DISUSUN OLEH :
PREFTY APRILIYEN
PO713201221161
TINGKAT 1D
CI LAHAN CI INSTITUSI
( ) ( )
TAHUN 2023
KONSEP TEORI
A. Pengertian
Rasa aman didefinisikan oleh Maslow dalam Potter & Perry (2006) sebagai
sesuatu kebutuhan yang mendorong individu untuk memperolehketentraman, kepastian
dan keteraturan dari keadaan lingkungannya yang mereka tempati. Keamanan adalah
kondisi bebas dari cedera fisik dan psikologis (Potter & Perry, 2006). Kenyamanan/rasa
nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yaitu
kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan yang meningkatkan penampilan sehari-
hari), kelegaan (kebutuhan telah terpenuhi), dan transenden (keadaan tentang sesuatu
yang melebihi masalah dan nyeri) (Kolcaba, 1992 dalam Potter & Perry, 2006).
Berbagai teori keperawatan menyatakan kenyamanan sebagai kebutuhan dasar
klien yang merupakan tujuan pemberian asuhan keperawatan. Konsep kenyamanan
mempunyai subjektifitas yang sama dengan nyeri. Setiap individu memiliki karakteristik
fisiologis, sosial, spiritual, psikologis, dan kebudayaan yang mempengaruhi cara mereka
menginterpretasikan dan merasakan nyeri. Setiap individu memiliki karakteristik
fisiologis, sosial, spiritual, psikologis, dan kebudayaan yang mempengaruhi cara mereka
menginterpretasikan dan merasakan nyeri.
B. Etiologi
Potter & Perry, 2006 menyebutkan bahwa faktor yang mempengaruhi keamanan
dan kenyamanan meliputi :
1. Emosi kondisi psikis dengan kecemasan, depresi, dan marah akan mudah
mempengaruhi keamanan dan kenyamanan.
2. Status mobilisasi dan status fisik dengan keterbatasan aktivitas, paralisis, kelemahan
otot, dan kesadaran menurun memudahkan terjadinya risiko cedera.
3. Adanya gangguan persepsi sensorik akan mempengaruhi adaptasi terhadap
rangsangan yang berbahaya, seperti gangguan penciuman dan penglihatan.
4. Keadaan imunitas daya tahan tubuh yang kurang memudahkan terserang penyakit.
5. Tingkat kesadaran yang menurun, pasien koma menyebabkan respon terhadap
rangsangan, paralisis, disorientasi, dan kurang tidur.
2
D. Patofisiologi
1. Nyeri diawali dengan kerusakan jaringan (tissue damage), dimana jaringan tubuh
yang cedera melepaskan zat kimia inflamatori (excitatory neurotransmitters),
(histamine dan bradykinin) sebagai vasodilator edema, kemerahan dan nyeri, serta
menstimulasi pelepasan prostaglandins.
2. Transduksi (transduction) : perubahan energi stimulus menjadi energi elektrik, proses
transmisi (transmission) yakni ketika energi listrik mengenai nociceptor dihantarkan
melalui serabut saraf A dan C dihantarkan dengan cepat ke substantia gelatinosa di
dorsal horn dari spinal cord ke otak melalui spinothalamic tracts thalamus dan pusat-
pusat yang lebih tinggi termasuk reticular formation, limbic system, dan
somatosensory cortex.
3. Persepsi (perseption) : otak menginterpretasi signal, memproses informasi dari
pengalaman, pengetahuan, budaya, serta mempersepsikan nyeri individu.
4. Modulasi (modulation) : saat otak mempersepsikan nyeri, tubuh melepaskan
neuromodulator, seperti opioids (endorphins and enkephalins), serotonin,
norepinephrine & gamma aminobutyric acid menghalangi/menghambat transmisi
nyeri & membantu menimbulkan keadaan analgesik, serta berefek menghilangkan
nyeri.
E. Pathway
3
F. Klasifikasi
1. Menurut lokasinya :
a) Perifer pain : Daerah perifer (kulit & mukosa)
b) Deep pain : Somatik (periosteum/lapisan luar tulang, otot, sendi, pembuluh darah)
c) Viseral/splanik pain : Organ viseral (renal colik, cholesistisis/radang kandung
empedu, apendisitis, ulkus gaster)
d) Reffered pain : Penyakit organ tubuh (vertebrata, viseral, otot), ditransmisikan di
bagian tubuh lain
e) Psykogenik pain : Tanpa penyebab organik, tapi karena trauma psikologis
f) Phantom pain : Pada bagian tubuh yang sebenarnya sudah tidak ada. Contohnya
yaitu nyeri pada kaki yang sudah diamputasi
g) Intractable pain : Nyeri yang resisten (melawan)
2. Menurut serangannya :
a) Nyeri akut : mendadak, berlangsung <3 bulan, intensitas berat, area dapat
diidentifikasi, karakteristik ketegangan otot meningkat, dan cemas.
b) Nyeri kronis : Berlangsung >3 bulan, intensitas ringan hingga berat, sumber nyeri
tidak diketahui dan sulit dihilangkan, sensasi difus (menyebar).
3. Menurut sifatnya :
a) Insidentil : Timbul sewaktu-waktu lalu menghilang, contohnya trauma ringan.
b) Stedy : Menetap dan dalam waktu yang lama, contohnya yaitu abses.
c) Paroximal : Intensitas tinggi dan kuat, ± 10-15 menit lalu hilang dan timbul lagi.
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan dengan skala nyeri.
2. Pemeriksaan USG untuk data penunjang apabila ada nyeri tekan di abdomen.
3. Rontgen untuk mengetahui tukang dalam yang abnormal.
4. Pemeriksaan laboratorium sebagai data penunjang pemeriksaan fisik lainnya.
5. CT-SCAN mengetahui adanya pembuluh darah yang pecah diotak.
H. Diagnostic Test
1. USG
2. CT-SCAN
3. EKG
4. MRI
I. Komplikasi
1. Edema pulmona
2. Kejang
3. Masalah mobilisasi
4. Hipertensi
5. Hipertermia
6. Gangguan pola istirahat dan tidur
4
J. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Keperawatan
Monitor tanda-tanda vital, kaji adanya infeksi atau peradangan nyeri, distraksi dan
ajarkan teknik relaksasi kompres hangat.
2. Penatalaksanaan Medis
Pemberian obat analgetik, obat pereda nyeri tanpa disertai hilangnya perasaan secara
total. Seseorang yang mengonsumsi analgetik tetap berada dalam keadaan sadar.
5
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian Data
1. Riwayat Keperawatan
a) Riwayat penyakit sekarang
Lingkungan, kebisingan mempengaruhi rasa aman dan nyaman. Lingkungan
pasien mencakup semua faktor fisik dan psikososial yang mempengaruhi atau
berakibat terhadap kehidupan atau kelangsungan hidup pasien. Keamanan yang
ada dalam lingkungan ini akan mengurangi insiden terjadinya penyakit dan cedera
yang akan mempengaruhi rasa aman dan nyaman pasien.
b) Riwayat penyakit dahulu
Trauma pada jaringan tubuh, misalnya ada luka bekas operasi/bedah menyebabkan
terjadinya kerusakan jaringan dan iritasi secara langsung pada reseptor sehingga
mengganggu rasa nyaman pasien.
c) Riwayat penyakit keluarga
Riwayat ini bisa dapat menyebabkan gangguan rasa aman dan nyaman, karena
dengan adanya riwayat penyakit maka klien akan beresiko terkena penyakit
sehingga menimbulka rasa tidak nyaman seperti nyeri.
2. Perilaku Non Verbal : Beberapa perilaku non verbal yang dapat kita amati antara
lain ekspresi wajah, gemeretak gigi, menggigit bibir bawah, dan lain-lain.
4. Faktor Presipitasi : Beberapa faktor presipitasi yang meningkatkan nyeri antara lain
lingkungan, suhu ekstrim, kegiatan yang tiba-tiba.
5. Intensitas : Nyeri dapat berupa ringan, sedang, berat atau tak tertahankan, atau dapat
menggunakan skala dari 0-10.
6. Waktu dan Lama : Perawat perlu mengetahui, mencatat kapan nyeri mulai, berapa
lama, bagaimana timbulnya, juga interval tanpa nyeri, kapan nyeri terakhir timbul.
6
8. Pengkajian Skala Nyeri
Skala nyeri 1-3 nyeri ringan (masih bisa ditahan, aktivitas tak terganggu)
Skala nyeri 4-6 nyeri sedang (mengganggu aktivitas fisik)
Skala nyeri 7-10 nyeri berat (tidak dapat melakuka aktivitas secara mandiri)
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri kronis berhubungan dengan agen cedera biologis, fisik, dan kimia.
2. Nyeri berhubungan dengan inflamasi.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri.
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri.
7
2. Nyeri Kronis
Tujuan yang diharapkan :
1) Tidak mengekspresikan nyeri secara verbal atau pada wajah
2) Tidak ada posisi tubuh yang melindungi
3) Tidak ada kegelisahan atau ketegangan otot
4) Tidak kehilangan nafsu makan
5) Frekuensi nyeri dan lamanya episode nyeri dilaporkan menengah/ringan
Rencana tindakan :
Intervensi Rasional
Kaji keadaan umum, karakteristik Untuk mengetahui keadaan umum pasien,
nyeri, tanda-tanda vital, serta efek mengetahui daerah nyeri, kualitas, kapan
penggunaan obat jangka panjang nyeri dirasakan, faktor pencetus, berat
ringannya nyeri yang dirasakan, serta
mengetahui efek penggunaan obat secara
jangka panjang.
D. Evaluasi
Evaluasi adalah fase kelima dan fase terakhir dalam proses keperawatan. Evaluasi
adalah aspek penting proses keperawatan karena kesimpulan yang ditarik dari evaluasi
menentukan apakah intervensi keperawatan harus diakhiri, dilanjutkan, atau diubah.
Evaluasi berjalan kontinu, evaluasi yang dilakukan ketika atau segera setelah
mengimplementasikan program keperawatan memungkinkan perawat segera
memodifikasi intervensi. Evaluasi yang dilakukan pada interval tertentu (misalnya, satu
kali seminggu untuk klien perawatan dirumah) menunjukan tingkat kemajuan untuk
mencapai tujuan dan memungkinkan perawat untuk memperbaiki kekurangan dan
memodifikasi rencana asuhan sesuai kebutuhan (Kozier, 2010).
8
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/2284/3/BAB%20II.pdf
https://repository.unmul.ac.id/bitstream/handle/123456789/36880/Bahan%20Ajar%20%20on sep
%20%20Kebutuhan%20Rasa%20Aman%20dan%20Nyaman%20%202021.pdf?sequence
=1
http://repository.poltekeskupang.ac.id/1532/1/KTI%20Full%20Paper.pdf
https://www.studocu.com/id/document/universitas-ngudi-waluyo/askep/lp-gangguanrasa-
aman-nyaman-sheilla/21301846