Oleh:
Addi Abel Rembang
20014101071
Supervisor Pembimbing :
dr. Wenny Supit, Sp.M
Residen Pembimbing :
dr. Samuel B. Emor
Oleh :
Addi Abel Rembang
20014101071
Masa KKM : 13 Desember 2021 – 9 Januari 2022
Residen Pembimbing
Supervisor Pembimbing
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
BAB II......................................................................................................................3
A. ANATOMI DAN FISIOLOGI MATA.........................................................3
B. DEFINISI......................................................................................................5
C. EPIDEMIOLOGI..........................................................................................6
D. ETIOLOGI....................................................................................................6
E. KLASIFIKASI..............................................................................................7
F. DIAGNOSIS.................................................................................................9
G. PENATALAKSANAAN............................................................................11
BAB III..................................................................................................................13
A. IDENTITAS PASIEN.................................................................................13
B. ANAMNESIS.............................................................................................13
C. PEMERIKSAAN FISIK.............................................................................14
D. STATUS OFTALMOLOGI........................................................................15
E. RESUME....................................................................................................16
F. DIAGNOSIS KERJA..................................................................................16
G. PENATALAKSANAAN............................................................................16
H. PROGNOSIS..............................................................................................16
BAB IV..................................................................................................................17
BAB V....................................................................................................................19
KESIMPULAN......................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................20
iii
BAB I
PENDAHULUAN
paralel cahaya pada keadaan tanpa akomodasi tidak dapat difokuskan pada
lapisan sensitif cahaya retina. Terdapat beberapa jenis ametropia yaitu miopia,
gangguan spesifik yang terjadi dan tempak cahaya nantinya difokuskan, baik
terhadap cahaya di depan atau belakang lapisan sensitif cahaya retina, pada satu
atau dua meridian. Pada laporan kasus ini akan dibahas mengenai kasus kelainan
terjadi bervariasi pada beberapa meridian pada mata sehingga titik fokus tidak
dapat terbentuk pada retina. Pada keadaan ini mata akan menghasilkan suatu
bayangan dengan titik atau garis fokus multipel sehingga akan mengakibatkan
penyebab utama low vision di dunia dan dapat menyebabkan kebutaan. Data dari
mengalami gangguan visus akibat kelainan refraksi yang tidak terkoreksi. Pada
17,9% dari pasien dengan kelainan refraksi merupakan pasien dengan diagnosis
astigmatisme.2
menggunakan kacamata dengan lensa silinder yang tepat, lensa kontak dan terapi
pembedahan. Penanganan pada kasus astigmatisme juga patut memperhatikan
jika ada gejala atau gangguan lain yang harus ditangani seperti jika ada miopia
atau hipermetropia dan jenis penanganan yang dilakukan juga dinilai dan
astigmatisme miopia compositus oculi dextra et sinistra pada pasien yang datang
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
proses yang terjadi dalam mata. Pada penglihatan terdapat proses yang cukup
dapat dilihat.3
mata:3
1. Kornea
masuk dan difokuskan ke dalam pupil. Bentuk kornea yang cembung dan
karena sinar yang masuk 80% atau dengan kekuatan 40 dioptri dilakukan
2. Iris
sinar masuk ke dalam mata dengan cara mengatur jumlah sinar masuk ke
3. Pupil
Pupil yang berwarna hitam pekat pada sentral iris mengatur jumlah
sinar masuk ke dalam bola mata. Seluruh sinar yang masuk melalui pupil
diserap sempurna oleh jaringan dalam mata. Tidak ada sinar yang keluar
3
melalui pupil sehingga pupil akan berwarna hitam. Ukuran pupil dapat
mengurangi rasa silau. Pada tepi pupil terdapat m. sfingter pupil yang
ini terjadi ketika melihat dekat atau merasa silau dan pada saat
berakomodasi. Selain itu, secara radier terdapat m. dilator pupil yang bila
Midirasis terjadi ketika berada di tempat gelap atau pada waktu melihat
jauh.
4. Badan siliar
5. Lensa
di dalam mata dan bersifat bening. Lensa di dalam bola mata terletak di
belakang iris yang terdiri dari zat tembus cahaya berbentuk seperti
Lensa yang jernih ini mengambil peranan membiaskan sinar 20% atau 10
dioptri. Peranan lensa yang terbesar adalah pada saat melihat dekat atau
berakomodasi.
4
6. Retina
yang dikenal.
7. Saraf Optik
Saraf optik yang keluar dari polus posterior bola mata membawa 2
jenis serabut saraf, yaitu: saraf penglihat dan serabut pupilomotor. Saraf
B. DEFINISI
Astigmatisme berasal dari bahasa Yunani (‘a’ yang berarti ketiadaan dan
‘stigma’ yang berarti titik) yang memiliki arti tanpa satu titik. Astigmatisme
5
merupakan kondisi di mana berkas cahaya paralel tidak direfraksikan dengan
seperti bola rugby yang tidak memfokuskan sinar pada satu titik tapi titik
C. EPIDEMIOLOGI
astigmatisme sebanyak 359 kasus atau 55,9% dari total kasus astigmatisme.
Pada kasus miopia didapatkan jumlah kasus miopia tertinggi didapatkan pada
kelompok usia 40-65 tahun dan pada setiap kelompok usia didapatkan
D. ETIOLOGI
6
Pada umumnya astigmatisme terjadi akibat adanya kelainan pada
lengkung kornea. Namun, pada beberapa kasus juga dapat juga terjadi
astigmatisme akibat adanya kelainan pada lensa. Kelainan ini dapat ada sejak
usia, atau karena adanya penyakit mata lain ataupun trauma pada mata. Media
refraksi yang memiliki kesalahan pembiasan yang paling besar adalah kornea,
pembiasan pada kornea ini terjadi karena perubahan lengkung kornea tanpa
kristalin juga semakin berkurang dan lama kelamaan lensa kristalin akan
E. KLASIFIKASI
pupil dan terdapat titik fokus multipel yang menghasilkan gambaran yang
sepenuhnya kabur. Pada astigmatisme reguler didapatkan dua titik bias pada
7
sumbu mata karena adanya dua bidang yang saling tegak lurus di mana pada
salah satu bidang memiliki daya bias yang lebih kuat dari pada bidang yang
lain. Astigmatisme jenis ini, jika mendapat koreksi lensa silindris yang tepat,
disertai dengan adanya gangguan penglihatan yang lain. Bila ditinjau dari
letak daya bias, bentuk astigmatisme regular ini dibagi menjadi dua golongan
yaitu Astigmatisme with the rule (bila pada bidang vertikal mempunyai daya
bias yang lebih kuat dari pada bidang horizontal) dan against the rule (bila
pada bidang horizontal mempunyai daya bias yang lebih kuat dari pada
1. Astigmatisme simpleks
dan pada meridian yang lain difokuskan pada depan retina (astigmatisme
simpleks).3
2. Astigmatisme kompositus
3. Astigmatisme mixtus
berkas cahaya pada meridian yang satu difokuskan pada belakang retina.
8
Dengan demikian, pada satu meridian mata bersifat miopik dan pada
F. DIAGNOSIS
gejala atau keluhan yang dirasakan pasien. Pada umumnya astigmatisme yang
yang buruk. Dapat juga ditemukan adanya kelelahan dan ketegangan pada
mata setelah kerja dekat yang singkat serta penglihtan kabur yang berbayang.
mata terasa sakit, adanya nyeri kepala, kelelahan dini dari mata dan terkadang
9
melihat, terkadang pasien dapat mengecilkan mata atau memiringkan kepala
Gambar 3. Kipas Astigmat. Dilihat oleh orang emetrop (A); dilihat oleh orang
dengan astigmatisme (B).3
Gambar 4. Disk Placido (A); pada permukaan kornea normal (B); pada
permukaan kornea ireguler (C).3
dipantulkan kembali dari retina pasien kedalam mata pemeriksa. Pada kondisi
meridian utama dari kornea. Selain itu, autorefraktor juga merupakan alat
10
yang sering digunakan untuk mengukur status refraksi secara objektif. Alat
ini banyak digunakan untuk menilai status refraksi karena dianggap lebih
objektif kelengkungan kornea pada dua meridian utama. Alat ini memberikan
menyebabkan astigmatisme.6
G. PENATALAKSANAAN
optik dapat dilakukan dengan pemberian lensa silinder yang tepat. Kaca mata
dengan koreksi keseluruhan kekuatan silinder dan aksis yang tepat dapat
digunakan untuk penglihatan jarak jauh dan dekat. Selain dengan kaca mata,
dan lensa kontak yang lunak dapat memperbaiki astigmatisme kecil, sementar
11
kelengkungan kornea. PARK dilakukan dengan laser excimer (193-nm UV
menggunakan laser excimer namun pada proses ini sebelum diberikan laser
dibuat flap dengan ketebalan 130 – 160 mikron pada epitel kornea. Pada
penglihatan yang baik lebih cepat dibandingkan PARK, namun LASIK lebih
mahal dan membutuhkan skill bedah yang lebih dibandingkan keratomi dan
PARK.8
12
BAB III
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : AK
Umur : 5 tahun
Pekerjaan :-
Agama : Islam
B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Ibu pasien mengeluh anaknya mengedipkan mata.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
kuat sejak satu setengah bulan lalu. Ibu pasien mengaku anaknya sering
dengan usia kehamilan cukup bulan dan berat badan lahir normal.
keluarga. Pasien sudah berjalan pada usia satu tahun dan bicara belum
13
terlalu lancar. Pasien belum pernah menggunakan kacamata.
4. Riwayat Keluarga
5. Riwayat Sosial
yang dekat
C. PEMERIKSAAN FISIK
Respirasi : 24 kali/menit
Berat Badan : 20 kg
14
D. STATUS OFTALMOLOGI
15
E. RESUME
Kandou Manado dengan keluhan sering mengedipkan mata secara kuat sejak
satu setengah bulan. Inspeksi mata kiri dan kanan secara umum, posisi kedua
bola mata normal, simetris di tengah, tidak ada benjolan, pergerakan bola
mata normal. Silia, palpebra, dan konjungtiva tidak ada kelainan. Kornea
jernih, COA dalam, pupil bulat isokor, refleks cahaya positif normal.
refraksi dengan metode trial and error didapatkan mata kanan S -3.50 C -
F. DIAGNOSIS KERJA
G. PENATALAKSANAAN
H. PROGNOSIS
Ad vitam : Bonam
Ad fungtionam : Bonam
Ad sanationam : Bonam
16
BAB IV
PEMBAHASAN
Diagnosis astigmatisme miopia compositus pada kasus ini didapat dari hasil
televisi pada jarak yang dekat dan sering mengedipkan mata. Temuan pada
pemeriksaan refraksi dengan metode trial and error didapatkan mata kanan S -
3.50 C -1.00 x 1800 dan mata kiri S -3.00 C -1.25 x 1800. Ini terjadi akibat
cahaya pada kedua meridian sama-sama difokuskan pada depan retina. Mata yang
cepat lelah juga merupakan salah satu gejala klinis yang muncul pada
bayangan kabur yang terbentuk. Hal ini terutama ditemukan setelah melakukan
aktivitas atau kerja dekat. Menurut teori, astigmatisme yang kecil belum akan
kelainan pada lensa di mana kelainan ini dapat terjadi akibat beberapa faktor
seperti faktor genetik, adanya trauma mata, penyakit mata lain dan dapat pula
dapat terjadi seiring dengan perkembangan usia. Pada kasus ini sendiri tidak ada
riwayat trauma pada mata atau penyakit mata lain maupun anggota keluarga yang
17
refraksi pada kasus ini dilakukan dengan metode trial and error dan didapatkan
mata kanan S -3.50 C -1.00 x 1800 dan mata kiri S -3.00 C -1.25 x 1800. Dengan
penglihatan pasien perlu dikoreksi dengan lensa sferis serta lensa silinder.
dengan lensa silinder, visus 6/6 pada kedua mata dikoreksi menggunakan lensa S -
3.50 C -1.00 x 1800 pada mata kanan dan S -3.00 C -1.25 x 180 0 pada mata kiri.
penggunaan kacamata di mana keluhan yang dialami oleh pasien dapat membaik
dengan koreksi lensa yang tepat sehingga prognosis pada kasus ini adalah bonam.
18
BAB V
KESIMPULAN
Seorang pasien laki-laki, usia 5 tahun datang dengan keluhan utama sering
mengedipkan mata dengan kuat sekitar satu setengah bulan yang lalu. Pasien
dan pemeriksaan oftalmologi. Pasien telah diberikan resep kacamata yang sesuai
19
DAFTAR PUSTAKA
3. Ilyas H, Yulianti S. Ilmu Penyakit Mata. 5th ed. Jakarta: Badan Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2015.
4. Rehman I, Hazhirkarzar B, Patel BC. Anatomy, head and neck, eye. 2018.
8. Chuck RS, Jacobs DS, Lee JK et al. Refractive errors & refractive surgery
preferred practice pattern. Ophthalmology. 2018 Jan 1;125(1):P1-04.
20