lain saat bernafas. Cairan ini juga membantu pleura
visceral dan parietal melekat satu sama lain, seperti halnya dua kaca yang
melekat saat basah (Peate and Nair, 2011). Cabang-cabang bronkus terus terbagi
hingga bagian terkecil yaitu bronchiole. Bronchiole pada akhirnya akan
mengarah pada bronchiole terminal. Di bagian akhir bronchiole terminal
terdapat sekumpulan alveolus, kantung udara kecil tempat dimana terjadi
pertukaran gas (Sherwood, 2010).
E. Proses Oksigenasi
1. Ventilasi
Ventilasi merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dari atmosfer ke
dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi dipengaruhi oleh
beberapa hal, yaitu:
a. Adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru, semakin tinggi
tempat maka tekanan udara semakin rendah, demikian sebaliknya, semakin
rendah tempat tekanan udara semakin tinggi.
b. Adanya kemampuan toraks dan paru pada alveoli dalam melaksanakan
ekspansi atau kembang kempis
c. Adanya jalan napas yang dimulai dari hidung hingga alveoli yang terdiri
atas berbagai otot polos yang kerjanya sangat dipengaruhi oleh sistem saraf
otonom (terjadinya rangsangan simpatis dapat menyebabkan relaksasi
sehingga vasodilatasi dapat terjadi, kerja saraf parasimpatis dapat
menyebabkan kontraksi sehingga vasokontriksi atau proses penyempitan
dapat terjadi).
Refleks batuk dan muntah Adanya peran mukus siliaris sebagai barier atau
penangkal benda asing yang mengandung interveron dan dapat mengikat
virus Pengaruh proses ventilasi selanjutnya adalah Complience dan recoil.
Complience merupakan kemampuan paru untuk mengembang. Kemampuan
ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu adanya surfaktan yang terdapat
pada lapisan alveoli yang berfungsi menurunkan tegangan permukaan dan
adanya sisa udara yang menyebabkan tidak terjadinya kolaps serta gangguan
toraks. Surfaktan diproduksi saat terjadi peregangan sel alveoli dan disekresi
saat kita menarik napas, sedangkan recoil adalah kemampuan mengeluarkan
CO2 atau kontraksi menyempitnya paru. Apabila complience baik namun
recoil terganggu, maka CO2 tidak dapat keluar secara maksimal. Pusat
pernapasan, yaitu medula oblongata dan pons, dapat memengaruhi proses
ventilasi, karena CO2 memiliki kemampuan merangsang pusat pernapasan.
Peningkatan CO2 dalam batas 60 mmHg dapat merangsang pusat
pernapasan dan bila pCO2 kurang dari sama dengan 80 mmHg dapat
menyebabkan depresi pusat pernapasan.
2. Difusi Gas
Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan kapiler paru
dan CO2 di kapiler alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu luasnya permukaan paru, tebal membran respirasi/ permeabilitas
yang terdiri atas epitel alveoli dan interstitial (keduanya dapat memengaruhi
proses difusi apabila terjadi proses penebalan), perbedaan tekanan dan
konsentrasi O2 (hal ini sebagaimana O2 dari alveoli masuk ke dalam darah oleh
karena tekanan O2 dalam rongga alveoli lebih tinggi dari tekanan O2 dalam
darah vena pulmonalis masuk dalam darah secara difusi), pCO2 dalam arteri
pulmonalis akan berdifusi ke dalam alveoli, dan afinitas gas (kemampuan
menembus dan saling mengikat hemoglobin).
3. Transportasi Gas
H. Terapi Oksigen
Menurut Tarwoto dan Wartonah, 2015 Terapi oksigen pertama kali dipakai dalam
bidang kedokteran pada tahun 1800 oleh Thomas Beddoes, kemudian dikembangkan
oleh Alvan Barach pada tahun 1920 untuk pasien dengan
poksemia dan penyakit paru obstrukif kronik. Terapi oksigen adalah pemberian
oksigen lebih dari udara atmosfer atau FiO2 > 21%. Tujuan terapi oksigen adalah
mengoptimalkan oksigenasi jaringan dan mencegah asidosis respiratorik, mencegah
hipoksia jaringan, menurunkan kerja napas dan kerja otot jantung, serta
memperthankan PaO2 > 60 mmHg atau SaO2 > 90% ). Indikasi pemberian oksigen
dapat dilakukan pada :
Perubahan frekuensi atau pola napas
5. Trauma berat
6. Sesak
1. Inhalasi oksigen
1. Fisioterapi Dada
2. Sistem Aliran Tinggi Sistem ini memungkinkan pemberian oksigen dengan FiO2
lebih stabil dan tidak terpengaruh oleh tipe pernapasan, sehingga dapat
menambah konsentrasi oksigen yang lebih tepat dan teratur. Contoh dari system
aliran tinggi adalah dengan ventury mask atau sungkup muka dengan ventury
dengan aliran sekitar 2-15 liter/menit. Prinsip pemberian oksigen dengan ventury
adalah oksigen yang menuju sungkup diatur dengan alat yang memungkinkan
konsentrasi dapat diatur sesuai dengan warna alat, misalnya : warna biru 24 %,
putih 28 %, jingga 31 %, kuning 35 %, merah 40 % dan hijau 60 % ( Tarwoto &
Wartonah)
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengkajian
Pengkajian keperawatan untuk status oksigenasi meliputi riwayat keperawatan,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaa diagnostik.
1. Riwayat Keperawatan
Riwayat keperawatan untuk status oksigenasi meliputi pengkajian tentang
masalah pernapasan dulu dan sekarang; gaya hidup; adanya batuk, sputum, nyeri;
medikasi; dan adanya faktor risiko untuk gangguan status oksigenasi.
a. Masalah pada pernapasan (dulu dan sekarang)
b. Riwayat penyakit atau masalah pernapasan
1) Nyeri
3) Batuk
8) Penggunaan obat
d. Kebiasaan merokok
e. Masalah pada fungsi sistem kardiovaskuler (kelemahan, dyspnea)
f. Faktor risiko yang memperberat masalah oksigenasi
2) Merokok
4) Obesitas
5) Diet tinggi-lemak
6) Peningkatan kolesterol
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi.
b. Palpasi.
Palpasi dilakukan dengan meletakkan tumit tangan mendatar di atas dada
pasien. Saat palpasi, perawat menilai adanya fremitus taktil pada dada dan
punggung pasien dengan memintanya memintanya menyebutkan “tujuh-
tujuh” secara berulang. Jika pasien mengikuti instruksi tersebut secara tepat,
perawat akan merasakan adanya getaran pada telapak tangannya. Normalnya,
fremitus taktil akan terasa pada individu yang sehat dan akan meningkat pada
kondisi konsolidasi. Selain itu, palpasi juga dilakukan untuk megkaji
temperature kulit, pengembangan dada, adanya nyeri tekan, thrill, titik impuls
maksimum, abnormalitas massa dan kelenjar, sirkulasi perifer, denyut nadi,
pengisian kapiler, dll.
c. Perkusi
Perkusi dilakukan untuk menentukan ukuran dan bentuk organ dalam serta
untuk mengkaji adanya abnormalitas cairan atau udara di dalam paru.
Perkusi dilakukan dengan menekanjari tengan pemeriksa diatas dada
pasien. Kemudian jari tersebut di tekuk-tekuk dengan menggunakan ujung
jari tengah atau jari telunjuk tangan sebelahnya. Normalnya dada
menghasilkan bunyi resonan atau gaung perkusi. Pada penyakit tertentu
(mis: pneumotoraks, emfisema), adanya udara pada dada atau paru-paru
menimbulkan bunyi hipersonan atau bunyi drum. Sedangkan bunyi pekak
atau kempis terdengar apabila perkusi dilakukan diatas area yang
mengalami atelectasis
d. Auskultasi
c. Sianosis
d. Dispnea
e. Hidrasi yang tidak adekuat, pembentukan sekresi yang kental dan sulit untuk
dikeluarkan
f. Imobilisasi
Pola napas tidak efektif berupa sebuah respons klien/pasien terhadap respirasi
dengan jumlah suplai O2 ke jaringan tidak adekuat. Gejalanya meliputi :
c. Retraksi dada
d. Pembesaran jari
Gangguan pertukaran gas merupakan kondisi dimana terjadi masalah pada sistem
pernapasan berupa perubahan asam basa darah sehingga terjadi asidosis
respiratori dan alkalosis respiratori. gejalanya meliputi :
a. Dispnea
b. Abnormal gas darah arteri
c. Hipoksia
d. Gelisah
e. Takikardia
f. Sianosis
g. Hipoksemia
c. Bronkospasme
d. Edema paru
e. Pembedahan paru
C. Rencana keperawatan
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan,yakni proses yang
dilakukan secara terus-menerus dan pentinguntuk menjamin kualitas serta
ketepatan perawatan yang diberikandan dilakukan dengan meninjau respon untuk
menentukankeefektifan rencana perawatan dalam memenuhi kebutuhan pasien.
(Doenges, Moorhouse, & Burley, 2000).
DAFTAR PUSTAKA
Eki. 2017. Asuhan Keperawatan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Oksigen Pada Pasie
n Dengan Congestive Heart Failure CHF) Di Irna Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Dja
mil Psadang Tahun 2017.
Iqbal, M., & Chayatin, N. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori Dan Aplik
asi Dalam Praktik. Jakarta: EGC
Khoirunnisak, L. Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Dasar Pada Lestari,
Y., Aprilianto, D., & Pramono, J. 2017. Kebutuhan Dasar manusia
Kompetensi Keahlian Asisten Keperawatan. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Putri, N. A. 2017. Asuhan Keperawatan Gangguan Oksigenasi Pada Pasien Penyakit P
aru Obstruksi Kronis (PPOK) Di Ruang VI Rumah Sakit TK III Dr. Reksodirwiryo Pa
dang.
Smadi, 2008. Teknik Prosedural Konsep & Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien.
Jakarta: Penerbit Salemba Medika.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016., Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018., Tim Pokja SIKI
DPP PPNI. 2018
Dana, P. H., Nurhaeni, N., & Wanda, D. 2022. The Effect Of Lateral Position In
Improving Oxygen Saturation And Respiratory Rate In Children With Oxygenation
Problem In Pediatric Infection Ward. The Indonesian Jounal Of Infectious Disease,
Hal 9-19. Vol 7 No 2
https://id.scribd.com/document/358662295/PTHWAY-OKSIGENASI
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN ASMA
OLEH
FITRIYANI HENDARYATI
NIM : 231030230653
A. Ringkasan kasus pasien ( Identitas Pasien, Keluhan Utama, Riwayat Penyakit, Diagnosa
Medis, Tindakan dan Pengobatan yang telah dilakukan beserta hasilnya )
Identitas Pasien
Nama : Ny.O
Umur : 52 Tahun
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
Alamat : Kp. Gembong 03/01 Ds. Gembong
FOKUS PENGKAJIAN
Data fokus baik data subjektif, data objektif, hasil lab, maupun hasil pemeriksaan
penunjang yang mendukung penegakan diagnosa masalah utama pada pasien
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola napas tidak efektfi ( D.0005 ) berhubungan dengan hambatan upaya napas ditan
dai dengan sesak napas, penggunaan otot bantu napas
2. Bersihan jalan napas tidak efektif ( D.0001 ) berhubungan dengan spasme jalan nap
as di tandai dengan batuk berdahak , wheezing
3. Gangguan pola tidur ( D.0055 ) berhubungan dengan kurang kontrol tidur di tandai
dengan sulit tidur, tidak puas tidur
D. RENCANA KEPERAWATAN
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
ekspektoran dan mukolitik
3. Gangguan pola tidur Pola tidur ( L.05045 ) Dukungan Tidur
( D.0055 ) berhubun Setelah dilakukan tindak (I.05174)
gan dengan kurang an keperwatan selama 1 Observasi
kontrol tidur di tand x 24 jam 1. Identifikasi pola aktivitas dan ti
ai dengan sulit tidur, Pola tidur membaik, dita dur
tidak puas tidur ndai dengan : 2. Identifikasi faktor pengganggu
- Keluhan sulit tidur me tidur
nurun 3. Identifikasi makanan dan minu
-Keluhan tidak puas tidu man yang mengganggu tidur (mi
s.kopi, teh, alkohol, makan men
r menurun
dekati banyak air sebelum tidur)
4. Identifikasi obat tidur yang di
konsumsi
Terapeutik
5. Modifikasi lingkungan (mis. Pe
ncahayaan kebisingan, suhu, ma
tras dan tempat tidur)
6. Fasilitasi menghilangkan stress
sebelum tidur
7. Lakukan prosedur untuk menin
gkatkan kenyamanan (mis. Pijat,
pengaturan posisi, terapi akupres
ur)
8. Sesuaikan jadwal pemberian o
bat atau indakan untumenunjang
siklus tidur-siang
Edukasi
9. Jelaskan pentingnya tidur cuku
p selama sakit
10. Anjurkan menepati kebiasaan
waktu tidur
11. Anjurkan menghindari makan
an/minuman yang tidak mengga
nggu tidur
12. Anjurkan Penggunaan obat tid
ur yang tidak mengandung supr
esor terhadap tidur REM
13. Ajarkan faktor-faktor yang be
rkontribusi terhadap gangguan p
ola tidur (mis. Psikologis, gaya
hidup, sering berubah shift beke
rja )14. Ajarkan relaksasi otot au
togenik atau nonfarmakologi lai
nnya
OLEH
FITRIYANI HENDARYATI
NIM : 231030230653
A. Ringkasan kasus pasien ( Identitas Pasien, Keluhan Utama, Riwayat Penyakit, Diagnosa Medi
s, Tindakan dan Pengobatan yang telah dilakukan beserta hasilnya )
Identitas Pasien
Nama : Tn. M
Umur : 50 Tahun
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : D
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Kp. Ciapus 01/01 Ds. Cangkudu
B. FOKUS PENGKAJIAN
Data fokus baik data subjektif, data objektif, hasil lab, maupun hasil pemeriksaan penunja
ng yang mendukung penegakan diagnosa masalah utama pada pasien
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF
- Klien mengatakan sesak napas, - TTV :TD :140/80 mmHg
- klien mengatakn batuk berdahak , dahak h - N: 90 x/mnt
ijau kental - S: 36,7 C,
- Klien mengatakan nyeri di bagian dada ter - RR : 26 x/mnt
utama saat batuk - Sat O2 97 %
P : Nyeri dada - Klien tampak sesak
Q : Nyeri seperti di tusuk tusuk - ekspresi wajah tampak meringis
R : Nyeri di daerah dada - Klien tampak batuk berdahak
S : Skala nyeri 6 ( 0 - 10 ) - Suara napas ronchi
T : Nyeri hilang timbul terutama
Saat batuk
- klien mengatakan sebelunya perokok aktif
- Klien mengatakan sulit tidur
- Klien mengatakan tidur pada malam hari h
anya 3 - 4 jam
- Klien mengeluh tidak puas tidur
A. ANALISA DATA DAN DIAGNOSA KEPERAWATAN UTAMA YANG DIANGKAT
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan napas tidak efektif ( D.0001 ) berhubungan dengan sekresi yang tertaha
n ditandai dengan sesak napas, batuk berdahak, ronchi
2. Nyeri akut ( D.0077 )berhubungan dengan agen pencedera fisiologis di tandai dengan
nyeri dada, tampa meringis
3. Gangguan pola tidur ( D.0055 ) berhubngan dengan kurang kontrol tidur ditandai deng
an sulit tidur, tidak puas tidur
C. RENCANA KEPERAWATAN
7. Kolaborasi pemberian ek
spektoran dan mukolitik
6. Melakukan kolaborasi d
engan dokter untuk terap
i
3. Gangguan p - Mengidentifikasi pola akt S:
ola tidur ( ivitas dan tidur Klien mengatakan tidur
D.0055 ) ber - Mengidentifikasi faktor p tidak puas
hubngan den O:
engganggu tidur
gan kurang TD :120/70 mmHg
- Mengidentifikasi makana N: 83 x/mnt
kontrol tidur
n dan minuman yang me S: 36,7 C,
ditandai den
ngganggu tidur (mis.kop RR : 25 x/mnt
gan sulit tid
i, teh, alkohol, makan m Sat O2 : 98 %
ur, tidak p
endekati banyak air sebe A:
uas tidur
lum tidur) Masalah belum teratasi
P:
- Mengidentifikasi obat ti
Interveni lanjutkan
dur yang dikonsumsi
- Anjrkan untuk tidakmen
- Jelaskan pentingnya tidur
gkonsumsi makanan da
cukup selama sakit
n minuman yang mengg
- Mengnjurkan menepati
anggu tidur
kebiasaan waktu tidur
- Modifikasi lingkungan
- Menganjurkan menghind
lakukan relaksasi otot
ari makanan/minuman ya
ng tidak mengganggu tid
ur
- Mengajarkan relaksasi ot
ot autogenik atau nonfarm
akologi lainnya
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN GASTROENTERITIS
OLEH
FITRIYANI HENDARYATI
NIM : 231030230653
FORMAT RESUME
NAMA : Fitriyani Hendaryati
NIM : 231030230653
JUDUL : Resume Keperawatan NY. E dengan gastroenteritis Di poli umum Pus
kesmas Gembong
TANGGAL : 19 September 2023
A. Ringkasan kasus pasien ( Identitas Pasien, Keluhan Utama, Riwayat Penyakit, Diagnosa
Medis, dan Pengobatan yang telah dilakukan beserta hasilnya )
1. Pengkajian Data umum
Identitas Pasien
Nama : NY.E
Umur : 45Tahun
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
Alamat : Kp. Pabuaran 02/03 Ds. Gembong
C. FOKUS PENGKAJIAN
Data fokus baik data subjektif, data objektif, hasil lab, maupun hasil pemeriksaan penunja
ng yang mendukung penegakan diagnosa masalah utama pada pasien
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF
- Klien mengatakan BAB cair sejak 1 hari la - TTV :TD :110/67 mmHg
lu, frekuensi 6 x / hari - N: 90 x/mnt
- Klien mengatakan Perut terasa mulas seper - S: 38 ,2 C,
tidi remas remas - RR : 20 x/mnt
- KLien mengatakan demam - KLien tampak lemas
- Klien mengatakan mual, dirumah muntah - Turgor kulit elastis,
1x - Mukosa bibir kering
- Klien mengatakan badan lemas - Bising usus 32x/menit
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
F. RENCANA KEPERAWATAN