SKENARIO 4- MYOPIA
NPM:71190811013
SEMESTER 5
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
Lembar Penilaian Makalah
1. Ada Makalah 60
Total :
NB :
LO = Learning Objective
Dinilai oleh:
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-
NYA sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai dengan
kemampuan sederhana yang saya miliki . Tidak lupa saya juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya.
i
DAFTAR ISI
Lembar Penilaian..........................................................................................
Kata Pengantar ................................................................................................ i
Datar Isi .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .................................................................................... ....4
1.2. Identifikasi Masalah ................................................................................ 4
1.3. Analisis Masalah ................................... ..................................................4
1.4. Tujuan Pembelajaran ............................................................................. .4
BAB II ISI
2.1 Defenisi Presbiopia, Hipermetropi, Astigmatisma Dan Myopia ............. 5
2
BAB I
PENDAHULUAN
1. Seorang anak laki-laki berusia 10 tahun dibawa ibunya untuk pemeriksaan mata.
3. Dokter kemudian meresepkan kaca mata yang sesuai dengan hasil pemeriksaan.
5. Pasien sering bermain gadget lebih dari 2 jam per hari, dan menonton tv dari jarak
dekat.
3
1.3 Analisis Masalah
6. Apakah dengan pembedahan katarak senilis dapat disembuhkan dan visus menjadi
semakin baik?
1. Apa hubungan keluhan pasien dengan kebiasaan bermain gadget >2 jam per hari dan
menonton tv dari jarak dekat?
3. Apa saja faktor penyebab dari myopia selain bermain gadget dan menonton tv dari
jarak dekat?
7. Apakah penggunaan kacamata dapat mengurangi myopia yang terjadi pada pasien?
4
BAB II
ISI
A. Defenisi Miopia
5
B. Defenisi Hipermetropi
Gambar 2. Hipermetropi
C. Astigmatisma
Astigmatisma adalah pembiasaan pada lebih dari satu titik fokus berkas sinar
yang sejajar yang masuk ke dalam mata pada keadaan tanpa akomodasi.
Astigmatisma diklasifikasikan berdasarkan bentuk dan tipe, berdasarkan bentuk
terbagi atas astigmatisma regular dan irregular. Pada astigmatisma regular terdapat
meridian utama yang saling tegak lurus yang masing-masing memiliki daya bias
terkuat dan terlemah, sedangkan pada astigmatisma irregular didapatkan titik fokus
yang tidak beraturan.
Gambar 3. Astigmatisma
6
D. Presbiopi
Gambar 4. Presbiopi
7
2. Genetik atau keturunan.
3. Terlalu lama beraktivitas pada jarak pandang yang sama seperti bekerja di depan
komputer, di depan layar monitor, di depan berkas, dan lain-lain. Mata
membutuhkan istirahat yang teratur dan cukup agar tidak terus berkontraksi secara
monoton.
4. Kebisaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan mata kita seperti membaca
sambil tidur-tiduran, membaca di tempat yang gelap, membaca di bawah matahari
langsung yang silau, menatap sumber terang langsung, dan lain sebagainya.
5. Terlalu lama mata berada di balik media transparan yang tidak cocok dengan mata
dapat mengganggu kesehatan mata seperti terlalu lama memakai helm, terlalu
lama memakai kacamata/lensa kontak yang tidak sesuai dengan mata normal kita,
dan sebagainya.
6. Kekurangan gizi yang dibutuhkan mata juga bisa memperlemah mata sehingga
kurang mampu bekerja keras dan mudah untuk terkena rabun jika mata bekerja
terlalu dipaksakan. Vitamin A, betakaroten, alpukat merupakan beberapa makanan
yang baik untuk kesehatan mata.
8
3. Miopia sedang : 3.00 – 6.00 dioptri
a. Miopia aksial, yaitu sumbu aksial mata lebih panjang dari normal (diameter
antero-posterior lebih panjang, bola mata lebih panjang). Untuk setiap millimeter
tambahan panjang sumbu, mata kira-kira lebih mioptik 3 dioptri.24 b.
b. Miopia kurvatura/refraktif, yaitu kurvatura kornea atau lensa lebih kuat / lebih
reraktif dari normal (kornea terlalu cembung atau lensa mempunyai kecembungan
yang lebih kuat).
c. Miopia indeks, di mana indeks bias mata lebih tinggi dari normal, misalnya pada
diabetes mellitus.
2. Miopia progresif yaitu miopia yang bertambah terus pada usia dewasa akibat
bertambah panjangnya bola mata.
3. Miopia maligna yaitu keadaan yang lebih berat dari miopia progresif, yang dapat
mengakibatkan ablasi retina dan kebutaan.
1. Penderita miopia akan mengatakan melihat jelas dalam jarak dekat atau pada jarak
tertentu dan melihat kabur jika pandangan jauh.
9
Gambar 5. Gambaran pengelihatan penderita rabun jauh
2.5 Patofisiologi Miopia
10
2.6 Diagnosis Miopia
1. Pasien diberi jarak dari Snellen Chart sejauh 5 meter atau 6 meter atau 20 kaki
(denominatornya akan berbeda untuk setiap jarak yang digunakan. Seringkali
digunakan jarak 5 meter.)
2. Tingkat mata pasien dengan Snellen Chart harus sejajar dan lurus.
3. Pasien diminta untuk menutup satu mata dengan okluder, atau bila tidak ada,
dengan telapak tangan, bukan dengan jari karena dapat menekan mata. Biasanya
yang ditutupi mata kiri dahulu, atau mata yang bermasalah dahulu, agar pasien
tidak menghafal huruf yang ada di chart.
4. Pasien diminta untuk membaca huruf yang ditunjuk oleh dokter. Catat
denominator pada baris terakhir yang masih bisa dibaca oleh pasien. Bila pasien
bisa membaca semua huruf sampai denominator 20, berarti ketajaman matanya
normal (5/5 atau 6/6 atau 20/20).
5. Bila mata pasien masih kabur saat membaca Snellen Chart, gunakan pinhole untuk
mengetahui apakah matanya kabur karena kelainan refraksi atau kelainan lain
(contoh: katarak). Pasien yang memiliki kelainan refraksi akan lebih jelas
membaca chart saat menggunakan pinhole.
6. Bila Pasien sama sekali tidak bisa melihat huruf di chartnya dari atas, akan
dilakukan pemeriksaan lanjutan, yaitu hitung jari hingga lambaian tangan.
7. Pemeriksaan hitung jari dimulai dari jarak 5 meter terlebih dahulu. Dokter
mengacungkan jari diposisikan lurus dari pandangan pasien, kemudian pasien
diminta untuk memberitahu dokter berapa jumlah jari yang diacungkan. Bila
pasien dapat menyebutkan jumlah jari dengan benar, skornya adalah 5/60.
11
8. Bila pasien masih tidak bisa melihat, maju 1 meter. Bila masih tidak bisa, maju 1
meter lagi, dan begitu seterusnya hingga jarak antara dokter dan pasien hanya 1
meter. Skornya secara berurutan menjadi 4/60, 3/60, 2/60 dan 1/60.
9. Bila setelah pemeriksaan hitung jari dari jarak 1 meter pasien masih tidak bisa
menyebut dengan benar, dilakukan pemeriksaan lambaian tangan.
10. Pemeriksaan lambaian tangan dilakukan dari jarak 1 meter dan dilakukan dengan
cara dokter melambaikan tangannya dari kea rah tertentu kemudian meminta
pasien untuk memberitahu ke arah mana gerakan tangannya. Bila pasien bisa
menyebut dengan benar, skornya menjadi 1/300.
11. Pemeriksaan selanjutnya yang biasa dilakukan adalah persepsi cahaya.
12. Dokter memakai senter yang dinyala-matikan secara acak kemudian meminta
pasien untuk memberitahu apakan senternya menyala atau tidak.
13. Bila pasien dapat membedakan nyala dan matinya senter, dilanjutkan dengan
meminta pasien untuk menentukan sumber cahaya.
14. Dokter mengarahkan sinar senter dari arah tertentu dekat mata pasien, kemudian
pasien diminta untuk memberitahu dari arah mana cahayanya datang.
12
Gambar 7. Snellen Chart
Sinar hanya dapat masuk dan keluar sebuah mata melalui pupil. Untuk menilai
keadaan suatu sistem optik yang tertutup, suatu sinar harus melewati sumbu optikal
tersebut dua kali, dan harus terdapat suatu bangunan yang dapat memantulkan arah
siner tersebut. Retina merupakan struktur yang dapat memantulkan sinar yang masuk
kedalam mata agar mata dapat dinilai keadaan refraksinya. Pantulan cahaya dari retina
ini disebut reflek retina. Pemeriksa akan menilai beberapa karakteristik dari reflek
retina untuk menentukan keadaan refraksi seseorang. Mata yang emetrop akan
memantulkan cahaya yang sejajar dari retina. cahaya akan menjadi konvergen pada
mata miopik. Mata hyperopia akan memantulkan sinar yang divergen.
13
Gambar 8. Bagian –bagian retinoskop dan trial lens
A. Non-surgical Treatment
1. Kacamata
14
ditemukan pada subkelompok. Lensa ini dianggap mengurangi stimulus terjadinya
perpanjangan aksial bola mata, baik dengan mengurangi lag akomodatif atau dengan
memfokuskan miopi pada superior perifer retina. Lensa kacamata dengan perifer plus
dan tambahan lensa tambahan progresif untuk penglihatan dekat yang dimaksudkan
untuk mengurangi tingkat relative defocus hyperopic perifer pada orang dengan
miopia diharapkan dapat mengurangi progresifitas miopia.
Kacamata dengan Lensa Penambahan Progresif efektif digunakan pada
anakanak dengan esoforia pada penglihatan jarak dekat yang diamati dalam penelitian
dengan lensa progresif aditif (PALS) Salah satu alasan yang mungkin mendasari
dikarenakan lensa bifokal tidak menghambat perkembangan miopia dikarenakan
anak-anak menghindari penambahan dekat atau merespons secara tidak tepat terhadap
perubahan lensa atau disebut image jump. Lensa tambahan progresif dapat
mengurangi daya secara bertahap yang sehingga menghasilkan kenyamanan
penggunaan kacamata yang lebih baik, serta kemungkinan penglihatan yang lebih
jelas untuk berbagai jarak jauh, sedang, dan dekat.
Kacamata minus tinggi konvensional dikatakan kurang memberikan
kenyamanan pada pasien dikarenakan lebih berat dan memiliki tepi yang tebal
maupun dari segi kosmetik kurang menarik. Industri produsen optik telah menangani
kekurangan ini dengan menggunakan berbagai metode untuk mengurangi keluhan
tersebut seperti menggunakan bahan lensa indeks tinggi, yang memungkinkan daya
bias yang sama dicapai dengan ketebalan dan berat yang lebih sedikit, bahan lensa
lebih ringan yang dapat mengurangi berat lensa kacamata.
B. Surgical Treatment
15
Prosedur alternatif untuk memperbaiki miopia tinggi adalah SMILE, pertukaran lensa
refraktif, dan implantasi IOL phakic. Small-incision lenticule extraction (SMILE)
adalah operasi yang relatif baru untuk metode prosedur bedah miopia. Metode SMILE
bekerja dengan memotong bagian stroma kornea. Prosedur ini memiliki beberapa
keunggulan dibandingkan laser-in-situ keratomileusis (LASIK) dan keratektomi
fotorefraksi (PRK). SMILE tidak membuat flap pada kornea, dan side-cut yang
digunakan untuk ekstraksi lenticule lebih pendek dibandingkan dengan side-cut pada
prosedur LASIK. SMILE juga memiliki keunggulan prosedur yang menyebabkan
kerusakan persarafan yang minimal pada bagian stroma anterior bila dibandingkan
dengan LASIK. Berlawanan dengan PRK, epitel kornea, dan stroma anterior
dibiarkan utuh. Studi awal dikonfirmasi keamanan SMILE pada kondisi miopia
ringan, sedang, dan miopia tinggi.
1. Intraocular Refractive Surgery
Intra Okular Lens (IOL) yang dirancang khusus dapat ditempatkan melalui
prosedur bedah di ruang anterior, terpasang pada iris, atau ditempatkan di ruang
posterior anterior ke lensa kristal untuk mengoreksi refractive error. Keuntungan
termasuk pemulihan visual yang cepat, stabilitas koreksi, dan kemampuan untuk
mengoreksi miopia yang tinggi.
Terdapat beberapa komplikasi yang dapat terjadi termasuk endophthalmitis,
kehilangan sel endotel, iridosiklitis kronis, pembentukan katarak, distorsi iris, dispersi
pigmen, peningkatan TIO, glaukoma, dan dislokasi IOL. Terdapat dua model IOL
phakic telah disetujui oleh FDA untuk digunakan di Amerika Serikat dan desain
lainnya sedang dalam uji klinis. Prototipe IOL phakic multifokal memiliki potensi
untuk menangani presbiopia. Kedua jenis IOL phakic memerlukan iridektomi perifer
atau iridotomi untuk mencegah terjadinya pupil blok.
Iridectomy dapat dilakukan baik sebelum operasi atau pada saat insersi lensa.
Kekuatan IOL ditentukan menggunakan biometri standar yang mirip dengan
perhitungan daya IOL metode untuk operasi katarak. Penyisipan IOL adalah prosedur
intraokular yang membutuhkan teknik steril sama seperti operasi katarak. Dalam
kasus IOL phakic posterior, diperlukan dilatasi pupil yang adekuat. Lensa
ditempatkan melalui proses yang disebut enclavation di mana iris dibawa ke anterior
dalam bagian haptic dari IOL di kedua sisi.
16
Operasi Pertukaran Lensa Refraktif merupakan operasi katarak dengan
penempatan lensa intraokular sebelum atau tanpa terjadinya pembentukan katarak.
Opsi ini dapat mengoreksi refractive error serta menghilangkan terjadinya
pembentukan katarak. Keuntungannya termasuk rehabilitasi maupun penyembuhan
yang relatif cepat dan hasil visual yang dapat diperdiksi dari sebelum dilakukan
tindakan. Kerugian yang dapat terjadi setelah prosedur pembedahan seperti hilangnya
reflek akomodasi pada pasien muda dan juga risiko rosedur operasi pertukaran lensa
refraktif lainnya sama dengan operasi katarak, oleh sebab itu potensi komplikasi
paska operasi mirip dengan operasi katarak standar pada prosedur operasi intraokular
lainnya seperti endophthalmitis, edema macular kistik, dan peningkatan risiko ablasio
retina, terutama pada pasien dengan miopia aksial yang tinggi.
2. Vitreal Liquefaction dan Detachment. Badan vitreus yang berada di antara lensa
dan retina mengandung 98% air dan 2% serat kolagen yang seiring pertumbuhan
usia akan mencair secara perlahan-lahan, namun proses ini akan meningkat pada
penderita miopia tinggi. Hal ini berhubungan dengan hilangnya struktur normal
kolagen. Pada tahap awal, penderita akan melihat bayangan-bayangan kecil
(floaters). Pada keadaan lanjut, dapat terjadi kolaps badan viterus sehingga
kehilangan kontak dengan retina. Keadaan ini nantinya akan menimbulkan risiko
untuk terlepasnya retina dan menyebabkan kerusakan retina. Vitreus detachment
pada miopia tinggi terjadi karena luasnya volume yang harus diisi akibat
memanjangnya bola mata.
3. Glaukoma. Risiko terjadinya glaukoma pada mata normal adalah 1,2%, pada
miopia sedang 4,2%, dan pada miopia tinggi 4,4%. Glaukoma pada miopia terjadi
dikarenakan stres akomodasi dan konvergensi serta kelainan struktur jaringan ikat
penyambung pada trabekula.
4. Trombosis dan perdarahan koroid. Sering terjadi pada obliterasi dini pembuluh
17
darah kecil. Biasanya terjadi di daerah sentral, sehingga timbul jaringan parut
yang mengakibatkan tajam penglihatan.
18
BAB 3
Penutup
3.1Kesimpulan
19
DAFTAR PUSTAKA
Lubis ENMS. (2015). Hubungan Tajam Penglihatan dengan Tingkat Prestasi pada
Siswa Berprestasi SD Panca Budi Medan tahun. Medan; Universitas Sumatera
Utara 2014. Available from :
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/57660
Hart, C., Berger, D., Jacob, B., Loeb, S. and Hill, M. (2019). Online Learning,
Offline Outcomes: Online Course Taking and High School Student
Performance. AERA Open, 5(1), p.233285841983285.
Charles E. Campbell WJB, Howard C. Howland. Objective Refraction: Retinoscopy,
Autorefraction, and Photorefraction. dalam: benjamin WJ, editor. BORISH'S
CLINICAL REFRACfION. Missouri, Butterworth Heinneman; 2006. hal.
682-764.
Lubis ENMS. (2015). Hubungan Tajam Penglihatan dengan Tingkat Prestasi pada
Siswa Berprestasi SD Panca Budi Medan tahun. Medan; Universitas Sumatera
Utara 2014. Available from :
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/57660
Joseph, L. (2014). Refractive Errors and Academic Achievements of Primary School
Children. Stat Pearls Publishing LLC ; A NCBI Journal. Available from
:https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/26182821
20