NAMA :
NIM :
TINGKAT :I
SEMESTER : II
NAMA :
NIM :
TINGKAT :I
SEMESTER : II
LEMBAR PENGESAHAN
NIM.
Mengetahui
I. KONSEP TEORI
A. Pengertian
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak
menyenangkan, bersifat sangat subjektif. Perasaan nyeri pada setiap
orang berbeda dalam hal skala ataupun tingkatannya, dan hanya
orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa
nyeri yang dialaminya. (Tetty, 2015).
Nyeri dapat diklasifikasikan menjadi nyeri akut dan nyeri kronis
Nyeri akut adalah pengalaman sensorik atau emosional tidak
menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau
fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas
ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan (SDKI
2017).
Nyeri kronis adalah pengalaman sensorik dan emosional yang
berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan
onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat
dan konstan, yang berlangsung lebih dari 3 bulan (SDKI 2017).
B. Anatomi Fisiologi
Stimulus / rangsang nyeri diterima oleh reseptor-reseptor
“polynodal nociceptor” / ujung-ujung saraf bebas yang terdapat pada
bangunan-bangunan peka nyeri somatik : kulit, tulang / periost, otot,
gigi, tendon, kuku, fascia, dll.
Reseptor nyeri (nosireceptor) adalah organ tubuh yang
berfungsi untuk menerima rangsang nyeri. Organ tubuh yang
berperan adalah ujung saraf bebas dalam kulit yang berespon hanya
terdapat pada stimulus kuat yang secara potensial merusak.
1. Mekanik (mekano sensitif) : Kerusakan ujung saraf bebas
akibat trauma karena benturan atau gerakan.
2. Thermis (thermo sensitif) : Rangsangan panas atau dingin yang
berlebihan.
5
C. Etiologi
1. Penyebab nyeri dapat diklasifikasikan ke dalam dua golongan
yaitu penyebab yang berhubungan dengan fisik dan
berhubungan dengan psikis. Secara fisik misalnya, penyebab
nyeri adalah trauma (baik trauma mekanik, termis, kimiawi,
maupun elektrik), neoplasma, peradangan, gangguan sirkulasi
darah. Secara psikis, penyebab nyeri dapat terjadi oleh karena
adanya trauma psikologis.
2. Nyeri yang disebabkan oleh faktor psikis berkaitan dengan
terganggunya serabut saraf reseptor nyeri. serabut saraf
resptor nyeri ini terletak dan tersebarpada lapisan kulit dan
pada jaringan-jaringan tertentu yang terletak lebih dalam.
Sedangkan nyeri yang disebabkan faktor psikologis merupakan
nyeri yang dirasakan bukan karena penyebab organik,
melainkan akibat trauma psikologis dan pengaruhnya terhadap
fisik (Asmadi, 2008).
D. Tanda Gejala
Tanda fisiologis dapat menunjukan nyeri pada klien yang
berupaya untuk tidak mengeluh atau mengakui ketidaknyamanan.
Sangat penting untuk engkaji tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik
termasuk mengobservasi keterlibatan saraf otonom. Saat awitan
nyeri akut, denyut jantung, tekanan darah dan frekuensi pernapasan
meningkat.
6
E. Patway
7
F. Patofisiologi
1. Nyeri diawali dengan kerusakan jaringan (tissue damage),
dimana jaringan tubuh yg cedera melepaskan zat kimia
inflamatori (excitatory neurotransmitters), (histamine dan
bradykinin) sebagai vasodilator yg kuat edema, kemerahan
dan nyeri dan menstimulasi pelepasan prostaglandins.
2. Transduksi (transduction) : perubahan energi stimulus menjadi
energi elektrik, proses transmisi (transmission) yakni ketika
energi listik mengenai nociceptor dihantarkan melalui
serabutsaraf A dan C dihantarkan dengan cepat ke substantia
gelatinosa di dorsal horn dari spinal cord ke otak melalui
spinothalamic tracts thalamus dan pusat-pusat yg lebih
tinggi termasuk reticular formation, limbic system, dan
somatosensory cortex.
3. Persepsi (perseption) : otak menginterpretasi signal,
memproses informasi dr pengalaman, pengetahuan, budaya,
serta mempersepsikan nyeri Individu mulai menyadari
nyeri.
4. Modulasi (modulation) : saat otak mempersepsikan nyeri, tubuh
melepaskan neuromodulator, seperti opioids (endorphins and
enkephalins), serotonin, norepinephrine & gamma aminobutyric
acid menghalangi /menghambat transmisi nyeri &
membantu menimbulkan keadaan analgesik, & berefek
menghilangkan nyeri.
G. Data Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
2. Pemeriksaan penunjang lainya
a) Pemeriksaan USG untuk data penunjang apabila ada
nyeri tekan abdomen
b) Rontgen untuk mengetahui tulang atau organ dalam yang
abnormal Deprivasi tidur
c) CT-Scan mengetahui adanya pembuluh darah yang
pecah di otak
d) EKG
8
e) MRI
H. Penata Laksanaan
1. Penatalaksanaan keperawatan
a) Monitor tanda-tanda vital
b) Kaji adanya infeksi atau peradangan nyeri
c) Distraksi dan ajarkan teknik relaksasi
d) Kompres hangat
2. Penatalaksanaan Medis
a) Pemberian obat Analgetik
Obat pereda nyeri tanpa disertai hilangnya
perasaan secara total. Seseorang yang mengonsumsi
analgetik tetap berada dalam keadaan sadar.
b) Pemberian obat ANS (Anti inflamasi non steroid)
Aspirin dan Ibuprofen mengurangi nyeri dengan
cara bekerja di ujung saraf perifer pada daerah luka dan
menurunkan tingkat mediator inflamasi yang dihasilkan
luka.
Keterangan :
0 : tidak nyeri
1-3 : nyeri ringan
4-6 : nyeri sedang
7-9 : sangat nyeri, tetapi masih bias dikontrol
10 : sangat nyeri dan tidak dapat dikontrol
b) Skala Wajah/Face rating scale (FRS)
Skala nyeri enam wajah dengan ekspresi yang
berbeda , menampilkan wajah bahagia hingga wajah
sedih, juga digunakan untuk "mengekspresikan" rasa
nyeri. Skala ini dapat dipergunakan anak dan lansia.
8. Pemeriksaan Fisik
a) Ekspresi wajah
1) Menutup mata rapat-rapat
2) Membuka mata lebar-lebar
3) Menggigit bibir dibawah
4) meringis
b) Verbal
1) Menangis
2) Beteriak
c) Tanda-tanda Vital
1) Tekanan darah
2) Nadi
3) Pernafasan
4) Suhu tubuh
d) Ekstremitas
11
B. Diagnosa Keperawatan
Nyeri Akut/Kronis berhubungan dengan penyakit terkait
D. Implementasi
Merupakan tahap keempat dari proses keperawatan dimana
rencana keperawatan dilaksananakan: melaksanakan
intervensi/aktivitas yang telagh ditentukan, pada tahap ini perawat
siap untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat
dalam rencana perawatan klien.
Agar implementasi perencaan dapat tepat waktu dan efektif
terhadap biaya, pertama-tama harus mengidentifikasi prioritas
perawatan klien, kemudian bila perawtan telah dilaksanakan,
12
E. Evaluasi
Evaluasi terhadap masalah nyeri dilakukan dengan menilai
kemampuan dalam merespon rangsangan nyeri diantaranya:
1. Penurunan skala nyeri, dalam rentang 1-3 (Ringan)
2. TTV dalam rentang normal
3. Klien melaporkan bahwa nyeri berkurang
13
DAFTAR PUSTAKA