Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA DENGAN GANGGUAN


RASA AMAN DAN NYAMAN (NYERI)

DI SUSUN OLEH :

NAMA : NIZAR HERU FERDIANSYAH


NIM : 071201083
KELOMPOK : 8 (DELAPAN)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

2021
A. Pengertian Kenyamanan
Kenyamanan merupakan suatu keadaan seseorang merasa sejahtera atau nyaman
baik secara mental, fisik maupun sosial (Keliat, Windarwati, Pawirowiyono, & Subu,
2015).
Kenyamanan menurut (Keliat dkk., 2015) dapat dibagi menjadi tiga yaitu:
a. Kenyamanan fisik; merupakan rasa sejahtera atau nyaman secara fisik.
b. Kenyamanan lingkungan; merupakan rasa sejahtera atau rasa nyaman yang dirasakan
didalam atau dengan lingkungannya
c. Kenyamanan sosial; merupakan keadaan rasa sejahtera atau rasa nyaman dengan
situasi sosialnya.
B. Pemenuhan Kebutuhan Rasa Nyaman
Menurut Potter & Perry (2006) yang dikutip dalam buku (Iqbal Mubarak,
Indrawati, & Susanto, 2015) rasa nyaman merupakan merupakan keadaan terpenuhinya
kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan ketentraman (kepuasan yang dapat
meningkatkan penampilan sehari-hari), kelegaan (kebutuhan yang telah terpenuhi), dan
transenden. Kenyamanan seharusnya dipandang secara holistic yang mencakup empat
aspek yaitu:
a. Fisik, berhubungan dengan sensasi tubuh
b. Sosial, berhubungan dengan interpersonal, keluarga, dan sosial
c. Psikospiritual, berhubungan dengan kewaspadaan internal dalam diri seorang yang
meliputi harga diri, seksualitas dan makna kehidupan
d. Lingkungan, berhubungan dengan latar belakang pengalaman eksternal manusia
seperti cahaya, bunyi, temperature, warna, dan unsur ilmiah lainnya. Meningkatkan
kebutuhan rasa nyaman dapat diartikan perawat telah memberikan kekuatan, harapan,
hiburan, dukungan, dorongan, dan bantuan.
C. Pengertian Gangguan Rasa Nyaman
Gangguan rasa nyaman adalah perasaan seseorang merasa kurang nyaman dan
sempurna dalam kondisi fisik, psikospiritual, lingkungan, budaya dan sosialnya (Keliat
dkk., 2015). Menurut (Keliat dkk., 2015) gangguan rasa nyaman mempunyai batasan
karakteristik yaitu: ansietas, berkeluh kesah, gangguan pola tidur, gatal, gejala distress,
gelisah, iritabilitas, ketidakmampuan untuk relasks, kurang puas dengan keadaan,
menangis, merasa dingin, merasa kurang senang dengan situasi, merasa hangat, merasa
lapar, merasa tidak nyaman, merintih, dan takut.
D. Jenis Gangguan Rasa Nyaman
Menurut (Mardella, Ester, Riskiyah, & Mulyaningrum, 2013) Gangguan rasa
nyaman dapat dibagi menjadi 3 yaitu:
a. Nyeri Akut
Nyeri akut merupakan keadaan seseorang mengeluh ketidaknyamanan dan merasakan
sensasi yang tidak nyaman, tidak menyenangkan selama 1 detik sampai dengan kurang
dari enam bulan.
b. Nyeri Kronis
Nyeri kronis adalah keadaan individu mengeluh tidak nyaman dengan adanya sensasi
nyeri yang dirasakan dalam kurun waktu yang lebih dari enam bulan.
c. Mual
Mual merupakan keadaan pada saat individu mengalami sensai yang tidak nyaman pada
bagian belakang tenggorokan, area epigastrium atau pada seluruh bagian perut yang bisa
saja menimbulkan muntah atau tidak.
E. Klasifikasi Nyeri
1. Menurut lokasinya:
a. Perifer pain : Daerah perifer (kulit & mukosa)
b. Deep pain : Somatik (periosteum/lapisan luar tulang, otot, sendi/tendon, pembuluh
darah)
c. Viseral / splanik pain : Organ viseral (renal colik, cholesistisis/radang kandung
empedu, apendisitis, ulkus gaster)
d. Reffered pain : Penyakit organ / struktur tubuh (vertebrata, viseral, otot),
ditransmisikan di bagian tubuh lain.
e. Psykogenik pain : Tanpa penyebab organik, tapi karena trauma psikologis.
f. Phantom pain : Pada bagian tubuh yang sebenarnya sudah tidak ada. Contohnya
yaitu nyeri pada kaki yang sudah diamputasi.
g. Intractable pain : Nyeri yang resisten (melawan)
2. Menurut serangannya
a. Nyeri akut : mendadak, berlangsung < 3 bulan, intensitas berat, area dapat
diidentifikasi, karakteristik ketegangan otot meningkat, dan cemas.
b. Nyeri kronis : Berlangsung > 3 bulan, intensitas ringan hingga berat, sumber nyeri
tidak diketahui dan sulit dihilangkan, sensasi difus (menyebar).
3. Menurut sifatnya
a. Insidentil : Timbul sewaktu-waktu lalu menghilang, contohnya yaitu trauma
ringan.
b. Stedy : Menetap dan dalam waktu yang lama, contohnya yaitu abses.
c. Paroximal : Intensitas tinggi dan kuat, ± 10-15 menit lalu hilang dan timbul lagi.
F. Etiologi
1. Mekanis
a. Trauma jaringan tubuh Kerusakan jaringan, iritasi langsung pada reseptor
nyeri, peradangan
b. Perubahan dalam jaringan misal:oedem Pemekaan pada reseptor nyeri
bradikinin merangsang reseptor nyeri
c. Sumbatan pada saluran tubuh distensi lumen saluran
d. Kejang otot Rangsangan pada reseptor nyeri
e. Tumor penekanan pada reseptor nyeri iritasi pada ujung – ujung saraf
2. Thermis
a. Panas/dingin yang berlebihan missal :luka bakar Kerusakan jaringan
merangsang thermo sensitive reseptor nyeri
3. Kimia
a. Iskemia jaringan mis: blok pada arteri coronary Rangsangan pada reseptor
karena tertumpunya asam laktat/bradikinin dijaringan
b. Kejang otot Sekunder dari rangsangan mekanis menyebabkan iskemia
jaringan
G. Patofisiologi
1. Nyeri diawali dengan kerusakan jaringan (tissue damage), dimana jaringan tubuh
yg cedera melepaskan zat kimia inflamatori (excitatory neurotransmitters),
(histamine dan bradykinin) sebagai vasodilator yg kuat  edema, kemerahan dan
nyeri dan menstimulasi pelepasan prostaglandins.
2. Transduksi (transduction) : perubahan energi stimulus menjadi energi elektrik, 
proses transmisi (transmission) yakni ketika energi listik mengenai nociceptor
dihantarkan melalui serabutsaraf A dan C dihantarkan dengan cepat ke substantia
gelatinosa di dorsal horn dari spinal cord  ke otak melalui spinothalamic tracts
 thalamus dan pusat-pusat yg lebih tinggi termasuk reticular formation, limbic
system, dan somatosensory cortex.
3. Persepsi (perseption) : otak menginterpretasi signal, memproses informasi dr
pengalaman, pengetahuan, budaya, serta mempersepsikan nyeri  individu mulai
menyadari nyeri.
4. Modulasi (modulation) : saat otak mempersepsikan nyeri, tubuh melepaskan
neuromodulator, seperti opioids (endorphins and enkephalins), serotonin,
norepinephrine & gamma aminobutyric acid  menghalangi /menghambat
transmisi nyeri & membantu menimbulkan keadaan analgesik, & berefek
menghilangkan nyeri.
H. Tanda Dan Gejala
 Gangguam tidur
 Posisi menghindari nyeri
 Gerakan meng hindari nyeri
 Raut wajah kesakitan (menangis,merintih)
 Perubahan nafsu makan
 Tekanan darah meningkat
 Nadi meningkat
 Pernafasan meningkat
 Depresi,frustasi
I. Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan dengan skala nyeri
 Pemeriksaan USG untuk data penunjang apabila ada nyeri tekan di abdomen
 Rontgen untuk mengetahui tukang dalam yang abnormal
 Pemeriksaan laboratorium sebagai data penunjang pemeriksaan fisik lainnya
 CT-Scan mengetahui adanya pembuluh darah yang peah diotak
 EKG
 MRI
J. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan keperawatan
 Monitor tanda-tanda vital
 Kaji adanya infeksi atau peradangan nyeri
 Distraksi dan ajarkan teknik relaksasi
 Kompres hangat
b. Penatalaksanaan Medis
 Pemberian obat Analgetik
Obat pereda nyeri tanpa disertai hilangnya perasaan secara total. Seseorang
yang mengonsumsi analgetik tetap berada dalam keadaan sadar.
 Pemberian obat ANS (Anti inflamasi non steroid)
Aspirin dan Ibuprofen mengurangi nyeri dengan cara bekerja di ujung saraf
perifer pada daerah luka dan menurunkan tingkat mediator inflamasi yang
dihasilkan luka.
K. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Fokus
a. Riwayat Keperawatan
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Lingkungan, kebisingan mempengaruhi rasa aman dan nyaman. Lingkungan
pasien mencakup semua faktor fisik dan psikososial yang mempengaruhi atau
berakibat terhadap kehidupan atau kelangsungan hidup pasien. Keamanan
yang ada dalam lingkungan ini akan mengurangi insiden terjadinya penyakit
dan cedera yang akan mempenngaruhi rasa aman dan nyaman pasien.
2. Riwayat Penyakit Dahulu
Trauma pada jaringan tubuh, misalnya ada luka bekas operasi/bedah
menyebabkan terjadinya kerusakan jaringan dan iritasi secar langsung pada
reseptor sehingga mengganggu rasa nyaman pasien.
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat ini bisa dapat menyebabkan gangguan rasa aman dan nyaman, karena
dengan adanya riwayat penyakit maka klien akan beresiko terkena penyakit
sehingga menimbulka rasa tidak nyaman seperti nyeri.
b. Perilaku non verbal : Beberapa perilaku non verbal yang dapat kita amati antara
lain ekspresi wajah, gemeretak gigi, menggigit bibir bawah, dll.
c. Kualitas : Deskripsi menolong orang mengkomunikasikan kualitas dan nyeri.
Anjurkan pasien menggunakan bahasa yang dia ketahui.
d. Faktor presipitasi : Beberapa faktor presipitasi yang meningkatkan nyeri antara
lain  lingkungan, suhu ekstrim, kegiatan yang tiba-tiba.
e. Intensitas : Nyeri dapat berupa ringan, sedang, berat atau tak tertahankan, atau
dapat menggunakan skala dari 0-10.
f. Waktu dan lama : Perawat perlu mengetahui, mencatat kapan nyeri mulai,
berapa lama, bagaimana timbulnya, juga interval tanpa nyeri, kapan nyeri
terakhir timbul.
g. Karakteristik nyeri (PQRST)
P (provokatif) : faktor yang mempengaruhi gawat dan ringannya nyeri
Q (quality) : seperti apa nyeri tersebut (tajam, tumpul, atau tersayat)
R (region) : daerah perjalanan nyeri
S (Skala nyeri) : keparahan/intensitas nyeri
T (time) : lama/waktu serangan/frekuensi nyeri
Pengkajian Skala Nyeri
 Skala nyeri 1-3 nyeri ringan (masih bisa ditahan, aktivitas tak terganggu)
 Skala nyeri 4-6 nyeri sedang (mengganggu aktivitas fisik)
 Skala nyeri 7-10 nyeri berat (tidak dapat melakuka aktivitas secara mandiri)
d. Pemeriksaan Fisik
Ekspresi wajah
1) Menutup mata rapat-rapat
2) Membuka mata lebar-lebar
3) Menggigit bibir dibawah
Verbal
1) Menangis
2) Beteriak
Tanda-tanda Vital
1) Tekanan darah
2) Nadi
3) Pernafasan
Ekstremitas
Amati gerak tubuh pasien untuk mengalokasi tempat atau rasa yang tidak nyaman.
2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
1. Nyeri Akut
Batasan karakteristik :
a. Mengkomunikasikan descriptor nyeri (misalnya rasa tidak aman nyaman,
mual, keram otot)
b. Menyeringai
c. Rentang perhatian terbatas
d. Pucat
e. Menarik diri
Faktor yang berhubungan :
a. Biologis
b. Kimia
c. Fisik
d. Psikologis
2. Nyeri Kronis
Batasan karakteristik :
a. Subyektif
1) Depresi
2) Keletihan
3) Takut kembali cidera
b. Obyektif
a. Perubahan kemampuan untuk meneruskan aktivitas sebelumnya
b. Anoreksia
c. Perubahan pola tidur
d. Wajah topeng
e. Perilaku melindungi
f. Iritabilitas
g. Perilaku protektif yang dapat diamati
h. Penutunan interaksi dengan orang lain
i. Gelisah
j. Berfokus pada diri sendiri
k. Respon yang dimediasi oleh saraf simpatis (suhu, dingin, perubahan posisi
tubuh)
l. Perubahan berat badan
Faktor yang berhubungan
a. Kanker metastasis
b. Cidera
c. Neurologi
d. Arthritis
3. Intervensi
1. Nyeri Akut
NOC :
a. Tingkat kenyamanan : tingkat persepsi positif terhadap kemudahan
kemudahan fisik dan psikologis.
b. Pengendalian nyeri : tindakan individu untuk mengendalikan Nyeri.
c. Tingkat nyeri : keparahan nyeri yang dapat diamati atau dilaporkan.
NIC :
a. Pemberian analgesik : menggunakan agens-agens farmakologi untuk
mengurangi atau menghilangkan nyeri.
b. Manajemen medikasi : memfasilitasi penggunaan obat atau resep atau obat
bebas secara aman dan efektif.
c. Manajemen nyeri : meringankan atau mengurangi rasa nyeri sampai pada
tingkat kenyamanan yang dapat diterima oleh pasien.
2. Nyeri kronis
NOC :
a. Tingkat kenyamanan : tingkat persepsi positif terhadap kemudahan fisik dan
psikologis
b. Tingkat depresi : keparahan alam perasaan melankolis dan kehilangan minat
dengan peristiwa hidup
c. Pengendalian diri terhadap depresi : tindakan individu untuk meminimalkan
melankolia dan mempertahankan minat dengan peristiwa hidup
d. Nyeri : respon seimbang psikologis, keparahan respon seimbang kognitif dan
emosi yang dapat diamati atau dilaporkan terhadap nyeri fisik
e. Pengendalian nyeri : tindakan pribadi untuk mengendalikan nyeri
f. Tingkat nyeri : keparahan nyeri yang tampak atau dilaporkan
NIC :
a. Pemberian analgesic : penggunan agen farmakologis untuk meredakan atau
menghilangkan nyeri
b. Mobilitas perilaku : meningkatkan perubahan perilaku
c. Restrukturisasi kognitif : mendorong pasien untuk mengubah distrorsi pola
pikir dan memandang diri sendiri serta dunia secara lebih realistis
d. Peningkatan koping : membantu pasien untuk beradaptasi dengan presepsi
stressor, perubahan, atau ancaman yang menghambat pemenuhan tuntutan
peran hidup.
e. Manajemen medikasi : memfasilitasi penggunaan obat resep atau obat bebas
secara aman dan efektif
f. Manajemen alam perasaan : memberikan keamanan, stabilisasi, pemulihan,
dan pemeliharaan pada pasien yang mengalami disfungsi alam perasaan baik
depresi maupun peningkatan alam perasaan
g. Manajemen nyeri : menghilangkan nyeri atau menurunkan nyeri ketingkat
yang lebih nyaman yang dapat ditoleransi oleh pasien.
h. Kontrak pasien : menegoisasi persetujuan dengan individu yang menekankan
perubahan perilaku bersama
i. Bantuan analgesia yang dikendalikan oleh pasien : memfasilitasi
pengendalian pemberian dan pengaturan analgesic oleh pasien
j. Fasilitasi tanggung jawab diri : mendorong pasien untuk lebih bertanggung
jawab terhadap perilakunya sendiri
DAFTAR PUSTAKA

A Potter, & Perry, A. G. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, Dan
Praktik, edisi 4, Volume.2. Jakarta: EGC.
Keliat, B. A., Dwi Windarwati, H., Pawirowiyono, A., & Subu, A. (2015). Nanda International
Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10. (T. H. Herdman & S.
Kamitsuru, Eds.) (edisi 10). Jakarta: EGC
Mardella, E. A., Ester, M., Riskiyah, S. Y., & Mulyaningrum, M. (2013). Buku Saku Diagnosis
Keperawatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
NANDA Internasional Inc. 2015. Diagnosis Keperawatan: Definisi & Klasifikasi 2015-2017,
Edisi 10. Jakarta:
TINJAUAN KASUS

Pada kasus ini, pasien adalah seorang laki-laki berumur 50 tahun dengan keluhan
utama nyeri kepala. Nyeri kepala ini dirasakan sejak sekitar 2 minggu yang lalu yang
berlangsung terus-menerus dan semakin memberat ketika Pasien sedang stress. Selain itu
pasien juga mengeluhkan nyeri pada bagian belakang leher, seperti tertindih benda berat
dan nyeri terasa kurang lebih 2 menit, sering pusing dan selalu merasa lelah. Pasien
mengatakan tidurnya tidak nyenyak, waktu tidur tidak menentu setiap hari karena Tn. S
mengatakan sering terbangun pada malam hari dan sulit untuk memulai tidur kembali
terutama pada waktu malam hari. Pasien mengaku seringkali mengkonsumsi ikan asin
hampir setiap hari, merokok 1 hari 1 bungkus, mengkonsumsi kopi 2 gelas perhari,
Pasien juga sering mengkonsumsi makanan yang digoreng, jarang mengkonsumsi buah
dan sayur serta jarang berolahraga.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 160/110 mmHg. Frekuensi
nadi: 92 x/menit, laju pernapasan : 20 x/menit, suhu aksila : 36,7 oC, berat badan : 65 Kg,
tinggi badan : 167 cm.

1. Pengkajian
A. Identitas
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. S
Tempat & Tgl Lahir : Ungaran, 16 Januari 1966
Pendidikan Terakhir : SMP
Agama : Islam
Suku : Jawa
Status Perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Buruh
TB/BB : 167 cm/ 65 kg
Golongan Darah :B
Diagnosa Medis : Hipertensi
Gangguan KDM : Gangguan Rasa Aman Nyaman
Alamat : Nyatnyono
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. K
Umur : 45 tahun
Pendidikan Terakhir : SMP
Agama : Islam
Suku : Jawa
Hubungan dgn Pasien : Istri
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Nyatnyono
B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Pasien mengatakan pusing dan nyeri kepala dan nyeri di belakang leher.
2. Riwayat Kesehatan Saat ini
Alasan masuk rumah sakit : Nyeri kepala ini dirasakan sejak sekitar 2 minggu yang
lalu yang berlangsung terus-menerus dan semakin memberat ketika Pasien sedang
stress. Selain itu pasien juga mengeluhkan nyeri pada bagian belakang leher, seperti
tertindih benda berat dan nyeri terasa kurang lebih 2 menit dengan skala 4 (sedang),
sering pusing dan selalu merasa lelah. Pasien mengatakan tidurnya tidak nyenyak,
waktu tidur tidak menentu setiap hari karena Tn. S mengatakan sering terbangun pada
malam hari dan sulit untuk memulai tidur kembali terutama pada waktu malam hari.
Faktor pencetus : Keluarga pasien mengatakan mungkin faktor pencetus karena
kebanayakan pikiran dan pola hidup yang kurang sehat.
Upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi masalah dan keberhasilannya : Keluarga
mengatakan untuk mengurangi rasa sakitnya hanya dengan membeli obat di apotik.
Faktor yang memperberat : Pasien mengaku seringkali mengkonsumsi ikan asin
hampir setiap hari, merokok 1 hari 1 bungkus, mengkonsumsi kopi 2 gelas perhari,
Pasien juga sering mengkonsumsi makanan yang digoreng, jarang mengkonsumsi
buah dan sayur serta jarang berolahraga.
3. Riwayat kesehatan masa lalu
Pasien mengatakan tidak pernah masuk rumah sakit sebelumnya dan Pasien
mengatakan tidak memiliki riwayat alergi apapun baik obat maupun makanan
4. Riwayat kesehatan keluarga
- Penyakit menular: Pasien mengatakan didalam keluarganya terdapat riwayat
hipertensi
- Penyakit menurun: Pasien mengatakan ada riwayat penyakit menurun
dikeluarganya.
- Genogram

Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien
: Meninggal
- - - : Tinggal serumah
C. PENGKAJIAN POLA FUNGSIONAL
1. Persepsi terhadap kesehatan
Pasien mengatakan jika memiliki masalah kesehatan maka pasien akan ke klinik
terdekat/membeli obat di apotik. Pasien tidak melakukan pemeriksaan kesehatan
secara rutin
2. Pola bernafas
Sebelum sakit : Pasien mengatakan tidak memiliki masalah pernafasan seperti
kesulitan bernafas
Selama sakit : Pasien mengatakan tidak mengalami kesulitan bernafas
3. Kebutuhan cairan & elektrolit
Sebelum sakit: Pasien minum air putih kurang lebih 1500 cc/hari dan meminum kopi
dua gelas perhari.
Selama sakit: Pasien minum air putih kurang lebih 1000 cc/hari
4. Pola nutrisi-metabolik
Sebelum sakit: Pasien makan 2-3 kali sehari dengan waktu pagi siang dan sore.
Pasien menghabiskan satu porsi nasi, sayur dan lauk.
Selama sakit: Pasien sedikit kehilangan selera makan untuk makan satu porsi pun
tidak sampai habis.
5. Pola eliminasi BAK dan BAB
Sebelum sakit: Pasien mengatakan BAK jernih, 3-4 kali sehari. BAB lunak,
kecoklatan, 1 kali sehari
Selama sakit: Pasien mengatakan BAK jernih, 2-3 kali sehari. BAB agak lembek,
kecoklatan, 1 kali sehari
6. Pola aktivitas dan latihan
Sebelum sakit : Pasien dapat melakukan aktivitas/kegiatan seperti biasa. Pasien
jarang melakukan olahraga.
Selama sakit : Pasien mudah lelah saat melakukan aktivitas/kegiatan. Olahraga juga
jarang melakukan olahraga
7. Pola istirahat dan tidur
Sebelum sakit: Pasien tidur malam kurang lebih 7-8 jam. Tidak ada gangguan tidur
Selama sakit : Pasien mengatakan setelah sakit waktu tidur tidak menentu setiap hari
karena Tn. S mengatakan sering terbangun pada malam hari dan sulit untuk memulai
tidur kembali terutama pada waktu malam hari. Pasien mengeluhkan pusing pada
kepalanya.
8. Pola konsep diri
Citra tubuh: Pasien mengatakan tidak ada bagian tubuh yang tidak disukai
Peran: Pasien mengatakan tidak dapat menjalankan perannya sebagai suami untuk
mencari nafkah.
Ideal diri: Pasien berharap bisa sembuh dan penyakitnya dan dapat melakukan
perannya sebagai suami.
Harga diri: Pasien mengatakan harga dirinya sedikit menurun karena tidak dapat
menjalankan perannya dan pasien merasa tidak berdaya akibat dari masalah
kesehatan.
Aktualisasi diri: Pasien mengatakan biasanya dapat mengembangkan potensi yang
ada di dalam dirinya. Namun selama sakit, pasien merasa bahwa memiliki
keterbatasan dalam menggali dan mengembangkan potensi yang ada di dalam dirinya
9. Pola koping
Selama sakit pasien mengatakan bahwa selalu berpikir positif bahwa semua
penyakit yang diberikan merupakan cobaan dari Allah SWT.
10. Pola seksual-reproduksi
Pasien sudah berumah tangga.
11. Pola peran-berhubungan
Peran pasien sebagai seorang Suami untuk mencari nafkah dapat terpenuhi, namun
saat sakit pasien kesulitan menjalankan peran. Hubungan terdekat pasien yaitu
dengan keluarga, hubungan pasien dengan kerabat dan orang sekitar baik
12. Pola nilai dan kepercayaan
Pasien beragama islam, pasien menjalankan kebiasaanya beribadah secara rutin.
Pasien yakin bahwa penyakit yang diderita adalah cobaan dari Allah SWT yang
harus tetap dijalani.
13. Kebutuhan rasa aman dan nyaman
Pasien mengatakan tidak merasa nyaman karena keluhan nyeri pada kepala.
14. Kebutuhan belajar
Pasien mengatakan kebutuhan untuk mencari ilmu/informasi baru diperlukan selama
hidup untuk dapat memenuhi tuntutan zaman yang semakin maju terus menerus.
15. Kebutuhan personal hygiene
Sebelum sakit: Pasien dapat memenuhi kebutuhan kebersihan diri secara mandiri
menuju kamar mandi
Selama sakit: Pasien harus dibantu untuk memenuhi kebutuhan kebersihan diri.
D. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum
Tinggi badan : 167 cm
Berat badan : 65 kg
2. TTV
Tekanan darah : 160/110 mmHg
Nadi : 92 x/menit
Suhu : 36, 7°C
RR : 20 x/menit
3. Kulit dan kuku
Kulit pasien bersih, turgor baik, kulit tidak ada lesi/edema, kuku bersih tidak
panjang, CRT < 3 detik
4. Kepala dan rambut
Kulit kepala bersih, tidak ada lesi, tidak ada edema. Rambut bersih, warna hitam
mulai memutih, distribusi merata, terdapat nyeri tekan pada bagian kepala.
5. Mata
Tidak ada gangguan penglihatan, konjungtiva tidak anemis, sklera jernih
6. Hidung
Bersih, tidak ada lesi, tidak ada edema
7. Telinga
Tidak ada gangguan pendengaran, kanan-kiri simetris, tidak ada lesi, tidak ada
edema, tidak ada kotoran
8. Mulut (bibir, gigi, lidah, faring)
Bibir tidak pecah, lembab, tidak ada sariawan. Gigi bersih, tidak ada karies. Lidah
merah muda, tidak ada sariawan/lesi/edema. Faring tidak ada lesi
9. Dada
a. Paru-paru
Inspeksi: Tidak ada lesi, tidak ada edema, ekspansi dada simetris
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan
Perkusi: Sonor
Auskultasi: Vesikuler
b. Jantung
Inspeksi: Tidak ada lesi, tidak ada edema
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan
Perkusi: Pekak
Auskultasi: S1/S2 reguler
c. Abdomen
Inspeksi: Tidak ada lesi, tidak ada edema
Auskultasi: Normal (16x/menit)
Perkusi: Timpani
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan
10. Genetalia (anus dan alat kelamin)
Tidak ada hemoroid, tidak ada hernia, tidak ada masalah lain
11. Ekstremitas
a. Ekstremitas atas : Tampak simetris, tidak ada bentuk tulang, pergerakan sendi
normal dan tidak ada nya kelainan pada Ekstremitas atas.
b. Ekstremitas bawah: Tampak simetris, tidak ada bentuk tulang, pergerakan sendi
normal dan tidak ada nya kelainan pada Ekstremitas atas.
E. Data Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
-
2. Pemeriksaan diagnostik
-
3. Terapi
Amloidipin 5 mg
Captopril 25 mg
Parasetamol 500 mg
Infus Rl 20 tpm
2. ANALISA DATA
No Analisa Data Etiologi Masalah

1. DS: Hipertensi (D. 0077) Nyeri akut


- Pasien mengatakan sakit kepala dan pusing
P : Hipertensi
Q : Seperti tertindih benda berat Otak
R : Kepala
S : 4 (sedang)
T : 2 menit Resistensi Pembuluh
- Pasien mengatakan tegang pada leher bagian darah otak meningkat
belakang.
DO:
Nyeri
KU: Lemah
Tekanan darah: 160/110 mmHg
Nadi: 92 x/menit
Suhu: 36, 7°C
RR: 20 x/menit

2. DS: Hipertensi (D. 0055) Gangguan Pola


- Pasien mengatakan tidurnya tidak nyenyak, Tidur
waktu tidur tidak menentu setiap hari karena
sering terbangun pada malam hari. Otak
DO:
- Pasien tampak lemah
- Tekanan darah: 160/110 mmHg Resistensi Pembuluh
- Nadi: 92 x/menit darah otak meningkat
- Suhu: 36, 7°C
- RR: 20 x/menit
Nyeri

Gangguan Pola Tidur

3. DS: Pemilihan gaya hidup (D. 0099) Perilaku


- Pasien mengaku sering kali mengkonsumsi ikan tidak sehat Kesehatan Cenderung
asin hampir setiap hari. Beresiko
- Pasien merokok 1 hari 1 bungkus.
- Pasien mengkonsumsi kopi 2 gelas perhari.
- Pasien juga sering mengkonsumsi makanan
yang digoreng, jarang mengkonsumsi buah dan
sayur serta jarang berolahraga
DO:
- Pasien tampak lemah
- Tekanan darah: 160/110 mmHg
- Nadi: 92 x/menit
- Suhu: 36, 7°C
- RR: 20 x/menit

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS


a. (D. 0077) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis.
b. (D. 0055) Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan Nyeri Akut
c. (D. 0099) Perilaku Kesehatan Cenderung Beresiko berhubungan dengan Pemilihan gaya hidup tidak sehat
4. RENCANA KEPERAWATAN
No Hari/Tgl Dx Kep (SDKI) Tujuan (SLKI) Intervensi (SIKI)

1. (D. 0077) (L.08066) Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri (I.08238)

Nyeri akut Ekspetasi : membaik Tindakan :


berhubungan Kriteria hasil :
1. Observasi
dengan agen 1. Diharapkan keluhan nyeri
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
pencedera berkurang dari skala 3
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.
fisiologis (sedang) ke skala 5
- Identifikasi skala nyeri
(menurun)
- Identifikasi faktor yang memperberat dan
2. Diharapkan kesulitan tidur
memperingan nyeri
dapat teratasi skala 3
2. Terapeutik
(sedang) ke skala 5
- Berikan teknik non farmakologis untuk
(menurun)
mengurangi rasa nyeri
3. Diharapkan kegelisahan
- Kontrol Lingkungan yang memperberat
klien berkurang skala 3
rasa nyeri.
(sedang) ke skala 5
3. Edukasi
(menurun)
- Jelaskan penyebab, periode dan pemicu
nyeri.
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
2. (D. 0055) L.05045 Pola tidur I. 09265 Dukungan Tidur
Definisi : Memfasilitasi siklus tidur dan
Gangguan Pola Definisi :Keadekuatan terjaga yang teratur
Tidur kualitas dan kuantitas tidur
- Identifikasi pola aktivitas dan tidur
berhubungan Ekspetasi : Meningkat - Modifikasi lingkungan
dengan Nyeri - Anjurkan menepati kebiasaan waktu
- Tidur dari skala 2 ke skala tidur
Akut 4 - Ajarkan teknik relaksasi
- Keluhan sering terjaga - Sesuaikan jadwal pemberian obat
dari skala 2 ke skala 4 - Lakukan prosedur untuk meningkatkan
- Keluhan tidak puas tidur kenyamanan
dari skala 2 ke skala 4 - Ajarkan relaksasi otot autogenic atau
cara nonfarmakologi lainnya
3. (D. 0099) Perilaku kesehatan (L.12107) Edukasi perilaku upaya kesehatan
Perilaku (I.12435)
Definisi : kemampuan dalam
Kesehatan Definisi : mengajarkan dan
mengubah gaya
Cenderung memfasilisasi perubahan perilaku
Beresiko hidup/perilaku untuk yang mendukung kesehatan
berhubungan Tindakan :
memperbaiki status kesehatan
dengan Observasi
Ekspetasi membaik
Pemilihan gaya 1. Identifikasi kesiapan dan
hidup tidak Dengan kriteria hasil: kemampuan menerima informasi
sehat Terapeutik :
- Penerimaan terhadap
1. sediakan materi dan media
perubahan status kesehatan
pendidikan kesehatan
dari skala 1 (menurun) 2. jadwalkan pendidikan kesehatan
menjadi skala 5 (meningkat) sesuai kesepakatan
Edukasi :
- Kemampuan peningkat
1. jelaskan penanganan masalah
kesehatan dari skala 1
kesehatan
(menurun) menjadi skala 5 2. ajarkan program kesehatan dalam
kehidupan sehari-hari
(meningkat)
3. ajarkan cara pemeliharaan kesehatan
- Pencapaian pengendalian

kesehatan dari skala 1

(menurun) menjadi skala 5

(meningkat)

Anda mungkin juga menyukai