Nama :
ANGGUN SABNA CLARISTA
(121009/SMT 3)
STIKES TELOGOREJO SEMARANG
I. HALAMAN JUDUL
Laporan Pendahuluan Kebutuhan Dasar Manusia dengan Gangguan Pemenuhan
Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman akibat nyeri pasca operasi di RSUD Dr.
Gunawan Mangunkusumo
I. KONSEP DASAR
1. Definisi
Kolcaba ( 1992, dalam potter & perry, 2006 ) mengungkapkan kenyamanan/rasa
nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yaitu
kebutuhan akan ketentraman ( suatu kepuasan yang meningkatkan penampilan sehari-
hari ), kelegaan ( kebutuhan telah terpenuhi ), dan transenden (keadaan tentang
sesuatu yang melebihi masalah dan nyeri). Kenyamanan mesti dipandang secara holistic
yang mencakup empat aspek yaitu :
a) Fisik, berhubungan dengan sensasi tubuh
b) Sosial, berhubungan dengan hubungan interpersonal, keluarga, dan sosial
c) Psikospiritual, berhubungan dengan kewaspadaan internal dalam diri sendiri
yang meliputi harga diri, seksualitas, dan makna kehidupan
d) Lingkungan, berhubungan degan latar belakang pengalaman eksternal manusia
seperti cahaya, bunyi, temperature, warna, dan unsur alamiah lainnya.
b. Klasifikasi Nyeri
Nyeri dapat diklasifikasikan menjadi nyeri akut dan nyeri kronis. Nyeri
akut adalah nyeri yang terjadi setelah cedera akut, penyakit atau intervensi
bedah dan memiliki awitan yang cepat, dengan intensitas yang bervariasi
(ringan sampai berat) dan berlangsung singkat (kurang dari enam bulan dan
menghilang dengan atau tanpa pengobatan setelah keadaan pulih pada area
yang rusak. Nyeri kronis adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap
sepanjang suatu periode waktu. Nyeri yang disebabkan oleh adanya kuasa
keganasan seperti kanker yang tidak terkontrol atau non keganasan. Nyeri
kronik berlangsung lama (lebih dari enam bulan) dan akan berlanjut walaupun
pasien diberi pengobatan atau penyakit tampak sembuh. Karakteristik nyeri
kronis adalah area nyeri tidak mudah diidentifikasi, intensitas nyeri sukar untuk
diturunkan, rasa nyeri biasanya meningkat, sifat nyeri kurang jelas, dan
kemungkinan kecil untuk sembuh atau hilang. Nyeri kronis non maligna
biasanya dikaitkan dengan nyeri akibat kerusakan jaringan yang non progresif
atau telah mengalami penyembuhan.
1. Resepsi
Pemaparan terhadap panas atau dingin, tekanan, friksi dan zat-zat kimia
menyebabkan pelepasan substansi, seperti histamine, bradikinin dan
kalium, yang bergabung dengan lokasi reseptor di nosiseptor (reseptor yang
berespon terhadap stimulus yang membahayakan) untuk memulai transmisi
neural, yang dikaitkan dengan nyeri. Beberapa reseptor hanya berespon
pada satu jenis nyeri, sedangkan reseptor yang lain juga sensitive terhadap
temperature dan tekanan. Apabila kombinasi dengan reseptor nyeri
mencapai ambang nyeri (tingkat intensitas stimulus minimum yang
dibutuhkan untuk membangkitkan suatu impuls saraf), kemudian terjadilah
aktivasi neuron nyeri. Karena terdapat variasi dalam bentuk dan ukuran
tubuh, maka distribusi reseptor nyeri di setiap bagian tubuh bervariasi.
Impuls saraf yang dihasilkan oleh stimulus nyeri, menyebar disepanjang
serabut saraf perifer aferen. Dua tipe serabut saraf perier mengkonduksi
stimulus nyeri. Serabut A-Delta yang bereliminasi dengan cepat dan serabut
C yang tidak bermielinasi dan berukuran sangat kecil serta lambat. Serabut
A mengirim sensasi tajam, terlokalisasi, dan jelas yang melokalisasi sumber
nyeri dan mendeteksi intensitas nyeri. Serabut C menghantarkan impls yang
terlokalisasi buruk, visceral, dan terus menerus.
Ketika serabut C dan A-delta mentransmisikan impuls dari serabut saraf
perifer, maka akan melepaskan mediator biokimia yang mengaktifkan dan
membuat peka respons nyeri. Misalnya, kalium, prostaglandin dilepaskan
ketika sel-sel lokal mengalami kerusakan. Transmisi stimulus nyeri berlanjut
sampai transmisi tersebut berakhir dibagian kornu dorsalis medulla spinalis.
Di dalam kornu dorsalis, neurotransmitter, seperti substansi P dipelaskan,
sehingga menyebabkan suatu transmisi spinalis dari saraf perifer ke saraf
traktus spinotalamus. Hal ini memungkinkan impuls nyeri ditransmisikan
lebih jauh ke dalam system saraf pusat.
2. Neuroregulator
Neuroregulator memegang peranan yang penting dalam suatu pengalaman
nyeri. Sustansi ini ditemukan di lokasi nosiseptor. Neuroregulator dibagi
menjadi dua kelompok, yakni neurotransmiter dan neuromodulator.
Neurotransmitter seperti substansi P mengirim impuls listrik melewati celah
sinap diantara dua serabut saraf (eksitator dan inhibitor). Neuromodulator
memodifikasi aktivitas neuron dan menyesuaikan atau menvariasikan
transmisi stimulus nyeri tanpa secara langsung mentransfe tanda saraf
melalui sebuah sinap. Endorfin merupakan salah satu contoh
neuromodulator.
2) Respon perilaku
Sensasi nyeri terjadi ketika merasakan nyeri. Gerakan tubuh yang khas
dan ekspresi wajah yang mengindikasikan nyeri dapat ditunjukkan oleh
pasien sebagai respon perilaku terhadap nyeri. Rspon tersebut seperti
mengkerutkan dahi, gelisah, memalingkan wajah ketika diajak bicara.
2. Efek perilaku
Menunjukkan ekspresi wajah dan gerakan tubuh yang khas dan
berespon secara verbal serta mengalami kerusakan dalam interaksi sosial.
3. Pengaruh pada aktivitas sehari-hari
Pasie yang mengalami nyeri setiap hari kuran mampu berpartisipasi dalam
aktivitas rutin, rasa ketidaknyamanan saat melakukan aktivitas.
f. Etiologi
1. Usia
merupakan variable penting yang mempengaruhi nyeri, anak-
anak mengalami kesulitan secara veral dalam mengekspresikan dan
mengungkapkan rasa nyeri, sedangkan dewasa atau lanjut usia memiliki
resiko tinggi mengalami situasi yang memuat mereka merasakan nyeri
akibat adanya komplikasi penyakit dan degeneratif
2. Jenis kelamin
Secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna
dalam berespon terhadap nyeri, namun beberapa kebudayaan yang
mempengaruhi jenis kelamin misalnya menganggap bahwa seorang
3. Kebudayaan
Beberapa kebudayaan yakni bahwa memperlihatkan nyeri
adalah sesuatu yang alamiah.kebudayaan lain cenderung untuk melatih
perilaku yang tertutup.
4. Makna nyeri
Makna nyeri akan mempengaruhi pengalaman nyeri dan cara
seseorang beradaptasi terhadap nyeri.
5. Ansietas
Ansietas seringkali meningkatkan presepsi nyeri tetapi nyeri
juga dapat menimbulkan suatu perasaan ansietas
6. Keletihan
Rasa kelelahan menyebabkan sensasi nyeri semakin intensif dan
menurunkan kemampuan koping sehingga meningkatkan persepsi
nyeri.
7. Gaya koping
Individu yang memiliki lokus kendali internal mempresepsikan
diri mereka sebagai individu yang dapat mengendalikan lingkungan
mereka sdan hasil akhir suatu peristiwa seperti nyeri.
8. Dukungan keluarga dan sosial
Kehadiran orang-orang terdekat pasien dan bagaimana sikap
mereka terhadap pasien mempengaruhi respon nyeri. Pasien dengan
nyeri mmerlukan dukungan, bantuan dan perlindungan.
g. Patofisiologi Nyeri
Bila terjadi kerusakan jaringan/ancaman kerusakan jaringan tubuh,
seperti pembedahan akan menghasilkan sel-sel rusak dengan konsekuensi akan
mengeluarkan zatzat kimia bersifat algesik yang berkumpul sekitarnya dan
dapat menimbulkan nyeri. Akan terjadi pelepasan beberapa jenis mediator
seperti zat-zat algesik, sitokin serta produkproduk seluler yang lain, seperti
metabolit eicosinoid, radikal bebas dan lain-lain.
h. Manifestasi klinik
1. Nyeri Akut
Melaporkan nyeri secara verbal dan non verbal
Menunjukkan kerusakan
Gangguan tidur
Muka dengan ekspresi nyeri
Tingkah laku ekspresif (gelisah, merintih, nafas panang, mengeluh)
Posisi untuk mengurangi nyeri
Penurunan tanda-tanda vital
2. Nyeri Kronis
Perubahan berat badan
Melaporkan secara verbal dan non verbal
Menunjukkan gerakan melindungi, gelisah, depresi, focus pada diri
sendiri
Kelelahan
Perubahan pola tidur
Takut cedera
Interaksi dengan orang lain menurun
i. Komplikasi
Edema paru
Kejang
Masalah mobilisasi
Hipertermia
Hipertensi
Gangguan pola istirahat tidur
j. Penanganan Nyeri
1. Farmakologi
Analgesik Narkotik, terdiri dari berbagai derivate opium seperti
morfin dan kodein. Narkotik dapat memberikan efek penurun nyeri
dan kegembiraan karena obat ini mengadakan ikatan dengan
reseptor opiate dan mengaktifkan penekan nyeri endogen pada
sumsum saraf pusat (Tamsuri, 2007).
Analgesic non narkotik, seperti aspirin, asetaminofen, dan ibuprofen
selain memiliki efek anti nyeri juga memiliki efek anti inflamasi dan
anti piretik.
2. Non Farmakologi
Relaksasi progresif, kebebasan mental dan fisik dari ketegangan
stress. Teknik relaksasi memberikan individu control diri ketika
terjadi rasa ketidaknyamanan atau nyeri, stress fisik, dan emosi
pada nyeri (potter & perry, 2007)
Stimulasi kutaneus placebo, merupakan zat tanpa kegiatan
farmakologik dalam bentuk yang dikenal oleh klien seperti kapsul,
cairan injeksi, dan sebagainya.
Teknik distraksi, merupakan metode untuk menghilangkan nyeri
dengan cara mengalihkan perhatian pasien pada hal-hal yang lain
sehingga pasien akan lupa terhadap nyeri yang dialami (Priharjo,
1996).
II. PATHWAYS
Kerusakan Jaringan Tumor Iskemia Spasme Otot
Reseptor
Serabut A Serabut C
Nyeri
IV. PERENCANAAN
A. PRIORITAS MASALAH
1. Nyeri akut dengan agen pencedera fisiologis (mis : inflamasi, iskemia, neoplasma)
(D.007)
Definisi : pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
B. INTERVENSI KEPERAWATAN
DAFTAR PUSAKA