Pembimbing:
Ibu Risa Setia Ismandani S.Kep.,Ns
Disusun Oleh:
Diasi Putri Dinanti
D3A2021.057 / 1C
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat
dan anugerah-Nya, penulis dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan dengan
judul “Kebutuhan Dasar Manusia : Personal Higiene”.
Laporan Pendahuluan ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat
menyelesaikan mata ajar BLOOKPK 008 di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Panti
Kosala.
Laporan Pendahuluan ini dapat penulis selesaikan berkat bantuan banyak
pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Dra. Endang Dwi Ningsih, M.M., selaku KETUA SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN PANTI KOSALA.
2. Ibu Risa Setia I S.Kep.,Ns selaku dosen pembimbing dalam pembuatan
Laporan Pendahuluan ini.
3. Keluarga yang telah memberi motivasi bagi penyusun
Penyusun menyadari dalam penyusunan Laporan Pendahuluan ini masih
banyak kekurangan. Untuk itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang
bermanfaat dan bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan
penyusunan di waktu yang akan datang. Penyusun berharap semoga Laporan
Pendahuluan ini dapat berguna bagi semua pihak.
Penyusun
i
LEMBAR PENGESAHAN
Hari:
Tanggal:
Pembimbing LP
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
iii
LAPORAN PENDAHULUAN
KEBUTUHAN DASAR MANUSIA: PERSONAL HIGIENE
1
2) Stratum Lusidum. Disebut juga lapisan sel-sel jernih,
karena selnya tidak berinti dan berpigmen.
3) Stratum Granulosum/ Lapisan Granular. Terdiri dari 1-4
baris sel-sel berbentuk intan, berisi butir-butir (granula)
keratohyalin basofik.
4) Stratum Spinosum/ Lapisan Malpighi. Merupakan lapisan
epidermis yang paling tebal dan kuat. Terdiri dari sel-sel
polygonal yang di lapisan atas menjadi lebih gempeng.
Sel-sel mempunyai protoplasma yang menonjol yang
terlihat seperti duri-duri. Lapisan malpighi jaga terdiri atas
sel-sel yang aktif membelah diri.
5) Stratum Germinativum/ Lapisan Basale. Terdiri dari satu
lapisan sel-sel yang kuboid yang tegak lurus terhadap
dermis. Di dalam sel terdapat sitoplasma yang basofilik
dengan inti yang besar, lonjong, dan bewarna hitam.
2
sehingga setiap kondisi yang mengenai tangan secara otomatis akan
mengganggu kemampuan dalam hal perawatan diri klien (lsro’in dan
Andarmoyo, 2012: 23-25).
Kuku merupakan salah satu dermal appendages yang mengandung
lapisan tanduk yang terdapat pada ujung-ujung jari tangan dan kaki.
Untuk memahami kesehatan kuku, maka diperlukan pengetahuan
mengenai fungsi kuku dan struktur kuku. Kuku berfungsi untuk
membantu jari-jari untuk memegang, dan sebagai kosmetik/ cermin
kecantikan.
3
Bagian-bagian gigi terdiri dari:
4
e. Hair papilla atau papilla rambut adalah bagian yang berada di
folikel paling bawah dan bertugas menerima nutrisi dari folikel. Di
sinilah tempat rambut sesungguhnya bertumbuh. Ketika sel-sel
bertambah dan memproduksi keratin untuk mengeraskan
strukturnya, sel-sel itu didorong ke luar folikel dan kemudian
muncul di permukaan kulit sebagai batang rambut.
5. Mata, Telinga dan Hidung
Mata, telinga dan hidung adalah organ adalah organ yang termasuk
dalam anatomi personal higiene (Isro’in dan Andarmoyo, 2021: 53-
60).
a. Mata
Mata adalah indra penglihatan yang berfungsi sebagai indra
penglihatan yang menerima rangsangan berkas-berkas cahaya
pada retina dengan perantara serabut-serabut nervus opticus,
menghantarkan rangsangan ini ke pusat penglihatan pada otak
untuk ditafsirkan.
Bagian-bagian pada bola mata adalah sebagai berikut:
1) Okulis (bola mata)
a) Lapisan luar, yang meliputi:
(1) Kornea, merupakan selaput yang tembus cahaya dan
tidak mengandung pembuluh darah.
(2) Sklera, merupakan bagian dinding luar bola mata dan
membentuk sebagian putih pada mata.
b) Lapisan tengah, yang meliputi:
(1) Koroid, merupakan selaput yang tipis dan kaya akan
pembuluh darah. Fungsinya memberikan nutrisi pada
mata.
(2) Korpus silliaris, merupakan lapisan tebal yang
terbentang mulai dari ora serata sampai ke iris. Bentuk
seperti cincin. Fungsi untuk terjadinya akomodasi pada
pada proses melihat.
(3) Iris, mengandung pigmen. Di bagian tengah terdapat
bagian berlubang disebut pupil yang berguna untuk
mengatur cahaya yang masuk ke mata. Bagian
belakang iris menempel pada lensa mata, sedang
ujung pinggirnya lanjut ke korpus siliaris.
c) Lapisan dalam, yang meliputi retina, merupakan lapisan
yang kaya akan pembuluh saraf, yang nantinya akan
mensyarafi organ penglihatan.
5
2) Organ okuli assesoria
Alat pembantu mata terdapat disekitar bola mata yang sangat
erat hubungannya dengan mata, terdiri dari:
a) Kavum orbita merupakan tempat bermuaranya bola mata.
b) Supersilium (alis mata), merupakan batas orbita dengan
dua potong kulit tebal yang melengkung ditumbuhi oleh
bulu pendek yang berfungsi sebagai pelindung mata dari
teknik matahari dan sebagai alat kosmetik atau alat
kecantikan.
c) Palpebra (kelopak mata), terdiri dari 2 bagian yaitu:
kelopak mata atas bawah, berfungsi sebagai pelindung
mata sewaktu-waktu jika ada gangguan pada mata. Pada
ujung kelopak mata terdapat silia (bulu mata)
d) Apparatus lakrimalis (air mata) sebuah kelenjar yang
menghasilkan air mata, dihasilkan oleh kelenjar lakrimalis
superior dan inferior.
e) Muskulus okuli (otot mata), merupakan otot-otot yang
menggerakkan bola mata.
f) Konjungtiva, merupakan bagian mata yang banyak
mengandung kelenjar limfe dan pembuluh darah.
3) Saraf indera penglihat
Merupakan saraf yang berkepentingan dalam terjadinya
proses penglihatan, dalam hal ini adalah nervus optikus/ saraf
otak ll, merupakan saraf otak yang menghubungkan bulbus
okuli (bola mata) dengan otak sebagai pusat penerjemah
segala visual yang telah dilihat.
b. Telinga
Telinga merupakan salah satu alat panca indra yang berfungsi
untuk mendengar.
Anatomi telinga terdiri dari:
1) Telinga bagian luar (auris eksterna) terdiri dari:
a) Aurikula (daun telinga), berfungsi menampung gelombang
suara datang dari luar masuk ke dalam telinga.
b) Meatus akusticus eksterna (liang telinga tengah).
Merupakan saluran penghubung aurikula dengan
membrane timpani yang banyak mengandung rambut,
kelenjar sebasea, dan klelenjar keringat khususnya
menghasilkan secret-sekret yang berbentuk serumen.
c) Membran timpani yang merupakan selaput gendang
telinga.
6
2) Telinga bagian tengah (auris media) terdiri dari:
a) Kavum timpani. Merupakan rongga di dalam tulang
temporalis dimana terdapat 3 buah tulang pendengaran
(maleus, inkus dan stapes)
b) Antrum timpani. Merupakan rongga tidak teratur yang agak
luas terletak dibagian bawah samping dari kavum timpani.
c) Tuba auditive eustaki. Merupakan saluran tulang rawan
yang panjangnya kurang lebih 3,7 cm berjalan miring ke
bawah agar ke depan, di lapisi oleh lapisan mukosa.
3) Telinga bagian dalam (auris interna). Terletak pada bagian
tulang keras pylorus temporalis, terdapat reseptor
pendengaran dan alat pendengar ini disebut labirin (osseous
dan membranosus)
c. Hidung
Hidung berfungsi sebagai jalan nafas, pengantur kondisi udara (air
conditioning), sebagai penyaring dan pelindung, indra penghirup,
resonansi suara, proses bicara, refleks nasal.
Hidung terdiri dari hidung bagian luar atau piramid hidung dan
rongga hidung (hidung dalam).
1) Hidung luar
Hidung luar berbentuk piramid menonjol pada garis tengah di
antara pipi dengan bibir atas. Struktur hidung luar dapat
dibedakan atas 3 bagian: yang paling atas berupa kubah
tulang yang tak dapat digerakkan, di bawahnya terdapat
kubah kartilago yang sedikit dapat di gerakkan, dan yang
paling bawah adalah lobulus hidung yang mudah digerakkan.
Berikut bagian-bagiannya dari atas ke bawah:
a) Pangkal hidung (bridge)
b) Dorsum nasi
c) Puncak hidung
d) Ala nasi
e) Kolumela
f) Lubang hidung (nares anterior)
2) Hidung dalam
Struktur ini membentang dari os internum di sebulah anterior
hingga kaona di posterior, yang memisahkan rongga hidung.
Septum nasi merupakan struktur tulang di garis tengah,
secara anatomi membagi organ menjadi 2 lubang hidung.
7
6. Reproduksi/ Genetalia
Sistem reproduksi atau sistem genital adalah sistem organ seks
dalam organisme yang bekerja sama untuk tujuan reproduksi seksual.
Fungsi sistem reproduksi pada pria terutama untuk produksi dan
penyimpanan, serta mengantarkan sperma untuk pembuahan sel
telur. Sedangkan sistem reproduksi wanita memiliki fungsi
memproduksi sel telur dan mengandung bayi (Magdalena et all, 2020:
119-125 ).
a. Organ reproduksi Pria
1) Penis
Penis terletak menggantung di depan scrotum. Bagian ujung
disebut gland penis dan bagian pangkal disebut pangkal radial
penis. Kulit pembungkus amat tipis tidak berhubungan dengan
bagian permukan dalam dari organ dan tidak mempunyai
jaringan adiposa. Kulit ini berhungan dengan pelvis, scrotum,
dan perineum.
2) Scrotum
Scrotum adalah sepasang kantong yang menggantung di
dasar pelvis. Di depan terdapat penis dan di belakang terdapat
anus. Scrotum atau kandung buah petir berupa kantong terdiri
dari kulit tanpa lemak dan memiliki sedikit jaringan otot.
3) Testis
Testis berfungsi untuk memproduksi testoteron, yaitu hormon
yang mengendalikan sifat-sifat sekunder kejantanan. Dan
untuk memproduksi spermatozoa.
4) Epididimis
Epididimis merupakan pipa halus yang berkelok-kelok,
panjangnya 6 cm yang menghubungkan testis dengan vas
deferens. Tubulus tersebut mempunyai epitiel bersilia yang
meliputi bagian dalam guna membantu spermatozoa bergerak
menuju vas deferens.
5) Vas Deferens
Tempat spermatozoa disimpan di dalam pembuluh darah ini,
disini terjadi pemasakan dan peningkatan mobilitasnya. Vas
deferens berbentuk lubang yang panjangnya 45 cm.
6) Vesicula Seminalis
merupakan kantong kecil yang berbentuk tidak teratur
panjangnya sekita 5-10 cm dan terletak di antara dasar vesica
urinaria dan rectum. Fungsi vesicular seminalis adalah
mensekresi cairan yang kental berwarna kekuningan yang
8
ditambah pada sperma untuk membentuk cairan seminal,
cairan ersebug mengandung glukosa dan bahan lain untuk
memberi nutrein kepada sperma
7) Ductus Ejaculatorius
Ductus ejaculatorius dibentuk dari persatuan vas deferens
dengan ductus seminalis. Ductus ejaculatorius berjalan
melewati prostat dan bertemu urethra.
8) Prostat
Prostat mengelilingi bagian atas urethra dan terletak dalam
hubungan langsung dengan cervix vesicae urinaria prostat
tersusun atas jaringan kelenjar dan tersebut serabut otot
involunter dan berada di dalam kapsul fithrosa.
9) Glandula Bulbouretralis
Glandula bulbouretralis mengeluarkan sedikit cairan sebelum
ejakulasi dengan tujuan untuk melumasi penis sehingga
mempermudah masuk ke dalam vagina.
b. Organ reproduksi Wanita (lrianto, 2012: 489-491).
1) Organ genetalia Wanita bagian dalam
Terdiri dari ovarium dan saluran indung telur (saluran
kelamin). Ovarium berjumlah sepasang., berbentuk oval
dengan panjang
3-4 cm ovarium berperan secara bergantian untuk
menghasikan ovum. Ovum juga menghasilkan hormon
estrogen dan progesteron.
2) Oviduk atau Tuba Fallopi (saluran telur)
Oviduk berjumlah sepasang dengan panjang sekitar 10 cm.
Bagian pangkal oviduk berbentuk corong yang disebut
infundibulum. Pada infundibulum terdapat jumbai-jumbai yang
berfungsi menangkap ovum yang dilepaskan oleh ovarium.
3) Uterus/ Rahim (kantung peranakan)
Uterus merupakan rongga pertemuan oviduk kanan dan kiri
yang berbetuk seperti buah pir dan bagian bawahnya
mengecil yang disebut serviks. Uterus manusia berfungsi
sebagai tempat perkembangan zigot apabila terjadi fertilisasi.
4) Dasar Rahim
Bagian dari badan Rahim yang terletak antara kedua pangkal
saluran telur.
9
5) Rongga Rahim
Berbentuk segitiga, lebar di daerah dasar Rahim dan sempit
ke arah leher rahim. Diliputi oleh selaput lendir yang disebut
endometrium.
6) Saluran Leher Rahim (kanalis servikalis)
Hubungan antara rongga Rahim ke dalam vagina disebut
mulut rahim luar.
7) Dinding Rahim
Terutama terdiri dari otot polos yang disusun sedemikian rupa
hingga dapat mendorong isinya keluar pada waktu persalinan.
Uterus terdiri dari dinding berupa lapisan jaringan yang
tersusun dari beberapa lapis otot polos dan lapisan
endometrium. Lapisan endometrium menghasilkan banyak
lendir dan pembuluh darah. Lapisan endometrium akan
menebal pada saat ovulasi dan akan meluruh pada saat
menstruasi
8) Vagina
Vagina merupakan saluran akhir dari saluran reproduksi
bagian dalam wanita. Vagina bermuara pada vulva yang
merupakan alat kopulasi pada wanita. Vagina mempunyai
dinding yang berlipat-lipat dengan bagian terluar berupa
selaput lendir , bagian terluar berupa lapisan otot, dan bagian
terdalam berupa jaringan ikat berserat.
7. Rectum dan Anus
Rectum dan anus merupakan bagian akhir dari sistem pencernaan.
Yang berfungsi sebagai akses keluarnya residu dan zat yang tidak
tercerna. Sama halnya pada usus besar, rectum juga dapat menjadi
lokasi penyimpanan sementara feses. Proses eliminasi feses atau
defekasi dibantu oleh gerak peristaltis, stimulus saraf parisimpatis dan
otot. Saat usus besar terisi feses, akan terjadi distensi pada mukosa
rectal dan menghasilkan stimulus reseptor untuk berkontaksi maupun
berelaksasi (Sumiati dan Anggraini et al., 2021:150).
10
b. Jerwat: adalah erupsi kulit papulopustural yang meradang,
biasanya karena penguraian sebum oleh bakteri, timbul di wajah,
leher, bahu dan punggung.
c. Ruam kulit: erupsi kulit akibat pajanan matahari atau kelembaban
yang berlebihan atau reaksi alergi (rata atau timbul terlokalisasi
atau sistemik, pruritik, atau non-pruritik)
d. Abrasi: hilangnya lapisan epidermis yang mengakibatkan
perdarahan lokal dan cairan serous.
2. Gangguan pada Kuku
a. Kalus: penebalan bagian epidermis yang terdiri atas masa sel
keratorik bertanduk. Kalus biasanya rata, tidak nyeri, dan
ditemukan pada permukaan bawah kaki atau telapak tangan.
b. Corn (jaringan tanduk): friksi & tekanan dari sepatu longgar
menyebabkan keratoris. Tampak terutama pada atau di antara
jari, pada penonjolan tulang. Berbentuk kerucut, bulat dan timbul.
Corn yang lembut mengalami maserasi.
c. Kutil plantar: lesi pada telapak kaki akibat virus palilloma.
d. Tinea pedis (Anthele’s foot): infeksi jamur pada kaki, sisik dan
retakan kulit terjadi diantara jari dan telapak kaki. Beberapa
pembengkakan dengan cairan muncul.
e. Kuku yang tumbuh ke dalam: kuku tumbuh kedalam menuju
jaringan lunak di sekitar kuku. Sering diakibatkan pemotongan
kuku yang salah.
3. Gangguan pada Gigi dan Mulut
a. Karies gigi: kerusakan jaringan keras gigi yang disebabkan oleh
asam yang ada dalam karbohidrat melalui perantara
mikroorganisme yang ada dalam saliva.
b. Penyakit periodontal (pyorrehea): penyakit jaringan sekitar gigi
atau jaringan yang menyangga gigi, seperti peradangan membran
periodontal atau ligaman periodontal.
c. Karang gigi/ kalkulus: lapisan kerak bewarna kuning yang
menempel pada gigi dan terasa kasar, yang dapat menyebabkan
masalah pada gigi.
d. Gingivitis: penyakit periodontal stadium awal berupa peradangan
pada gingva, termasuk penyakit palig umum yang seing
ditemukan pada jaringan mulut.
e. Periodontitis: periodontitis terjadi jika gingivitis menyebar ke
struktur penyangga gigi.
11
4. Gangguan pada Rambut
a. Ketombe: tumbuh sisik kulit kepala disertai gatal.
b. Tungau: parasite abu-abu coklat kecil yang menggali ke dalam
kulit dan menghisap darah.
c. Pediculosis capitis (kutu rambut): parasite di kulit kepala, melekat
pada rambut, telur tampak oval seperti ketome.
d. Pediculosis pubis: terletak di rambut pubis. Bewarna putih dengan
kaki merah.
e. Alopecia: bercak kebotakan terletak di perifer garis rambut.
Rambut menjadi mudah rapuh dan mudah patah.
5. Gangguan pada Genetalia
Berdasarkan Irianto (2012: 518-519), klasifikasi gangguan sistem
reproduksi pria meliputi:
a. Produksi sperma yang tidak normal: kuantitas apabila terdapat
kurang dari 20jt sperma per milimeter ejakulasi, maka jumlah
produksi sperma dikatakan rendah. Dan normalitas sperma
seharusnya memiliki bentuk normal dan sempurna.
b. Prostatis: peradangan pada prostat yang sering disertai
dengan peradangan pada uretra. Gejala gejalanya berupa
pembengkakan yang dapat menyumbat uretra sehingga timbul
rasanya nyeri dan sulit BAK.
c. Andropause: salah satu penyebab gangguan fungsi seksual
pada pria meski tak menutup kemungkinan terjadi pula pada
wanita,
d. Kriptokismus: cacat perkembangan yang ditandai dengan
kegagalan buah pelir atau testis turun ke dalam kantong testis
(scrotum).
e. Ejakulasi dini: keluarnya sperma dengan atau tanpa
rangsangan yang kuat
12
d. Menoragia: pengeluaran darah yang terlalu banyak biasanya
disertai dengan bekuan darah sewaktu mesdtruasi, jadi pada
siklus yang teratur.
e. Polisistik ovaries: kondisi terbentuknya banyak kista kecil
dalam rahim atau ovarium wanita yang biasa terjadi.
13
akan higiene perorangan atau ketidakmauan dan ketidakmauan klien
dalam menjalankan praktik higiene dirinya, hal ini bias dilihat dari
partisipasi klien dalam higiene harian.
4. Status Sosial Ekonomi
Status ekonomi seseorang mempengaruhi jenis dan tigkat praktik
higiene perorangan. Sosial ekonomi yang rendah memungkinkan
higiene perorangan yang rendah pula. Perawat dalam ini harus bisa
menentukan apakah klien dapat menyediakan bahan-bahan yang
penting dalam praktik higiene seperti sabun, sampo, sikat gigi, pasta
gigi, dsb.
5. Pengetahuan dan Motivasi
Pengetahuan tentang higiene akan mempengaruhi praktik higiene
seseorang. Namun, hal ini saja tidak cukup, karena motivasi
merupakan kunci penting dalam pelaksaan higiene tersebut.
Permasalahan yang sering terjadi adalah ketidaan motivasi karena
kurangnya pengetahuan. Sebagai seorang perawat yang bisa
dilakukan dalam hal ini adalah mendiskusikannya dengan klien,
memeriksa kebutuhan praktik higiene klien dan memberikan informasi
yang tepat dan adekuat kepada klien, tetapi bagaimanapun juga
kembalinya adalah klien, bahwa klienlah yang berperan dalam
menentukan kesehatan dirinya.
6. Variable Budaya
Kepercayaan kebudayaan dan nilai pribadi klien akan mempengaruhi
perawatan higiene seseorang. Berbagai budaya memiliki praktik
higiene yang berbeda. Beberapa budaya memungkinkan juga
menganggap bahwa kesehatan dan kebersihan tidaklah penting.
Dalam hal ini jangan menyatakan ketidak setujuan jika klien memiliki
praktik higiene yang berbeda dengan nilai-nilai perawat, tetapi
diskusikan nilai-nilai standar kebersihan yang bisa dijalankan oleh
klien.
7. Kondisi Fisik
Klien dengan keterbatasan fisik biasanya tidak memiliki energi dan
ketangkasan untuk melakukan higiene. Contohnya pada pasien yang
terpasang traksi atau gips, atau terpasang infus intravena. Penyakit
dengan rasa nyeri membatasi ketangkasan dan rentang gerak. Klien
dibawah efek sedasi tidak memiliki koordinasi mental untuk
melakukan perawatan diri.
14
E. Pengkajian
Sebelum memberikan perawatan higiene, perlu kita kumpulkan data
untuk menentukan area-area yang penting dalam perawatan higiene. Ini
akan membantu kita dalam memfokuskan pengkajian. Sebagai seorang
perawat diperlukan pemikiran kritis untuk pengkajian higiene (lsro’in &
Andarmoyo, 2012: 71-76)
1. Riwayat Keperawatan
a. Masalah yang berhubungan dengan higiene.
1) Apakah melihat adanya perubahan kenyamanan dalam kulit?
2) Apakah ada perubahan dalam kebutuhan perawatan mulut?
3) Apakah merasakan berkurangnya kemampuan dalam
melakukan Tindakan higiene?
4) Apakah membutuhkan bantuan dalam tindakan higiene?
b. Perubahan fisik selama higiene.
1) Apakah aktivitas higiene menimbulkan gejala seperti sesak
napas, nyeri, atau kelelahan?
2) Jika merasakan lelah atau tidak nyaman selama praktik
higiene, apa yang bisa dilakukan untuk meminimalkan gejala
ini?
3) Aspek hygiene apakah yang memperburuk rasa tidak nyaman
yang rasakan?
c. Bantuan higiene.
1) Apakah membutuhkan orang dengan gender yang sama atau
keluarga untuk membantu perawatan higiene?
2) Aspek higiene pribadi apakah yang menurut anda harus
dilaksanakan?
3) Bagaimana perawat dapat membantu perawatan higiene agar
lebih baik?
d. Pola kebersihan tubuh.
1) Berapa kali melakukan tindakan higiene (mis. mandi, gosok
gigi, keramas, potong kuku, ganti pakaian), dalam sehari atau
seminggu?
2) Apakah bisa melakukan sendiri, atau dengan bantuan orang
lain?
e. Perlengkapan personal higiene yang dipakai.
1) Perlengkapan personal higiene apa yang dipakai?
2) Apakah peralatan sudah sesuai dan mencukupi, bagimana
mencukupi kekurangan perlengkapan?
3) Perlengkapan personal higiene apa yang dibutuhkan dalam
pelaksanaan higiene saat ini?
15
f. Faktor-faktor yang mempengaruhi personal higiene.
1) Apakah ada faktor-faktor yang mempengaruhi praktik higiene?
2) Bagaimana faktor-faktor tersebut dapat berpengaruh terhadap
praktik higiene?
2. Pemeriksaan Fisik
a. Rambut
1) Keadaan kesuburan rambut
2) Keadaan rambut yang mudah rontok
3) Keadaan rambut yang kusam
4) Keadaan tekstur
b. Kepala
1) Botak/ alopesia
2) Ketombe
3) Berkutu
4) Adakah eritema
5) Kebersihan
c. Mata
1) Apakah sclera ikterik
2) Apakah konjungtiva pucat
3) Kebersihan mata
4) Apakah gatal/ ada bagian mata yang memerah
5) Apakah menggunakan lensa kontak
d. Hidung
1) Adakah pilek
2) Adakah alergi
3) Adakah perdarahan
4) Adakah perubahan penciuman
5) Kebersihan hidung
6) Bagaimana membrane mukosa
7) Adakah septum deviasi
e. Mulut
1) Keadaan mukosa mulut
2) Kelembabannya
3) Adakah lesi
4) Kebersihan
f. Gigi
1) Adakah karang gigi
2) Adakah karies
3) Kelengkapan gigi
4) Pertumbuhan
16
5) Kebersihan
g. Telinga
1) Adakah kotoran
2) Adakah lesi
3) Bagaimana bentuk telinga
4) Adakah infeksi
h. Kulit
1) Kebersihan
2) Adakah lesi/ kerusakan pada kulit (peradangan)
3) Keadaan tugor
4) Warna kulit
5) Suhu
6) Teksturnya
7) Pertumbuhannya
i. Kuku tangan dan kaki
1) Bentuknya bagaimana
2) Warnanya
3) Adakah lesi
4) Pertumbuhannya
j. Genetalia
1) Kebersihan
2) Pertumbuhan rambut pubis
3) Keadaan kulit
4) Keadaan kulit
5) Keadaan lubang uretra
6) Keadaan scrotum, testis pada pria
7) Cairan yang dikeluarkan
k. Tubuh secara umum
1) Kebersihan
2) Normal
3) Keadaan postur
17
b. Penyebab Stroke
1) Pecahnya pembuluh darah.
2) Penyumbatan pembuluh darah pada otak.
3) Kelas sosial.
4) Anomali pembuluh darah.
2. Fraktur
Berdasarkan lstianah (2017: 9), definisi dan penyebab fraktur meliputi:
a. Definisi
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang
umumnya disebabkan oleh tekanan atau trauma. Selain itu, fraktur
merupakan rusaknya kontinuitas tulang yang disebabkan oleh
tekanan eksternal yang dating lebih besar dibandingkan dengan
yang dapat diserap oleh tulang.
b. Penyebab Fraktur
1) Trauma.
2) Stress berulang.
3) Tulang yang lemah secara abnormal.
3. Post Partum
Berdasarkan Wahyuningsih (2019: 2), definisi post partum adalah:
a. Definisi
Masa setelah plasenta lahir dan berakhir Ketika alat-alat
kandungan kembali pada keadaan sebelum hamil, masa post
partum berlangsung selama kira-kira 6 minggu.
G. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan lsro’in & Andarmoyo (2012: 77) terdapat beberapa
diagnosis keperawatan untuk masalah-masalah higiene, daftar berikut di
bawah ini memberikan contoh diagnose-diagnosa yang berhubungan
dengan masalah higiene tersebut.
1. Defisit perawatan diri
2. Gangguan membran mukosa mulut
3. Resiko/ gangguan integritas kulit
4. Resiko infeksi
5. Gangguan body image
6. Defisit pengetahuan tentang praktik higiene
7. Nyeri
8. Perubahan perfusi jaringan perifer
18
Diagnosa utama menurut NANDA-I 2018-2020 yang dapat
ditegakkan untuk gangguan personal higiene adalah:
a. Defisit Perawatan Diri: Mandi (NANDA-I 2018-2020 (2018: 241)
1) Definisi
Ketidakmampuan melakukan pembersihan diri saksama secara
mandiri.
2) Batasan Karakteristik
a) Ketidakmampuan mengakses kamar mandi
b) Ketidakmampuan mengeringkan tubuh
c) Ketidakmampuan menjangkau sumber air
d) Ketidakmampuan mengambil perlengkapan mandi
e) Ketidakmampuan mengatur air mandi
f) Ketidakmampuan membasuh tubuh
3) Faktor yang Berhubungan
a) Ansietas
b) Penurunan motivasi
c) Kendala lingkungan
d) Nyeri
e) Kelemahan
4) Kondisi Terkait
a) Gangguan fungsi kognitif
b) Ketidakmampuan merasakan bagian tubuh
c) Ketidakmampuan merasakan hubungan spasial
d) Gangguan musculoskeletal
e) Gangguan neuromuscular
f) Gangguan persepsi
Sedangkan diagnosa yang dapat muncul pada pasien dengan
gangguan personal higiene adalah: (TIM Pokja SDKI DPP PPNI, 2017:
240)
b. Defisit Perawatan Diri
1) Definisi
Tidak mampu melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan
diri
2) Penyebab
a) Gangguan musculoskeletal
b) Gangguan neuromuskuler
c) Kelemahan
d) Gangguan psikologis dan/ psikotik
e) Penurunan motivasi/ minat
19
3) Gejala dan Tanda Mayor
a) Subjektif:
(1) Menolak melakukan perawatan diri
b) Objektif
(1) Tidak mampu mandi/ mengenakan pakaian/ makan/ ke
toilet/ berhias secara mandiri
(2) Minat melakukan perawatan diri kurang
4) Gejala dan Tanda Gejala Minor
a) Subjektif: (tidak ada)
b) Obkjektif: (tidak ada)
5) Kondisi Klinis Terkait
a) Stroke
b) Cidera medulla spinalis
c) Depresi
d) Arthritis rheumatoid
e) Ratardasi mental
f) Delirium
g) Demensia
h) Gangguan amnestic
i) Skizofrenia dan gangguan psikotik lain
j) Fungsi penilaian terganngu
No Indikator 1 2 3 4 5
1. Mencuci wajah
2. Masuk dan keluar dari
kamar mandi
20
3. Mengambil alat/ bahan
mandi
4. Mandi dengan bersiram
5. Mandi di bak mandi
Keterangan skala:
1. Sangat terganggu
2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu
2. NIC (Nursing Outcomes Classification)
Tindakan Keperawatan untuk diagnosa keperawatan Defisit
Perawatan Diri: Mandi adalah: (Butcher et all., 2018: 70 dan 67)
a. NIC: Bantuan Perawatan Diri: Mandi/ Kebersihan
1) Definisi
Membantu pasien melakukan kebersihan diri
2) Aktivitas
(a) Monitor kebersihan kuku, sesuai dengan kempuan
merawat pasien
(b) Monitor integritas kulit pasien
(c) Sediakan barang pribadi yang diinginkan yang
diinginkan (miss deodorant, sikat gigi, sabun mandi,
sampho, lotion, dan produk aroma terapi)
(d) Tentukan jumlah dan tipe terkait dengan bantuan yang
diperlukan
(e) Dukung orang tua/ keluarga berpartisipasi dalam ritual
menjelang tidak yang biasa dilakukan, dengan tepat
(f) Berikan bantuan sampai pasien benar-benar mampu
merawat diri secara mandiri
(g) Jaga ritual kebersihan
(h) Fasilitasi pasien untuk menggosok gigi dengan tepat
(i) Pertimbangkan budaya pasien saat mempromosikan
aktivitas perawatan diri
(j) Pertimbangkan usia pasien saat mempromosikan
aktivitas perawatan diri
21
b. NIC: Bantuan Perawatan Diri
1) Definisi:
Membantu orang lain untuk melakukan aktivitas hidup
sehari-hari
2) Aktivitas
(a) Monitor kemampuan perawatan diri secara mandiri
(b) Monitor kebutuhan pasien terkait dengan alat-alat
kebersihan diri, alat bantu untuk berpakaian,
berdandan, eliminasi, dan makan
(c) Berikan lingkungan yang terapeutik dengan
memastikan (lingkungan) yang hangat, santai, tertutup
dan (berdasarkan) pengalaman individu
(d) Berikan peralatan kebersihan pribadinya (miss
deodorant, sikat, gigi, dan sabun mandi)
(e) Lakukan pengulangan yang konsisten terhadap
rutinitas Kesehatan yang dimaksudkan untuk
membangun (perawatan diri)
(f) Dorong pasien untuk melakukan aktivitas normal
sehari-hari sampai batas kemampuan (pasien)
(g) Ajarkan orang tua/ keluarga untuk mendukung
kemandirian dengan membantu hanya Ketika pasien
tak mampu melakukan (perawatan diri)
(h) Ciptakan rutinitas aktivitas perawatan diri
(i) Bantu pasien menerima kebutuhan (pasien) terkait
dengan kondisi ketergantungannya
(j) Berikan bantuan sampai pasien mampu melakukan
perawatan diri mandiri
22
(3) Tujuan :
Klien mampu meningkatkan perawatan diri secara mandiri
setelah dilakukan perawatan selama …..x24 jam dengan
indikator:
No Indikator 1 2 3 4 5
1. Kemampuan mandi
2. Kemampuan mengenakan
pakaian
3. Kemampuan ke toilet
(BAK/BAB)
4. Mempertahankan
kebersihan diri
5. Mempertahankan
kebersihan mulut
Keterangan Skala:
1. Menurun
2. Cukup menurun
3. Sedang
4. Cukup meningkat
5. Meningkat
2) SIKI (Standart Intervensi Keperawatan Indonesia)
Untuk diagnosa keperawatan Defisit Perawatan Diri adalah: (TIM
Pokja SIKI DPP PPNI, 2018: 36 dan 37)
a) SIKI: Dukungan Perawatan Diri
(1) Definisi
Memfasilitasi pemenuhan kebutuhan perawatan diri
(2) Aktivitas
(a) Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri sesuai
usia
(b) Monitor tingkat kemandirian
(c) Identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan diri,
berpakaian, berhias, dan makan
(d) Sediakan lingkungan yang terapeutik (miss suasana
hangat, rileks, privasi)
(e) Dampingi dalam melakukan perawatan diri sampai
mandiri
(f) Siapkan keperluan pribadi (miss parfum, sikat gigi, dan
sabun mandi)
23
(g) Fasilitasi untuk menerima keadaan ketergantungan
(h) Fasilitasi kemandirian, bantu jika tidak mampu
melakukan perawatan diri
(i) Jadwalkan rutinitas perawatan diri
(j) Anjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten
sesuai kemampuan
b) SIKI: Dukungan Perawatan Diri: BAB/ BAK
(a) Identifikasi kebiasaan BAB/ BAK
(b) Monitor integritas kulit
(c) Buka pakaian yang diperlukan untuk memudahkan
eliminasi
(d) Dukungan penggunaan toilet/ commode/ pispot/ urinal
secara konsisten
(e) Jaga privasi selama eliminasi
(f) Ganti pakaian pasien setelah eliminasi, jika perlu
(g) Bersihkan alat bantu BAK/ BAB setelah digunakan
(h) Latih BAB/ BAK sesuai jadwal, jika perlukan
(i) Anjurkan BAB/ BAK secara rutin
(j) Anjurkan ke kamar mandi/ toilet, jika perlu
24
DAFTAR PUSTAKA
Andarmoyo S dan Isro’in L. 2012. Personal Hygiene Konsep, Proses dan Aplikasi
dalam Praktik Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sumiyati dan Anggraini et, al., 2021. Anatomi Fisiologi. Sumatra Utara: Yayasan
Kita Menulis.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019, Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI), Edisi 1. Dewan Pengurus Pusat PPNI: Jakarta.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018, Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1. Dewan Pengurus Pusat PPNI: Jakarta.
25
26