SKENARIO 1- KULITKU
NPM:71190811013
SEMESTER 5
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
Lembar Penilaian Makalah
1. Ada Makalah 60
Total :
NB :
LO = Learning Objective
Dinilai oleh:
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-
NYA sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai dengan
kemampuan sederhana yang saya miliki . Tidak lupa saya juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya.
i
DAFTAR ISI
Lembar Penilaian..........................................................................................
Kata Pengantar ................................................................................................ i
Datar Isi .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .................................................................................... ....4
1.2. Identifikasi Masalah ................................................................................ 4
1.3. Analisis Masalah ................................... ..................................................4
1.4. Tujuan Pembelajaran ............................................................................. .4
BAB II ISI
2.1 Anatomi Histologi Kulit .......................................................................... 5
2
BAB I
PENDAHULUAN
Kulit adalah bagian terluar dari tubuh yang menutupi semua organ-organ
tubuh manusia. Kulit orang dewasa memiliki luas sekitar 1.5 m2 dengan berat kira-
kira 15% dari berat badan. Ketebalan kulit disetiap lokasinya pasti berbeda-beda.
Contohnya, kulit dibagian telapak kaki dan tangan tampak jauh lebih tebal,
sedangkan dibagian wajah, paha, dan dada tampak lebih tipis . Kulit juga sangat
kompleks, elastis dan serta sensitif, serta bervariasi pada keadaan iklim, umur, ras,
seks, dan lokasi tubuh. Kulit pada balita tentu saja berbeda dengan kulit orang
dewasa. Kulit balita yang cukup bulan, pada umumnya halus, lembut dan padat
dengan sedikit pengelupasan, terutama dibagian telapak tangan, kaki dan
selangkangan.
Kulit balita jauh lebih tipis dibanding kulit orang dewasa. Itu dikarenakan
kondisi kulit balita yang belum matur dan fungsi yang belum sepenuhnya matang.
Oleh karena itu, kulit balita yang masih sangat sensitif sangat mudah terluka oleh
goresan atau gesekan.4 Dengan demikian, perlu dilakukan perawatan untuk
melindungi dan mencegah terjadinya kerusakan integritas kulit. Perawatan kulit
merupakan bagian dari perawatan umum yang tujuannya untuk mempertahankan
hygiene pada anak itu sendiri, agar kulit bebas dari gangguan penyakit dan tetap
sehat.
Perawatan kulit balita dapat dilakukan dari kegiatan sehari- hari. Contohnya
dengan cara membersihkan rambut, mengganti popok balita, memandikan balita
secara teratur, mengganti baju balita apabila baju tersebut lembab atau basah, dan
memilih pakaian yang mudah menyerap keringat. Dengan dilakukannya perawatan
kulit balita secara tepat dan rutin, maka kulit balita akan terlihat sehat.Kelainan
pada kulit balita dapat terjadi apabila perawatan kulit tidak
3
1.2 Identifikasi Masalah
1. Kelainan kulit berupa benjolan sebesar biji jagung pada punggung badan. Mulanya
hanya berbentuk bercak merah kemudian menjadi lenting berisi air dan semakin lama
semakin besar dan merah.
2. Sebelum ke dokter, pasien sudah mengobati dengan bedak gatal, lotion dan salep.
Namun tetap tidak mengalami perubahan sehingga memilih pergi berobat ke dokter.
2. Apakah benjolan yang terjadi pada pasien tersebut merupakan reaksi terjadinya
inflamasi?
4. Bagaimana menentukan kulit yang sehat atau tidak sehat? Apa faktor yang dapat
menyebabkan kulit menjadi tidak sehat?
5. Apa pemeriksaan penunjang dan pengobatan awal yang dapat dilakukan dan diberikan
oleh dokter?
6. Mengapa keluhan yang dialami pasien tidak mengalami perubahan setelah diberi
bedak gatal, lotion dan salep?
2. Fisiologi Kulit
3. Efloresensi Kulit
4
BAB II
ISI
Epidermis merupakan lapisan paling luar kulit dan terdiri atas epitel berlapis
gepeng dengan lapisan tanduk. Epidermis hanya terdiri dari jaringan epitel, tidak
mempunyai pembuluh darah maupun limf; oleh karenaitu semua nutrien dan oksigen
diperoleh dari kapiler pada lapisan dermis. Epitel berlapis gepeng pada epidermis ini
tersusun oleh banyak lapis sel yang disebut keratinosit.
Sel-sel ini secara tetap diperbarui melalui mitosis sel-sel dalam lapis basal
yang secara berangsur digeser ke permukaan epitel. Selama perjalanannya, sel-sel ini
berdiferensiasi, membesar, dan mengumpulkan filamen keratin dalam sitoplasmanya.
Mendekati permukaan, selsel ini mati dan secara tetap dilepaskan (terkelupas). Waktu
yang dibutuhkan untuk mencapai permukaan adalah 20 sampai 30 hari. Modifikasi
struktur selama perjalanan ini disebut sitomorfosis dari sel-sel epidermis. Bentuknya
yang berubah pada tingkat berbeda dalam epitel memungkinkan pembagian dalam
5
potongan histologik tegak lurus terhadap permukaan kulit. Epidermis terdiri atas 5
lapisan yaitu, dari dalam ke luar, stratum basal, stratum spinosum, stratum
granulosum, stratum lusidum, dan stratum korneum.
Lapisan ini terletak paling dalam dan terdiri atas satu lapis sel yang tersusun
berderet-deret di atas membran basal dan melekat pada dermis di bawahnya.
Selselnya kuboid atau silindris. Intinya besar, jika dibanding ukuran selnya, dan
sitoplasmanya basofilik. Pada lapisan ini biasanya terlihat gambaran mitotik sel,
proliferasi selnya berfungsi untuk regenerasi epitel. Sel-sel pada lapisan ini bermigrasi
ke arah permukaan untuk memasok sel-sel pada lapisan yang lebih superfisial.
Pergerakan ini dipercepat oleh adalah luka, dan regenerasinya dalam keadaan normal
cepat.
2. Stratum spinosum (lapis taju)
Stratum spinosum (lapis taju) Lapisan ini terdiri atas beberapa lapis sel yang
besar-besar berbentuk poligonal dengan inti lonjong. Sitoplasmanya kebiruan. Bila
dilakukan pengamatan dengan pembesaran obyektif 45x, maka pada dinding sel yang
berbatasan dengan sel di sebelahnya akan terlihat taju-taju yang seolah-olah
menghubungkan sel yang satu dengan yang lainnya. Pada taju inilah terletak
desmosom yang melekatkan sel-sel satu sama lain pada lapisan ini. Semakin ke atas
6
bentuk sel semakin gepeng.
3. Stratum granulosum (lapis berbutir)
Lapisan ini terdiri atas 2-4 lapis sel gepeng yang mengandung banyak granula
basofilik yang disebut granula keratohialin, yang dengan mikroskop elektron ternyata
merupakan partikel amorf tanpa membran tetapi dikelilingi ribosom. Mikrofilamen
melekat pada permukaan granula.
4. Stratum lusidum (lapis bening)
Lapisan ini dibentuk oleh 2-3 lapisan sel gepeng yang tembus cahaya, dan
agak eosinofilik. Tak ada inti maupun organel pada sel-sel lapisan ini. Walaupun ada
sedikit desmosom, tetapi pada lapisan ini adhesi kurang sehingga pada sajian
seringkali tampak garis celah yang memisahkan stratum korneum dari lapisan lain di
bawahnya.
5. Stratum korneum (lapis tanduk)
Lapisan ini terdiri atas banyak lapisan sel-sel mati, pipih dan tidak berinti serta
sitoplasmanya digantikan oleh keratin. Selsel yang paling permukaan merupa-kan
sisik zat tanduk yang terdehidrasi yang selalu terkelupas.
7
Terdapat beberapa sel yang terdapat dalam lapisan kulit epidermis yaitu:
a. Keratinosit
Melanosit meliputi 7-10% sel epidermis, merupakan sel kecil dengan cabang
dendritik panjang tipis dan berakhir pada keratinosit di stratum basal dan spinosum.
Terletak di antara sel pada stratum basal, folikel rambut dan sedikit dalam dermis.
Dengan pewarnaan rutin sulit dikenali. Dengan reagen DOPA (3,4- dihidroksi-
fenilalanin), melanosit akan terlihat hitam. Pembentukan melanin terjadi dalam
melanosom, salah satu organel sel melanosit yang mengandung asam amino tirosin
dan enzim tirosinase. Melalui serentetan reaksi, tirosin akan diubah menjadi melanin
yang berfungsi sebagai tirai penahan radiasi ultraviolet yang berbahaya.
c. Sel Langerhans
Jumlah sel jenis ini paling sedikit, berasal dari krista neuralis dan ditemukan
pada lapisan basal kulit tebal, folikel rambut, dan membran mukosa mulut.
Merupakan sel besar dengan cabang sitoplasma pendek. Serat saraf tak bermielin
menembus membran basal, melebar seperti cakram dan berakhir pada bagian bawah
sel Merkel. Kemungkinan badan Merkel ini merupakan mekanoreseptor atau reseptor
rasa sentuh.
8
B. Dermis
Lapisan ini tersusun lebih longgar, ditandai oleh adanya papila dermis yang
jumlahnya bervariasi antara 50 – 250/mm2 . Jumlahnya terbanyak dan lebih dalam
pada daerah di mana tekanan paling besar, seperti pada telapak kaki. Sebagian besar
papila mengandung pembuluh-pembuluh kapiler yang memberi nutrisi pada epitel di
atasnya. Papila lainnya mengandung badan akhir saraf sensoris yaitu badan Meissner.
Tepat di bawah epidermis serat-serat kolagen tersusun rapat.
2. Stratum retikularis
Lapisan ini lebih tebal dan dalam. Berkas-berkas kolagen kasar dan sejumlah
kecil serat elastin membentuk jalinan yang padat ireguler. Pada bagian lebih dalam,
jalinan lebih terbuka, rongga-rongga di antaranya terisi jaringan lemak, kelenjar
keringat dan sebasea, serta folikel rambut. Serat otot polos juga ditemukan pada
tempat-tempat tertentu, seperti folikel rambut, skrotum, preputium, dan puting
payudara. Pada kulit wajah dan leher, serat otot skelet menyusupi jaringan ikat pada
dermis. Otot-otot ini berperan untuk ekspresi wajah. Lapisan retikular menyatu
dengan hipodermis/fasia superfisialis di bawahnya yaitu jaringan ikat longgar yang
9
banyak mengandung sel lemak.
C. Hipodermis
D. Rambut
10
Gambar 4. Folikel rambut
a. Folikel rambut
11
b. Medula rambut
Medula rambut terletak paling tengah, biasanya terlihat lebih terang daripada
bagian lain. Sel-selnya berbentuk poligobal, tersusun jarang satu sama lain. Di dalam
sitoplasmanya dapat terlihat sedikit pigmen melanin. Perlu diperhatikan bahwa tidak
semua rambut mempunyai medulla.
1. Kelenjar sebasea
Kelenjar keringat ada dua jenis, yaitu kelenjar keringat merokrin dan apokrin,
yang berbeda cara sekresinya. Kelenjar merokrin bergetah encer (banyak mengandung
air), terdapat di seluruh permukaan tubuh kecuali daerah yang berkuku; fungsinya
menggetahkan keringat yang berguna untuk ikut mengatur suhu tubuh. Kelenjar
12
apokrin hanya terdapat pada kulit daerah tertentu, misalnya areola mamma, ketiak,
sekitar dubur, kelopak mata, dan labium mayus. Kelenjar ini bergetah kental dan baru
berfungsi setelah pubertas. Kelenjar bergetah lilin seperti kelenjar serumen dan
kelenjar Moll juga tergolong kelenjar ini. Baik kelenjar merokrin maupun apokrin
dilengkapi dengan sel mioepitel
1. Perlindungan
Pada saat suhu tubuh atau lingkungan tinggi, mekanisme pengeluaran panas
yang dilakukan kulit adalah penguapan keringat dari permukaan kulit dan vasodilatasi
sehingga aliran darah ke kulit maksimum. Sebaliknya jika di daerah dingin,
vasokonstriksi dan penurunan aliran darah ke kulit akan mempertahankan panas tubuh
(Eroschenko, 2012).
3. Sensasi sensorik Cutaneous
Terdapat kelenjar keringat pada kulit yang membentuk keringat dari air,
13
larutan garam, urea, dan produk sisa nitrogen, sehingga dapat diekskresikan ke
permukaan kulit (Eroschenko, 2012).
5. Pembentukan vitamin D
Kulit dapat mengabsorbsi zat-zat yang larut dalam air. Selain itu, beberapa
vitamin yang larut lemak (A, D, E, & K), beberapa obat, dan gas oksigen serta gas
karbondioksida dapat menembus kulit. Beberapa material toksik seperti aseton dan
karbon tetraklorida, garam dari logam berat seperti timah, arsen, merkuri juga dapat
diabsorbsi oleh kulit (Tortora & Derrickson, 2009).
2.3 Efloresensi Kulit
Ujud kelainan kulit (UKK) atau lesi dikelompokkan menjadi 2 bagian besar,
yaitu lesi primer dan lesi sekunder sebagai kelanjutan atau evolusi lesi primer. Lesi
primer meliputi makula, patch, papul, plak, nodul, vesikel, bula, pustule, urtika/wheal.
1. Makula dan patch
• Ekstravasasi eritrosit, hal ini disebut purpura. Berdasarkan ukuran dan bentuk
purpura, dikenal beberapa istilah, yaitu ptekie adalah purpura dengan diameter 1-
14
2 mm, terjadi akibat trombositopenia; purpura dengan ukuran antara 2-5 mm,
seringkali diakibatkan oleh ekstravasasi eritrosit pada vaskulitis; ekimosis adalah
purpura dengan diameter lebih dari 2 cm, terjadi akibat pecahnya pembuluh darah;
teleangiektasis terjadi akibat pelebaran vasa kapiler; infark merupakan nekrosis
jaringan kulit akibat oklusi, seperti pada vaskulitis atau emboli bakteri vasa darah.
2. Papul
Papul adalah peninggian kulit yang solid (palpable) dengan diameter kurang
dari 1 cm, dengan warna tetap atau mengalami perubahan. Kelainan yang mendasari
terletak pada dermis dan epidermis, disebabkan karena :
• Edem (dermatitis),
15
kedalamannya. Plak dapat terbentuk sebagai gabungan dari beberapa papul seperti
pada dermatitis, psoriasis; atau perluasan dari satu papul (psoriasis). Pada dermatitis
kronis terjadi garukan berulang yang menyebabkan penebalan epidermis dan
peningkatan produksi kolagen pada dermis sehingga terbentuk likenifikasi dengan
gambaran plak tebal dan gambaran garis kulit lebih jelas.
4. Nodul
Adalah lesi yang padat, palpable, berbentuk bulat atau elips. Nodul
mempunyai diameter lebih dari 1 cm dengan ketebalan yang sebanding dengan
diameter. Nodul dapat terletak di :
• Epidermis (keratoakantoma, veruka vulgaris)
16
5. Urtika/wheal
Urtika merupakan peninggian kulit berbatas tegas dengan atap datar dan cepat
menghilang dalam waktu 2-48 jam. Urtika terjadi akibat vasodilatasi disertai edem
ekstraseluler pada dermis bagian atas, sehingga berwarna merah pucat. Pada edem
dermis yang berat, terjadi penekanan vasa darah superfisial sehingga bagian tengah
lesi tampak pucat dan bagian tepi eritem. Angioedem merupakan reaksi urtika
yangvterletak lebih dalam dengan jaringan ikat longgar, seperti pada bibir atau
skrotum.
6. Vesikel dan bula
Vesikel merupakan lesi berlepuh yang berisi cairan dengan diameter kurang
dari 1 cm, sedangkan bula mempunyai diameter lebih dari 1 cm. Cairan di dalam
vesikel atau bula dapat berupa serum, cairan limfa, darah atau cairan jaringan. Vesikel
atau bula terjadi karena pembentukan celah pada berbagai kedalaman kulit, yaitu
• Subkorneum (impetigo)
17
7. Pustule
Merupakan sakus (kantong) yang berisi massa semisolid atau cairan dengan
dinding berupa sel epitel, sehingga pada palpasi teraba fluktuasi (sepeti perabaan
terhadap bola mata), misalnya pada akne nodulokistik, kista sebasea.
Lesi sekunder meliputi erosi, ulkus/ulserasi, fisura, ekskoriasi, likenifikasi,
skuama, krusta, atrofi, skar/jaringan parut, lorong/burrows.
1. Erosi
18
3. Fisura
Merupakan plak lebar, berbatas tegas dengan gambaran garis kulit yang lebih
tebal dan jelas. Proses ini terjadi akibat garukan berulang/kronis, misalnya pada
likhen simpleks kronis.
6. Skuama
Bagian tepi melekat pada lesi, seperti di pitiriasis rosea, bagian tengah melekat
pada lesi, seperti di psoriasis; skuama berminyak pada dermatitis seboroik.
8. Krusta
Krusta terbentuk akibat akumulasi serum, darah atau eksudat purulen yang
mengering pada permukaan kulit. Proses yang mendasarinya yaitu erosi atau ulserasi
dengan eksudasi, atau pecahnya lesi vesikel, pustule atau bula. Krusta dapat berbentuk
tipis, lembut dan friable, atau tebal dan melekat. Warna krusta juga bervariasi,
tergantung pada sumbernya, berwarna kuning (serum), misalnya pada ekskoriasi;
19
hijau atau kuning kehijauan (eksudat purulen akibat infeksi bakteri); coklat, merah
gelap atau hitam (darah); honey-colored, lembut, mengkilat pada permukaan (seperti
pada impetigo krustosa).
9. Atrofi
Merupakan penipisan kulit akibat kuantitas yang berkurang, dapat terjadi pada
epidermis (pemakaian kortikosteroid), papilla dermis, dermis retikularis atau
subkutan. Atrofi superfisial diperiksa dengan penyinaran dari samping, tampak
depresi ringan dan mengkilat, seperti pada skar akne. Atrofi dermis dan subkutan
dapat memberi gambaran epidermis yang normal.
10. Skar/jaringan parut
Merupakan lesi linier sebagai manifestasi dari terowongan pada kulit bagian
superfisial akibat infestasi parasit, seperti pada skabies, cutaneous larva migrant.
1. Pemeriksaan KOH 10-20% untuk mengetahui spora, hifa atau pseudohifa Sampel :
kerokan kulit, rambut (dicabut), kerokan kuku atau apusan dari discar pada dinding
vagina Cara pengambilan sampel : - Kerokan skuama diambil dari bagian tepi lesi
yang lebih eritem dan berskuama (pada kasus dermatofitosis) - Discar pada dinding
lateral vagina diusap dengan lidi kapas steril (pada kandidiasis vulvovagina)
Cara pemeriksaan :
• Oleskan/Letakkan sampel di gelas obyek, tuutp dengan gelas penutup (pada kasus
dermatofitosis)
• Tambahkan KOH 10-20% 1 tetes, tutup dengan gelas penutup (pada kasus
kandidiasis vulvovagina)
• Tunggu 3-10 menit (kulit), 15-30 menit (rambut), 1-2 hari (kuku)
• Lihat di bawah mikroskop, apakah tampak hifa, atau spora dengan pseudohifa
20
2. Pemeriksaan dengan KOH 10-20% +(tinta) Parker, agar pseudohifa terlihat lebih
jelas. Sampel : kerokan kulit Cara pengambilan sampel: selotip jernih/bening ditempel
pada lesi yang berskuama halus Cara pemeriksaan :
Sampel : kerokan kulit dengan irisan, diambil dari daerah cuping telinga kanan
dan kiri, lesi kulit yang mengalmai anestesi. Cara pengambilan sampel:
• Bersihkan dengan kapas alkohol
• Pencet dengan ibu jari dan telunjuk sampai pucat, agar tidak keluar darah,
dilakukan irisan/sayat dengan skalpel sepanjang ½ cm, dalam 2-3mm, dan buat
kerokan memutar 3600 hingga terbawa cairan dan sedikit jaringan
• Jika vesikel/bula atau pustul belum pecah, dilakukan insisi sedikit pada atap
lesi,selanjutnya cairan diambil dengan scalpel secara halus/pelan
21
• lakukan pengecatan dengan larutan Gram A, B, C dan D
Hasil pemeriksaan :
• Staphylococcus : bulat, biru ungu, bergerombol seperti anggur
• dilakukan kerokan pada dasar vesikel atau bula. oleskan ke gelas obyek fiksasi
dengan alkohol 70% sampai kering cat dengan Giemsa selama 20 menit
• Pemeriksaan ini untuk memeriksa T. vaginalis atau S.scabei dalam keadaan hidup.
22
Sampel : ulkus/papul basah Cara :
• Prinsip : melihat sesuatu (T. Vaginalis) yang bergerak dengan dasar gelap.
8. Pemeriksaan dengan Lampu Wood, yaitu sinar dengan panjang gelombang 320-
400 nm (365 nm) (berwarna ungu). Tujuan pemeriksaan ini untuk mengetahui :
a. Zat/sinar fluoresensi yang dikeluarkan oleh berbagai kuman patogen, seperti pada
infeksi: Microsporum sp. (kuning orange), P. ovale (kuning kehijauan), eritrasma:
C. minutissimun (kuning kemerahan).
9. Pemeriksaan darah, urin, atau feces rutin, kimia darah (fungsi hati, fungsi ginjal,
glukosa darah), serologi (infeksi herpes simpleks, sifilis, HIV), biologi molekuler
(PCR (polymerazed chain reaction) DNA tuberkulosis kulit).
10. Tes tusuk (Prick test) untuk mengetahui alergen yang terlibat pada reaksi
hipersensitivitas tipe I (reaksi alergi tipe cepat) udara atau makanan pada kasus
urtikaria. Syarat :
11. Tes tempel (Patch test) untuk mengetahui atau membuktikan alergen kontak pada
23
pasien dermatitis kontak alergi, dermatitis fotokontak alergi, atau alergen udara dan
makanan pada pasien dermatitis atopik. Prinsip : untuk mengetahui alergen yang
terlibat pada reaksi hipersensitivitas tipe IV (reaksi alergi tipe lambat).
12. Biopsi kulit untuk mengetahui jenis atau proses patologi penyakit. Jenis pemeriksaan
kasus penyakit kulit dan kelamin yang sesuai dengan kompetensi dokter layanan
primer adalah pemeriksaan KOH, Giemsa (metilen blue), Gram dan lampu Wood.
Secara umum, kulit terbagi menjadi 3 jenis, yaitu kulit kering, kulit normal
dan kulit berminyak. Pembagian ini didasarkan pada kandungan air dan minyak yang
terdapat pada kulit. Kulit kering adalah kulit dengan kadar air kurang atau rendah.
Kulit normal adalah kulit yang memiliki kadar air tinggi dan kadar minyak rendah
sampai normal. Kulit berminyak yaitu kulit yang memiliki kandungan air dan minyak
yang tinggi. Kulit campuran atau resisten dalam dunia kosmetika dikenal juga dengan
istilah jenis kulit kombinasi yaitu daerah bagian tengah atau dikenal juga dengan
istilah daerah T (dahi, hidung dan dagu) terkadang berminyak atau normal, bagian
kulit lain cenderung lebih normal bahkan kering (Muliyawan, 2013 : 141).
Penggunaan produk kulit yang tidak tepat dengan penggolongan jenis kulit
akan menyebabkan kerusakan pada kulit. Kulit sehat, segar, dan mulus adalah
dambaan kita semua, pria maupun wanita. Sayang, banyak orang yang mengabaikan
atau malah tidak memahami kondisi kulitnya sendiri. Gangguan kesehatan pada kulit
sering dibiarkan berlarut-larut dan baru dikonsultasikan ke dokter setelah menjadi
parah dan mengganggu. Pengobatan dan perawatan kulit berjerawat sewajarnya
memperhatikan faktor-faktor penyebab dan jenis kulit yang sudah tentu berbeda 6
pada setiap orang. Sebaiknya berkonsultasi dengan dokter kulit, sehingga masalah
jerawat ini dapat dilihat secara keseluruhan, tidak hanya mengatasi jerawat yang
timbul, tetapi juga memperhatikan status atau riwayat kesehatan seseorang secara
umum, yang tentunya tidak bisa lepas dari kondisi kesehatan kulit seseorang.
Dalam membersihkan perawatan wajah yang tepat maka harus menggunakan
produk perawatan wajah secara alami dan juga dengan dari bahan yang memang
terbuat dari jenis bahan-bahan yang bisa membantu melengkapi proses alami di dalam
kulit. Rahasia lainnya yang memang sudah cukup lama diketahui adalah bahwa
banyak mengkonsumsi jenis makanan yang mengandung serat di dalam menu harian
24
yang akan membantu menjaga kesehatan kulit. Namun juga manfaat dari sayur dan
buah-buahan bisa membantu menurunkan berat badan. Makanan yang mengandung
lemak secara berlebihan akan membuat anda menjadi lebih sulit untuk bisa
mempertahankan kehidupan agar lebih sehat dan juga kulit bersinar.
Perawatan sehari-hari pada prinsipnya bertujuan mengurangi minyak,
meminimalisasi timbulnya peradangan (kemerahan), dan hindari bahan-bahan yang
berpotensi mengiritasi dan menyumbat pori-pori kulit. Perawatan wajah harian, akan
sangat menentukan kesehatan kulit dan pencegahan jerawat. Bila jenis kulit
berminyak, segeralah mencuci muka dengan sabun khusus jerawat agar sebum tidak
bercampur dengan debu dan kotoran sehingga menjadi sumbatan. Tapi perhatikan
juga bahwa mencuci muka terlalu sering akan mengakibatkan muka menjadi kering.
Juga hindari penggunaan sabun bayi, karena akan membuat jerawat semakin parah.
Membersihkan muka belumlah cukup.
Gunakanlah cleanser apabila berjenis kulit normal. Sedangkan untuk kulit
berminyak, pakailah peeling scrub. Serta gunakan masker wajah minimal 2 kali dalam
seminggu. Tidurlah dengan waktu yang cukup sebagai salah satu bentuk cara
perawatan wajah secara alami. Jika tidak tidur cukup waktu, maka akan menimbulkan
masalah lingkaran mata hitam.
Untuk kulit normal cenderung mudah dirawat, kelenjar minyak pada kulit
normal biasanya keaktifannya adalah normal karena minyak yang dikeluarkan
seimbang, tidak berlebihan atau tidak kekurangan. Namun meski demikian, kulit
normal tetap harus dirawat agar senantiasa bersih, kencang, lembut dan segar, bila
tidak segera dibersihkan dari kotoran atau sisa kosmetik akan memudahkan kulit
normal menjadi berjerawat dan menyebabkan kulit normal akan mengalami penuaan
dini seperti keriput dan terlihat lebih kusam. Ciri-ciri dari kulit normal adalah kulit
tampak lembut, lembab, segar dan bercahaya, halus dan mulus, tanpa jerawat, kulit
juga menjadi lebih elastis dan kenyal, serta tidak terlihat minyak yang berlebihan juga
tidak terlihat kering.
Untuk kulit berminyak banyak dialami oleh wanita dan pria yang tinggal
didaerah tropis, karena pengaruh hormonal, kulit berminyak biasa dijumpai pada
remaja dan usia muda sekitar usia 20 tahun, namun juga dapat muncul pada usia 40
tahun. Penyebab kulit berminyak karena kelenjar sebasea sangat produktif, jika tidak
mampu mengontrol jumlah minyak sabun yang harus dikeluarkan, kulit yang
berminyak dapat memicu timbulnya jerawat dan kekusaman pada kulit. Penyebab dari
25
kulit berminyak dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal, contohnya dari
faktor internal adalah faktor genetik pada keturunan orang tua yang memiliki riwayat
kulit berminyak akan diturunkan kepada anaknya dan faktor hormonal sangat
mempengaruhi produksi keringat, karena itu pada wanita yang sedang menstruasi atau
hamil akan lebih sering berkeringat. Selain itu stress dan banyak gerak juga
menyebabkan pemicu keringat berlebihan.
26
BAB 3
Penutup
3.1Kesimpulan
27
DAFTAR PUSTAKA
28