Tugas Baca
Oleh:
NIM. 1930912310027
Pembimbing:
April, 2022
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................... 1
A. Definisi ............................................................................................... 2
B. Klasifikasi............................................................................................. 2
C. Epidemiologi ........................................................................................ 4
D. Etiologi ................................................................................................ 5
F. Diagnosis.............................................................................................. 6
G. Tatalaksana........................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 20
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Kelainan refraksi adalah keadaan dimana bayangan tegas tidak dibentuk pada
retina (makula lutea atau bintik kuning). Pada kelainan refraksi terjadi ketidakseimbangan
sistem optik pada mata sehingga menghasilkan bayangan yang kabur. Pada mata normal,
kornea dan lensa membelokkan sinar pada titik fokus yang tepat pada sentral retina.
Keadaan ini memerlukan susunan kornea dan lensa yang sesuai dengan panjangnya bola
mata. Pada kelainan refraksi, sinar tidak dibiaskan tepat pada bintik kuning, akan tetapi
dapat di depan atau di belakang bintik kuning dan malahan tidak terletak pada satu titik
yang tajam. Kelainan refraksi dikenal dalam bentuk miopia, hipermetropia, astigmat, dan
presbiopi.1
melihat jauh akan tetapi dapat melihat dekat dengan lebih baik. Miopia bersifat
progresif pada masa anak anak dan cenderung stabil ketika mereka mencapai usia
20 tahun atau akhir remaja. Data WHO memperkirakan bahwa 246 juta orang di
membaca dekat disertai penerangan yang kurang menjadi faktor utama terjadinya
miopia. Faktor gaya hidup mendukung tingginya akses anak terhadap media
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Miopi
Miopi adalah keadaan refraksi mata dimana dalam keadaan mata istirahat
(tanpa akomodasi), seberkas cahaya sejajar yang berasal dari objek yang terletak
jauh tak terhingga akan difokuskan pada satu titik fokus di depan retina.3
refraksi ini, retina terletak di belakang bidang fokus sehingga lensa konkaf atau
lensa negatif dibutuhkan untuk memindahkan bidang fokus kembali terletak pada
retina. Definisi miopia bervariasi namun pada umumnya mata dianggap myopia
normal.3
B. Klasifikasi
Pada keadaan miopi, bayangan benda jatuh pada titik focus di depan retina.
Hal ini dapat disebabkan oleh bentuk bola mata mengalami pemanjangan maupun
kekuatan refraksi yang terlalu besar. Miopia memiliki beberapa bentuk seperti:3
1. Miopia Aksial
2. Miopia Refraktif
Miopi ini disebabkan karena kekuatan refraksi mata yang terlalu besar.
2
3
Hal ini dapat terjadi pada katarak intumesen dimana lensa menjadi lebih
refraktif)
1. Miopia Simpleks: Miopia yang disebabkan oleh dimensi bola mata yang
terlalu panjang atau daya bias kornea dan lensa kristalina yang terlalu
kuat.
kondisi tidak normal lainnya. Miopia ini sering hanya sememtara dan
bersifat reversibel.
menjadi:1
4
3. Miopia berat atau tinggi, dimana miopia lebih besar dari 6 Dioptri
miopia, suatu kondisi dimana belakang mata lebih panjang daripada normal,
C. Epidemiologi
Miopia bersifat progresif pada masa anak-anak dan cenderung stabil Ketika
kasus miopia pada anak-anak usia 5-7 tahun, 8% pada anak usia 8-10 tahun, 14%
pada anak usia 11-12 tahun, dan 25% pada kelompok usia 12-17 tahun. Di
Taiwan, prevalensi miopia adalah 12% pada anak usia 6 tahun, dan 84% pada
kelompok penduduk usia 16-18 tahun. Angka prevalensi yang hampir sama
berdasarkan pada kelompok usia dewasa dilaporkan sebesar 18,7% pada anak usia
waktu lebih dari 2 jam untuk bekerja didepan komputer mungkin berada dalam
seperti miopia. Jika anak menghabiskan waktu lebih banyak di depan komputer
atau pekerjaan lain yang jaraknya dekat dengan mata, maka risiko mereka untuk
D. Etiologi
sehingga membentuk bayangan kabur atau tidak tegas pada makula lutea
3. Titik focus sinar yang dating dari benda yang jauh terletak di depan
retina
4. Titik jauh (punctum remotum) terletak lebih dekat atau sinar dating tidak
sejajar.
Faktor genetik juga merupakan faktor yang mengambil andil dalam etiologi
antara miopia pada orang tua dan anak. Yang pertama adalah teori dari kondisi
berjarak dekat dan intens dalam keluarga, daripada faktor genetik. Orang tua
dengan miopia biasanya akan menetapkan standar akademik yang tinggi atau
6
itu sendiri. Suatu penelitian di Tanzania menunjukkan bahwa orang tua yang
E. Manifestasi Klinis
1. Kesulitan melihat objek jauh, seperti saat melihat ke layar televisi atau
melihat lebih jelas ketika objek didekatkan, atau ketika melihat objek-
objek dekat.
2. Kadang terlihat bakat untuk menjadi juling bila melihat jauh dan
melihat jelas
akomodasi)
4. Pada segmen anterior mata ditemukan bilik mata yang dalam dan pupil
yang relatif lebar, dan terkadang ditemukan bola mata yang agak
menonjol.
F. Diagnosis
menggunakan optotip Snellen, dan dilakukan pada pasien yang kooperatif karena
pada anak-anak atau pasien yang kurang kooperatif dapat dilakukan pemeriksaan
refraksi objektif yaitu streak retinoscopy. Panjang bola mata pada miopia tinggi
tipe aksial dapat dikonfirmasi dengan biometri yang bekerja berdasarkan prinsip
ultrasonografi.3
G. Tatalaksana
miopia dapat dilakukan dengan memberikan koreksi kacamata, lensa kontak, atau
Bingkainya juga harus memiliki ukuran lensa yang kecil untuk mengakomodasi
resep kacamata yang tinggi. Penggunaan indeks material lensa yang tinggi akan
mengurangi ketebalan lensa. Semakin tinggi indeks lensa, semakin tipis lensa
melalui material lensa dengan indeks yang tinggi ini sehingga membuat resolusi
dapat menurunkan progresifitas miopia 0,2 dioptri lebih kecil dibandingkan orang
Walaupun demikian, koreksi kaca mata kadang hanya diperlukan pada kegiatan
tertentu, seperti pada saat menonton film bioskop atau saat mengemudikan
kendaraan. Untuk miopia sedang dan berat, koreksi kaca mata mungkin
Cara yang disukai untuk mengoreksi kelainan miopia tinggi adalah lensa
kontak. Banyak jenis lensa kontak yang tersedia meliputi lensa kontak sekali
pakai yang sekarang telah tersedia lebih dari -16.00 Dioptri. Lensa kontak ada dua
macam, yaitu lensa kontak lunak (soft lens) serta lensa kontak keras (hard lens).
dapat dipakai untuk sementara waktu. Kerugian lensa kontak lunak adalah
perawatannya sulit.7
pipih dan mengurangi kekuatan refraksi dari mata. Lensa kontak ini digunakan
selama minimal 7 jam perhari dan penggunaannya dapat dilakukan saat malam
hari selama tidur. Lensa kontak ini mempunyai keuntungan yaitu memberikan
koreksi visus yang baik, bisa dipakai dalam jangka waktu yang lama (awet), serta
memerlukan fitting yang lama, serta memberikan rasa yang kurang nyaman. Efek
dari penggunaan lensa kontak ini juga bersifat sementara sehingga perlu
komplikasi pada kornea, tetapi komplikasi ini dikurangi dengan pemilihan bahan
yang mampu dilewati gas O2. Hal ini disebut Dk (gas Diffusion Coefficient),
semakin baik bahan tersebut. Penggunaan lensa kontak juga dapat meningkatkan
potensi keratitis yang disebabkan oleh bakteri. Bakteri yang sering menyebabkan
memberikan efek siklopegi dan midriasis. Atropin melumpuhkan otot siliar dan
pupil, dan menurunkan progresifitas miopi. Selain itu, Atropin juga memiliki efek
pada mata dengan miopia. Menurut Walline, pemberian atropin (0,01%, 0,1%,
dan 1,0%) tetes mata pada anak setiap malam efektif dalam menurunkan
penglihatan jarak dekat kabur. Efek samping ini semakin kuat saat diberikan
dihentikan, progresifitas miopia lebih tinggi pada konsentrasi atropin yang lebih
tinggi. Atropin dapat diberikan mulai dari usia 6 tahun dengan progresifitas
progresifitas miopia paling baik dimulai dengan konsentrasi 0,01% satut tetes tiap
malam pada kedua mata dengan pertimbangan atropine dengan konsentrasi lebih
kecil akan memberikan efek samping yang lebih ringan. Pada orang dengan
0,1%. Atropin akan memberikan efek maksimal pada tahun ke-2 pemberuan
off perlu dilakukan pada pemberian atropine 0,1% untuk menghindari rebound
11
effect berupa progresifitas miopia yang meningkat seperti saat sebelum terapi.11,12
4. Radial Keratotomi
mengoreksi kelainan refraksi pada mata dengan miopia. Pada Radial Keratotomi,
kornea diinsisi secara radial untuk memisahkan fibril kolagen pada stroma pada
daerah tepi kornea dan menyisakan zona optic pada kornea sentral minimal 3 mm.
Prosedur ini akan meninggalkan bekas luka berupa celah pada tepi zona optik
penyembuhan. Hasilnya adalah pada tepi kornea yang diinsisi akan menjadi lebih
tebal. Hal ini menyebabkan zona optic kornea bagian sentral memiliki ketinggian
yang hamper sama dengan tepinya, mengurangi kekuatan refraksi dari kornea dan
mengurangi miopia.13
3 bulan setelah operasi. Fluktuasi penglihatan dapat terjadi setelah operasi. Hal ini
disebabkan karena edema hipoksik pada daerah insisi saat kelopak mata tertutup
saat tidur. Hal ini menyebabkan terjadinya penebalan kembali pada tepi kornea
(daerah insisi) dan menyebabkan kornea menjadi lebih datar pada pagi hari.
demikian, kekuatan refraksi akan kembali menjadi seperti saat sebelum terjadinya
edem hipoksik pada saat malam hari. Perubahan kekuatan refraksi dapat mencapai
-0,31 D. Visus dapat mencapai 20/40 hingga 20/20 pada pasien dengan miopia -
2,00 D hingga -8,75 D sepuluh tahun setelah operasi. Pada beberapa kasus,
pada baris optotip Snellen. Hal ini terjadinya astigmatisme yang muncul karena
penutupan celah insisi berlebih dan insisi yang menyisakan zona optik kurang dari
3 mm. Pasien juga dapat mengeluhkan penglihatan halo, dan silau saat melihat
sumber cahaya, Efek ini muncul karena pupil yang terbuka melebihi zona optik
post operasi sehingga cahaya yang dibiaskan pada daerah insisi masuk dan
mengurangi gejala.13
molekul yang lebih kecil. Dalam terapi miopia, laser dimanfaatkan untuk
mengablasi kornea sehingga didapatkan kornea yang lebi datar dan koreksi miopia
didapatkan.5
13
a) LASIK
Keratomileusis berasal dari Bahasa Yunani yang berarti kornea (kerato) dan
membuka flap hingga stroma kornea anterior dan memanfaatkan laser untuk
dilakukan fotoablasi stroma kornea. LASIK sering dilakukan karena lebih aman,
kekuatan refraksi kornea dan ketebalannya, dan ketebalan flap yang dapat
Ketebalan kornea optimal untuk dilakukan bedah refraktif adalah 550 µm.
untuk dilakukan LASIK. Hal ini berkaitan dengan sisa stroma kornea setelah
dilakukan ablasi minimal 250 µm. Ketebalan flap dapat beriksar 140 µm dan
kedalaman ablasi pada kornea berkisar 50 µm. Oleh karena itu, ketebalan kornea
cairan dan darah pada stroma harus dihindari untuk mencegah terjadinya ablasi
ireguler. Setelah dilakukan ablasi, flap kembali diturunkan dan ditaruh diatas
stroma kornea. Apabila flap tidak dapat bertahan pada posisinya, perban lensa
kontak dapat digunakan. Tetes mata antibiotic dan kortikosteroid dapat digunakan
setelah operasi selama 3-8 hari. Kacamata pelindung digunakan pada pasien untuk
14
menghindari trauma pada mata dan menyebabkan flap terlepas dari posisinya.13
superfisial dilakukan pada pasien dengan ketebalan kornea rata-rata dibawah 480
µm sehingga pasien akan menyisakan stroma kornea <250 µm. Ablasi permukaan
Berbeda dengan LASIK, LASEK, dan Epi-LASIK, PRK tidak membentuk flap
akan memberikan efek tidak nyaman dalam beberapa hari hingga epitel
15
kornea dengan membentuk flap epitel terlebih dahulu. Dengan adanya flap ini,
pengikisan epitel kornea menjadi lebih terkontrol dengan kedalaman tertentu dan
terjadinya corneal haze. Untuk mengatasi komplikasi tersebut, tampon yang telah
16
direndam dalam mitomycin C (0,02% atau 0,2 mg/mL) dapat ditaruh pada daerah
yang diablasi selama 12 detik hingga 2 menit setelah paparan laser. Setelah
(4-7 hari). Pemberian antibiotik topical dan kortikosteroid perlu diberikan. Setelah
operasi, pasien dengan miopia -6,00 D atau kurang 56-86% pasien akan
SMILE (Small Incision Lenticule Extraction) adalah salah satu altenatif terbaru
yang bisa menjadi pilihan untuk pembedahan mata yang mengalami kelainan refraksi.
SMILE adalah suatu prosedur operasi yang menggunakan laser femtosecond yang mana
laser femtosecod ini akan menembus permukaan kornea tampa membuat sayatan (flap
free) dan fokus pada bagian kornea yang diseut lenticule. Keuntungan menggunakan
smile dibanding lasik adalah hasilnya yang dapat meminimalisasi mata kering dan juga
Miopi adalah keadaan refraksi mata dimana dalam keadaan mata istirahat
(tanpa akomodasi), seberkas cahaya sejajar yang berasal dari objek yang terletak
jauh tak terhingga akan difokuskan pada satut titik fokus di depan retina.
19
DAFTAR PUSTAKA
4. Walline JJ. Myopia Control: A Review. Eye & Contact Lens. 2016; 42:3-
8.
9. Nichols JJ, Marsich MM, Nguyen M, Barr JT, Bullimore MA. Overnight
Orthokeratology. Optometry and Vision Science. 2015;77:252-9.
10. Clark TY, Clark RA. Atropine 0,01% Eyedrops Significantly Reduce The
Progresion of Childhood Myopia. Journal of Ocular Pharmacology and
Therapeutics. 2015:1-5.
11. Chin A, Lu QS, Tan D. Five Year Clinical Trial on Atropine for the
Treatment of Myopia. American Academy of Opthamology. 2015:1-9
12. Shih KC, Yan TC, Ng ALK, Lai JSM, Li WW, Cheng AC, et al. Use of
Atropine for Prevention of Childhood Myopia Progression in Clinical
Practice. Eye & Contact Lens. 2016;42:16-23.
13. Hamill MB, Ambrosio R, Berdy GJ, et al. Refractive Surgery. American
Academy of Ophtalmology. 2018.
20
21