OLEH:
DEWA AYU KOMANG DIAN SUMISEPTIARI
2314901004
6. Penatalaksanaan Medis
a. Penatalaksanaan Terapi
1) Penatalaksanaan nyeri melibatkan penggunaan obat AINS
(Anti Inflamasi Nonsteroid), obat – obat adjuvan atau
analgesik. (Berma, 2009). Pemberian obat analgesik sangat
membantu dalam manajemen nyeri seperti pemberian obat
analgesik non-opioid (aspirin, ibuprofen) yang bekerja pada
saraf perifer di daerah luka dan menurunkan tingkatan
inflamasi, dan analgesik opioid (morfin, kodein) yang dapat
meningkatkan mood dan perasaan pasien menjadi lebih
nyaman walaupun terdapat nyeri.
2) Monitor gejala cardinal / tanda-tanda vital.
3) Kaji adanya infeksi atau peradangan di sekitar nyeri.
b. Penatalaksanaan Operatif
1) Relaksasi
Relaksasi merupakan kebebasan mental dan fisik dari
ketegangan dan stress. Teknik relaksasi memberikan
individu kontrol diri ketika terjadi rasa tidak nyaman atau
nyeri stress fisik dan emosi pada nyeri. Dalam imajinasi
terbimbing klien menciptakan kesan dalam pikiran,
berkonsentrasi pada kesan tersebut sehingga secara
bertahap klien dapat mengurangi rasa nyerinya
2) Teknik Biofeedback
Biofeedback merupakan terapi perilaku yang dilakukan
dengan memberikan individu informasi tentang respon
fisiologis misalnya tekanan darah. Hipnosis diri dapat
membantu mengubah persepsi nyeri melalui pengaruh
sugesti positif dan dapat mengurangi distraksi. Mengurangi
persepsi nyeri adalah suatu cara sederhana untuk
meningkatkan rasa nyaman dengan membuang atau
mencegah stimulus nyeri.
3) Teknik Distraksi
Teknik distraksi adalah pengalihan dari focus perhatian
terhadap nyeri ke stimulus yang lain. Ada beberapa jenis
distraksi yaitu ditraksi visual (melihat pertandingan,
menonton televisi), distraksi pendengaran (mendengarkan
musik, suara gemericik air), distraksi pernafasan (bernafas
ritmik), distraksi intelektual (bermain kartu).
4) Immobilisasi
Biasanya korban tidur di splint yang biasanya diterapkan
pada saat kontraktur atau terjadi ketidakseimbangan otot
dan mencegah terjadinya penyakit baru seperti decubitus.
d. Implementasi Keperawatan
Perawat mengimplementasikan dari rencana keperawatan yang
telah disusun bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pasien secara
optimal. Implementasi keperawatan terdiri dari 7 proses yaitu:
a. Bekerja sama dengan pasien dalam pelaksanaan tindakan
Keperawatan.
b. Kolaborasi profesi kesehatan, meningkatkan status kesehatan.
c. Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah
kesehatan klien.
d. Melakukan supervisi terhadap tenaga pelaksanaan, tenaga
keperawatan dibawah tanggung jawabnya.
e. Menjadi koordinator pelayanan dan advokasi terhadap klien
tentang status kesehatan dan fasilitas-fasilitas kesehatan yang
ada.
f. Memberikan pendidikan kepada klien tentang status keluarga
mengenai konsep, keterampilan asuhan diri serta membantu
klien memodifikasi lingkungan yang digunakan.
g. Mengkaji ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan
keperawatan berdasarkan respon klien.
e. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keoperawatan
dengan cara melakukan identitas sejauh mana tujuan dari rencana
keperawatan tercapai atau tidak. Dalam melakukan evaluasi perawat
harus memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam memahami respon
terhadap intervensi keperawatan, kemampuan menggambarkan
kesimpulan tentang tujuan yang dicapai serta kemampuan dalam
menghubungkan tidakan keperawatan dengan criteria hasil. Menurut
Nursalam (2008), pada tahapan evaluasi ini terdiri dari dua kegiatan
yaitu kegiatan yang dilakukan dengan mengevaluasi selama proses
perawatan berlangsung (evaluasi proses) dan kegiatan melakukan
evalusia dengan targettujuan yang diharapkan (evaluasi hasil).
1. Evaluasi proses (evaluasi formatif)
Fokus padaevaluasi ini adalah aktivitas dari proses
keperawatan dan hasil kualitas pelayanan asuhan keperawatan.
Evaluasi ini harus dilaksanakan segera setelah perencanaan
keperawatan diimplementasikan untuk membantu menilai
efektifitas intervensi tersebut. Metode pengumpulan data
evaluasi ini menggunakan analisis rencana sduhan
keperawatan, open chart audit, pertemuaan kelompok,
wawancara, observasi, dan menggunakan form evaluasi. Sistem
penulisannya dapat menggunakan system SOAP.
2. Evaluasi hasil (evaluasi sumatif)
Focus pada evaluasi hasil (evaluasi sumatif) adalah pada
perubahan perilaku atau status kesehatan klien pada akhir
asuhan keperawatan. Evaluasi ini dilakukan pada akhirnya
asuhan keperawatan secara paripurna. Evaluasi hasil bersifat
objektif, fleksibel, dan efesien. Metode pelaksanaannya terdiri
dari close chart audit, wawancara pada pertemuan terakhir
asuhan, dan pertanyaan kepada klien dan keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Merangsang nonsiseptor
(reseptor nyeri)
Nyeri kronis
Sistem aktivasi Sistem aktivasi Area grisea
retikular retikular perikuduktus
Otak (korteks)
somatosensori
Persepsi nyeri
Nyeri saat
Nyeri saat digerakkan tersentuh
Nyeri akut
Mobilitas fisik
terganggu Terdapat luka pada bagian
belakang telinga kanan
Gangguan Rasa
Nyaman
LASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
NY. M DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN RASA NYAMAN: NYERI
DI KLINIK BALI NUSA MEDIKA
TANGGAL 27 APRIL 2023
A. PENGKAJIAN
Pengkajian pada pasien dilakukan pada tanggal 27 April 2023 pukul 19.00
WITA di Klinik Bali Nusa Medika dengan metode observasi, wawancara,
pemeriksaan fisik dan dokumentasi.
1. PENGUMPULAN DATA
a. Identitas Pasien
Pasien Penanggung
(anak pasien)
Nama : Ny. M Ny. K
Umur : 68 tahun 48 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan Perempuan
Status Perkawinan: Menikah Menikah
Suku /Bangsa : Indonesia Indonesia
Agama : Hindu Hindu
Pendidikan : SMA Sarjana
Pekerjaan :- Swasta
Alamat : Br. Suwung Batan Kendal
Alamat Terdekat : -
Nomor Telepon : 081339821xxx 081339821xxx
Nomor Register : 2507 -
Tanggal MSK : 27 April 2023
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama masuk rumah sakit
Pasien mengeluh nyeri di bagian pinggang kanan hingga kaki
kanan
2) Keluhan utama saat pengkajian
Pasien mengeluh nyeri di bagian pinggang kanan hingga kaki
kanan
3) Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan nyeri pada pinggang sudah sekitar 2 bulan dan
semakin nyeri hingga kaki kanan sekitar 1 minggu yang lalu,
kemudian pasien diantar ke Klinik oleh anak pasien, pasien
diperiksa oleh dokter umum, TD: 162/94 mmHg, S: 36oC, N: 88
x/menit, RR: 20x/menit. Setelah di periksa pasien di diagnosa
medis LBP dan diberikan terapi obat Voltadex 3x1, Estalex 3x1
dan Amlodipine 10 mg 1x1.
4) Riwayat penyakit sebelumnya
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit sebelumnya
dan belum pernah mengalami sakit seperti sekarang.
5) Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit keluarga
seperti DM, Hipertensi maupun penyakit lainnya.
6) Genogram
Keterangan:
: Laki-laki : Menikah
: Perempuan
: Meninggal
: Pasien
: Tinggal Bersama
c. Pola Kebiasaan
1) Bernafas
Sebelum Pengkajian : Pasien mengatakan tidak mengalami
masalah pada pernapasan
Saat Pengkajian t.a.k (tidak ada keluhan), □ sesak saat
:□
□ memakai sabun,
□
Cuci rambut, frekuensi (1x / 2 hari),
memakai shampoo, Pemeliharaan mulut dan
gigi, frekuensi sikat gigi (2x/hari, □
sebelum, □sesudah
makan), □ memakai
pasta gigi.
Berpakaian, frekuensi ganti baju (1x/hari)
□ bersih, □ kotor,
Kebersihan kuku:
□ dibantu (-)
Data lain: Tidak ada data lainnya
7) Pengaturan suhu tubuh
Sebelum Pengkajian : Pasien mengatakan sempat mengalami
panas.
Saat Pengkajian :□ perasaan panas, □ berkeringat, kemerahan
Data lain: Tidak ada data lainnya
8) Rasa nyaman
Sebelum Pengkajian : Pasien mengatakan mengalami nyeri.
Saat Pengkajian : □ Merasa tidak nyaman gatal, area gatal
(…………………)
□ Merasa tidak nyaman nyeri, skala nyeri
(5), intensitas nyeri (hilang timbul),
kualitas nyeri (sedang), Lokasi nyeri (pada
pinggang kanan hingga kaki kanan),
waktu penyebab nyeri ketika berjalan.
9) Rasa aman
Sebelum Pengkajian : Pasien tidak merasakan kecemasan.
Saat Pengkajian : □ cemas □ takut, penyebab……………….
Data lain: Tidak ada data lainnya.
□ baik, □
Hubungan dengan tetangga
kurang baik,
Lingkungan rumah : Kondisi lingkungan
rumah bersih.
Kemampuan ekonomi keluarga menengah.
Hubungan dengan pasien lain baik.
Hubungan dengan perawat baik
Data lain: Tidak ada data lainnya
13) Belajar
Sebelum Pengkajian : Pasien mengatakan sedikit tahu tentang
kondisinya
Saat Pengkajian : Hal-hal yang perlu dipelajari berhubungan
dengan penyakitnya yaitu pemahaman
pasien terhadap penyakitnya, pasien
mengatakan mengetahui sakit apa yang
dialaminya dan jika tidak ditangani akan
terinfeksi, pasien juga bertanya kepada
perawat mengenai kondisinya.
14) Ibadah
Sebelum Pengkajian : Pasien biasa sembahyang 1 x / hari
Saat Pengkajian : Agama/kepercayaan yg dianut adalah
agama hindu
Kebiasaan beribadah: -
Data lain: Tidak ada data lainnya.
d. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
a) Kesadaran : □ composmentis/sadar penuh, □
somnolen,
□ koma
Data lain : Tidak ada data lainnya.
b) Bangun Tubuh sedang, □ gemuk
: □ kurus, □
Data lain : Tidak ada data lainnya.
c) Postur Tubuh :
□ tegak, □ lordosis, □ kifosis, □ skoliosis,
Data lain : Tidak ada data lainnya.
d) Cara Berjalan : □ lancar terkoordinir,
□ terganggu,
Data lain : Tidak ada data lainnya.
e) Gerak Motorik □ normal,
: □ tergangu,
Data lain : Tidak ada data lainnya
f) Keadaan Kulit
Warna □ normal, □ ikterus, □ sianosis, □
:
pucat/anemis
Turgor :□
elastis, □ kurang elastis, □ jelek
Kebersihan: □ bersih, □ kurang bersih, □
kotor
Luka :□
tidak ada,
□ ada: □ terbuka, □ tertutup
Gambar:
Depan Belakang
2. Kepala
a) Kulit kepala □ bersih, □ kotor
: : □ ketombe, □ kutu
d) Pupil :
□ reflek pupil baik, □ pupil isokor, □ pupil
midriasis □ Bola mata menonjol
Data lain : Tidak ada data lainnya
4. Hidung
a) Keadaan : □ Bersih, □ Secret, □ Darah, □ Polip
b) Penciuman :□
Baik, □ Terganggu
c) Nyeri : □ nyeri tekan, □ Sinusitis,
Lokasi :-
d) Luka □ Tidak ada, □ Ada
:
Lokasi :-
Luas luka :-
Warna :-
Data lain : Tidak ada data lainnya
5. Telinga
a) Keadaan :
□ Bersih, □ Secret, □ Darah
b) Nyeri :□
tidak nyeri, □ nyeri tekan
c) Pendengaran baik/normal, □ terganggu
:□
□ test webber
□ test swabach
Data lain : Tidak ada data lainnya
6. Mulut
a) Mukosa bibir mukosa lembab, □ bibir sianosis, □
:□
pucat, □ kering
b) Gusi :
□ tidak berdarah, □ berdarah
c) Gigi □ gigi lengkap, □ gigi bersih, □
:
e) Tonsil :□
normal, □ hyperemia pada tonsil, □tonsil
membesar, □faring radang
Data lain : Tidak ada data lainnya.
7. Leher
a) Inspeksi
Keadaan :
□ baik/normal, □ Pembengkakan kelenjar
tiroid, □ distensi vena jugularis, □ kaku
kuduk
b) Palpasi : □ kelenjar limfe membesar, □kelenjar
(2) Luka :□
tidak ada, □ ada, Lokasi…………
Luas :-
Warna : -
Pus :-
Lain-lain : Tidak ada
b) Auskultasi : Peristaltic usus: 12 x/mnt
c) Palpasi : □ hepatomegali, □ apendiksitis, □
b) Letak Uretra :□
Normal, □ Epispadia, □ Hipospadia
c) Prosedur invasife : Tidak
□
□ Ya, Terpasang dower catheter,
Data lain : Tidak ada data lainnya.
11. Anus
Keadaan □ Bersih, □ Hemoroid
:
Data lain : Tidak ada data lainnya
12. Ekstremitas
a) Ektremitas Atas :
□ pergerakan bebas, □ deformitas, □
Oedema, □ Sianosis pada ujung kuku, □
Clubbing finger,
□ CRT <2detik
□ Luka, Lokasi………………
Luas luka :-
Warna :-
Pus :-
Hiperemi :-
Jaringan :-
□ Terpasang infuse
Data lain : Tidak ada data lainnya
b) Ektremitas Bawah :
□ pergerakan bebas, □ deformitas, □
Oedema, □ Sianosis pada ujung kuku, □
Clubbing finger,
□ CRT <2detik
Proses Terjadinya:
Kerusakan sel mengakibatkan pelepasan mediator nyeri seperti
histamine, bradikinin dan lain-lain, lalu hal ini merangsang
reseptop nyeri yang dihantarkan oleh serabut tipe A delta dan
serabut tipe C ke medula spinalis dan menimbulkan persepsi nyeri
sehingga terdapat nyeri akut yang mengakibatkan
ketidaknyamanan
Akibat jika tidak ditanggulangi: Kerusakan jaringan lebih lanjut.
1. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis ditandai
dengan pasien mengeluh nyeri pada pinggang kanan hingga kaki
kanan. Pasien tampak meringis, TD: 162/94 mmHg, N: 88 x/mnt, S:
36oC, RR: 20 x/mnt.
2. PERENCANAAN KEPERAWATAN
1. Prioritas Masalah Keperawatan
Nyeri Akut
2. Rencana Keperawatan
Rencana Keperawatan Pasien Ny. M Dengan Gangguan Rasa Nyaman: Nyeri
Di Klinik Bali Nusa Medika Tanggal 27 April 2023
19.15 WITA I 2) Mengkaaji nyeri pasien dengan S: Pasien mengeluh nyeri pada pinggang
PQRST kanan hingga kaki kanan
- P=Nyeri bertambah saat berjalan
- Q= Nyeri terasa seperti tertusuk-
tusuk
- R= Nyeri dirasakan di pinggang
kanan hingga kaki kanan.
- S= Nyeri terdapat pada skala 5
menggunakan skala numerik 1-10
- T= Nyeri hilang timbul
O: Pasien tampak meringis
19.45 WITA I 4) Memberi HE pada pasien dan S: Pasien dan keluarga mengatakan akan
keluarga untuk kompres hangat melakukan kompres hangat dirumah
pada area nyeri pasien O: Pasien tampak paham dengan
penjelasan perawat
O:
- Pasien tampak lebih rileks setelah diajarkan teknik nafas
dalam
- Pasien tampak mengerti dengan HE yang diberikan
A:
Tujuan 1,2 dan 3 belum tercapai. Masalah belum teratasi,
P:
Lanjutkan tindakan 3,4 dan 5
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN NY.S DENGAN TEKNIK RELAKSASI
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi
a. Data Subjektif :
1) Pasien mengeluh nyeri pada telinga kanan bagian belakang.
b. Data Objektif
1) Pasien tampak meringis
2) Pasien tampak waspada dan posisi menghindari nyeri.
3) Pasien tampak gelisah
2. Diagnosa
Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (proses invasive)
3. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan perawatan selama 1x kunjungan diharapkan nyeri
dapat berkurang, dengan kriteria hasil:
a. Mampu mengontrol rasa nyeri
b. Status lingkungan yang nyaman
c. Kontrol gejala
d. Status kesehatan meningkat
4. Tindakan Keperawatan
Tindakan yang dilakukan adalah membatu atau mengajarkan pasien untuk
melakukan tehnik relaksasi (nafas dalam)
PENDIDIKAN
KEPERAWATAN
INSTITUT TEKNOLOGI
DAN KESEHATAN BALI
Jl. Tukad Balian No. 180,
Denpasar-Bali
TEKNIK MANIPULASI Tanggal
NYERI: RELAKSASI Terbit
Ditetapkan Dosen Akademik
15-08-
Ketua Itekes Bali
2011
Tanggal
I Gede Putu Darma Ns. Ni P Inca
Revisi
Suyasa Buntari A,
12-05-
2017
NILAI
ASPEK YANG DINILAI 0 1 2
Definisi:
Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan
keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada
klien bagaimana cara melakukan napas dalam, napas lambat
(menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana
menghembuskan napas secara perlahan, Selain dapat
menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi napas dalam
juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan
oksigenasi
Tujuan:
1. Untuk meningkatkan ventilasi alveoli
2. Memelihara pertukaran gas
3. Mencegah atelektasi paru
4. Meningkatkan efesiensi batuk
5. Mengurangi stress baik stress fisik maupun emosional yaitu
menurunkan intensitas nyeri dan menurunkan kecemasan.
INDIKASI:
Restriksi ekspansi dada,misalnya pada klien dengan penyakit
asma atau menjelang pasca operasi.
Persiapan
Persiapan pasien
1. Usahakan pasien dalam keadaan yang rileks dan tenang.
2. Ciptakan lingkungan yang tenang di sekitar pasien.
3. Berikan waktu kepada pasien untuk konsentrasi.
Persiapan lingkungan
1. Lingkungan yang bersih dan nyaman.
2. Suasana yang tenang.
3. Sirkulasi udara yang lancar.
Tahap orientasi
1. Memberi salam, panggil klien dengan panggilan yang
disenangi
2. Memperkenalkan nama perawat
3. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien atau
keluarga
Menjelaskan tentang kerahasiaan
Tahap pre interaksi
1. Cuci tangan
2. Siapkan alat-alat
Tahap Kerja
1. Atur posisi yang nyaman bagi klien dengan posisi setengah
duduk di tempat tidur atau dengan lying position (posisi
berbaring) di tempat tidur dengan satu bantal.
2. Fleksikan lutut lien untuk merilekskan otot abdomen.
3. Tempatkan satu atau dua tangan pada abdomen,tepat
dibawah tulang iga.
4. Tarik nafas dalam melalui hidung, jaga mulut tetap
tertutup. Hitung sampai 3 selama inspirasi.
5. Konsentrasi dan rasakan gerakan naiknya abdomen sejauh
mungkin,tetap dalam kondisi relaks dan cegah lengkung
pada punggung.Jika ada kesulitan menaikkan
abdomen ,sambil napas dengan cepat,lalu napas kuat lewat
hidung.
6. Hembuskan napas lewat bibir,seperti meniup dan ekspiasi
secara perlahan dan kuat sehingga terbentuk suara
hembusan tanpa menggembungkan dari pipi.
7. Konsentrasi dan rasakan turunnya abdomen dan kontraksi
otot abdomen ketika ekspirasi.
8. Usahakan agar tetap konsentrasi / mata sambil terpejam.
9. Pada saat konsentrasi pusatkan pada daerah yang nyeri.
10. Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa
berkurang.
11. Bila nyeri menjadi hebat, klien dapat bernafas secara
dangkal dan cepat.
Tahap terminasi
1. Menanyakan pada pasien apa yang dirasakan setelah dilakukan
kegiatan
2. Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan
3. Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya
4. Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan klien
Tahap dokumentasi
Catat seluruh hasil tindakan dalam catatan keperawatan
Keterangan:
0 = Tidak dikerjakan
1 = Dikerjakan dengan lengkap/ tidak sempurna
2 = Dikerjakan dengan sbenar/ sempurna
PEMBAHASAN
Teknik relaksasi dan distraksi yaitu teknik nafas dalam dilakukan pada
pasien dengan nyeri akut bertujuan agar pasien dapat mengontrol rasa nyeri dan
rasa nyeri yang dirasakan berkurang. Pada asuhan keperawatan yang dilakukan
pada 3 x kunjungan yaitu pada tanggal 15-17 September 2021 pada pasien Ny.S
dengan nyeri akut akibat adanya luka efek prosedur invasif dapat dilihat bahwa
skala nyeri hari pertama menurun hingga hari ketiga yaitu dari skala 5 menjadi
skala 2. Pasien juga mengatakan telah merasa lebih nyaman setelah melakukan
teknik relaksasi nafas dalam.
Hal ini didukung oleh penelitian (Saputra, dkk, 2020) yang berjudul
Pengaruh Teknik Relaksasi Napas Dalam Terhadap Nyeri Luka Episiotomi Di
Rs Muhammadiyah Palembang, yang menyatakan bahwa tindakan relaksasi
napas dalam berpengaruh terhadap nyeri luka episiotomi di RS Muhammadiyah
Palembang, yang mana terdapat perbedaan skala nyeri sebelum dan sesudah
diberikan Tindakan relaksasi nafas dalam menjadi nyeri menurun.
Hal ini didukung juga oleh jurnal penelitian (Ismail, dkk, 2021) yang
berjudul Pengaruh Teknik Distraksi Dan Teknik Relaksasi Terhadap Nyeri
Selama Perawatan Luka Operasi yang menyatakan bahwa hasil penelitian
menunjukkan ada pengaruh antara teknik distraksi dan teknik relaksasi terhadap
intensitas nyeri di ruang perawatan bedah RSUD Kota Makassar dan terdapat
perbedaan antara sebelum dan sesudah tindakan distraksi dan relaksasi.
Selain itu menurut (Amir & Nuraeni, 2018) pada penelitiannya yang
berjudul Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Intensitas Nyeri
Pada Pasien Post Operatif Appendictomydi Ruang Nyi Ageng Serang Rsud
Sekarwangi yang menyatakan bahwa bahwa 17 orang sebelum dilakukan
relaksasi nafas dalam dengan skala nyeri 5.00 dan sesudah diberikan relaksasi
nafas dalam dengan skala nyeri 3.00 berdasarkan hasil uji wilcoxon bahwa ada
pengaruh relaksasi nafas dalam terhadap intensitas nyeri pada pasien post
opetarif appendectomy Di Ruang Nyi Ageng Serang Rsud Sekarwangi.
DAFTAR PUSTAKA
Amir, M.D, Nuraeni, P. 2018. Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap
Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Operatif Appendictomydi Ruang Nyi Ageng
Serang Rsud Sekarwangi. Diakses pada 18 September 2021 di
https://www.jurnal.ummi.ac.id/index.php/lentera/article/download/218/87
Lukman, Rahma, Putri. 2020. Pengaruh Teknik Relaksasi Napas Dalam Terhadap
Nyeri Luka Episiotomi Di Rs Muhammadiyah Palembang. Jurnal Keperawatan
Sriwijaya: Volume 7 Nomor 2. Diakses pada 18 September 2021 di
https://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jk_sriwijaya/article/view/15238
Saputra, A.A, Jamaludin, Ismail. 2021. Pengaruh Teknik Distraksi Dan Teknik
Relaksasi Terhadap Nyeri Selama Perawatan Luka Operasi. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa dan Penelitian Keperawatan: Volume 1 Nomor 2. Diakses pada 18
September 2021 di
http://jurnal.stikesnh.ac.id/index.php/jimpk/article/view/567/489
LEMBAR PENGESAHAN