MIOPIA
Pembimbing:
dr. R. Adri Subandiro, Sp.M
Penyusun:
Hesti Pratiwi
030.11.132
1
LEMBAR PENGESAHAN
MIOPIA
Disusun oleh:
Mengetahui,
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat,
rahmat, serta perlindungannya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan referat ini
dengan baik..
Penyusun menyadari bahwa dalam proses penyusunan referat ini banyak
mengalami kendala, namun berkat bantuan, bimbingan, kerjasama dari berbagai
pihak dan berkah dari TuhanYang Maha Esa sehingga kendala-kendala yang
dihadapi tersebut dapat diatasi. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima
kasih kepada :
1 dr. R. Adri S, Sp.M sebagai pembimbing yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk meminta ilmu dan menjalani
Kepaniteraan Klinik Ilmu Mata di RSUD dr. Soeselo, Slawi.
3
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..............................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................
BAB 3 KESIMPULAN..............................................................................................
30
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................
31
..........................................................................................................................
4
BAB I
PENDAHULUAN
5
khususnya pada penduduk Asia. Selain pengaruh gangguan penglihatan, juga
membebani secara ekonomi. Sebagai contoh di Amerika Serikat, biaya terapi
miopia mencapai sekitar 250 juta per tahun.(2)
Miopia dapat menjadi masalah serius jika tidak cepat ditanggulangi. Oleh
karena itu pengetahuan mengenai myopia sangat diperlukan untuk pemeriksaan
dan penatalksanaan miopia secara dini.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
proses yang terjadi dalam mata. Pada penglihatan terdapat proses yang cukup
rumit oleh jaringan yang dilalui seperti membelokkan sinar, memfokuskan sinar
dan meneruskan rangsangan sinar yang membentuk bayangan yang dapat dilihat.(3)
Berikut adalah bagian mata yang memegang peranan pembiasan sinar pada
mata :
a. Kornea
Kornea merupakan jendela paling depan dari mata dimana sinar masuk dan
difokuskan ke dalam pupil. Bentuk kornea yang cembung dan sifatnya yang
masuk 80% atau dengan kekuatan 40 dioptri dilakukan atau dibiaskan oleh
kornea ini. Indeks bias kornea adalah 1,38. Kelengkungan kornea mempunyai
b. Iris
Iris atau selaput pelangi merupakan bagian yang berwarna pada mata. Iris
menghalangi sinar masuk ke dalam mata dengan cara mengatur jumlah sinar
c. Pupil
7
Pupil yang berwarna hitam pekat pada sentral iris mengatur jumlah sinar
masuk ke dalam bola mata. Seluruh sinar yang masuk melalui pupil diserap
sempurna oleh jaringan dalam mata. Tidak ada sinar yang keluar melalui pupil
sehingga pupil akan berwarna hitam. Ukuran pupil dapat mengatur refleks
sinar masuk ke dalam pupil diatur secara refleks. Pada penerangan yang cerah
pupil akan mengecil untuk mengurangi rasa silau. Pada tepi pupil terdapat
pupil (miosis). Hal ini terjadi ketika melihat dekat atau merasa silau dan pada
saat berakomodasi. Selain itu, secara radier terdapat m.dilator pupil yang bila
terjadi ketika berada di tempat gelap atau pada waktu melihat jauh.(3)
d. Badan siliar
Badan siliar merupakan bagian khusus uvea yang memegang peranan untuk
otot akomodasi dan mengatur besar ruang intertrabekula melalui insersi otot
e. Lensa
Jaringan ini berasal dari ektoderm permukaan yang berbenruk lensa di dalam
mata dan bersifat bening. Lensa di dalam bola mata terletak di belakang iris
Yng terdiri dari zat tembus cahaya berbentuk seperti cakram yang menebal
dan menipis pada saat terjadinya akomodasi. Lensa yang jernih ini mengambil
peranan membiaskan sinar 20% atau 10 dioptri. Peranan lensa yang terbesar
8
f. Retina
Retina atau selaput jala merupakan bagian mata yang mengandung reseptor
yang menerima rangsangan cahaya dan terletak di belakang pupil. Retina akan
g. Saraf optik
Saraf optik yang keluar dari polus posterior bola mata membawa 2 jenis
serabut saraf, yaitu: saraf penglihat dan serabut pupilomotor. Saraf penglihat
bayangannya.
9
Gambar 2.1. Anatomi Dasar Mata
Mata secara optik dapat disamakan dengan sebuah kamera fotografi. Mata
mempunyai sistem lensa, sistem apertura yang dapat berubah-ubah (pupil), dan
retina yang dapat disamakan dengan film. Sistem lensa mata terdiri atas empat
perbatasan refraksi, yaitu: perbatasan antara permukaan anterior kornea dan udara;
antara humor aquosus dan permukaan anterior lensa mata; dan perbatasan antara
permukaan posterior lensa dan humor vitreous. Indeks internal udara adalah 1;
kornea 1,38; humor aquosus 1,33; lensa kristalina (rata-rata) 1,40; dan humor
vitreous 1,34.(3)
cahaya berpindah dari satu medium dengan tingkat kepadatan tertentu ke medium
dengan tingkat kepadatan yang berbeda. Dikenal beberapa titik di dalam bidang
masih dapat melihat dengan jelas. Pungtum Remotum adalah titik terjauh dimana
seseorang masih dapat melihat dengan jelas, titik ini merupakan titik dalam ruang
yang berhubungan dengan retina atau foveola bila mata istirahat. Pada emetropia,
Derajat refraksi ditentukan oleh dua faktor, yaitu: rasio indeks bias dari
kedua media transparan dan derajat kemiringan antara bidang peralihan dan
lensa, semakin besar kelengkungan, semakin besar derajat pembiasan dan semakin
10
kuat lensa. Suatu lensa dengan permukaan konveks (cembung) menyebabkan
km/detik, tetapi perambatannya melalui benda padat dan cairan yang transparan
jauh lebih lambat. Ketika suatu berkas cahaya masuk ke sebuah medium yang
Proses melihat bermula dari masuknya seberkas cahaya dari benda yang
diamati ke dalam mata melaui lensa yang kemudian dibiaskan pada retina
(makula). Terjadi perubahan proses sensasi cahaya menjadi impuls listrik yang
Kemampuan seseorang untuk melihat tajam (fokus) atau disebut juga tajam
penglihatan (acies visus) tergantung dari media refraktif di dalam bola mata.
terbentuk di retina terbalik dari benda aslinya. Namun demikian, persepsi otak
terhadap benda tetap dalam keadaan tegak, tidak terbalik seperti bayangan yang
terjadi di retina, karena otak sudah dilatih menangkap bayangan yang terbalik itu
pembiasan sinar/ cahaya. Hal ini berlaku apabila cahaya melalui perantaraan yang
11
berbeda kepadatannya dengan kepadatan udara, yaitu kornea, humor aquosus,
lensa, dan humor vitreous. Kedua, akomodasi lensa, yaitu proses lensa menjadi
cembung atau cekung, tergantung pada objek yang dilihat itu dekat atau jauh.
Ketiga, konstriksi pupil, yaitu pengecilan garis pusat pupil agar cahaya tepat di
retina sehingga penglihatan tidak kabur. Pupil juga mengecil apabila cahaya yang
terlalu terang memasukinya atau melewatinya. Hal ini penting untuk melindungi
mata dari paparan cahaya yang tiba-tiba atau terlalu terang. Keempat,
pemfokusan, yaitu pergerakan kedua bola mata sedemikian rupa sehingga kedua
depan dan kelengkungan kornea dan panjangnya bola mata. Kornea mempunyai
daya pembiasan sinar terkuat dibanding bagian mata lainnya. Lensa memegang
peranan membiaskan sinar terutama pada saat melakukan akomodasi atau melihat
benda yang dekat. Bila terdapat kelainan pembiasan sinar oleh kornea (mendatar,
mencembung) atau adanya perubahan panjang (lebih panjang, lebih pendek) bola
terfokus pada retina, demikian pula bila benda jauh didekatkan, maka benda pada
jarak yang berbeda-beda akan terfokus pada retina atau makula lutea. Akibat
meningkat sesuai dengan kebutuhan, semakin dekat benda makin kuat mata harus
12
meningkat bila mata melihat kabur dan pada waktu konvergensi atau melihat
dekat.
Pada saat seseorang melihat suatu objek pada jarak dekat, maka terjadi
trias akomodasi yaitu: (i) kontraksi dari otot siliaris yang berguna agar zonula
Zinii mengendor, lensa dapat mencembung, sehingga cahaya yang datang dapat
difokuskan ke retina; (ii) konstriksi dari otot rektus internus, sehingga timbul
konvergensi dan mata tertuju pada benda itu, (iii) konstriksi otot konstriksi pupil
dan timbullah miosis, supaya cahaya yang masuk tak berlebih, dan terlihat dengan
jelas.(3)
Miopia adalah keadaan pada mata dimana cahaya atau benda yang jauh
letaknya jatuh atau difokuskan didepan retina. Supaya objek atau benda jauh
tersebut dapat terlihat jelas atau jatuh tepat di retina diperlukan kaca mata minus .(4)
Miopia atau sering disebut sebagai rabun jauh merupakan jenis kerusakan mata
yang disebabkan pertumbuhan bola mata yang terlalu panjang atau kelengkungan
kornea yang terlalu cekung.(5)
13
kuat, miopia refraktif atau bola mata terlalu panjang.(6) Miopia adalah suatu bentuk
kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar yang datang dari jarak tidak terhingga
oleh mata dalam keadaan tidak berakomodasi dibiaskan pada satu titik di depan
retina (6).
2.4. Epidemiologi
14
beberapa faktor lain. Di Amerika Serikat dan negara berkembang, angka kejadian
myopia (minimal 0,5 D) pada anak usia 5 tahun diketahui sekitar 5%. Angka
kejadian ini meningkat pada usia sekolah dan dewasa muda, dimana pada remaja
diketahui memiliki prevalensi 20-25% sedangkan pada dewasa muda memiliki
prevalensi 25-35%. Beberapa penelitian juga menyatakan bahwa wanita secara
signifikan memiliki risiko lebih tinggi untuk terjadinya miopia dibandingkan pria .
(5)
2.5. Etiologi
15
Faktor Keturunan
Faktor Perkembangan
Bukti yang ada menunjukan bahwa faktor prenatal dan perinatal turut
berperan serta menyebabkan miopia. Penyakit ibu yang dikaitkan dengan
penderita myopia kongenital adalah hipertensi sistemik, toksemia dan penyakit
retina. Faktor lain yang dianggap berhubungan dengan miopia adalah kelahiran
16
prematur yakni berat badan lahir kurang dari 2.500 gr. Brain menyebutkan bahwa
hal ini berkaitan dengan defek mesodermal yang berkaitan dengan prematuritas.(7)
2.6. Patofisiologi
Miopia dapat terjadi karena ukuran sumbu bola mata yang relatif panjang
dan disebut sebagai miopia aksial. Dapat juga karena indeks bias media refraktif
yang tinggi atau akibat indeks refraksi kornea dan lensa yang terlalu kuat. Dalam
hal ini disebut sebagai miopia refraktif (8).
Miopia degeneratif atau miopia maligna biasanya apabila miopia lebih dari
- 6 dioptri(D) disertai kelainan pada fundus okuli dan pada panjangnya bola mata
sampai terbentuk stafiloma postikum yang terletak pada bagian temporal papil
disertai dengan atrofi korioretina. Atrofi retina terjadi kemudian setelah terjadinya
atrofi sklera dan kadang-kadang terjadi ruptur membran Bruch yang dapat
menimbulkan rangsangan untuk terjadinya neovaskularisasi subretina. Pada
miopia dapat terjadi bercak Fuch berupa hiperplasi pigmen epitel dan perdarahan,
atropi lapis sensoris retina luar dan dewasa akan terjadi degenerasi papil saraf
optik (6).
Terjadinya perpanjangan sumbu yang berlebihan pada miopia patologi
masih belum diketahui. Sama halnya terhadap hubungan antara elongasia dan
komplikasi penyakit ini, seperti degenerasi chorioretina, ablasio retina dan
glaukoma. Columbre melakukan penelitian tentang penilaian perkembangan mata
anak ayam yang di dalam pertumbuhan normalnya, tekanan intraokular meluas
kerongga mata dimana sklera berfungsi sebagai penahannya. Jika kekuatan yang
berlawanan ini merupakan penentu pertumbuhan okular postnatal pada mata
manusia, dan tidak ada bukti yang menentangnya maka dapat pula disimpulkan
dua mekanisme patogenesis terhadap elongasi berlebihan pada miopia.
Abnormalitas mesodermal sklera secara kualitas maupun kuantitas dapat
mengakibatkan elongasi sumbu mata. Percobaan Columbre dapat membuktikan
hal ini, dimana pembuangan sebagian masenkim sklera dari perkembangan ayam
menyebabkan ektasia daerah ini, karena perubahan tekanan dinding okular. Dalam
keadaan normal sklera posterior merupakan jaringan terakhir yang berkembang.
17
Keterlambatan pertumbuhan strategis ini menyebabkan kongenital ektasia pada
area ini.
Sklera normal terdiri dari pita luas padat dari kumpulan serat kolagen, hal
ini terintegrasi baik, terjalin bebas, ukuran bervariasi tergantung pada lokasinya.
Kumpulan serat terkecil terlihat menuju sklera bagian dalam dan pada zona ora
ekuatorial. Bidang sklera anterior merupakan area potong lintang yang kurang
dapat diperluas perunitnya dari pada bidang lain. Pada test bidang ini ditekan
sampai 7,5 g/mm2.
Tekanan intraokular equivalen 100 mmHg, pada batas terendah dari stress
ekstensi pada sklera posterior ditemukan empat kali daripada bidang anterior dan
equator. Pada batas lebih tinggi sklera posterior kira-kira dua kali lebih
diperluas.Perbedaan tekanan diantara bidang sklera normal tampak berhubungan
dengan hilangnya luasnya serat sudut jala yang terlihat pada sklera posterior.
Struktur serat kolagen abnormal terlihat pada kulit pasien dengan Ehlers-Danlos
yang merupakan penyakit kalogen sistematik yang berhubungan dengan miopia.
Vogt awalnya memperluas konsep bahwa miopia adalah hasil
ketidakharmonian pertumbuhan jaringan mata dimana pertumbuhan retina yang
berlebihan dengan bersamaan ketinggian perkembangan baik koroid maupun
sklera menghasilkan peregangan pasif jaringan. Meski alasan Vogt pada umumnya
tidak dapat diterima, telah diteliti ulang dalam hubungannya dengan miopia
bahwa pertumbuhan koroid dan pembentukan sklera dibawah pengaruh epitel
pigmen retina. Pandangan baru ini menyatakan bahwa epitel pigmen abnormal
menginduksi pembentukan koroid dan sklera subnormal. Hal ini yang mungkin
menimbulkan defek ektodermalmesodermal umum pada segmen posterior
terutama zona oraekuatorial atau satu yang terlokalisir pada daerah tertentu dari
posterior mata, dimana dapat dilihat pada miopia patologis (tipe stafiloma
posterior).
Meningkatnya suatu kekuatan yang luas terhadap tekanan intraokular
basal. Contoh klasik miopia skunder terhadap peningkatan tekanan basal terlihat
pada glaukoma juvenil dimana bahwa peningkatan tekanan berperan besar pada
peningkatan pemanjangan sumbu bola mata (8).
18
Untuk melihat sesuatu objek dengan jelas, mata perlu berakomodasi.
Akomodasi berlaku apabila kita melihat objek dalam jarak jauh atau terlalu dekat.
Menurut Dr. Hemlholtz, otot siliari mata melakukan akomodasi mata. Teori
Helmholtz mengatakan akomodasi adalah akibat daripada ekspansi dan kontraksi
lensa, hasil daripada kontraksi otot siliari. Teori Helmholtz merupakan teori yang
sekarang sering digunakan oleh dokter.
Menurut Dr. Bates, dua otot oblik mata yang melakukan akomodasi mata
dengan mengkompresi bola mata di tengah hingga memanjangkan mata secara
melintang. Dr. Bates telah melakukan eksperimen pada kelinci, Dr. Bates
memotong dua otot oblik dan mendapati mata kelinci tersebut tidak bias
berakomodasi. Dr. Bates juga menginjeksi obat paralisis pada otot oblik kelinci,
mata tidak dapat berakomodasi. Apabila obat disingkirkan daripada otot oblik,
mata kelinci dapat berakomodasi kembali. Akibat daripada kelelahan mata
menyebabkan kelelahan pada otot mata. Otot mata berhubungan dengan bola mata
hingga menyebabkan bentuk mata menjadi tidak normal.Kejadian ini adalah
akibat akomodasi yang tidak efektif hasil dari otot mata yang lemah dan tidak
stabil. Pada mata miopia, bola mata terfiksasi pada posisi memanjang menyulitkan
untuk melihat objek jauh (8).
2.6. Klasifikasi
19
Menurut perjalanan miopia dikenal bentuk :
a. Miopia stasioner, miopia yang menetap setelah dewasa
b. Miopia progresif, miopia yang bertamb ah terus pada usia dewasa akibat
bertambah panjangnya bola mata
c. Miopia maligna, miopia yang berjalan progresif, yang dapat mengakibatkan
ablasi retina dan kebutaan atau sama dengan myopia pernisiosa = miopia maligna
= miopia degeneratif.
20
2.7. Faktor Risiko
21
yang menderita miopia cenderung menjadi miopia dikemudian hari (Jurnal
Oftalmologi Indonesia, 2008). Indeks heritabilitas yang tinggi ditemukan dalam
studi terhadap anak kembar yaitu dari 75% sampai 94%. Studi dengan jumlah
sampel yang besar pada kembar yang monozigot dan dizigot indeks
heritabilitasnya diestimasikan sekitar 77%.
Penyakit yang terutama disebabkan oleh ke turunan ditemukan cenderung
memiliki onset yang lebih cepat, terutama pada anggota keluarga, dan banyak
gejala klinis yang berat dibandingkan dengan kondisi yang sama tetapi
dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Hal ini telah digambarkan dengan jelas oleh
Liang et al. Peneliti-peneliti ini mempelajari tentang miopia, terutama mengenai
dampak dari tingginya miopia akibat keturunan dan hubungannya dengan tingkat
keparahan serta awal mula timbulnya miopia.
22
2.8.1. Gejala Klinis
2.8.2. Tanda-tanda
1. Status refraksi
Curtin melaporkan bahwa 55% penderita miopia kongenital akan
berkembang menjadi miopia progresif, 30% tetap stabil dan 15% akan menjadi
regresif. Francois dan Goes menunjukan bahwa semakin awal onsetnya semakin
besar pula progresivitasnya.
2. Status okulomotor
Banyak penderita dengan miopia patologi mengalami strabismus atau
nistagmus. Nistagmus biasanya menetap walaupun dilakukan koreksi kesalahan
refraksinya.
3. Segmen anterior
Pada sebagian besar penderita, mata akan menjadi lebih besar, kornea akan
lebih datar dan tipis, pupil akan mengalami dilatasi, bilik mata depan akan lebih
dalam. Banyak penderita akan mengalami sklera yang transfusen dan tampak biru.
Badan siliaris biasanya terletak lebih posterior, lebih panjang, datar dan atrofi.
4. Lensa
Prevalensi katarak pada miopia adalah dua kali lipat dari populasi normal,
dan terjadi pada usia-usia awal, umumnya nuklear a tau subkapsuler.
5. Vitreus
Vitreus mengalami degenerasi dan pencairan. Semakin tua penderita, semakin
tinggi derajat miopia, semakin besar derajat keparahan degenerasi vitreus. Degenerasi
vitreus ini menghasilkan filamen -filamen vitreus yang tampak sebagai vitreus
floaters. Pencairan vitreus menyebabkan terjadinya posterior vitreus detachment
23
(PVD). Perubahan-perubahan pada vitreus ini meningkatkan prevalensi terjadinya
retinal tears, retinal haemorrhages, retinal detachment. Kelainan-kelainan ini sering
terjadi di area supero temporal retina.
6. Perubahan pada diskus optikus
Ukuran dan bentuk diskus optikus meningkat, menjadi lebih besar dan
bentuknya oval vertikal. Rasio mangkok pada diskus (CD ratio) meningkat, tapi
kedalamannya normal. Terdapat tarikan pada permukaan nervus optikus nasal
sehingga akan mengangkat bagian -bagian nasal dari diskus optikus. Perubahan ini
disebut supertraksinasal.
7. Perubahan pada retina perifer
Elemen-elemen retina mengalami proses peregangan dan menurut suplai
darah, arteri vena retina. Tampak lebih lurus, retina akan mengalami penipisan. Epitel
pigmen retina, akan mengalami penipisan, pigmen -pigmen menggumpal dan
bergerak ke innerlayer retina. Semua perubahan tersebut disebut lattice degeneration.
8. Sklera
Karena sklera tidak memberikan dukungan yang memadai bagi bola mata
pada miopia, mata memanjang kearah posterior dan semua lapisan bola mata pada
kutub posterior mengalami perubahan degeneratif yang semakin bertambah
seiring berjalannya waktu, salah satu yang terjadi adalah staf iloma posterior. Ini
biasanya berkembang antara usia 9 sampai dengan 26 tahun.
9. Koroid
Perubahan pada koroid terutama terjadi pada fase lanjut. Proses yang pasti
dari degenerasi dan atrofi koroid masih belum diketahui, tetapi hal ini terkait
dengan
pemanjangan aksial mata.
10. Perubahan pada area makula
Terdapat penipisan pada retina, kehilangan sel -sel rods dan sel-sel cones
serta area makula lebih datar. Terjadi degenerasi kistik serta atrofi. Perubahan
yang sering terjadi pada area makula adalah bintik Fuch s, bintik ini merupakan
degenerasi terlokalisir, terkait dengan pertumbuhan jaringan neovaskuler koroid
menjadi ruang epitel pigmen subretina dan proliferasi epithelium pigmen retina
pada jaringan. Pemunculan bintik biasanya terkait dengan pendarahan dari
jaringan neovaskuler (Widodo dan Prillia, 2007).
24
2.8. Diagnosis dan Pemeriksaan
2.8.1. Diagnosis
25
miopia didapat adalah terpapar oleh agen agonis kolinergik (American Optometric
Association, 2006).
26
2. Ditanyakan dengan lensa mana yang terlihat lebih jelas. Tajam penglihatan
dapat lebih kurang dari 6/10 sehingga penambahan lensa diberikan yang lebih
berat.
3. Penambahan lensa lanjut, bila lebih terang de ngan lensa S - 0,5 maka
pemeriksaan selanjutnya dilakukan dengan lensa S yang dinaikan perlahan
sehingga terdapat penglihatan yang paling jelas.
4. Lensa ditambahkan perlahan sampai tajam penglihatan maksimal.
Resep kaca mata yang diberikan adalah lensa negatif yang paling tidak
berat.
Pemeriksaan Tambahan
27
2.1.8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan miopia terdiri dari :
i. Koreksi refraksi
Langkah pertama yang dilakukan adalah koreksi dengan lensa oftalmik atau lensa
kontak.
ii. Modifikasi lingkungan
Beberapa penelitian mendukung efektivitas diet dalam pengelolaan
miopia, dianjurkan pada penderita miopia yang terpapar secara genetic untuk
meningkatkan konsumsi protein hewani, mengurangi karbohidrat dan gula. Duke
Elder menyarankan diet kay a vitamin D dan kalsium untuk penderita miopia ini.
Aktivitas yang dianjurkan adalah olahraga luar ruang misalnya jogging, namun
aktivitas lain yang cenderung meningkatkan tekanan intra kranial dan stress
sebaiknya dihindari, misal angkat berat.
iii. Tindakan operatif
Tindakan operatif kornea tidak disarankan pada penderita miopia patologi,
misal tindakan LASIK, namun implantasi IOL merupakan tindakan bedah
refraksi yang disarankan.
iv. Fotokoagulasi laser
Bila terdapat choroidal neovascularization membran dilakukan argon laser
photokoagulasi, tetapi harap dipertimbangkan bahwa pada miopia patologi ini
terdapat pemanjangan dan peregangan bola mata sehingga sikatrik yang
diakibatkan oleh laser akan menambah peregangan bola mata
tersebut.
v. Pengawasan Tekanan Intra Okule r (TIO)
Tekanan intra okuler (TIO) harus dipantau secara cermat. Curtin
melaporkan bahwa TIO ini berperan secara mekanik dalam pemanjangan aksial
bola mata. Black merekomendasikan bahwa TIO dibawah 20 mmHg
vi. Pendidikan penderita
Penderita dengan miopia patologi cenderung mengalami koroid yang tipis
dan rapuh sehingga trauma pada mata atau bahkan gosokan keras pada membran
Bruch dan mengakibatkan perdarahan. Penderita harus disarankan untuk
28
memeriksakan mata jika mengalami kilatan cahaya terang, berbentuk seperti
busur atau peningkatan jumlah floaters. Faktor pendidikan penderita lainnya
adalah konseling genetik. Penderita dengan miopia memiliki kemungkinan yang
lebih besar untuk memiliki anak dengan miopia pula. Jika kedua orang tua
menderita miopia terdapat kemungkinan yang lebih besar anak -anaknya akan
menderita myopia (8).
2.1.9.1. Prognosis
2.9.2. Komplikasi
Komplikasi yang timbul pada miopia adalah akibat dari proses degenerasi,
yaitu :
29
a) Floaters
Kekeruhan badan kaca yang disebabkan proses pengenceran dan
organisasi, sehingga menimbulkan bayangan pada penglihatan.
b) Skotoma
Defek pada lapang-pandangan yang diakibatkan oleh atrofi retina.
c) Trombosis koroid dan perdarahan koroid
Sering terjadi pada obliterasi dini pembuluh darah kecil. Biasanya terjadi
di daerah sentral, sehingga timbul jaringan parut yang mengakibatkan penurunan
tajam penglihatan.
d) Ablasio retina
Merupakan komplikasi yang tersering. Biasanya disebabkan karena
didahului dengan timbulnya hole pada daerah perifer retina akibat proses -
proses degenerasi di daerah ini.
e) Glaukoma sederhana
Komplikasi ini merupakan akibat atrofi menyeluruh dari koroid.
f) Katarak
Merupakan komplikasi selanjutnya dari miopia degeneratif, terjadi setelah
usia 40 tahun. Biasanya adalah tipe pole posterior. Sering dihubungkan pula
dengan adanya degenerasi koroid (9)
BAB III
KESIMPULAN
depan retina, ketika mata tidak dalam kondisi berakomodasi. Miopia dapat
30
diakibatkan terjadinya perubahan indeks bias dan kelainan panjang sumbu bola
mata.
pemberian kaca mata. Namun demikian miopia menjadi masalah serius jika tidak
cepat ditanggulangi. Oleh karena itu setiap pasien wajib dilakukan pemeriksaan
DAFTAR PUSTAKA
31
2. Charman, N, 2011, Myopia: Its Prevalence, Origins, and Control, Ophthalmic
and Physiological Optics, 31: 36. doi: 10.1111/j.1475-1313.2010.00808.x
4. Curtin, B.J, 2012, The Myopia, The Philadelphia Harper & Row: pp 348
5. Ilyas, S, 2006, Kelainan Refraksi dan Kacamata, Jakarta: Balai Penerbit FKUI
7. Sloane, A.E, 2008, Manual of Refraction, USA: Brown and Company, pp 39-47
32